Aktualisasi Nilai Demokrasi dan HAM Dalam Pengelolaan

advertisement
Aktualisasi Nilai Demokrasi dan HAM Dalam
Pengelolaan Pendidikan dan Pengajaran
Oleh: H. Karyono Ibnu Ahrnad
ABSTRAK
Selama ini demokrasi tampaknya dipersepsikan secara keliru
bahkan dianggap sebagai lahan subur untuk kebebasan berdemokrasi yang mengakibatkan adanya sikap dan ekspresi sebagian
masyarakat untuk melakukan rindakan kekerasan, intimidasi,
pemaksaan kehendak dari kelompok tertentu terhadap kelompok
yang lain.
Apabila dipahami secara baik, sebenarnya demokrasi adalah
jembaran menuju perbaikan sistem dan nilai-nilai bahkan sebagai
pendewasaan untuk menjadi warga negara yang baik. Tentunya
tujuan akhir dari semua itu adalah terciptanya masyarakat madani
yanga mampu berbesar hati, menjalin kerjasama dengan kelompok
masyarakat yang lain dan yang lebih terpenting lagi mengkonstruksikan pemikiran dan tekad untuk menegakkan kesadaran bermental demokrasi. Oleh sebab itu, pendidikan demokrasi untuk
masyarakat dituntut secara mutlak bahkan dipandang sebagai
kebutuhan pokok manusia.
Dalam tulisan ini ada beberapa unsur yang diperlukan untuk
membentuk masyarakat menjadi masyarakat madani: pertama,
adanya kebebasan intelektual dan otonomi pendidikan. Kedua,
adalah kebebasan untuk bersaing (self realization) artinya setiap
anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Kedga, kepatuhan spiritual dan moral. Keempat,
pendidikan yang mengakui hak untuk berbeda (the right to be
different). Kelima, adalah sikap optimis terhadap kemampuan
manusia untuk membina masyarakat yang lebih baik di masa
sekarang dan di masa depan yang selanjutnya sebagai khalifah
bertugas untuk membentuk manusia berjiwa krearif, inovatif dan
komunikatif dengan Ungkungan-
H. Karyono Ibnu Ahmad | Aktualisasi Nilai Demokrasi dan HAM ... | 15
Proses pendidikan dan utama proses di kelas, harus didasarkan pada proses demokrasi pendidikan dengan diorientasi pada
pembaruan kultur dan norma keberadaan yang didasarkan pada
nilai-nilai ilahiyah serta nilai-nilai insaniyah. Apabila lembagalembaga pendidikan yang memasung perkembangan intelektual,
kemampuan bersaing, kepatuhan pada spiritualisme dan moral, hakhak untuk berbeda, "akan benentangan secara diametral dengan
tuntutan masyarakat madani" yang dicita-citakan bangsa Indonesia.
Kata-kata kunci; Demokrasi, Pendidikan, Masyarakat Madani.
A. Pendahuluan
Sesuai dengan tujuan Negara
Kesaman Republik Indonesia yang
tercermin dalam alenia keempat
Pembukaan UUD 1945, Pasal 31
ayat (1), menetapkan bahwa tiaptiap Warga negara berhak mendaparkan pengajaran. Pada ayat
(2) dalam pasal tersebut, mewajibkan Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional yang
diatur oleh undang-undang.
Sisrem pendidikan Nasional diatur dalam Undang-Undang Rl.
Nomor 20 tahun 2003, menetapkan bahwa penyelenggaraan
pendidikan dilaksanakan melalui
tigajalur yaitu pendidikan formal,
non formal dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah
jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan
Pendidikan non formal adalah
jalur pendidikan diluar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan dan lingkungan.
Pelaksanaan Undang-Undang
ini terdapar dalam Peraturan
Pemerintah nomor 27,28,29,
tahun 1990 dan Peraturan
Pemerintah nomor 60 tahun 1999,
masing-masing tentang pendidikan pra sekolah, pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Peraturan
Pemerintah tersebut juga menetapkan wajib belajar 9 tahun
secara bertahap.
