FENOLOGI PEMBUNGAAN PADA TANAMAN WIJAYA KUSUMA (Ephiphylum oxypetalum) Yovita Harmiatun1,2, Herlina Sianipar1, Marina Silalahi1 1. Dosen Prodi Pendidikan Biologi, FKIP UKI, Jakarta 2. Dosen Prodi Kedokteran, FK UKI, Jakarta Jl. Mayjen Sutoyo, Cawang, Jakarta Timur 15310 Abstract Research of flowering phenology has been conducted on Wijaya Kusuma (Ephiphylum oxypetalum). The study was conducted in September 2012 - February 2013. This research aims to determine the effect of light and wind to the flowering phenology in E. oxypetalum. Total of 20 pots of Wijaya Kusuma placed at two different locations. Total of 10 pots of Wijaya Kusuma placed at quite light with lot of wind, and 10 pots placed in the shade with little wind. Wijaya Kusuma were placed in the shade vegetative growth faster than the others. Wijaya Kusuma were placed in quite light with lot of wind begun flowering at 8-16 weeks after planting. Flowering begun with the appearance of prospective interest in phylocladia node. Candidates flowers will bloom on the ninth day and bloom only 1-2 hours at midnight. Flowers wither on the tenth day and fall on day thirteen. Wijaya Kusuma were placed in the shade and a little wind is not flowering, but flowering may be induced by placing its in a bright place and a lot of wind. In this study concluded that wind and light affect the process of flower formation in plants Wijaya Kusuma. Keywords: Ephiphylum oxypetalum, Phenology, Flowering Pada awalnya tanaman Wijaya PENDAHULUAN Ephiphylum oxypetalum kusuma dikenal sebagai tanaman obat merupakan salah satu jenis kaktus oleh berbagai yang digunakan sebagai tanaman hias. maupun negara lain seperti di India Nama umum yang banyak digunakan (Dandaker et al., 2015). Pemanfaatan untuk tanaman Wijaya kusuma sebagai obat E. oxypetalum antara lain etnis di dengan Indonesia Wijaya kusuma, queen of the night, berhubungan kandungan orchid cacti, ric rac cactus, moon metabolit sekundernya. Hasil analisis cactus (Inggris), tan hua (China). fitokimia menunjukkan Tanaman Wijaya Kusuma berasal dari oxypetalum daratan Amerika Selatan kemudian senyawa menyebar ke Cina dan masuk ke steroid, glikosida, tannin, terpenoid, Indonesia. Wijaya kusuma bisa hidup alkaloid, dengan baik pada daerah subtropis phlobatanin hingga daerah tropis. Khandelwal, 2012). Dandaker et al bahwa E. mengandung seperti saponin, flavanoid, berbagai fenolik, sterol, (Upendra dan dan 181 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016 (2015) meyatakan bahwa kandungan fenologi utama dari daun Wijaya kusuma pada beberapa jenis anggrek agar adalah bunganya steroid sehingga cocok digunakan sebagi aprosidiak. tanaman Wijaya segera Perbungaan mekar, harus mendapatkan stimulasi udara panas Selain sebagai tanaman obat, ternyata pembungaan. kusuma dan atau dingin, tergantung jenis anggrek (Dressler, 1981). khususnya bagi masyarakat Indonesia Fenologi perbungaan suatu jenis dimanfaatkan sebagai tanaman hias. tumbuhan adalah salah satu karakter Pemanfaatan tanaman Wijaya kusuma penting dalam siklus hidup tumbuhan sebagai tanaman hias karena tanaman karena pada fase itu terjadi proses awal memiliki bunga yang indah bewarna bagi merah muda hingga putih. Keindahan berkembang biak melalui biji (Yulia, bunga kusuma 2007). Suatu