LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI BAB V: LAPORAN PEKERJAAN DILAPANGAN 5.1 Lingkup Kegiatan Proyek Living Plaza KHI Perencanaan proyek bangunan komersial Living Plaza KHI dimulai pada awal tahun 2017 yang terbagi menjadi dua tahapan utama yaitu tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Sebagai pihak pemilik proyek (owner) berkoordinasi dengan pihak perencana (designer), pihak kontraktor (aanemer) maupun pihak lain yang terlibat dalam proyek tersebut tidak terlepas dari time schedule sebagai guideline dalam merencanakan, melaksanakan dan sebagai fungsi kontrol (controlling) dengan berbagai pihak. Adapun skema lingkup kegiatan proyek Living Plaza KHI adalah sebagai berikut : Gambar 1. Skema Durasi Kegiatan Proyek KHI dan Praktik Profesi Sumber : Data Pribadi, 2017 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 41 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI Tahap awal merupakan tahapan non teknis yang berkaitan dengan studi kelayakan bangunan (feasibility study). Dalam analisa feasibility study bekerjasama dengan pihak Bussines Development untuk menentukan target market dan menentukan nilai break even point. Setelah tahap feasibility study selesai dilanjutkan pada tahap penjelasan (briefing) kepada konsultan perencana yang ditunjuk oleh pihak developer tanpa melalui fase pelelangan. Kemudian memasuki tahap perancangan (design) yang terbagi kedalam dua tahap yaitu tahap pra-desain (preliminary design) dan tahap pengembangan (Detailed Engineering Drawing). Pada saat gambar pra-rencana telah disetujui oleh owner, secara parallel dilakukan tahap perizinan mulai dari izin prinsip hingga izin AMDAL serta izin Rekomtek dari Pemerintah Daerah Bekasi. Disisi lain, masing-masing pihak konsultan perencana menyelesaikan gambar rencana untuk tahap DED secara beruntun mulai dari gambar rencana pondasi hingga gambar rencana SAP (Struktur Arsitektur dan Plumbing) serta yang terakhir rencana ME. Selain itu untuk detail spesifikasi, budget of quantity, estimasi biaya konstruksi oleh konsultan QS juga diselesaikan sebagai bagian tahap akhir perencanaan dan persiapan untuk tahap pelelangan. Gambar rencana DED, BQ dan estimasi biaya konstruksi digunakan sebagai kelengkapan untuk dokumen pelelangan (procurement). Penunjukan kontraktor dalam tahap tender tersebut dibatasi maksimal 4 sampai 5 kandidat kontraktor. Tahap tender awal merupakan tender pekerjaan pondasi hingga pada tender akhir berupa pekerjaan mekanikal elektrikal. Kontraktor yang ditunjuk sebagai pemenang tender mengikuti kick off meeting untuk mempresentasikan metodologi dan strategi pelaksanaan proyek. Setelah tahap akhir perencanaan tersebut kemudian memasuki tahap persiapan mobilisasi alat-alat dan material bahan ke site sebagai tahap awal dalam pelaksanaan. Monitoring dalam proses pelaksanaan proyek dilapangan oleh Manajemen Konstruksi (MK) dengan melakukan controlling dan pengawasan. Adapun lingkup pekerjaan dalam kegiatan praktik profesi ini dimulai dari tahap perizinan hingga tahap pelaksanaan pekerjaan pondasi selama 2 sampai 3 bulan. Jenis kegiatan yang dilakukan antara lain Feasibility study review, Perizinan, Review Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 42 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI Gambar pra-rencana (preliminary), DED Review, Procurement process, Pelaksanaan pekerjaan pondasi. 