Akhir-akhir ini demokrasi
sering dipahami dalam konteks
yang salah sehingga kebebasan
berdemokrasi sering diartikan
dengan kebebasan berdemokrasi,
sehingga yang terjadi adalah
pemaksaan kehendak dengan
menengah dan pendidikan tinggi. tekanan kekerasan dari kelompok
16 ( HIMMAH Vol.VI No. 17 September - Desember 2005
tertentu terhadap seseorang atau
kelompok lain. Padahal demokrasi
yang sejati memerlukan warga
negara yang baik. Demokrasi tidak
hanya m e m e r l u k a n h u k u m ,
lembaga, atau peraturan yang
mantap, tetapi yang lebih penting
dalam masyarakat demokrasi
adalah memiliki kebesaran hati
mau, bekerjasama dengan
kelompok lain untuk mencapai
t u j u a n demi kesejahteraan
bersama, atau mampu mengkombinasikan semangat untuk
menegakkan pendiriannya dengan
suaru kesadaran bahwa seseorang
tidak dapat mewujudkan semua
yang diinginkannya. Untuk men-
menerapkan pada pemikiran
politik. Melaksanakan demokrasi
pendidikan berarti melibatkan
usaha yang lebih luas untuk
mencapai dan mengerti teka-reki
rahasia dari perbedaan-perbedaan
individual ataupun kelompok
u n t u k m e n d a p a t k a n sistem
pendidikan dan kecakapan dalam
memilih sesuai dengan kepribadian mereka sendiri (Ali. 1990:
180).
Demokrasi pada dasarnya
ialah penghormatan pada nilainilai kemanusiaan, tanpa penerapan nilai demokrasi, perkembangan
kreativitas tidak mungkin menjadi
sumber bagi peningkatan hidup
didik warga negara yang baik, manusia. Demokratisasi sebagai
pendidikan demokratis mutlak dibutuhkan. Pendidikan demokratis
bertujuan mempersiapkan warga
masyarakat agar mampu berpikir
kritis dan bertindak demokratis
(Zamroni, 2001:15-17).
B. Dcmokratitasi Pendidikan di Indonesia
Demokrasi dalam pendidikan
adalah suatu ide yang lebih luas
yang didasarkan atas kepercayaan
bahwa didalam diri manusia dari
segala strata sosial terdapat
berbagai potensi yang siap untuk
dikembangkan. Sebab melaksanakan demokrasi dalam pendidikan
kurang lebih sama dengan
proses pendidikan mempunyai
dampak yang sangat besar dalam
proses perencanaan dan manajemen pendidikan. Di dalam bidang
ini dituntut suatu peralihan dari
perencanaan dan manajemen
pendidikan yang birokratis ke arah
perencanaan manajemen terbuka
dan fleksibel.
Perubahan orientasi perencanaan manajemen pendidikan
dan pendekatan birokratis dan
sentralistis ke pendekatan yang
demokratis akan mengubah pola
metodologi dan perencanaan
manajemen pendidikan. Dalam
proses perencanaan dan manajemen yang berdasarkan prinsip-
H. Karyono Ibnu Ahmad [ Aktualisasi Nilai Demokrasi dan HAM ... | 17
prinsip demokratis dan peningkatan mutu pendidikan, maka
proses perencanaan akan dititikberatkan berdasarkan manajemen
sumber-sumber pendidikan. Inilah
proses perencanaan dan manajemen pendidikan yang humanisuk,
yang menjadikan manusia Indonesia sebagai titik tolaknya (Tilaar,
1992:56).
