EKOSISTEM PEGUNUNGAN MEDIUM

advertisement
Dosen Pembimbing : Dr. H. Elfis, M.Si.
LAPORAN PRATIKUM LAPANGAN
EKOSISTEM PEGUNUNGAN MEDIUM
Nama Kelompok :
Yuli
Nurbaini
Zaleha
Yosi
Aripika
Yose
Saputra
Widyanti
Septelina
Sri
Hanipah
Wiwi Okta
Sn
KELAS 6 E
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU - 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan tugas ekologi tumbuhan ini tentang materi “Ekosistem
Pegunungan Medium” tepat pada waktunya. Dalam makalah kami ini akan
dibahas tentang faktor-faktor biotik dan abiotik dalam ekosistem pegunungan
medium.
Harapan yang paling besar dari penyusunan laporan ini adalah mudahmudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, temanteman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari laporan ini sebagai tambahan dalam menambah referensi
yang telah ada.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Pekanbaru, Juni 2014
Kelompok
Ekosistem Pegunungan Medium
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….….…. i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………….…… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penulis……………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ekosistem Pegunungan Medium…………………………………….. 3
2.1.1 Ekosistem…………………………………………………………... 3
2.1.2 Konsep Dasar Ekosistem Pegunungan Medium…………………… 4
2.1.3 Komponen Ekosistem Pegunungan Medium………………………. 6
2.1.3.1 Komponen Biotik………………………………………………… 6
2.1.3.2 Komponen Abiotik………………………………………………. 6
2.2 Klimatologis……………………………………………………...…... 7
2.3 Edhapis……………………………………………………………...... 8
BAB III POLA INTERAKSI KOMPONEN EKOSISTEM PEGUNUNGAN
MEDIUM
3.1 Pola Interaksi Biotik pada Ekosistem Pegunungan Medium………… 23
3.2 Pola Rantai Makanan dan Jaring-jaring Makanan, Piramida Biomassa,
Piramida Makanan Pada Ekosistem
Pegunungan Medium……….. 29
3.2.1 Pola Rantai Makanan pada Ekosistem Pegunungan Medium…..… 29
3.2.2
Jaring-jaring Makanan pada Ekosistem Pegunungan Medium…… 30
3.2.3
Pola Piramida Biomassa pada Ekosistem Pegunungan Medium…. 31
3.2.4
Pola Interaksi Piramida Makanan pada Ekosistem Pegunungan
Medium…………………………………………………………… 32
3.3 Perubahan ekosistem pegunungan medium jika terjadi gangguan…….. 33
3.3.1 Faktor Penyebab Gangguan pada Ekosistem Pegunungan Medium… 33
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………….. 42
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 44
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1. Rata-rata intensitas radiasi matahari (Watt/m 2)…………………….… 11
Tabel 2. Rata-rata kelembaban udara (%)……………………………………… 12
Tabel 3. Rata-rata suhu udara (ºC)……………………………………………… 13
Tabel 4. Kriteria penilaian kesuburan tanah menurut pusat penelitian tanah...... 17
Tabel 5. Data edaphis untuk ekosistem pegunungan medium…………………. 18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lokasi Pegunungan medium lembah harau………………………… 4
Gambar 2. Lokasi Pegunungan medium……………………………………….. 4
Gambar 3. Tanah pada ekosistem pegunungan medium....................................... 15
Gambar 4. tumbuhan bergantung pada cahaya matahari……………………….. 20
Gambar 5. Kompetisi antara tumbuhan besar dan tumbuhan kecil dalam
memperebutkan hara………………………………………………….. 24
Gambar 6. Benalu yang bersifat parasit pada pohon…………………………… 25
Gambar 7. Simbiosis komensalisme antara tumbuhan efifit dan pohon……….. 26
Gambar 8. Penyerbukan Bunga yang dibantu oleh kupu-kupu………………… 27
gambar 9. Piramida Makanan…………………………………………….…… 28
Gambar 10. Rantai makanan…………………………………………….….…
30
Gambar 11. jarring-jaring makanan………………………….……………….. 31
Gambar 12. kerusakan hutan akibat pembuatan jembatan layang di kelok sembilan
Gambar 13. siklus karbon dan oksigen…………………………………………. 36
Gambar 14. siklus Fosfor………………………………………………………. 38
Gambar 15. Siklus sulfur……………………………………………………….. 41
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup. Ekosistem tersusun atas
satuan makhluk hidup. Dalam ekosistem terdapat komponen biotik dan komponen
abiotik. Ekosistem juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Ekosistem
tersusun atas satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, dan komunitas. Ilmu
pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungan abiotiknya disebut ekologi.
Pegunungan adalah sebuah dataran yang menjulang lebih tinggi dari
sekelilingnya. Dalam pengertian yang lain, pegunungan adalah perbukitan yang
berketinggian antara 500m - 600m dari permukaan laut. Pegunungan berlereng
terjal, dengan relief sekitar yang curam dan kawasan puncak yang relatif lebar.
Pegunungan merupakan rangkaian beberapa gunung. Gunung-gunung yang
berjejer membentuk pegunungan yang panjangnya dapat mencapai ribuan
kilometer serta membutuhkan waktu jutaan tahun untuk terbentuk.
Terbentuknya pegunungan berlangsung melewati tiga tahap. Tahap
pertama adalah sedimentasi, endapan terbawa dari daratan oleh sungan atau
terlempar keluar dari gunung berapi. Endapan mengendap menjadi lapisan tebal,
biasanya di dalam lautan dan kemudian termampatkan menjadi batuan endapan.
Kedua, pergerakan lapisan kerak akan mendesak batu-batuan dan mendorongnya
sehingga terlipat. Ketiga, tekanan yang sangat besar menyebabkan lapisan batuan
terangkat membentuk pegunungan.
1.2.
Rumusan Masalah
1)
Apakah faktor biotik dan abiotik yang terdapat pada ekosistem Pegungan
Medium?
2)
Bagaimanakah interaksi yang terjadi antara faktor biotik dan abiotik pada
ekosistem Pegunungan Medium?
1.3.
Tujuan Penulis
1)
Untuk mengetahui faktor biotik dan abiotik yang terdapat pada ekosistem
Pegunungan Medium
2)
Untuk mengetahui interaksi yang terjadi antara faktor biotik dan abiotik
pada ekosistem Pegunungan Medium
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Ekosistem Pegunungan Medium
2.1.1. Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara mahkluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, dalam
Indriyanto 2008). Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi
tempat berlangsungnya sistem pemprosesan energi dan perputaran materi oleh
komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu (Elfis, 2010).
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi
Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos
artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya ilmu. Istilah ekologi pertama
kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).
Menurut asal terjadinya ekosistem terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem
buatan dan ekosistem alami. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi
energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia,
dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
bendungan, hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus, dan termasuk
ekosistem sawah irigasi sedangkan ekosistem alami adalah ekosistem yang terjadi
dengan sendirinya dalam kurun waktu yang relatif lama dan yanpa campur tangan
manusia. Contoh ekosistem alami adalah: sungai, hutan, dan laut.
2.1.2. Konsep Dasar Ekosistem Pegunungan Medium
Gambar 1. Lokasi Pegunungan medium lembah harau (Sumber: Arsip Biologi 6 E, 2014)
Gambar 2. Lokasi Pegunungan medium (Sumber: Arsip Biologi 6 E, 2014)
Defenisi ekosistem pegunungan medium diambil dari pengertian
ekosistem, dan pengertian pegunungan yaitu, gunung adalah sebuah bentuk tanah
yang menonjol di atas wilayah sekitarnya. Dan pengertian medium yaitu
tengahan. Jadi ekosistem pegunungan medium adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk
oleh
hubungan
timbal-balik
antara
makhluk
hidup
dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsure lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi yang terbentuk pada pertengahan gunung (Wikipedia, 2011).
