anemia pada ibu hamil trimester iii dengan kejadian bblr di rsud

advertisement
ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN
BBLR DI RSUD BANGIL PASURUAN
2013
IMELDA ANUGRAH PUTRI TEGA MULIA
11002155
Subject : Anemia, BBLR, Ibu Hamil Trimester III
DESCRIPTION
Anemia gizi pada wanita hamil memudahkan terjadinya infeksi perdarahan, dan
kelahiran prematur atau BBLR. Banyaknya kasus BBLR menyebabkan semakin tingginya
angka kematian ibu dan angka kematian bayi akibat dari BBLR. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSUD Bangil
Pasuruan.
Jenis penelitian adalah analitik dan desain penelitian adalah retrospektif {case control).
Variabel independen adalah anemia pada ibu hamil, sedangkan variabel dependen adalah
kejadian BBLR. Populasi yaitu 4.097 semua bayi baru lahir dengan sampel sebanyak 365 ibu
hamil. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling.
Penelitian dilakukan di RSUD Bangil Pasuruan pada tanggal 20 Mei 2013. Dilakukan dengan
teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik
dan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating dilakukan analisa dengan uji
chisquare.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil ibu yang mengalami anemia terjadi
BBLR yaitu 56 responden (15,3%) dan sebagian kecil ibu yang tidak mengalami
anemia/normal terjadi BBLR yaitu sebanyak 2 responden (0,5%).
Berdasarkan uji Chi Square diperoleh hasil perhitungan dengan nilai signifikan p
(0,000) < a (0,05). maka H, diterima dengan demikian ada hubungan anemia pada ibu hamil
dengan kejadian BBLR di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2013.
Penelitian menunjukkan bahwa anemia berhubungan dengan BBLR yang mana sesuai
dengan teori diatas. Diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih aktif dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart pelayanan, sehingga dapat menurunkan
angka kejadian anemia dan BBLR.
ABSTRACT
In pregnant women, nutritional anemia facilitate the occurrence of bleeding infection
and preterm delivery or low birth weight. The number of low birth weight cases leading to
higher maternal mortality rate and infant mortality rate. This study was conducted to
determine the relationship between anemia in pregnant women with the incidence of in low
birth weight RSUD Bangil Pasuruan.
Type of research was analytical and research design was retrospective (case-control).
The independent variable was anemia in pregnant women, while the dependent variable was
the incidence of low birth weight. The population was 4097 of all newborns with the sample
was 365 pregnant women. The sampling technique used in this study was simple random
sampling. The study was conducted in RSUD Bangil Pasuruan on May 20, 2013. Data
collection technique used secondary data obtained from medical records and data processed
through editing, coding, scoring, tabulating analyzed with the chi-square test.
The results showed that the fraction of mothers who had anemia experienced low birth
weight were 56 respondents (15.3%) and a small portion mothers who did not have anemia /
normal who experienced low birth weight were 2 respondents (0.5%).
Based on the results obtained Chi Square test calculations with significant P values
(0.000) <a (0.05). then HI was accepted it means a relationship between anemia in pregnant
women with Low Birth Weight in RSUD Bangil Pasuruan.
Research has shown that anemia associated with low birth weight which according to
the above theory. It is expected that health workers can be more active in providing health
care services in accordance with the standard of service, so that is can reduce the incidence of
anemia and Low Birth Weight.
Keywords: Anemia, Pregnancy, Low Birth Weight
Contributor
Date
Type Material
Identifer
Right
Summary
: 1. Ika Yuni Susanti, S.ST.,SKM.
2. Fitria Edni Wari, S.Keb.Bd.
: 31 mei 2014
: Laporan Penelitian
:: Open Document
:
LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap
pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahimya bayi yang sehat
dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa kehamilan adalah salah
satu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon ibu dan bayi yang dikandungnya
membutuhkan gizi yang cukup banyak (Depkes RI, 2009). Pada wanita hamil, anemia gizi
memudahkan terjadinya infeksi perdarahan, dan kelahiran prematur atau BBLR. Salah satu
yang dikhawatirkan adalah kekurangan energi protein (KEP) karena dapat menyebabkan
kerusakan pada susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan karena kerusakan susunan saraf pusat
juga dapat mengakibatkan gangguan pada otak janin yaitu pada tahap pertumbuhan otak
dimana lebih sedikit sel-sel otak yang berukuran normal terbentuk (Depkes RI, 2009).
Gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin berjalan pesat dan tidak
mengalami hambatan, dimulai dari sel telur yang dibuahi hingga menjadi janin didalam rahim.
