Efek Residu Berbagai Macam Pengelolaan Sisa Tanaman Tebu dan Pemupukan N dan S Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Gula Tanaman Tebu Keprasan (Saccharum officinarum L.) 1 1 2 Nurhidayati , Anis Sholihah , Murdian Evan Hadiyono 1 Fakultas Pertanian, Universitas Islam Malang Jl. Mayjen Haryono No. 193, Malang 65144, 2 Alumni Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang alamat korespondensi :[email protected] Abstrak Pengelolaan residu dalam budidaya tanaman sangat penting untuk mempertahankan produktivitas tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek residu dari berbagai macam pengelolaan sisa tanaman tebu dan pemupukan N dan S yang berasal dari ammonium sulfat, urea dan gypsum terhadap pertumbuhan, hasil tebu dan gula pada tanaman keprasan. Penelitian ini merupakan percobaan pot di lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor I adalah dosis dan sumber pupuk N dan S (P) yang terdiri dari 4 taraf yaitu P1=ammonium sulfat 500 kg ha⁻¹ (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), P2=ammonium sulfat 700 kg.ha⁻¹ (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), P3=urea 225 kg ha⁻¹ + gypsum 1040 kg ha⁻¹ (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), P4=urea 312 kg ha⁻¹ + gypsum 1460 kg ha⁻¹ (140 N kg ha⁻¹ + 168 S kg ha⁻¹). Faktor II adalah macam pengelolaan residu yang terdiri dari 4 taraf yaitu M1=residu dibakar, M2= residu dibenamkan ke dalam tanah, M3= residu dibiarkan di permukaan tanah, M4=residu dikomposkan. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah batang, jumlah batang produktif, hasil tebu dan gula. Hasil penelitian ini menunjukkan manajemen residu yang memberikan pertumbuhan tertinggi adalah residu yang dikomposkan dan dikombinasikan dengan pemupukan urea 312 kg ha⁻¹ + gypsum 1460 kg ha⁻¹, sedangkan perlakuan yang memberikan hasil bobot tebu per pot dan per ha tertinggi (4,86 kg per pot dan 121,42 kg ha⁻¹) adalah aplikasi pupuk ammonium sulfat 700 kg ha⁻¹ dengan manajemen residu dikomposkan. Hasil ini menyarankan bahwa untuk meningkatkan produktifitas tebu perlu dilakukan manajemen residu dikomposkan. Kata kunci : efek residu, sisa tanaman tebu, tebu keprasan Abstract Management of residues in plant cultivation is very important for maintaining soil productivity. This study aims to determine the residual effects of various management of sugarcane crop residues and N and S fertilization which derived from ammonium sulfate, urea and gypsum on growth, cane and sugar yield at the second plant (ratoon cane). This study was a field experiment using a randomized block design (RAK) Factorial; treatment consists of two factors, namely P1 = 500 kg ha⁻¹ ammonium sulfate (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), d2 = P2 = 700 kg ha⁻¹ ammonium sulfate (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), P3 = 225 kg ha⁻¹ urea + gypsum kg ha⁻¹ 1040 (100 + 120 S N kg ha⁻¹ kg ha⁻¹), P4 = 312 kg ha⁻¹ urea + gypsum kg ha⁻¹ 1460 (140 + 168 S N kg.ha⁻¹ kg ha⁻¹). The second factor, namely M1 = the residue is burned, M2 = the residue is incorporated into the soil, M3 = the residue is put on the soil surface, M4 = the residue is. Each treatment was repeated three times. Observed variables were plant height, stem diameter, number of stems, number of productive stems, cane and sugar yield. The results of this study indicated that the residue management which gave the highest growth was composted residue which combined with application of urea 312 1460 kg.ha⁻¹ + gypsum kg.ha⁻¹, while the treatment which gave the highest cane yield by 4.86 kg per pot and 121.42 kg.ha⁻¹ was application of ammonium sulfate Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 1 fertilizer 700 kg.ha⁻¹ wihich combined with the composted residue management.These results suggest that to increase the productivity of sugarcane. is needed the residue management. Keywords: residual effect, the residue of the sugarcane crop, ratoon cane Pendahuluan banyak dibandingkan tanaman tebu Pada umumnya