tumbuhan akan memiliki karena mekarnya pada perilaku yang berbeda-beda pada pola malam hari. Bunga tanaman Wijaya perbungaan dan perbuahannya, akan kusuma hanya berumur satu malam tetapi pada umumnya diawali dengan dan layu menjelang pagi hari. pemunculan tanaman dinikmati Wijaya Kemampuan tanaman suatu tumbuhan kuncup untuk bunga dan Wijaya diakhiri dengan pematangan buah kusuma untuk berbunga tergantung (Tabla dan Vargas, 2004). Sitompul cara dan Guritno (1995) menyatakan bahwa pemeliharaannya. Proses pembungaan pada tanaman Wijaya pengamatan kusuma dipengaruhi oleh berbagai dilakukan dengan melihat perubahan faktor antara lain: musim, ketersediaan masa air, suhu, kelembapan, dan cahaya panjang masa generatif tumbuhan. Ini (Fewless, 2006). Hal tersebut sangat biasanya umum vegetatif ke tumbuhan generatif dilakukan dan melalui pada berbagai pendekatan dengan pengamatan umur pada anggrek bunga, pembentukan biji dan saat (Orchidaceae). Periode fase-fase yang panen. Penelitian yang dilakukan oleh terjadi secara alami pada proses Loveless et al. (2006) mengamati perkembangan bunga disebut dengan fenologi perbungaan pada Swietenia tanaman ditemukan fenologi seperti 182 Yovita Harmiatun, dkk: Fenologi Pembungaan pada Tanaman Wijaya Kusuma (Ephiphylum oxypetalum) macrophylla dan diakhiri pada evaluasi tingkat buah masak. muncul pada saat panjang perbungaan ± 24 mm dan bunga mekar pada saat Penelitian suatu fase fenologi panjang perbungaan 62 mm. Periode tumbuhan akan memperoleh informasi pertumbuhan tersebut selama 28 hari perubahan morfologi yang terjadi pada dengan bagian panjang perbungaan 1,357 mm/hari. tumbuhan fenologi tersebut. perbungaan glaucophyllum yang Studi anggrek dimulai P. dari kecepatan Pembentukan dengan pertumbuhan buah berlangsung perkembangan panjang pemunculan tunas ibu tangkai perbungaan 62-89 mm, dengan laju perbungaan sampai bunga mekar pertumbuhan 0,574 mm/hari. Buah memerlukan waktu rata-rata selama 47 berkembang sampai 49 hari dan rata-rata periode diameter fenologi perbungaan sampai proses diameter 4,10 mm (Utami, 2008). perbuahan anggrek selop mencapai panjang 5,69 ukuran mm dan ini Deciyanto (1988) dan Laba et al. berlangsung dalam kurun waktu ± 62 (2008) mengatakan bahwa puncak hari setelah muncul tunas perbungaan. pembungaan lada Diconocoris hewetti Sedang periode perbuahan sampai (Dist.)) varietas Chunuk terjadi pada buah anggrek selop tersebut masak bulan memerlukan waktu lebih lama. Sampai pembungaan mengikuti pola curah pengamatan menginjak hari ke-120 hujan. sampai 130 setelah persilangan bunga, diikuti buah telah dalam kondisi masak perbungaan sempurna. ukuran periode berikutnya. Pola pembungaan buahnya tidak terlihat banyak, hanya lada varietas Chunuk dan LDL (Lada berkisar 0,25 sampai 0,3 cm dari Daun lebar) mengikuti pola curah sebelum hujan. Rataan banyaknya bulir bunga Pertambahan ovary mengalami penyerbukan (Yulia, 2007). Pembungaan dan pembentukan Oktober, Meningkatnya oleh tetapi pola curah peningkatan (inflorescence) hujan jumlah pada berkisar antara 2,63-120,59 tandan per pohon pada varietas Chunuk, buah Brucea javanica berlangsung sedangkan pada varietas LDL antara sepanjang tahun. Kuncup bunga mulai 4,79-153,84 tandan per pohon. Masa 183 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016 perkembangan berlangsung bulir 16,6 bunga fase-1 (FKIP), Universitas Kristen Indonesia hari, fase-2 (UKI) (Gambar 1). berlangsung 7,6 hari, dan fase-3 berlangsung 6,4 hari (Laba et al., 2008). Hingga saat ini penelitian tentang fenologi pembungaan pada anggrek masih terbatas khususnya tumbuhan Wijaya kusuma. Penelitian tentang fenologi pembungaan pada Epiphyllum oxypetalum dilakukan untuk mengetahui pengaruh cahaya dan angin terhadap fenologi pembungaannya. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu dasar yang dikembangkan untuk pemuliaan tanaman maupun untuk pengembangan tanaman Wijaya kusuma sebagai bahan obat maupun tanaman hias. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Green house prodi pendidikan Biologi FKIPUKI Jakarta, berlangsung mulai bulan 2012 sampai dengan Februari 2013. Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ephiphylum oxypetalum koleksi green house pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Potongan batang Wijaya kusuma ditanam dalam pot berukuran 20 cm seperti gambar 1 (sebanyak 3 potongan batang Wijaya kusuma ditanam ke dalam pot yang telah diisi penuh dengan kompos). Tanaman diletakkan pada dua tempat yang berbeda yaitu di luar green house Prodi Pendidikan Penanaman September Gambar 1. Tanaman Wijaya kusuma (Ephiphylum oxypetalum) sebagai bahan penelitian. Pendidikan Biologi FKIP UKI yang merupakan tempat terbuka (tanpa naungan) dan di luar green house dengan naungan masing masing tanaman dibuat sebanyak 10 pot. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif, namun pertumbuhan vegetatif yang diamati 184 Yovita Harmiatun, dkk: Fenologi Pembungaan pada Tanaman Wijaya Kusuma (Ephiphylum oxypetalum) terutama yang mendukung fenologi Pertumbuhan Vegetatif pembungaan tanaman Wijaya kusuma. Tanaman Kusuma Setelah (Ephiphylum oxypetalum) calon bunga muncul 1. pengamatan dilakukan setiap hari, dan ketika bunga menjelang mekar Wijaya Tanaman Wijaya (Ephiphylum kusuma oxypetalum) yang pengamatan dilakukan setiap jam. ditempakan pada dua lokasi yang Berhubung bunga Wijaya kusuma berbeda yaitu (1) tempat teduh yang mekar maka ternaungi pohon dan sedikit sirkulasi mekar udara; dan (2) ditempatkan tidak pada malam pengamatan dilakukan saat hari bunga pada malam hari. ternaungi dan banyak angin. Pengamatan di mulai sejak awal Pertumbuhan muncul tunas perbungaan sampai generatif tanaman pada kedua lokasi bunga mekar sempurna. Metode tersebut pengamatan terhadap aktivitas relatif vegetatif maupun berbeda. Tanaman Wijaya kusuma yang berada pada fenologi meliputi pertambahan ukuran tempat dari pertumbuhan vegetatif relatif lebih bagian-bagian meliputi ukuran perbungaan, panjang tangkai cepat ternaungi dibandingkan mengalami yang perbungaan, ukuran braktea, muncul ditempat kuncup bunga, pertambahan ukuran Pertumbuhan vegetatif terlihat dari kuncup bunga, ukuran tangkai bunga, pertambahan ukuran daun yang dalam waktu mekar bunga. hal ini disebut dengan phylokladium. Analisa Data Phylokladium adalah batang yang Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif, meliputi karakter morfologi vegetatif maupun generatif (bunga) tidak berada bermodifikasi ternaungi. menyerupai daun, bewarna hijau dan berbentuk pipih (Tjitrosoepomo, 2010). dari