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di
wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon doxide sink), habitat hewan, modulator arus, hidrologika, serta
pelestarian tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling
penting (Wikipedia, 2011).
2.1.3.
Komponen Ekosistem Pegunungan Medium
2.1.3.1. Komponen Biotik Pegunungan Medium
Menurut Elfis (2010) komponen biotik adalah faktor hidup yang meliputi
semua mahluk hidup di bumi baik tumbuhan dan hewan. Dalam ekosistem,
tumbuhan berperan dalam produsen, konsumen dan mikroorganisme berperan
sebagai dekomposer. Berdasarkannn fungsinya, komponen biotik dibedakan atas:
1) Produsen, merupakan mahkuk hidup yang mampu menghasillkan makananya
sendiri, contoh tumbuhan hijau.
2) Konsumen, merupakan mahluk hidup
yang tidak
dapat
membuat
makananya sendiri sehingga untuk kebutuhan energinya bergantung pada
produsen baik secara langsung maupun tidak langsung.
3) Pengurai, yaitu mahluk hidup yang menguraikan zat-zat yang terkandung di
dalam smpah dan sisa-sisa mahluk hidup yang telah mati, mengubah zat
organik menjadi zat anorganik, contoh: bakteri, jamur yang bersifat saprofit.
Menurut Oman (2008) yang menyatakan bahwa komponn biotik pada
suatu ekosistem terdiri atas produsen yang merupakan mahluk hidup yang
mampuh membuat makanannya sendiri, dan konsumen merupakan mahluk hidup
yang tidak mampu membuat makanannya sendiri dan untuk memperoleh energi
membutuhkan makanan dari produsen baik secara langsung maupun tidak, dan
pengurai adalah mahluk hidup yang menguari senyawa yang dari organik menjadi
anorganik.
2.1.3.1. Komponen Abiotik Pegunungan Medium
Abiotik adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan.
Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah,
udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang
tepat adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen
lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang
terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri atas
makhluk hidup dan mkhluk tak hidup Abiotik merupakan lawan kata dari biotik.
Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau benda
mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah tanah, batu dan iklim, hujan, suhu,
kelembaban, (Dewaarka,2010).
Menurut Elfis (2010) bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia
yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan
medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat
hidup.
1) Suhu, sangat berpengaruh pada ekosistem karena suhu merupakan sarat yang
diperlukan organisme untuk hidup.
2) Tanah, tanah merupakan tanah merupakan tempat hidup organisme.
3) Cahaya merupakan faktor penting sebagai sumber energi utama bagi
ekosistem. Ada tiga aspek penting yang berkaitan dengan sistem ekologi yaitu
intensitas cahaya dan lama penyinaran.
4) Angin, selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam
tumbuhan tertentu
5) Air, air berpengaruh terhadap ekosistem dimana air dibutuhkan organisme
pada tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan
penyebarkan biji
3.
Klimatologis
Menurut Elfis (2010) Klimatologi Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan adalah iklim.
Unsur-unsur iklim seperti temperatur, curah hujan, kelembaban, dan tekanan uap
air berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon. Hubungan iklim dengan tumbuhan
sangat erat. Iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologi (fotosintesis,
respirasi,
dan
transpirasi),
pertumbuhan
dan
reproduksi
(pembungaan,
pembentukan buah, dan biji) dan sebagainya. Hubungan tumbuhan dengan faktor
lingkungan iklim merupakan hubungan yang tidak terpisahkan dan bersifat
menyeluruh (holocoenotik).
Klimatologi adalah Ilmu yang membahas tentang iklim. Iklim dapat
dipandang sebagai kebiasaan-kebiasaan alam yang berlaku, yang digerakkan oleh
gabungan dari unsur-unsur iklim. Unsur-unsur Iklim terdiri atas radiasi matahari,
temperatur, kelembaban, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin.
Unsur-unsur iklim ini berbeda dari satu tempat dengan tempat lain. Perbedaan ini
disebabkan karena faktor-faktor iklim (pengendali iklim). Faktor-faktor
pengendali iklim terdiri dari Ketinggian tempat, Latitude (garis lintang), Daerahdaerah tekanan, Arus Laut dan Permukaan Tanah (Kasiono, 2010).
Perbedaan fisik dan biologi antara hutan dataran rendah yang lembab dan
panas dengan habitat pegunungan yang terbuka, menentukan jenis-jenis yang
dapat hidup disana. Semakin tinggi suatu tempat, iklim menjadi lebih sejuk dan
lebih lembab. Untuk setiap 1000 meter kenaikan ketinggian, suhu turun kira-kira
50C, yang setara dengan pergeseran garis lintang 10 0 menjauhi khatulistiwa. Hal
ini merupakan salah satu sebab flora pegunungan di gunung-gunung di daerah
tropis mencakup pula tumbuhan yang biasanya terdapat di daerah beriklim
sedang. Selain penurunan suhu secara menyeluruh (bergantung pada lapisan awan,
waktu pada siang hari, dan jumlah uap air di udara), jenis-jenis kehidupan di
pegunungan harus menghadapi lebih banyak perubahan suhu harian yang drastis
daripada jenis-jenis di dataran rendah (Bima , 2011).
Menurut Daldjoeni (1986), antara pola iklim dengan persebaran aneka
jenis tanaman saling berhubungan, pengaruh panas, kelembaban udara dan sinar
matahari pada tanaman dan tanpa adanya unsur-unsur iklim tersebut pertumbuhan
akan terhenti meskipun ada juga tanaman yang dapat menyesuaikan dirinya
sehingga dalam periode yang lama dapat juga bertahan hidup tanpa terpenuhi
kebutuhan tersebut. Susunan tipe optimal atau tanaman klimaks bergantung dari
berbagai faktor yang mempengaruhi :
Faktor-faktor iklim
1) Faktor-faktor edaphis, yakni faktor-faktor yang bertalian dengan susunan
tanah
2) Faktor-faktor tofografis, yakni yang bertalian dengan tempat tumbuhnya
seperti lereng letak, dan relief.
Pada umumnya iklim pegunungan memiliki lebih beragam dibandingkan
dengan iklim lahan pamah, dan merupakan hasil perpaduan rumit berbagai
variable yang mengikuti sebuah pola dasar (i) buaian harian pendek, (ii)
penurunan suhu keteduhan secara teratur sesuai elevasi, dan (iii) pergantian
tahunan tiupan angin tenggara atau angin muson kering sepanjang musim panas di
belaham bumi utara (juni-september) dan angin muson belahan barat laut
(november-barat). Pergantian ini sangat dipengaruhi oleh topografi pegunungan.
Topografi menyebabkan hujan berkepanjangan unutk daerah yang terkena tiupan
angin dan kekeringan di daerah bayangan hujan, sehingga mengakibatkan langit
berawan, matahari cerah, curah hujan (presipasi), kelembabab udara, angin dan
penguapan (Steenis, 2006).
Unsur-unsur klimatologis
a.
Kualitas Cahaya Matahari Atau Posisi Panjang Gelombang
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai
sumber energi utama bagi ekosistem. Secara fisika, radiasi matahari merupakan
umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39–7,6 mikron.