lahan untuk usaha dengan pola tanam keprasan. Selain tebu seterusnya akan ditanami tebu. hasil Sistem ini dikeluarkan untuk masing-masing pola dapat tanam tersebut juga berbeda. Pola penanaman dalam jangka menurunkan bahan monokultur panjang kualitas organik tanah keprasan berbeda, lebih biaya yang menguntungkan menurun. daripada pola tanam awal, dimana Nurhidayati et al,( 2011) melaporkan biaya bibit dan biaya tenaga kerja lebih bahwa kandungan bahan organik tanah besar pada pola tanam awal, selain itu lahan tebu di Kabupaten Malang rata– pola tanam awal memerlukan biaya rata masih penanamansementara pola keprasan, b rendah. Rendahnya kandungan bahan iaya yang dikeluarkan hanya untuk men organik ini dipengaruhi oleh pola tanam gganti tanaman yang telah mati (penyul yang banyak dilakukan oleh petani aman). 1,44% terus karena yang yang tergolong tebu. Pola tanam yang dilakukan petani Disamping masalah pola tanan selama ini terdiri dari pola tanam awal sistem budidaya tebu yang dilakukan dan pola tanam keprasan. Pola tanam petani awal merupakan pola tanam tebu yang tergantung pada pupuk terutama pupuk dimulai kimia sehingga dosis pupuk benar– dari penanaman bibit selama ini benar tanam di mana panen dapat dilakukan Pupuk yang biasa digunakan petani beberapa sekali tebu adalah pupuk amonium sulfat. tanam. Pola tanam keprasan biasa Penggunaan pupuk amonium sulfat dilakukan maksimal sampai 3 kali dan berdampak negatif terhadap sifat tanah biasanya lahan yang digunakan petani karena yaitu lahan sawah dan lahan tegalan. pada pengukuran akhir penanaman Masing-masing tebu dalam masa pola tanam dapat hasil sangat sedangkan pola keprasan yaitu pola kali mempengaruhi masih mengasamkan dibandingkan dengan panen. tanah yang memberikan hasil yang berbeda untuk menggunakan campuran urea+gypsum tingkat rendemen tebu. Nuryanti (2007) (Nurhidayati melaporkan tebu termasuk pupuk nitrogen, urea dibuat yang dihasilkan pola tanam awal lebih dari gas amoniak dan gas asam arang. tingkat rendemen Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 et al., 2013). Urea 2 Persenyawaan kedua menghasilkan kandungan Marsono, pupuk N 46% 2006). zat tersebut merata dalam setiap tahunnya. Jumlah urea dengan dan penyebaran curah hujan tersebut (Lingga Sedangkan dan kapur akan berpengaruh pertumbuhan dan terhadap perkembangan gypsum berbentuk bubuk dan berwarna tanaman tebu (Yusuf, 2010). Perlakuan putih mengandung 30% Ca, 53% S dan pupuk urea ditambah gypsum yang sedikit bermanfaat dikombinasikan dengan aplikasi residu terganggu di permukaan tanah sama dengan Mg menetralisir karena yang tanah kadar yang garam yang tinggi (Novizan, 2005). penggunaan mulsa yang berperan sebagai penutup tanah dan dapat Pada sistem budidaya tebu selain menjaga kelembaban tanah dan pada menghasilkan gula, juga berpotensi akhirnya aktivitas mikroorganisme di menghasilkan yang dalam tanah meningkat. Oleh karena berasal dari seresah tebu. Berdasarkan itu untuk mempertahankan kelembaban penelitian yang dilakukan Toharisman tanah (1991) hasil pengelolaan residu yang bermanfaat tebangan dilahan dapat mencapai 20- dalam mempertahankan kelembaban 25 (2013) tanah dan kandungan bahan organik melaporkan bahwa seresah tebu dapat tanah, sehingga kesuburan fisik dan mencapai 10-15% dari total biomassa kimia tebu, sehingga perlu mengembangkan Namun fakta dilapang, petani tebu tebu lahan kering dimana di saat ini selalu membakar residu tebu dengan petani banyak menghadapi sejumlah alasan kendala terutama sifat tanah yang pembersihan kurang pertumbuhan seresah dengan jumlah yang sangat tanaman semusim. Keberhasilan usaha besar dapat menyebabkan kehilangan budidaya tebu di lahan kering selalu bahan organik dalam jumlah besar, dibatasi dengan faktor alam yang sulit namun dikendalikan, pupuk organik dapat mempertahankan pupuk bahwa kg.ha⁻¹. organik seresah tebu Nurhidayati sesuai untuk salah satu faktor ini di lahan tanah tebu dapat untuk jika diperlukan dipertahankan. mempercepat lahan. Pembakaran dimanfaatkan sebagai adalah iklim. Kondisi iklim yang paling kandungan C berperan dan sangat berkaitan dengan Nurhidayati dan masalah ketersediaan air bagi tanaman melaporkan tebu adalah curah hujan dan laju tebu penguapan air. Curah hujan memiliki mineralisasi N akibat aktivitas cacing jumlah dan penyebaran yang tidak tanah. Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 dapat organik tanah. Basit, (2014) bahwa aplikasi seresah meningkatkan Sehingga tebu pada laju lahan 3 kering perlu menerapkan pengelolaan seresah teknologi Faktor II adalah macam pengelolaan menjadi residu yang terdiri dari 4 taraf yaitu tebu kompos sehingga dapat bermanfaat. M1=residu Penelitian dibenamkan ke dalam tanah, M3=residu ini bertujuan untuk dibakar, M2=residu mengetahui efek residu dari berbagai dibiarkan di macam pengelolaan sisa tanaman tebu M4=residu dikomposkan. dan pemupukan N dan S yang bersal faktor tersebut diperoleh 16 kombinasi dari dan perlakuan ditambah 1 perlakuan kontrol gypsum terhadap pertumbuhan, hasil (tanpa pemupukan N dan S dan tanpa tebu dan gula pada tanaman keprasan. pengelolaan ammonium sulfat, urea permukaan tanah, Dari residu). dua Tiap-tiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Bahan dan Metode Pelaksanaan Percobaan Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini Penelitian ini merupakan lanjutan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Islam Malang dengan ketinggian tempat 450 dpl. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2015 sampai Maret 2016, dengan suhu ratarata harian 25°C dan curah hujan ratarata 200 mm. tahap perlakuan yang pertama telah dengan dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini tidak dilakukan persiapan media tanam lagi dan langsung dilanjutkan dengan pengeprasan tebu setelah dilakukan pemanenan. Pengeprasan bertujuan agar tanaman Metode penelitian Penelitian Rancangan penelitian ini Acak tebu yang telah ditebang dapat tumbuh menggunakan Kelompok (RAK) yang tersusun secara Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor I dosis dan sumber pupuk N dan S yang terdiri dari 4 taraf yaitu P1=ammonium sulfat 500 kg ha⁻¹ (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg seragam. Pengeprasan dilakukan pada 7 hari setelah pertama, penebangan tanaman dikepras tebu pada pangkal batangnya. Manajemen residu telah diaplikasikan penanaman residu tebu tebu pada periode pertama, dimana berupa seresah yang ha⁻¹), P2=ammonium sulfat 700 kg ha⁻¹ dedaunan diambil dari lahan tebu (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), dipersiapkan dan diaplikasikan sesuai P3=urea 225 kg ha⁻¹ + gypsum 1040 kg macam ha⁻¹ (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), ditentukan. P4=urea 312 kg ha⁻¹ + gypsum 1460 kg dilakukan selama 1 bulan. Residu ha⁻¹ (140 N kg ha⁻¹ + 168 S kg ha⁻¹). diaplikasikan satu minggu sebelum Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 perlakuan yang Pengomposan telah residu 4 penanaman tebu Selain menebang pangkal batang tebu pada manajemen residu juga diaplikasikan saat masak awal yaitu umur 7 bulan biochar kemudian residu pertama. tebu dengan cara pucuk-pucuk dicampur secara merata dengan tanah dipisahkan dan untuk seluruh pot percobaan kecuali terpisah. kontrol. Biochar diaplikasikan dengan Variabel Pengamatan dosis yang sama yaitu 5 ton ha-1 untuk Pertumbuhan daun ditimbang tebu secara tanaman diamati semua perlakuan. Aplikasi biokompos dengan beberapa peubah tumbuh yaitu dan tinggi batang, diiameter, jumlah batang, gypsum untuk perlakuan pemupukan dilakukan 3 hari setelah jumlah pengeprasan, cara aplikasi dilakukan pengamatan dilakukan 1 bulan sekali. dengan Peubah hasil yang diamati mencampur dengan tanah batang produktif. Interval meliputi secara merata. Pemberian gypsum bobot tebu, bobot total biomassa, bobot hanya dilakukan pada perlakuan yang kering total biomassa, kadar gula dan menggunakan pupuk tersebut. Aplikasi hasil gula. Kadar gula diukur dengan pupuk ammonium sulfat dan urea cara mengamati nilai pol dan brix hasil dilakukan 2 