Phylokalium di tempat teduh tanaman Wijaya kusuma. relatif lebih panjang, namun warnanya HASIL DAN PEMBAHASAN lebih HASIL percabangan lebih sedikit. Tanaman pucat, dengan jumlah Wijaya kusuma yang berada di tempat 185 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016 terang mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan munculnya philokladium yang reatif lebih lambat calon bunga (Gambar 2a). dengan warna yang lebih gelap (hijau 2. Pertumbuhan Generatif Bunga tua) dengan jumlah percabangan yang Wijaya Kusuma (Ephiphylum relatif oxypetalum) lebih banyak. Percabangan muncul pada pada nodus. Nodus pada Pada penelitian tanaman Wijaya kusuma berbeda dengan nodus Wijaya pada tumbuhan pada umumnya. Secara menjadi 2 yaitu kelompok pertama umum pada nodus akan terbentuk terdiri dari 10 pot yang diletakkan daun, namun pada Wijaya kusuma ditempat panas dan banyak angin yang pada nodus tidak terbentuk daun, dalam penelitian ini diberi kode I; dan namun terbentuk cabang pipih. kelompok ke dua terdiri dari 10 pot Pembentukan Wijaya cabang kusuma diawali kusuma ini dikelompokkan pada diletakkan di tempat teduh, kurang dengan sinar matahari, kurang angin pada munculnya tunas bulat yang bewarna penelitian kemerahan. Penanaman dilakukan pada minggu Tunas selanjutnya berkembang dan menjadi pipih serta ini diberi kode II. pertama September 2012. warnanya berubah menjadi kehijauan. Tanaman pada kelompok I Bagian bawah (distal) tunas membulat memiliki periode pembungaan mulai sedangkan proksimalnya dari 6 Desember 2012 sampai dengan memipih dan melebar. Pertumbuhan 3 Februari 2013. Perbedaan periode vegetatif pembungaan tersebut dipengaruhi oleh bagian pada Wijaya kusuma berlangsung terus, khususnya pada faktor eksternal Wijaya kusuma yang berada pada Berikut tempat teduh. Berbeda halnya dengan fenologi pembungaan secara umum Wijaya kusuma yang berada pada pada tanaman Wijaya kusuma (Tabel tempat terang dan banyak angin. 1). ini maupun merupakan internal. gambaran Setelah dua bulan penanaman mulai terbentuk pertumbuhan generatif 186 Yovita Harmiatun, dkk: Fenologi Pembungaan pada Tanaman Wijaya Kusuma (Ephiphylum oxypetalum) Tabel 1. Perkembangan (fenologi) bunga pada tanaman Wijaya kusuma. Hari ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11-12 13 Keterangan Panjang tangkai bunga 0,2 cm. Panjang tangkai bunga 0,3 cm. Panjang tangkai bunga 0,5 cm, panjang kuntum bunga 0,5 cm. Panjang tangkai bunga 1 cm, panjang kuntum bunga 1 cm, diameter kuntum bunga 0,35 cm. Panjang tangkai bunga 2 cm, panjang kuntum kuntum bunga1,2 cm, diameter kuntum bunga 0,4 cm. Panjang tangkai bunga 3,5 cm, panjang kuntum bunga 1,7 cm, diameter kuntum bunga 0,06 cm. Panjang tangkai bunga 5 cm, panjang kuntum bunga 2 cm, diameter kuntum bunga 0,06 cm. Panjang tangkai bunga 6 cm, panjang kuntum bunga 3 cm, diameter kuntum bunga 0,07 cm. Panjang tangkai bunga 7 cm, panjang kuntum bunga 4 cm, dasar bunga 1 cm, ujung bunga 0,5 cm. Pada hari ke-9 bunga mulai mekar sehingga pengamatan dilakukan lebih intensif dan hasilnya sebagai berikut: Pukul 18.00: dasar bunga 1 cm, ujung 0,5 cm Pukul 19.00: dasar bunga 2 cm, ujung 1 cm Pukul 20.00: dasar bunga 3 cm, ujung 2 cm Pukul 21.00: dasar bunga, ujung bunga 4 cm Pukul 22.00: ujung bunga 6 cm, dasar 8 cm Pukul 