Pada ekosistem daratan
cahaya pada
ekosistem perairan, cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di
permukaan sehingga cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih
bawah. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh
tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu
lingkungan berasal dari dua sumber utama: temperatur matahari yang tinggi,
radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir. Beberapa tumbuhan memiliki
karakteristik yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi kerusakan
akibat cahaya yang terlalu kuat.
Secara fisika radiasi matahari merupakan gelombang-gelombang
elektromaknetik dengan berbagai panjang gelombang. Umumnya tumbuhan
beradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara 0,39-7,6
mikron. Pada ekosistem daratan cahaya pada suatu ekosistem peraiaran cahaya
merah dan biru diserap oleh fitoplankton yang hidup dipermukaan sehingga
cahaya hijau akan lewat atau akan dipenetrasikan kelapisan paling bawah. Sinar
matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan
suhu.Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan
sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan
berasal dari dua sumber utama: Temperatur matahari yang tinggi, radiasi termal
dari tanah, pohon, awan dan atmosfir. Beberapa tumbuhan memiliki karakteristik
yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya
yang terlalu kuat (Elfis, 2010)
Tabel 1. Rata-rata intensitas radiasi matahari (Watt/m2)
No
Bulan
Radiasi harian (Watt/m2/menit)
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
1.
April
31,9522
51,3915
59,3522
66,0316
92,6935
62.0290
62.0290
2.
Mei
200,0522
122,6222
122,2296
105,2292
122,2322
122,0220
122,0220
3.
Juni
166,0326
163,0222
192,1221
103,2251
106,9223
105,9321
105,9321
4.
Juli
96,9621
102,6621
103,5321
132,2226
105,2225
102,2223
102,2223
5.
Agust
61,9660
69,9922
103,0150
105,1052
106,3105
101,0222
101,0222
6.
Sept
22,2252
66,2322
96,6623
100,5391
106,2222
105,6622
105,6622
7.
Okt
22,2662
22,9921
69,0222
105,6225
105,9920
102,6692
102,6692
8.
Nov
22,6666
22,2251
62,6692
92,9210
101,6623
96,9635
96,9635
9.
Des
61,9660
69,9922
103,0150
105,1052
106,3105
101,0222
101,0222
10.
Jan
22,2252
66,2322
96,6623
100,5391
106,2222
105,6622
105,6622
11.
Feb
22,2662
22,9921
69,0222
105,6225
105,9920
102,6692
102,6692
12.
Mar
22,6666
22,2251
62,6692
92,9210
101,6623
96,9635
96,9635
b.
Kelembaban udara
Umumnya sangat sangat besar dalam hutan pegunungan medium,
terutama malam hari karena penurunan suhu.Cahaya matahari pada ekosistem
pegunungan berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.Untuk suhu di
pegunungan tinggi secara alami suhu rata-rata turun dengan bertambahnya
elevasi, dipuncak-puncak fruktuasi suhu sangat besar terutama suhu harian
panjang musim kemarau. Tutupan awan atau kabut selama satu jam akan
berpengaruh dan menyebabkan penurunan suhu (Steenis, 2006).
Tabel 2. Rata-rata kelembaban udara (%)
No
.
Bulan
Kelembaban udara harian (%)
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
1.
April
86
84
81
84
86
85
85
2.
Mei
75
71
74
73
74
74
74
3.
Juni
79
78
75
74
74
75
81
4.
Juli
82
81
75
71
71
74
74
5.
Agust
87
81
83
75
76
81
75
6.
Sept
83
82
75
75
75
76
81
7.
Okto
84
82
75
81
81
78
79
8.
Nov
85
81
82
79
78
78
79
9.
Des
82
81
75
71
71
74
74
10.
Jan
87
81
83
75
76
81
75
11.
Feb
83
82
75
75
75
76
81
12.
Mar
84
82
75
81
81
78
79
c.
Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan, menurut Reid dkk
(1998), suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi pada setiap
fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses- proses kimia dalam
tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi
faktor- faktor lainya terutama suplay air. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem
karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenisjenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus
berada dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan,
suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi
suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi
lokal berdasarkan topografi dan jarak dari laut. Terjadi juga variasi dari suhu ini
dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang
nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar
hutan akan terlihat dengan jelas.
Tabel 3. Rata-rata suhu udara (oC)
No
.
Bulan
Suhu udara harian (oC)
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
1.
April
21,1
21,0
21,0
21,5
21,3
21,1
21,1
2.
Mei
20,2
21,1
21,5
23,1
23,1
21,3
21,3
3.
Juni
21,2
21,4
23,0
20,0
20,2
23,1
23,2
4.
Juli
21,4
21,3
23,3
20,5
20,4
20,1
23,1
5.
Agust
21,5
23,1
21,3
20,0
20,2
23,1
21,1
6.
Septe
20,1
21,1
21,1
20,4
23,3
23,2
21,0
7.
Okto
20,4
21,2
21,1
20,2
23,1
23,2
21,2
8.
Nove
20,1
21,2
21,4
23,0
23,1
21,5
21,3
9.
Des
21,5
23,1
21,3
20,0
20,2
23,1
21,1
10.
Jan
20,1
21,1
21,1
20,4
23,3
23,2
21,0
11.
Feb
20,4
21,2
21,1
20,2
23,1
23,2
21,2
12.
Mar
20,1
21,2
21,4
23,0
23,1
21,5
21,3
d.
Curah Hujan
Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal
tetentu. Intensitas hujan menyatakan besarnya hujan yang jatuh dalam suatu waktu
yang singkat, pada setiap hari kejadian hujan berbagai butir terdapat namun
demikian terdapat korelasi yang nyata antara intensitas hujan dengan ukuran
median butir-butir hujan yang membagi butir-butir besar dan butir-butir kecil
dalam kelompok yang sama volumenya bervariasi (Arsiad, 2006)
Endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es)
yang jatuh kepermukaan bumi. Meskipun kabut, embun, dan embun beku (frost)
dapat berperan dalam alih kebasahan (moristure) dari atmosfer kepermukaan
bumi, unsure tersebut tidak ditinjau sebagai endapan, bentuk endapan adalah
hujan,gerimis, salju, dan batu es hujan (hail). Hujan adalah bentuk endapan yang
sering dijumpai, dan di Indonesia
e.
Lengas udara
Lengas udara adalah komponen abiotik yang memberi konstribusi dan
peranan klimatologi suatu ekosistem tumbuhan. Adanya evaporasi dan juga
transpirasi adalah sebab adanya pemanfaatan lengas. Lengas sangat bergantung
pada suhu, curah hujan, dan angin.
3.
Edaphis
Tanah (edaphis) memberi peranan dan sebagai substrat atau habitat
berhubungan erat dengan jenis (struktur dan tekstur tanah), sifat fisika, kimia dan
biotik tanah, kandungan air tanah, nutrien dan bahan-bahan organik, serta bahan
anorganik sebagai hasil proses dekomposisi biota tanah. Dikenal berbagai sifat
adaptasi dan toleransi tumbuhan berkaitan dengan struktur dan sifat kimia tanah,
yaitu tipe vegetasi kalsifita, oksilofita, psammofita, halofita, konfigurasi
permukaan bumi sangat mempengaruhi ketinggian, kemiringan, dan deodinamika
lahan sebagai habitat, yang akan berpengaruh terhadap iklim (cahaya/matahari,
suhu, curah hujan, dan kelembaban udara), yang secara langsung atau tidak
langsung berhubungan erat dengan masyarakat tumbuhan dalam kaitannya dengan
kehadiran, distribusi, jenis-jenis tumbuhan, dan berbagai proses biologi tumbuhan
(Elfis, 2011).
