Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka - BPMPPT-KSB

advertisement
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan Rahmat-Nya
Laporan Akhir Kajian Potensi SDA dalam Rangka Promosi Investasi di Kabupaten
Sumbawa Barat ini dapat diselesaikan dengan baik. Kajian ini merupakan kerjasama
antara Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT)
Kabupaten Sumbawa Barat dengan Lembaga Riset, Publikasi dan Pengabdian pada
Masyarakat (LRP2M) Universitas Cordova-Indonesia.
Penyusunan kajian ini dilakukan dengan tujuan agar Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat dapat merencanakan dan mengimplementasikan program
yang berkaitan dengan pemanfaatan SDA dengan sebaik-baiknya sehingga dapat
meningkatkan iklim investasi dan menarik minat para investor untuk berinvestasi pada
sektor SDA di Kabupaten Sumbawa Barat.
Selain itu, pada kesempatan ini kami Lembaga Riset, Publikasi dan Pengabdian
pada Masyarakat (LRP2M) Universitas Cordova-Indonesia selaku pihak pelaksana kajian
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Sumbawa Barat atas kerjasama
dan kepercayaan yang diberikan untuk melakukan Kajian Potensi SDA dalam Rangka
Promosi Investasi di Kabupaten Sumbawa Barat ini. Semoga dengan adanya kajian ini
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat khususnya kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BPMPPT) dan masyarakat pada umumnya.
Taliwang, 5 Oktober 2016
Ketua LRP2M
Universitas Cordova-Indonesia
Johan Wahyudi, S.IP.,M.A
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I. PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Tujuan
2
1.3. Manfaat
2
1.4. Sasaran Kegiatan
3
1.5. Output Kegiatan
3
1.6. Ruang Lingkup Pekerjaan
3
1.7. Landasan Hukum
4
BAB II. METODE PENELITIAN
6
2.1. Lokasi dan Waktu Studi
6
2.2. Desain Studi
6
2.3. Tipe Studi
6
2.4. Teknik Pengumpulan Data
6
2.5. Metode Analisis
7
2.5.1. Analisi Statistik Dasar
7
2.5.2. Metode Location Quotient (LQ)
7
2.5.3. Analytic Hierarchy Process (AHP)
8
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
iii
2.5.4. Geographical Information System (GIS)
BAB III. GAMBARAN UMUM WILAYAH
10
12
3.1. Geografi
12
3.2. Topografi
14
3.3. Geologi: Struktur dan Kareakteristik Batuan
15
3.4. Jenis Tanah
16
3.4.1. Alluvial Kelabu sampai Kelabu Tua (Entisol)
16
3.4.2. Alluvial Cokelat sampai Cokelat Kelabu
17
3.4.3. Tanah Litosol dan Mediteran Cokelat
17
3.4.4. Tanah Litosol, Mediteran Cokelat Kemerahan dan
18
Mediteran Cokelat (Alfisols)
3.5. Klimatologi
19
3.6. Jenis dan Penggunaan Lahan
19
3.7. Sumber Daya Manusia
22
3.7.1. Kependudukan
22
3.7.2. Pendidikan
26
3.7.3. Kesehatan
29
3.8. Sumber Daya Fisik
31
3.8.1. Kondisi Jalan
31
3.8.2. Transportasi
32
3.9. Kondisi Perekonomian Daerah
34
3.9.1. Keuangan Daerah
34
3.9.2. Perkembangan Ekonomi Regional
35
3.9.3. Struktur Perekonomian
37
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
iv
3.9.4. Pertumbuhan Ekonomi
3.10. Sumber Daya Alam
38
39
3.10.1. Energi
39
3.10.2. Mineral
41
3.10.3. Pariwisata
44
3.10.4. Hidrologi
48
3.10.5. Pulau-pulau Kecil
49
3.11. Gambaran Umum Komoditas Pertanian
50
3.11.1. Tanaman Pangan
50
3.11.2. Perkebunan
57
3.11.3. Peternakan
64
3.11.4. Perikanan
69
3.11.5. Kehutanan
75
BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Komoditas Basis Menggunakan LQ
78
78
4.1.1. Analisis sektor basis (LQ) Tanaman Pangan
78
4.1.2. Analisis sektor basis (LQ) Tanaman Perkebunan
80
4.1.3. Analisis sektor basis (LQ) Tanaman Peternakan
82
4.1.4. Analisis sektor basis (LQ) Tanaman Perikanan
84
4.2. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Pertanian
86
Menggunakan AHP
4.2.1. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Tanaman Pangan
88
4.2.2. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Tanaman
90
Perkebunan
4.2.3. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Peternakan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
92
v
4.2.4. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Perikanan
94
4.2.5. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Kehutanan
96
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
5.2. Rekomendasi
99
99
100
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Pembobotan Untuk Setiap Tingkat dalam Hirarki
9
Tabel 3.1
Nama Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan dan Luas
Wilayah di KSB Tahun 2015
Tabel 3.2
Luas Lahan Menurut Kemiringan dan Kegunaannya di KSB
Tahun 2015
Tabel 3.3
Jenis dan Penggunaan Lahan di KSB Tahun 2011-2015
Tabel 3.4
Luas Tanah/Lahan Sawah dan Lahan Kering di KSB Tahun
2011-2015
Tabel 3.5
Luas penggunaan Lahan Kering Untuk Pertanian dan Hutan
KSB tahun 2011-2015
Tabel 3.6
Luas
Wilayah,
Jumlah
Penduduk,
Rumah
13
15
20
21
22
Tangga,
Kepadatan Penduduk, dan Rata – Rata Anggota Rumah
23
Tangga Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.7
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut
Kecamatan di KSBTahun 2015
Tabel 3.8
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Menurut
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.9
Jumlah Angkatan Kerja di KSB tahun 2015
Tabel 3.10
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Taman Kanak-Kanak (TK)
di KSB Tahun 2015
Tabel 3.11
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Dasar (SD/MI) di
KSB Tahun 2015
Tabel 3.12
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP/MTs) di KSB Tahun 2015
Tabel 3.13
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Menengah Umum
(SMU) di KSB Tahun 2015
Tabel 3.14
Nama Perguruan Tinggi, Jumlah Mahasiswa, Jumlah
Dosen, Ratio Mahasiswa dan Dosen di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
24
25
25
26
27
27
28
29
vii
Tabel 3.15
Jumlah dan Persebaran Beberapa Fasilitas Kesehatan
Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.16
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di KSB
Tahun 2015
Tabel 3.17
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di KSB Tahun 20122015 (Km)
Tabel 3.18
Banyaknya
Kendaaran
Angkutan
Umum
Bermotor
Berdasarkan Jenis di KSB Tahun 2014-2015
30
30
31
32
Tabel 3.19
Realisasi Pendapatan Pemerintah KSB tahun 2015
34
Tabel 3.20
Realisasi Belanja Pemerintah KSB tahun 2015
35
Tabel 3.21
Perkembangan PDRB (ADHB) KSB Tahun 2012-2015 (juta
rupiah)
36
Tabel 3.22
Struktur PDRB (ADHB) KSB Tahun 2012-2015 (%)
37
Tabel 3.23
Laju Pertumbuhan Ekonomi KSB Tahun 2012-2015
38
Tabel 3.24
Produksi dan Penggunaan Listrik di KSB Tahun 2015
39
Tabel 3.25
Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Kecamatan di KSB
Tahun 2011-2015
40
Tabel 3.26
Jenis Sumber Listrik Non PLN di KSB Tahun 2015
41
Tabel 3.27
Jenis dan Potensi Bahan Galian Logam di KSB Tahun 2015
42
Tabel 3.28
Jenis dan Potensi Bahan Galian Nonlogam dan Batuan di
KSB Tahun 2015
43
Tabel 3.29
Potensi Destinasi Wisata di KSB Tahun 2015
45
Tabel 3.30
Jumlah Wisatawan di KSB Tahun 2015
47
Tabel 3.31
Jumlah hotel/Restoran, Kamar, dan Tempat Tidur di KSB
Tahun 2015
Tabel 3.32
Daerah Aliran Sungai Menurut Kecamatan di KSB Tahun
2015
Tabel 3.33
Jumlah, Luas dan Potensi Pengembangan Pulau-pulau Kecil
di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
47
48
49
viii
Tabel 3.34
Luas Panen, Produksi Padi dan Palawija di KSB Tahun 2015
Tabel 3.35
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.36
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Jagung Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.37
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kedelai Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.38
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Ubi Kayu Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.39
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Ubi Jalar Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.40
Luas
Panen,
Produktivitas,
Produksi
Kacang
Hijau
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.41
Luas
Panen,
Produktivitas,
Produksi
Kacang
Tanah
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.42
Luas Panen, Produksi Tanaman Holtikultura di KSB Tahun
2015
Tabel 3.43
Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan di KSB
Tahun 2015
Tabel 3.44
Luas Area Produksi Kelapa Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Tabel 3.45
Luas Area Produksi Jambu Mete dan Tebu Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.46
Luas Area Produksi Jarak Pagar
dan Sisal Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.47
Luas Area Produksi Kopi dan Lada Berdasarkan Kecamatan
di KSB Tahun 2015
Tabel 3.48
Luas
Area Produksi Kakao dan
Kapuk
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
Berdasarkan
51
52
53
53
54
54
55
55
56
58
59
59
60
60
61
ix
Tabel 3.49
Luas
Area
Produksi
Asam
dan
Aren
Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.50
Luas Area Produksi Kemiri dan Jarak Kepyer Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.51
Luas Area Produksi Vanili, dan Tembako Virginia
Luas
Area
Produksi
Tembakau
Rakyat
dan
62
62
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.52
61
Pinang
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.53
Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di KSB Tahun 2015
Tabel 3.54
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan
Peternakan Sapi Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun
63
64
65
2015
Tabel 3.55
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan
peternakan Kerbau Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun
66
2015
Tabel 3.56
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan
peternakan Kambing Berdasarkan Kecamatan di KSB
66
Tahun 2015
Tabel 3.57
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan
peternakan Domba Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun
67
2015
Tabel 3.58
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan
peternakan Kuda Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun
67
2015
Tabel 3.59
Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis di KSB Tahun 2015
Tabel 3.60
Produksi Perikanan Tangkap Per Kecamatan dan Jumlah
Nelayan di KSB tahun 2015
Tabel 3.61
Jenis dan Jumlah Ikan Laut Tangkapan Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
68
69
70
x
Tabel 3.62
Luas Potensi Areal, Pemanfaatan dan Jumlah Produksi
Rumput Laut di KSB Tahun 2010-2014
Tabel 3.63
Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Budidaya
Rumput Laut Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.64
Luas Potensi Areal, dan Produksi Perikanan Air Payau dan
Tawar Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.65
Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Tambak
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.66
Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Kolam
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.67
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di KSB Tahun
2014
71
72
73
74
74
76
Tabel 3.68
Produksi Hutan di KSB Tahun 2014
76
Tabel 3.69
Potensi Rotan KSB Tahun 2015
77
Tabel 4.1.
Hasil Analisis LQ Tanaman Pangan di KSB Tahun 2015
78
Tabel 4.2.
Hasil Analisis LQ Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015
80
Tabel 4.3.
Hasil Analisis LQ Peternakan Hewan Besar di KSB Tahun
2015
82
Tabel 4.4.
Hasil Analisis LQ Peternakan Unggas di KSB Tahun 2015
83
Tabel 4.5.
Hasil Analisis LQ Perikanan di KSB Tahun 2015
85
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Struktur Heirarki dalam AHP
Gambar 3.1.
Proporsi Pembagian Wilayah di Kabupaten Sumbawa
Barat
Gambar 3.2.
Peta Administrasi Kabupaten Sumbawa Barat
Gambar 3.3.
Grafik Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
KSB Tahun
Gambar 3.4.
Peta Infrastruktur Kabupaten Sumbawa Barat
Gambar 3.5.
Peta Potensi Pertambangan Galian Logam di KSB
tahun 2015
Gambar 3.6.
Peta Potensi Pertambangan Galian Non Logam dan
Batuan di KSB tahun 2015
Gambar 3.7.
Peta Potensi Destinasi Pariwisata di KSB Tahun 2015
Gambar 3.8.
Grafik Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi
di KSB Tahun 2011-2015
Gambar 3.9.
Grafik Luas Panen, Produktivitas, Produksi Palawija
di KSB Tahun 2014-2015
Gambar 3.10.
Grafik Produksi Tanaman Hortikultura di KSB Tahun
2015
Gambar 3.11.
Peta Potensi Tanaman Pangan di KSB Tahun 2015
Gambar 3.12.
Grafik Luas Tanam, Produksi Tanaman Perkebunan
di KSB Tahun 2011 – 2015
Gambar 3.13.
Peta Potensi Tanaman Perkebunan di KSB Tahun
2015
Gambar 3.14.
Grafik Populasi Ternak Besar di KSB Tahun 20112015
10
13
14
24
33
42
44
46
51
52
56
57
58
63
65
Gambar 3.15.
Grafik Populasi Unggas di KSB Tahun 2011-2015
68
Gambar 3.16.
Peta Potensi Peternakan di KSB Tahun 2015
69
Gambar 3.17.
Grafik Produksi Perikanan Tangkap di KSB Tahun
71
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
xii
2011–2015
Gambar 3.18.
Grafik Luas Potensi Areal, Pemanfaatan dan Jumlah
Produksi Rumput Laut di KSB Tahun 2011-2015
Gambar 3.19.
Grafik Luas Potensi Areal, dan Produksi Perikanan
Air Payau dan Tawar di KSB Tahun 2015
Gambar 3.20.
Peta Luas Areal dan Produksi Perikanan di KSB
Gambar 3.21.
Peta Potensi Kehutanan Rotan di KSB Tahun 2015
Gambar 4.1.
Peta
Unggulan
Tanaman
Pangan
Berdasarkan Hasil LQ
Gambar 4.2.
Peta Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan
Berdasarkan Hasil LQ
Gambar 4.3.
Peta
Komoditas
Unggulan
Peternakan
Besar
Berdasarkan Hasil LQ
Gambar 4.4.
Peta Komoditas Unggulan Peternakan Unggas
Berdasarkan Hasil LQ
Gambar 4.5.
Peta Komoditas Unggulan Perikanan Berdasarkan
Hasil LQ
Gambar 4.6.
Hierarki Penentapan Komoditas Unggulan Tanaman
Pangan
Gambar 4.7.
Diagram
Bobot
Prioritas
Komoditas
74
75
Tahun 2015
Komoditas
72
77
79
81
82
83
85
89
Unggulan
Tanaman Pangan Berdasarkan Seluruh Kriteria yang
89
Dipertimbangkan
Gambar 4.8.
Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan
Perkebunan
Gambar 4.9.
Diagram
Bobot
Perkebunan
Prioritas
Berdasarkan
Komoditas
Seluruh
91
Unggulan
Kriteria yang
91
Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan
93
Dipertimbangkan
Gambar 4.10.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
xiii
Peternakan
Gambar 4.11.
Diagram
Bobot
Peternakan
Prioritas
Berdasarkan
Komoditas
Seluruh
Unggulan
Kriteria
yang
93
Dipertimbangkan
Gambar 4.12.
Hierarki Penentapan Komoditas Unggulan Perikanan
Gambar 4.13.
Diagram
Perikanan
Bobot
Prioritas
Berdasarkan
Komoditas
Seluruh
95
Unggulan
Kriteria
yang
95
Dipertimbangkan
Gambar 4.14.
Hierarki Penetapan Komoditas Unggulan Kehutanan
Gambar 4.15.
Diagram
Kehutanan
Bobot
Prioritas
Berdasarkan
Komoditas
Seluruh
97
Unggulan
Kriteria
yang
97
Dipertimbangkan
Gambar 4.16.
Peta Prioritas Komoditas Unggulan Pertanian
Berdasarkan Hasil AHP di Kabupaten Sumbawa
Barat
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
98
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan salah satu kabupaten dengan
pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat sehingga menjadikan KSB sebagai pintu
gerbang bisnis dan industri di Wilayah Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tingginya
tingkat pertumbuhan ekonomi ini
tidak terlepas dari adanya kebijakan-kebijakan
pemerintah daerah yang terus mendorong dan meningkatkan pertumbuhan. Salah satu
kebijakan yang dilakukan adalah meningkatkan iklim investasi di KSB terutama investasi
pada bidang Sumber Daya Alam (SDA). Dimana KSB merupakan salah satu kabupaten
di Provinsi NTB yang sangat kaya akan SDA yang meliputi sektor pertambangan,
pertanian
(pertanian
tanaman
pangan,
perikanan
dan
kelautan,
kehutanan,
perkebunan, peternakan), pariwisata, industri, perdagangan, perhubungan dan lain
sebagainya.
SDA dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Keberadaan potensi SDA yang
cukup besar di KSB merupakan modal besar guna mendukung perencanaan,
pelaksanaan, percepatan dan pemerataan pembangunan daerah. Akan tetapi, Salah
satu yang menjadi kelemahan dasar pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan
dan mempromosikan potensi SDA untuk meningkatkan iklim investasi daerah adalah
kurangnya informasi detail tentang potensi SDA yang dimiliki, sehingga menyulitkan
bagi instansi teknis untuk dapat memanfaatkan potensi ini guna kepentingan
pelaksanaan pembangunan daerah khususnya di bidang pembangunan dan penyediaan
infrastruktur dasar.
Informasi detail yang terintegrasi tentang potensi SDA sangat diperlukan oleh
Pemerintah Daerah KSB sehingga dapat mempromosikan dan mengembangkan potensi
SDA pada berbagai sektor seperti sektor pertanian (pertanian tanaman pangan,
perikanan dan kelautan, kehutanan, perkebunan, peternakan), pariwisata, industri,
perdagangan, perhubungan dan lain sebagainya.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
1
Sebagai langkah awal perlu dilakukan suatu upaya identifikasi dan inventarisasi
melalui kajian pemetaan potensi SDA dalam rangka promosi investasi dan peranannya
terhadap pembangunan perekonomian di wilayah KSB. Kajian ini nantinya bertujuan
untuk mengetahui potensi dan tingkat pemanfaatan SDA serta menentukan komoditas
unggulan pertanian KSB
yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah
daerah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan untuk pembangunan daerah terutama
dalam hal menarik minat investor guna berinvestasi di wilayah KSB.
1.2. Tujuan
Tujuan dari kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi di Kabupaten
Sumbawa Barat ini adalah:
1) Tersedianya data-data detail tentang potensi SDA yang disajikan dalam bentuk
profil potensi SDA dan peta.
2) Tersedianya data-data tentang potensi SDA eksisting dan kondisi pemanfaatan.
3) Untuk menentukan komoditas unggulan pertanian yang meliputi subsektor
tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
1.3.
Manfaat
Manfaat kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi di Kabupaten
Sumbawa Barat adalah sebagai berikut:
1) Sebagai
referensi
bagi
Pemerintah
daerah
KSB
dalam
mengelolah
dan
memanfaatkan SDA.
2) Sebagai acuan bagi para
investor (penanam modal) untuk berinvestasi pada
pengembangan dan pengelolaan SDA di KSB.
3) Sebagai bahan referensi dan pertimbangan Pemerintah Daerah KSB dalam
mengembangkan potensi SDA dan komoditas unggulan pertanian.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
2
1.4.
Sasaran Kegiatan
Sasaran yang ingin dicapai pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi
investasi di Kabupaten Sumbawa Barat ini antara lain:
1) Terinventarisasinya data, informasi dan peta mengenai potensi SDA di KSB.
2) Identifikasi awal terhadap aspek kewilayahan yang terdiri dari kondisi umum
(Geografis) wilayah, penggunaan lahan (land use), kondisi infrastruktur wilayah,
perekonomian, potensi wilayah, sektor/ komoditas unggulan pertanian, peluang
investasi, serta informasi pendukung lainnya.
1.5.
Output Kegiatan
Output yang dihasilkan pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi di
Kabupaten Sumbawa Barat ini adalah:
1) Buku profil potensi SDA dalm rangka promosi invstasi di KSB yang berisi data
potensi, eksisting, kondisi pemanfaatan, aksesibilitas dan sarana penunjang
lainnya.
2) Peta sebaran potensi SDA dan komoditas unggulan pertanian di KSB.
3) Hasil analisis dan peta komoditas unggulan pertanian (tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) di KSB.
