Laporan kuliah kerja media peran account executive dalam event organizer plat hitam advertising Oleh : Joko Santoso D1304039 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Iklan dan Periklanan Apakah sama artinya iklan dengan periklanan? Periklanan sebagai pesanpesan penjualan yang persuasive yang di arahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. (Jefkins, 1996 : 30). Bagaimana dengan iklan? iklan merupakan pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. (Khasali, 1995 : 8). Kalau kita lihat pengertian iklan dengan periklanan, maka nyaris tidak ada bedanya, karena kedua-duanya merupakan pesan yang ditunjukkan kepada khalayak. Tetapi ada yang membedakannya yaitu iklan lebih cenderung kepada produk atau hasil dari periklanan. Periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. 4 5 Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Akibatnya periklanan merupakan bagian dari bauran pemasaran, maka sesungguhnya ia mempunyai kaitan yang erat dengan elemen-elemen pemasaran. Diantaranya volume penekanan, dan penentuan saat periklanan sangat ditentukan oleh situasi, atau karakter siklus hidup produk yang bersangkutan. 6 B. Ilmu Periklanan Sebagai sebuah industri, periklanan memang tergolong baru dinegara kita yang konon kaya dan makmur ini. Akan tetapi sebagai sebuah ilmu pengetahuan, periklanan telah hadir bahkan sejak alam semesta diciptakan oleh Allah SWT. Kita mungkin tidak menyadari, bahwa semua orang memiliki ilmu periklanan sejak dia dilahirkan. Pengetahuan periklanan adalah pengetahuan umum. Suatu hal yang senantiasa kita lakukan. Bahkan apa yang kita khayalkan, kita pikirkan dan rencanakan, hampir pasti berhubungan dengan ilmu periklanan. Untuk membuktikan hal tersebut berikut akan saya uraikan beberapa contoh dibawah ini. Tuhan, sebagai sang pencipta, adalah produsen yang tidak ada taranya di alam jagad raya ini. Bumi, Alam semesta beserta isinya adalah produk ciptaan-Nya. Sejenius apapun seorang manusia, mustahil bisa meniru ciptaan Tuhan, sampai kapanpun. Adam, sebagai brand, adalah produk dari manusia yang pertama. Sewaktu Adam berbicara kepada Tuhan, bisa diperkirakan beliau berbicara sambil merendah dan, menyembah kepada penciptanya. Beliau tentu menggunakan intonasi, istilah, dan gerak-gerik yang sangat hormat, dan sangat merendahkan diri. Sementara ketika dia berbicara kepada Siti Hawa, caranya pasti berbeda. Sebagai mana layaknya seorang suami, dia akan menggunakan bahasa dan gerak-gerik yang setara sebagai sesama umat manusia. Tidak merendahkan diri bahkan mengakrabkan diri pada istrinya. Nah, pada taraf ini kita sudah berbicara dan menyinggung apa yang dalam dunia periklanan disebut sebagai target audience. 7 Contoh lain, jika anda hendak membeli rokok ke warung depan rumah, anda merasa perlu berpakaian rapi. Celana kolor dan kaos oblong……jadilah. Tapi dimalam minggu? Sebelum apel kerumah pacar, kok sulit sekali menemukan pakaian yang cocok dan rapi. Kalau perlu mungkin kita harus belanja membeli pakaian yang baru. Anda ingin tampil serapi-rapinya agar mendapat kesan yang baik, dikagumi dan diterima oleh keluarga sang pacar. Terlihatlah pada taraf ini anda sudah sangat memahami sedalam-dalamnya betapa pentingnya makna packaging. Ketika kita menyuruh pembantu, mungkin saja kita berkata; “Bik, beliin rokok di warung. Cepetan…!!! Lelet banget lu jadi orang?!” Namun saat kita berbicara dengan tunangan kita; “Sayang, kamu jangan marah, ya? Kalau kamu ke super market, bisa nggak aku titip shampo? Boleh ya?” Disini kita sudah menyentuh tone termasuk target audience seperti yang telah disinggung diatas. Kalau sedang mengendarai sepeda motor dibelakang sebuah truk, kita pasti pernah melihat gambar-gambar yang lucu di bagian belakang truk itu. Sebagian memang tidak ada maknanya, tapi sebagian lainnya kadang bercerita