5.2 Review Study Kelayakan (Feasibility Study) 5.2.1 Deskripsi kegiatan Menurut Georgakellos dan Marcis (2009) menyatakan bahwa Feasibility studies aim to objectively and rationally uncover the strengths and weaknesses of an existing business or proposed venture, opportunities and threats present in the environment, the resources required to carry through, and ultimately the prospects for success. Sedangkan menurut Suad dan Suwarsono (2000), Studi kelayakan proyek (feasibility study) adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek ( biasanya merupakan proyek investasi ) dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Dalam proyek Living Plaza KHI Bekasi ini, sebenarnya studi kelayakan sudah dilakukan pada tahun 2016, namun pada bulan Maret 2017 dari tim Bussiness Development meninjau kembali dari sisi luasan serta posisi per tenant dan disesuaikan dengan update gambar pra-rencana dan jumlah tenant yang direncanakan. Sehingga dilakukan revisi terkait besaran luasan, jenis dan posisi tenat yang masuk kedalam Living Plaza Kota Harapan Indah Bekasi. Tenant Summary Before Ace 2,442.70 Sqm 2,400.00 Sqm Informa 5,330.93 Sqm 4,700.00 Sqm 0.00 Sqm 756.00 Sqm 798.95 Sqm 460.00 Sqm Ofifice 1 0.00 Sqm 130.00 Sqm Restaurant 0.00 Sqm 270.00 Sqm Bike 0.00 Sqm 200.00 Sqm Chatime 0.00 Sqm 30.00 Sqm White Brown Toys Kingdom After Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 43 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI Convience store 500.00 Sqm 550.00 Sqm Coffe Shop 120.00 Sqm 0.00 Sqm Retail Shop 0.00 Sqm 185.00 Sqm 9,192.58 Sqm 9,681.00 Sqm sGrand Total Gambar 2. Data Luasan Before-After Proyek Living Plaza KHI Sumber : Dok. PT Tiga Dua Delapan, 2017 5.2.2 Permasalahan Perubahan kebutuhan ruang dan besaran tenant dari permintaan owner berdampak pada sirkulasi ruang dalam bangunan baik sirkulasi horizontal maupun vertikal. Selain itu berpengaruh terhadap kebutuhan ruang parkir pada tiap-tiap bussines unit. Perubahan luasan tiap tenant berdampak pada ratio jumlah kebutuhan parkir mobil pengunjung. Selain itu dari gambar pra-rencana konsultan Urban tidak disediakan kebutuhan ruang parkir sepeda motor. 5.2.3 Diskusi alternatif pemecahan Dengan adanya perubahan kebutuhan ruang beserta luasan retail dilakukan meeting klarifikasi internal dengan pihak Bussiness Development, Marketing dan Owner untuk menyelesaikan kemungkinan dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut. Dari pihak Owner menghendaki perubahan luasan tiap tenant karena adanya nilai market yang tidak sesuai Business Unit lantai ground. Pada lantai ground sebelumnya merupakan Small Convenience Zone yang terdiri dari tenat luasan kecil untuk kebutuhan hobi. Menurut Marketing, zona tersebut cocok untuk ditempatkan pada lantai ground untuk merepresentasikan life style kawasan Kota Harapan Indah. Pihak Bussiness Development juga menyetujui akan hal tersebut sesuai dengan analisa. Pada awalnya Owner menyetujui keputusan tersebut, namun setelah direview kembali ada hal yang lebih make sense dengan permintaan pasar pada kawasan perumahan KHI tersebut selain kebutuhan hobi yaitu Food & Beverage. Pada awalnya zona Food & Beverage terdapat pada lantai diatasnya untuk mendukung tenant utama dengan luasan kecil. Pihak Owner menghendaki pada lantai ground direvisi menjadi zona Food & Beverage dengan luasan yang beragam, karena pada lantai ground memungkinkan semua orang untuk dapat menikmati beragam makanan dan kebutuhan sehari-hari. Menurut saya pendapat dari Owner tepat, karena pada lantai Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 44 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI ground merupakan lantai dimana banyak aktivitas, untuk mendukung berbagai aktivitas tersebut dan dapat diterima pada semua pengunjung maka zona Food & Beverage tepat ditempatkan pada lantai ground untuk dapat mengakomodasi kebutuhan pengunjung. BEFORE AFTER OFFICE ONE RESTAURANT BIKE BEVERAGE (CHATIME) CONVENIENCE STORE SUPERMARKET Gambar 3. Layout Before-After Lantai Ground Living Plaza KHI Sumber : Dok. PT Tiga Dua Delapan, 2017 Dengan perubahan zona tersebut berpengaruh terhadap sirkulasi ruang dalam baik secara horizontal maupun vertikal. Secara siginifikan tedapat perubahan posisi sirkulasi vertikal yaitu posisi eskalator dan pengurangan passanger lift. Menurut pihak operasional lilft penumpang hanya membutuhkan satu unit untuk mengakomodasi luasan Living Plaza tersebut. Berdasarkan standar kebutuhan lift memang sesuai dengan luasan tidak lebih dari 3250 m2 lantai/ lift. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 45 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI BEFORE LAPORAN PRAKTIK PROFESI AFTER Gambar 4. Perubahan Kebutuhan Lift dan Sirkulasi Sumber : Dok. PT Tiga Dua Delapan, 2017 Perubahan posisi eskalator yang tadinya tegak lurus dengan entrance menjadi sejajar dengan entrance dan berada di depan yang bertujuan untuk memaksimalkan tenat yang ada dan pertimbangan ruang servis. Dalam hal ini pergerakan posisi tenant dapat dilakukan menyesuaikan dengan luasan, namun sirkulasi horizontal terutama posisi pintu masuk dan keluar tetap dipertahankan agar tidak terjadi perubahan pada massa maupun fasade bangunannya. 5.2.4 Kesimpulan Studi kelayakan terkait dengan kebutuhan ruang dan fungsinya pada bangunan retail seperti Living Plaza Kota Harapan Indah sangatlah penting. Hal ini terkait dengan nilai break event point pada bangunan itu sendiri. Setiap perubahan dan progress analisa study kelayakan dilakukan meeting internal secara berkala agar request perubahan dari owner dapat diakomodir dengan dasar pertimbangan sesuai dengan studi kelayakan baik dari aspek ekonomi maupun arsitektur. 5.3 Perizinan 5.3.1 Deskripsi Umum Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Izin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 46 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan atau sanksi pidana denda. Berikut adalah jenis perizinan yang wajib dilengkapi dalam pembangunan suatu proyek antara lain : a. Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang adalah Izin yang bertujuan untuk memberikan arahan pembangunan dan di mohon dari aspek tata ruang, aspek lingkungan, aspek teknis bangunan gedung, aspek ekonomi dan sosial budaya sebagai pedoman pemberian izin pemanfaatan ruang lainnya b. Izin Lokasi adalah izin yang diberikan sebagai persetujuan penguasaan lahan sesuai rencana tata ruang yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak c. Pertimbangan Teknis Peil Banjir adalah pertimbangan teknis yang dikeluarkan oleh Dinas Bina Marga dan Tata Air mengenai: - Penentuan ketinggian minimal dan maksimal pematangan lahan pada daerah yang akan dibangun yang diberikan oleh pejabat yang ditunjuk dengan memperhatikan lingkungan geografis sekitar - Penentuan arahan sistem drainase d. Pertimbangan teknis analisa dampak lalu lintas adalah pertimbangan teknis yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan terhadap pembangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu lintas yang memuat rekomendasi manajemen dan rekayasa lalu lintas e. Pertimbangan teknis proteksi kebakaran adalah pertimbangan teknis yang dikeluarkan oleh Dinas Bangunan dan Pemadam Kebakaran yang memuat rekomendasi rencana penyediaan sarana pemadam kebakaran yang harus disediakan terhadap setiap bangunan yang akan dibangun f. Pertimbangan Teknis Lingkungan adalah pertimbangan teknis AMDAL atau pertimbangan teknis UKL-UPL atau SPPL yang dikeluarkan oleh BPLH terhadap setiap rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan g. Izin Lingkungan adalah Izin yang diberikan kepada setiap orang atau badan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL/UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai pelengkap untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 47 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI Tahap perizinan dimulai pada pertengahan tahun 2016 hingga awal Maret 2017. Terdapat beberapa jenis perizinan yang harus dipenuhi secara bertahap dan parallel. Tahap awal perizinan adalah mengajukan ijin prinsip terkait tata guna lahan untuk mendapatkan advice planning dari Dinas Tata Kota Bekasi 5.3.2 Permasalahan Secara teknis untuk pengajuan tahap perizinan tidak menemui kendala yang siginifikan, semua dokumen dilengkapi dan sesuai dengan persyaratan dari Dinas Tata Kota Bekasi. Namun dalam proses perizinan tersebut terdapat perubahan rencana kebutuhan ruang parkir untuk efisiensi budget dan persyaratan kelayakan bangunan. Pada awalnya gambar pra-rencana dari konsultan menggunakan basement untuk mengakomodir total kebutuhan parkir sebanyak 273 unit dan tidak ada ruang parkir untuk sepeda motor. Padahal standar kebutuhan ruang parkir harus tersedia parkir sepeda motor walaupun tidak ada ketentuan maupun ratio dari luas bangunan. 