Demokrasi pendidikan pada
dasarnya dapat dilihat dalam
dilihat dalam dua sudut pandang,
pertama, demokrasi secara horizontal, bahwa setiap anak harus
mendapat kesempatan yang sama
untuk menikmati pendidikan di
sekolah. Di Indonesia hal ini jelas
sekali tercermin pada UUD1945
pasal 31 ayat 1 yaitu "tiap-tiap
warga negara mendapat pengajaran". Kedua, demokrasi secara verrikal, bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk
mencapai tingkat pendidikan
sekolah setinggi-tingginya, sesuai
dengan kemampuannya (Hasbullah, 2001:241).
Demokrasi di sekolah dan
dalam masyarakat harus didukung
secara berkelanjutan agar pendidikan nasional dapat diselenggarakan secara demokratis untuk
semua warga negara Indonesia.
Demokratisasi pendidikan merupakan upaya yang memungkinkan
warga negara memperoleh layan-
an pendidikan sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Dengan
demikian, pemerintah ridak boleh
mengesampingkan antara sekolah
negeri dengan sekolah swasta,
arau antara pendidikan di pusat
kota dengan pendidikan di pelosok
desa; Pelaksanaan pendidikan
harus mengikuti runtutan lokal
nasional maupun internasional,
sehingga pendidikan nasional
dapat menuju kepada kemandirian, keunggulan untuk meraih
kemajuan dan k e m a k m u r a n
berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
Terlaksananya demokrasi dalam pendidikan, guru dan murid
merupakan subjek utama bagi
proses demokratis asi pendidikan
di sekolah. Karena sekolah sebagai
sarana dalam mengembangkan
sikap demokrasi, maka kebebasan
berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, kemampuan
hidup bersama dan keterlibatan
siswa dalam berbagai kegiatan
perlu diperhatikan oleh sekolah
(terutama sekali dengan diberlakukannya Undang-Undang sistem
Pendidikan Nasional Pasal 13 ayat
1 yang memberikan kebebasan
mendapatkan pendidikan agama
kepada setiap peserta didik sesuai
dengan agama yang dianut dan
diajarkan oleh pendidik yang
seagama).
18 | HIMMAH Vol. VI No. 17 September - Desember 2005
Penerapan pendidikan demokratis sangat penring bagi bangsa
Indonesia karena pendidikan
demokrasi akan menumbuhkan
semangat kebersamaan di sekolah.
Dengan demikian pemaksaan
dalam proses pembelajaran tidak
boleh ditoleransi. Berkaitan
dengan proses pembelajaran
(learning process), sekolah demokraris harus dapat memberikan
keseimbangan antara kewajiban
belajar dan hak belajar kepada
siswa, meskipun dalam banyak hal
harus menerapkan berbagai
metode untuk menggali kemampuan siswa-siswi.
Pendidikan demokratis pada
dasarnya sudah menjadi keniscayaan yang harus disikapi secara
positif oleh semua komponen yang
terlihat didalamnya, terutama
pemerintah, para pakar pendidikan, dan semua unsur yang
mendukung terlaksananya pendidikan, karena bagaimanapun
sebagai sebuah sistem, pendidikan
harus melibatkan semua pihak.
Dengan demikian, pendidikan
demokratis akan melahirkan
generasi masa depan yang cerdas.
Disini perlu dipahami bahwa
pendidikan demokrasi tidak
terpaku pada pola tertentu, dalam
pengertian bahwa prinsip demokrasi perlu ditanamkan sedini
mungkin, seperti kebebasan dalam
berdialog, membangun tradisi
ilmiah. Tanpa memperharikan
unsur-unsur tersebutjangan harap
bahwa insritusi pendidikan bisa
menghasilkan generasi yang
mandiri, cerdas, dan demokratis
(Maarif,2001:VII-X).