tahap yaitu pada umur 4 gilingan contoh dengan menggunakan minggu setelah dikepras separuh dosis alat dan separuh dosis pada 4 minggu rendemen setelah pemupukan antara nilai nira dengan faktor perah. sedangkan pupuk pertama, phonska hanya refractometer. diperoleh Angka dari potensi perkalian Hasil gula : merupakan hasil perkalian diberikan 1 kali pada umur 4 minggu potensi bobot tebu dengan kadar gula. setelah kepras untuk seluruh perlakuan Analisis Statistik dengan dosis Data hasil pengukuran yang 400 kg.ha⁻¹. meliputi penyiraman dikumpulkan dianalisis ragam (Uji F) pada awal pertumbuhan setiap 3 hari pada taraf 5%. Bila terdapat pengaruh sekali untuk mengetahui tingkat stres nyata dilanjutkan dengan uji BNJ 5% terhadap air pada tanaman akibat untuk adanya perlakuan. Pemeliharaan manajemen residu, membandingkan tiap-tiap pembumbunan pada umur 2 bulan dan 4 bulan, penyiangan bila ada gulma yang tumbuh dan pengelentekan daun kering pada umur 5 bulan. Penyiraman dilakukan bila tidak terjadi hujan. Pemanenan dilakukan dengan cara Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 5 Hasil dan Pembahasan dikomposkan) cenderung memberikan Efek Residu Pengelolaan Sisa Tanaman Tebu dan Pemupukan N Dan S terhadap Pertumbuhan Tanaman Tebu Keprasan pertumbuhan tanaman tertinggi, tetapi tidak berbeda perlakuan nyata kecuali pada semua perlakuan P₁M₁ (ammonium sulfat 500 kg.ha⁻¹, residu Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan yang diujikan secara umum tebu dibakar) (Tabel 1). Perlakuan P4M4 memberikan pengaruh interaksi nyata (urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 kg terhadap tinggi tanaman. Hasil uji BNJ ha⁻¹, residu tebu dikomposkan) juga 5% terhadap rata-rata tinggi tanaman memiliki diameter terbesar dan jumlah disajikan pada Tabel 1. batang terbanyak (Tabel 2 dan 3). Perlakuan P4M4 (urea 312 kg ha⁻¹ + gypsum 1460 kg ha⁻¹, residu Tabel 1. Rata–rata tinggi tanaman (cm) tebu keprasan akibat interaksi perlakuan pemupukan N dan S dan manajemen residu Perlakuan KONTROL P₁M₁ P₁M₂ P₁M₃ P₁M₄ P₁M₁ P₂M₂ P₂M₃ P₂M₄ P₃M₁ P₃M₂ P₃M₃ P₃M₄ P₄M₁ P₄M₂ P₄M₃ P₄M₄ BNJ 5% DUNNET 5% 1 15,33 tn 18,67ab 20,67ab* 25,00b* 20,67ab* tn 18,00ab 22,67b* tn 18,33ab 20,67ab* 25,33b* tn 18,67ab 20,67ab* 20,00ab* tn 17,00a tn 19,33ab 20,33ab* 19,67ab* 1,00 1,42 Tinggi Tanaman pada umur (bsk) 2 3 4 6 17,33 25,00 54,67 100,33 tn tn 22,67ab* 26,00a 41,33a 121,67ab* tn tn 25,67bc* 29,00ab 44,33ab 139,33ab* tn 26,33bc* 39,00b* 63,33bc 146,33b* tn 25,00bc* 37,33b* 52,00ab 141,33ab* tn 22,33ab* 35,00b* 50,33ab 126,67ab tn 26,33bc* 39,67b* 68,00bc 140,00ab* tn 21,67ab* 36,00b* 59,33bc 145,67b* 27,67bc* 39,67b* 69,33bc* 156,00b* 26,67bc* 48,67c* 68,67bc* 124,33ab* tn 21,67ab* 38,33b* 58,33bc 155,67b* 26,33bc* 40,00b* 73,67bc* 120,33a* tn 24,00b** 34,67b* 64,33bc 139,33ab* tn tn tn 19,33a 25,67a 54,67ab 122,33ab* tn 21,33ab* 35,33b* 65,00bc 124,67ab* tn 28,67c* 39,67b* 61,67bc 159,00b* 24,00b* 39,00b* 75,33c* 159,00b* 0,86 1,39 3,15 4,63 1,22 1,97 4,46 6,55 7 138,33 159,33ab* 166,33b* 174,67b* 155,67ab* tn 146,00ab 164,00b* 168,33b* 173,67b* tn 145,33ab 174,00b* tn 139,67a 165,33b* tn 148,33ab tn 153,33ab 179,00b* 168,67b* 3,96 5,60 Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn : Tidak nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 6 Tabel 2. Rata–rata diameter datang (cm) tebu keprasan akibat interaksi perlakuan pemupukan n dan s dan manajemen residu Perlakuan KONTROL P1M1 P1M2 P1M3 P1M4 P2M1 P2M2 P2M3 P2M4 P3M1 P3M2 P3M3 P3M4 P4M1 P4M2 P4M3 P4M4 BNJ 5% DUNNET 5% 1 0,88 tn 0,98ab tn 0,98ab tn 1,01ab tn 1,05ab tn 0,91a 1,17ab* tn 1,10ab 1,15ab* 1,22b* tn 1,10ab tn 1,06ab tn 1,13ab tn 0,97ab tn 1,02ab tn 1,13ab 1,32b* 0,05 0,08 2 1,11 1,46ab* 1,65b* 1,76b* tn 1,38ab 1,51ab* 1,90b* 1,80b* tn 1,42ab tn 1,43ab tn 1,41ab 1,73b* 1,91b* tn 1,22a tn 1,27ab tn 1,42ab 1,63ab* 0,07 0,11 Diameter batang pada umur (bsk) 3 4 5 6 1,37 1,54 2,09 2,09 tn tn tn tn 1,60a 1,88ab 2,07ab 2,20a tn tn 1,74ab 2,04ab* 2,54ab 2,66ab* 2,18b* 2,33b* 2,77b* 3,10b* tn tn tn 1,55a 