5.3.3 Diskusi alternatif pemecahan Pada awalnya dari pihak konsultan Urban tetap mengajukan adanya basement untuk mengakomodasi kebutuhan parkir pengunjung dengan pertimbangan memaksimalkan luasan tenant yang disewakan. Namun dari pihak owner estimate dan konsultan QS tidak menyarankan adanya basement pada Living Plaza KHI karena over budget. Hal demikian didukung dengan revisi terkait analisa kelayakan dan market dari pihak BD terhadap proyek tersebut. Selain itu, dengan jadwal store opening yang maju menjadi 1 tahun, jika tetap dijalankan untuk pekerjaan basement akan memakan waktu dan tidak cukup sampai jadwal opening. Dari berbagai pertimbangan secara teknis tersebut maka untuk basement dihilangkan dan kebutuhan ruang parkir dipindahkan ke lantai satu dan dua dengan ratio jumlah parkir yang disesuaikan dengan luasan tenant yag diperkecil. Adapun kebutuhan ruang parkir mobil menjadi 178 unit setelah diakukan revisi perhitungan luasan tenant dari pihak BD. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 48 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI Gambar 5. Layout Basement dan Gound Floor - Before Sumber : Dok. PT Tiga Dua Delapan, 2017 Pada gambar before total kebutuhan parkir sebanyak 273 unit yang terdiri dari 150 unit pada lantai basement dan 83 unit lantai ground serta tanpa ruang parkir untuk sepeda motor. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 49 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI Area Loading tetap dipertahankan Penambahan ruang parkir sepeda Setelah revisi pada lantai ground motor yang memuat 202 unit memuat parkir 55 unit mobil Gambar 6. Layout Gound Floor - After Sumber : Dok. PT Tiga Dua Delapan, 2017 Penambahan ruang parkir mobil yang memuat 69 unit Pengecilan luasan tenant untuk ruang parkir Gambar 7. Layout 1st Floor - After Sumber : Dok. PT Tiga Dua Delapan, 2017 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 50 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI 5.3.4 Kesimpulan Proses perizinan pada proyek Living Plaza KHI tidak mengalami kendala yang berarti, hal ini dikarenakan pada saat proses perizinan berlangsung memperhatikan ketentuan dan peraturan dari Perda DKI. Adapun permasalahan yang terjadi pada saat proses perizinan merupakan permasalahan internal yang terkait dengan efisiensi biaya konstruksi. Kebutuhan ruang parkir pada bangunan tidak hanya ditujukan untuk ruang parkir mobil namun juga ruang parkir sepeda motor perlu disediakan bagi pengunjung dan karyawan Living Plaza, sehingga tidak memunculkan parkir liar diluar bangunan. 5.4 Fasade Bangunan 5.4.1 Deskripsi umum Bagian bangunan dan arsitektur yang paling mudah untuk dilihat adalah bagian wajah bangunan atau yang dilebih dikeal dengan sebutan fasad bangunan. Bagian fasad bangunan ini juga sering disebut dengan tampak, kulit luar ataupun tampang bangunan. Fasad bangunan merupakan yang paling sering diberi penilaian oleh para pengamat tanpa memeriksa terlebih dahulu keseluruhan bangunan baik dari keseluruhuan sisi luar bangunan, maupun pada bagian dalam bangunan. Penilaian tersebut tidak hanya dilakukan oleh para arsitek tetapi juga masyarakat awam (Prijotomo 1987:3). Fasad sebgai bagian terluar dari arsitektur bangunan, tampak eksterior akan menjadi bagian terdahulu yang paling kritis serta rentan terhadap perubahan cuaca yang ekstrim dan cepat. 