23.00: ujung bunga 9 cm, dasar 10 cm Pukul 24.00: ujung bunga 9 cm, dasar bunga 10 cm Bunga mulai layu Pukul 05.00: ujung bunga 4 cm, dasar bunga 8 cm Pukul 8.00: ujung bunga 3 cm, dasar bunga 6 cm Pukul 12.00: ujung bunga 2 cm, dasar bunga 4 cm Bunga layu namun masih melekat pada batang tanaman Pada pagi tangkai bunga patah, jatuh, berikut bunga masih melekat di tangkainya. Phylokladia Calon bunga a. Kuncup berumur 2 hari b. Kuncup berumur 3 hari 187 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016 nodus c. Kuncup bunga berumur 6 hari d. Kuncup bunga berumur 6 hari Kuncup bunga Tangkai bunga e. Kuncup bunga berumur 7 hari f. Kuncup bunga berumur 7 hari g. h. Bunga mekar sempurna 9 hari Bunga mekar sempurna 9 hari Gambar 2. Fenologi pembungaan pada Wijaya kusuma (Ephiphylum oxypetalum) Untuk tanaman Wijaya kusuma tanaman tidak berbunga sampai yang diletakkan pada tempat teduh penelitian ini selesai dilakukan (2 dengan Pebruari sedikit angin (II) semua 2013), melainkan hanya 188 Yovita Harmiatun, dkk: Fenologi Pembungaan pada Tanaman Wijaya Kusuma (Ephiphylum oxypetalum) bertambah jumlah tangkai dan keluar bunga. Hampir mirip yang daunnya. Jumlah daun per tangkai terjadi pada tanaman Wijaya Kusuma. dapat mencapai 16-20 helai, panjang Keadaan kering dan panas diduga tangkai mencapai 60 cm. Maka pada menjadi salah satu faktor kunci dalam tanggal 2 Pebruari 2013 kelompok pot pembentukan II dipindahkan ketempat panas dan fitohormon banyak angin. Dua minggu kemudian meningkatkan belum tampak mulai berbunga. Pola paclobutrazol (Nurtjahjaningsih et al., pembungaan sama dengan tanaman 2012). Paclobutrazol bekerja dengan Wijaya cara menghambat biosistesis giberelin kusuma yang diletakkan bunga. yang Beberapa terbukti dapat pembungaan adalah ditempat panas dengan banyak angin. (Sedgley dan Griffin, 1989). Giberelin PEMBAHASAN merupakan Proses pembungaan pada dasarnya merupakan interaksi dari pengaruh dua faktor besar, yaitu faktor senyawa menghambat pembungaan yang maupun pembuahan. Tanaman Wijaya kusuma pada eksternal/lingkungan (suhu, cahaya, penelitian kelembaban, curah hujan, unsur hara) pembungaan (Nurtjahjaningsih et al., 2012; Ashari, tanaman yang diletakkan ditempat 2006) dan faktor internal (fitohormon teduh dan tempat terang dengan dan genetik) (Nurtjahjaningsih et al., banyak 2012). Cekaman (stress) air yang diletakkan pada tempat terang dengan diikuti oleh hujan sering merangsang banyak angin akan memasuki fase pembungaan tanaman tahunan tropika pembungaan 2 bulan atau sekitar 8-16 (Mugnisjah minggu setehah tanam, sedangkan dan Setiawan, 1995). ini yang angin. fase berbeda antara Tanaman yang Kondisi itu mungkin terjadi bila tanaman tanaman kering tempat teduh tidak memiliki bunga sehingga pasokan nitrogen berkurang, hingga penelitian selesai dilakukan. sehingga tanaman Hal tersebut menunjukkan bahwa pada seperti jambu air, cukup dengan tanaman Wijaya salah satu faktor perlakuan stres air tanaman terpacu utama mengalami pada masa beberapa yang memiliki yang ditempatkan menentukan pada tanaman 189 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016 masuk masa reproduktif atau masa (Nurtjahjaningsih et al., 2012). Proses pembungaan. Pada tanaman belimbing pembungaan dipengaruhi oleh faktor banyaknya