Karena tidak semua ibu hamil memperhatikan kebutuhan gizi yang diperlukan saat hamil
karena kurangnya pengetahuan mereka tentang hal tersebut. Sehingga menyebabkan
banyaknya angka kematian ibu hamil pada saat persalinan dan angka kematian bayi akibat
dari banyaknya kasus BBLR (Qurniawanty, 2011).
Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan
dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang
menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis
puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, asfiksia
neonatorum, prematuritas (Karasahin et al., 2006). Gejala awal anemia zat besi berupa badan
lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi turun, sakit kepala, mudah
terserang penyakit, mata berkunang-kunang. Selain itu wajah, selaput lendir kelopak mata,
bibir dan kuku penderita sangat pucat. Berbagai gangguan dapat terjadi akan dialami wanita
hamil dan janinnya, jika ibu menderita anemia. Ibu hamil dengan penderita anemia
kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi
salah satu penyebab kematian ibu hamil di karenakan adanya pendarahan pada saat persalinan
(Setyowati, 2013)
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil
seperti perbaikan asupan gizi, program pemberian besi, dan pemberian preparat besi jauh
sebelum merencanakan kehamilan. Akan tetapi upaya-upaya tersebut belum memuaskan. Hal
ini berarti bahwa selama beberapa warsa ke depan masih tetap akan berhadapan dengan
anemia pada ibu hamil. Pemantauan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik pada awal
kehamilan dan selama masa kehamilan merupakan upaya pendekatan yang potensial dalam
kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak. Peningkatan keterampilan dan
pengetahuan bidan terutama keterlambatan dalam mendeteksi kehamilan dapat teratasi apalagi
terhadap kehamilan yang berisiko tinggi sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu dan
perinatal dapat berkurang (Saimin, 2008). Pelayanan antenatal/ asuhan antenatal merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal, mengetahui kadar
Hb ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Untuk mencegah anemia selama
menjalani masa kehamilan yang paling utama dilakukan ibu adalah mendapatkan asupan zat
besi yang cukup. Makan-makanan yang memiliki gizi seimbang dan tambahkan lebih banyak
makanan yang memiliki kandungan zat besi yang tinggi (Varney, 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas yang menyebabkan peneliti ingin
melakukan penelitian tentang hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di
RSUD Bangil Pasuruan pada tahun 2013.
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian adalah analitik dan desain penelitian adalah retrospektif {case control).
Variabel independen adalah anemia pada ibu hamil, sedangkan variabel dependen adalah
kejadian BBLR. Populasi yaitu 4.097 semua bayi baru lahir dengan sampel sebanyak 365 ibu
hamil. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling.
Penelitian dilakukan di RSUD Bangil Pasuruan pada tanggal 20 Mei 2013. Dilakukan dengan
teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik
dan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating dilakukan analisa dengan uji
chisquare yaitu uji statistik yang digunakan untuk menguji signifikasi dua variable dengan
skala data nominal dan nominal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir setengah ibu mengalami anemia
kehamilan yaitu sebanyak 110 responden (30,1%).
Anemia sering dijumpai dalam kehamilan karena dalam kehamilan keperluan akan
zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Pada
saat hamil jumlah darah yang ada terpakai untuk kebutuhan ibu dan janin, maka optimatis
volume darah jadi berkurang sehingga pasokan oksigen ke otak berkurang. Di awal kehamilan
sampai pertengahan trimester kedua, pembuluh darah ibu hamil cenderung melebar. Sering
kali yang tersedia tidak cukup untuk mengisi ruang-ruang kosong di pembuluh darah yang
melebar. Akibatnya, terjadi tekanan darah rendah. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi
ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5g%
pada trimester 2. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan karena dalam kehamilan
keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan dalam darah dan
sumsum tulang (Ikhsan, 2009: 56).
Pada penelitian ini menunjukkan hampir setengahnya ibu mengalami anemia pada saat
hamil dikarenakan penurunan kadar hemogloblin selama kehamilan akibat dari kurangnya
masukan unsur zat besi dan makanan atau karena besi keluar terlampau banyak dari badan
seperti perdarahan. Anemia dalam kehamilan dapat terjadi terutama pada trimester terakhir
karena jumlah nutrisi yang dibutuhkan menjadi lebih banyak. Pada ibu hamil anemia juga
disebabkan oleh salah satu keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin menurun dan terjadi penurunan transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer
sehingga dapat memicu anemia pada kehamilan. Anemia pada ibu hamil dapat berawal dari
seorang ibu yang dilahirkan oleh ibu penderita anemia gizi, yang selama masa pertumbuhan
hingga kehamilannya tidak mendapat sumber zat gizi yang cukup, maupun pelayanan
kesehatan yang mungkin diperlukannya, sehingga dia selalu menderita anemia gizi.