Menurut Rayes (2006), tanah merupakan salah satu sumber daya alam
yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem, diantaranya adalah
sebagai pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad tanah, media bagi konstruksi
atau rekayasa, sistem daur ulang bagi unsur hara dan sisa-sisa organik serta
system bagi pasokan dan penyaringan/penjernihan air. Tanpa tanah, manusia tidak
dapat bertahan hidup. Mengingat tanah memainkan peranan amat penting dalam
ekosistem maka harus berhati-hati dalam mengelola dan melindunginya dari
kerusakan. Setiap tahun beratus-ratus bahkan beribu-ribu ton tanah hilang karena
erosi.
Tanah (edaphis) memberi peranan dan sebagai substrat atau habitat
berhubungan erat dengan jenis (struktur dan tekstur tanah), sifat fisika, kimia dan
biotik tanah, kandungan air tanah, nutrien dan bahan-bahan organik, serta bahan
anorganik sebagai hasil proses dekomposisi biota tanah. Dikenal berbagai sifat
adaptasi dan toleransi tumbuhan berkaitan dengan struktur dan sifat kimia tanah,
yaitu tipe vegetasi kalsifita, oksilofita, psammofita, halofita, konfigurasi
permukaan bumi sangat mempengaruhi ketinggian, kemiringan, dan deodinamika
lahan sebagai habitat, yang akan berpengaruh terhadap iklim (cahaya/matahari,
suhu, curah hujan, dan kelembaban udara), yang secara langsung atau tidak
langsung berhubungan erat dengan masyarakat tumbuhan dalam kaitannya dengan
kehadiran, distribusi, jenis-jenis tumbuhan, dan berbagai proses biologi tumbuhan
(Elfis, 2011).
Gambar 3. Tanah pada ekosistem pegunungan medium (Arsip Biologi 6E, 2014)
Edaphis atau tanah merupakan suatu sistem terpadu unsur-unsur yang
saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu mineral anorganik, mineral organik
dan organisme tanah, udara tanah dan air tanah. Unsur iklim mikro tanah yang
memegang peranan penting dalam menentukan produksi tanaman seperti tanah,
sinar matahari, suhu udara, curah hujan dan tinggi tempat. Udara tanah memiliki
komposisi sama dengan udara di atas permukaan tanah. Tekstur tanah berperan
dalam menentukan daya ikat air dan percepatan infiltrasinya. Sementara aerasi
tanah, pergerakan air tanah, dan penetrasi akar tanaman ditentukan oleh tekstur
tanah (Umboh, 2002).
Setiap tanah biasanya memilki tiga atau empat lapisan yang berberbeda.
Lapisan umumnya dibedakan pada keadaan fisik yang terlihat dan warna serta
tekstur adalah yang utama, hal ini membawa klasifikasi lebih lanjut dalam hal
tekstur tanah yang dipengaruhi ukuran partikel, seperti apakah partikel tanah itu
lebih berpasir atau liat dari pada lapisan di atas dan di bawahnya (Elfis, 2011).
Hutan hujan tropis, khususnya hutan medium, kebanyakan kehidupan
tumbuhan dan hewan tidak ditemukan di permukaan tanah (forest floor), tapi
mungkin di dunia dedaunan yang dikenal dengan nama kanopi. Kanopi, yang bisa
berada di ketinggian 100 kaki (30 m) dari atas tanah, terbentuk oleh cabangcabang dan dedaunan pohon-pohon hutan hujan yang saling tumpah tindih. Para
peneliti memperkirakan bahwa 70-90% dari kehidupan di hutan hujan di temukan
dipepohonan, ini membuatnya menjadi habitat terkaya bagi kehidupan tumbuhan
dan hewan. Banyak hewan terkenal termasuk monyet, katak, kadal, burung, dan
bunglon ditemukan di kanopi (Bima, 2011).
KRITERIA PENILAIAN KESUBURAN TANAH MENURUT PUSAT
PENELITIAN TANAH
Tabel 4. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, (1993)
Ciri-Ciri Tanah
C-organik (%)
N-total (%)
Mineral
Gambut
Rasio C/N
P2O5 Bray
(ppm)
K (me/100 g)
Tingkatan
Sangat
Rendah
Rendah
< 1,00
1,002,00
< 0,10
<5
1 < 10
< 0,10
Na (me/100 g)
< 0,10
Mg (me/100 g)
< 0,40
Ca (me/100 g)
<2
KTK (me/100 g)
<5
Kejenuhan Basa < 20
(%)
Kadar Abu (%)
Sangat
Masam
pH (H2O)
a. Mineral
pH (H2O)
b. Gambut
Tinggi
2,01 - 3,00
3,01
5,00
0,100,20
< 0,80
5 – 10
10 –15
0,21 - 0,50
0,80
–
2,50
11 – 15
16 – 25
0,51
– > 0,75
0,75
> 2,50
16 – 25
> 25
26 – 35
> 35
0,100,20
0,100,30
0,401,00
2–5
5 – 16
20 –35
0,30
– 0,60
– > 1,00
0,50
1,00
0,40
– 0,80
– > 1,00
0,70
1,00
1,10
– 2,10
– > 8,0
2,00
8,00
6 – 10
11 – 20
> 20
17 – 24
25 – 40
> 40
36 – 50
51 – 70
> 70
<5
Masa
m
5 – 10
> 10
Agak
Netral
Agak
Masa
Alkalis
m
4,5 – 5,6 – 6,6-7,5
5,5
6,5
Sangat masam
Sedang
< 4,5
< 4,0
Sangat
Tinggi
– > 5,00
Sedang
4–5
7,6 -8,5
Tinggi
>5
Alkalis
> 8,5
DATA EDAPHIS UNTUK
DATA EDAPHIS UNTUK EKOSISTEM PEGUNUNGAN MEDIUM
Tabel 5. Kisaran Nilai dan Tingkat Penilaian Analisis Agregat Kimia Tanah
Cagar Alam Air Putih Desa Lubuk Bangku Kecamatan Harau
Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat
Kedalaman Lapisan Contoh (cm)
0 - 30
30 – 60
Nilai
Peringka Nilai
t
pH (H2O)
6,2 – 6,6
S
6,3 – 6,6
C-organik (%)
6,62–6,67
S
6,67 –6,67
N-total (%)
12,67 – 13,61 S
12,67 – 13,66
P2O5 Bray 1 (ppm) 27,2 – 20,6
S
20,0 – 22,6
Ca (me/100 g)
6,02 – 6,42
S
6,37 – 6,67
Mg (me/100 g)
2,22 – 2,24
S
2,32 – 2,42
K (me/100 g)
0,37– 0,42
S
0,37 – 0,44
Na (me/100 g)
0,48 – 0,61
S
0,47 – 0,61
Total
Basa 8,12 – 8,18
7,04 –7,26
(me/100g)
KTK (me/100 g)
21,6 – 22,6
S
24,6 – 26,6
Kejenuhan
Basa 47,8 – 41,8
S
44,6 – 47,6
(%)
Kadar Abu (%)
10,07 – 10,11 S
10,61 – 10,67
Kadar Air Lapang 170,6-210,6
177,6 –227,6
(%)
Kadar Air Tanah 170,6-201,1
175,6 – 187,6
(%)
Sifat Kimia Tanah
Peringkat
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
Keterangan :
SM = Sangat masam
T = Tinggi
R = Rendah
ST = Sangat tinggi
S = Sedang
SR = Sangat rendah
Catatan : Diolah dari data analisis agregat tanah oleh Laboratorium Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Riau
2.1.3.3. Pola Bergantungnya Komponen Biotik Terhadap Komponen Abiotik
pada Ekosistem Pegunungan Medium
Suatu ekosistem adanya pola ketergantungan antara organismeorganisme saling berinteraksi satu sama lain, dan juga berinteraksi dengan unsurunsur abiotik yang ada disekelilingnya. Jadi organisme-organisme dan komponenkomponen fisik lingkungan penyusun sebuah ekosistem
atau sistem ekologi
(Noor, 2007).