1.6. Ruang Lingkup Pekerjaan
Adapun ruang lingkup kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi di
Kabupaten Sumbawa Barat ini adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan instrument pengumpulan data/informasi SDA dan komoditas
unggulan pertanian;
2) Pengumpulan data sekunder dan survey lapangan ke wilayah studi dalam rangka
melengkapi data dan informasi serta mengidentifikasi potensi SDA dan
penentuan komoditas unggulan pertanian
3) Kajian literatur terhadap sumber data dan informasi;
4) Melakukan pemetaan terhadap kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
3
5) Pengelolaan dan analisis data dan informasi potensi SDA, kondisi dan
karakteristik wilayah.
6) Menganalisis secara komprehensif, integrative secara spasial terhadap alternative
kondisi dan potensi SDA yang mencakup antara lain: analisis potensi SDA,
analisis komoditas unggulan pertanian, analisis ekonomi, dan sumber daya fisik.
1.7.
Landasan Hukum
Kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi ini disusun bedasarkan pada
ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku secara nasional maupun di
daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Adapun landasan hukum kajian ini adalah
sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
2) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
3) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
Untuk Penataan Ruang Wilayah
4) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota
5) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
6) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
7) Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional
8) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
9) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005 - 2025
10) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
11) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
12) Peraturan presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2009-2014.
13) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang perubahan atas Peraturan Menteri
dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
4
14) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
15) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang
16) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun 2006 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
17) Peraturan Daaerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil
18) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2005-2025
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
5
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Lokasi dan Waktu Studi
Lokasi kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi ini yaitu di KSB yang
terdiri atas 8 kecamatan yaitu Kecamatan Sekongkang, Maluk, Jereweh, Taliwang,
Brang Ene, Brang Rea, Seteluk dan Poto Tano. Studi kajian dilakukan selama 3 (tiga)
bulan 60 hari kerja mulai dari tanggal 15 Agustus sampai dengan 13 Oktober 2016,
mulai dari persiapan sampai dengan pengumpulan laporan akhir kajian.
2.2. Desain Studi
Dalam penyusunan kajian potensi SDA ini dilakukan dengan membuat desain
studi berupa outline pelaksanaan kegiatan dan instrumen‐instrumen penyusunan
sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan ini.
2.3. Tipe Studi
Berdasarkan tujuan studi pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi
investasi ini, maka studi kajian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif akan menjelaskan dan menggambarkan data dan
informasi, analisis komoditas unggulan dan peta spasial tentang potensi-potensi SDA di
KSB.
2.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada kajian potensi SDA dalam
rangka promosi investasi ini adalah sebagai berikut :
1. Studi dokumentasi (dokumentation research)
Studi dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data sekunder dari sejumlah
instansi
terkait
seperti
Badan
Perencanaan
dan
Pembangunan
Daerah
(BAPPEDA), Badan Pusat Statistik (BPS) KSB dan instansi lainnya yang
berhubungan dengan SDA.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
6
2. Studi lapangan (field research)
Studi lapangan bertujuan untuk mendapatkan data primer dari sejumlah
narasumber atau Tim Pakar yang berkaitan dengan potensi-potensi SDA dan
komoditas unggulan pertanian di KSB. Studi lapangan dapat dilakukan melalui
Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam (indepth-interview)
dengan pemangku-pemangku kepentingan (stakeholder) terkait poetensi SDA.
2.5. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dan
menggambarkan potensi SDA di KSB adalah metode analisis statistik dasar, Location
Quotient (LQ), Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Geographical Information System
(GIS).
2.5.1. Analisis Statistik Dasar
Analisis statistik dasar yang digunakan meliputi perhitungan rataan, kisaran
suatu data, dan uji t, untuk menentukan gambaran umum tentang sebaran data
kuantitatif dan kualitatif yang sudah dikuantitatifkan. Data kuantitatif dapat berupa
data produksi komoditas tertentu, data kependudukan, data jala, sedangkan untuk data
kualitatif dapat berupa pendapat atau persepsi ahli (kualitatif) yang kemudian
ditranformasikan dengan cara memberikan skor atau nilai (kuantitatif).
2.5.2. Metode Location Quotient (LQ)
Analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor/sub sektor unggulan dan atau
ekonomi
basis
dalam
perekonomian
wilayah
sektor/subsektor
unggulan
yang
berkembang dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan daerah. Nilai LQ akan memberikan
indikasi kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan suatu komoditas. Metode
perhitungan penentuan sektor basis menggunakan LQ mengacu pada formula sebagai
berikut:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
7
LQ =
𝑥𝑖 /𝑥𝑡
𝑋𝑖/𝑋𝑡
Dimana:
xi : total produksi komoditas/luas area i pada tingkat kecamatan
xt : total produksi subsektor/luas area t pada tingkat kecamatan
Xi : total produksi komoditas/luas area i pada tingkat kabupaten
Xt : total produksi subsektor/luas area t pada tingkat kabupaten
Perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu:
LQ > 1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.
Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi
kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
LQ = 1; komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif.
Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu
untuk diekspor.
LQ < 1; komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah
tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.
2.5.3. Analytic Hierarchy Process (AHP)
Pemilihan prioritas komoditas unggulan pertanian di KSB dilakukan dengan
menggunakan
metode
Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode AHP dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori utama yaitu (1) choice (pilihan), yang merupakan
evaluasi atau penetapan prioritas dari berbagai alternatif tindakan yang ada, dan (2)
forecasting (peramalan), yaitu evaluasi terhadap berbagai alternatif hasil di masa yang
akan datang. Dengan metode ini para pembuat keputusan nantinya dapat menguraikan
permasalahan yang kompleks ke dalam struktur berjenjang yang menunjukkan
hubungan antara goal (tujuan), objective (kriteria), subobjective (sub-kriteria), dan
alternatif komoditas yang akan diprioritaskan. Adapun Langkah-langkah dalam metode
AHP pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi ini adalah sebagai
berikut:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
8
1. Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif yang kemudian disusun dalam sebuah
hirarki. Pada kajian ini, tujuan dari AHP adalah untuk menentukan prioritas
komoditas unggulan pertanian di KSB. Kriteria yang dimasukkan pada pemilihan
adalah Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM), kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Daerah (KPAD), peluang pasar (PP), Peluang Investasi (PI),
kesesuaian lahan (KL), ketersediaan sarana produksi (KSP), kebijakan pemerintah
daerah (KPD), dan Penyerapan Tenaga Kerja(PTK).
2. Melakukan pembobotan terhadap kriteria dengan perbandingan berpasangan
(pairwise comparison). Pembobotan dilakukan untuk setiap tingkatan dalam hirarki.
Bobot yang digunakan adalah skala yang dibangun oleh Saaty dengan nilai 1 sampai
dengan 9. Nilai bobot menggambarkan tingkat kepentingan masing-masing kriteria.
Nilai 1 menggambarkan bahwa dua kriteria yang dibandingkan memiliki tingkat
kepentingan yang sama, sedangkan nilai 9 menggambarkan tingkat kepentingan
yang mutlak. Berikut disajikan tabel pembobotan untuk setiap tingkat dalam hirarki.
Nilai Bobot
1
Tabel 2.1
Pembobotan untuk Setiap Tingkat dalam Hirarki
Kriteria
Keterangan
Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar terhadap tujuan
3
Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari Elemen yang lain
5
Elemen yang satu lebih penting
dari Elemen yang lain
7
Elemen yang satu jelas lebih
penting dari Elemen yang lain
Elemen yang satu mutlak lebih
penting dari Elemen yang lain
9
2, 4, 6, 8
Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan
Pengalaman dan penilaian sedikit
mendukung satu elemen dibanding
elemen yang lain
Pengalaman dan penilaian sangat
kuat mendukung satu elemen
dibanding elemen yang lain
Satu elemen dengan kuat didukung
dan dominan terlihat dalam praktek
Bukti yang mendukung elemen yang
satu terhadap elemen yang lain
memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin menguatkan
Nilai ini diberikan bila ada kompromi
di antara dua Pilihan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
9
3. Menyusun prioritas unsur keputusan dan pengaruh setiap unsur dalam tingkatan
hirarki tertentu terhadap tujuan utama.
4. Menguji keabsahan nilai matriks berpasangan dengan menghitung nilai rasio
konsistensi. Pada umumnya nilai inkonsistensi sebesar 10% masih dapat diterima,
meskipun pada beberapa kasus toleransinya lebih dari angka itu.
GOAL
CRITERIA
ALTERNATIVES
Gambar 2.1. Struktur Hierarki dalam AHP
2.5.4. Geographical Information System (GIS)
Geographical Information System (GIS) merupakan wadah peta-peta dalam
bentuk digital. GIS dapat membantu memecahkan permasalahan geografi, suatu sistem
pendukung keputusan spasial, inventarisasi fasilitas yang tersebar secara geografis, alat
untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak tampak dalam informasi geografi, alat untuk
melakukan operasi terhadap data geografi yang terlalu banyak atau mahal atau tidak
akurat jika dilakukan dengan tangan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
10
Data geografi di dalam GIS nantinya akan ditransformasikan ke dalam bentuk
informasi geografi. Data geografi dimulai sebagai data feature mentah yang memiliki
posisi dan atribut, selanjutnya ditumpang-tindihkan (overlay) dengan data set lainnya
yang kemudian membentuk hubungan (relasi) bersama. Data dan hubungan dianalisis,
dilakukan proses geoprocessing, dan kemudian disajikan sebagai produk informasi
geografi. Produk informasi geografi ini biasanya merupakan aplikasi perangkat lunak
interaktif yang digunakan untuk membantu manusia dalam pengambilan keputusan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
11
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1. Geografi
KSB merupakan salah satu daerah dari sembilan kabupaten/kota yang berada di
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Sumbawa pada tahun 2003 berdasarkan Undang-undang No. 30 Tahun
2003 tentang Pembentukan KSB. Secara geografis, KSB terletak antara 08o 29‟ dan
9o07‟ LS dan antara 116
o
42‟ – 117
o
05‟ BT. Posisi KSB ini tergolong cukup strategis
karena merupakan „Pintu Gerbang‟ dari Pulau Lombok menuju Pulau Sumbawa.
Sedangkan secara administrasi, KSB memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Alas Barat dan Kecamatan Alas
Kabupaten Sumbawa.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batu Lanteh dan Kecamatan Lunyuk
Kabupaten Sumbawa.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Alas.
Luas wilayah KSB sekitar 1.849,02 km2, dengan ketinggian antara 0-1.730 meter
di atas permukaan laut. KSB dibagi menjadi 8 kecamatan dan 65 desa. Kecamatan
yang memiliki jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Taliwang (15 desa), sedangkan
yang jumlah desanya paling sedikit adalah Kecamatan Jereweh hanya memiliki 4 desa.
Secara lebih rinci luas wilayah per kecamatan disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
12
No
Tabel 3.1
Nama Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah
di KSB Tahun 2015
Banyaknya
Luas Wilayah
Kecamatan
Proporsi (%)
Desa/Kelurahan
(Km2)
1
Pototano
8
158,88
8.59
2
Seteluk
10
236,21
12.77
3
Taliwang
15
375,93
20.33
4
Brang Ene
6
140,90
7.62
5
Brang Rea
9
212,07
11.47
6
Jereweh
4
260,19
14.07
7
Maluk
5
92,42
5.00
8
Sekongkang
8
372,42
20.14
65
1.849,02
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016
8.59%
20.14%
12.77%
14.07%
11.47%
7.62%
5.00%
20.33%
Sekongkang
Jerew eh
Maluk
Taliw ang
Brang Ene
Brang Rea
Seteluk
Poto Tano
Gambar 3.1. Proporsi Pembagian Wilayah di Kabupaten Sumbawa Barat
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
13
Gambar 3.2. Peta Administrasi Kabupaten Sumbawa Barat
3.2.
Topografi
Keadaan Topografi di Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat sangat beragam, mulai
topografi datar, bergelombang, curam dan sangat curam dengan ketinggian berkisar
antara 0 sampai 1.730 meter dari permukaan laut (mdpl), meliputi:
a) Tofografi Datar: Kemiringan lahan 0-2% dengan luas sebesar 21.822 Ha
(11.80%)
b) Topografi Bergelombang: Kemiringan lahan 2.01-15% dengan luas sebesar
16.369 Ha (8.85%)
c) Topografi Curam: Kemiringan lahan 15.01-40% dengan luas sebesar 53.609 Ha
(28.99%)
d) Topografi sangat curam: kemiringan lahan di atas 40% dengan luas sebesar
93.102 Ha (50.36%)
Ketinggian ibu kota pada setiap kecamatan di KSB berkisar antara 7-31 mdpl.
Topografi datar dan bergelombang sebagian besar dipergunakan untuk kawasan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
14
pemukiman dan lahan pertanian, sedangkan topografi curam sampai dengan sangat
curam sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung yang berfungsi untuk
melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah.
Tabel 3.2
Luas Lahan Menurut Kemiringan dan Kegunaannya di KSB Tahun 2015
Luas
Kemiringan
Persentase
Topografi
Lahan
Kegunaan
(%)
(Ha)
(Ha)
Datar
0-2
21.822
11.80
Pemukiman, Lahan
Pertanian
Bergelombang
2.01-15
16.369
8.85
Pemukiman, Lahan
Pertanian
Curam
Sangat curam
15.01-40
53.609
28.99
Kawasan Hutan
>40
93.102
50.36
Kawasan Hutan
Sumber: BPS KSB, 2016
3.3.
Geologi: Struktur dan Karakteristik Batuan
Morfologi KSB terdiri atas beberapa satuan morfologi, yaitu pedataran yang
meliputi 20%-30% KSB. Wilayah yang termasuk pada satuan morfologi pedataran ini
diantaranya beberapa wilayah di pesisir pantai dan sekitar
sungai besar
dengan
batuan-batuan penyusunnya adalah batuan kuarter sebagai hasil sedimentasi dari
sungai dan pantai (aluvium). Satuan morofologi perbukitan bergelombang-dan terjal
mendominasi morfologi wilayah KSB. Morfologi perbukitan ini tersusun oleh batuanbatuan gunung api/produk vulkanik seperti lava, breksi, tuff, dan batuan lain adalah
batu gamping terumbu hasil pengendapan laut.
Pembagian morfologi KSB didasarkan atas perbedaan morfografi, morfogenesis
dan morfokronologi, dipisahkan menjadi: Morfologi Vulkanik Tua, Morfologi perbukitan
sedimen dan morfologi tambora. Morfologi vulkanik tua terdapat di sekitar G. Tambora
dan
G. Labumbum, dicirikan dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan pembentuk
berupa lava dan endapan aliran piroklastik yang sudah mengalami pelapukan tingkat
lanjut. Morfologi Perbukitan Sedimen, terdapat di sebelah utara G. Tambora, dicirikan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
15
dengan pola aliran sungai relatif paralel dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan
penutup berupa batugamping; Morfologi Tambora, menempati bagian tengah,
memperlihatkan bentuk kerucut terpancung. Pada bagian puncaknya terdapat kaldera
berdiameter 6x7 km dengan tinggi kaldera sekitar 900-960 m. Dasar kaldera
merupakan daerah datar yang terkadang digenangi air dan di bagian selatan
tenggaranya terdapat kerucut kecil Doro Api Toi. Di Morfologi Kerucut Luar (Kerucut
Sinder dan Kerucut Lava), tersebar hampir di sekeliling tubuh G. Tambora, pada
umumnya berdimensi kecil berstruktur kawah di bagian puncaknya dengan tingkat erosi
rendah-sedang, batuan pembentuk berupa lava, endapan jatuhan piroklastik (preatik
dan preatomagmatik).
Batuan yang tersingkap yang tersebar di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat
didominasi oleh batuan-batuan hasil dari proses vulkanisme Gunung Tambora yang
berumur Miosen. Batuan-batuan lainnya adalah hasil sedimentasi kuarter – miosen
berupa batupasir, batulempung tufan, batugamping
3.4.
Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat terbagi atas 4 jenis tanah
menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor (1965) diantara kelompok tanah alluvial kelabu
sampai kelabu tua (entisol), alluvial cokelat sampai coklat kelabuan, litosol dan
mediteran coklat, Tanah litosol, mediteran cokelat kemerahan dan mediteran cokelat
(Alfisols).
3.4.1. Alluvial Kelabu sampai Kelabu Tua (Entisol)
Tanah ini entisol disebut juga tubuh tanah endapan atau recent deposits, yang
belum memiliki perkembangan profil yang baik. Tanah berwarna kekelabu-kekelabuan.
Tekstur tanah liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50 %.
Strukturnya pejal atau tanpa struktur, sedangkan konsistensinya keras waktu kering
dan teguh waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak
tergantung kepada bahan induknya. Bahan induknya berasal dari bahan alluvial dan
koluvial
dengan
kandungan
bahan
organik
yang
rendah,
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
sedangkan
reaksi
16
kemasamannya bervariasi dari masam, netral sampai basa. Permeabilitasnya lambat
atau drainasenya rata-rata sedang sampai cukup peka terhadap gejala erosi. Proses
pembentukan tanah adalah alterasi lemak atau tanpa pembentukan.
Secara keseluruhan tanah ini mempunyai sifat-sifat fisika yang kurang baik sampai
sedang, sifat kimianya sedang sampai baik, oleh sebab itu produktivitasnya rendah
sampai tinggi. Wilayah penyebarannya terdapat di berbagai keadaan iklim dengan
ketinggian yang beragam, tetapi umumnya di dataran rendah dengan Fisiografi dataran
dengan bentuk wilayah datar dan sering tergenang.
3.4.2. Alluvial Coklat sampai Coklat Kelabuan
Tanah ini disebut juga sebagai tubuh tanah endapan atau recent deposits, yang
belum memiliki perkembangan profil yang baik. Tanah berwarna kekelabu-kekelabuan
sampai kecoklat-coklatan. Tekstur tanahnya liat atau liat berpasir dengan kandungan
pasir kurang dari 50 %. Strukturnya pejal atau tanpa struktur, sedangkan
konsistensinya keras waktu kering dan teguh waktu lembab. Kandungan unsur haranya
relatif kaya dan banyak tergantung kepada bahan induknya. Bahan induknya berasal
dari bahan alluvial dan koluvial dengan kandungan bahan organik yang rendah,
sedangkan reaksi kemasamannya bervariasi dari masam, netral sampai basa.
Permeabilitasnya lambat atau drainasenya rata-rata sedang sampai cukup peka
terhadap gejala erosi.
Proses pembentukan tanah adalah alterasi lemak atau tanpa
pembentukan.
Secara keseluruhan
tanah ini mempunyai sifat-sifat fisika yang kurang baik
sampai sedang, sifat kimianya sedang sampai baik, oleh sebab itu produktivitasnya
rendah sampai tinggi. Wilayah penyebarannya terdapat di berbagai keadaan iklim
dengan ketinggian yang beraneka ragam, tetapi umumnya di dataran rendah dengan
fisiografi dataran dengan bentuk wilayah datar.
3.4.3. Tanah Litosol dan Mediteran Cokelat
Tanah ini merupakan solum tanah yang sangat tipis bahkan sampai tidak ada.
Oleh karena itu, tanah ini merupakan lapisan bahan induk dengan pecahan-pecahan
batuan yang telah mengalami pelapukan dimana di bagian bawahnya terdapat batuan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
17
induk pejal. Kandungan bahan organic tanah rendah sampai tidak ada, warna tanah
dan konsistensinya bervariasi. Kandungan unsure hara, ph, dan permeabilitasnya
bervariasi. Tekstur tanah umunya kasar (berpasir atau berkerikil). Sedangkan Struktur
tanah tidak ada atau butir lepas. Proses pembentukan tanah hamper tidak ada atau
termasuk alterasi lemah.
Secara umum tanah ini mempunyai sifat fisik dan kimia yang tidak baik dan
produktivitasnya rendah. Bahan batuan tanah terdiri dari batuan beku dan batuan
endapan pejal. Tanah jenis ini masih dapat ditanami dengan rerumputan pakan ternak,
tegalan dengan palawija atau tanaman keras. Peyebaran tanah bervariasi yaitu dari
fisiografi lipatan dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit.