angin akan mempengaruhi internal laju sehingga fitohormon, dan faktor lingkungan, mempengaruhi jumlah bunga yang seperti intensitas cahaya matahari dan akan unsur hara. Karakteristik pembungaan kerontokan bunga berkembang menjadi buah (Manguna, 2013). seperti tersebut Penelitian fase genetik mempengaruhi dan proses fenologi terbentuknya buah dan keragaman tumbuhan akan memperoleh informasi genetik benih yang dihasilkan melalui perubahan morfologi yang terjadi pada keberhasilan bagian tumbuhan tersebut dalam hal (Nurtjahjaningsih et al., 2012). ini tanaman Wijaya Kusuma. Fenologi pembungaan pada setiap spesies mating Kemampuan keberhasilan sistem berbunga terjadinya dan buah/biji tumbuhan bervariasi. Sebagai contoh merupakan parameter utama dalam pada menunjang keberhasilan pelaksanaan tanaman glaucophyllum disebut Phapeophidilum atau sebagai yang sering strategi pemuliaan, sehingga anggrek selop, karakteristik pembungaan dan kualitas fenologi fase perbungaan diawali dari benih saat muncul tunas perbungaan sampai informasi yang penting. Jumlah bunga dengan sempurna dan buah pada nyamplung berbeda berlangsung selama 47 sampai 49 hari secara nyata pada lokasi, tajuk, mata atau 1 bulan 17 sampai 19 hari. angin, interaksi lokasi dengan mata bunga mekar Fenologi dikendalikan oleh sintesa hormon yang dihasilkan merupakan pembungaan angin (Nurtjahjaningsih et al,. 2012). gen pengendali Rata-rata jumlah bunga dan buah dan berdasarkan arah mata angin disajikan fitohormon (Burczyk dan Chalupka, pada timur lebih banyak dibandingkan 1997). Fenologi pembungaan juga dengan arah lainnya. didukung seperti oleh pembungaan faktor kecukupan kecukupan lingkungan matahari unsur Faktor lingkungan seperti dan kecukupan cahaya matahari dan unsur hara hara mempengaruhi proses 190 Yovita Harmiatun, dkk: Fenologi Pembungaan pada Tanaman Wijaya Kusuma (Ephiphylum oxypetalum) pembungaan. Kecukupan cahaya hingga bunga mekar sempurna matahari berhubungan dengan tingkat dibutuhkan sekitar 9 hari. Pada hari fotosintesis sebagai sumber energi bagi pertama hanya terlihat tangkai bunga proses sedangkan dengan panjang 0,2 cm. Pertumbuhan kecukupan unsur hara dalam tanah tangkai bunga terus terjadi hingga hari berhubungan ketersediaan kedua dengan panjang 0,3 cm. Pada suplai energi dan bahan pembangun hari ketiga pada tangkai bunga sudah bagi muncul kuntum bunga dengan panjang pembungaan, dengan proses pembentukan dan perkembangan bunga. Walaupun tangkai. tidak mengukur bunga Waktu untuk yang dibutuhkan mekar sempurna secara langsung, namun bisa diamati bervariasi pada setiap jenis tumbuhan bahwa tanaman di lokasi pinggir dan seperti pada Averrhoa dolichocarpa tengah bawah memperoleh cahaya selama 16-20 hari (Manguna et al., matahari lebih sedikit dibandingkan di 2013), 47-49 hari pada Paphiopedilum lokasi pinggir atas dan pinggir atas glaucophyllum (Yulia, 2007) jarang karena di dua lokasi bawah Bunga Wijaya kusuma mekar tersebut pohon dewasa saling menutup sempurna pada tengah malam dan satu sama lain, sementara di dua lokasi hanya bertahan 1-2 jam saja, setelah atas, mampu itu bunga akan layu yang terlihat dari menembus area diantara pohon-pohon makin kecilnya ukuran kuntum bunga. yang ada. Pada beberapa tanaman penyerbukan intensitas Hasil cahaya pengamatan