C. Aktualisasi Nilai Demokrasi dan HAM Dalam
Pengelolaan Pendidikan
dan Pengajaran
Demokrasi pendidikan merupakan pendidikan hati nurani,
artinya pendidikan yang lebih
menghargai hak azasi manusia
(HAM) dikatakan lebih humanis,
beradab dan sesuai dengan citacita masyarakat Madani. Melalui
demokratisasi pendidikan akan
terjadi proses kesetaraan antara
pendidikan dan peserta didik
didalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian, dalam proses
pendidikan, perlu dikembangkan
komunikasi struktural dan kuluiral
antara pendidik dengan peserta
didik, sehingga akan terjadi
interaksi yang sehat, wajar, dan
bertanggung jawab. Peserta didik
ditantang menguji pikirannya dan
argumentasi-argumentasi yang
rasional dan jika mungkin berdasarkan hasil penelirian dan
referensi yang kuat. Dalam suasana proses belajar mengajar yang
demokratis, pendidik tidak harus
20 ( HIMMAH Vol.VI No. 17 September - Desember 2005
Pertama, kebebasan inteiekkan dengan kemerdekaan bertual dan ekonomi pendidikan; kependapat, yang dalam konsep
dua hal ini dapat dijelaskan, sebaIslam tercermin dalam ajaran
gai berikut:
ijtihad
1) Kebebasan Intelektual, "diper- 2) Otonomi pendidikan, otonomi
lukan karena suatu masyarakat
merupakan hak atau kewedemokratis adalah masyarakat
nangan yang diberikan oleh
yang menghargai akan kepihak yang berwenang atau pemampuan intelektual para
merintah kepada masyarakat,
anggotanya, baik untuk kehimpunan ataupun badan
pentingan dirinya sendiri mauresmi lain untuk menyelengpun untuk kesejahteraan magarakan fungsinya secara mansyarakatnya. Kebebasan intediri selama hal-hal tersebut
lektual merupakan syarat
tidak bertentangan dengan
utama didalam kemampuanperaturan-peraturan yang bernya untuk memformulasikan
laku secara urnum dalam
sistem nilai yang ingin dimasyarakat. Dasar hukumnya
wujudkannya demi untuk
adalah peraturan Pemerintah
kepentingan bersama
No. 61 tahun 1999 yang muncul bersamaan dengan ketenSekarang ini, sudah tiba saattzian otonomi daerah, sebenarnya "lembaga-lembaga pendinya mengandung hal-hal yang
dikan Islam sebagai institusi
positif, karena otonomi dapat
ilmiah mestinya bersifat otodiartikan sebagai suatu keanom, memiliki kebebasan akadaan yang independen, bebas
demik dalam mengemban visi
atau tidak terikat. Dengan dadan misinya dalam memesar
ini, maka lembaga-lembaga
lihara, melestarikan, mengempendidikan diberi kebebasan
bangkan ilmu pengetahuan
untuk melaksanakan mengedan teknologi, seni dan
lola pendidikan sesuai dengan
budaya, sehingga peserta didik
tujuan, misi dan visi pendidisebagai suatu produk menjadi
kannya dan kebutuhan masyahandal dalam penguasaan
rakat serta dapat dipertangilmu pengetahuan pendidikan
gungjawabkan kepada masyaIslam" dan mampu bersaing
rakat dan pemerintah.