dan mempunyai makna yang cukup mendalam. Salah satu contohnya, saya pernah melihat gambar wanita cantik mengenakan kemben. Salah satu tangan wanita itu sedang menyibakan rambutnya keatas dengan cara yang amat sensual. Dan disamping gambar terdapat sebuah kalimat pendek berbunyi; “kutunggu jandamu.” Kalimat sederhana ditunjang dengan gambar yang berbicara, merangsang keingintahuan kita apa yang melatar belakangi penciptaan itu. Bukan mustahil gambar itu adalah ekpresi rasa sakitnya pak supir ketika berpisah dengan pujaan 8 hatinya sewaktu didesanya dulu. Ada banyak sekali cerita yang bisa digali. Kalau boleh saya mereka-reka cerita dibalik gambar itu, mungkin ceritanya seperti berikut ini. Maman bersimpuh dan mohon pamit pada Ayahnya yang sedang sakit. Tekadnya sudah bulat hendak menjadi supir truk lintas Sumatra, membawa hasil bumi dari Padang ke Jakarta. Tidak sanggup dirinya terus tinggal didesanya setelah sang kekasih, Jamilah, dijodohkan orang tuanya dengan pedagang material kayu dari Sukabumi. Namun setelah setahun mengemudikan truk, ia belum juga dapat melupakan wajah Jamilah. Selalu saja terbayang kekasihnya sedang mencuci pakaian disungai dengan kemben basahnya. Sesekali ia sedang menyibakkan rambutnya yang terjatuh karena harus senantiasa menunduk kearah sungai. Rindu yang tidak tertahankan membuat Maman memberanikan diri pulang kerumahnya dihari Lebaran. Tapi apa yang ditemuinya? Jamilah sudah punya anak dan tampak hidup bahagia bersama suaminya. Lebaran kedua Maman langsung pergi lagi dan berusaha tenggelam dalam pekerjaannya. Namun kemana-mana saja truk ia kendarai, bayangan Jamilah terus saja mengikutinya. Aduh bagaimana ini? Keluhnya dalam hati. Bagaimana mengeluarkan rindu yang akan meledak di dada? Dan munculah idenya untuk berekpresi (menggambar Jamilah dengan tulisan kutunggu jandamu). Bagi orang lain, gambar di truk itu hanyalah gambar yang menghibur dan mengundang senyum. Tapi dari sudut lain, supir itu telah memberi contoh pada insan periklanan bagaimana gambar (visual) mempunyai kerja sama yang kuat dengan kata-kata (copy). Kita 9 dapat membaca ada keperihan disitu. Ada kerinduan, ada air mata, dan ada cerita menarik yang lebih membumi daripada sinetron-sinotron yang ada di TV. Dengan menggambarkan seluruh ilustrasi di atas, membuktikan bahwa sejak lahir semua orang telah dikaruniai ilmu periklanan. Tua, muda, kaya, miskin, lakilaki, perempuan, pokoknya semua. Periklanan sebagai sebuah ilmu pengetahuan bukanlah barang baru. Periklanan ada didalam diri kita, bagian dari tingkah laku kita sehari-hari. Jadi, melihat dunia periklanan yang semakin gemerlap dan pengetahuan periklanan yang ada dalam diri kita, mengapa kita tidak terjun saja didalamnya? Lahan tersedia bekalnya ada, yang tinggal hanyalah mengasahnya saja. Lalu kenapa sebagian banyak orang beranggapan bahwa periklanan itu sangat sulit? Karena mereka tidak menyadari bahwa periklanan itu ada pada tubuh mereka. Seperti orang yang bisa berenang tetapi tidak menyadari bahwa dia bisa berenang. Coba kita lemparkan orang itu kekolam renang, dijamin pasti bisa. Nah untuk menjadi perenang yang tangguh, bisa gaya kupu-kupu dan gaya bebas memang perlu membekali diri. Dibeberapa Universitas Negeri dan Swasta sudah diselenggarakan jurusan periklanan. Umumnya bernaung dibawah Fakultas Ilmu Sosial, Imu Komunikasi, Sastra atau Kesenian. Industri periklanan dewasa ini terus bersinar. Bahkan, membuat orang yang tidak berkecimpung dalam dunia periklanan pun tiba-tiba merasa perlu untuk banting setir kebidang periklanan. Merera datang dari latar belakang pendidikan yang berbeda. Ada yang datang dari Antropologi, Arkeologi, Psikologi, Ekonomi, Teknik, 10 Pertanian, pokoknya banyak dari mereka yang datang dari bidang yang tidak ada hubungannya dengan disiplin ilmu periklanan. C. Iklan Bagus dan Iklan Jelek Bukan sekali atau dua kali kita mendengar perdebatan panjang mengenai sebuah iklan. Ada yang bilang iklan ‘anu’ bagus tetapi ada yang lain mengatakan sebaliknya. Perdebatan menjadi tidak ada habis-habisnya karena setiap orang memakai standar cara penilaian yang berbeda-beda. Hasilnya? Buang waktu tanpa ada gunanya! Sebenarnya, bagaimanakah menilai bagus dan jeleknya sebuah iklan? Sebuah pertanyaan yang sangat sulit di jawab. Dalam dunia periklanan? Cukupkah sebuah iklan memiliki nilai ‘A’? Tidak cukup! Sebuah iklan yang baik harus memiliki nilai Super ‘A.’ (Budiman Hakim, 2006 : 49). Super ‘A’ adalah rumusan dasar untuk menilai sebuah iklan. Setiap hurufnya mengandung makna yang harus dimiliki oleh sebuah iklan yang bagus. Sebuah formulasi yang terilhami dari materi presentasi (Djokolelono “Creative Director Grey Advertising”) pada acara Creative Circle Workshop tahun 2002. Bagaimana sebuah iklan dapat dimasukan kedalam kategori yang brilliant, mari kita kupas semua makna dalam sebuah huruf yang terkandung dalam Super ‘A’. “Simple.” Sebuah iklan haruslah simple. Kata simple sering diartikan orang sebagai sesuatu yang sederhana, mudah dimengerti dengan sekali lihat. Pengertian seperti itu mungkin tepat untuk digunakan dalam peluncuran sebuah brand baru. Untuk brand yang sudah mapan, belum tentu dalam kontek ini pengertian siple akan lebih tepat diartikan tidak banyak elemen dan komunikatif. Komunikatif berarti mempunyai kekuatan untuk mengajak konsumen berkomunikasi, sehingga konsumen 11 dapat menemukan makna lain dibalik makna yang terdapat dipermukaannya. Seperti kalau kita membaca komik sincan. Komik ini mempunyai kekuatan untuk membuat kita membacanya lagi dan ternyata kita menangkap hal-hal lain yang lepas dari pengamatan kita ketika kita membacanya pertama kali. Dari sini dapat kita tarik kesimpulan bahwa pengertian siple dapat berubah sesuai dengan status brand yang akan diiklankan. Sebuah iklan yang baik, tampilan dan outputnya memang harus simple tapi pemikirannya sama sekali tidak simple. Sering sekali kita memerlukan pemikiran yang sangat bertingkat, mendalam, dan melebar. Hindari penggunaan elemen terlalu banyak. Gunakan elemen sedikit mungkin namun iklan kita harus mampu berbicara semaksimal mungkin. “Unixpected.” Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dikelilingi, dan diserang dari berbagai penjuru. Di rumah, di mobil, di jalan, di mall, dan dimanamana. Dari ribuan iklan yang bertebaran itu, hanya beberapa saja yang bisa kita ingat. Kemampuan sebuah iklan untuk menempatkan diri dalam otak karena idenya yang sangat unik. Ide yang unik akan membuat iklan yang kita buat menjadi berbeda dengan ribuan iklan yang muncul pada saat yang bersamaan. Ide yang tidak disangkasangka akan jauh lebih diingat oleh konsumennya. Lebih dihargai dan akirnya akan menjadi top of mind. “Persuasive.” Persuasive sering disebut juga dengan daya bujuk. Daya bujuk yang mempunyai daya pengaruh untuk menyihir orang untuk melakukan sesuatu. Iklan dengan daya bujuk yang kuat hampir pasti akan menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri dengan brand kita, dan tertarik untuk mencobanya. Apakah mereka 12 akan menjadi konsumen yang loyal? Itu tugas yang harus dipikul oleh brand dan produk itu sendiri. Bukan iklannya! Jadi dasar pemikiran dalam pembuatan sebuah iklan, haruslah selalu dikonsentrasikan pada brand sebagai hero. Jangan terjebak untuk menjadi kreatif dengan membuat hal yang unik tapi tidak relevan dengan brandnya. Sering sekali orang teringat pada sebuah iklan tetapi mereka tidak mengingat brand yang telah diiklankan. Bagaimana mungkin orang dapat terbujuk untuk membeli, bila brandnya saja mereka tidak ingat sama sekali. “Entertaining.” Dari banyaknya iklan yang ada, berapakah yang bisa menghibur kita? Tidak banyak! Mungkin hanya ada