Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen*

advertisement
 Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia
April 2014
Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen*
Tinjauan sekilas
Industri semen di Indonesia memiliki peran penting dalam perekonomian karena sangat mendukung
sektor konstruksi termasuk pembangunan infrastruktur. Pertumbuhan industri semen sejalan dengan
ekspansi sektor konstruksi. Melihat profil PDB, industri semen dan galian non-logam tumbuh 14,1%,
tingkat yang sama seperti dibukukan oleh sektor konstruksi, menjadi sekitar Rp58.018 miliar (2012).
Konsumsi semen pada tahun 2013 naik menjadi sekitar 58,6 juta ton, dari sekitar 55,2 ton tahun
sebelumnya ditopang oleh giatnya pembangunan proyek infrastruktur.
Seperti komoditas lainnya, semen juga terpengaruh oleh faktor siklus dalam hal volume dan harga
jual. Namun demikian, industri ini relatif terisolasi terhadap pengaruh global karena biaya angkutan
sebagai komponen terbesar menyebabkan ketergantungan impor semen dalam skala besar tidak
terjadi. Dengan demikian, persaingan di industri semen di Indonesia sebagian besar terbatas pada
produsen dalam negeri. Produsen semen tidak kebal terhadap faktor siklus yang melekat dalam
bisnis ini. Namun, produsen semen dengan fundamental yang kuat mampu menahan faktor siklus
tersebut lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Oleh karena itu, selain risiko industri,
metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia mengidentifikasi faktor internal perusahaan seperti
keuntungan lokasi, kedekatan dengan konsumen, posisi pasokan-permintaan dalam suatu kawasan,
efisiensi biaya yang timbul dari akses ke input kunci dengan harga yang kompetitif, dan efisiensi
operasi.
Metodologi ICRA Indonesia mengevaluasi:
• Faktor-faktor yang terkait pasar
• Kekuatan operasional
• Kualitas manajemen
• Kekuatan keuangan dan arus kas mendatang
• Kebijakan pemerintah
Faktor-Faktor Terkait Pasar
Perbedaan geografis dan skenario pasokan-permintaan wilayah: Semen yang dapat
dikategorikan sebagai komoditas bernilai tambah rendah sangat sensitif terhadap biaya
pengangkutan. Seman dengan volume skala besar biasanya diproduksi dalam suatu wilayah dan
dikonsumsi dalam wilayah itu sendiri, dengan kelebihannya diangkut ke daerah yang berdekatan.
Dengan demikian, tren harga dan pemanfaatan kapasitas lebih banyak ditentukan oleh dinamika
pasokan-permintaan suatu wilayah dibandingkan keseimbangan pasokan-permintaan nasional. Oleh
karena itu, ICRA Indonesia dalam melakukan pemeringkatan terhadap produsen semen
memproyeksikan skenario pasokan-permintaan untuk wilayah di mana produsen beroperasi dan
daerah yang terdekat.
ICRA Indonesia Pada saat memproyeksikan permintaan, ICRA Indonesia memperhitungkan tren masa lalu, faktor
pertumbuhan ekonomi yang mendasari, dan intensitas proyek infrastruktur yang direncanakan dan
dilaksanakan di wilayah tersebut yang terkait kebutuhan semen.
Selain itu, ICRA Indonesia mencoba untuk memproyeksikan posisi pasokan dengan melihat rencana
ekspansi rencana produsen baik yang bersifat greenfield dan brownfield, selain penambahan
pasokan murah melalui debottlenecking dari kapasitas yang ada dan pencampuran1 semen. ICRA
Indonesia memiliki pandangan yang positif terhadap produsen dengan fasilitas produksi berada di
berbagai daerah, karena diversifikasi geografis biasanya memungkinkan pemain untuk lebih baik
dalam mengatasi kemerosotan permintaan dalam suatu wilayah.