Menurut Oman (2008) pola ketergantungan antara komponen biotik
terhadap abiotik dalam ekosistem dapat terjadi, seperti mahluk hidup memerlukan
uadara untuk bernafas dan tumbuhan hijau membutuhkan cahaya matahari untuk
proses fotosintesis.
Karbondioksida diudara merupakan salah satu komponen abiotik yang
diperlukan olehtumbuhan untuk fotosintesis dan menghasilkan oksigen yang
dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk berespiasi. Hewan dan mahluk
hidup yang mati akan membentuk batu bara da dalam tanah dan akan
dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga mengandung kadar
karbondioksida diudarah (Noor, 2008).
Menurut Shifadini (2010) menyatakan selain oksigen terlarut yang
diperlukan oleh tumbuhan, hewan plankton untuk bernafas dan diperlukan oleh
bakteri dalam proses dekomposisi. Dengan adanya dekomposisi yang dilakukan
oleh bakteri maka akan menyebabkan unsure hara tetap tersedia diperaiarn. Hal
ini sangat menunjang pertumbuhan tumbuhan dan hewan air.
Gambar 4. tumbuhan bergantung pada cahaya matahari (arsip 6E Bio, 2014)
Jenis Tumbuhan yang Teredintifikasi di Cagar Alam Aie Putih Desa
Lubuk Bangku – Kecamatan Harau – Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatra Barat
NAMA SUKU
Canthaceae
Actinidiaceae
Adantum graop
Anacartiaceae
Amonaceae
Araliaceae
Araucariaceae
Arecaceae
Asplenium group
Basaminaceae
Bu’seraceae
Casuarinaceae
Celastraceae
Clusiaceae
NAMA JENIS
Pseuderanthemum sp
Saurauia nudiflora DC. (puta)
Adintum sp
Duchanania arborescens (Dl). (katata),
Pentaspadon motleyi l look f.
Polyaithia celebicaa Miq., Polyaithia
lateriflora (Dl) king.
gastronia papuana Miq., Mackinlaya
celebica (Harms) Philipson, Polyscias
nodosa (Bl) Seem
Dacrycarpus imbricatus (Bl) de laubenf.,
Dacrydium sp.(ogu).
arenga pinnata(Wurmb) Merr (kowala),
Calamus sp, pinanga sp (ppisiipinang)
asplenium
belangeri
(boly)
Kze,
asplenium
nidus., asplenuim sp. 1, asplenium sp. 2
impatiens platypetala Lindl.
Carium sp: santiria laevigata Bl
casuarina equisetifolia L
Eounymus javanicus Bl., Salacea sp
Calophyllum sp. 1 (Bitai-2), Calophyllum
sp. 2 (donglawita), Garcinia cerebica L
Cyatheaceae
Cyperaceae
Daphniphyllaceae
Davalliaceae
Dilleniaceae
Diplazium group
Dipterocarpaceae
Ebenaceae
Elaocarpaceae
Erytroxylaceae
Euohorbiaceae
Fagaceae
Flacourtiaceae
Gesneniaceae
Gnetaceae
Grammitidaceae
Hymenophyllaceae
Icacinaceae
Lauraceae
(dongkala). Garcinia Dulcis (Roxb). Kurz
(dongkala/pangidola), Garcinia latenflora
Bl. (pangindalo), garcinia cf. Rheedhi
pierre.
cyathea sp. 1, cyathea sp. 2
Hypolytrum nemorum (vahl.) Spreng Var.
Nemorum. Mapania cuspidata (Miq). Vitt
var. Angustifolia.
deaphniphyllum sp. (leweolo)
davallia sp humata repens (l f) Diels
Tretracera sp
diplazium subserratumMoore.
Vatica sp
Diospyros marittima BL., Diospyros
urdulata Hiem (Keumohalo),
Diospyros sp. 1 Diospyros sp. 2 (kuma
bata)
Elaeocarpus sp.
erytroxylum ecaninatum Burck
Croton sp. (kolealondo). Drypetes
minahaceae (Boerl). & Kds) Pax & K.
Hoflm. (raha), Glochidion sp.,
Ostodesmacrophylla Denth & l look. F.
Castanopsis sp., Lithocarpus elegans (Bl.)
Hatus. Ex Soepadmo (eha)
Homaluim sp.
Crytandra picta Bl. Didymocarpus
crinitus, lacq.
Gnetum gnemon L. (morahuka)
Gtenopteris obliquata (Bl.) Holt.,
Grammitis sp.
Hymenophyllum sp., Trichomanes sp 1.
Trichomanes sp. 2
Platea sp. (polita), Stemonurus sp. (btai3)
alseodaphne sp. (bitai 1), beilsmedia sp.
(longkangkuli), cinnamomum sp.
(morobite), cryptocaria crassinervia mlq.
Cryptocarya sp. 1 (kikima),cryptocarya
sp.2 (komalo), endianora sp, litseae
elliptica bl, litsea firma hook. F, litsea
mappaceae boerl.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Tumbuhan
Paku-pakuan (Selaginella doederleinii)
Talas
Lumut
Rotan
Bambu
Ilalang ( Imperata cylindrical)
Resam (Dicranopteris linearis)
Putri malu (Mimosa pudica)
Mahang (Macaranga involucrate)
Keduduk
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4
Tanaman 5
Tanaman 6
Nama Suku
Selaginellaceae
Gleicheniaceae
Fabaceae
Euphorbiaceae
BAB 3
POLA-POLA INTERAKSI KOMPONEN EKOSISTEM
PEGUNUNGAN MEDIUM
3.1. Pola Interaksi Biotik pada Ekosistem Pegunungan Medium
Suatu makhluk hidup akan selalu membutuhkan makhluk hidup lain dan
lingkungan
hidupnya.
Hubungan
yang
terjadi
antara
individu
dengan
lingkungannya bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal
balik antara unsur-unsur biotik (produsen, konsumen, dan pengurai) dengan
abiotik (cahaya, udara, air, tanah, suhu, dan mineral) membentuk sistem ekologi
yangdisebut ekosistem.Untuk menjaga keseimbangan ekosisitem rantai makanan
sangat berperan penting. Rantai makanan adalah pengalihan energi dari
sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang
dimakan (Oman, 2010).
Menurut Shifadini (2010) organisme-organisme saling berinteraksi satu
sama lain dan juga berinteraksi dengan unsure-unsur abiotik yang ada
disekelilingnya. Jadi komponen-komponen
ekosistem. Suatu
biotic berinterkasi pada suatu
Komponen yang hidup pada suatu ekosistem merupakan
komponen biotik sedangkan komponen yang mati pada ekosistem disebut
komponen abiotik.
Menurut Wikipedia (2009), mengatakan bahwa beberapa macam
hubungan atau interaksi ekologi antar sesama makhluk hidup terjadi dalam bentuk
saling merugikan, saling membunuh, atau saling menguntungkan. Berikut ini
uraian interaksi antar spesies dalam suatu komunitas, yaitu:
1) Kompetisi
Beberapa spesies dapat hidup berdampingan di dalam sebuah komunitas
sepanjang mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam suatu relung
ekologi, meskipun relung mereka saling tumpang tindih. Kehidupan demikian
dapat terpenuhi selama kebutuhan hidup terhadap sumber yang sama tersedia
dalam jumlah yang berlebihan. Akan tetapi jika sumber kebutuhan terbatas, maka
hubungan antarspesies akan berubah menjadi suatu bentuk persaingan atau
kompetisi.