dengan produk pendidikan
Otonomi pendidikan, dalam
lainnya. Konsep kebebasan
konteks perguruan tinggi,
intelektual atau dapat dikata-
H.KaryonolbnuAhmad | AktualisasiNilai Demokrasidan HAM.J 21
dapat dikaitkan dengan "kebebasan akademik", artinya sebuah institusi perguruan tinggi
bebas mengelola pendidikannya sendiri sesuai dengan
tuj'uan, misi dan visi pendidikan yang ingin dicapai. Bagi
perguruan tinggi negeri, seperti IAIN dan STAIN yang selama
itu masih bergantung pada
pemerintah harus dapat
melakukan perubahan manajemen secara mendasar. Artinya dengan adanya otonomi,
maka PTN hams dapat menjalankan sistem pendidikannya, secara mandiri dengan
tidak sepenuhnya bergantung
pada pemerintah. Sebab
"otonomi pendidikan dianggap
sebagai perubahan zaman
bahkan persiapan menuju era
globalisasi, pasar bebas" dan
masyarakat madani Indonesia
yang mau tidak mau harus
dimasuki. Intinya, otonomi
pendidikan memiliki tujuan
untuk mewujudkan sistem
pendidikan yang lebih baik
demi menghasilkan kualitas
lulusan atau sumber daya
manusia Indonesia yang
handal di era masyarakat
madani Indonesia. Dengan
adanya otonomi pendidikan,
dunia pendidikan dan khususnya perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan sistem
pendidikannya secara bebas
sesuai dengan tujuan, oleh
karena itu, sistem pengajaran,
kurikulum, metode dan ilmu
yang diberikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
tidak lagi sepenuhnya mengacu kepada ketentuan baku
dan tunggal yang ditetapkan
pemerintah tanpa memperharikan kebutuhan pemakai
lulusan. Dengan demikian diharapkan akan muncul kondisi
dunia akademis yang sehat
dengan kreativitas, daya kritis
dan daya konfetitif yang tinggi
dari peserta didik sehingga
dapat tercapai cita-cita untuk
menghasilkan mutu pendidikan yang baik.
Selain itu, dengan otonomi
pendidikan, perlu dibangun
komunikasi antara pemerintah, penyelenggara pendidikan, peserta didik dan
masyarakat. "pelanggan" yang
memiliki akses yang cukup
dalam penyelenggaraan pendidikan dan dalam perumusan
kebijakan-kebijakan pengelolaan pendidikan. Hal ini
penting, karena peserta didiklah (mahasiswa) yang nanti-
nya akan menerima hasil dari
kebijakan-kebijakan tersebut.
Kemudian masyarakat sebagai
22 | HIMMAH Vol. VI No. 17 September - Desember 2005
pemakai produk pendidikan
harus memiliki akses yang
cukup dalam penyelenggaraan. Masyarakat hams dilibatkan dalam perumusan
kebijakan-kebijakan yang
menyangkut produk atau
lulusan yang sesuai kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan
pasar, sehingga pengelolaan
sistem pendidikan yang menyangkut tujuan, misi dan visi,
materi dan kurikulum, metode
pembelajaran serta hasil yang
diinginkan disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat dan
pengguna lulusan
Kedua, kesempatan untuk
bersaing di dalam perwujudan diri
sendiri {self realization). Artinya
setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh pendidikan.
Setiap peserta didik tanpa didiskriminasikan dengan pertimbanganpertimbangan sosial, ekonomi,
gender, asal-usul, agama, diberikan kesempatan yang sama untuk
mewujudkan dirinya sendirinya
dan mengembangkan potensinya
untuk melaksanakan sesuatu yang
terbaik.
Peranan pendidikan sangat
sentral dalam upaya memberdayakan manusia, karena proses
pendidikan sebagai usaha untuk
mensosialisasikan nilai-nilai ke-
manusiaan (humanisasi) dengan
berusaha memberdayakan manusia memiliki kemampuan percaya
dirinya sendirinya, memahami
kemampuan diri sendiri, kemampuan orang lain, berusaha bersaing
secara sehat, memiliki sikap terbuka untuk menerima kritik dan
berbeda pendapat. Dengan berorientasi kepada persaingan yang
sehat, rasional dan keunggulan
serta keteladanan duswahtun
hasanah) dalam kehidupan masyarakat akan terbentuk manusia
dan masyarakat yang khayra
ummah (sebaik-baik ummah} (Qs.
3:10).
Ketiga, pendidikan yang
mengembangkan k e p a t u h a n
spritualisme dan moral kepada
kepentingan bersama dan bukan
kepada kepentingan sendiri atau
kelompok. Dalam kerangka pemikiran ini, tentu dibutuhkan pendidikan yang berwawasan nilai-nilai
(values) nomiatir ilahiyah dan
nilai-nilai moral. Pendidikan harus
berupaya memanusiakan manusia
dengan menekankan keharmonisan hubungan sesama manusia,
masyarakat dan lingkungannya.
