PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH OLEH RUDY YULIANTO NIM 4110082 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Rudy Yulianto1, Ahmad Amin2, Yaspin Yolanda3 Program Study Pendidikan Fisika STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRACT This thesis entitled “Learning Model Application Directly (Direct Instruction) of The Learning Outcomes of Students Physics Class 7 SMP Negeri 6 Lubuklinggau Academic Year 2015/2016”. Problem in this research is “whether the student learning outcomes after the implementation of direct learning model (Direct Instruction) on the physics lesson 7 grade students of SMP Negeri 6 Lubuklinggau significant academic year 2015/2016 completed?”. The purpose of this study was to determine the thoroughness of learning outcomes after the implementation of direct learning model (Direct Instruction) on the physics lessons 7 grade students of SMP Negeri 6 Lubuklinggau the school year 2015/2016. This study used a quasi-experimental methods, research design one group pretest posttest design. This study population is 7 grade students of SMP Negeri 6 Lubuklinggau 2015/2016 school year totaling 6 class. Sample VII.3 grade students numbered 27 students. Data collection techniques used were a test. Data were analyzed using ttest. Based on analysis of data obtained an average score of final test results for class 80,22. Posttest results in a test using t-test at 95% and α = 0,05 and confidance level and degrees of freedom = 26 obtained thitung > ttabel (2,03>1,70), so it can be concluded that the results of VII grade students of SMP Negeri 6 Lubuklinggau after application of direct models instruction is significantly incomplete. Keywords : Direct Instruction, completeness. A. PENDAHULUAN Dunia pendidikan adalah sebuah mega proyek bersama bagi anakanak bangsa yang sedang giat-giatnya membangun agar bermartabat dan tidak ketinggalan dari bangsa-bangsa lain di dunia. Masalah pendidikan adalah masalah kita bersama, baik formal, informal maupun nonformal. Negara memiliki tanggung jawab besar untuk merancang atau membangun sebuah sistem pendidikan yang penuh dengan tuntutan sains dan teknologi agar dapat bersaing di dunia internasional. Sedangkan kegiatan belajar mengajar menjadi tanggung jawab guru, berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di sekolah banyak tergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di dalam kelas. Permasalahan yang ada adalah adanya ketidak aktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran fisika. Siswa sekedar mengikuti pelajaran fisika yang diajarkan guru di dalam kelas, tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai feed back atau umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran fisika masih sering dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun sebenarnya belum mengerti tentang materi yang disampaikan. Tetapi ketika guru menanyakan bagian mana yang belum dimengerti seringkali siswa hanya diam, dan setelah guru memberikan soal latihan barulah guru mengerti bahwa sebenarnya ada bagian dari materi yang belum di mengerti siswa. Proses pembelajaran fisika masih didominasi oleh guru sehingga keaktifan siswa dalam kelas masih kurang dan tidak sempat mendorong siswanya untuk kreatif dalam mengembangkan kemampuannya dalam setiap tatap muka. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016, peneliti melihat bahwa masih rendahnya daya serap siswa terhadap mata pelajaran fisika. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan ibu Lorensia, BA. selaku guru mata pelajaran IPA siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016, beliau mengatakan bahwa hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan, siswa yang tuntas pada saat ulangan harian dalam satu kelas baru 28,00% dari yang diharapakan. Selain itu juga kurangnya kemauan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru merupakan penyebab rendahnya hasil dari pembelajaran mereka. Guru harus memilih suatu pendekatan atau strategi belajar yang benar sehingga pada saat proses belajar mengajar siswa tidak merasa bosan dan menoton. Oleh karena itu pemilihan metode pembelajaran yang tepat adalah salah satu unsur yang menentukan keberhasilan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan adalah mencoba menerapkan model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Dalam menerapkan model pembelajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Pada kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa. Dalam menggunakan Direct Instruction, seorang guru juga dapat mengkaitkan dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Kardi (dalam Sofiyah 2010:21), bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok. Hal tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir, menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya, serta membangun pemahamannya sendiri tentang materi pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas peneliti memilih model pembelajaran langsung (Direct Instruction) untuk diterapkan di SMP Negeri 6 Lubuklinggau, karena model pembelajaran langsung (Direct Instruction) belum pernah diterapkan pada mata pelajaran fisika khususnya pada materi besaran dan satuan. Selain itu juga baik sarana maupun prasarana sangat mendukung untuk dilaksanakannya model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan penelitian tentang “Penerapan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada pembelajaran fisika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016”. B. LANDASAN TEORI 1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Arends (dalam Trianto 2007:29) model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap. Sedangkan menurut Killen (dalam Iru dan Arihi 2012:155) menyatakan model pembelajaran langsung adalah teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Dari dua pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok siswa. 1) Langkah-langkah model pembelajaran langsung Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto 2007:31) sintaks model pembelajaran langsung tersebut disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Langsung Fase Peran Guru Guru menjelaskan TPK, informasi latar Fase 1 Menyampaikan tujuan belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, dan Menyiapkan siswa. mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru mendemotrasikan keterampilan Fase 2 Mendemontrasikan dengan benar, atau menyajikan informasi pengetahuan dan tahap demi tahap. keterampilan Guru merencanakan dan memberi Fase 3 Membimbing pelatihan bimbingan pelatihan awal. Mengecek apakah siswa telah berhasil Fase 4 Mengecek pemahaman melakukan tugas dengan baik, memberi dan memberikan umpan umpan balik. balik Guru mempersiapkan kesempatan Fase 5 Memberi kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan Fase untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Peran Guru pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari Sedangkan sintaks pembelajaran langsung yang dikemukakan Bruce dan Well (dalam Iru dan Arihi 2012:155) terdapat 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Langsung Tahap Uraian Orientasi Sebelum menjelaskan dan menyajikan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: 1. Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 2. Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran. 3. Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan. 4. Menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. 5. Menginformasikan kerangka pelajaran. Presentasi Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: 1. Penyajian materi dalam langkah-langkah pendek. 2. Memberi contoh-contoh konsep. 3. Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demontrasi atau dengan penjelasan langkahlangkah kerja. 4. Menjelaskan hal-hal yang sulit. Tahap Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini terstruktur adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah. Tahap Pada fase ini guru memberikan kesempatan pada siswa latihan untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan Tahap terbimbing Uraian terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengakses kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan. Tahap Fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara latihan mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah mandiri menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85%-90% dalam fase bimbingan latihan. Dari dua pendapat tersebut dapat dikembangkan sintaks pembelajaran yang menggunakan sintaks menurut kardi dan nur (dalam Trianto 2007:31) yang sudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Adapun sintaks pembelajarannya pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Langsung Fase Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Fase 1 Menyampaikan informasi latar belakang pelajaran, tujuan dan pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa mempersiapkan untuk belajar. siswa Guru mendemonstrasikan keterampilan Fase 2 Mendemonstrasikan dengan benar, atau menyajikan informasi pengetahuan dan tahap demi tahap. keterampilan Guru merencanakan dan memberi Fase 3 Membimbing siswa bimbingan kepada siswa. Mengecek apakah siswa telah berhasil Fase 4 Mengecek melakukan tugas dengan baik, memberi pemahaman dan umpan balik memberikan umpan balik Guru mempersiapkan kesempatan Fase 5 Memberikan melakukan bimbingan lanjutan, dengan kesempatan untuk perhatian khusus pada penerapan kepada