Metode Penghematan Energi Listrik dengan Pola Pengaturan Pembebanan. Muhammad Nasir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang, [email protected] Abstrak Tingkat konsumsi energi listrik PT. Semen Padang cukup besar untuk keperluan produksi. Komponen biaya listrik ini menempati urutan kedua dalam struktur biaya produksi. Karena itu, sangat perlu diterapkan pola pemakaian energi listrik yang efektif dan efisien pada peralatan produksi agar diperoleh biaya produksi yang lebih rendah. Dengan demikian akan meningkatkan daya saing perusahaan. Pada Raw Mill III-B Pabrik Indarung IV PT. Semen Padang, terdapat motor dengan rating tegangan 6 kV yang mengkonsumsi energi listrik dengan tingkat konsumsi energi listrik sebesar 17,67 kWH/ton Raw Mix. Pada kondisi ini motor beroperasi dengan faktor daya yang bervariasi dan belum pada kondisi maksimum. Untuk meningkatkan efisiensi konsumsi energi listrik dan efektifitas operasional motor maka dilakukan upaya Demand Side Management (DSM). Adapun metode yang digunakan adalah perbaikan stabilitas tegangan dengan perbaikan faktor daya sistem dan mengubah pola pembebanan motor. Dengan melakukan perbaikan faktor daya pada jaringan distribusi motor menjadi 0,97, rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran motor menjadi lebih kecil, dengan penghematan energi listrik sebesar 1,92 kWH untuk waktu produksi 1 hari. Sementara dengan perubahan pola pembeban hingga kondisi 90 %, 92,5 % dan 95 % dari kapasitas maksimal Mill, diperoleh penghematan pada setiap perubahan pembebanan sebesar 1,13 % dengan tingkat konsumsi energi listrik 17,47 kWH/ton, 1,47 % dengan tingkat konsumsi energi listrik 17,41 kWH/ton dan 3,51% dengan tingkat konsumsi energi listrik sebesar 17,05 kWH/ton. Kata Kunci: efisiensi ; faktor daya; pola pembebanan. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Semen Padang mengkonsumsi energi listrik dalam kapasitas yang cukup besar untuk keperluan produksinya. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, PT. Semen Padang mengambil daya dari PT. PLN Persero dengan kapasitas daya terpasang sebesar 90 MVA yang digunakan untuk menjalankan peralatan pada Pabrik Indarung II, III, IV, V, kebutuhan tambang dan kebutuhan non pabrik. Sebagai perusahaan yang berorientasi terhadap keuntungan, PT. Semen Padang perlu menerapkan pola pemakaian energi listrik yang efektif dan efisien, sehingga biaya produksi dari konsumsi energi listrik dapat ditekan. Inefisiensi penggunaan energi listrik pada sebuah industri besar biasanya banyak terjadi pada sisi pendistribusian energi listrik kepada sistem produksi ataupun pada peralatanperalatan produksi yang menggunakan energi listrik dalam kapasitas yang cukup besar. Keefektifan konsumsi energi listrik oleh peralatan-peralatan produksi yang sebagian besar berupa motor induksi dengan tegangan 380 Volt, dan motor induksi dengan tegangan 6 kV perlu diperhatikan, agar efisiensi konsumsi energi listrik pada bagian produksi dapat ditingkatkan. Oleh karena alasan di atas maka dirasa perlu dilakukan sebuah analisa untuk mengetahui tingkat efisiensi konsumsi energi listrik dan evaluasi operasional motor produksi pada salah satu pabrik di PT. Semen Padang yaitu pada Raw Mill III-B Indarung IV yang memiliki tingkat konsumsi energi listrik sebesar 20–22 kWH/Ton Raw Mix yang dihasilkan, agar diperoleh sebuah metode pemanfaatan energi listrik yang lebih efektif dan efisien. Pada penelitian ini, pembahasan dikhususkan pada motor induksi dengan tegangan 6 kV, yang terdiri dari motor Mill I, Mill II, Separator I, Separator II dan Mill Fan, dimana tingkat konsumsi energi listrik oleh motor-motor tersebut sekitar 17,67 kWH/Ton Raw Mix. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi listrik oleh motor dengan tegangan 6 kV pada Raw Mill III-B Indarung IV PT. Semen Padang. 2. Untuk mengetahuti tingkat penghematan konsumsi energi listrik oleh motor dengan tegangan 6 kV pada Raw Mill III-B Indarung IV PT. Semen Padang dengan melakukan perbaikan faktor daya dan pola pembebanan pada motor produksi 3. Untuk mengetahui penghematan pada saluran distribusi. 2. Tinjauan Pustaka Daya yang disalurkan pada jaringan distribusi dalam bentuk daya nyata yang terdiri dari daya aktif dan daya reaktif. Daya aktif total pada sistem tiga fasa seimbang adalah : S (3 ph ) = 3 V I (1) Dengan : P(3 ph ) = 3 V I Cos ϕ Q(3 ph ) = 3 V I Sin ϕ Jika sistem tiga fasa tidak seimbang (arus pada masing-masing fasa tidak sama), maka daya total adalah penjumlahan dari daya masing-masing fasa. 2.1. Kapasitor Shunt dan Pengaruh Kapasitor Shunt terhadap Faktor Daya Kapasitor shunt banyak digunakan pada sistem distribusi. Kapasitor ini mensuplai daya dan arus reaktif untuk mereduksi komponen arus akibat dari beban induktif yang ada pada saluran. Jadi kapasitor shunt akan memodifikasi karakteristik beban induktif dengan menghasilkan arus leading untuk melawan arus lagging akibat dari beban induktif. Pada feeder, kapasitor ini akan mereduksi magnitude arus sumber, memperbaiki faktor daya dan jatuh tegangan antara sisi kirim dan sisi terima . Prinsip dasar dari usaha perbaikan faktor daya adalah dengan melakukan penyeimbangan daya reaktif induktif atau melakukan kompensasi kebutuhan daya reaktif dari beban induktif melalui suplai daya reaktif kapasitif dari kapasitor ke beban induktif, seperti pada gambar 1. berikut : ϕ P ϕ Q L QC QL Gambar 1. Diagram kompensasi daya reaktif Berdasarkan gambar 1. di atas, daya reaktif kapasitif yang dibutuhkan untuk mengkompensasi perubahan daya reaktif beban induktif, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : QC = P (Tgϕ L − Tgϕ ) (2) QC1ϕ = V . I C .Sin ϕ (3) Jika Sin adalah 1 ( =90º), maka IC = V V dan V p = XC 3 (4) Dengan mensubsitusikan persamaan 4 ke dalam persamaan 3 di peroleh : QC 1φ = Vp 2 (5) XC Dari persamaan (5) dapat ditentukan besarnya kapasitansi per kapasitor yang diperlukan untuk mengkompensasi perubahan beban induktif, sebagai berikut : C1φ = 1 2.π . f . X C (6) Dimana : P = Daya aktif (tetap terhadap kompensasi) ϕL = Sudut faktor daya semula ϕ = Sudut faktor daya yang dicapai QL = Daya reaktif sebelum pemasangan kapasitor (kVAR) Q = Daya reaktif setelah pemasangan kapasitor (kVAR) QC = Daya reaktif kapasitif yang dibutuhkan (kVAR) C = Kapasitansi per kapasitor yang dibutuhkan (Farad) 2.2. Jatuh Tegangan dan Rugi-Rugi Daya Besar jatuh tegangan yang terjadi disepanjang saluran sebelum sampai ke beban dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut : Vdrop = 3 . I. L (r cos + x sin ) (7) secara persentase dapat ditentukan dengan persamaan berikut : ∆V (%) = Vdrop 1000 xVLL x100% (8) Dengan rendahnya faktor daya menyebabkan bertambahnya arus total yang mengalir pada saluran transmisi atau distribusi, sesuai dengan persamaan : I Total = I Aktif PF (9) Peningkatan arus total yang mengalir pada saluran akan mengakibatkan nilai rugi-rugi daya pada saluran juga meningkat, sesuai dengan persamaan: P3θ = 3I 2 R (10) 2.3. Daya dan Efisiensi pada Motor Induksi Daya input motor, Pin, adalah daya (elektrik) yang diserap oleh motor. Nilai daya input motor diberikan oleh persamaan berikut ini : Pin = 3V1 I 1 cos ϕ Dimana V1 : nilai rms dari tegangan terminal stator per-fasa (volt) I1 : nilai rms dari arus stator per-fasa (Amper) Cos : faktor daya : sudut antara phasor V1 dengan phasor I1 Karena motor induksi adalah beban induktif Cos akan bersifat terkebelakang (lagging) dan nilainya akan bervariasi antara beban nol dan beban penuh, terkecil pada beban nol dan terbesar pada beban penuh. Daya masuk rotor (terdapat pada celah udara) : ( ) ( ) P2 = 3E1 I 2' cosφ atau P2 = 3 I 2' a 2 R2 S (11) Daya keluar rotor (daya mekanik rotor termasuk rugi gesek dan angin) adalah: ( ) 2 Pm = 3 I 2' a 2 R2 (12) Rugi tembaga motor adalah PCU = 3(I 2' )a 2 R2 (13) Jadi dari persamaan (11), (12), dan (13) didapatkan : P2 : Pm : PCU = 1 : (1 − S ) : S (14) Secara umum efesiensi didefenisikan sebagai berikut [1] : η= Pout Χ100% Pin η= Pin − ΣRugi − rugi Χ100% Pout atau Atau η= Pout Pout Χ100% + ΣRugi − rugi (15) Untuk menentukan nilai efisiensi motor dengan pembebanan yang berbeda dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan interpolasi yaitu : y − y1 η − η1 = η 2 − η 1 y 2 − y1 Dimana : η = efisiensi operasional motor η1 = nilai efisiensi di bawah efisiensi operasional motor η 2 = nilai efisiensi di atas efisiensi operasional motor Y = persentasi beban motor saat operasional y1 = persentasi beban motor di bawah persentasi operasional motor (16) y2 = persentasi beban motor di atas persentasi operasional motor 2.4. Energi Listrik Energi listrik adalah besarnya daya (daya aktif dan daya reaktif) yang dikonsumsi selama satu satuan waktu. Energi listrik dinyatakan dalam satuan WH, kWH (energi listrik aktif) dan VARH, kVARH (energi listrik reaktif). Besarnya energi listrik yang dikonsumsi ditunjukkan oleh kWH meter dan kVARH meter. Namun kVARH meter hanya dipasang pada konsumen dengan kapasitas daya tersambung yang besar (di atas 201 kVA). Besarnya energi listrik yang digunakan baik berupa daya aktif maupun berupa daya reaktif dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan : kWH = P.∆ t kVARH = Q .∆ t Sedangkan total penggunaan energi listrik dalam jangka waktu tertentu dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan : kWH tot = n i =1 kWH i 3. Metodologi Penelitian Raw Mill III-B Indarung IV terdapat motor dengan rating tegangan 6 KV. Motor tersebut merupakan motor Induksi dengan kapasitas yang berbeda, dimana fungsi dari motormotor induksi tersebut adalah untuk menggerakkan Mill, Fan dan Separator. Sehingga penamaan motor tersebut disesuaikan dengan fungsi masing-masing. Pada penelitian ini akan dianalisa pengaruh penambahan kapasitansi Kapasitor Bank pada nilai faktor daya, rugi-rugi saluran motor dan nilai jatuh tegangan pada saluran motor. Selain itu juga akan dianalisa tingkat konsumsi energi listrik oleh motor dan perubahan tingkat efisiensi motor tersebut dengan mengubah pola operasional pembebanan motor. 