1,72a 2,53ab 3,20b* tn tn tn tn 1,61a 1,77a 2,22ab 2,53ab tn 1,92ab* 2,05ab* 2,61b* 2,95b tn tn 1,85ab* 1,94ab 2,41ab 2,80b* tn tn tn 1,71ab 1,96ab 2,55b 2,78b* tn tn tn 1,69ab 1,87ab 2,17ab 2,62ab* tn tn 1,78ab* 1,91ab 2,36ab 2,79b* tn 2,12b* 2,33b* 2,41ab 2,88b* 2,25b* 2,33b* 2,81b* 3,29b* tn tn tn tn 1,56a 1,68a 1,91a 2,22a tn tn tn tn 1,57a 1,79ab 2,01ab 2,37ab tn tn 1,78ab* 1,99ab 2,48ab 2,65ab* tn 1,90ab* 2,15ab* 2,52ab 2,68ab* 0,09 0,10 0,12 0,10 0,12 0,15 0,17 0,15 7 2,38 tn 2,43a 2,92ab* 3,17b* 3,37b* tn 2,77ab 3,26b* 3,37b* 3,30b* tn 2,89ab 3,05ab* 3,13b* 3,41b* tn 2,59ab tn 2,71ab 3,18b* 3,47b* 0,12 0,17 Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn : Tidak nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol Tabel 3.Rata–rata jumlah batang tebu keprasan akibat interaksi perlakuan pemupukan N dan S dan manajemen residu Perlakuan KONTROL P1M1 P1M2 P1M3 P1M4 P2M1 P2M2 P2M3 P2M4 P3M1 P3M2 P3M3 P3M4 P4M1 P4M2 P4M3 P4M4 BNJ 5% DUNNET 5% 1 7,67 tn 7,00a tn 8,67ab tn 9,00ab tn 10,00ab tn 9,00ab 9,67ab* 11,33ab* tn 11,67b tn 8,67ab tn 8,67ab tn 8,33ab tn 7,67ab tn 7,33ab tn 8,67ab 10,67ab* 11,67b* 0,88 0,95 Jumlah Batang Tanaman pada umur (bsk) 2 3 4 5 6 13,33 15,00 16,00 9,33 6,67 tn tn tn 11,67 15,00 18,00ab 13,00ab* 10,00ab* tn tn tn 10,67 15,00 18,33ab 13,33ab* 10,67ab* tn tn tn tn 13,00 16,00 16,33a 11,67a 10,33ab* tn tn 15,67 17,00 19,00ab* 13,67ab* 9,33ab* tn tn tn tn 13,00 17,67 18,67ab 11,67a 9,00a* tn tn tn 12,33 16,33 17,33ab 13,00ab* 10,33ab* tn tn tn 13,33 16,00 17,67ab 13,33ab* 10,67ab* tn tn 14,33 19,00 20,00b* 15,00b* 12,33b* tn tn tn 10,33 15,67 16,67ab 13,33ab* 10,67ab* tn tn tn 10,33 14,67 16,33a 13,00ab* 10,33ab* tn tn tn 12,67 16,33 18,33ab 12,67ab* 10,33ab* tn tn 13,33 16,67 19,33ab* 13,33ab* 11,00b* tn tn tn 13,67 15,00 16,33a 12,33ab* 10,00ab* tn tn 13,33 18,00 20,67b* 14,67b* 11,00b* tn tn tn 15,00 16,33 18,00ab 13,00ab* 11,00b* tn tn 15,67 19,00 20,33b* 14,00ab* 11,67b* 0,77 TN 0,67 0,55 0,38 1,09 1,56 0,94 0,77 0,53 7 6,67 9,67ab* 10,33ab* 9,67ab* 9,33ab* 9,00a* 9,33ab* 10,00ab* 10,67b* 9,00a* 9,67ab* 10,33ab* 11,00b* 10,00ab* 11,00b* 11,00b* 11,67b* 0,27 0,39 Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn : Tidak nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 7 Tabel 4. Rata–rata jumlah batang produktif tebu keprasan akibat interaksi perlakuan pemupukan N dan S dan manajemen residu Perlakuan Jumlah Batang produktif KONTROL P₁M₁ P₁M₂ P₁M₃ P₁M₄ P₁M₁ P₂M₂ P₂M₃ P₂M₄ P₃M₁ P₃M₂ P₃M₃ P₃M₄ P₄M₁ P₄M₂ P₄M₃ P₁M₁ Dunnet 5% 4,67 tn 6,00 6,67* 7,33* 8,33* 7,33* 7,00* 7,00* 8,33* 7,00* 8,00* 7,33* 8,67* 8,33* 8,00* 8,33* 9,33* 1,71 Keterangan : * : Nyata pada uji dunnet 5%, tn :Tidak nyata pada uji dunnet 5 %. Hasil uji dunnet 5% terhadap Kompos merupakan jumlah batang produktif menunjukkan pembenah semua mensuplai ketersediaan berpengaruh nyata dibanding kontrol tanaman dengan kecuali P₁M₁ (ammonium sulfat 500 aktivitas mikroorganisme tanah dalam kg.ha⁻¹, residu tebu dibakar) (Tabel 4). peningkatan kesuburan tanah, kompos perlakuan yang dicobakan Manajemen residu yang diletakkan tanah sifat memperlihatkan partikel-partikel yang mampu hara bagi meningkatkan juga mempunyai peran memperbaiki di permukaan dan yang dikomposkan pertumbuhan yang bahan fisik tanah dengan tanah mengikat (Murbandono, lebih baik dibandingkan dengan yang 2008). Novizan (2007) menambahkan lain dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kompos memiliki peran penting bahwa dalam peningkatan kesuburan tanah residu memiliki yang peran dikomposkan penting dalam baik dalam memperbaiki sifat fisik, meningkatkan ketersediaan hara yang biologi mudah diserap oleh tanaman sehingga Dekomposisi tanaman tebu tumbuh dengan lebih kontribusi baik akibat membaiknya kualitas tanah. humus dalam tanah yang berdamak Pemanfaatan dan pengolahan seresah positif tebu ketersediaan hara dalam tanah bagi diyakini dapat meningkatkan kualitas tanah (Singh et al., 2010). Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 maupun seresah KTK Kompos tanah. memberikan peningkatan terhadap tanaman. kimia kandungan tanah juga dan mampu 8 memperbaiki dan pada tanah. Hal ini dikarenakan unsur meningkatkan peran mikroorganisme N yang terdapat pada pupuk urea tanah dalam menyediakan hara penting sifatnya higroskopis bagi tanaman dan membantu tanaman menjadi mudah untuk menyerap hara dengan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan dalam menunjang proses pertumbuhan Marsono, 2008). tanaman. struktur tanah Peningkatan meningkatkan populasi dan aktivitas dalam tanah yang memiliki peran penting dalam mengatur ketersediaan hara dalam tanah dan mengurangi resiko pencucian hara dalam tanah (Pastor et al., 1984). yang dikombinasikan dengan aplikasi residu dipermukaan tanah memberikan yang disebabkan cukup tinggi. aplikasi Hal residu ini di permukaan sama dengan penggunaan mulsa yang berperan sebagai penutup tanah yanag dapat menjaga kelembaban tanah sehingga aktivitas mikroorganisme di dalam meningkatkan. Adanya tanah mulsa juga dapat mengurangi tingkat penguapan pada tanah, melindungi tanah dari erosi yang disebabkan oleh air hujan dan angin sehingga tanah tetap dalam kondisi yang baik (Khera dan Kukal, 1994; Rao,1994; Govarets, 2007). Kelembaban sangat tanah berpengaruh mudah yang besar Efek Residu Pengelolaan Sisa Tanaman Tebu dan Pemupukan N dan S terhadap Hasil Tanaman Tebu Perlakuan P₄M₄ (urea 312 kg.ha⁻¹+ gypsum 1460 baik dalam efektivitas pemupukan urea + gypsum kg.ha⁻¹,residu tebu dikomposkan) secara umum (Tabel 5) menunjukkan hasil yang tebu tertinggi, sedangkan Perlakuan pupuk urea + gypsum hasil dan N kandungan bahan organik dalam tanah dapat mikroorganisme larut sehingga perlakuan yang memberikan hasil terendah terdapat pada perlakuan P₄M₁ (urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 kg ha⁻¹ residu tebu dibakar). Berdasarkan hasil uji dunnet 5% hasil tebupada perlakuan yang menggunakan residu dan pemupukan N dan S memberikan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol. Pada pengukuran bobot total biomassa pada perlakuan P₁M₄(ammonium Sulfat 500 kg ha-1, residu tebu dikomposkan), P₂M₃ (amonium sulfat 700 kg ha⁻¹, residu tebu dipermukaan), P₂M₄ (ammonium Sulfat 700 kg ha⁻¹, residu tebu dikomposkan), P₄M₃(urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 kg ha-1, residu tebu di permukaan) dan P₄M₄ (urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 kgnha⁻¹, residu tebu dikomposkan) menunjukkan hasil yang terbaik. Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 9 Tabel 5. Rata–rata hasil tanaman tebu keprasan akibat interaksi perlakuan pemupukan N dan S dan manajemen residu Perlakuan KONTROL P₁M₁ P₁M₂ P₁M₃ P₁M₄ P₁M₁ P₂M₂ P₂M₃ P₂M₄ P₃M₁ P₃M₂ P₃M₃ P₃M₄ P₄M₁ P₄M₂ P₄M₃ P₄M₄ BNJ 5% DUNNET Ketarangan Bobot tebu (kg -1 pot ) Bobot Biomassa Total -1 (kg pot ) Bobot Kering Total -1 (kg pot ) Bobot tebu -1 (ton ha ) Bobot biomassa -1 (ton ha ) Berat Kering Biomassa / -1 ((ton ha ) 1,70 2,71ab* 3,22ab* 3,32ab* 4,13bc* 3,14ab* 3,53b* 4,44bc* 4,86c* 2,73ab* 2,89ab* 3,85bc* 4,22bc* 2,43a* 2,86ab* 4,38bc* 4,65c* 0,17 0,25 2,29 3,33ab* 4,22ab* 4,62bc* 5,40c* 4,13ab* 4,50bc* 5,65c* 5,77c* 3,60ab* 4,29b* 4,40bc* 5,35bc* 3,20a* 3,67ab* 5,54c* 5,97c* 0,20 0,29 0,93 1,30a* 1,65ab* 1,88bc* 2,15bcd* 1,67ab* 1,81b* 2,22bcd* 2,27cd* 1,43ab* 1,73ab* 1,72ab* 2,11bcd* 1,29a* 1,47ab* 2,16bcd* 2,39d* 0,08 0,12 42,46 67,83ab* 80,44ab* 82,92ab* 103,33bc* 78,40ab* 88,17b* 110,97bc* 121,42c* 68,17ab* 72,25ab* 96,33bc* 105,58bc* 60,71a* 71,50ab* 109,52bc* 116,19c* 4,46 6,32 57,29 83,25ab* 105,44ab* 115,42bc* 135,08c* 103,15ab* 112,50bc* 141,22c* 144,25c* 89,92ab* 107,33b* 110,08bc* 133,67bc* 80,05a* 91,83ab* 138,61c* 149,19c* 5,14 7,26 23,20 32,58ab* 41,30ab* 47,07bc* 53,69bc* 41,64ab* 45,25bc* 55,48c* 56,74c* 35,74ab* 43,26b* 43,11ab* 52,82bc* 32,32a* 36,78ab* 54,12bc* 59,65c* 2,10 2,97 Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn : Tidak nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol Perlakuan P₂M₃ (ammonium Sulfat terlebih dahulu agar C/N ratio menjadi 700 kg