5.4.2 Permasalahan Terkait dengan perubahan luasan kebutuhan ruang tenant dan zoning per lantainya berdampak pada kulit atau fasad bangunan Living Plaza KHI. Hal ini memicu perubahan bentuk fasad di beberapa titik yang terkait dengan perubahan zoning khususnya pada lantai ground. Dari vendor terkait mengajukan permintaan untuk merubah material fasade sesuai dengan standar mereka dan penambahan outdoor signage pada bagian depan (area tenant). 5.4.3 Diskusi alternatif pemecahan Perubahan fasad bangunan didiskusikan dengan pihak vendor terkait, owner dan konsultan arsitektur. Adapun yang menjadi acuan terkait dengan perubahan material Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 51 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI fasad bangunan ditentukan oleh pihak Owner yang mana perubahan fasad hanya dilakukan pada pemilihan material yang tetap berpegang pada standar yang ada. Dari pihak vendor (restoran) mengajukan pemilihan material fasade berdinding solid dengan finishing sesuai konsep warna vendor tersebut.Dari pihak konsultan dan owner tidak menyetujui karena akan mengubah secara keseluruhan karakter fasade bangunan Living Plaza dan akan terlihat aneh. Kemudian dari pihak konsultan menyarankan untuk tetap menyetujui fasad dinding yang solid namun dengan finishing sesuai standar Living Plaza, terdapat dua pilihan warna yaitu biru dan hijau. Sedangkan untuk penempatan signage didekat dengan area vendor juga tidak disetuju oleh owner karena penempatan outdoor signage tiap tenant sudah disediakan dengan mempertimbangkan view dari beberapa arah dan jika permintaan outdoor signage dari vendor diterapkan akan “mengotori” tampilan fasad bangunan. Gambar 8. Tampak depan - Before Sumber : Dok. Urban, 2017 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 52 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI Bebek Tepi Sawah Gambar 9. Pengajuan Tampak depan by Vendor Sumber : Dok. Urban, 2017 Gambar 10. Tampak depan - After Sumber : Dok. PT Tiga Dua Delapan, 2017 5.4.4 Kesimpulan Fasad bangunan merupakan bagian kulit bangunan yang menunjukkan karakter dari bangunan itu sendiri. Penggunaan dan pemilihan material serta pola/ pattern yang tepat menciptakan keselarasan antara ruang dalam dan ruang luar. Fasad pada bangunan komersial seperti pusat retail mempertimbangkan fungsi pada tiap-tiap tenant dan tetap memenuhi standar dari bangunan Living Plaza. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 53 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI 5.5 LAPORAN PRAKTIK PROFESI Tangga Kebakaran 5.5.1 Deskripsi umum Peraturan tentang tangga kebakaran dan pintu darurat berbeda antara satu wilayah (negara) dengan wilayah lainnya, namun pendekatan bagi sistem pintu keluar pada dasarnya sam, yaitu memberikan kemudahan bagi penghuni/ pengguna bangunan untuk dapat selamat keluar dari bangunan yang terkena musibah. Pintu pada tangga kebakaran hanya terbuka ke arah luar. Jika bangunan mempunyai basemen, maka tangga turun dari lantai 1 dan tangga naik dari basemen harus disekat, agar orang yag ingin ke lantai dasar tidak tersesat. Ketentuan radius jarak antar pintu tangga kebakaran maksimum 30 meter (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 meter (untuk bangunan dengan sprinkler). Adapun lebar pintu keluar minimum adalah 80 cm, sedang lebar tangga kebakaran dan koridor minimum adalah 120 cm. 5.5.2 Permasalahan Pada gambar pra-rencana untuk kebutuhan tangga darurat atau kebakaran per lantainya terdiri dari 2 tangga darurat saja dengan luas per lantai 3925 m2. Padahal secara radius jangkauan tangga kebakaran yang diijinkan sesuai dengan perda kota Bekasi yaitu jarak maksimum 30 meter (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 meter (untuk bangunan dengan sprinkler). Sehingga hal ini tidak sesuai dengan ketentuan terkait dengan tata letak tangga kebakaran. 