3.4.4. Tanah Litosol, Mediteran Cokelat Kemerahan dan Mediteran Cokelat
(Alfisols)
Tanah ini disebut juga tanah kapur merah dengan bahan induknya batu kapur,
batuan endapan dan tuf volkan. Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang cukup
tebal yaitu 90-120 cm. warnah tanah berwarna cokelat sampai merah. Tekstur tanah
agak bervariasi dari lempung sampai liat, dengan struktur gumpal sampai gumpal
bersudut, konsistensinya dari gembur sampai teguh. Kandungan bahan organik tanah
ini dari sangat rendah sampai rendah dengan ph tanah sekitar 6.0-7.5. kadar unsur
hara tanah ini tergolong tinggi tergantung pada bahan induknya. Daya menahan air dan
permeabilitas tanah sedang dan terkadang air pada tanah ini merupakan pembatas
utama.
Secara umum tanah ini mempunyai sifat fisik mulai dari sedang sampai baik, sifat
kimianya tergolong baik. Oleh karena itu tanah ini memiliki produktivitas mulai dari
sedang sampai tinggi. Penyebaran tanah ini bervariasi mulai dari ketinggian 0-400
meter dpl, dengan fisiografi lipatan wilayah berbukit sampai bergunung. Penggunaan
tanah ini berupa lahan padi sawah, baik yang irigasi maupun tadah hujan, perkebunan,
hortikultura, tegalan dan padang rumput.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
18
3.5.
Klimatologi
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan daerah yang beriklim trofis yang ditandai
dengan dua musim, yaitu musim panas dan musim penghujan. Musim penghujan
berlangsung antara bulan Mei – September. Rata-rata hari hujan di Kabupaten
sumbawa barat Tahun 2015 berkisar antara 6,6 sampai dengan 12,81 hari
dengan
tingkat curah hujan rata-rata mencapai 69.4 sampai dengan 145.72 mm/tahun setiap
bulannya dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 380
mm/tahun. Sedangkan musim panas atau kemarau berlangsung antara bulan
November-April. Akan tetapi karena perubahan adanya pemanasan global maka sering
terjadi pergeseran musim, yang berpengaruh terhadap waktu pergantian musim.
Sedangkan untuk suhu udara di Kabupaten Sumbawa Barat pada pagi hari berkisar
antara 18 - 23 oC, sedangkan pada siang hari suhu udara berkisar antara 27 - 35 oC,
dengan kelembaban udara rata-rata 80%.
3.6.
Jenis dan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di KSB dibagi menjadi penggunaan lahan sawah dan lahan
kering. Berdasarkan data BPS KSB tahun 2015 penggunaan lahan untuk lahan kering
sebesar 173.165 hektar. sedangkan untuk lahan sawah sebesar 11.737 hektar.
Penggunaan lahan sawah terbagi atas sawah irigasi dan sawah tanah hujan. Dimana
luas areal sawah irigasi sebesar 9.100 hektar dan sawah tadah hujan sebesar 2.637
hektar. Sedangkan penggunaan lahan untuk lahan kering meliputi tegal/kebun dengan
luas 6.317 hektar, ladang/huma 2.394 hektar, perkebunan 5.232 hektar, ditanami
pohon/hutan rakyat sebesar 2.879 hektar, padang rumput/pengembalaan sebesar
2.685 hektar, sementara tidak diusahakan sebesar 2.334 hektar dan lain-lain
(pekarangan, hutan Negara, sungai, dan lain-lain) sebesar 151.324 hektar. Secara jelas
jenis dan penggunaan lahan di KSB tahun 2011-2015 disajikan pada Tabel 3.3. di
bawah ini:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
19
No
A.
1.
2.
3.
B.
Tabel 3.3
Jenis dan Penggunaan Lahan di KSB Tahun 2011-2015
Jenis Lahan
2011
2012
2013
2014
Tanah Sawah:
9.705
11.105 11.149
11.625
Sawah Irigasi
7.750
8.780
8.279
9.100
2015
11.737
9.100
1.
Sawah Tadah Hujan
Rawa Lebak
Tanah Kering/Bukan
sawah:
Tegal/Kebun
2.
Ladang/Huma
2.946
2.396
1.859
2.394
2.394
3.
Perkebunan
5.332
5.332
5.581
5.232
5.232
4.
Ditanami
pohon/Hutan Rakyat
Padang Rumput/
Penggembalaan
Sementara tidak
diusahakan
3.179
2.879
2.880
2.879
2.879
2.610
2.685
2.679
2.685
2.685
2.307
2.307
2.733
2.334
2.334
151.463
151.468
151.466
151.324
184.902
184.902
5.
6.
7.
Lain-lain
Jumlah
Sumber: BPS KSB, 2016
1.955
0
2.325
0
2.805
0
2.525
0
173.797
173.753
173.277
7.360
6.730
6.555
6.429
6.317
175.197
184.902 184.902
2.637
0
173.165
151.324
184.902
Melihat Potensi pengembangan kawasan pertanian dalam arti luas. Penggunaan
Lahan sawah tahun 2011 seluas 9,705 Ha (5,23% dari luas wilayah daratan), tahun
2015 seluas 11 737 Ha (6,60 %), sehingga laju perkembangan 6,01 % per tahun, serta
prediksinya tahun 2020 seluas 16.461 Ha. Sedangkan penggunaan lahan kering tahun
2011 seluas 175.211 Ha (94,76 % dari luas daerah daratan), tahun 2015 seluas
172.698 Ha (93,40 %), sehingga laju perkembangan turun 0,36 % per tahun, serta
prediksinya tahun 2020 seluas 168.441 Ha.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
20
No
Tabel 3.4
Luas Tanah/Lahan Sawah dan Lahan Kering di KSB Tahun 2011-2015
Kondisi Tahun (Ha)
Luas
Daratan/Lahan
2011
2012
2013
2014
2015
1
Luas Lahan Sawah
9.705
11.105
11.365
11.625
11 737
2
Luas Lahan Kering
175.179
173.797
173.537
173.277
173 165
3
Total
184.902
184.902
184.902
184.902
184.902
Sumber : BPS KSB, 2016
Penggunaan lahan kering untuk pertanian dalam arti luas (tanaman, pangan,
perkebunan dan peternakan) tahun 2011 seluas 18.248 Ha (9,87 % dari luas wilayah
daratan), tahun 2015 seluas 16.829 Ha (9,10 %), sehingga laju perkembangan turun
1,97 % pertahun, serta prediksinya tahun 2020 seluas 15.616 Ha (8,45 %).
Lahan kering berupa kawasan hutan (Hutan Lindung dan Hutan Produksi) :
Tahun 2011 total kawasan hutan 126.261 Ha (68,29 % dari luas wilayah daratan),
hutan lindung 68,331 Ha (36,96 %) hutan produksi 57.930 Ha (31,33 %), tahun 2015
total kawasan hutan 126.261 Ha, hutan lindung 68.275 Ha, sehingga laju
perkembangan htan lindung turun 0,02 % pertahun, serta prediksinya tahun 2020
untuk hutan lindung 68.212 Ha dan Hutan produksi 58.057 Ha. Sedangkan untuk
penggunaan lainnya pada tahun 2011 sebesar 30.688 Ha dan tahun 2015 sebesar
29.609 Ha.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
21
Tabel 3.5
Luas penggunaan Lahan Kering Untuk Pertanian dan Hutan KSB tahun 2011-2015
No.
Penggunaan
Kondisi pada Tahun
Lahan Kering
1
Untuk Pertanian
2
Untuk Kawasan
Hutan
3
Untuk Penggunaan
Lainnya
Total Luas Lahan Kering
2011
2012
2013
2014
2015
18.248
17.068
16.774
16.740
16.829
126.261
126.261
126.261
126.261
126.261
30.688
30.468
30.502
30.276
29.609
175.179 173.797 173.537 173.277 173 165
Sumber : BPS KSB, 2016
3.7.
Sumber Daya Manusia
3.7.1. Kependudukan
Jumlah penduduk KSB pada tahun 2015 tercatat sebanyak 133.391 jiwa yang
terdiri dari 67.525 (50,62%) jiwa penduduk laki-laki dan 59.814 (49,38%) jiwa
penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata mencapai 75 jiwa/km²,
artinya rata-rata setiap kilometer persegi wilayah KSB dihuni oleh 75 jiwa penduduk
dengan luas wilayah KSB 1.849,02 km². Dari kedelapan wilayah kecamatan di KSB,
Kecamatan Maluk merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu 148
jiwa/km² kaarena merupakan wilayah lingkar tambang sehingga banyak penduduk yang
mendiami wilayah tersebut. Sedangkan untuk wilayah yang penduduknya jarang adalah
Kecamatan Sekongkang yaitu sebanyak 25 jiwa/km². Hal ini dikarenakan lokasi yang
cukup jauh dari Ibukota Kabupaten serta aksesibilitas yang belum memadai
menyebabkan kondisi kepadatan penduduk masih jarang. Secara rinci jumlah penduduk
dan kepadatan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
22
No
Tabel 3.6
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rumah Tangga,Kepadatan Penduduk,
dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga (ART) Menurut Kecamatan
di KSB Tahun 2015
Luas
Jumlah
Rumah
Rata-Rata
Kecamatan Wilayah
Kepadatan
Penduduk Tangga
ART
(Km2)
1
Pototano
158,88
10.829
2.632
68
4
2
Seteluk
236,21
18.001
4.488
76
4
3
Taliwang
375,93
51.203
12.855
136
4
4
Brang Ene
140,90
5.951
1.548
42
4
5
Brang Rea
212,07
14.582
3.576
69
4
6
Jereweh
260,19
9.734
2.353
37
4
7
Maluk
92,42
13.655
4.119
148
3
8
Sekongkang
372,42
9.436
2.473
25
4
1.849,02
133.391
34.044
75
4
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016
Berdasarkan komposisi penduduknya, jumlah penduduk laki-laki lebih besar
dibandingkan jumlah penduduk perempuan, ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio
jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan) sebesar 103. Hal ini
berarti, dari seratus penduduk perempuan terdapat 103 penduduk laki-laki. Dengan
rasio jenis kelamin, maka dapat dilihat besarnya jumlah penduduk laki-laki per seratus
penduduk perempuan. Secara rinci jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
disajikan pada Tabel 3.7. berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
23
Tabel 3.7
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015
Penduduk
Rasio
No
Kecamatan
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
1
Pototano
5.485
5.344
103
2
Seteluk
9.068
8.933
102
3
Taliwang
25.752
25.451
101
4
Brang Ene
2.998
2.953
102
5
Brang Rea
7.446
7.136
104
6
Jereweh
4.843
4.891
99
7
Maluk
7.123
6.532
109
8
Sekongkang
4.810
4.626
104
67.525
65.866
103
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016
Gambar 3.3. Grafik Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
24
Tabel 3.8
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di KSB Tahun 2015
Kelompok
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Umur
0-4
8.103
7.861
15.964
5-9
7.352
6.840
14.192
10-14
5.729
5.317
11.046
15-19
4.909
4.467
9.376
20-24
5.921
4.582
10.503
25-29
5.783
5.672
11.455
30-34
6.241
6.558
12.799
35-39
5.553
5.654
11.207
40-44
4.935
4.782
9.717
45-49
3.653
3.695
7.348
50-54
2.727
2.892
5.619
55-59
2.239
2.408
4.647
60-64
1.586
1.734
3.320
65-79
1.276
1.410
2.686
70-74
715
934
1.649
>75
803
1.060
1.863
Jumlah
67.525
65.866
133.391
Sumber : BPS KSB, 2016
Kelompok
Umur
Tabel 3.9
Jumlah Angkatan Kerja di KSB Tahun 2015
Angkatan Kerja
Tidak/belum sekolah
Tidak/belum tamat SD
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertam
(SMP)
Sekolah Menengah Atas
(SMA)
Diploma I/II/III/Akademi
Universitas
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016
Bekerja
Pengangguran
Jumlah
1.344
3.325
11.005
1.987
2.588
7.627
3.331
5.913
18.632
Bukan
Angkatan
Kerja
3.023
4.125
5.596
6.294
3.125
9.419
8.930
12.920
6.252
19.172
5.140
957
4.168
40.013
703
3.423
25.705
1.660
7.591
65.718
87
59
26.960
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
25
3.7.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator utama untuk mengukur kualitas
sumberdaya manusia. Semakin baik kualitas pendidikan di suatu daerah maka semakin
baik pula kualitas sumberdaya manusia di wilayah tersebut. Untuk meningkatkan
kualitas pendidikan diperlukan sarana dan prasarana serta regulasi yang mendukung
perkembangan pendidikan ke arah yang lebih baik.
Pada Tahun 2015 secara keseluruhan kecamatan yang ada di KSB telah memiliki
bangunan sekolah untuk tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD/MI),
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP&MTs) dan Sekolah Menengah Umum
(SMA/SMK/MA) yang secara keseluruhan berjumlah 273 buah, dengan jumlah murid
sebanyak 32.502 orang, dan guru sebanyak 3.176 orang. Adapun secara jelas jumlah
sekolah, murid dan guru di KSB disajikan pada table-tabel berikut ini.
Tabel 3.10
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Taman Kanak-Kanak (TK) di KSB Tahun 2015
No
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio
1
Pototano
8
398
25
16
2
Seteluk
15
793
86
9
3
Taliwang
32
1962
199
10
4
Brang Ene
7
310
24
13
5
Brang Rea
15
720
88
8
6
Jereweh
6
456
33
14
7
Maluk
7
511
54
9
8
Sekongkang
9
230
25
9
99
5.380
534
10
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
26
Tabel 3.11
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Dasar (SD/MI) di KSB Tahun 2015
No
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio
1
Pototano
12
1.388
135
10
2
Seteluk
15
2.137
170
13
3
Taliwang
35
6.242
492
13
4
Brang Ene
7
676
72
9
5
Brang Rea
13
1.618
146
11
6
Jereweh
7
1.236
84
15
7
Maluk
7
1.701
100
17
8
Sekongkang
10
1.229
111
11
Jumlah
106
16.227
1.310
12
Sumber : BPS KSB, 2016
Tabel 3.12
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/MTs)
di KSB Tahun 2015
No
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio
1
Pototano
5
366
46
8
2
Seteluk
6
1.006
134
8
3
Taliwang
14
2.701
334
8
4
Brang Ene
2
225
23
10
5
Brang Rea
5
671
75
9
6
Jereweh
3
403
44
9
7
Maluk
3
455
52
9
8
Sekongkang
6
419
61
7
Jumlah
44
6.246
769
8
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
27
Tabel 3.13
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/MA)
di KSB Tahun 2015
No
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio
1
Pototano
1
315
38
8,29
2
Seteluk
2
698
61
11,44
3
Taliwang
13
2.044
274
7,46
4
Brang Ene
1
168
35
4.8
5
Brang Rea
3
513
79
6,49
6
Jereweh
1
396
12
33
7
Maluk
1
307
27
11,37
8
Sekongkang
2
208
37
5,62
24
4.649
563
8.26
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016
Berdasarkan jenjang sekolah, rata-rata jumlah guru per sekolah untuk TK
sebanyak 5 orang, sedangkan rata-rata murid per sekolah sebanyak 54 orang. Dengan
demikian, rasio murid-guru TK sebesar 10, sementara SD rata-rata guru per sekolah
sebanyak 12 orang, murid 153 orang dengan rasio 12. Sedangkan SLTP sebanyak 17
orang guru, murid 142 orang dengan rasio 8, dan SMU sebanyak 23 orang guru, murid
189 dengan rasio sebanyak 8.
Sedangkan untuk jenjang Pendidikan Tinggi di KSB terdapat tiga (3) perguruan
tinggi yaitu Universitas Cordova-Indonesia (UNDOVA), Akademi Komunitas Negeri
(AKN) Sumbawa Barat dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Sumbawa Barat.
Keseluruhan perguruan tinggi yang ada di KSB terdapat di Kecamatan Taliwang. Jumlah
mahasiswa perguruan tinggi di KSB tahun 2015 sebanyak 2.156 mahasiswa, 136 dosen
dengan ratio mahasiswa dan dosen sebesar 15,85.
Adapun secara jelas mengenai
nama perguruan tinggi, jumlah mahasiswa, jumlah dosen dan ratio mahasiswa dan
dosen perguruan tinggi disajikan pada tabel berikut ini:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
28
Tabel 3.14
Nama Perguruan Tinggi, Jumlah Mahasiswa, Jumlah Dosen, Ratio Mahasiswa dan
Dosen di KSB Tahun 2015
No Nama Perguruan Tinggi
Mahasiswa
Dosen
Ratio
1.
Universitas Cordova
1.689
102
16,56
2.
STIKES Sumbawa Barat
42
19
2,21
3.
AKN Sumbawa Barat
425
15
28,33
2.156
136
15,85
Jumlah
Sumber: UNDOVA, AKN, STIKES KSB, 2016
3.7.3. Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Semakin baik
tingkat kesehatan di wilayah tersebut maka semakin baik pula kualitas penduduk yang
ada di wilayah tersebut. Ketersediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang baik
merupakan syarat mutlak tercapainya kualitas kesehatan yang baik. Upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah banyak dilakukan oleh pemerintah
antara lain dengan melakukan penyuluhan kesehatan, menambah tenaga kesehatan
dan penyediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa serta
penyediaan sarana air bersih.
Pada tahun 2015 di KSB terdapat 1 buah rumah sakit, 9 pukesmas yang tersebar
di masing-masing kecamatan, 212 posyandu dan 62 poskesdes yang ada di seluruh
desa/kelurahan dengan demikian diharapkan pelayan kesehatan dapat menjangkau
seluruh masyarakat Sumbawa Barat. Adapun secara rinci jumlah dan persebaran
beberapa fasilitas kesehatan di KSB tahun 2015 disajikan pada Tabel 3.15.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
29
Tabel 3.15
Jumlah dan Persebaran Beberapa Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan
di KSB Tahun 2015
Rumah
Kecamatan
Puskesmas Poskesdes Posyandu
Apotik
Sakit
Sekongkang
2
3
18
1
Jereweh
1
4
19
1
Maluk
1
5
15
3
Taliwang
1
1
16
64
7
Brang Ene
1
6
9
Brang Rea
1
9
32
1
Seteluk
1
11
35
1
Poto Tano
1
8
20
Jumlah
1
9
62
212
14
Sumber : BPS KSB, 2016
Selain ketersediaan fasilitas yang memadai keberadaan tenaga kesehatan (Dokter,
Perawat, Bidan, Farmasi dll) yang mumpuni termasuk dalam syarat terwujudnya
pelayan kesehatan yang berkualitas. Pada tahun 2015 terdapat 40 orang dokter, 280
orang perawat, 250 orang bidan, 23 orang farmasi dan 21 ahli gizi yang tersebar di 10
unit kerja yang ada di KSB. Secara lebih rinci jumlah tenaga kesehatan di KSB disajikan
pada Tabel 3.16 berikut ini.
Tabel 3.16
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di KSB Tahun 2015
Unit Kerja
Dokter
Perawat
Bidan
Farmasi
Ahli Gizi
Tongo
2
8
9
1
1
Sekongkang
3
9
9
1
1
Jereweh
2
19
22
2
1
Maluk
3
17
15
1
1
Taliwang
4
39
48
5
4
Brang Ene
1
15
19
0
1
Brang Rea
3
24
20
0
2
Seteluk
3
37
26
1
2
Poto Tano
2
19
29
1
2
RSUD As-syifa
27
93
53
11
6
Jumlah
23
21
40
280
250
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
30
3.8.
Sumber Daya Fisik
3.8.1. Kondisi Jalan
Kegiatan perekonomian dapat dipastikan memanfaatkan jalan sebagai salah satu
prasarana transportasi darat. Peran prasarana jalan propinsi di kabupaten ini sangat
besar untuk memperlancar kegiatan bisnis. Panjang jalan yang melintasi KSB sepanjang
481,84 km, yang terbagi menjadi jalan negara (72,10 km), jalan propinsi (76,20 km),
dan jalan kabupaten (338,69 km). Ditinjau dari jenis permukaan jalan, 267,45 km
(54,92%) berupa jalan beraspal,kerikil dan tanah sebesar 219,54 km. Keadaan/kondisi
jalan baik 212,06km (0,44%), sedang 79,48 (0,16%), dan rusak 195,87 (0,40%).
Sedangkan ditinjau dari kelas jalan yang melintasi KSB (338,69 km) termasuk dengan
kelas III.