Kondisi ekonomi regional: Suatu pabrik semen harus dibangun dekat dengan sumber bahan baku
utama, yaitu batu kapur – dengan kuantitas yang sangat besar, dan sentra pasar, sehingga memiliki
biaya pengangkutan yang rendah dan akses pasar yang memadai. Produksi semen di Indonesia
terutama terkonsentrasi di sepanjang Pulau Jawa yang dianggap sebagai pasar terbesar sebagai
pusat ekonomi di negara ini, di samping ketersediaan batu kapur di kawasan ini. Pasar semen lainnya
yang besar adalah Sumatera sementara pulau-pulau lain seperti Kalimantan, Sulawesi dan Nusa
Tenggara masih membukukan konsumsi semen yang relatif kecil.
Dalam menganalisis ekonomi regional, ICRA Indonesia juga mengevaluasi strategi yang diterapkan
oleh masing-masing perusahaan untuk mengimbangi kekurangan di kawasan tersebut, jika ada.
Salah satu strategi misalnya adalah membangun unit penggilingan dekat dengan pasar dan unit
klinker yang dekat tambang batu kapur. Hal ini membantu produsen untuk menghemat biaya
pengiriman karena klinker dapat diangkut dalam gerobak terbuka atau truk. Dengan demikian, ICRA
Indonesia menilai kebijakan perusahaan tentang pengaturan pabrik semen terpadu dengan grinding
unit dan unit klinker di lokasi yang berbeda, dan perbandingan dalam hal biaya dan manfaat dari
pendekatan tersebut.
Struktur pasar: Industri semen domestik telah melihat beberapa konsolidasi pasca terjadinya
sejumlah merger dan akuisisi. Konsolidasi tersebut juga telah mempengaruhi rasionalisasi tingkat
pasokan antar produsen yang berdampak pada relatif stabilnya harga semen. Jadi, dalam
pemeringkatan produsen semen, ICRA Indonesia juga mempertimbangkan tingkat konsolidasi yang
ada di wilayah yang bersangkutan, karena hal ini menentukan sejauh mana terjadinya rasionalisasi
pasokan dan intensitas tekanan terhadap harga.
Kekuatan Operasional
Efisiensi biaya: Semen adalah barang komoditi yang tidak memungkinkan pengenaan harga
premium dan dengan demikian sebagian besar produsen adalah pengambil harga di pasar mereka
beroperasi. Dalam skenario seperti itu, kontrol atas biaya operasional sangat penting tidak hanya
untuk mempertahankan daya saing biaya dan memaksimalkan keuntungan, tetapi juga menahan
siklus penurunan, dan karena itu merupakan salah satu penentu peringkat yang paling penting. Biaya
operasional utama bagi perusahaan semen (diluar dari biaya pengangkutan) adalah tenaga listrik dan
bahan bakar. Biaya tenaga listrik dan bahan bakar tergantung pada dua faktor yaitu pola konsumsi
dan biaya per unit input yang diolah. Dengan demikian, ICRA Indonesia menganalisis pola konsumsi
seperti kCal/kg klinker , kwh/kg klinker dan kwh/MT semen yang diproduksi. ICRA Indonesia juga
menilai upaya produsen untuk mengurangi biaya input melalui langkah-langkah seperti pembangunan
pembangkit listrik2 yang menggunakan bahan bakar yang ekonomis seperti mini-hydroelectric plants
atau menggunakan bahan bakar alternatif yang tersedia di suatu daerah.