Kompetisi
adalah
interaksi
antara
dua
makhluk
hidup
yang
mengakibatkan kedua makhluk hidup tersebut mengalami kerugian. Adapun
kebutuhan hidup yang sering diperebutkan antara lain, adalah makanan, tempat
berlindung, tempat bersarang, sumber air, dan pasangan untuk kawin. Semakin
besar tumpang tindih relung ekologi, semakin sering terjadi kompetisi. Bentuk
kompetisi yang terjadi berupa kompetisi intraspesifik (kompetisi antar anggota
satu spesies), contohnya jenis burung di hutan yang memakan serangga yang
sama.
Kompetisi interpesifik merupakan kompetisi antar anggota yang berbeda
spesies. Kompetisi ini terjadi jika dua atau lebih populasi pada suatu wilayah
memiliki kebutuhan hidup yang sama, sedangkan ketersediaan kebutuhan tersebut
terbatas. Sebagai contoh adalah rusa dan kambing yang sama-sama membutuhkan
rumput sebagai pakan di tempat yang sama. Di alam, persaingan antar individu
dalam spesies penting artinya untuk mengatur populasi spesies tersebut sehingga
terjadi suatu keseimbangan.
Gambar 5. Kompetisi antara tumbuhan besar dan tumbuhan kecil dalam memperebutkan
hara.
2) Simbiosis
Sebuah hubungan yang dekat antara dua spesies makhluk hidup yang
berbeda disebut simbiosis, yang berarti hidup bersama. Simbiosis dapat dibedakan
menjadi parasitisme, komensalisme, protokooperasi, dan mutualisme.
simbiosis parasitisme merupakan bentuk interaksi antara dua jenis
populasi dengan satu jenis memperoleh keuntungan sedangkan jenis lain
menderita kerugian. Makhluk hidup yang memperoleh keuntungan dari interaksi
ini disebut parasit, sedangkan makhluk hidup yang dirugikan disebut inang.
Parasit memperoleh makanan dari inang (hospes). Ada dua jenis parasit, yaitu
endoparasit (makhluk hidup yang hidup di dalam jaringan tubuh inangnya, seperti
bakteri paru-paru, cacing perut, dan Plasmodium) dan ektoparasit (parasit yang
hidup dipermukaan tubuh inangnya, seperti kutu daun, hama wereng, benalu).
Parasit dapat hidup pada permukaan kulit, atau dalam tubuh makhluk hidup
(inangnya).
Gambar 6. Benalu yang bersifat parasit pada pohon (arsip 6E boologi 2014)
simbiosis komensalisme adalah bentuk interaksi yang menyebabkan satu
individu jenis populasi mendapatkan keuntungan, sedangkan individu jenis yang
lain tidak terpengaruh (tidak diuntungkan, maupun dirugikan).
Gambar 7. Simbiosis komensalisme antara tumbuhan efifit dan pohon (inangnya)
(arsip 6E biologi 2014)
simbiosis protokooperasi merupakan bentuk interaksi yang dapat
menghasilkan keuntungan secara bersama-sama, tetapi bukan merupakan
keharusan bagi kedua populasi untuk selalu saling behubungan agar dapat hidup.
simbiosis mutualisme adalah bentuk interaksi yang menyebabkan kedua
spesies sama-sama mendapat keuntungan, disebut juga dengan simbiosis obligat.
Contohnya adalah polinasi pada bunga dibantu oleh lebah, kupu-kupu, burung,
atau kelewar. . Begitu juga interaksi antara semut dengan tumbuhan Acacia di
daerah tropis.
Gambar 8. Penyerbukan Bunga yang dibantu oleh kupu-kupu ( arsip 6E Biologi. 2014)
2.
Predasi
Merupakan jenis interaksi makan dan dimakan. Pada predasi, umumnya
satu spesies memakan spesies lainnya. Ada juga beberapa hewan memangsa
sesama jenisnya (sifat kanibalisme). Makhluk hidup yang memakan disebut
pemangsa (predator), sedangkan makhluk hidup yang dimakan disebut mangsa
(prey). Predasi tidak terbatas antar hewan, tetapi juga dapat terjadi pada herbivora
dan tumbuhan. Pada predasi antar hewan, predator kebanyakan berukuran lebih
besar dari pada mangsanya.
Ekologi dan saling ketergantungan di dalam ekosistem, di antara
komponen pembentuknya terdapat hubungan saling ketergantungan, sehingga
perubahan pada komponen yang satu akan menyebabkan perubahan pada
komponen yang lain. Contoh: kepadatan suatu tanaman tergantung pada jenis dan
kesuburan tanah, sebaliknya keadaan dan kesuburan tanah tergantung juga pada
tanaman dan hewan yang hidup di kawasan itu.Salah satu hubungan saling
ketergantungan yang jelas antara komponen pembentuk ekosistem adalah
peristiwa makan dan dimakan melukiskan suatu rantai makanan atau jaring-jaring
makanan. Adanya rantai makanan menyebabkan terjadinya piramida energi,
piramida jumlah, piramida biomassa dan aliran materi yang berupa siklus atau
daur.
gambar Piramida Makanan
Produsen tergantung pada lingkungan, konsumen tergantung pada
produsen, pengurai tergantung pada konsumen dan produsen, sedangkan
lingkungan tergantung pengurai.
3.2. Pola Rantai Makanan dan Jaring-jaring Makanan, Piramida Biomassa,
Piramida Makanan Pada Ekosistem Pegunungan Medium
Pola rantai makanan pada suatu ekosistem adalah pengalihan energi dari
sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang
dimakan. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofik atau taraf trofik.
Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah
tumbuhan maka tingkat trofik pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau
produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofik kedua, terdiri atas hewan
pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan
konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan
karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofik ke tingkat trofik
lainnya, sebagian energi akan hilang (Wikipedia, 2010).
3.2.1. Pola Rantai Makanan pada Ekosistem Pegunungan Medium
Menurut Rahmadani (2010), rantai makanan pada pegunungan adalah
pengalihan energy dalam tumbuhan melalui sederatan organism yang makan dan
yang dimakan. Para ilmuan mengenal tiga macam rantai pokok yaitu:
1) Rantai pemangsa
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen
dan rantai pemangsa dimulai dari hewan herbivore sebagai konsumen 1 dan
dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivore sebagai
konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun
herbivora sebagai konsumen.
2) rantai parasit
3) rantai saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organism mati kejasad pengurai, misalnya jamur
dan juga bakteri yang hidup sebagai decomposer.
Ular
Burung
Belalang
Rumput
Gambar 10. Rantai makanan (arsip 6E Biologi, 2014)
3.2.2. Jaring-jaring Makanan pada Ekosistem Pegunungan Medium
Jaring-jaring makanan pada ekoisistem adalah rantai-rantai makanan
yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk
jarring-jaring. Jarring-jaring makanan terjadi setiap jenis mahluk hidup tidak
hanya memakan satu jenis mahluk hidup lainnya (Wikipedia, 2010). Beberapa
rantai makanan dengan pola yang lebih rumit dari contoh rantai makanan di atas
dan saling berkaitan membentuk sebuah jaring-jaring makanan. Misalnya ular
tidak hanya makan ayam dan ayam tidak hanya makan belalang. Jaring-jaring
makanan selalu berawal dari produsen dan diakhiri oleh pengurai. Bahan-bahan
yang diuraikan itu akan kembali digunakan oleh produsen sehingga daur materi
dan energi tidak pernah terputus.