Dalam pandangan Islam, manusia
adalah sentral sasaran ajarannya
dan proses pendidikan baik
manusia hubungannya dengan
Tuhannya, hubungan antara
sesama manusia dan antara
H. Karyono Ibnu Ahmad | Aktualisasi NNai Demokrasi dan HAM ... | 23
manusia dengan alam, tetapi yang
paling kompleks adalah hubungan
antara sesama manusia. Dalam
konteks ini, diperlukan pendidikan
yang membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang memfliki ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etika- moral, memiliki kemampuan keterampilan
profesional dalam upaya membangun tata kehidupan dunia
untuk kepentingan umat manusia
itu sendiri. Kepatuhan moral perlu
dikembangkan, karena dengan
kepatuhan itulah yang diperlukan
dan dapat mengikat seseorang
didalam kelompoknya, sebab apabila kepatuhan moral itu hilang,
masyarakat akan mengalami disintegrasi atau kekacauan dalam
hidupnya.
Konsep pendidikan Islam
harus dibangun dan bersumber
dan konsep ketuhanan (ilahiyah')
dan kemanusiaan dalam rangka
membangun moralitas dan akhlak
manusia yang anggun untuk dapat
mewujudkan kehidupan manusia
yang seimbang dan integratif
antara nilai-nilai ilahiyah, kemanusiaan (insaniyah) dan nilai-nilai
budaya. Tuntutan terhadap
pendidikan untuk mengembangkan kepatuhan spiritualisme
dan moral, berlaku untuk seluruh
personil dari pranata sosial
pendidikan. Hal ini berarti bahwa
tuntutan spiritualisme dan moral
tidak hanya berlaku bagi peserta
didik saja, tetapi lebih dari itu.
Artinya moralitas harus melekat
dalam kepemimpinan pendidikan,
apakah sebagai guru, administrator, manajer pendidikan, harus
bertindak sebagai model (uswah')
dalam pranata sosial pendidikan.
Oleh karena itu, upaya pengenalan
nilai-nilai ilahiyah, akhlak dan
"moral tidak harus terjadi secara
indoktrinasi, tetapi melalui proses
inkuiri dan penghayatan". Pr
pemberian contoh (uswah)/
intensif mengenai nilgy
ilahiyah dan nilai-nilai aknij
moral, sebab peranan p€i
sangat sentral dalam i
menanamkan dan memahamkan
nilai-nilai tersebut kepada peserta
didik. Proses pendidikan pada
hakikatnya bukan saja transfer of
knowledge atau transfer pengetahuan saja, melainkan juga harus
transfer of values atau transfer
nilai. Hal ini penting agar pendidikan tidak saja menghasilkan
manusia-manusia yang pandai dan
cerdas saja, tetapi manusiamanusia yang memiliki moral
anggun dan akhlakul karimah,
memiliki iman dan takwa.
Keempat, pendidikan yang
mengakui hak untuk berbeda (the
right to be different). Proses
pendidikan kita yang otoriter, baik
24 ( HIMMAH Vol. VI No. 17 September - Desember 2005
di dalam keluarga, lebih-lebih lagi
di dalam pendidikan formal tidak
memberikan peluang bagi pengambilan alternatifyanglain.
Perbedaan pendapat dan
pandangan itu sesuatu hal yang
wajar, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menyikapi perbedaan tersebut. Dalam
pandangan Islam dikatakan bahwa
"perbedaan" atau "berbeda pendapat" merupakan rahmat, asalkan
perbedaan tersebut disikapi, dieliminer dan diorganisir dengan
baik. Dalam aI-Qu'ran dikatakan
bahwa "serulah manusia ke jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan berdsikusi
dengan cara yang baffc"...(Qs. 16:
125). Kemudian, untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, yaitu
berupa kesepakatan bersama
(musyawarah) dan kemudian
bertawakkal kepada Allah (Qs. 3:
109). Pengakuan terhadap hak
berbeda pendapat dan pandangan
harus dibangun dan dikondisikan
melalui proses pendidikan dengan
cara peserta didik membiasakan
diri mengutarakan pendapat
walaupun berbeda dengan gurunya kemudian guru harus dapat
menyikapi perbedaan tersebut
dengan cara baik. Apabila nilainilai ini dapat diterapkan dalam
proses pendidikan, maka pendidikan dapat membangun suasana
yang demokratis, dialogis, dinamis, harmonis, untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan akan
berimplikasi dalam kehidupan di
masyarakat.