Tabel 3.17
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di KSB Tahun 2012-2015 (Km)
Panjang Jalan Kondisi Jalan
2012
2013
2014
2015
Jalan Negara
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
Baik
66,33
52,40
66,34
52,04
Sedang
5,77
20,07
5,77
20,07
Rusak
0
0
0
0
72,10
72,47
72,11
72,11
Baik
34,10
30,25
34,10
30,25
Sedang
0,00
8,06
0,00
8,06
Rusak
42,10
37,89
42,10
37,89
76,20
76,20
76,20
76,20
Baik
78,43
85,60
120,46
129,41
Sedang
48,38
51,36
49,49
51,30
Rusak
197,81
196,58
166,68
157,98
324,62
333,54
336,63
338,69
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
31
3.8.2. Transportasi
Transportasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting yang tidak dapat
dipisahkan dalam pembentukan dan pembangunan suatu kota. Secara garis besar,
sistem transportasi kota terbentuk dari adanya keterkaitan antara sistem kegiatan yang
ada, sistem jaringan dan sistem pergerakan. Dalam pengembangan wilayah KSB,
transportasi
memegang
peran
yang
sangat
penting.
Peran
tersebut
adalah
memudahkan interaksi antara wilayah. Semakin mudah interaksi wilayah maka akan
diperoleh manfaat ekonomi, sosial dan kewilayahan (membuka keterisolasian dengan
wilayah lain). Sistem transportasi di KSB meliputi angkutan darat, laut dan udara.
Transportasi
darat umumnya digunakan
untuk
mempermudah
mobilitasi
masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Jumlah kendaraan di KSB pada Tahun 2015
sebanyak 37.672 kendaraan yang terdiri dari 28 kendaraan angkutan umum, kendaraan
pribadi dan kendaraan dinas. Keberadaan angkutan umum ini kebanyakan digunakan
untuk memudahkan akses antar Kecamatan, Kabupaten maupun Provinsi. Tabel 3.18
berikut akan menyajikan banyaknya angkutan umum berdasarkan jenisnya.
Tabel 3.18
Banyaknya Kendaaran Angkutan Umum Bermotor Berdasarkan Jenis di KSB Tahun
2014-2015
2014
2015
Jenis Angkutan
Banyaknya
Tarif
Banyaknya
Tarif
(Unit)
(Rp)
(Unit)
(Rp)
Bus Trayek Maluk-Mataram
6
85.000
7
85.000
Bus Trayek Taliwang-Sumbawa
16
30.000
16
30.000
Minibus Trayek Taliwang-Maluk
5
25.000
5
25.000
27
140.000
28
140.000
Jumlah
Sumber: BPS KSB, 2016
Selain transportasi darat, KSB juga memiliki transportasi laut yang meliputi
sarana pelabuhan atau sub sistem pelabuhan dan kapal angkutan penumpang maupun
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
32
barang. Di KSB terdapat 3 (dua) buah pelabuhan yang terdiri dari Pelabuhan Pototano,
Pelabuhan Benete dan Pelabuhan Barang Labuan Lalar.
Pelabuhan laut Poto tano dapat mendukung keberadaan KSB sebagai kawasan
pesisir serta dan membuka keterisolasian
daerah - daerah
yang
selama
ini sulit
dijangkau oleh transportasi darat. Untuk Pelabuhan Benete merupakan pelabuhan
khusus milik PT. NNT (Newmont Nusa Tenggara). Sedangkan untuk pelabuhan Labuan
Lalar diarahkan untuk pelabuhan barang dalam mendukung perekonomian di KSB.
Selain transportasi darat dan laut, KSB juga memiliki sarana transportasi udara
yaitu Bandara Sekongkang seluas 11 hektar yang berlokasi di Kecamatan Sekongkang.
Bandara ini merupakan bandara perintis yang dapat digunakan untuk aktivitas
pemerintah daerah, perusahaan, dan masyarakat khususnya wisatawan domestik
maupun mancanegara
yang akan melakukan kunjungan wisata di KSB. Bandara
dengan panjang run way sebesar 820 m ini akan menjalin kerjasama dengan PT Alfa Air
Indonesia dengan kapasitas Pesawat Alfa Air 9-12 orang atau maksimum < 30 orang
penumpang.
Gambar 3.4. Peta Infrastruktur Kabupaten Sumbawa Barat
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
33
3.9. Kondisi Perekonomian Daerah
3.9.1. Keuangan Daerah
Dalam perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pemerintah KSB menganut prinsip anggaran berimbang dan dinamis. Berimbang berarti
harus diusahakannya keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran sedang
prinsip dinamis berarti makin meningkatnya jumlah anggaran dan tabungan pemerintah
untuk mencapai daerah yang mandiri. Pada tahun 2015 pendapatan daerah mencapai
Rp.717.820.585.540.960 yang bersumber
dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan pendapatan lain yang sah. Sedangkan untuk pengeluarannya
mencapai
Rp.697.655.124.536.000 yang terdiri dari belanja langsung dan tidak
langsung. Secara lebih rinci jumlah pendapatan dan pengeluaran daerah KSB tahun
2015 disajikan dalam Tabel 3.19 dan Tabel 3.20 berikut ini.
Tabel 3.19
Realisasi Pendapatan Pemerintah KSB tahun 2015
Sumber Pendapatan
Jumlah (Ribu Rp)
No.
1.
Pendapatan asli daerah (PAD)
49.802.801.952,25
-
Pajak Daerah
19.674.504.706,00
-
Retribusi Daerah
10.643.258.121,00
-
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
-
Lain-lain PAD yang sah
4.233.682.420,00
15.251.356.705,25
2.
Dana Perimbangan
540.797.463.900,00
3.
Pendapatan lain yang sah
127.220.319.688,71
Jumlah
717.820.585.540,96
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
34
Tabel 3.20
Realisasi Belanja Pemerintah KSB tahun
No.
Jenis Belanja
1. Belanja Tidak langsung
- Belanja Pegawai
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan Sosial
- Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/
Kabupaten/Kota
- Belanja Tidak Terduga
2. Belanja Langsung
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Modal
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016
2015
Jumlah (Ribu Rp)
325.761.178.617,00
260.417.060.003,00
23.682.231.902,00
2.266.552.275,00
22.298.444.072,00
17.624.965.061,00
80.148.779,00
371.893.945.919
12.876.655.574
135.173.314.319
223.843.976.026
697.655.124.536
Kemajuan perekonomian suatu daerah diukur dari besarnya nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan atau berlaku, tingkat
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, besar jumlah pendapatan perkapita per
tahun, laju insflasi dan perkembangan jumlah penduduk.
3.9.2. Perkembangan Ekonomi Regional
Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dari tahun 2015 sebesar
Rp. 21.213.904 juta. Dari total PDRB tersebut sekitar 18.237.694 juta (85,97%)
dihasilkan oleh sektor pertambangan dan penggalian. Sektor terbesar berikutnya adalah
pertanian yang memberikan andil sekitar 3,53% persen (748.899 juta) dan sektor
perdagangan sebesar 2,87% (609.767 juta). Sedangkan sektor lainnya memiliki sharing
dibawah dua persen. Mengingat dominasi sektor pertambangan dan penggalian
(khususnya sub sektor pertambangan non migas) cukup besar bagi pembentukan nilai
tambah, sehingga pertumbuhan sektor ini berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan di KSB. Secara rinci perkembangan PDRB KSB dalam kurun waktu 4
tahun terakhir disajikan pada Tabel 3.21 berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
35
Tabel 3.21
Perkembangan PDRB (ADHB) KSB Tahun 2012-2015 (juta rupiah)
No Lapangan Usaha
2012
2013
2014
2015
Pertanian,
1 kehutanan dan
567.155,50
588.723,60
655.522,42
748.898,81
perikanan
2 Pertambangan dan
8.118.256,24
7.582.255,85
6.788.846,53
18.237.693,97
Penggalian
3 Industri Pengolaham
38.902,45
40.799,74
42.891,33
46.801,36
Listrik, Gas dan Air
4
2.057,13
2.105,07
2.525,62
2.653,11
Bersih
Pengadaan Air,
PengelolaanSampah
5
1.447,18
1.712,61
1.943,55
2.206,67
, Limbah dan Daur
Ulang
6 Konstruksi
290.723,86
307.591,18
344.682,18
386.428,53
Perdagangan Besar
7 dan Eceran Reparasi
446.733,99
487.069,66
546.337,15
609.767,07
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
8
240.798,37
264.522,36
288.168,75
318.259,39
Pergudangan
Penyediaan
9 Akomodasi
41.693,25
49.426,57
57.409,27
62.964,74
danMakan Minum
Informasi dan
10
39.679,81
42.252,04
46.810,04
50.387,98
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
11
56.175,73
60.881,85
67.712,76
74.854,55
Asuransi
12 Real Estate
104.511,00
115.954,97
133.703,87
146.967,24
13 Jasa Perusahaan
5.117,75
5.481,67
5.947,88
6.450,66
Administrasi
14 Pemerintahan
160.868,87
175.156,47
213.724,56
239.270,94
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
15 Jasa Pendidikan
123.625,00
135.643,00
149.750,94
169.657,01
Jasa Kesehatan dan
16
35.112,00
37.712,08
41.528,79
46.152,33
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya
50.299,18
53.642,62
56.824,85
64.489,19
Jumlah
10.323.157,31 9.950.931,34 9.444.330,49 21.213.903,55
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
36
3.9.3. Struktur Perekonomian
Berdasarkan komposisi PDRB atas dasar harga berlaku yang terbentuk dari
setiap sektor serta besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing sektor dalam
pembentukan PDRB, sektor pertambangan masih merupakan leading sektor pembentuk
PDRB KSB dengan share sebesar 85,97%, kemudian diikuti sektor pertanian sebesar
3.53% dan sektor perdagangan 2.87%. Sedangkan untuk sektor lainnya kontribusi
terhadap pembentukan PDRB KSB masih releratif kecil yaitu di bawah 2%. Secara jelas
struktur perekonomian KSB dapat dilihat pada Tabel 3.22 berikut:
Tabel 3.22
Struktur PDRB (ADHB) KSB Tahun 2012-2015 (%)
No
Lapangan Usaha
2012
2013
2014
1
Pertanian, kehutanan dan perikanan
5,49
5,92
6,94
2
Pertambangan dan Penggalian
78,64
76,20
71,88
3
Industri Pengolaham
0,38
0,41
0,45
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,02
0,02
0,03
Pengadaan Air, Pengelolaan
5
0,01
0,02
0,02
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6
Konstruksi
2,82
3,09
3,65
Perdagangan Besar dan Eceran
7
4,33
4,89
5,78
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8
Transportasi dan Pergudangan
2,33
2,66
3,05
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9
0,40
0,50
0,61
Minum
10 Informasi dan Komunikasi
0,38
0,42
0,50
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
0,54
0,61
0,72
12 Real Estate
1,01
1,17
1,42
13 Jasa Perusahaan
0,05
0,06
0,06
Administrasi Pemerintahan
14
1,56
1,76
2,26
Pertahanan dan Jaminan Sosial
15 Jasa Pendidikan
1,20
1,36
1,59
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0,34
0,38
0,44
17 Jasa Lainnya
0,49
0,54
0,60
Jumlah
100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
2015
3,53
85,97
0,22
0,01
0,01
1,82
2,87
1,50
0,30
0,24
0,35
0,69
0,03
1,13
0,80
0,22
0,30
100,00
37
3.9.4. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi KSB selama tahun 2011 hingga 2015 sangat
fluktuatif. Dimana laju pertumbuhan PDRB KSB tahun 2011 mengalami penurunan
hingga Mencapai -28,18 persen, begitu juga pada tahun 2012 mengalami kontraksi
sebesar -26,27 persen. Namun pada tahun 2013 perekonomian KSB sudah mulai
tumbuh sebesar 3,53 persen. Akan tetapi tahun 2014 perekonomian KSB kembali
mengalami perlambatan dengan laju pertumbuhan hanya sebesar -1,32 persen. Pada
tahun 2015 perekonomian KSB meningkat pesat hingga mencapai 107,07 persen
dibandingkan tahun 2014. Kenaikan pertumbuhan ekonomi KSB merupakan kenaikan
pertumbuhan ekonomi yang tertinggi se-Indonesia pada tahun 2015.
No
1
2
3
4
Tabel 3.23
Laju Pertumbuhan Ekonomi KSB Tahun 2012-2015
Lapangan Usaha
2012
2013
2014
Pertanian, kehutanan dan perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Pengadaan Air, Pengelolaan
5
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran
7
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9
Minum
10 Informasi dan Komunikasi
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
12 Real Estate
13 Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan
14
Pertahanan dan Jaminan Sosial
15 Jasa Pendidikan
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016
2015
6,72
2,11
5,68
6,06
-31,34
4,87
14,60
3,19
4,40
21,10
- 2,75
3,77
18,95
133,65
3,64
- 7,85
11,33
11,84
4,64
8,94
5,19
4,87
6,05
4,97
8,69
6,91
4,50
4,94
8,70
7,36
0,68
3,25
7,27
5,20
0,34
2,13
14,38
11,02
6,69
4,99
6,09
5,45
5,16
3,13
7,70
5,86
5,29
-1,13
8,49
6,82
5,58
3,31
0,55
4,25
2,24
2,20
7,32
5,65
4,17
- 26,27
6,31
6,06
5,52
3,53
7,20
5,31
2,71
- 1,32
7,20
6,11
6,31
107,07
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
38
3.10. Sumber Daya Alam
3.10.1. Energi
Kebutuhan listrik di KSB terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan kegiatan ekonomi masyarakat. kebutuhan listrik selama ini masih disuplai
oleh PLN (persero) pada rating PLN di KSB. Produksi listrik di KSB pada tahun 2015
sebesar 57.888.078 KWH dengan daya terpasang sebesar 143.432 KW, daya
tersambung sebesar 143.432 KW, daya mampu sebesar 140.500 KW dan beban puncak
sebesar 115.317 KW, produksi tersebut menurun dari pada tahun sebelumnya sebesar
61.224.151 KWH Tahun 2014.
Tabel 3.24
Produksi dan penggunaan Listrik di KSB Tahun 2015
Daya
Terpasang
(KW)
Daya
Tersambung
(KW)
Daya
Mampu
(KW)
Beban
Puncak
(KW)
12.036
12.036
11.850
10.050
Januari
Produksi
Listrik
(KWH)
4.919.992
Februari
4.034.921
12.036
12.036
11.850
9.410
Maret
4.471.996
12.036
12.036
11.850
8.650
April
4.424.661
12.036
12.036
10.350
8.900
Mei
4.691.197
12.036
12.036
12.050
9.300
Juni
4.686.079
12.036
12.036
12.050
9.200
Juli
4.597.603
12.036
12.036
12.050
8.437
Agustus
4.654.851
12.036
12.036
12.050
8.770
September
4.660.538
12.036
12.036
11.850
9.400
Oktober
5.391.146
11.036
11.036
10.850
10.900
November
5.654.411
13.036
13.036
12.850
11.400
5.700.683
11.036
143432
10.850
140500
10.900
115317
Bulan
Desember
Total
57888078
Sumber: BPS KSB, 2016
11.036
143432
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
39
Berdasarkan jumlah pelanggan listrik tahun 2015 berjumlah sebanyak 29.121
pelanggan meningkat (10,55%) dari 26.342 pelanggan tahun 2014. Jika dilihat dari
jumlah pelanggannya, Taliwang memiliki pelanggan terbanyak yakni sebesar 10.935
pelanggan. Sementara itu kecamatan Poto Tano mempunyai pelanggan yang terkecil
yakni hanya sebanyak 620 pelanggan dengan jumlah daya terpasang 143.432 KWH.
Tabel 3.25
Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2011-2015
No
Kecamatan
2011
2012
2013
2014
2015
774
979
1 229
1 325
1 227
1
Sekongkang
2
3
Jereweh
Maluk
2 371
810
2 494
1 069
2 844
1 219
2 950
1 290
3 600
2 153
4
Taliwang
7 559
7 989
9 839
11 978
10 935
5
Brang Ene
925
1 205
1 632
1 687
1 970
6
Brang Rea
1 755
2 032
2 362
2 407
3 199
7
Seteluk
3 318
3 595
4 030
4 205
5 417
8
Poto Tano
Jumlah/Total
295
17.807
315
445
19.678 23.600
500
620
26.342 29.121
Sumber: BPS KSB, 2016
Selain dari listrik PLN, di KSB juga memiliki sumber energi listrik lainnya yang
sudah dan akan dikembangkan seperti PLTU di Labuan Kertasari, PLTU PT Newmont
Nusa Tenggara, PLTS di Kecamatan Sekongkang dan Potensi PLTA Bintang Bano di
Kecamatan Brang Rea. Adapun secara lebih rinci mengenai potensi sumber listrik selain
PLN di KSB disajikan pada tabel berikut:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
40
Tabel 3.26
Jenis dan Kapasitas dan Lokasi Sumber Listrik Non PLN di KSB Tahun 2015
Jenis Sumber Listrik
Kapasitas Produksi
Lokasi
Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU)
Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU)
Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS)
2 x 7 MW
112 MW
40 MW
5 KW
Labuan Kertasi, Kecamatan
Taliwang
PT NNT, Kecamatan Maluk
Bendungan Bintang Bano,
Kecamatan Brang Rea
Desa Talonang Baru,
Kecamatan Sekongkang
Sumber: Dinas ESDM KSB, 2016
3.10.2. Mineral
KSB berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian.
Potensi bahan galian yang terdapat di wilayah KSB terbagi atas bahan galian logam,
non logam dan batuan. Jenis bahan galian logam yang ada di KSB yaitu emas,
tembaga, biji besi, galena, ferro manganese, mangan. Sedangkan jenis bahan non
logam dan batuan terdiri atas andesit/sirtu, tanah urug, dolmit, gypsum, kaolin, batu
gamping, chert/rijang, karsedon, oniks, silika, marmer dan fosfat.
Potensi bahan galian logam di KSB pada tahun 2015 berupa emas sebesar 0,5-5
g/ton emas, tembaga sebesar 40.000 M3, biji besi sebesar 24.000 M3, galena sebesar
53.000 M3, ferro manganese sebesar 4.000 M3, dan mangan sebesar 109.000 M3.
Sedangkan untuk potensi bahan galian non logam dan batuan di KSB tahun 2015
mencapai sebesar 110.404.000 M3. Secara jelas mengenai potensi bahan galian logam,
non logam dan batuan di KSB tahun 2015 disajikan pada tabel-tabel di bawah ini:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
41
Tabel 3.27
Potensi Bahan Galian Logam di KSB Tahun 2015
No
Kecamatan
Bahan Galian
Cadangan
Emas
0,5-5 g/ton
1 Poto Tano
Biji Besi
16.000 M3
Emas
0,5-5 g/ton
2 Seteluk
Galena
10.000 M3
Emas
0,5-5 g/ton
3 Taliwang
Tembaga
10.000 M3
Galena
23.000 M3
Emas
0,5-5 g/ton
4 Brang Rea
Tembaga
10.000 M3
Galena
23.000 M3
Emas
0,5-5 g/ton
5 Brang Ene
Tembaga
20.000 M3
Emas
0,5-5 g/ton
6 Jereweh
Ferro Manganese
4.000 M3
Mangan
100.000 M3
Emas
0,5-5 g/ton
7 Sekongkang
Biji Besi
8.000 M3
Mangan
9000 M3
Sumber : Dinas ESDM KSB, 2016
Gambar 3.5. Peta Potensi Pertambangan Bahan Galian Logam di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
42
No
Tabel 3.28
Potensi Bahan Galian Non Logam dan Batuan di KSB Tahun 2015
Kecamatan
Bahan Galian
Cadangan
10.400.000 M3
Andesit/Sirtu
1
Poto Tano
Tanah Urug
300.000 M3
Dolomit
300.000 M3
Gipsum
3.000 M3
10.000 M3
Kaolin
2
Seteluk
Batu Gamping
3.000.000 M3
Batu Gamping
6.000.000 M3
35.000.000 M3
Andesit/sirtu
3
Taliwang
Tanah Urug
400.000 M3
Chert/rijang
10.000 M3
9.000 M3
Kalsedon
4
Brang Rea
Oniks
50.000 M3
Silika
50.000 M3
Batu Gamping
3.000.000 M3
Andesit/sirtu
5.000.000 M3
50.000 M3
Marmer
5.000.000 M3
Andesit/Sirtu
100.000 M3
Lempung/Tanah Liat
5
Brang Ene
Chert/Rijang
10.000 M3
Marmer
10.000 M3
Silika
50.000 M3
19.000.000 M3
Batu Gamping
6
Jereweh
Andesit/Sirtu
250.000 M3
Lempung/Tanah Liat
100.000 M3
2.000 M3
Fosfat
7
Sekongkang
Total
Sumber: Dinas ESD KSB, 2016
3.000.000 M3
Batu Gamping
19.300.000 M3
Andesit/sirtu
110.404.000 M3
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
43
Gambar 3.6. Peta Potensi Pertambangan Galian Non Logam dan Batuan
di KSB tahun 2015
3.10.3.