beberapa yang terlintas dibenak kita. Selebihnya hanya iklan-iklan standar yang akan terlewat begitu saja dari penglihatan dan ingatan. Karena itu, entertaining menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Entertaining bukan hanya berarti lucu! Dalam skala yang lebih luas, entertaining mampu mempermainkan emosi konsumennya. Bisa membuat penonton tertawa, menyanyi, menari, menangis, terharu, pokoknya apapun dapat dilakukan selama permainan emosi itu juga menggangkat simpati terhadap brand yang diiklankan. “Relevan.” Dalam hal ini kita dapat menggunakan lanturan agar ide kita kuat dan unik. Silahkan melantur kemana-mana…syaratnya hanya satu…relevan! Semelantur apapun, ide kita harus tetap relevan. Harus ada pertanggungjawaban, harus tetap ada rasionalisasi, dan harus ada koreksi dengan brand, baik itu brand positioning atau brand personality. Jadi dari amunisi yang besar sampai yang kecil, semuanya harus diperuntukan semata-mata bagi brand kita. 13 ‘Acceptable.’ Poin acceptable sengaja ditaruh diantara tanda kutip tunggal, karena poin ini lebih ditujukan pada penerimaan masyarakat pada iklan yang kita buat. Ada banyak sekali iklan yang mengandung reaksi masyarakat karena dianggap melampaui nilai-nilai ketimuran yang kita anut. Masalahnya, masyarakat Indonesia sangat beragam budayanya, agamanya, bahasanya, gaya hidupnya, dan akhirnya tentu saja tata nilainya. Akibatnya Buku Tata Krama Periklanan yang dikeluarkan oleh P3I pun sulit sekali dijadikan pegangan baku. Lalu apa yang harus kita lakukan? Semua berpeluang pada hati nurani masing-masing. Tentu kita akan lebih bangga bila karya kita menjadi fenomenal, salesnya meningkat luar biasa, dan diterima diseluruh lapisan masyarakat Indonesia. D. Pengertian Account Executive (AE) AE disuatu biro iklan adalah bagian yang sangat penting karena tidak ada seorang AE disuatu biro iklan, tidak ada pekerjaan yang dilakukan. Sedang definisi mengenai Account Executive secara umum adalah bagian yang mempunyai tugas mencari klien. Sedangkan menurut pendapat Herbert D. Srauss, Account Executive didefinisikan sebagai berikut : (George Kelly, 1995 : 13) - penghubung antara biro iklan dan pengiklan. Orang yang memiliki pesona, senyum yang ramah dan mungkin kemampuan untuk menangani klien. Bagian yang menyeluruh dari proses pembuatan keputusan. Dia harus memiliki pengaturan untuk membuat keputusan yang efektif, dia juga harus punya filsafat kerja dan memiliki metode kerja yang dinamis. Executive yang terbaik adalah executive yang efektif. 14 - Seorang yang yakin bahwa segala sesuatu yang dihasilkan oleh agency, dan ditunjukan untuk klien yang akan menghasilkan uang bagi perusahaan kien. Dalam mengerjakan sesuatu Account Executive harus sempurna di semua bagian. Sedangkan tugas umum dan khusus Account Executive adalah : 1. Fungsi ganda Account Executive - Ke luar : Jika ia berhadapan dengan klien, ia bertindak mewakili Agency. - Ke dalam : Jika ia menghadapi Agency dimana ia bekerja, Ia mewakili klien. 2. Tugas umum AE - Menjelaskan rencana dan keinginan klien pada Agency, sehingga periklanan klien dapat terlaksana dengan baik. - Membuat perencanaan iklan dan mengawasi pelaksanaan yang dikerjakan Agency - Menerima brief dari klien, dan selanjutnya menyampaikan brief tersebut ke Agency. 3. Tugas Khusus Account Executive - Tugas khusus Account Executive berbeda disetiap Agency. Di Agency kecil, AE merangkap beberapa pekerjaan. Disamping contacting ia juga merangkap sebagai copywriting. Account Execuutive bukan sekedar message atau karir, tetapi juga bussines manager, sebab ia ikut terlibat dalam pembuatan quotations, memeriksa apakah yang dibuat oleh Agency reasonable. Apakah perinciaannya sudah cukup jelas dan sebagainya. AE juga dapat memberikan input atau inspirasi creative untuk suatu kampanye periklanan. Ia memberikan dasar berpijak bagi tema suatu copy. AE juga harus menjalin kerja sama yang baik dengan seluruh departemen di Agency agar dapat memberikan pelayanan atau service yang memuaskan bagi kliennya. 