Dalam pandangan Islam, kedudukan manusia itu sama, yang
"membedakannya" adalah prestasi
dalam bentuk "ketakwaan" dan
"amal saleh", Atas dasar ini, pendidikan Islam harus dapat meletakkan kedudukan subyek didik itu
sama dengan segala "potensi perbedaan yang dimilildnya". Dan
menjadi sentral dalam upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran. dalam proses
pendidikan, harus mengakui hak
untuk berbeda dengan cara membangun suasana belajar yang
demokratis, dialogis dan tanpa ada
rasa segan, tenekan dan takut.
Kunci utama dari persoalan ini
adalah bagaimana pendidikan
mampu menghidupkan, membangun kebiasaan belajar pengajar
dengan menerapkan nilai-mlai
demokratis, dialogis, persaingan
sehat dan bermutu, mengakui hak
untuk berbeda yang dapat memicu
suasana dinamis peserta didik
tanpa merugikan tujuan pembelajaran, peserta didik, orang tua
dan masyarakat.
KeUma, percaya kepada kemampuan manusia untuk mem-
H. Karyono Ibnu Ahmad | Aktualisasi Nilai Demokrasi dan HAM... ( 25
bina masyarakat yang lebih baik
dimasa depan. Manusia sebagai
makhluk yang memiliki potensi
untuk mendidik dan dididik, maka
kepercayaan terhadap kemampuan untuk membangun masa
depan adalah hal yang waj'ar,
karena Allah juga memberikan
kepercayaan kepada manusia
sebagai khaiifahfil ardi. Untuk itu,
pendidikan sebagai sarana yang
dapar membangun rasa percaya
kepada kemampuan manusia, diharapkan dapat membentuk sikap
manusia yang kreatif, inovatif, dan
komunikatif dengan lingkungannya.
Dalam hal ini proses pendidikan harusjuga mempercayai dan
mengakomodasi kemampuan yang
dimiliki peserta didik, sehingga
dapat mempersiapkan mereka
dengan baik untuk menjadi
anggota masyarakat dengan
memiliki kemampuan akademik,
teknologi, keterampilan yang
unggul, profesional serta memiliki
akhlak dan moral yang anggun
untuk dapat menyelesaikan tugastugas dan kewaj'ibannya dengan
jalan menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, keterampilan, seni yang
dimiliki di lingkungannya dengan
didasarkan pada nilai-nilai
ilahiyah, akhlak dan moral yang
anggun.
Dari pandangan di atas, dapat
disimpulkan bahwa proses pendidikan dan utama proses di kelas,
harus didasarkan pada proses
demokrasi pendidikan dengan diorientasi pada pembaruan kultur
dan norma keberadaan yang didasarkan pada nilai-nilai ilahiyah
serta nilai-nilai insaniyah. Apabila
lembaga-lembaga pendidikan
yang memasung perkembangan
intelektual, kemampuan bersaing,
kepatuhan pada spiritualisme dan
moral, hak-hak untuk berbeda,
"akan bertentangan secara diametral dengan runtutan masyarakat
madam" yang dicita-dtakan bangsa Indonesia. Lembaga-lembaga
pendidikan sebagai strata sosial,
didalam membangun masyarakat
madani Indonesia haruslah didasarkan pada nilai-nilai ilahiyah
dan nilai-nilai insaniyah yang
integratif serta dijiwai oleh nilainilai demokrasi.