Pariwisata
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat penting untuk
dikembangkan khususnya di KSB karena memiliki potensi pariwisata yang sangat
menarik.
Potensi-potensi
pariwisata
tersebut
terdiri
atas
wisata
pantai/laut,
danau/sungai/gunung/gua, Pulau-pulau kecil, dan seni-budaya masyarakat. Saat ini di
KSB terdapat sekitar 45 lokasi destinasi wisata dan 10 lokasi potensial untuk wisata,
dimana terdiri atas wisata alam berbentuk pantai yang sangat indah, pulau-pulau kecil,
danau, wisata budaya dan wisata buatan yang sangat menarik. Adapun lokasi dan jenis
destinasi pariwisata di KSB dapat dilihat pada Tabel 3.29 berikut:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
44
Table 3.29
Potensi Destinasi Wisata di KSB Tahun 2015
Jumlah
Kecamatan
Objek Wisata
Jenis Wisata
(unit)
a. Poto Batu
6
Pantai
b. Pantai Balat
Pantai
c. Pantai kertasari
Pantai
Taliwang
d. Danau Lebo
Danau
e. Pulau Krata
Pulau
f. Pulau Puyung
Pulau
a. Makam Seran
2
Kuburan Keramat
Seteluk
b. Makam Datu
Kuburan Keramat
a. Pantai Poto Tano
13
Pantai
b. Pantai Poto Tano
pantai
c. Pantai pasir putih
pantai
d. Desa Budaya Mantar
Desa Budaya
e. Paralayang Mantar
Olahraga
f. Pulau Kenawa
Pulau
Poto Tano
g. Pulau Paserang
Pulau
h. Pulau Kalong
Pulau
i. Pulau ular
Pulau
j. Pulau mandiki
Pulau
k. Pulau belang
Pulau
l. Pulau namo
Pulau
m. Pulau kambing
Pulau
a. Pantai Jelenga
5
pantai
b. Air terjun
Air terjun
Kalela/Jantub/Seporo
Jereweh
n Tangkil/Ai Koa
c. Gua Kalela
Gua
d. Gua Serunga
Gua
e. Makam matu maga
Kuburan Keramat
a. Pantai Maluk
3
pantai
Maluk
b. Pantai Benete
Pantai
c. Kawasan NNT
Wisata Tambang
a. Gua Air Terjun
13
Air Terjun
samporennisa
b. Air pernang slan
Air Terjun
c. Air terjun rarak rungis
Gua
Brang Rea
d. Gua bidayang
Gua
e. Gua bilik jangi
Gua
f. Gua selarong
Gua
g. Gua persembunyian
Gua
undru 1
Gua
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
Keterangan
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Potensi
Potensi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Potensi
Potensi
Potensi
Potensi
Potensi
Potensi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
45
Brang ene
Sekongkang
h. Gua persembunyian
undru 2
i. Gua liang duri
j. Dam tiu kaleta
k. Dusun talbir
l. Dam Tiu Aleta
m. Gua Mumber
a. Air Terjun Penujan
b. Dam Kalimantong 1
a. Pantai Sekongkang
b. Pantai Pesin
c. Pantai tropi
d. Pantai rantung
e. Pantai lawar
f. Pantai yoyo
g. Cagar Alam Pedau
h. Air terjun sekuteng
i. Wisata tambang batu
hijau
j. Pulau Baban
k. Pulau Rantung
2
11
Gua
Destinasi
Gua
Dam
Desa Budaya
Dam
Gua
Air terjun
Dam
Pantai
Pantai
Pantai
Pantai
Pantai
Pantai
Cagar alam
Air terjun
Kawasan
Tambang
Pulau
Pulau
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Destinasi
Potensi
Potensi
Sumber: Dinas ESDM dan Pariwisata KSB, 2016
Gambar 4. Peta Potensi Destinasi Pariwisata di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
46
Pariwisata yang indah dan mempesona yang ada di KSB telah mampu menarik
minat wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung. Pada tahun 2015,
jumlah wisatawan yang berkunjung ke KSB mencapai 14.840 wisatawan yang terdiri
dari 13.757 wisatawan mancanegara dan 1.083 wisatawan domestik. Sektor pariwisata
di KSB juga sangat didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup memadai seperti
sarana hotel/restoran. Pada tahun 2015 terdapat 20 hotel yang memiliki 349 kamar
dengan 503 buah tempat tidur. Adapun secara rinci mengenai jumlah wisatawan,
hotel/restoran di KSB tahun 2015 disajikan pada tabel-tabel berikut ini:
No
1.
2.
Kecamatan
Sekongkang
Jereweh
Tabel 3.30
Jumlah Wisatawan di KSB Tahun 2015
Wisatawan
Domestik
Mancanegara
677
574
124
51
Total
1.251
175
3.
Maluk
184
3.119
3.303
4.
Taliwang
98
10.013
10.111
5.
Brang Ene
0
0
0
6.
Brang Rea
0
0
0
7.
Seteluk
0
0
0
8.
Poto Tano
0
0
0
Total
Sumber: BPS KSB, 2016
13.757
1.083
14.840
No
1.
2.
Tabel 3.31
Jumlah hotel/Restoran, Kamar, dan Tempat Tidur di KSB Tahun 2015
Kecamatan
Hotel
Kamar
Tempat Tidur
Sekongkang
5
86
117
3
20
24
Jereweh
3.
Maluk
5
82
106
4.
Taliwang
7
161
256
5.
Brang Ene
0
0
0
6.
Brang Rea
0
0
0
7.
Seteluk
0
0
0
0
0
0
20
349
503
8.
Poto Tano
Total
Sumber: BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
47
3.10.4.
Hidrologi
Sungai besar yang ada di KSB terdiri dari Sungai Rea dan Sungai Jereweh yang
termasuk Sub-SWS Sumbawa, dan terdapat 41 Daerah Aliran Sungai (DAS). Selain
sungai, KSB juga memiliki danau (lebo) dengan luas sebesar 819,20 Ha, yang
merupakan kawasan konservasi sumberdaya hayati flora dan fauna, dan berfungsi
sebagai kawasan wisata alam. Disamping itu, KSB juga masih memiliki sumber mata air
yang banyak yang tersebar di hampir setiap kecamatan. Berdasarkan data yang ada,
potensi sumber mata air yang ada di KSB secara keseluruhan dapat menghasilkan
minimum 8.883,50 m3 dan maksimum 16.308,51 m3, dan rata-rata keseluruhan
12.596,01 m3. Rata-rata debit air untuk wilayah KSB 75,43 m3/dt.
No
Tabel 3.32
Daerah Aliran Sungai Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015
Kecamatan
Nama DAS
Luas (Ha)
1.
Taliwang
DAS Rea, DAS Penusak, DAS Selupi,
DAS Nangaperia, DAS Jereweh
15.195,64
2.
Jereweh
DAS Rea, DAS Beh, DAS Telonang, DAS Bontong,
DAS Tatar, DAS Nangaene, DAS Tongoloka, DAS
Sejorong, DAS Balas, DAS Benete, DAS Nusu, DAS
Batu Keriti, DAS Jereweh
51.792,22
3.
Maluk
DAS Sekongkang, DAS Balas, DAS Sauaruar, DAS
Benete, DAS Nusu, DAS Batu Keriti, DAS Jereweh
DAS Sepang, DAS Telonang, DAS Bontong, DAS
Tatar, DAS Nanganene, DAS Tongoloka, DAS
Sejorong, DAS Sekongkang, DAS Balas
DAS Rea, DAS Penusak, DAS Selupi, DAS Remo,
DAS Tuananga, Das Aiboro, DAS Mantar, DAS
Kuangbusir, DAS Sagena, DAS Senayan, DAS
Tubaka, DAS Nangaperia, DAS Belang.
4.
Sekongkang
5.
Pototano
6.
Seteluk
DAS Rea, DAS Penusak, DAS Mapin
7.
Brang Rea
DAS Rea, DAS Mapin, DAS Beh
8.
Brang Ene
DAS Rea, DAS Beh, DAS Tatar, DAS Jereweh
3.905,49
27.874,44
13.679,55
10.388,80
32.485,53
18.873,82
Sumber: Dinas PU KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
48
3.10.5. Pulau-pulau Kecil
Pulau-pulau kecil (small island) yang terdapat di KSB berjumlah sebanyak 16
pulau kecil. Pulau kecil terbanyak berada pada wilayah Kecamatan Poto Tano yaitu
sebanyak 8 pulau kecil (disebut Gili Balu‟) dengan luas daratan dan perairannya
mencapai 6.005,20 Ha. Pulau-pulau kecil lainnya berada pada wilayah Kecamatan
Taliwang sebanyak 6 pulau kecil, dan 2 pulau kecil terdapat di Kecamatan Sekongkang.
Pulau-pulau kecil yang ada di KSB ini selanjutnya akan dimanfaatkan dan
dikembangkan sebagai tempat wisata, konsevasi, perikanan tangkap dan budidaya
perikanan. Dimana beberapa diantaranya seperti pulau kenawa, paserang sudah
dijadikan sebagai Taman Wisata Bahari. Secara rinci jumlah luas dan potensi
pengembangan pulau-pulau kecil di KSB dapat dilihat pada Tabel 3.33 berikut:
Tabel 3.33
Jumlah, Luas dan Potensi Pengembangan Pulau-pulau Kecil di KSB Tahun 2015
No Kecamatan
Pulau Kecil
Potensi Pengembangan
Luas (Ha)
Pariwisata
a. Pulau Kalong
196.80
Budidaya perikanan
Pariwisata
b. Pulau Namo
190.90
Budidaya perikanan
Pariwisata
c. Pulau Kenawa
13.80
Konsevasi
Pariwisata
d. Pulau Ular
2.19
Perikanan tangkap
Pariwisata
1. Poto Tano
e. Pulau Mandiki
0.24
Konservasi
Pariwisata
f. Pulau paserang
45.77
Konservasi
Pariwisata
Konservasi
g. Pulau Kambing
5.05
Budidaya perikanan
Perikanan tangkap
Pariwisata
h. Pulau Belang
492.65
Konservasi
Konservasi
a. Pulau Dua Rea
14.16
Perikanan tangkap
Konservasi
b. Pulau Dua Ode
2.38
2. Taliwang
Perikanan tangkap
Pariwisata
c. Pulau Krata
2.81
Konservasi
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
49
d. Pulau sarang
e. Pulau Satu
f. Pulau Puyung
a. Pulau Baban
3.
Sekongkang
b. Pulau Rantung
Jumlah
Sumber: DKPP KSB, 2016
Konservasi sarang walet
Budidaya perikanan
Perikanan tangkap
Konservasi
Perikanan tangkap
Pariwisata
Budidaya perikanan
Perikanan tangkap
Pariwisata
Perikanan tangkap
Pariwisata
Budidaya perikanan
Perikanan tangkap
16
24.63
23.23
0.76
0.36
0.58
1.016,31
3.11. Gambaran Umum Komoditas Pertanian
3.11.1.
Tanaman Pangan
Pertanian tanamanan pangan merupakan bidang pencaharian dari mayoritas
penduduk di KSB. Subsektor pertanian tanaman pangan memiliki potensi yang cukup
bervariasi meliputi padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, dan umbi-umbian,
namun sebagian besar masih sangat tergantung pada cuaca terutama curah hujan atau
lamanya musim penghujan yang terjadi, sehingga jumlah produksi tanaman pangan
cukup fluktuatif dari tahun ke tahun.
Sektor pertanian merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan dengan
sifatnya sebagai SDA yang dapat diperbaharui (renewable). Sektor pertanian di KSB
merupakan salah satu penopang utama perekonomian masyarakat dan harus terus
dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat. Padi
sawah dan jagung merupakan komoditas utama pertanian tanaman pangan. Jumlah
produksi padi tahun 2015 sebesar 98.917 ton. Produksi padi tersebut mengalami
peningkatan sebesar 10,28% jika dibandingkan tahun 2014 yang hanya sebesar 90.006
ton. Peningkatan produksi padi tersebut dikarenakan luas panen yang bertambah
sehingga produksi yang dihasilkan meningkat. Sementara itu, untuk tanaman palawija
yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah jagung dan kedelai.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
50
Produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 29.597 ton, mengalami penurunan
sebesar 29,65 % jika dibandingkan dengan produksi tahun 2014 yang mencapai 42.071
ton. Penurunan ini dipengaruhi oleh luas areal produksi yang mengalami penurunan
dari seluas 6.235 ha pada tahun 2014 menjadi seluas 5.893 ha pada tahun 2016.
Disamping itu juga penurunan intensitas penanaman oleh masyarakat karena faktor
harga yang tidak menentu. Sedangkan produksi kedelai tahun 2015 sebesar 3.483 ton,
kacang hijau sebesar 537 ton dan kacang tanah sebesar 123 ton. Secara rinci luas
panen padi dan palawija di KSB tahun 2015 disajikan pada Tabel 3.34 berikut ini.
Tabel 3.34
Luas Panen, Produksi Padi dan Palawija di KSB Tahun 2015
Luas Panen
Produksi
No
Jenis Lahan
(Ha)
(Ton)
Padi Sawah
19.319
98.276
1
Padi Ladang
153
641
Jumlah
19.472
98.917
2
Ubi Kayu
5
78
3
Ubi Jalar
15
328
4
Jagung
5.893
29.597
5
Kedelai
3.150
3.483
6
Kacang Tanah
98
123
7
Kacang Hijau
617
537
Jumlah
9.778
34.146
Sumber: BPS KSB, 2016
Gambar 3.8. Grafik Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi
di KSB Tahun 2011-2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
51
Gambar 3.9. Grafik Luas Panen, Produktivitas, Produksi Palawija
di KSB Tahun 2014-2015
Adapun luas panen dan produksi padi dan palawija di KSB tahun 2015
berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3.35
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Kecamatan
Potensi Lahan Luas Panen
Produksi
Produktivitas
(Ha)
(hektar)
(ton)
(ton/ha)
Sekongkang
1119
813
4.056
4,99
Jereweh
1274
954
4.672
4,90
Maluk
271
199
940
4,72
Taliwang
2423
5.995
30.810
5,14
Brang Ene
834
1.404
7.250
5,16
Brang Rea
2777
5.723
28.922
5,05
Seteluk
2476
3.961
20.223
5,11
Poto Tano
563
423
2.044
4,83
Jumlah
11.737
19.472
98.917
5,08
2 014
16.097
90.006
5,59
2 013
18.193
86.660
4,76
2 012
17.884
95.548
5,34
2 011
16.538
87.818,1
5,31
Sumber: BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
52
Tabel 3.36
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Jagung Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Kecamatan
Potensi Lahan Luas Panen
Produksi
Produktivitas
(Ha)
(hektar)
(ton)
(ton/ha)
1119
240
846
3,53
Sekongkang
1961
66
300
4,55
Jereweh
271
131
536
4,09
Maluk
4490
660
3.122
4,73
Taliwang
1161
7
38
5,43
Brang Ene
3018
17
77
4,53
Brang Rea
2588
856
4.405
5,15
Seteluk
4890
3.916
20.273
5,18
Poto Tano
Jumlah
19.498
5.893
29.597
5,02
2 014
6.235
42.071
6,75
2 013
5.486
30.882
5,63
2 012
5.113
27.462
5,37
2 011
5.284
26.432
5,00
Sumber: BPS KSB, 2016
Tabel 3.37
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kedelai Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Kecamatan
Potensi Lahan Luas Panen
Produksi
Produktivitas
(Ha)
(hektar)
(ton)
(ton/ha)
1119
Sekongkang
155
169
1,09
1961
Jereweh
153
166
1,08
271
Maluk
74
79
1,07
4490
Taliwang
988
1.092
1,11
1161
Brang Ene
80
85
1,06
3018
Brang Rea
193
208
1,08
2588
Seteluk
811
911
1,12
4890
Poto Tano
696
773
1,11
Jumlah
19.498
3.150
3.483
1,11
2 014
475
785
1,65
2 013
2
1
0,50
2 012
1.469
1.457
0,99
2 011
701
1.099
1,57
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
53
Tabel 3.38
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Ubi Kayu Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Potensi Lahan Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Kecamatan
(Ha)
(hektar)
(ton)
(ton/ha)
1119
Sekongkang
0,43
7
16,28
1961
Jereweh
0,61
10
16,39
271
Maluk
0,0
0
0,00
4490
Taliwang
0,2
3
15,00
1161
Brang Ene
0,22
3
13,64
3018
Brang Rea
0,33
5
15,15
2588
Seteluk
0,97
15
15,46
4890
Poto Tano
2,24
35
15,63
Jumlah
19.498
5
78
15,60
2 014
20
231
11,55
2 013
Na
Na
0,00
2 012
104
1.376
13,23
2 011
40
586
14,65
Sumber : BPS KSB, 2016
Tabel 3.39
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Ubi Jalar Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Potensi Lahan Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Kecamatan
(Ha)
(hektar)
(ton)
(ton/ha)
Sekongkang
1119
1
27
27,00
Jereweh
1961
2
31
15,50
Maluk
271
2
35
17,50
Taliwang
4490
3
58
19,33
Brang Ene
1161
0
0
0,00
Brang Rea
3018
1
27
27,00
Seteluk
2588
3
93
31,00
Poto Tano
4890
3
57
19,00
Jumlah
19.498
15
328
21,87
2 014
60
539
8,98
2 013
Na
Na
0,00
2 012
10
119
11,90
2 011
23
284
12,35
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
54
Tabel 3.40
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Hijau Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Potensi Lahan Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Kecamatan
(Ha)
(hektar)
(ton)
(ton/ha)
1119
Sekongkang
7
9
1,29
1961
Jereweh
2
2
1,00
271
Maluk
2
2
1,00
4490
Taliwang
10
13
1,30
1161
Brang Ene
1
1
1,00
3018
Brang Rea
3
4
1,33
2588
Seteluk
5
6
1,20
4890
Poto Tano
68
86
1,26
Jumlah
19.498
1,26
98
123
2 014
145
175
1,21
2 013
265
300
1,13
2 012
166
161
0,97
2 011
208
196
0,94
Sumber : BPS KSB, 2016
Tabel 3.41
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Tanah Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Potensi Lahan Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Kecamatan
(Ha)
(hektar)
(ton)
(ton/ha)
1119
Sekongkang
6
6
1,00
1961
Jereweh
79
68
0,86
271
Maluk
10
9
0,90
4490
Taliwang
190
165
0,87
1161
Brang Ene
86
75
0,87
3018
Brang Rea
119
104
0,87
2588
Seteluk
109
95
0,87
4890
Poto Tano
18
15
0,83
19.498
Jumlah
617
537
0,87
2 014
2 013
665
536
94
606
0,14
1,13
2 012
1871
2381
1,27
2 011
Sumber : BPS KSB, 2016
1079
1263
1,17
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
55
Tabel 3.42
Luas Panen, Produksi Tanaman Holtikultura di KSB Tahun 2015
Luas Panen
Produksi
No
Jenis Tanaman
(Ha)
(Ton)
1
Bayam
1
2
2
Buncis
1
1
3
Kacang Panjang
85
161
4
Terung
47
80
5
Tomat
20
38
6
Cabe Besar
17
40
7
Cabe rawit
47
103
8
Kembang Kol
2
10
9
1
2
Kangkung
221
437
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016
Gambar 9. Grafik Luas Panen dan Produksi Tanaman Hortikultura di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
56
Gambar 3.11. Peta Potensi Tanaman Pangan di KSB Tahun 2015
3.11.2. Perkebunan
Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang dikembangkan oleh di
KSB. Jenis-jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan di antara lain:kelapa, sisal,
jambu mete, kopi, jarak pagar, aren, dan lainnya yang merupakan gabungan dari
beberapa tanaman perkebunan. Luas potensi areal perkebunan di KSB tahun 2015
sebesar 36.200 ha dengan luas areal termanfaatkan sebesar 3.541,17 ha dan yang
belum termanfaatkan sebesar 32.658,83. Produksi tanaman perkebunan di KSB tahun
2015 mencapai sebesar 2.247,545 ton. Dimana porsi terbesar baik untuk luas tanaman
maupun produksi ditunjukkan oleh tanaman kelapa yang produksinya mencapai
1.251,36 ton dari luas areal 1.352 ha. Produksi perkebunan terbesar kedua adalah Sisal
dengan produksi sebesar 310.455 ton dan luas areal 127,47 hektar, kemudian terbesar
ketiga adalah jambu mete dengan produksi sebesar 151,92 ton dari luas tanaman 984
ha. Selain Kelapa, sisal dan jambu mete masyarakat KSB juga mengusahakan tanaman
perkebunan lainnya dengan nilai produksi masih relatif kecil. Meskipun demikian jika
dilihat dari potensi areal tanaman perkebunan, pengembangan tanaman perkebunan
masih sangat luas. Secara rinci produksi, luas dan potensi areal berdasarkan jenis
tanaman perkebunan di KSB disajikan pada Tabel 3.43 berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
57
Tabel 3.43
Jumlah Produksi, Luas dan Potensi Areal Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015
Potensi
Belum
Produksi
Termanfaatkan
No
JenisTanaman
Areal
Termanfaatkan
(Ton)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
1251
5186
1352
1 Kelapa
3834
2 Tembakau Rakyat
7.4
131
12
119
4.9
168
7
3 Tembakau Virginia
161
139.4
840
13.7
4 Kopi
826.3
40.6
136
126
5 Kapuk
10
1.8
636
119
6 Kako
517
95.23
5622
130
7 Asam
5492
2.62
249
24
8 Lada
225
85.3
1550
147
9 Aren
1403
151.92
6143
984
10 Jambu Mete
5159
9.08
40
35
11 Pinang
5
42.98
9680
389
12 JarakPagar
9291
1
1926
3
13 Jarak Kepyer
1923
14 Sisal
127.47
310.455
2796
2668.53
56.5
491
23
15 Tebu
468
47.36
450
46
16 Kemiri
404
0
156
3
17 Vanili
153
Total
2247.545 36200
3541.17
32658.83
Sumber: BPS KSB, 2016; BPMPPT, 2016
Gambar 3.12. Grafik Luas Tanam, Produksi Tanaman Perkebunan di KSB
Tahun 2011 – 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
58
Adapun luas areal dan produksi tanaman perkebunan di KSB tahun 2015
berdasarkan kecamatan disajikan pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3.44
Luas Area Produksi Kelapa Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Produksi
Potensi Area
Luas Area
Kecamatan
(ton)
(Ha)
(Ha)
Sekongkang
32,20
1875
99
Jereweh
160,88
325
145
Maluk
63,75
275
90
Taliwang
490,50
664
441
Brang Ene
122,38
500
122