ha⁻¹, residu tebu dipermukaan), rendah dan bahan organik dari sisa P₂M₄ (ammonium Sulfat 700 kg ha-1, tebu dapat termineralisasi serta dapat residu dimanfaatkan oleh tanaman (Heal et tebu dikomposkan), dan P₄M₄(urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 kg ha⁻¹, residu tebu dikomposkan) memberikan berat kering total dan Cahyani komposisi sisa (1996) menambahkan bahwa pemanfaatan kompos sebagai bahan biomassa tertinggi. Jumlah al., 1997). pembenah meningkatkan KTK tanah dapat pada tanah tanaman yang dikembalikan ke tanah sehingga unsur hara di dalam tanah secara dapat langsung tersedia bagi tanaman. sebagai pupuk variabel-variabel penting Penambahan kompos 10 ton ha-1 pada dalam mengatur imobilisasi ataupun tanah masam mampu meningkatkan mineralisasi hara dalam tanah. Residu 15,18 % KTK tanah dari 17,44 menjadi tebu merupakan sisa tanaman yang 20,08 cmol (+) kg-1 tanah (Cahyani, mempunyai nisbah C/N yang tinggi, 1996). Menurut Hakim (2008) kompos sehingga perlu waktu pengomposan dapat merupakan Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 menggantikan hampir 50% 10 kebutuhan pupuk anorganik dan Hasil uji BNJ 5% menunjukkan mampu meningkatkan kesuburan tanah bahwa sehingga tingkat produktivitas tanaman memberikan hasil gula yang tinggi juga meningkat. Kompos juga berperan adalah perlakuan P₂M₄ (ammonium dalam sulfat meningkatkan aktivitas perlakuan 700 kg yang ha⁻¹, cenderung residu tebu mikroorganisme tanah dalam proses dikomposkan). Namun tidak berbeda ketersediaan hara-hara penting bagi nyata dengan perlakuan P₁M₄, P₂M₃, tanaman seperti N, P, K, Ca dan Mg P₃M₃, P₃M₄, P₄M₃dan P₄M₄. pada tanah sehingga meningkatkan produktivitas pada tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi campuran pupuk urea dan gypsum yang setara 700 kg ha⁻¹ Efek Residu Pengelolaan Sisa Tanaman Tebu dan Pemupukan N dan S terhadap Kadar Gula dan Hasil Gula Kadar gula yang tinggi ditemukan ammonium sulfat yang dikombinasikan dengan manajemen residu dipermukaan juga memberikan hasil tidak berbeda nyata dengan P₂M₄. Hal pada perlakuan P₃M₃ (Urea 225 kg ini ha⁻¹, residu tebu di permukaan dan menggunakan pupuk ammonium sulfat ditambahkan gypsum 1040 kg ha⁻¹) hasil (Tabel 6), namun tidak berbeda nyata dikombinasikan dengan perlakuan P₁M₄, P₂M₃, dan residu P₄M₂.perlakuan P1M4 dikomposkan. sulfat ha⁻¹, tinggi dengan dimana asalkan manajemen seresah Pemulsaan tebu adalah dikomposkan), P₂M₃ (ammonium sulfat bahan-bahan sisa tanaman (serasah) 700 kg ha⁻¹, residu tebu dipermukaan), seperti P₃M₃ (urea 225 kg ha⁻¹+ gypsum 1040 ranting, dan serbuk gergaji. Hasil akhir kg ha⁻¹, residu tebu dipermukaan) dan dari proses ini adalah terbentuknya P₄M₂ (urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 pupuk serasah. residu residu tetap walaupun penutupan permukaan tanah dengan ha⁻¹, kg tebu bahwa tebu kg 500 (ammonium menunjukkan tebu dibenamkan) potongan-potongan Menurut Prasetyo (2014), menunjukkan hasil yang terbaik. Hasil pemulsaan dan uji Dunnet 5% antara perlakuan dengan berfungsi untuk kontrol pertumbuhan gulma, menjadi sumber pada memperlihatkan tidakberbeda semua kadar nyata perlakuan pupuk daun, serasah menghambat yang bunga tanah atau humus, dan menjaga dibandingkan keseimbangan suhu tanah dan lapisan gula dengan kontrol. Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 udara di dekat tanah. 11 Tabel 6. Rata–rata kadar gula dan hasil gula tanaman tebu keprasan akibat interaksi perlakuan pemupukan N dan S dan manajemen residu Perlakuan KONTROL P₁M₁ P₁M₂ P₁M₃ P₁M₄ P₁M₁ P₂M₂ P₂M₃ P₂M₄ P₃M₁ P₃M₂ P₃M₃ P₃M₄ P₄M₁ P₄M₂ P₄M₃ P₄M₄ BNJ 5% DUNNET 5% Kadar gula (%) 11,55 tn 9,27a tn 10,26bc tn 9,18a tn 11,28d tn 9,47a tn 9,49a tn 11,29d tn 10,72c tn 10,67c tn 10,12b tn 11,68d tn 10,80cd tn 10,62bc tn 11,41d tn 10,66bc tn 10,50bc 0,14 0,20 -1 Hasil Gula (kg pot ) 0,20 tn 0,25a 0,33b* 0,30ab* 0,47c* 0,30ab* 0,33b* 0,50c* 0,52c* 0,29ab* 0,29ab* 0,45c* 0,46c* tn 0,26ab 0,33ab* 0,47c* 0,49c* 0,01 0,02 -1 Hasil Gula (ton ha ) 4,90 tn 6,30a 8,25b* 7,62ab* 11,66c* 