Monyet
Elang
Matahar
i
Babi
hutan
Ular
Tikus
Burung
Cacing
Serangga
Serasah
Belalang
Tumbuhan
Gambar 10. jarring-jaring makanan (arsip 6E. Bio, 2014)
3.2.3. Pola Piramida Biomassa pada Ekosistem Pegunungan Medium
Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam
memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik
dapat disajikan dengan piramida biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi
hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka
rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah
organisme
ditiap
tingkat
diperkirakan.Piramida
biomassa
berfungsi
menggambarkan perpaduan massa seluruh organism dihabitat tertentu, dan diukur
dalam ragam, untuk menghindari berbagai kerusakan berbagai habitat biasanya
hanya sedikit diambil sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa
dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih akurat
tentang apa yang terjadi pada ekosistem (Hanirahmadhan, 2010).
3.2.4. Pola Interaksi Piramida Makanan pada Ekosistem Pegunungan
Medium
Dalam komunitas semua organisme merupakan bagian dari komunitas
dan komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Interaksi
antar komponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme, antar populasi
dan antar komunitas (Elfis, 2010).
Menurut (Wikipedia, 2010) pada piramida energi terjadi penurunan
sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurang-nya
energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal berikut.
1) Hanya
sejumlah
makanan
tertentu
yang
ditangkap
dan
dicemakan
dan
dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
2) Beberapa
makanan
yang
dimakan
tidak
bisa
dikeluarkan sebagai sampah.
3) Hanya
sebagian
tubuh
makanan
organisms,
yang
sedangkan
dicerna
sisanya
menjadi
bagian
digunakan
dari
sebagai
sumber energi.
Menurut Elfis (2010) dalam rantai makanan dan aliran energy dikenal
dengan adanya dua hukum termodinamika yang menyatakan bahwa enerdi dapat
berubah bentuk tetapi tidak dapat dimusnakan dan tidak ada perubahan bentuk
energy yang efisien serta aliran energy dialam atau ekosistem tunduk pada hukum
termodinamika. Dengan proses fotosinteis energy cahaya matahari ditangkap oleh
tumbuhan dan diubah menjadi energy kimia atau makanan yang disimpan dalam
tubuh. Wikipedia (2010)
Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi
satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen,
konsumen primer, konsumen tingkat tinggi, sampai ke saproba di dalam tanah.
Siklus ini berlangsung dalam ekosistem. Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus
air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Di sini hanya
akan dibahas 3 macam siklus, yaitu siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus
karbon.
3.3.
Perubahan ekosistem pegunungan medium jika terjadi gangguan
3.3.1. Faktor-fator Penyebab Gangguan pada Ekosistem Pegunungan
Medium
Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada
komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah.
Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem.
Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang
datang gangguan dariluar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang
terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.
Rangkaian
perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem
klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang
baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya sebagai
berikut. Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat
tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak
(Hanirahmadhan, 2010).
Kondisi hutan alam tidaklah statis, bahkan di dalam hutan alam yang
telah mencapai klimaks pun, kondisinya dinamis Beberapa kejadian seperti
kebakaran hutan akan menyebabkan terjadinya suksesi sekunder. Demikian pula
halnya dengan kondisi hutan Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu. Kebakaran
hutan yang terjadi di tahun 1994 silam telah menyebabkan kerusakan sebagian
ekosistem hutan Kerusakan hutan akan berpengaruh terhadap beberapa hal antara
lain kekhawatiran akan bertambah parahnya bencana alam kekeringan, banjir dan
tanah longsor. Kondisi ekosistem hutan yang sudah terdegradasi serta mengalami
deforestasi perlu segera dipulihkan dilakukan upaya pemulihan sehingga kawasan
hutan dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Tulisan berikut
memberikan gambaran kondisi hutan bekas areal kebakaran di Bukit Pohen Cagar
Alam Batukahu serta memberikan alternatif pemikiran dalam mengatasi
kerusakan sebagian kawasan dengan pendekatan restorasi ekosistem hutan
(Ejaurnal, 2010).
Menurut Supriadi (2006) factor-faktor penyebab gangguan ekosistem
yaitu:
1) polusi (pencemaran)
Keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh factor asing yang meracuni
lingkungan tersebut, keadan lingkungan ini dapat disebut lingkungan
tercemar.
2) Polusi air, menurut tipenya polusi ini dapat dibedakan atas: kuman, bahan
kimia sukar terurai.
3) Polusi udara, karbondioksida, nitrogen oksida, oksida dan bahan organic dan
debu
4) Polusi tanah
5) Perubahan Lingkungan
Perubahan lingkungan berarti ada mata rantai yang terputus dalam daur. Salah
satu contoh perubahan lingkungan adalah penggunaan kawasan hutan sebagai
pembuatan jembatan layang di kelok sembilan. Perubahan lingkungan berarti
kehilangan sebagian produser dalam ekosistem. Selain itu contohnya adalah
pembukaan hutan dimana berpengaruh terhadap daur hidrologi, air hujan
yang melalui tanah bekas hutan yang miring yang akan menyebabkan erosi,
sehinggga butir tanah yang halus dan subur ikut hanyut sehinggga kesuburan
tanah berkurang (Supriadi, 2006).
Dalam rangka memenuhi kebutuhannya akan sumber daya alam manusia
dengan cepat mengubah lingkungan darat dan perairan. Spesies lain pun menjadi
korban. Pada saat ini, sebanyak 40% dari total produktifitas primer (bahan yang
dihasilkan tumbuhan) yang berasal dari lingkungan darat digunakan atau disiasiakan oleh manusia. Jumlah ini mewakili 25% dari produktifitas total bumi.
Manusia juga memainkan peran yang makin dominan dalam komponen ekosistem
lainnya, seperti siklus nitrogen dan kadar karbondioksida di atmosfer.(Muhammad
dkk, 2007).
Gambar 11. kerusakan hutan akibat pembuatan jembatan layang di kelok sembilan
Suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-komponen
spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah
gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat
organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas
yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama beberapa
restorasi adalah pengembalian suatu ekosistem atau habitat kepada struktur
komunitas, komplemen alamispesies, atau fungsi alami aslinya. Restorasi,
merupakan pemulihan melalui suatu reintroduksi secara aktif dengan spesies yang
semula ada, sehingga mencapai struktur dan komposisi spesies seperti semula.
Tujuannya untuk mengembalikan struktur, fungsi, keanekragaman dan dinamika
suatu ekosistem (Ejaurnal, 2010)
1.
Daur Biogeokimia
Yaitu siklus yang melibatkan senyawa kimia (anorganik / abiotik) yang
berpindah melalui sistem biologi (biotik) kemudian kembali ke lingkungan /
abiotik (tanah dan air). Setiap organisme memerlukan materi dan energi. Produsen
memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi dan materi diambil dari bumi
berupa unsur – unsur kimia tertentu (senyawa anorganik) seperti : C, H, O, N, S,
P, K, Ca, Fe, Mg, B, Zn, Cl, Mo, Co, I, F, dan sebagainya. Perpindahan energi dan
materi tersebut melalui rantai makanan sampai pada pengurai dan detritivor yang
selanjutnya mengubah senyawa organik menjadi senyawa anorganik (unsur
hara). Senyawa anorganik tersebut kembali dimanfaatkan kembali oleh produsen.