1
Kapasitas klinker seringkali menjadi sebuah hambatan dalam produksi semen. Pencampuran memungkinkan
produksi semen lebih besar dengan menggunakan kapasitas klinker yang sama
2
karena biaya produksi pembangkit tenaga uap baik yang berasal dari batubara lokal atau impor lebih rendah
ICRA Indonesia Page 2 of 5
Profil pabrik semen juga mempengaruhi struktur biaya secara signifikan. Sementara pabrik semen tua
menikmati keuntungan dari biaya modal yang lebih rendah, manfaat tersebut biasanya diimbangi oleh
biaya tenaga listrik dan bahan bakar, biaya perbaikan dan pemeliharaan, dan biaya tenaga kerja yang
lebih tinggi. Ukuran pabrik adalah faktor lain yang menentukan struktur biaya keseluruhan, karena
fasilitas produksi yang lebih besar biasanya memungkinkan kontrol yang lebih baik atas biaya
infrastruktur dan overhead.
Keragaman produk dan pencampuran: Ordinary Portland Cement (OPC) biasanya menikmati
bersifat premium dibandingkan semen campuran lainnya karena lebih luas penggunaannya.
Perusahaan semen telah mempopulerkan penggunaan semen campuran yang mengakibatkan
peningkatan porsi semen campuran dari total produksi selama beberapa tahun. Biaya produksi
semen campuran lebih rendah dibandingkan OPC karena biaya tambahan seperti abu dan kotoran
bijih besi (yang digunakan semen campuran) biasanya lebih rendah daripada biaya klinker. Jadi
semen campuran memungkinkan produsen untuk memproduksi lebih banyak semen dengan
menggunakan jumlah batu kapur dan kapasitas klinker dalam jumlah yang sama.
Logistik: Produsen semen dapat menggunakan kombinasi kereta api, jalan darat dan transportasi
laut untuk mendistribusikan produk mereka. Transportasi kereta api lebih ekonomis untuk jarak yang
lebih jauh sedangkan untuk jarak pendek transportasi jalan darat lebih hemat dan dapat diandalkan.
ICRA Indonesia menilai upaya pembangunan logistik produsen dalam hal keandalan dan biaya.
Secara terpisah, ICRA Indonesia menilai kekuatan jaringan distribusi produsen hingga tingkat
penjualan semen di segmen ritel. ICRA Indonesia melihat kekuatan jaringan dealer dan cakupan
geografisnya pada saat menilai jaringan distribusi perusahaan.
Pengembangan merek: Ekuitas merek juga merupakan faktor utama penjualan di suatu daerah
(mengingat penjualan bersifat regional) dengan beberapa pemain lokal menikmati ekuitas merek di
area operasi mereka. ICRA Indonesia memandang baik adanya upaya berkelanjutan oleh produsen
terhadap pengembangan merek, karena kekuatan merek diharapkan mempermudah penerimaan
pasar dalam jangka panjang.
Kualitas Manajemen
Seperti kebanyakan bisnis lain, kualitas manajemen merupakan salah satu faktor yang paling penting
yang dipertimbangkan dalam pemeringkatan produsen semen. Faktor penting dalam menilai kualitas
manajemen adalah rekam jejak manajemen atas pelaksanaan proyek, kinerja grup perusahaan,
eksposur perusahaan untuk entitas-entitas dalam grup tersebut, dan kemampuan manajemen dalam
program penghematan. ICRA Indonesia juga menilai strategi pertumbuhan dan akuisisi perusahaan
disamping pengeluaran modal untuk mendukung strategi tersebut. Jelas, kinerja operasi yang
konsisten dan kebijakan keuangan yang konservatif (namun tidak menghambat pertumbuhan
perusahaan) akan memberikan kenyamanan tambahan.
Dalam menilai kualitas manajemen, ICRA Indonesia juga melihat rekam jejak manajemen
perusahaan pada siklus sebelumnya, khususnya penggunaan surplus arus kas selama periode bisnis
yang surplus. ICRA Indonesia memandang baik perusahaan yang menggunakan surplus ini untuk
menurunkan utang, investasi untuk efisiensi, pembangunan pembangkit listrik untuk keperluan
produksi, dan penambahan kapasitas berbiaya murah melalui langkah-langkah seperti debottlenecking. ICRA Indonesia memiliki pandangan yang tidak baik atas perusahaan yang
menggunakan surplus untuk diversifikasi yang tidak berhubungan atau investasi pada perusahaan
kelompok.