4. Analisis Dan Pembahasan 4.1.Perbaikan Faktor Daya Berdasarkan pengukuran nilai faktor daya (cos ) dari kelima motor yang terdapat pada feeder Raw Mill III-B Indarung IV PT. Semen padang memiliki kondisi yang berbedabeda, dimana untuk motor Mill I, Mill II nilai faktor daya masih di bawah 0,90. Sementara untuk motor Mill Fan, Separator I dan Separator II, nilai faktor daya sudah berada sedikit di atas 0,90. Walaupun nilai cos yang diserap oleh motor telah memenuhi standar, tetapi untuk pertimbangan ekonomis, masih diperlukan dilakukan kompensasi pada motor ini. Untuk memperbaiki faktor daya maka digunakan kapasitor statis sehingga diharapkan nilai daya reaktif pada saluran dapat berkurang. Setelah dilakukan perhitungan untuk memperbaiki faktor daya pada masing-masing motor untuk nilai faktor daya (cos ) 0,95; 0,97 dan 0,99, diperoleh nilai daya reaktif kapasitor (Qc) dan nilai kapasitansi kapasitor (C) yang berbeda-beda. Hal ini ini disebabkan oleh konsumsi daya aktif (kW) dan daya reaktif (kVAR) yang bervariasi. Untuk menghindari kelebihan pemakaian kapasitor yang dapat menyebabkan motor beroperasi pada keadaan kapasitif yang berarti faktor daya akan kembali menjauhi satu, maka dari variasi faktor daya yang hendak dicapai adalah faktor daya 0,97. Hal ini untuk menghindari daya reaktif (Q) bersifat kapasitif. Nilai daya reaktif kapasitor dan kapasitansi kapasitor yang diperlukan oleh masingmasing motor adalah sebagai berikut: Tabel 1. Daya reaktif dan kapasitansi kapasitor untuk cos Motor Mill I Mill II Separator I Separator II Mill Fan Q (Kvar) 452,62 338,02 19,22 35,53 150,62 0,97 C1 (mF) 38,36 28,65 1,63 3,02 12,47 4.2.Perbaikan Rugi-rugi Penghantar Motor Perbaikan faktor daya menyebabkan nilai arus pada penghantar menjadi lebih kecil. Tentunya ini akan menyebabkan nilai rugi-rugi daya pada penghantar menjadi lebih kecil. Grafik di bawah menunjukkan perubahan nilai rugi-rugi daya pada saluran motor dengan adanya perubahan nilai faktor daya, dimana nilai rugi-rugi daya semakin kecil dengan perbaikan nilai faktor daya. Perubahan nilai rugi-rugi rata-rata saluran motor untuk faktor daya yang hendak dicapai yaitu 0,97 dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 2. Perubahan rugi-rugi saluran motor dengan cos Motor Mill I Mill II Separator I Separator II Mill Fan Pcos eksis (kW) 0,190 0,242 0,033 0,035 0,141 Pcos 0,97 (kW) 0,132 0,196 0,031 0,030 0,124 0,97 Nilai rugi-rugi daya pada saluran motor tidak terlalu besar hal ini karena panjang saluran motor dari feeder tidaklah besar sehingga nilai resistansi yang berkaitan dengan perhitungan rugi-rugi saluran tidak terlalu besar. Sedangkan untuk perubahan nilai rugi-rugi daya, yang mengalami perubahan yang cukup signifikan terdapat pada motor Mill I, dan Mill II. Hal ini karena nilai faktor daya kedua motor tersebut masih rendah. Sehingga pada saat faktor daya diperbaiki perubahan nilai rugi-rugi daya pada saluran cukup besar seperti yang terlihat pada tabel. 