5.5.3 Diskusi Alternatif Pemecahan Terkait dengan posisi dan jumlah tangga kebakaran, pada awalnya konsultan perencana mengajukan gambar pra-rencana berdasarkan standar proteksi kebakaran di negaranya. Setelah dilakukan review oleh pihak owner, hal ini tidak sesuai dengan ketentuan standar dari peraturan pemerintah kota Bekasi. Dari pihak owner mengajukan untuk direvisi terkait dengan posisi dan jumlah tangga kebakaran, karena Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 54 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI hal ini sangat fatal dan berdampak pada proses perizinan Damkar nantinya. Jarak antar tangga kebakaran >45 meter Gambar 11. Posisi Tangga Kebakaran Lt. Ground - Before Sumber : Dok. Urban, 2017 Gambar 12. Posisi Tangga Kebakaran Lt. Ground - After (Sumber : Pt. Tiga Dua Delapan) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 55 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI Dari tim design by owner kemudian mengajukan gambar revisi sesuai dengan ketentuan tangga kebakaran yang berlaku. Dengan luas lantai dasar 3925 m2 terdapat empat tangga kebakaran dengan radius 30 meter dengan penggunaan sprinkler pada tiap lantainya. Tangga kebakaran tersebut berfungsi sebagai tangga darurat dan akses service karyawan living plaza. 5.5.4 Kesimpulan Adapun ketentuan proteksi kebakaran termasuk juga tangga kebakaran harus sesuai dengan standar lokasi berdirinya bangunan. Selain ketentuan posisi dan jumlah tangga kebakaran pada tiap lantainya, spesifikasi ruang tangga kebakaran juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan standar proteksi kebakaran. 5.6 Drilling pada pekerjaan pondasi 5.6.1 Deskripsi umum Teori dasar dari pemboran inti yang dimaksudkan adalah pemboran inti dengan ukuran Nx size atau coring untuk mendapatkan contoh tanah secara stratigrafi dari atas sampai akhir pengeboran. Pemboran ini dimaksudkan guna mendapatkan informasi tanah bawah permukaan dimana sifat-sifat keteknikannya yang didapat dari: • Diskripsi visual • Insitu Test • Pengujian laboratorium untuk mengetahui Index dan Engineering Properties. Pemboran dilakukan dengan sistim penangkapan inti tanah dengan sarana mesin bor putar yang dikendalikan secara hidrolik dengan mesin penggerak. Selama pelaksanaan pemboran dilakukan pengujian Standard Penetrasi Test setiap interval 2.0 m. Seluruh pelaksanaan pemboran dicatat dalam laporan harian yang meliputi : • Tanggal Awal dan Akhir Pemboran • Nama Operator • M.A.T. Setiap Hari Selama Pelaksanaan • Kolom Litologi • Batas Lapisan • Core Recovery • Pengunaan Casing, Rod, Core Barrel dan Kedalaman Casing Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 56 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI • Sistim Pemboran • Posisi Uji Standard Penetration dan Pengambilan Undisturbed Sample / Disturb sample • Keadaan Air Tanah Selama pemboran Pengukuran Muka Air Tanah Pengukuran muka air tanah dilaksanakan setiap hari yaitu pagi hari sebelum aktifitas pemboran dimulai, selama pelaksanaan pemboran sampai dengan 48 jam sesudah aktivitas pemboran pada satu titik selesai, diukur di dalam pipa casing yang sudah di penetrasi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebocoran. Standard Penetrasi Test Maksud pengujian Standar Penetration Test (SPT) ini guna mengetahui tingkatan relative density untuk soil fraksi kasar dan konsistensi untuk soil fraksi halus. Test ini hanya dilakukan pada tanah saja dan dilakukan pada titik-titik bor. Metode pelaksanaan adalah sesuai dengan ASTM D 1586 : • Diameter lubang pemboran tidak kurang dari 75 mm • Berat hammer 63.5 kg (hammer otomatis) • Tinggi jatuh 75 cm Cone Penetration Test Pengujian ini dilaksanakan untuk mendapatkan indikasi kekuatan tanah dengan cara menekan batang konus berbentuk kerucut ke dalam tanah yang diuji. Pengujian ini dilaksanakan dengan memakai mesin sondir tipe Belanda atau yang lebih dikenal dengan istilah Dutch Cone Penetration, dengan tahanan konus, qc > 250 kg/cm2. Konus dengan luas penampang 13.5 cm2 ini di hubungkan dengan rangkaian stang dalam Sondir ke Manometer sehingga nilai konus (perlawanan pada ujung konus) dapat dibaca. Dengan menekan “Jacket Luas” konus