ICRA Indonesia Page 3 of 5
Kekuatan Keuangan dan Arus Kas Mendatang Kekuatan keuangan merupakan pertimbangan pemeringkatan penting. Dalam menilai posisi
keuangan, ICRA Indonesia meninjau kebijakan akuntansi yang diikuti oleh perusahaan, catatan
laporan keuangan dan komentar auditor yang merupakan bagian dari Laporan Keuangan. Setiap
penyimpangan dari praktik akuntansi yang berlaku umum dicatat dan laporan keuangan perusahaan
disesuaikan untuk mencerminkan dampak dari penyimpangan tersebut.
Selain dari kekuatan neraca yang menentukan kemampuan produsen semen untuk menahan siklus
penurunan, ICRA Indonesia juga mengevaluasi profitabilitas dan kemampuan menghasilkan kas dari
bisnis tersebut serta sumber-sumber fleksibilitas keuangan lain yang tersedia bagi suatu entitas untuk
mengevaluasi profil risiko keuangan secara keseluruhan.
Profitabilitas: Profitabilitas produsen semen terutama adalah fungsi dari struktur biaya dan bauran
produk. Karena semen merupakan industri yang bersiklus, profitabilitas di industri ini bervariasi
secara signifikan sepanjang siklus. Namun demikian, produsen yang memiliki struktur biaya yang
lebih baik dibandingkan rata-rata industri secara umum diharapkan mampu menghasilkan keuntungan
di sepanjang siklus.
Hutang dan arus kas: Seperti perusahaan di industri komoditas lain yang memiliki siklus harga,
posisi hutang yang rendah dipandang sebagai kualitas kredit yang positif bagi produsen semen.
Selain melindungi arus kas produsen dengan biaya hutang yang lebih rendah --terutama selama
periode siklus penurunan--, rasio hutang yang rendah juga memberikan fleksibilitas keuangan yang
lebih besar kepada produsen semen untuk mengakses dana dari berbagai insitusi.
Selain struktur modal, ICRA Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap berbagai indikator
termasuk kemampuan membayar bunga, laba operasi, dan kas akrual bersih dibandingkan total
utang saat mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan yang diperingkat. ICRA Indonesia
memberikan perhatian serius terhadap kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dalam
kondisi di bawah tekanan. Kinerja yang baik dalam berbagai skenario proyeksi yang bervariasi akan
dinilai positif dalam perspektif kualitas kredit. ICRA Indonesia juga kritis melihat sumber fleksibilitas
keuangan lain yang tersedia untuk perusahaan, dalam bentuk antara lain aset keuangan yang likuid,
peran strategis yang dimiliki perusahaan terhadap kelompok bisnisnya bersama dengan kekuatan
keuangan entitas kelompok.
Kesenjangan jatuh tempo pinjaman dan risiko yang berkaitan dengan suku bunga dan
pembiayaan kembali: ketergantungan besar pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai
investasi jangka panjang dapat memaparkan perusahaan terhadap risiko pembiayaan kembali yang
signifikan, terutama selama periode likuiditas yang ketat. Keberadaan cadangan yang memadai
berupa aset likuid/pinjaman bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipandang positif. Selain
itu, sejauh mana perusahaan dapat dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga juga dievaluasi.
Rekam jejak pembayaran hutang: Rekam jejak pembayaran hutang perusahaan merupakan input
penting untuk setiap pemeringkatan kredit. Setiap keterlambatan atau gagal bayar di masa lalu dalam
pembayaran pokok atau bunga mengurangi tingkat kenyamanan atas kemampuan dan kemauan
membayar hutang perusahaan yang diperingkat.
Kewajiban kontinjensi/Kewajiban di luar neraca: Dalam kasus ini, kemungkinan pelimpahan
kewajiban kontinjensi/kewajiban di luar neraca dan implikasi keuangannya dievaluasi.