4.3.Jatuh Tegangan pada Saluran Penghantar Motor Perubahan nilai jatuh tegangan pada saluran motor juga tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dengan adanya perbaikan faktor daya. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Perubahan nilai jatuh tegangan pada saluran motor dengan cos Motor Mill I Mill II Separator I Separator II Mill Fan Vdrop eksisting (V) 1,34 1,44 1,16 1,18 1,56 0,97 Vdrop 2 (V) 0,98 1,21 1,11 1,08 1,36 Hal ini disebabkan oleh besarnya tegangan yang dikirimkan oleh Gardu Induk PT. Semen Padang rata-rata 6,3 kV. Dengan mengubah faktor daya mencapai nilai faktor daya 0,97, motor yang mengalami perubahan nilai jatuh tegangan yang cukup besar adalah motor Mill I dan Mill II.Hal ini karena kedua motor tersebut mengalami perubahan faktor daya yang cukup besar. Sementara itu, untuk motor Separator I, Separator II dan Mill Fan perubahan nilai jatuh tegangan tidak begitu besar karena perubahan faktor daya tidak terlalu besar. 4.4.Efisiensi Motor Pembebanan dan efisiensi motor terlihat bahwa motor masih dibebani pada kondisi belum maksimum dimana nilai tertinggi pembebanan pada masing-masing motor adalah: Motor Mill I dengan persentase pembebanan 62,59 % dan tingkat efisiensi motor 95,8 %. Motor Mill II dengan persentase pembebanan sebesar 68,93 % dan tingkat efisiensi motor 96,03 %. Motor Separator I dengan persentase pembebanan sebesar 62,23 % dengan tingkat efisiensi motor 94,05 %. Motor Separator II dengan persentase pembebanan sebesar 62,43 5 dan tingkat efisiensi motor 94,05 %. Motor Mill Fan denngan persentase pembebanan sebesar 88,12 % dan tingkat efisiensi motor sebesar 95,56 %. Dari data di atas dapat dilihat bahwa nilai persentase pembebanan pada masingmasing motor masih jauh dari pembebanan maksimum. 4.5. Pola Produksi terhadap Konsumsi Energi Listrik Berdasarkan data operasional dan perhitungan konsumsi energi dapat diperoleh total massa produksi berupa Raw Mix yang di hasilkan oleh Raw Mill III-B Indarung IV, untuk operasinal 7 hari dengan waktu rata-rata perhari selama 15 jam, adalah sebesar 18.118 Ton. Sementara itu total konsumsi energi listrik oleh motor dengan rating tegangan 6 kV (High Tension) untuk waktu yang sama adalalah sebesar 320.157,57 kWH. Sehingga diperoleh besarnya konsumsi energi listrik untuk setiap ton Raw Mix pada Raw Mill III-B adalah 17,67 kWH/ton. Berdasarkan standar maksimum yang mampu ditampung oleh Mill, maka jumlah kapasitas Mill dapat ditingkatkan hingga kapasitas 200 ton/jam. Akan tetapi untuk keamanan dan perawatan alat (Mill) maka pola penambahan beban pada Mill, divariasikan dengan tingkat toleransi 10 %, 7,5 %dan 5 % dibawah total maksimum yang sanggup ditampung oleh Mill. Perubahan konsumsi energi listrik motor yang cukup signifikan dengan adanya penambahan beban pada Mill adalah pada motor Mill I, Mill II dan Mill Fan. Sementara untuk motor Separator hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi, karena motor Separator bekerja berdasarkan produk yang dihasilkan Mill, yang bernilai konstan. Sehingga pada perhitungan konsumsi energi listrik pada perubahan beban, data yang digunakan merupakan nilai