maka akan di dapatkan tahanan ujung dan tahanan formula R2 –R1 dengan pembacaan dilakukan setiap interval 20 cm. Syarat pelaksanaan pekerjaan pondasi Sistem Injeksi dan Counter-weight Pemancangan tiang pancang sistem injeksi menggunakan alat pancang khusus dimana tiang pancang ditekan dengan dongkrak Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 57 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI hidrolis yang diberi counter-weight sedemikian rupa sehingga daya dukung izin tiang dapat tercapai seperti yang disyaratkan pada spesifikasi ini dan gambar rencana. Jack-in pile sistem ini juga populer disebut Hydrolic Static Pile Driver (HSPD). Dengan sistem ini semua gangguan utamanya getaran dan suara dapat dikurangi hingga minimal. Beban dan kemampuan dongkrak hidrolis minimal 2.50 kali dari daya dukung izin. Urutan Pemancangan Dengan peralatan yang relatif besar dan lahan proyek yang relatif terbatas, maka urutan pemancangan merupakan hal yang penting untuk direncanakan sebelum pekerjaan dimulai. Rencana pemancangan tersebut harus diserahkan untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan MK. Pekerjaan pemancangan harus dilaksanakan sesuai dengan urutan pemancangan yang sudah disepakati. Hambatan saat pemancangan kontraktor harus menyediakan peralatan-peralatan khusus yang dibutuhkan untuk mengatasi semua hambatan yang mungkin timbul selama pemancangan. Semua pemeriksaan dan pengujian yang disyaratkan oleh peraturan harus benar-benar dituruti. Jika dijumpai lapisan tanah yang keras, maka lapisan tersebut harus dibobok sebelum pemancangan dilakukan.. Kondisi Tiang Pancang Semua tiang pancang harus dalam kondisi baik dan tidak retak baik sebelum maupun setelah tiang tersebut dipancang. Kontraktor harus segera mengganti tiang yang tidak memenuhi syarat tersebut dengan tiang pancang lain. Biaya yang timbul sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Tidak ada klaim waktu untuk hal ini.. 5.6.2 Permasalahan Sebelum pekerjaan pondasi ,sejumlah penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui jenis pondasi apa yang sesuai dengan tanah pada tapak dan kondisi tanah itu sendiri. Tahap awal dalam penyeledikan tanah dilakukan pada akhir tahun 2015 oleh PT. Sanpala Inticon antara lain soil test, analisa topografi, drilling. Adapun hasil dari penyelidikan didapat bahwa pengeboran pada lapisan hingga menuju tanah keras adalah 3.00 meter. Namun setelah dilakukan site visit untuk memulai pekerjaan pondasi terdapat ketidaksesuaian terhadap pengukuran pada proses drilling. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 58 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI 5.6.3 Diskusi Alternatif Pemecahan Pihak konsultan penyelidikan tanah mereview ketidaksesuaian dalam pengukuran pada saat proses drilling. Terdapat perbedaan hasil pengukuran kedalaman tanah keras untuk pondasi tiang pancang. Dari konsultan struktur berpendapat bahwa perlu dilakukan penyelidikan tanah untuk memastikan keakuratan data tanah. Sebenarnya kondisi lapisan tanah pada level -3.00 m sudah memasuki lapisan tanah keras, namun setelah dilakukan pengukuran kembali terhadap lapisan, lapisan tanah keras berada pada level -8.00 m.Sehingga dilakukan proses drilling kembali hingga pada lapisan tanah keras yang diijinkan. Gambar 13.Hasil perhitungan fig drilling log Sumber : PT. Tiga Dua Delapan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 59 LIVING PLAZA KOTA HARAPAN INDAH BEKASI LAPORAN PRAKTIK PROFESI Gambar 14. Potongan A-A profil tanah Sumber : PT. Tiga Dua Delapan 5.6.4 Kesimpulan Tahapan penyelidikan tanah merupakan bagian dari pekerjaan pondasi, dalam hal ini penyelidikan tanah bertujuan untuk mengetahui jenis pondasi yang tepat untuk kondisi tanah pada suatu tapak. Penyelidikan tanah dilakukan melalui beberapa hal antara lain soil test, topografi, drilling, cone penetration test dan lainnya. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 60