Brang Rea
103,23
597
74
Seteluk
181,60
450
219
Poto Tano
96,82
500
162
Jumlah
1.251
5.186
1.352
Sumber : BPS KSB, 2016
Tabel 3.45
Luas Area Produksi Jambu Mete dan Tebu Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Potensi
Luas
Potensi
Luas
Produksi
Produksi
Kecamatan
Area
Area
Area
Area
(ton)
(ton)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Sekongkang
3,11
809
166
18
9
7
Jereweh
19,40
1105
109
11
250
5
Maluk
16,72
715
76
0,00
25
0,00
Taliwang
21,28
509
48
7,2
90
3
Brang Ene
18,48
550
88
8,1
67
3
Brang Rea
41,93
697
254
0,00
0,00
0,00
Seteluk
12,40
1023
75
5,6
20
2
Poto Tano
18,60
735
168
6.6
30
3
Jumlah
151,92
6.143
984,00
56,50
491
23
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
59
Tabel 3.46
Luas Area Produksi Jarak Pagar dan Sisal Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Potensi
Luas
Potensi
Luas
Produksi
Produksi
Kecamatan
Area
Area
Area
Area
(ton)
(ton)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Sekongkang
6,20
1900
42
310.455
750
93.43
Jereweh
1,27
780
14
0.00
0,00
0.00
Maluk
1,48
650
8
0.00
200
0.00
Taliwang
8,40
800
94
0.00
46
0.00
Brang Ene
2,64
1050
29
0.00
0,00
0.00
Brang Rea
7,36
1300
64
0.00
0,00
0.00
Seteluk
7,80
1400
68
0.00
300
0.00
Poto Tano
7,83
1800
70
0.00
1500
34.04
Jumlah
42,98
9.680
389
127.47
310.455
2.796
Sumber : BPS KSB, 2016
Tabel 3.47
Luas Area Produksi Kopi dan Lada Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Potensi
Luas
Potensi
Luas
Produksi
Produksi
Kecamatan
Area
Area
Area
Area
(ton)
(ton)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Sekongkang
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Jereweh
0,00
200
0,00
0,00
0,00
0,00
Maluk
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Taliwang
0,00
0,00
0,00
1,13
29
12
Brang Ene
4,65
240
10
0,84
70
9
Brang Rea
134,75
400
3,7
0,65
150
3
Seteluk
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Poto Tano
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Jumlah
139,4
840
13,7
2,62
249
24,00
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
60
Tabel 3.48
Luas Area Produksi Kakao dan Kapuk Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun
Potensi
Luas
Potensi
Produksi
Produksi
Kecamatan
Area
Area
Area
(ton)
(ton)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Sekongkang
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Jereweh
0,00
50
0,00
4,73
15
Maluk
0,00
0,00
0,00
4,68
25
Taliwang
0,30
100
29,00
6,24
16
Brang Ene
0,00
0,00
0,00
8,17
21
Brang Rea
0,60
86
36,00
10,38
32
Seteluk
0,90
400
54,00
3,08
12
Poto Tano
0,00
0,00
0,00
3,32
15
Jumlah
1,80
636
119,00
40,6
136
Sumber : BPS KSB, 2016
2015
Luas
Area
(Ha)
0,00
15
15
16
21
32
12
15
126,0
Tabel 3.49
Luas Area Produksi Asam, dan Aren Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Potensi
Luas
Potensi
Luas
Produksi
Produksi
Kecamatan
Area
Area
Area
Area
(ton)
(ton)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Sekongkang
8,65
25
12,00
4,38
200
5,00
Jereweh
10,50
780
12,00
4,38
150
5,00
Maluk
10,45
25
11,00
0,00
50
0,00
Taliwang
12,75
17
17,00
9,63
250
13,00
Brang Ene
11,90
200
14,00
29,75
500
59,00
Brang Rea
25,30
125
40,00
33,86
300
61,00
Seteluk
4,18
318,5
7,00
3,30
100
4,00
Poto Tano
11,50
4450
17,00
0,00
0,00
0,00
Jumlah
95,23
5.622
130,00
85,30
1.550
147,00
Sumber : BPS KSB, 2016, PT.PSA, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
61
Tabel 3.50
Luas Area Produksi Kemiri dan Jarak Kepyer Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Potensi
Luas
Potensi
Luas
Produksi
Produksi
Kecamatan
Area
Area
Area
Area
(ton)
(ton)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Sekongkang
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Jereweh
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Maluk
0,00
0,00
0,00
0,28
650
1
Taliwang
0,00
0,00
0,00
0,00
63
0,00
Brang Ene
16,16
250
18
0,00
110
0,00
Brang Rea
31,20
200
28
0,72
109
2
Seteluk
0,00
0,00
0,00
0,00
400
0,00
Poto Tano
0,00
0,00
0,00
0,00
594
0,00
Jumlah
47,36
450
46
1,00
1.926
3,00
Sumber : BPS KSB, 2016
Tabel 3.51
Luas Area Produksi Vanili, dan Tembako Virginia Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Potensi
Luas
Potensi
Luas
Produksi
Produksi
Kecamatan
Area
Area
Area
Area
(ton)
(ton)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Sekongkang
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Jereweh
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Maluk
0,00
0,00
0,00
4,9
9
7
Taliwang
0,00
46
0,00
0,00
100
0,00
Brang Ene
0,00
60
0,00
0,00
57
0,00
Brang Rea
0,00
50
3
0,00
0,00
0,00
Seteluk
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Poto Tano
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Jumlah
0,00
156
3
4,9
168
7
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
62
Tabel 3.52
Luas Area Produksi Tembakau Rakyat, Pinang, Berdasarkan Kecamatan di KSB
Tahun 2015
Potensi
Luas
Potensi
Luas
Produksi
Produksi
Kecamatan
Area
Area
Area
Area
(ton)
(ton)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Sekongkang
0,60
18
1
0,00
0,00
0,00
Jereweh
1,30
18
2
1,25
8
5,00
Maluk
0,00
20
0,00
0,00
0,00
0,00
Taliwang
1,25
20
2
1,40
17
4,00
Brang Ene
1,20
20
2
1,20
7
4,00
Brang Rea
1,25
22
2
3,58
16
16,00
Seteluk
1,80
13
3
1,65
0,00
6,00
Poto Tano
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Jumlah
9,08
48
35,00
7.4
131
12
Sumber : BPS KSB, 2016
Gambar 3.13. Peta Potensi Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
63
3.11.3. Peternakan
Peternakan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan di wilayah
KSB. Sistem budidaya ternak khususnya ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda
lebih spesifik dibandingkan daerah lain, karena daerah ini sangat dominan pemeliharaan
ternak di padang pengembalaan (LAR). Banyaknya padang penggembalaan menjadikan
usaha peternakan dapat berkembang dengan baik. Jenis ternak di Kabupaten Sumbawa
Barat terdiri atas ternak besar, kecil dan unggas. Ternak besar dan kecil terdiri dari
sapi, kerbau, kambing, domba dan kuda.
Populasi ternak sapi pada tahun 2015
sebesar 61.813 ekor, kerbau sebesar 12.174 ekor, kambing sebesar 12.349 ekor,
domba sebesar 223 ekor, dan kuda sebesar 5.301 ekor.
Populasi Ternak Besar Menurut
Sapi
No
Kecamatan
(Ekor)
1
Pototano
11.082
2
Seteluk
12.969
3
Taliwang
11.160
4
Brang Ene
4.381
5
Brang Rea
4.474
6
Jereweh
2.647
7
Maluk
10.531
8
Sekongkang
4.569
Jumlah
61.813
2015
61.128
2014
55.827
2013
54.393
2012
48.710
Sumber : BPS KSB, 2016
Tabel 3.53
Jenis Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Kerbau
Kambing
Domba
Kuda
(Ekor)
(Ekor)
(Ekor)
(Ekor)
1.082
5.980
58
340
4.303
465
1.175
2.130
353
22
1.330
691
204
299
2.546
1.034
39
1.306
128
779
91
1.214
1.532
60
566
80
2.002
44
194
12.174
12.349
223
5.301
13.846
7.967
194
6.006
12.479
13.180
1.714
5.783
13.264
16.149
1.816
5.787
12.049
16.649
2.745
6.227
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
64
Gambar 3.14. Grafik Populasi Ternak Besar di KSB Tahun 2011 – 2015
Dilihat dari potensi pengembangan peternakan, KSB memiliki potensi padang
pengembalaan yang cukup luas yaitu mencapai sebesar 11.250 Ha. Dimana potensi
areal pengembalaan peternakan sapi sebesar 11.250 ha, peternakan kerbau sebesar
11.250 ha, peternakan kambing sebesar 11.150 ha, peternakan domba sebesar 11.150
ha dan peternakan kuda sebesar 8.900 ha. Adapun potensi areal pengembalaan
peternakan sapi, kerbau, kambing, domba, dan kuda di KSB disajikan pada tabel-tabel
berikut ini:
Tabel 3.54
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Sapi
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Lahan Pengembalaan
Populasi
Kecamatan
Potensi (Ha)
(Ekor)
Termanfaatan (Ha)
Poto Tano
11.082
1500
1500
Seteluk
12.969
2000
2000
Taliwang
11.160
1150
1150
Brang Ene
4.381
1500
1500
Brang Rea
4.474
2000
2000
Jereweh
2.647
1000
1000
Maluk
10.531
1100
1100
Sekongkang
4.569
1000
1000
Total
61.813
11.250
11.250
Sumber: DKPP, 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
65
Tabel 3.55
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Kerbau
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Lahan Pengembalaan
Populasi
Kecamatan
(Ekor)
Potensi (Ha)
Termanfaatkan (Ha)
Poto Tano
1500
1500
1.082
Seteluk
2000
2000
4.303
Taliwang
1150
1150
2.130
Brang Ene
1500
1500
691
Brang Rea
2000
2000
2.546
Jereweh
1000
1000
128
Maluk
1100
1100
1.214
Sekongkang
1000
1000
80
Total
11.250
11.250
12.174
Sumber: DKPP, 2015
Tabel 3.56
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Kambing
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Lahan Pengembalaan
Populasi
Kecamatan
(Ekor)
Potensi (Ha)
Termanfaatkan (Ha)
Poto Tano
2000
2000
5.980
Seteluk
1200
1200
465
Taliwang
1150
1150
353
Brang Ene
900
900
204
Brang Rea
1000
1000
1.034
Jereweh
1000
1000
779
Maluk
900
900
1.532
Sekongkang
3000
3000
2.002
Total
11.150
11.150
12.349
Sumber: DKPP, 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
66
Tabel 3.57
Jumlah, Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Domba
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Lahan Pengembalaan
Populasi
Kecamatan
(Ekor)
Potensi (Ha)
Termanfaatkan (Ha)
Poto Tano
2000
2000
58
Seteluk
1200
1200
Taliwang
1150
1150
22
Brang Ene
900
900
Brang Rea
1000
1000
39
Jereweh
1000
1000
Maluk
900
900
60
Sekongkang
3000
3000
44
Total
11.150
11.150
223
Sumber: DKPP, 2015
Tabel 3.58
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Kuda
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Lahan Pengembalaan
Populasi
Kecamatan
(Ekor)
Potensi (Ha)
Termanfaatkan (Ha)
Poto Tano
1000
1000
340
Seteluk
900
900
1.175
Taliwang
1000
1000
1.330
Brang Ene
900
900
299
Brang Rea
1100
1100
1.306
Jereweh
1000
1000
91
Maluk
1000
1000
566
Sekongkang
2000
2000
194
Total
8.900
8.900
5.301
Sumber: DKPP, 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
67
Sedangkan untuk ternak unggas terdiri atas ayam buras, ayam ras, itik,
entok/angsa dan merpati. Populasi ternak unggas pada tahun 2015 untuk ayam buras
sebesar 86.385 ekor, ayam ras sebesar
5.790 ekor, itik sebesar 5.337ekor,
entok/angsa sebesar 3.299 ekor, dan merpati sebesar 617 ekor. Secara rinci populasi
ternak besar, kecil dan unggas di KSB dapat disajikan pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3.59
Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Ayam
Entok/Angsa/
Ayam Ras
Itik
Merpati
No Kecamatan
Buras
Kalkun
(Ekor)
(Ekor)
(Ekor)
(Ekor)
(Ekor)
1 Pototano
29.959
0
58
159
113
2 Seteluk
9.476
300
838
287
92
3 Taliwang
4.414
1040
497
53
4 Brang Ene
4.051
0
497
5 Brang Rea
14.541
0
1281
1.328
19
6 Jereweh
5.577
3150
440
572
120
7 Maluk
9.816
0
471
412
220
8 Sekongkang
8.551
1300
1.255
541
Jumlah
86.385
5.790
5.337
3.299
617
2013
72
8
7
1
395
2012
69.125
500
9.409
5.088
385
2011
85.149
2000
8.578
4.336
375
2010
173.100
25.710
8.264
5.205
514
Sumber : BPS KSB, 2016
Gambar 3.15 Grafik Populasi Unggas di KSB Tahun 2011 – 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
68
Gambar 15. Peta Potensi Peternakan di KSB Tahun 2015
3.11.4. Perikanan
Potensi sektor perikanan di KSB cukup besar yang terdiri dari perikanan tangkap
dan budidaya (laut dan tawar). Produksi perikanan tangkap tahun 2015 mengalami
peningkatan sebesar 8,56% dari jumlah produksi pada tahun 2014 sebesar 2.661 ton
menjadi 3.542,02 ton yang tersebar di 5 kecamatan yaitu Poto tano, Taliwang,
Jereweh, Maluk dan Sekongkang. Jenis ikan tangkap paling banyak meliputi ikan
kembung, tembang, layang, tongkol krai,gurita, kerapu, tenggiri dan selar. Adapun
jenis dan produksi perikanan di KSB tahun 2015 disajikan pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3.60
Produksi Perikanan Tangkap Per Kecamatan dan Jumlah Nelayan Berdasarkan
Kecamatan di KSB tahun 2015
Perikanan
Jumlah
No Kecamatan
Desa
Tangkap
Nelayan
(ton)
1
Pototano
Pototano, Kiantar, Tua Nanga,
1.416,96
613
Senayan, Tambak Sari
2
Taliwang
Labuhan Kertasari, Batu Putih,
1.204,37
261
Banjar,Telaga Bertong
3
Jereweh
Labuhan Lalar, Beru, Benete
283,35
586
4
Maluk
Pasir Putih
389,52
57
5
Sekongkang
Ai Kangkung, Tongo, Sekongkang
247,88
74
Atas, Sekongkang Bawah
Jumlah
3.542,02
1.591
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
69
Tabel 3.61
Jenis dan Jumlah Ikan Laut Tangkapan Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Jenis Ikan
Sekongkang Jereweh Maluk
Taliwang
Poto
Total
(Ton)
(Ton)
(Ton)
(Ton)
Tano
(Ton)
(Ton)
Ekor Kuning
8.15
9.31
12.8
39.57
46.56
116.39
Selar
Layang
Bentong
Kakap Putih
10.68
9.7
8.35
1.5
12.21
11.08
9.54
1.72
16.79
15.23
13.12
2.36
51.88
47.09
40.56
7.31
61.04
55.4
47.72
8.6
152.6
138.5
119.29
21.49
Kakap Merah
Tembang
4.51
21.45
5.16
24.52
7.09
33.71
21.93
104.21
25.8
122.6
64.49
306.49
Lemuru
Teri
Tongkol Krai
Cakalang
Kembung
12
7.96
14.03
9.46
22.35
13.71
9.09
16.07
10.81
25.54
18.85
12.51
22.09
14.86
35.12
58.27
38.66
68.3
45.93
108.56
68.56
45.48
80.36
54.04
127.72
171.39
113.7
200.85
135.1
319.29
Tenggiri
Kerapu
Karang/Bebek/
Lumpur/sunu
Baronang
7.27
8.3
11.41
35.29
41.52
103.79
9.22
10.54
14.48
44.77
52.68
131.69
4.46
5.1
7.01
21.69
25.52
63.78
Baronang Kuning
2.14
2.45
3.36
10.4
12.24
30.59
Udang Putih
0.4
0.45
0.63
1.94
2.28
5.7
Udang Windu
0.25
0.29
0.39
1.22
1.44
3.59
Udang karang
0.58
0.66
0.91
2.82
3.32
8.29
Kepiting
0.49
0.56
0.77
2.38
2.8
7
Rajungan
0.62
0.71
0.98
3.03
3.56
8.9
Cumi-cumi
3.03
3.46
4.76
14.72
17.32
43.29
19.99
82.08
283.35
27.49
112.8
389.52
84.97
348.87
1204.37
99.96
410.44
1416.96
249.9
1025.98
3542.08
Gurita
17.49
Lain-lain
71.79
Total
247.88
Sumber: BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
70
Gambar 3.17. Grafik Produksi Perikanan Tangkap di KSB Tahun 2011–2015
Selain perikanan tangkap, budidaya laut juga sangat potensial dikembangkan di
wilayah KSB. Budidaya laut yang dikembangkan di KSB adalah rumput laut. Luas
potensi areal untuk budidaya rumput laut tahun 2015 sebesar 1.550 ha, dengan tingkat
pemanfaatan 350,70 ha dan produksi yang dihasilkan sebesar 43,457 ton. Budidaya
rumput laut yang ada di KSB diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan
adanya program PIJAR (program pengembangan sapi, jagung dan rumput laut) dari
pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam hal peningkatan produksi yang
salah satu komoditi unggulannya adalah rumput laut. Secara rinci luas potensi,
pemanfaatan perairan dan produksi rumput laut selama 4 (empat) tahun terakhir 20122015 di KSB disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.62
Luas Potensi Areal, Pemanfaatan dan Jumlah Produksi Rumput Laut di KSB
Tahun 2012-2015
Tahun
Potensi Areal Budidaya
Luas Pemanfaatan
Produksi
(Ha)
(Ha)
(Ton)
2012
1.550
290
37,325
2013
1.550
290
54,939
2014
1.550
295
66,431
2015
1.550
350.7
43,457
Sumber : DKPP KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
71
66,431
70000
54,939
60000
50000
43,457
37,325
40000
30000
20000
10000
1550 290
1550 290
1550 295
1550 350.7
0
2012
Potensi Areal Budidaya
2013
2014
Luas Pemanfaatan (Ha)
2015
Produksi (Ton)
Gambar 3.18. Grafik Luas Potensi Areal, Pemanfaatan dan Jumlah Produksi Rumput
Laut di KSB Tahun 2011-215
Tabel 3.63
Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Budidaya Rumput Laut
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Kecamatan
Produksi (Ton)
Potensi Area (Ha)
Termanfaatkan
(Ha)
Sekongkang
0,00
40
0,00
Jereweh
0,00
210
0,00
Maluk
0,00
100
0,00
Taliwang
39373
835
295.7
Brang Ene
0,00
0,00
0,00
Brang Rea
0,00
0,00
0,00
Seteluk
0,00
0,00
0,00
Poto Tano
4084
365
55
Total
43457
1550
350.70
Sumber: DKPP;BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
72
Sementara itu untuk potensi luas areal perikanan air payau dan air tawar di KSB
cukup besar yaitu sebesar 1.986 ha untuk perikanan air payau dengan tingkat
pemanfaatan sebesar 634,5 ha dan perikanan air tawar sebesar 2.073 ha dengan
tingkat pemanfaatan sebesar 65,63 ha. Produksi masing-masing perikanan air payau
dan tawar yaitu
845,39 ton dan 43,21 ton. Wilayah potensial untuk pertambakan
terdapat di Kecamatan Poto tano, Taliwang dan Jereweh. Sedangkan untuk perikanan
air tawar potensial untuk dibudidayakan di semua kecamatan. Secara rinci potensi areal
dan produksi perikanan payau dan tawar disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.64
Luas Potensi Areal, dan Produksi Perikanan Air Payau dan Tawar
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Produksi (Ton)
Potensi Area (Ha)
Termanfaatkan(Ha)
Kecamatan Perikanan Perikanan Perikanan
Perikanan Perikanan Perikanan
Air Payau Air Tawar
Air Payau
Air Tawar Air Payau Air Tawar
Pototano
0.00
0.00
10
50
4
0.14
Seteluk
0.00
563
120
0.89
20
0.52
Taliwang
0.00
0.00
0.00
44
0.00
0.05
Brang Ene
318
1158
1.5
16.77
95.5
10.22
Brang Rea
0.00
0.00
200
0.00
6.29
14.05
Jereweh
0.00
0.00
232
0.00
20.15
26.02
Maluk
0.00
0.00
0.00
230
0.00
11.66
Sekongkang
0
1095
39
843
515
2.97
845.39
43.21
1986
2073
634,5
65.63
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
73
3000
2000
1000
1986
2073
845.39
634.5
65.63
43.21
0
Produksi (Ton)
Potensi Area (Ha)
Perikanan Air Payau
Termanfaatkan
(Ha)
Perikanan Air Tawar
Gambar 3.19. Grafik Luas Potensi Areal, dan Produksi Perikanan Air Payau
dan Tawar di KSB Tahun 2015
Tabel 3.65
Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Tambak
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Kecamatan
Produksi (Ton)
Potensi Area (Ha) Termanfaatkan (Ha)
Sekongkang
0
10
4
Jereweh
0.89
563
20
Maluk
0
Taliwang
1.5
318
95,5
Brang Ene
0
Brang Rea
0
Seteluk
0
Poto Tano
843
1095
515
Total
845.39
1986
634,5
Sumber: DKPP;BPS KSB, 2016
Tabel 3.66
Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Kolam
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Kecamatan
Produksi (Ton)
Potensi Area (Ha) Termanfaatkan (Ha)
Sekongkang
0
50
0.14
Jereweh
0
120
0.52
Maluk
0
44
0.05
Taliwang
16.77
1158
10.22
Brang Ene
6.29
200
14.05
Brang Rea
20.15
232
26.02
Seteluk
0
230
11.66
Poto Tano
0
39
2.97
Total
43.21
2073
65.63
Sumber: DKPP;BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
74
Gambar 3.20. Peta Luas Areal dan Produksi Perikanan di KSB Tahun 2015
3.11.5. Kehutanan
Hutan merupakan SDA yang sangat besar potensinya bagi wilayah di bawahnya.