rata-rata daya motor pada data operasional. Dengan melakukan perhitungan konsumsi energi listrik dengan perubahan pembebanan, maka diperoleh besarnya konsumsi energi listrik oleh motor untuk setiap ton produk adalah sebagai berikut : Untuk pembebanan 90 % dari kapasitas maksimal Mill : 17,47 kWH/ton dengan tingkat penghematan sebesar 1,13 % Untuk pembebanan 92,5 % dari kapasitas maksimal Mill: 17,41 kWH/ton dengan tingkat penghematan sebesar 1,47 % Untuk pembebanan 95 % dari kapasitas maksimal Mill: 17,05 kWH/ton dengan tingkat penghematan sebesar 3,51 % Penambahan beban juga menyebabkan nilai efisiensi motor tersebut menjadi lebih baik seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Efisiensi motor dengan penambahan beban Motor Mill I Mill II Mill Fan eksisting 95,79 95,98 95,56 90% 95,86 96,04 95,61 92,5% 95,91 96,09 95,66 95% 95,91 96,10 95,67 4.6. Konsumsi Energi Listrik dengan Perubahan Nilai Faktor Daya Berdasarkan hasil perhitungan besarnya tingkat konsumsi energi listrik dengan adanya perubahan nilai faktor daya adalah 17,67 kWH/Ton untuk Cos Cos 0,97 dan 17,66 Kwh/ton untuk Cos 0,95, 17,66 Kwh/Ton untuk 0,99. Dapat dilihat bahwa perubahan nilai faktor daya pada motor ini, tidak terlalu mempengaruhi tingkat konsumsi energi listrik karena besarnya nilai rugi-rugi daya yang terdapat pada saluran tidak terlalu besar. Total energi listrik yang dapat dihemat oleh Raw Mill III-B dengan perbaikan faktor daya menjadi 0,97 dalam waktu 1 hari produksi dengan waktu produksi 15 jam ditunjukkan oleh tabel 5: Tabel 5. Energi listrik yang dihemat dengan perbaikan faktor daya menjadi 0,97 Motor Mill I Mill II Separator I Separator II Mill Fan 4..7 Peksisting 0,190 0,242 0,033 0,035 0,141 Pcos 0,97 0,132 0,196 0,031 0,030 0,124 P 0,058 0,046 0,002 0,005 0,017 kWH 0,86 0,69 0,03 0,08 0,25 kWH total 1,92 Evaluasi Kinerja Motor Daya pada motor saat beroperasi, dimana nilai daya aktif (kW) yang terbesar pada masing-masing motor adalah: Mill I : 923.12 kW Mill II : 1143.15 kW Separator I : 186.63 kW Separator II : 184.15 kW Mill Fan : 649.47 kW Dengan pembebanan pada kondisi 90%, 92,5% dan 95% dari kondisi maksimal Mill dapat terlihat bahwa nilai daya aktif (kW) yang terbesar adalah : Mill I : 1035,29 kW Mill II : 1208,19 kW Mill Fan : 692,06 kW Dari data daya aktif (kW) sebelum penambahan beban dan sesudah penambahan beban, penggunaan daya aktif terbesar untuk Mill I 1035,29 kW. Sementara itu untuk motor Mill II adalah 1208,19 kW. Jadi dapat dilihat bahwa untuk kondisi maksimum kapasitas yang dibutuhkan lebih kecil dari kapasitas motor yang ada yaitu 1500 kW. Dari data pembebanan pada kondisi 92,5% dan 95%, perkiraan daya yang dibutuhkan oleh Mill Fan melebihi kapasitas dari motor Fan yang ada, sehingga penambahan beban produksi dengan toleransi tersebut tidak mungkin dilakukan kecuali dilakukan penggantian motor. Untuk motor Separator hanya dilihat pada kondisi operasional karena tidak ada perubahan pembebanan. Daya aktif tertinggi untuk Separator I adalah 186,3 kW. Sementara itu untuk Separator II adalah 184,15 kW. Dan nilai ini juga lebih rendah dibanding kapasitas yang dimiliki oleh motor yaitu 250 kW. 5. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan dan analisa yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Untuk memperbaiki faktor daya motor menjadi 0,97 dibutuhkan nilai daya reaktif dan nilai kapasitansi kapasitor per fasa untuk masing-masing motor sebesar : Motor Mill I : 452,62 kVAR; 38,36 mF Motor Mill II : 338,02 kVAR; 28,65 mF Motor Separator I : 19,22 kVAR; 1,63 mF Motor Separator II : 35,53 kVAR; 3,02 mF Motor Mill Fan :150, 62 kVAR; 12,47 mF 2. Perbaikan faktor daya menjadi 0,97 dapat memperbaiki nilai rugi-rugi daya pada saluran motor yaitu: Motor Mill I : 0,19 kW menjadi 0,132 kW Motor Mill II : 0,242 kW menjadi 0,196 kW Motor Separator I : 0,033 kW menjadi 0,031 kW Motor Separator II : 0,035 kW menjadi 0,030 kW Motor Mill Fan : 0,141 kW menjadi 0,124 kW 3. Perbaikan faktor daya menjadi 0,97 dapat memperbaiki nilai jatuh tegangan pada saluran motor yaitu: Motor Mill I : 206,85 V menjadi 0,98 V Motor Mill II : 85,70 V menjadi 0,20 V Motor Separator I : 12,02 V menjadi 8,91 V Motor Separator II : 14,34 V menjadi 8,70 V Motor Mill Fan : 50,28 V menjadi 28,01 V 4. Tingkat konsumsi energi listrik oleh motor dengan tegangan 6 kV pada Raw Mill III-B Indarung IV PT. Semen Padang adalah sebesar 17,67 kWH/ton Raw Mix. 5. Tingkat konsumsi energi listrik dan penghematan yang diperoleh dengan melakukan penambahan beban produksi pada Mill adalah sebesar : Pembebanan 90 % dari kapasitas maksimal Mill :17,47 kWH/ton Dengan penghematan 1,13 % Pembebanan 92,5 % dari kapasitas maksimal Mill : 17,41 kWH/ton Dengan penghematan 1,47 % Pembebanan 95 % dari kapasitas maksimal Mill : 17,05 kWH/ton Dengan penghematan 3,51 % 6. Penghematan konsumsi energi listrik dengan dilakukannya perbaikan faktor daya menjadi 0,97 untuk waktu produksi 1 hari adalah sebesar 1,92 kWH. 7. Untuk mengurangi biaya konsumsi energi listrik, hendaknya produksi dilakukan pada waktu tidak beban puncak 6. Terima Kasih Penulis Menyampaikan terima kasih kepada Pihak PT. Semen Padang dan Universitas Andalas atas bantuan yang diberikan sehingga terlaksana penelitian ini. 7. Daftar Kepustakaan [1] Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1995. [2] Arismunandar, A, Susumu Kuwahara, Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid III Gardu Induk, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1979. [3] Pabla, A. S, Sistem Distribusi Daya Listrik, Erlangga, Jakarta, 1994. [4] Nazir Refdinal, Diktat Kuliah Mesin-Mesin Listrik II, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang, . [5] PC. Sen, Principles Of Electric Machines And Power Electronics, Second Edition, John Wiley & Sons, New York, 1997. [6] Grainger, J. John, Stevenson, William. D. Jr, Power System Analysis, McGraw-Hill. Inc, International edition, Singapore, 1994. [7] Gonen Turan, Electric Power Distribution System Engineering, McGraw-Hill, Inc, Untied States, 1986. [8] www.hyperphysics.phy-astr.gsu.edu, Induction Motors Action. 2000 [9] Mahmudsyah S, Awwaluddin N, Audit Dan Konversi Energi Energi Dalam Rangka Perbaikan Indeks Pemakaian Energi Listrik di PT. Multi Bintang Indonesia, SSTE-1, Bandung, 2000. [10] Mahmud S, Ridlo AF, Implementasi Deman Side Management (DSM) Untuk Optimalisasi Sistem Beban Listrik PT. PLN Distribusi Wilayah Jawa Timur, SSTE-1, Bandung, 2000.