15 Pelayanan-pelayanan yang dilakukan AE untuk klien termasuk mencarikan harga yang terbaik, publikasi gratis sampai kemasalah entertaimen dan sebagainya. E. Bisnis Event Organizer (EO) Bisnis Event Organizer di Indonesuia tumbuh dan berkembang bak jamur di musim penghujan. Tidak hanya anak muda yang sedang mencari kerja, para professional yang yang telah mapan dibidang lain pun terpesona dan banting stir di bidang EO, bahkan tidak sedikit para artis dan selebritis nyambi berprofesi sebagai EO. Memang tidak semua EO berdiri dapat hidup dan berkembang bagus, ada yang hanya dalam hitungan bulan sudah bubar setelah menggelar satu atau dua event. Namun juga banyak yang masih bertahan bahkan bisa berkembang sebagai perusahaan besar yang mampu menghidupi puluhan karyawan. Melihat gejala tersebut nampaknya usaha EO memang sangat menjanjikan masa depan. EO bukanlah usaha yang sifatnya hanya sebagai hobi semata, meski terlihat dalam pekerjaannya senantiasa menampakan sebuah kesenangan, kegembiraan, dan melulu hiburan. Membangun bisnis EO tidak ada bedanya dengan bisnis usaha lainnya, perlu strategi perencanaan , totalitas kerja, dan komitmen. Perkembangan bisnis EO ini semakin terlihat nyata ketika dunia periklanan juga berkembang pesat dengan hadirnya Televisi Swasta di Indonesia. Ribuan produk dan merek ramai-ramai menebar pesona untuk meraih sebanyak mungkin 16 konsumennya selain beriklan lewat media, produk dan merek tersebut juga berpromosi dengan cara mensponsori. Saat ini para pemilik produk sudah mengalokasikan dananya secara khusus untuk event yang disebut sebagai brand activation maupun melalui below the line communication. Event semakin populer seiring terjadinya pergeseran trend pemasaran kearah community marketing, sehingga perusahaan membutuhkan event sebagai media interaksi langsung dengan komunitasnya. Dalam sebuah event, produk dapat di ekploitasi lebih detil dari kulit hingga bijinya, dan dapat dirasakan langsung oleh konsumennya. Dengan kepiawaian orang-orang EO. Sebuah acara yang biasa-biasa saja, diolah menjadi tontonan yang menyenangkan dan menghibur. Kita bisa melihat event-event balap motor dan mobil yang dikemas Helmy Sungkar dengan megahnya, atau event kompetisi bola basket yang digelar Ari Sudharsono, Log Zhelebour dengan “vestival rock” yang spektakuler, dan banyak lagi. Dalam acara tersebut dapat kita jumpai ribuan spanduk, umbul-umbul dan segala macam bentuk promosi dari sebuah produk. Semua dilakukan oleh tangan-tangan kreatif Event Organizer, hingga produk, merek yang mensponsorinya pun ikut naik pamor. Tidak berhenti disitu, karena ingin hasil yang baik, dan tidak merepotkan berbagai pihak. Acara-acara keluarga pun mulai ditangani secara professional oleh EO, seperti pesta perkawinan, perayaan ulang tahun, sunatan, dan sebagainya. Hal ini juga diikuti oleh instansi pemerintahan, berbagai acara dikantor pemerintah mulai 17 ditangani oleh EO, seperti perayaan hari jadi, promosi pariwisata daerah, kampanyekampanye kesehatan, perlombaan olahraga, pembinaan kesenian, dan lain-lain. Seorang EO harus mempunyai tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan, yaitu lakukan tindakan AKTIF (Amati, Kaji, Target, Imajinasi, Fokus); (Ibnu Novel, 2007 : 5) 1. Amati : Amati event-event yang ada disekitar kita baik kecil maupun besar. 2. Kaji : Apa kelebihan dan kekurangan event tersebut. 3. Target : Target apa yang hendak dicapai. 4. Imajinasi : Kembangkan imajinasi secara bebas, dan tanpa batas. 5. Fokus : Fokuskan pada hal-hal yang mengutamakan Kepentingan penyandang dana atau sponsor, dan penonton. karena event tersebut digelar untuk mereka.