BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Mata Pelajaran Bahasa Inggris 1. Mata Pelajaran Bahasa Inggris Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan atau menghasilkan teks lisan dan atau tulisan yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. Pendidikan Bahasa Inggris pada jenjang pendidkan SD identik dengan mengajari seorang bayi bahasa ibu. Dimana secara umum anak-anak kita di sekolah dasar belum mengenal Bahasa Inggris, sehingga hal itu akan berdampak pada pola pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD yang lebih bersifat pengenalan. Sehingga diusahakan sedapat mungkin agar tercapai apa 18 19 yang disebut “kesan pertama yang mengesankan” yang selanjutnya sebagai motivasi bagi mereka untuk mengeksplorasi wawasan berbahasa inggris pada tataran lebih lanjut. Bahasa Inggris sama halnya dengan Bahasa Indonesia adalah merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yaitu sistemik, manasuka, ujar, manusisawi dan komunikatif. Disebut sistemik karena bahasa merupakan sebuah sistem terdiri dari sistem bunyi dan sistem makna. Manasuka karena antara makna dan bunyi tidak ada hubungan logis. Disebut ujaran karena dalam bahasa yang terpenting adalah bunyi, karena walaupun ada yang ditemukan dalam media tulisan tapi pada akhirnya dibaca dan menimbulkan bunyi. Disebut manusiawi karena bahasa ada jika manusia ada dan masih memerlukannya. Dalam pengenalan Bahasa Inggris untuk siswa pengguna bahasa ibu bahasa Indonesia, kita hendaknya menganggap siswa tersebut seorang bayi yang baru akan belajar bahasa. Kita tidak bisa memulai pengenalan belajar bahasa dengan cara menghafalkan kata dan arti, mengenalkan tensis, dan yang lainnya seperti kita belajar waktu di bangku SMA. Banyak sekali buku-buku pelajaran Bahasa Inggris untuk SD yang ditulis dengan gaya seperti itu. Pola pembelajaran Bahasa Inggris dengan tingkat pengenalan sedapat mungkin diciptakan suasana bahwa di ruangan itu adalah ruangan yang segala bentuk tampilan berbahasa menggunakan Bahasa Inggris.1 1 Ihcsan, Baliteacher, Metode Pembelajaran Bahasa Inggris (Bandung: 2 Maret 2011) http://baliteacher.blogspot.com/2010/02/metode-pembelajaran-bahasa-inggris-sd.html. 20 2. Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Inggris Mempelajari Bahasa Inggris sangatlah penting bahkan bisa dikatakan wajib terutama pada anak usia dini. Ini dikarenakan Bahasa Inggris adalah bahasa internasionl. Alasan kedua adalah dengan menguasai Bahasa Inggris maka orang dengan mudah masuk dan dapat mengakses dunia informasi dan teknologi. Dengan pengenalan Bahasa Inggris di Sekolah Dasar maka mereka mempunyai pengetahuan dasar yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah b. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.2 2 Ichsan, Download File Standar Kompetensi Mata Pelajaran (Jakarta: 2 Maret 2011) http://tunaspendidikan.blogspot.com/2009/07/standar-kompetensi-bhs-inggris-sdmi.html. 21 Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang dibahas adalah tentang Kompetensi Membaca (Reading) yakni pada materi memahami bacaan dalam bahasa inggris di Kelas IVA MINU Ngingas Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus. Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiakannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas (I,II dan III) yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf 22 dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD. Di samping keterampilan decoding, pembaca juga harus memiliki keterampilan memahami makna (meaning). Pemahaman makna berlangsung melalui berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman literal sampai kepada pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif. Sedangkan Klein, mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) Membaca merupakan suatu proses, (2) Membaca adalah strategis, dan (3) Membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimilki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca juga merupakan strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang 23 dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.3 Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktiviats mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan. Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi bacaan, tujuan semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai oleh anak-anak, terutama pada saat awal belajar membaca. Banyak anak yang dapat membaca secara lancar suatu bahan bacaan tetapi tidak memahami isi bahan bacaan tersebut. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca bukan hanya terkait erat dengan kematangan gerak motorik mata tetapi juga tahap perkembangan kognitif. Mempersiapkan anak untuk belajar membaca merupakan suatu proses yang panjang. Hornsby, menganjurkan agar ibu sudah mulai bercakapcakap dengan bayi dilahirkan. Seorang ibu hendaknya juga harus menjelaskan segala yang dilakukan bersama anak, karena menurut Hornsby anak baru memahami suatu kata setelah sekitar 500 kali anak memdengarkan kata 3 Farida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 12. 24 tersebut. Dengan demikian, proses mempersiapkan anak untuk belajar membaca harus dimulai sejak bayi dilahirkan. Dari uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa hakikat membaca adalah memahami isi bacaan, ada tahapan-tahapan kemampuan membaca yang perlu dilaui. Dengan memahami adanya tahapan-tahapan kemampuan membaca tersebut maka guru diharapkan dapat menyesuaikan tujuan-tujuan pembelajaran dengan tahapan kemampuan belajar membaca tersebut.4 Komponen Kegiatan Membaca Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses dan produk. Proses membaca mencakup sembilan aspek untuk menghasilkan produk. Proses Membaca yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Menurut Burns dkk, proses membaca terdiri atas sembilan aspek yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap dan gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatan. grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan. 4 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 199-203. 