Analisis keuangan konsolidasian: Dalam kasus kelompok yang terdiri dari perusahaan dengan
hubungan keuangan dan operasional yang kuat, berbagai parameter seperti struktur modal, indikator
kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan pendanaan di masa depan dinilai pada level
kelompok/konsolidasi.
ICRA Indonesia Page 4 of 5
Kecukupan arus kas mendatang: Karena tujuan utama dari pemeringkatan adalah untuk menilai
kecukupan kemampuan pembayaran hutang emiten, ICRA Indonesia menyusun proyeksi terhadap
posisi keuangan perusahaan dalam berbagai skenario. Selain itu, ICRA Indonesia memperhitungkan
komitmen perusahaan terhadap kelompok bisnis lain, usaha baru dan investasi pada anak
perusahaan/SPV. Selanjutnya, arus kas mendatang diproyeksikan setelah memperhitungkan tingkat
utilisasi perusahaan dan perkiraan harga bahan baku dan produk jadi, tingkat pertumbuhan yang
diperkirakan, jadwal pembayaran hutang, kebutuhan pendanaan, dan opsi pendanaan yang tersedia.
Arus kas ini kemudian digunakan untuk menentukan kemampuan pembayaran hutang perusahaan
dalam berbagai skenario. Dismaping proyeksi arus kas, rasio lain yang digunakan untuk menilai arus
kas adalah kecukupan arus kas operasi (Fund Flow from Operations/FFO) terhadap biaya bunga,
hutang dan biaya modal.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah mempengaruhi produsen semen dalam beberapa hal. Dalam hal produk
semen, pemerintah melalui Departemen Perindustrian mengatur pelaksanaan standarisasi nasional
produk semen (SNI). Produsen semen diwajibkan untuk memiliki standarisasi ini dan melampirkan
nomor SNI mereka pada setiap paket yang semen. Di sisi lain, Departemen Perdagangan juga
menetapkan beberapa jenis klinker dan semen yang diperbolehkan untuk kegiatan impor dengan
mengacu kepada peraturan menteri No. 40/M-Dag/PER/8/2013. Aktivitas impor ini dapat dilakukan
oleh produsen semen dan importir semen terdaftar dengan tunduk pada persetujuan menteri
perdagangan. Selain itu, pemerintah juga memiliki komitmen yang kuat untuk mengamankan pasokan
semen nasional untuk memenuhi konsumsi dalam negeri sebagaimana diatur dengan Peraturan
Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang kebijakan industri nasional. Pemerintah juga berkomitmen
mengamankan pasokan batubara untuk industri semen terutama untuk produsen semen yang
mengembangkan pembangkit listrik dari batubara.
Kesimpulan
Peringkat kredit ICRA Indonesia adalah pernyataan simbolis tentang pendapatnya mengenai risiko
kredit relatif yang terkait dengan surat hutang yang diperingkat. Pendapat ini diperoleh melalui proses
evaluasi rinci tentang risiko bisnis dan risiko keuangan perusahaan, kekuatan daya saingnya,
perkiraan arus kas sepanjang umur surat hutang yang diperingkat, dan kecukupan arus kas tersebut
dibandingkan kewajiban pembayaran hutang. Sebagai catatan untuk perusahaan semen, perhatian
khusus juga diberikan pada keragaman geografis perusahaan, keterjaminan bahan baku, biaya yang
kompetitif, keragaman produk, strategi manajemen untuk mengelola siklus penurunan dan
pendekatan yang menyeluruh terhadap investasi dan pertumbuhan.
*Diadopsi dan dimodifikasi dari Rating Methodology for Indian Cement Companies oleh ICRA Limited
© Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved.
Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat
dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan
kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA
Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak
langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi
harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang
dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya.
ICRA Indonesia Page 5 of 5
Download