BBLR
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian kecil bayi mengalami BBLR
yaitu sebanyak 58 responden (15,9%).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu)
atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010). Beberapa
penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain: faktor ibu (penyakit,
mengalami komplikasi kehamilan, menderita penyakit seperti malaria, angka kejadian
prematitas tertinggi, jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun),
anemia pada kehamilan, mempunyai riwayat BBLR sebelumnya), keadaan sosial ekonomi,
faktor janin, faktor plasenta, faktor lingkungan (Proverawati, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian sebagian kecil bayi mengalami BBLR dikarenakan bayi
lahir kurang waktu yaitu <39 minggu, selainn itu bayi yang lahir dengan berat badan rendah
dikarenakan ibu yang mempunyai resiko tinggi.
Hubungan Anemia Pada Kehamilan Dengan Kejadian BBLR
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian kecil ibu yang mengalami anemia
terjadi BBLR yaitu 56 responden (15,3%) dan sebagian kecil ibu yang tidak mengalami
anemia/normal terjadi BBLR yaitu sebanyak 2 responden (0,5%). Berdasarkan uji chi square
diperoleh hasil perhitungan dengan nilai signifikan  =(0,000) < α (0,05) maka H1 diterima
dengan demikian ada hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSUD
Bangil Pasuruan tahun 2013.
Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek buruk baik pada ibu maupun kepada
bayi yang akan dilahirkannya. Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme
ibu karena kekurangan kadar hemoglobin imtuk mengikat oksigen yang dapat mengakibatkan
efek tidak langsung pada ibu dan bayi antara lain kematian bayi. bertambahnya kerentanan ibu
terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur (Irawan. 2008). Anemia ringan
mengakibatkan terjadinya kelahiran prematur dan BBLR. Anemia berat selama masa hamil
dapat mengakibatkan risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi yang dilahirkan.
Selain itu anemia juga dapat mengakibatkan hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.
ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba. 2008). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan
penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi
fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh
kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang
janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko
berat badan lahir rendah, asfiksia neonatorum, prematuritas (Karasahin et al., 2006).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anemia berhubungan dengan BBLR yang mana
sesuai dengan teori diatas bahwa ibu hamil yang tidak mengalami anemia cenderung
melahirkan bayi tidak BBLR sedangkan ibu yang mengalami anemia dalam kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi ibu pada saat hamil persalinan maupun dalam masa nifas
terutama pada bayi yang dilahirkan yaitu terjadinya BBLR pada bayi. Ibu yang mengalami
anemia akan mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu hal ini dapat mengakibatkan
efek pada ibu dan bayi antara lain kematian bayi yang bertambahnya kerentanan terhadap
infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur. Kenyataan dilapangan masih ada ibu yang
normal tetapi terjadi BBLR yaitu sebanyak 2 responden (0,5%) dikarenakan bayi yang lahir
kurang bulan dan ibu mengalami komplikasi kehamilan seperti placenta previa hidroamnios
dan gawat janin. Ibu yang mengalami anemia tetapi tidak terjadi BBLR yaitu sebanyak 54
responden (14,8%) hal ini dikarenakan bayi lahir cukup bulan tidak ada gawat janin dan tidak
ada riwayat BBLR sebelumnya.
SIMPULAN
1. Sebagian besar responden tidak mengalami anemia (normal) pada saat hamil yaitu
sebanyak 255 responden (69,9%).
2. Sebagian besar bayi tidak mengalami BBLR yaitu sebanyak 307 responden (84,1%).
3. Berdasarkan uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan anemia pada ibu hamil dengan
kejadian BBLR di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2013.
REKOMENDASI
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep atau melakukan
penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR, sehingga didapatkan hasil penelitian
yang lebih lengkap.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan khususnya pada ibu
tentang hubungan anemia pada kehamilan dengan kejadian BBLR.
3. Bagi Responden
Diharapkan ibu dapat lebih aktif dalam mencari informasi tentang penyebab kejadian
BBLR, sehingga ibu dapat mengerti sebab kejadian BBLR dan menurunkan angka kejadian
BBLR.
4. Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu khususnya pada ibu
hamil dapat menurunkan angka kejadian BBLR,.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Instutusi dapat menjadikan data penelitian ini sebagai data dasar dalam sumber
kepustakaan dan bacaan khususnya tentang anemia pada kehamilan dengan kejadian
BBLR.
ALAMAT KORESPONDENSI
Email
No. telp
Alamat
: [email protected]
: 085646664550
: Perum. Sidopokso F.14 Kraksaan, Probolinggo
Download