25 Kegiatan berikutnya adalah tindakan perseptual, yaitu aktivitas mengenal suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anakanak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosakata dan konsep yang mereka hadapi dalam membaca dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pengalaman terbatas. Membaca merupakan proses berfikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental. Peningkatan kemampuan berfikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru SD dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang siswa berfikir, seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana. Jadi pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan jawaban berupa fakta. Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek asosiasi dalam membaca.Anak-anak belajar 26 menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi bahasa dan makna. Tanpa kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa tidak mungkin dapat memahami teks. Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaram membaca (sesuai dengan minatnya), dan menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca. Aspek kesembilan ialah aspek pemberian gagasan. Aspek gagasan dimulai dengan penggunaan sensori dan perseptual dengan latar belakang pengalaman dan tanggapan afektif serta membangun makna teks yang dibacanya secara pribadi. Makna dibangun berdasarkan pada teks yang dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui dalam teks. Teks tersebut ditransformasikan oleh pembaca dari informasi yang diambil dari teks. Pembaca dengan latar belakang pengalaman yang berbeda dan reaksi afektif yang berbeda akan menghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama. Produk Membaca Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipengaruhi oleh seluruh aspek proses membaca. 27 Pemahaman terhadap bacaan sangat bergantung pada semua aspek yang terlibat dalam proses membaca. Di samping kemampuan yang dituntut dalam melaksanakan kegiatan, berbagai aspek proses membaca pun harus dipenuhi oleh pembaca. Aspek kesembilan (aspek gagasan) akan diperoleh apabila aspek-aspek proses membaca yang lain telah bekerja secara harmonis. Agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut. Oleh sebab itu, guru-guru SD memegang peranan penting dalam membimbing para siswa agar mereka mampu menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut dengan baik. Tujuan Membaca Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yangtidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri. Manfaat Membaca Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Tanda-tanda jalan mengarahkan orang yang berpergian sampai pada tujuannnya, menginformasikan pengemudi mengenai bahaya di jalan, dan 28 mengingatkan aturan-aturan lalu lintas. Pengusaha catering tidak perlu harus pergi ke pasar untuk mengetahui harga bahan-bahan yang akan di butuhkan. Dia cukup membaca surat kabar untuk mendapatkan informasi tersebut. Kemudian dia bisa merencanakan apa saja yang harus dibelinya disesuaikan dengan informasi tentang bahan-bahan yang dibutuhkannya. Di samping itu kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu judul buku dan berjuta koran diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswasiswanya. Walaupun tidak semua informasi dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kita tentu perlu dibaca. Prinsip-prinsip Memahami Bacaan Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca. Prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling mempengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman c. Guru membaca yang professional (unggul) mempengaruhi belajar siswa 29 d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahamn membaca h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman i. Strategi dan keterampilan membaca bisa di ajarkan j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman B. Hakikat Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli. 30 Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Slameto, bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Winkel, mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar 31 merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurur Arif Gunarso mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Hasil belajar adalah menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.5 Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.6 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. 5 Farida Rahim, Ade Sanjaya, Prestasi Belajar (Bandung: 7 Maret 2011). http://adesanjaya.blogspot.com/2011/02/prestasi-belajar.html 6 32 a. Faktor dari dalam diri siswa (Intern) Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/ intelegensi, bakat, minat dan motivasi. 1) Kecerdasan/ intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.” 2) Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa “bakat dalam hal 33 ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidangbidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut. 3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Dengan ini jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap 34 sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. 35 4) Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) Motivasi instrinsik dan (b) Motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif. 36 b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalamanpengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. 1) Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembagalembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. 37 Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. 2) Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. 