Luas kawasan hutan di KSB sebesar 125.335,8 ha yang terdiri dari kawasan suaka alam
dan pelestarian alam, hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi.
Sedangkan untuk produksi hasil hutan, pada tahun 2014 tercatat sebanyak 4
661.32 m3 yang terdiri dari kayu bulat sebanyak 2 484.22 m3, kayu olahan 2177.1 m3
dan hasil hutan ikutan (non kayu) berupa rotan pada tahun 2014 sebanyak 80 ton per
tahun.
Potensi hasil hutan berupa rotan pada tahun 2015 di KSB sebesar 13.915,02 ton
dengan potensi areal sebesar 6.957,51 ha yang tersebar di tiga wilayah yaitu wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Mataiyang, KPHL Brang Rea dan Kesatuan
pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Sejorong. Adapun data luas kawasan hutan, jumlah
potensi areal dan produksi hasil hutan di KSB tahun 2015 disajikan pada tabel-tabel
berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
75
Tabel 3.67
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di KSB Tahun 2014
No
Kawasan Hutan
1
Kawasan suaka alam dan pelestarian alam
a. hutan cagar alam
b. hutan taman nasional
c. hutan wisata alam
d. suaka alam laut dan daratan
e. suaka alam perairan
2
Hutan lindung
3
Hutan produksi terbatas
4
Hutan produksi
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2015
Hasil Hutan
1 Kayu Bulat :
Indah
rimba campuran
Meranti
Merbau
Jati
2 Kayu Olahan :
Indah
rimba campuran
Meranti
Merbau
Jati
3 Rotan
Jumlah
Tabel 3.68
Produksi Hutan di KSB Tahun 2014
Produksi
2011
2012
2013
22323.37
19033.4
6786.43
3153.91
1803.44
665.4
17307.61
16020.12
5847.64
1029.5
873.22
238.94
766.23
271.14
34.45
66.12
65.48
0
18582.36
16248.15
2443.11
2574.03
1532.86
230.11
14385.48
13617.02
2131.73
838.62
742.19
81.27
618.06
230.44
0
56.17
55.64
0
110
140
115
40 905.73 35 351.55
9 344.54
Luas
(Ha)
524
819,2
3 718,8
66.931,97
34 690,68
18 651,11
125.335,76
2014
2484.22
57.36
2275.4
131.65
19.81
0
2177.1
43.02
1840.5
98.73
14.85
0
80
4 561.32
Satuan
M3
M3
M3
M3
M3
M3
M3
M3
M3
M3
Ton
Sumber : BPS KSB, 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
76
Tabel 3.69
Potensi Rotan KSB Tahun 2015
Wilayah
KPHL
Mataiyang
KPHL
Brang Rea
KPHP
Sejorong
Kepemilikan Tanah
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan
Areal pinjam pakai PT
NNT
Total
Sumber: Dishutbuntan, 2016
Kawasan
Luas (Ha)
HL
HPT
HP
HL
HPT
HP
HL
HPT
HP
3.872,58
724,48
373
350,60
250,50
210
230,50
275,85
670
Potensi Alam
(Ton)
7.745,16
1.448,96
746
701,20
501
420
461
551,70
1.340
6.957.51
13.915,02
Gambar 3.21. Peta Potensi Kehutanan Rotan di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
77
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Komoditas Basis Menggunakan LQ
4.1.1. Analisis Sektor Basis (LQ) Tanaman Pangan
Analisis Location Quotient (LQ) menggambarkan bahwa aktivitas pangsa
produksi tanaman pangan suatu kecamatan terhadap pangsa kabupaten. Nilai LQ > 1
artinya sektor basis dengan kata lain komoditas x di suatu wilayah memiliki keunggulan
komparatif (produksinya melebihi kebutuhannya sehingga dapat dijual ke luar wilayah);
LQ = 1 artinya sektor bukan basis; komoditas x di suatu wilayah tidak memiliki
keunggulan (produksi hanya cukup untuk konsumsi sendiri); dan LQ < 1 artinya sektor
bukan basis; komoditas x pada suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri
sehingga perlu pasokan dari luar wilayah. Adapun hasil analisis LQ untuk komoditas
tanaman pangan di KSB disajikan pada Tabel di Bawah ini:
Hasil
Kecamatan
Padi
Sekongkang
Jereweh
Maluk
Taliwang
Brang Ene
Brang Rea
Seteluk
Poto Tano
1.07
1.20
0.79
1.18
1.31
1.33
1.06
0.12
Tabel 4.1
Analisis LQ Tanaman Pangan di KSB
Ubi
Jagung Kedelai
Kayu
0.74
1.26
2.33
0.26
1.21
3.25
1.51
1.89
0.00
0.40
1.18
0.15
0.02
0.44
0.69
0.01
0.27
0.29
0.77
1.35
0.99
3.91
1.27
2.56
Tahun 2015
Ubi
Kacang
Jalar
Hijau
2.14
1.90
2.40
0.41
8.87
1.35
0.67
0.40
0.00
0.15
0.37
0.15
1.47
0.25
0.99
4.00
Kacang
Tanah
0.29
3.21
1.39
1.16
2.49
0.88
0.91
0.16
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 tanaman padi merupakan komoditas basis
dengan jumlah kecamatan terbanyak yaitu basis pada 6 kecamatan, sedangkan untuk
komoditas lainnya seperti jagung merupakan komoditas basis pada 2 kecamatan,
kedelai merupakan komoditas basis pada 5 kecamatan ubi kayu dan kacang hijau
merupakan komoditas basis pada 3 kecamatan, ubi jalar dan kacang tanah merupakan
komoditas basis pada 4 kecamatan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
78
Sedangkan berdasarkan hasil analisis LQ tanaman pangan pada masing-masing
kecamatan menunjukkan bahwa:
1. Kecamatan sekongkang merupakan basis sektor untuk komoditas padi, kedelai, ubi
kayu, ubi jalar dan kacang hijau
2. Kecamatan jereweh merupakan basis sektor untuk komoditas padi, ubi kayu, ubi
jalar, dan kacang tanah
3. Kecamatan maluk merupakan basis sektor untuk komoditas jagung, kedelai, ubi
jalar, kacang hijau dan kacang tanah
4. Kecamatan taliwang merupakan basis sektor untuk komoditas padi, kedelai dan
kacang tanah
5. Kecamatan brang ene merupakan basis sektor untuk komoditas padi dan kacang
tanah
6. Kecamatan brang rea merupakan basis sektor untuk komoditas padi
7. Kecamatan seteluk merupakan basis sektor untuk komoditas padi, kedelai dan ubi
jalar
8. Kecamatan poto tano merupakan basis sektor untuk komoditas jagung, kedelai, ubi
kayu dan kacang hijau
Gambar 4.1. Peta Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
79
4.1.2. Analisis Sektor Basis (LQ) Tanaman Perkebunan
Berdasarkan data analisis LQ pada table diperoleh bahwa untuk tanaman
perkebunan komoditas basis dengan jumlah kecamatan terbanyak yaitu kapuk yang
merupakan komoditas basis pada 5 kecamatan yaitu jereweh, Maluk, Bran gene, Brang
Rea dan Poto Tano. Sedangkan untuk kelapa, jambu mete, asam, tembakau rakyat,
tebu dan pinang merupakan komoditas basis pada 4 kecamatan, untuk jarak pagar,
aren dan lada merupakan komoditas basis pada 3 kecamatan, kakao, jarak kepyer, dan
kemiri merupakan komoditas basis pada 2 kecamatan dan tembakau virginia dan kopi
merupakan komoditas basis pada 1 kecamatan.
Tabel 4.2
Hasil Analisis LQ Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015
Jambu Jarak Jarak
Kecamatan Kelapa
Kakao Kopi
Sisal
Mete Pagar kepyer
0.682
0.542
3.821
0.000
0.000
0.000 6.059
Sekongkang
1.160 1.152 0.267
0.000
0.000
0.000
Jereweh
0.000
0.965
2.085 0.652 5.305
0.000
0.000
Maluk
0.000
1.356
0.485
0.676
0.000
0.577
0.000
Taliwang
0.000
0.840
1.045 0.528
0.000
0.000
0.287
Brang Ene
0.000
0.405
1.354 0.840 3.533 1.636 4.744 0.000
Brang Rea
1.265
0.711 1.582 0.000
4.358 0.000
Seteluk
0.000
1.036 1.640 2.440 0.000
0.000
0.000
Poto Tano
0.000
Lanjutan Tabel 4.2
Hasil Analisis LQ Tanaman Perkebunan di KSB Tahun
Tembakau Tembakau
Kecamatan Asam Aren Kapuk
Rakyat
Virginia
2.148
Sekongkang 2.406 1.360 0.000
0.000
0.995 0.463 1.051
1.585
Jereweh
0.000
2.079 0.000 2.184
0.000
18.946
Maluk
0.463 0.391 0.532
0.584
Taliwang
0.000
1.074 2.997 1.729
1.393
Brang Ene
0.000
1.304 1.948 1.255
0.829
Brang Rea
0.000
0.383 0.337 0.661
2.120
Seteluk
0.000
1.617 0.000 1.095
0.000
Poto Tano
0.000
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
Tebu
8.439
1.757
0.000
0.441
1.232
0.000
0.864
1.564
2015
Pinang
Lada
0.000
1.242
0.000
0.533
1.136
1.935
1.584
0.000
0.000
0.000
0.000
1.492
2.755
1.217
0.000
0.000
Kemiri
0.000
0.000
0.000
0.000
2.932
3.233
0.000
0.000
80
Berdasarkan hasil analisis LQ tanaman perkebunan pada masing-masing
kecamatan menunjukkan bahwa:
1. Kecamatan Sekongkang merupakan basis sektor untuk komoditas jarak pagar,
asam, aren, sisal, tebu dan tembakau rakyat
2. Kecamatan Jereweh merupakan basis sektor untuk komoditas Kelapa, jambu mete,
kapuk, tembakau rakyat, tebu dan pinang
3. Kecamatan Maluk merupakan basis sektor untuk jarak kepyer, tembakau Virginia,
jambu mete dan kapuk
4. Kecamatan Taliwang merupakan basis sektor untuk komoditas kelapa dan lada
5. Kecamatan Brang Ene merupakan basis sektor untuk komoditas jambu mete, asam,
aren, kapuk, tembakau rakyat, tebu, kemiri, pinang dan lada
6. Kecamatan Brang Rea merupakan basis sektor untuk komoditas jambu mete, kakao,
kopi, asam, aren, kapuk, kemiri, pinang dan lada
7. Kecamatan seteluk merupakan basis sektor untuk komoditas kelapa, jarak pagar,
kakao, tembakau rakyat dan pinang
8. Kecamatan poto tano merupakan basis sektor untuk komoditas kelapa, jambu mete,
jarak pagar, asam, tebu, dan kapuk.
Gambar 4.2. Peta Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
81
4.1.3. Analisis Sektor Basis (LQ) Peternakan
Berdasarkan data table hasil analisis LQ untuk Peternakan besar diperoleh bahwa
sapi, kerbau, domba, dan kuda adalah ternak besar yang merupakan komoditas basis
paling banyak yaitu komoditas basis pada 4 kecamatan. Sedangkan untuk ternak
domba merupakan sektor basis pada 1 kecamatan yaitu kecamatan Sekongkang.
Tabel 4.3
Hasil Analisis LQ Peternakan Hewan Besar di KSB Tahun 2015
Kecamatan
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Sekongkang
Jereweh
Maluk
Taliwang
Brang Ene
Brang Rea
Seteluk
Poto Tano
0.7708
0.6129
1.3267
1.6618
1.3533
0.5266
1.3561
0.7097
0.0685
0.1505
0.7765
1.6105
1.0838
1.5215
2.2845
0.3518
1.6905
0.9029
0.9660
0.2631
0.3154
0.6092
0.2434
1.9168
2.0575
0.000
2.0951
0.9081
0.000
1.2723
0.000
1.0295
Kuda
0.3816
0.2457
0.8314
2.3094
1.0770
1.7924
1.4327
0.2539
Gambar 4.3. Peta Komoditas Unggulan Peternakan Besar Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
82
Tabel 4.4
Hasil Analisis LQ Peternakan Unggas di KSB Tahun 2015
Ayam
Kecamatan
Ayam ras
Itik
Entok/Angsa
Buras
Sekongkang
Jereweh
Maluk
Taliwang
Brang Ene
Brang Rea
Seteluk
Poto Tano
1.0322
0.9241
0.8848
0.4703
0.8954
1.2246
0.7090
1.3728
2.3413
7.7871
1.6533
0.3349
-
2.4521
1.1800
0.6872
0.8572
1.7781
1.7462
1.0149
0.0430
1.7100
2.4817
0.9725
2.9286
0.5623
0.1908
Merpati
2.7838
2.7766
0.7907
0.2240
0.9637
0.7249
Dari data analisis LQ pada Tabel 4.4 untuk peternakan unggas diperoleh bahwa
itik merupakan ternak unggas yang merupakan komoditas basis terbanyak yaitu
komoditas basis pada 5 kecamatan, sedangkan ternak unggas ayam buras, ayam ras,
entok merupakan komoditas basis pada 3 kecamatan dan ternak unggas merpati
merupakan komoditas basis pada 2 kecamatan.
Gambar 4.4. Peta Komoditas Unggulan Peternakan Unggas Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
83
Berdasarkan
hasil
analisis
LQ
peternakan
pada
masing-masing
kecamatan
menunjukkan bahwa:
1. Kecamatan sekongkang merupakan basis sektor untuk peternakan kambing, domba,
ayam buras, ayam ras, itik dan entok/angsa
2. Kecamatan jereweh merupakan basis sektor untuk peternakan ayam ras, itik,
entok/angsa dan merpati
3. Kecamatan maluk merupakan basis sektor untuk peternakan sapi, domba dan
merpati
4. Kecamatan taliwang merupakan basis sektor untuk peternakan sapi, kerbau, kuda,
dan ayam ras
5. Kecamatan brang ene merupakan basis sektor untuk peternakan
sapi, kerbau,
kuda, dan itik
6. Kecamatan brang rea merupakan basis sektor untuk peternakan kerbau, domba,
kuda, ayam buras, itik, dan entok/angsa
7. Kecamatan seteluk merupakan basis sektor untuk peternakan sapi, kerbau, kuda,
dan itik
8. Kecamatan poto tano merupakan basis sektor untuk peternakan kambing, domba
dan ayam buras.
4.1.4. Analisis Sektor Basis (LQ) Perikanan
Berdasarkan data tabel menunjukkan bahwa hasil analisis LQ untuk subsektor
perikanan yang merupakan komoditas basis terbanyak yaitu kolam yang merupakan
komoditas basis pada 5 kecamatan, kemudian budidaya laut 3 kecamatan sedangkan
perikanan umum dan tambak merupakan komoditas basis pada 2 kecamatan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
84
Tabel 4.5
Hasil Analisis LQ Perikanan di KSB Tahun 2015
Kecamatan
Budidaya Laut
Perairan
Tambak
Kolam
Umum
Sekongkang
1.73
0.00
0.34
1.62
Jereweh
1.02
0.00
2.13
0.44
Maluk
3.01
0.00
0.00
0.99
Taliwang
1.25
1.23
0.37
1.30
Brang Ene
0.00
0.00
0.00
3.24
Brang Rea
0.00
0.00
0.00
3.24
Seteluk
0.00
0.00
0.00
3.24
Poto Tano
0.78
1.57
1.83
0.06
Berdasarkan hasil analisis LQ komoditas perikanan pada masing-masing
kecamatan menunjukkan bahwa:
1. Kecamatan Sekongkang basis sektor untuk komoditas budidaya laut dan kolam
2. Kecamatan Jereweh basis sektor untuk komoditas budidaya laut dan tambak
3. Kecamatan Maluk merupakan basis sektor untuk komoditas budidaya laut
4. Kecamatan Taliwang basis sektor untuk budidaya laut, perairan umum dan kolam
5. Kecamatan Brang Ene merupakan basis sektor untuk komoditas kolam
6. Kecamatan Brang Rea merupakan basis sektor untuk komoditas kolam
7. Kecamatan Seteluk basis sektor untuk komoditas kolam
8. Kecamatan Poto Tano basis sektor untuk komoditas perairan umum dan tambak
Gambar 4.5. Peta Komoditas Unggulan Perikanan Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
85
4.2. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Pertanian Menggunakan AHP
Analytic hierarchy process (AHP) digunakan untuk menentukan dan memilih
prioritas komoditas unggulan pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan) di KSB berdasarkan hirarki masalah yang disusun dari hasil
studi pustaka dan pendapat pakar atau ahli. Kriteria yang digunakan dalam AHP
penentuan prioritas komoditas unggulan pertanian ini meliputi Kontribusi Terhadap
Pendapatan Masyarakat (KPM), Kontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD),
peluang pasar (PP), Peluang Investasi (PI), Kesesuaian Lahan (KL), Ketersediaan
Sarana Produksi (KSP), Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja
(PTK).