D. Hambatan Pelaksanaan
Demokrasi
Berbagai kendala dalam pelaksanaan demokrasi pendidikan di
sekolah sebagaimana diutarakan
oleh Paul Suparno (2001: 37-38),
yaitu:
1. Filsafat dan anggapan dasar
pendidikan yang masih menganggap anak didik sebagai
tabula rasa, yaitu kertas
26
HfMMAH Vol. VI No. 17 September - Desember 2005
kosong yang harus diisi oleh
pendidik,
Metode pengajaran yang
masih bertumpu pada konsep
hanking system,
Bahan pelajaran yang masih
banyak berasal dari buku atau
beberapa praktikum bidang
sains, kurang menggali dari
persoalan masyarakat,
Sikap guru yang indoktrinatif,
Suasana sekolah yang multikultural,
Kurikulum ditentukan oleh
pemerintah pusat yang tidak
memungkinkan siswa, guru,
sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk membicarakannya,
Kegiatan belajar siswa yang
berpusat di lingkungan
sekolah, tidak memanfaatkan
masyarakat diluar sekolah
sebagai tempat belajar anak
didik.
bebasan intelektual, bersaing yang
sehat dan rasional, spiritualisme
2.
dan moral, menghargai hak-hak
untuk berbeda, dan percaya
kepada kemampuan peserta didik
sebagai wujud dari demokrasi
3.
pendidikan. Karena "demokrasi
pendidikan adalah proses pendidikan dalam upaya mewujudkan
nilai-nilai demokrasi itu sendiri.
Sedangkan nilai-nilai demokrasi
4.
yang ingin dicapai bukan berada
5.
diluar aktivitas pendidikan, tetapi
6.
inheren didalam proses pendidikan" dengan demikian proses
pendidikan, harus dikembangkan
berdasarkan paradigma tersebut
diatas, yaitu pendekatan komunikatif, dialogis, kebebasan berpen7.
dapat dan bukan instruktif. Dalam
proses ini, tentu akan memberi
peluang yang banyak bagi peserta
didik dan pengajar untuk membiasakan dirinya mengutarakan
pendapat walaupun berbeda serta
mengembangkan rasa keinginE. Penutup
tahuan dan berbuat (beramal)
Lembaga-lembaga pendidikan, yang lebih banyak sebagai suatu
harus membangun suasana ke- prestasi dalam kehidupan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Hamdani, 1990, Filsa)'at Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fajar Dunia.
Depag RI, A; Qur'an Dan Terjemahannya.
H. Karyono Ibnu Ahmad | Aktualisasi Nilai Demokrasi dan HAM -1 27
Fajar, A. Malik, 1999, Reformasi Pendidikan Islam, Jakarta: Grarindo
Persada.
Maarif, Syafii, 2001, "Ketika Pendidikan tidak mengembangkan Kultur
Demokrasi", Dalam Pendidikan Untuk Demokrasi Tantangan
Menuju Civil Society, Yogyakarta: BIGRAF Publishing.
Sumarsono, dkk, 2005. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Tilaar, H.A.R, 1992, Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung:
Rosdakarya.
........ 1992, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madam Indonesia,
Strategi Reformasi Pendidikan Nasional, Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
........ 2000, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Cet Pertama, Jakana:
Renika Cipta.
Sanaky, Hujaid AH, 2003, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun
Masyarakat Madam Indonesia, Yogyakarta: Safria Insania Press.
Suparno, Paul, 2001 "Pendidikan Demokrasi", Dalam Problemarika
Manusia Indonesia Permasalahan Kemanusiaan Bangsa
Indonesia Zaman Sekarang, Yogyakarta: Universitas Sanata
Darma.
Tholhah, Imam, dkk., 2004, Membuka Jendela Pendidikan, Jakarta: Raja
Grarindo Persada.
Zamroni, 2001, Pendidikan Untuk Demokrasi, Yogyakarta:
Publising.
BIGRAF
Undang-undang R.I. No-30 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Download