3) Lingkungan Masyarakat Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak 38 akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. C. Hakikat Strategi Pembelajaran Inkuiri 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri Adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk menemukan jawabannya sendiri dari suatu masalah. Proses ini biasanya dilakukan dengan tanya jawab antara guru dan siswa.7 Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan srtategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Pembelajaran Inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relativ singkat. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia., manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra 7 Tim Konsorsium 7 PTAI, Perencanaan Pembelajaran (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2009), 6. 39 pengeacapan, pendengaran, penglihatan dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfully) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah Strategi Inkuiri dikembangkan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi penbelajaran inkuiri: Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Ketiga, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai mata pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan ketrampilan yang dimilikinya. 2. Langkah – Langkah Pelaksanaan SPI Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 40 a. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan srategi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. c. Mengajukan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji 41 kebenarannya.Hipotesis yang digunakan bukanlah hipotesis biasa, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis. d. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, 42 menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan. f. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.8 3. Keunggulan dan Kelemahan SPI a. Keunggulan 1. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. 2. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sendiri dengan cara belajar mereka 8 Tim Konsorsium 3 PTAI, Strategi Pembealajaran (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2009), 60. 43 3. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, artinya siswa yang memilki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. b. Kelemahan Di samping memilki keunggulan, SPI juga mempunyai kelemahan, diantaranya : 1. Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar 3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan 4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit di implementasikan oleh setiap guru.9 9 Tim Konsorsium 7 PTAI, Strategi, 62. 44 5. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. 6. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah lama dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.10 D. Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri dalam Peningkatan Prestasi Mata Pelajaran Bahasa Inggris Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri dalam materi Reading terutama pada materi memahami bacaan dalam Bahasa Inggris adalah berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek disamping sebagai obyek pengajaran (belajar). Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Maka proses pengajaran harus dipandang sebagai stimulus/ rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat/partisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pembelajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru. Ada 5 tahap yang harus ditempuh : 1. 10 Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1997), 202. 45 2. Penetapan jawaban sementara/ pengajuan hipotesis 3. Peserta didik mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab/ memecahkan masalah menguji hipotesis 4. Menarik kesimpulan jawaban/ generalisasi 5. Aplikasi kesimpulan/ generalisasi dalam situasi baru Sesuai dengan langkah – langkah Strategi Pembelajatran Inkuiri yang telah dijelaskan diatas, guru menerapkannya pada pembelajaran memahami bacaan Bahasa Inggris materi (Reading) kelas IVA dengan Ilustrasinya sebagai berikut: 46 Bagan 2.1 Proses Strategi Pembelajaran Inkuiri PROSES STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI Guru memilih tingkah laku (tujuan) Guru bertanya yang dapat memancing pendapat peserta didik Peserta didik majukan hipotesis untuk dikaji/ dipelajari lebih lanjut Individu/ kelompok peserta didik menjelajahi data/ informasi untuk menguji hipotesis Peserta didik tidak cari informasi untuk menguji hipotesis Peserta didik menarik kesimpulan Guru mendorong peserta didik mencari data/ informasi INKUIRI Peserta didik menidentifikasi jawaban/ menarik kesimpulan 47 Urutan Pembelajaran Tersebut adalah: 1. Kegiatan Pendahuluan Guru merangsang siswa agar mau berfikir kritis memecahkan masalah, membagi kelompok kecil dengan cara berhitung dalam Bahasa Inggris. Kemudian guru menyajikan materi reading yang berjudul “The School” dan siswa di ajak untuk berfikir tentang maksud dari bacaan tersebut. 2. Kegiatan Inti Bersama guru siswa mencari jawaban sementara tentang maksud bacaan tersebut, tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data yang dianggap penting untuk dapat mencari jawaban yang pasti. Dalam hal ini siswa di ajak menghafalkan vocabulary (kosakata) yang ada dalam bacaan dengan masingmasing kelompok menggunakan metode Card Sort dengan tujuan agar siswa lebih cepat faham dan senang dengan pembelajaran yang menyenangkan. Kemudian masing-masing kelompok diberikan tugas untuk memahami bacaan dengan cara menerjemahkan kedalam Bahasa Indonesia. Setelah selesai masing-masing perwakilan kelompok mmempresentasikan kedepan kelas hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain mendengarkan. Hasil presentasi setiap kelompok tadi dibandingkan dengan jawaban sementara guna dicari kebenarannya. Langkah akhir adalah Merumuskan Kesimpulan dengan bimbingan guru untuk menentukan maksud sebenarnya dan jawaban yang relevan dalam bacaan berjudul “The School”. 48 3. Kegiatan Akhir Siswa dipersilahkan untuk berpisah dengan kelompoknya dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Guru memberikan soal berupa pertanyaan dalam bentuk Tes Tulis yang berhubungan dengan bacaan untuk dikerjakan secara individu sekaligus untuk menguji sejauh mana keberhasilan siswa dalam pembelajaran.