Kriteria Kontribusi Terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM)
Kriteria ini berhubungan dengan pendapatan yang diterima oleh masyarakat dari
hasil usaha pada bidang pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan). Pendapatan ini menjadi pendapatan pokok bagi masyarakat
atau petani.

Kriteria Kontribusi Terhadap Pendapatan Daerah (KPD)
Kriteria ini untuk melihat share usaha pada bidang pertanian (tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) terhadap pendapatan daerah. Hal
ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di KSB masih merupakan salah satu sektor
sumber pendapatan daerah setelah pertambangan.

Peluang Pasar (PP)
Kriteria ini untuk mengetahui kemampuan pasar dalam menyerap produksi usaha
pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan). Saat
ini tanaman pangan seperti padi, jagung, sapi dan rumput laut masih menjadi
komoditas pertanian utama sumber bahan makanan utama dan bahan baku industri
sehingga menjamin peluang pasar yang luas.

Peluang Investasi (PI)
Kriteria ini untuk melihat prospek pengembangan produksi pertanian. Iklim
pertanian yang semakin kondusif dan didukung oleh kebijakan pemerintah daerah
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
86
diharapkan akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada bidang
pertanian dan SDA di KSB.

Kesesuaian Lahan (KL)
Kriteria kesesuaian lahan untuk melihat aspek teknis karena dalam usaha
pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) perlu
memperhatikan kondisi lahan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kesesuaian lahan
sangat beragam tergantung dari karakteristik komoditas pertanian. Namun secara
umum kesesuaian lahan yang ada di KSB sangat mendukung pengembangan usaha
pertanian.

Ketersediaan Sarana Produksi (KSP)
Kriteria ini melihat ketersediaan sarana produksi untuk usaha pertanian seperti
benih/bibit unggul, pupuk, obat-obatan, alat dan mesin pertanian. Kriteria ini menjadi
aspek penting karena dalam usaha pertanian (tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan dan kehutanan) untuk menghasilkan produksi yang optimal
diperlukan sarana produksi yang memadai. Saat ini ketersediaan sarana produksi di KSB
untuk usaha pertanian masih tergolong cukup tersedia dan perlu pendistribusian yang
baik agar petani dapat menggunakannya tepat waktu.

Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD)
Kriteria ini untuk melihat dukungan pemerintah daerah terhadap sektor pertanian
dalam arti luas (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan)
sebagai sektor pembangunan dan penyedia utama sumberdaya alam perlu mendapat
perhatian serius untuk dikelolah dan dikembangkan dengan baik sehingga mampu
memberikan hasil yang optimal dan nilai tambah terhadap daerah dan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Penyerapan Tenaga Kerja (PTK)
Kriteria ini menunjukkan besarnya tenaga kerja yang diserap oleh sektor
pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan). Saat
ini sektor pertanian masih menjadi sektor utama penyerapan tenaga kerja di KSB
karena sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani dan nelayan. Untuk sistem
pengupahan tenaga kerja pada saat tanam dan panen biasanya borongan atau upah
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
87
harian dengan tenaga kerja dari luar keluarga, ada juga sebagian kecil masyarakat yang
masih menggunakan sistem tolong menolong atau yang dikenal dengan istilah “basiru”.
Sedangkan untuk pemeliharaan masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.
4.2.1. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan menggunakan AHP
disusun berdasarkan kriteria Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM),
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), peluang pasar (PP), Peluang
Investasi (PI), kesesuaian lahan (KL) , ketersediaan sarana produksi (KSP), kebijakan
pemerintah daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan alternatif
komoditas yang dipilih adalah padi, jagung, kedelai, kacang hijau dan kacang tanah.
Dari AHP penentuan komoditas unggulan tanaman pangan diketahui bahwa
kriteria kontribusi terhadap pendapatan masyarakat (KTM) menempati peringkat
pertama dengan nilai 0,137, diikuti oleh Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) dengan nilai
0.134, kebijakan pemerintah daerah (KPD) dengan nilai 0.131, kesesuaian lahan (KL)
dengan nilai 0.128, peluang pasar (PP) dengan nilai 0.126, Peluang Investasi (PI)
dengan nilai 0.121, ketersediaan sarana produksi (KSP) dengan nilai 0.118 dan terakhir
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai 0.106.
Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas
unggulan tanaman pangan dari berbagai kriteria tersebut maka diperoleh bahwa padi
merupakan komoditas dengan prioritas pertama dengan nilai 0,288, kemudian diikuti
dengan komoditas jagung dengan nilai 0,285, kedelai dengan nilai 0.158, kacang hijau
dengan nilai 0.150 dan peringkat kelima kacang tanah dengan nilai 0.119. secara rinci
dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
88
Komoditas Unggulan
Tanaman Pangan
KPM
0.137
KPAD
0.106
PP
0.126
PI
0.121
KL
0.128
KSP
0.118
KPD
0.131
PTK
0.134
Padi
Jagung
Kedelai
Kacang Hijau
Kacang Tanah
0.288
0.285
0.158
0.150
0.119
Gambar 4.6. Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Kacang Tanah
0.119
Kacang Hijau
0.150
Kedelai
0.158
Jagung
0.285
Padi
0.288
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
Gambar 4.7. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Berdasarkan Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
89
4.2.2. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan
Penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman perkebunan menggunakan AHP
disusun berdasarkan kriteria-kriteria seperti Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat
(KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), Peluang Pasar (PP),
Peluang Investasi (PI), Kesesuaian Lahan (KL) , Ketersediaan Sarana Produksi (KSP),
Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan
alternatif prioritas komoditas unggulan tanaman perkebunan yang dipilih adalah kelapa,
sisal, jambu mete, kopi dan kakao.
Dari hasil analisis AHP pada penentuan komoditas unggulan tanaman perkebunan
diperoleh bahwa kriteria peluang investasi (PI) berada pada peringkat pertama dengan
nilai 0.146, diikuti dengan kriteria peluang pasar (PP) dengan nilai 0.142, kesesuaian
lahan (KL) dengan nilai 0.137, kebijakan pemerintah daerah (KPD) dengan nilai 0.130,
ketersediaan sarana produksi (KSP) dengan nilai 0.116, kontribusi terhadap pendapatan
masyarakat (KTM) dengan nilai 0.113, Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) dengan nilai
0.109, dan terakhir kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai
0.105.
Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas
unggulan tanaman perkebunan dari berbagai kriteria tanaman perkebunan tersebut
maka diperoleh bahwa kelapa merupakan komoditas dengan prioritas pertama dengan
nilai 0.253, kemudian diikuti dengan komoditas sisal dengan nilai 0,239, kopi dengan
nilai 0.203, jambu mete dengan nilai 0.215 dan terakhir kakao dengan nilai 0.090.
secara rinci dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
90
Komoditas Unggulan
Tanaman Perkebunan
KPM
0.113
KPAD
0.105
PP
0.142
Kelapa
0.253
PI
0.146
Sisal
0.239
KSP
0.116
KL
0.137
Jambu Mete
0.203
KPD
0.130
Kopi
0.215
PTK
0.109
Kakao
0.090
Gambar 4.8. Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan Perkebunan
Kakao
0.090
Kopi
0.215
Jambu Mete
0.203
Sisal
0.239
Kelapa
0.000
0.253
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
Gambar 4.9. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Perkebunan Berdasarkan
Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
91
4.2.3. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Peternakan
Penentuan prioritas komoditas unggulan peternakan menggunakan AHP disusun
berdasarkan kriteria yang terdiri atas Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat
(KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), Peluang Pasar (PP),
Peluang Investasi (PI), Kesesuaian Lahan (KL), Ketersediaan Sarana Produksi (KSP),
Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan
untuk alternatif prioritas peternakan unggulan yang dipilih adalah sapi, kerbau,
kambing, kuda dan ayam ras.
Dari hasil analisis AHP pada penentuan komoditas unggulan peternakan diperoleh
bahwa kriteria kesesuaian lahan (KL) berada pada peringkat pertama
dengan nilai
0.144, diikuti dengan kriteria peluang investasi (PI) dengan nilai 0.135, peluang pasar
(PP) dengan nilai 0.132, ketersediaan sarana produksi (KSP) dengan nilai 0.129,
kebijakan pemerintah daerah (KPD) dengan nilai 0.127, kontribusi terhadap pendapatan
masyarakat (KTM) dengan nilai 0.115, Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) dengan nilai
0.113, dan terakhir kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai
0.106.
Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas
unggulan peternakan dari berbagai kriteria tersebut maka diperoleh bahwa sapi
merupakan komoditas peternakan dengan prioritas pertama yang harus dikembangkan
di KSB. Dimana peternakan sapi memiliki nilai 0,267, kemudian diikuti dengan ayam
dengan nilai 0,213, kerbau dengan nilai 0.194, kambing dengan nilai 0.186 dan terakhir
kuda dengan nilai 0.141. secara rinci dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
92
Komoditas Unggulan
Peternakan
KPM
0.115
KPAD
0.106
PP
0.132
Sapi
PI
0.135
Kerbau
0.267
0.194
KSP
0.129
KL
0.144
Kambing
KPD
0.127
Kuda
0.141
PTK
0.113
Ayam
0.186
0.213
Gambar 4.10. Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan Peternakan
Ayam Ras
0.213
Kambing
0.186
Kuda
0.141
Kerbau
0.194
Sapi
0.000
0.267
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
Gambar 4.11. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Peternakan Berdasarkan
Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
93
4.2.4. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Perikanan
Penentuan prioritas komoditas unggulan perikanan menggunakan AHP disusun
berdasarkan kriteria-kriteria diantaranya Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat
(KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), Peluang Pasar (PP),
Peluang Investasi (PI), Kesesuaian Lahan (KL), Ketersediaan Sarana Produksi (KSP),
Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan
untuk alternatif prioritas pengembangan komoditas unggulan perikanan yang dipilih
adalah rumput laut, kerapu, udang, mutiara dan perikanan darat.
Dari hasil analisis AHP pada penentuan komoditas unggulan perikanan diperoleh
bahwa kriteria peluang investasi (PI) dan peluang pasar (PP) berada pada peringkat
pertama dengan nilai 0.139, diikuti dengan kriteria kebijakan pemerintah daerah (KPD)
dengan nilai 0.136, kesesuaian lahan (KL) dengan nilai 0.133, kontribusi terhadap
pendapatan masyarakat (KTM) dengan nilai 0.124, Penyerapan Tenaga Kerja (PTK)
dengan nilai 0.120, ketersediaan sarana produksi (KSP) dengan nilai 0.106, dan terakhir
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai 0.103.
Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas
unggulan perikanan dari berbagai kriteria tersebut maka diperoleh bahwa komoditas
rumput laut merupakan komoditas perikanan dengan prioritas pertama yang harus
dikembangkan di KSB. Dimana menurut penilaian ahli atau pakar pada AHP, komoditas
rumput laut memiliki nilai 0,289, kemudian diikuti dengan udang dengan nilai 0,222,
perikanan darat dengan nilai 0.178, mutiara dengan nilai 0.159 dan terakhir perikanan
kerapu dengan nilai 0.151. secara rinci dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
94
Komoditas Unggulan
Perikanan
KPM
0.124
KPAD
0.103
PP
0.139
Rumput Laut
0.289
PI
0.139
Kerapu
Udang
0.151
KSP
0.106
KL
0.133
KPD
0.136
Mutiara
0.222
PTK
0.120
Perikanan Darat
0.159
0.178
Gambar 4.12. Hierarki Penetapan Komoditas Unggulan Perikanan
Perikanan Darat
0.178
Mutiara
0.159
Udang
0.222
Kerapu
0.151
Rumput Laut
0.000
0.289
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
Gambar 4.13. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Perikanan Berdasarkan
Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
95
4.2.5. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Kehutanan
Penentuan prioritas komoditas unggulan kehutanan menggunakan AHP disusun
berdasarkan kriteria-kriteria diantaranya Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat
(KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), peluang pasar (PP),
Peluang Investasi (PI), kesesuaian lahan (KL) , ketersediaan sarana produksi (KSP),
kebijakan pemerintah daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan untuk
alternatif prioritas pengembangan komoditas unggulan kehutanan yang dipilih
berdasarkan analisis data studi dan pendapat pakar adalah rotan, jati, madu, mahoni
dan gaharu.
Dari hasil analisis AHP pada penentuan komoditas unggulan kehutanan diperoleh
bahwa kriteria Peluang Investasi (PI) berada pada peringkat pertama dengan nilai
0.157, diikuti dengan kriteria peluang pasar (PP) dengan nilai 0.151, kesesuaian lahan
(KL) dengan nilai 0.150, kebijakan pemerintah daerah (KPD) dengan nilai 0.143,
Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) dengan nilai 0.115, ketersediaan sarana produksi (KSP)
dengan nilai 0.111, kontribusi terhadap pendapatan masyarakat (KTM) dengan nilai
0.088, dan terakhir kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai
0.085.
Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas
unggulan kehutanan dari berbagai aspek kriteria tersebut maka diperoleh bahwa
komoditas rotan masih merupakan komoditas kehutanan dengan prioritas pertama yang
harus dikembangkan di KSB. Dimana menurut penilaian ahli atau pakar pada AHP,
komoditas rotan memiliki nilai 0,258, kemudian diikuti dengan komoditas jati dengan
nilai 0,233, madu dengan nilai 0.182, mahoni dengan nilai 0.179 dan terakhir komoditas
gaharu dengan nilai 0.149. secara rinci dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
96
Komoditas Unggulan
Kehutanan
KPM
0.088
KPAD
0.085
PP
0.151
Madu
PI
0.157
Jati
0.182
KSP
0.111
KL
0.150
Rotan
0.233
KPD
0.143
Mahoni
0.258
PTK
0.115
Gaharu
0.179
0.149
Gambar 4.14. Hierarki Penetapan Komoditas Unggulan Kehutanan
Gaharu
0.149
Mahoni
0.179
Rotan
0.258
Jati
0.233
Madu
0.000
0.182
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
Gambar 4.15. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Kehutanan Berdasarkan
Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
97
Gambar 4.16. Peta Prioritas Komoditas Unggulan Pertanian
Berdasarkan Hasil AHP di Kabupaten Sumbawa Barat
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
98
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada kajian potensi SDA dalam rangka
promosi investasi maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Potensi SDA dalam rangka mendukung investasi di KSB meliputi sektor
pertanian, pertambangan, sumberdaya air, sumberdaya manusia, pariwisata,
pulau-pulau kecil dan sumberdaya alam dengan ketersediaan, potensi areal,
potensi pengembangan masing-masing sektor yang sangat mendukung.
2. Sumberdaya pariwisata di KSB sebanyak 45 lokasi destinasi wisata dan 10 lokasi
potensial untuk wisata yang terbagi atas wisata pantai, gua, air terjun, pulaupulau, danau, dam/bendungan, peninggalan sejarah, wisata budaya, cagar
budaya, dan wisata paralayang.
3. Potensi bahan galian logam di KSB berupa emas sebesar 0,5-5 g/ton emas,
tembaga sebesar 40.000 M3, biji besi sebesar 24.000 M3, galena sebesar 53.000
M3, ferro manganese sebesar 4.000 M3, dan mangan sebesar 109.000 M3.
Sedangkan untuk potensi bahan galian non logam dan batuan mencapai sebesar
110.404.000 M3.
4. Pulau-pulau kecil di KSB terdapat sebanyak 16 pulau yaitu 8 pulau kecil di
Kecamatan Poto Tano, 6 pulau kecil di Kecamatan Taliwang, dan 2 pulau kecil di
Kecamatan Sekongkang dengan luas daratannya sebesar 1.016,31 Ha. Potensi
pengembangan pulau-pulau kecil di KSB akan diarah sebagai kawasan
pariwisata, perikanan tangkap, budidaya perikanan, dan konsevasi.
5. Komoditas unggulan pertanian di KSB yang merupakan peluang investasi adalah
komoditas padi, jagung, kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah untuk
komoditas tanaman pangan, komoditas kelapa, sisal, kopi, jambu mete, dan
kakao untuk komoditas tanaman perkebunan, kemudian komoditas sapi, ayam
ras, kerbau, kambing dan kuda untuk peternakan, untuk komoditas perikanan
meliputi rumput laut, udang, perikanan darat, mutiara dan kerapu. Sedangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
99
untuk komoditas kehutanan meliputi komoditas rotan, jati, madu, mahoni dan
gaharu.
6. Peluang investasi KSB sangat besar melihat ketersediaan SDA yang meliputi
ketersediaan lahan, potensi pengembangan pariwisata, pengembangan pulaupulau kecil, dan pengembangan sentra pertanian unggulan.
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi
investasi ini maka:
1. Diperlukan dukungan pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan potensi
SDA di KSB. Pemerintah daerah harus memfokuskan pengembangan SDA dan
komoditas unggulan pertanian di sentra potensi dan pengembangan.
2. Pemerintah daerah harus dapat mendorong upaya peningkatan iklim investasi
dengan meningkatkan promosi dan menerapkan kebijakan-kebijakan strategis
guna menarik minat investor untuk berinvestasi pada sektor SDA di KSB.
3. Upaya ekstensifikasi dan
peningkatan
produktivitas
intensifikasi
lahan
pertanian
melalui
seperti
perluasan
program-program
area,
peningkatan
kemampuan petani, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana penunjang
produksi pertanian, dan penguatan permodalan perlu dilakukan agar dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
4. Diperlukan
kajian
lebih
lanjut
mengenai
strategi
pengembangan
dan
keberlanjutan potensi SDA dan komoditas unggulan pertanian untuk masa yang
akan datang.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
100
DAFTAR PUSTAKA
BAPEDDA KSB, 2016. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2016-2020 (RPJMD KSB Tahun 2016-2020). Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat.
BPS KSB, 2016. Kabupaten Sumbawa Barat dalam Angka Tahun 2016. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat.
DKPP KSB, 2016. Laporan Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Perikanan di Kabupaten
Sumbawa Barat. Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Sumbawa Barat: Sumbawa
Barat.
Dinas ESDM KSB, 2016. Data Bahan Galian Logam, Non Logam dan Batuan di
Kabupaten Sumbawa Barat. Dinas Ekonomi Sumberdaya Mineral dan Pariwisata
Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat.
Dinas ESDM KSB, 2016. Data Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Sumbawa
Barat. Dinas Ekonomi Sumberdaya Mineral dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa Barat:
Sumbawa Barat.
DISHUTBUNTAN KSB, 2016. Laporan penggunaan lahan dan luas tanam. Dinas
Kehutanan, Perkebunan dan Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat.
DISHUTBUNTAN KSB, 2016. Laporan Rekapitulasi lahan dan Produksi Tanaman
Perkebunan Semusim dan Tahunan di Kabupaten Sumbawa Barat. Dinas Kehutanan,
Perkebunan dan Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat.
Neuman, W.L. 2007. Basics of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches
(2nd Ed.): Pearson Education Inc. Boston.
Prahasta, E. 2005. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika:
Bandung.
Saaty, T.L. 1980. The Analytical Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource
Allocation. McGraw-Hill: New York.
Tarigan, R. 2003. Ekonomi Regional: Bumi Aksara. Medan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
101
Download