Selama berlangsungnya siklus energi dan materi tersebut juga diikuti reaksi –
reaksi kimia dalam organisme dan dalam lingkungan abiotik.
siklus karbon dan oksigen
Gambar 12. siklus karbon dan oksigen
Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%. Sumber-sumber
CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik,
pembakaran batubara, dan asap pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan
oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya
akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan
yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah.
Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar
C02 di udara
Sumber-sumber CO2 di atmosfer berasal dari respirasi manusia dan
ssshewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik.Di ekosistem
air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon
dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai
menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.
Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi
bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di
air.
Pada atmosfer proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler
bertanggung jawab atas perubahan dan pergerakan utama siklus karbon. Naik
turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan
aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO 2 dan O2 ke atmosfer
melalui proses respirasi yang mnghasilkan CO2 dan proses fotosintesis yang
menghasilkan oksigen.
Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih
banyak lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2di atmosfer
meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar
sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis
dengan bentuk bahan anorganik lainnya.
2.
Siklus nitrogen
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen
bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar
(misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga
dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.
Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea,
protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit,
dan nitrat Siklus Nitrogen adalah transfer nitrogen yang melibatkan komponen
biotik dan abiotik, proses awalnya adalah nitrogen yang ada di atmosfer ditransfer
ke dalam tanah melalui hujan secara tidak langsung dan fiksasi nitrogen secara
langsung. Fiksasi nitrogensecara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium
yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium.
Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi
nitrogen.
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen
(tumbuhan) diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau
hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan
garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan
amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium
menjadi nitrit dan nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas,
nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen
oleh proses yang disebut denitrifikasi.
Gambar 13. siklus Fosfor
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik
(pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan
tanah). Herbivora mendapatkan
fosfat
dari
tumbuhan
yang
dimakannya
dan karnivora mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya. Seluruh
hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Selain itu hewan dan
tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis
dan mengendap di sedimen laut. Sehingga, fosfat banyak terdapat di batu karang
dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik
terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap dari air
tanah oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus.
Sumber energi untuk organisme adalah energi kimia yang terdapat di
dalam makanan. Makhluk hidup tidak mampu menciptakan energi, melainkan
hanya memindahkan dan memanfaatkannya untuk beraktivitas.
Perpindahan energi berlangsung dari matahari ke tumbuhan hijau melalui
proses fotosintesis. Di sini energi cahaya diubah menjadi energi kimia. Sewaktu
tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi kimia yang tersimpan dalam tumbuhan
berpindah ke dalam tubuh herbivora dan sebagian energi hilang berupa panas.
Demikian juga sewaktu herbivora dimakan karnivora. Oleh karena itu, aliran
energi pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang. Pergerakan energi di
dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran energi.
3.
Daur sulfur
Gambar 14. Siklus sulfur (Aryulina, 2008)
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan
sulfat terjadi melalui proses rantai makanan lalu semua makhluk hidup mati dan
akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri yang
terlibat dalam daur sulfur akan mereduksi sulfat menjadi sulfide dalam bentuk
hydrogen sulfide (H2S). kemudian digunakan oleh bakteri fotoautotrof anaerob
dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri
kemolitotrof
BAB IV
PENUTUP
Hutan pegunungan adalah salah satu formasi hutan tropika basah yang
terbentuk di wilayah pegunungan. Salah satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti
awan, biasanya pada ketinggian atap tajuk (kanopi) nya. Pepohonan dan tanah di
hutan ini acapkali tertutupi oleh lumut, yang tumbuh melimpah-limpah. Oleh
sebab itu, formasi hutan ini juga dinamai hutan lumut, hutan kabut, atau hutan
awan (clound forest).
Komponen Ekosistem Pegunungan Tinggi
Komponen struktur yang terdapat pada ekosistem Pegunungan Tinggi
antara lain:
a.
Komponen Biotik
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang
hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun
suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).
b.
-
Produsen
-
Konsumen
-
Decompose
Komponen Abiotik
-
Klimatologis
Menurut Elfis (2010) Klimatologi Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi
penyebaran
dan
pertumbuhan
tumbuh-tumbuhan
adalah
iklim.Unsur-unsur iklim seperti temperatur, curah hujan, kelembaban, dan tekanan
uap air berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon.Hubungan iklim dengan
tumbuhan sangat erat. Iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologi
(fotosintesis,
respirasi,
dan
transpirasi),
pertumbuhan
dan
reproduksi
(pembungaan, pembentukan buah, dan biji) dan sebagainya. Hubungan tumbuhan
dengan faktor lingkungan iklim merupakan hubungan yang tidak terpisahkan dan
bersifat menyeluruh (holocoenotik).
Unsur-unsur klimatologis
-
Kualitas Cahaya Matahari Atau Posisi Panjang Gelombang
-
Kelembapan Udara
-
Suhu
-
Curah hujan
-
Lengas udara
-
Edaphis
Menurut Rayes (2006), tanah merupakan salah satu sumber daya alam
yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem, diantaranya adalah
sebagai pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad tanah, media bagi konstruksi
atau rekayasa, sistem daur ulang bagi unsur hara dan sisa-sisa organik serta
system bagi pasokan dan penyaringan/penjernihan air.
-
Daur Biogeokimia
Yaitu siklus yang melibatkan senyawa kimia (anorganik / abiotik) yang
berpindah melalui sistem biologi (biotik) kemudian kembali ke lingkungan /
abiotik (tanah dan air). Setiap organisme memerlukan materi dan energi. Daur ini
terdiri dari:
-
Daur karbon
-
Daur sulfur
-
Daur fosfor
-
Daur nitrogen
-
Daur hidrogen
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sintanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Blogspot.
(online).
http://bimaindonesia.blogspot.com/2008/08/hutan-
pegunungan-baturaden.html. diakses 26/05/2010.
Bimaindonesia.
(online).
http://bimaindonesia.blogspot.com/2008/08/hutan-
pegunungan-baturaden. html. diakses/25/05/2010.
Daljoeni. N. 1986. Pokok-pokok Klomatologi. Alumni. Bandung.
Dewaakara.
(online).
http:/dewaarka.wordpress.com/2009/04/10/bioti/abiotik(bahasa
Inggris)
diakses. 26/05/2020.
Ejaornal. 2010. (online). http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/artikel_4.pdf. diakses
20/05/2010.
Elfis. 2010. (online). http://elfisuir.blogspot.com/2010/02/konsep-dasar-ekologi
tumbuhan.html. diakses/25/05/2010.
Hanirahmadhan. 2010. (online). http:// hanirahmadhan. Freewebhosting. Info/
index.
Php/biologi/39
ekologi/
59-perkembangan-ekosistem.
Dakses/20/05/2010.
Noor M. 2007. Ekologi Pemanfaatan dan Pengembangan. PT. Raja Gravindo
Persada. Jakarta.
Oman. 2010. (online). http:// sumbermakalah. Blogspot. Com/ ekosistem buatan.
Diakses/20/05/2010.
Rahmadani.
2010.
(online).
http://
wordpress.com/2010/01/rantai-rantai-
makanan.html. diakses (20/05/2010.
Supriyadi. 2006. Panduan Belajar Kelas 2 SMA. Primagama. Jakarta.
Shifadini. 2010. (onlinhe) http://shafiadini.wordpress.com/.diakses/20/05/2010.
Steein.V. J. 2006. Flora Pegunungan Jawa. LIPI Press. Jakarta.
Umboh. H.S. 2002. Petunjuk Penggunaan Mulsa. PT. Mulya Swadaya. Jakarta.
Wikipedia.2010.
(online).
diakses/20/05/20110.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung.
Download