fenologi dapat terjadi saat bunga mekar perbungaan Wijaya kusuma dimulai sempurna maupun pada saat bunga dari muncul tangkai bunga pada masih kuncup. Pada bunga yang philokladia. Tangkai penyerbukannya bunga mulai pada saat bunga muncul setelah berumur 2 bulan. kuncup sering terjadi penyerbukan Bunga yang terbentuk merupakan sendiri yaitu benang sari menyerbuki bunga tunggal yaitu hanya ada satu kepala putik pada bunga yang sama. bunga yang muncul dari tangkai Pada berbagai tumbuhan penyerbukan bunga. Munculnya sendiri tangkai bunga sering inkompatibel yang 191 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016 mengakibatkan pembuahan tidak Pengamatan pada fenologi berjalan dengan baik. Hal tersebut juga pembungaan diduga pada Wijaya kusuma bahwa sangat benang sarinya inkompatibel terhadap perkembangan putik yang mengakibatkan bunga tidak konservasi sistem pembuahan dan ada yang berkembang menjadi buah. fertilisasi sehingga keragaman genetik Kegagalan penyerbukan pada Wijaya populasi dapat dipertahankan (Kukade kusuma juga disebabkan pendeknya dan waktu polinasi merupakan dua hal penting bunga mengakibatkan mekar yang terbatasnya waktu poliator untuk berkunjung. Hal lain juga yang diduga dan merupakan hal penting untuk Tidke, menentukan buah 2013). reproduksi yang dan biji, Fenologi biologi dan tanaman (Rathcke dan Lacey, 1985). gagalnya Fenologi adalah ilmu tentang penyerbukan pada Wijaya Kusuma periode fase-fase yang terjadi secara karena polinator khusunya serangga alami pada tumbuhan. Berlangsungnya sangat sedikit yang beraktivitas pada fase-fase tersebut sangat dipengaruhi malam hari. oleh keadaan lingkungan sekitar, Rendahnya pembentukan buah seperti lamanya penyinaran, suhu dan pada berbagai tanaman disebabkan kelembaban udara (Fewless, 2006). oleh Fenologi terbatasnya jumlah perbungaan suatu jenis polinator/hewan penyerbuk (Tremblay tumbuhan adalah salah satu karakter et al., 2005), atau adanya self- penting dalam siklus hidup tumbuhan incompatibility (tidak dapat melakukan karena pada fase itu terjadi proses awal penyebukan sendiri) sehingga tanaman bagi perlu dilakukan penyerbukan silang berkembang biak (Yulia, 2007). Ini (Marshall dan Folsom, 1991). Pada biasanya berbgai tanaman yang inkompatibel pendekatan dengan pengamatan umur akan terjadi kerontokan bunga setelah bunga, pembentukan biji dan saat terjadi pembuahan dalam hal ini panen. Biasanya dilakukan melalui mengakibatkan pendekatan dengan pengamatan umur buah tidak dapat suatu tumbuhan dilakukan untuk melalui berkembang dengan baik. 192 Yovita Harmiatun, dkk: Fenologi Pembungaan pada Tanaman Wijaya Kusuma (Ephiphylum oxypetalum) bunga, pembentukan biji dan saat banyak angin pembungaan muncul panen. pada minggu ke 8-16. 2. Calon bunga pada tanaman Wijaya KESIMPULAN 1. Fenologi pembungaan pada kusuma memiliki waktu sekitar 9 tanaman Wijaya kusuma sangat hari untuk bunga mekar sempurna dipengarui oleh cahaya dan angin. dengan waktu mekar hanya sekitar Tanaman Wijaya kusuma yang 1-2 diletakkan ditempat terang dan sedangkan pada hari ke 13 bunga jam pada tengah malam, akan rontok. DAFTAR PUSTAKA Burczyk, J and Prat, D. 1997. Male reproductive success in Pseudotsuga menziesii (Mirb.) Franco: the effects of spatial structure and flowering characteristics. Heredity 79: 638647. Dandekar, R. B. Fegade and VH. Bhaskar. 