7,42ab* 8,37b* 12,53c* 13,05c* 7,28ab* 7,31ab* 11,25c* 11,41c* tn 6,45ab 8,15ab* 11,67c* 12,22c* 0,49 0,69 Ketarangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn : Tidak nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 12 Menurut Prasetyo (2014), pemulsaan dan pupuk serasah menghambat berfungsi pertumbuhan untuk gulma, total 2,39 kg pot-1 atau 59,65 ton ha⁻¹. Perlakuan P3M3 (ammonium sulfat 700 kg ha⁻¹,residu tebu dipermukaan) menjadi sumber bunga tanah atau humus, menunjukkan hasil terbaik pada kadar dan menjaga keseimbangan suhu tanah gula dan lapisan udara di dekat tanah. (ammonium sulfat 700 kg ha⁻¹, residu tebu Kompos sangat sedangkan P2M4 bagi dikomposkan) memperlihatkan hasil gula proses pertumbuhan tanaman. Kompos 0,5 kg pot-1 atau 13,05 ton ha⁻¹. Hasil ini tidak hanya mensuplai unsur hara bagi menyarankan tanaman, tanaman tebu pengelolaan residu sangat selain bermanfaat 11,68%, itu kompos juga bahwa dalam budidaya memperbaiki struktur tanah kering dan dibutuhkan ladang produktivitas tanaman tebu berikutnya. serta menjaga fungsi tanah, untuk mempertahankan sehingga suatu tanaman dapat tumbuh dengan baik. Selain itu untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas biologi Dengan demikian tanah(Lafran, dapat 2009). disimpulkan bahwa perlakuan residu tanaman yang dikomposkan dan yang diaplikasikan pada permukaan tanah atau sebagai mulsa mampu meningkatkan ketersediaan N dan S bagi tanaman, sehingga pertumbuhan dan hasil serta kualitas hasil tanaman menjadi meningkat. Kesimpulan dan Saran Manajemen residu tebu yang dikomposkan dan yang diaplikasikan di permukaan tanah memberikan efek positif terhadap pertumbuhan tanaman tebu. Perlakuan P2M4 (ammonium sulfat 700 kg ha⁻¹, residu tebu dikomposkan) memperlihatkan bobot tebu tertinggi yaitu sebesar 4,86 kg pot-1 atau 121,42 ton ha⁻¹, dengan bobot biomassa total 5,97 kg pot-1 dan 149,19 ton ha⁻¹, BK biomassa Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 Daftar Pustaka Khera, K. L. and S.S. Kukal, 1994. Soil and water conservation throught crop cover and residu management, 8th ISCO conference: soil and water conservation: challenges and opportunities, 1994, New Delhi. 12951304. Lafran H., 2009. Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Rumah Tangga. Titian Ilmu : Bandung. 56 hal. Lingga, P.M. 2008. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar swadaya. Jakarta, hal. 206-211. Nuryani, 2007. Peningkatan efisiensi pemupukan n pada tanaman tebu melalui rekayasa khelat urea-humat. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan. 7 (2): 92-102 Nurhidayati. 2013. Biodiversitas Cacing Tanah dan Dampaknya Terhadap Kualitas Tanah di Lahan Tebu, Monograf ISBN : 978-602-7957-39-8. Aditya Media. Malang. 109 hal. Nurhidayati and A. Basit. 2014. Contributions of Pontoscolex corethrurus on N mineralization of organic matters from sugar agro – industry waste in different quality. Proceedings International Conference On Agriculture : 2013. ISBN : 978-602-9372-57-1. Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta. Penebar Swadaya. Hal. 205-210. 13 Novizan, 2007. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agromedia pustaka. Jakarta. Hal. 36-38. Pastor, J., J.D. Aber, and C.A. Mc.Claugherty, J.M. Melillo, 1984. Above-ground productin and N and P cycling along a nitrogen mineralization gradient on Blackhawk Island, Wisconsin. Ecology 65: 256-268. Prasetyo, B. 2014. Pengembangan Pertanian Organik. http://potretpertanian.blogspot.com /2014/05/ pengembangan-pertanianorganik.html. Diakses tanggal 2 September 2016. Singh, R., D. Bardgett, P. Smith, and D.S.Reay.2010. Microorganisms and climate change: terrestrial feedbacks and mitigation options. Nature Reviews Microbiology. 8: 779-790. Toharisman, A. 1991 . Pengelolaan Tebu Berkelanjutan. Pusat Penelitian Perkebunan Gula (P3GI). Pasuruan. Jawa Timur. Yusuf, R. F 2010. Kultur Kalas. http://fheeyraredzqiiy.wordpress.com/ 2010/06/03/kultur-kalus/. Diakses 16 september 2015. Folium Vol.1 No.1 Agustus 2017 14