2015. GC-MS analysis of phytoconstituents in alcohol extract of Epiphyllum oxypetalum leaves. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 4(1): 149-154. Deciyanto S. 1988. Fluktuasi populasi hama bunga lada (Diconocoris hewetti Dist.) dan hubungannya dengan kerusakan bunga, musim pembungaan serta curah hujan di Bangka. Pembr. Littri. 15(1-2): 1217. Dressler, RL. 1981. The Orchids Natural History and Classification. Cambridge. Harvard University Press. Fewless, G. 2006. Phenology. hhtp://www.uwgb.edu/biodiversity/ phenology/index.htm. (Diakses Juni 2016). Kukade, SA and J. Tidke. 2013. Studies on pollination and reproductive biology of Pongamia pinnata L. (Fabaceae). Indian J. Fundam. Appl. Life Sci. 3(1):149155. Laba, IW. Rauf, A. Kartosuwondo, U. Soehardjan, M. 2008. Fenologi pembungaan dan kelimpahan populasi Kepik diconocoris hewetti (dist.) (hemiptera: tingidae) pada pertanaman lada. Jurnal Littri. 14(2): 43- 53. Lovelless, D. Marylin, Grogan, and James. 2006. Flowering Phenology, Flowering Neighborhood, and Fruiting in Swietenia macrophylla, Big- Leaf Mahagony, in Southern Para, Brazil. http: //www.2006.botanyconference.org/ engine/search/index.php?func=detai l&aid=442. (Diakses 26 Mei 2016). Mangunah, IQ dan IP. Astuti. 2013. Fenologi dan dinamika kandungan klorofil pada pembungaan dua spesies belimbing hutan (Averrhoa dolicharpa dan Averrhoa 193 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016 leucopetala) Buletin Kebun Raya 16(2):101-11. Marshall, DL and MW. Folsom. 1991. Mate choice in plants: an anatomical to population perspective. Annual Review of Ecology and Systematics. 22:37-63. Nurtjahjaningsih, ILG. P. Sulistyawati, AYPBC. Widyatmoko A. Rimbawanto. 2012. Karakteristik pembungaan dan sistem perkawinan Nyamplung (Calophyllum inophyllum) pada Hutan Tanaman di Watusipat, Gunung Kidul. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 6(2): 65- 80. Rathcke, B and EP. Lacey. 1985. Phenological patterns of terrestrial plants. Annu Rev Ecol Syst 16: 179214. Sitompul, SM dan B. Guritno. 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Tabla, VP dan CF. Vargas. 2004. Phenology and phenotypic natural selection on the flowering time of a deceit-pollinated tropical orchid, Myrmecophila christinae. Annals of Botany. 94(2): 243- 250. Tremblay, RL. JD. Ackerman. JK. Zimmerman and R. Calvo. 2005. Variation in sexual reproduction in orchids and its evolutionary consequences: a spasmodic journey to diversification. The Biological Journal of the Linnean Society. 84: 1-54. Tremblay, RL and JD. Ackerman. 2003. The genetic structure or orchid populations and its evolutionary importance. Lankersteriana. 7: 87-92. Upendra, RS and P. Khandelwal. 2012. Assessment of Nutritive Values, Phytochemical constituents and biotherapeutic potentials of Epiphyllum Oxypetalum. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 4(5): 1-5. Utami, NW. 2008. Fekunditas Brucea javanica (L) Merr. di Kawasan Wisata Ilmiah Cimanggu, Bogor. Majalah Obat Tradisional. 13(45): 101-106. Yulia, N.D. 2007. Kajian fenologi fase pembungaan dan pembuahan Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Sm. var. Glaucophyllum. Biodiversitas. 8(1): 8-62. 194