bimbingan lanjutan situasi lebih kompleks dan kehidupan dan penerapan sehari-hari. 2) Kelebihan dan keterbatasan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) Kardi dan Nur (dalam Trianto 2007:40) menyatakan bahwa model pembelajaran langsung (Direct Instruction) mempunyai kelebihan, di antaranya sebagai berikut: a) Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. b) Dapat digunakan untuk memecahkan poin-poin penting atau kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan. c) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. d) Merupakan suatu cara efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang kemampuannya masih rendah. e) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa. f) Pembelajaran langsung merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. g) Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran tertentu. h) Model pembelajaran langsung menekankan kegiatan mendengar dan mengamati sehingga dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. i) Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru dapat terus-menerus mengevaluasi dan memperbaikinya. Di samping mempunyai kelebihan, Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto 2007:41) model pembelajaran langsung (Direct Instruction) mempunyai keterbatasan yaitu: a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki halhal tersebut guru masih harus mengajarkan kepada siswa. b) Dalam pembelajaran langsung sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa. c) Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka. d) Guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi bergantung pada guru. e) Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis tidak selalu dapat dipahami oleh siswa. f) Model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode esperimen semu. Pada penelitian ini menggunakan one group pretest and posttest design. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan cara random atau acak. yakni mengambil sampel dengan melakukan simple random sampling terhadap semua populasi, masing subjek diberi nomor urut sesuai dengan abjad nama atau urutan nomor semula, dengan kertas gulungan yang berisi nomor-nomor subjek. Kemudian gulungan tersebut dimasukan didalam gelas dan diundi secara acak. Sampel yang terpilih adalah kelas VII.3. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Teknik analisis data dalam penelitian adalah uji-t. t= (Sugiyono, 2010:96) √ Dengan keterangan t = nilai t yang dihitung, x = nilai rata-rata, kkm yang dihipotesiskan (75), = = simpangan baku, dan n = jumlah anggota sampel. Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha : Rata-rata nilai ketuntasan hasil belajar siswa fisika setelah penerapan model pembelajaran direct instruction lebih dari sama dengan 75 (μ0 ≥75). Ho : Rata-rata nilai ketuntasan hasil belajar siswa fisika setelah penerapan model pembelajaran direct instruction kurang dari 75 (μ0 < 75). Dengan kriteria pengujiannya adalah thitung > ttabel maka Ho diterima atau Ha ditolak atau sedangkan thitung ≤ ttabel maka Ho ditolak atau Ha diterima pada taraf signifikan = 0,05, dengan dk = n-1. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Kemampuan Awal Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal 18 September 2015 dan diikuti oleh 27 siswa pada kelas VII.3. Pelaksanaan pre-test ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang belum mereka pelajari. Soal yang digunakan adalah bentuk uraian sebanyak 8 soal. Dalam pelaksanaan guru menerapkan sintaks model pembelajaran langsung yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan siswa untuk pentingnya belajar. pelajaran, Setelah itu dan guru mendemonstrasikan pengetahuan berupa keterampilan dengan benar, dan guru menyajikan informasi mengenai materi tahap demi tahap. Selanjutnya guru merencanakan dan memberi bimbingan kepada siswa setelah itu guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik atau tidak, dan guru langsung memberi umpan balik. Terakhir guru mempersiapkan kesempatan melakukan bimbingan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Berikut merupakan hasil dari rekapitulasi nilai rata-rata dan simpangan baku dari pre-test dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Awal (pre-test) Nilai Rata-Rata Simpangan Baku Tes Awal 38,51 6,47 b. Kemampuan Akhir b. Pelaksanaan post-test dilakukan diakhir pembelajaran yaitu pada tanggal 16 Oktober 2015 dan diikuti oleh 27 siswa pada kelas VII.3. Pemberian post-test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction. Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi besaran dan satuan merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan akhir siswa diperoleh melalui tes akhir, pelaksanaan tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes akhir digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penggunaan penerapan model pembelajaran langsung direct instruction. Jumlah soal yang diberikan sebagai soal post-test sebanyak 8 soal berbentuk uraian. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 80,22. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil post-test siswa setelah diterapkan model pembelajaran direct instruction ini secara signifikan sudah tuntas. Berikut merupakan hasil dari rekapitulasi nilai rata-rata dan simpangan baku dari hasil post-test dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Akhir (post-test) Nilai Rata-Rata Simpangan Baku Tes Akhir 80,22 13,39 Berdasarkan tabel 4.2 di atas dibandingkan dengan kemampuan awal siswa (tabel 4.1), terdapat peningkatan hasil belajar pada kemampuan akhir siswa setelah diberikan pembelajaran. Skor tes akhir memperoleh rata-rata skor sebesar 80,22 dibandingkan dengan skor tes awal sebesar 38,51. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan skor tes akhir lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes awal. 2. Pembahasan Pada penelitian ini, peneliti mengajar di kelas VII.3 sebagai kelas sampel. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah diterapkan model pembelajaran direct instruction. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan, dengan rincian satu kali pre-test diawal pertemuan, tiga kali pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction dan diakhir pembelajaran diberikan posttest. Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22 september 2015 dan diikuti oleh 27 siswa kelas VII.3. Proses pembelajaran mengalami berbagai masalah. Diawal proses pembelajaran sebagai tahap persiapan peneliti mengkondisikan kelas dan memberikan motivasi serta apersepsi kepada siswa. Kemudian penyampaian materi mengenai besaran dan satuan yang dikerjakan melalui demonstrasi. Penerapan model pembelajaran Direct Instruction menimbulkan kegaduhan dan kurang berjalan dengan baik. Hal itu semua terjadi kerena siswa belum terbiasa mengikuti proses pembelajaran menggunakan model Direct Instruction. Untuk mengatasi masalah tersebut di akhir pembelajaran Peneliti memberi penjelasan kembali mengenai proses pembelajaran menggunakan model Direct Instruction hingga siswa mengerti. Pada pertemuan pertama dibuat secara permanen atau tetap, dan menyampaikan materi agar dipelajari untuk pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 25 september 2015 dan diikuti oleh 27 siswa. Proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik, sebelum proses pembelajaran dimulai siswa sudah berada di dalam kelas dan di tempat duduk mereka masing-masing. Pembelajaran diawali dengan penyampaian materi tentang besaran, lalu pemberian soal dengan menyuruh siswa menyebutkan apa saja besaran tersebut dengan begitu siswa saling membantu mengerjakan dan memahaminya. Hanya ada sedikit masalah yaitu saat proses siswa menjelaskan materi tersebut sehingga menimbulkan sedikit kegaduhan. Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 29 september 2015 dan diikuti oleh 27 siswa. Dalam proses pembelajaran siswa sudah bisa mengikuti dan tertarik dengan proses pembelajaran menggunakan model direct instruction. Proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik, saat proses penyelesaian tugas mengukur dan menjelaskan materi tidak lagi menimbulkan kegaduhan. Setelah diberi perlakuan menggunakan model direct instruction, kelas VII.3 diberikan tes akhir (post-test) untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model direct instruction. Post-test dilaksanakan pada tanggal 16 oktober 2015. Berdasarkan hasil post-test nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 80,22. Dari hasil penelitian dan analisis uji t menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah diterapkan model direct instruction secara signifikan tuntas. Hal ini ditunjukkan dari hasil tes akhir diperoleh thitung = 2,03 dengan derajat kebebasan dk = n – 1 = 27 – 1= 26, α = 0,05 diperoleh ttabel = 1,70 sehingga thitung > ttabel yaitu 2,03 > 1,70 maka terima H0 dan tolak Ha. Sehingga hipotesis diterima artinya hasil belajar fisika siswa kelas VII.3 SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah diterapkan model direct instruction secara signifikan tuntas. Hal tersebut disebabkan pembelajaran fisika dengan menggunakan model direct instruction membuat siswa lebih aktif karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa lebih mudah menguasai konsep-konsep dan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari dan pelajaran yang diterima terasa bermakna karena menemukan sendiri jawaban-jawaban dari permasalahan yang ada, dan hal ini merupakan prinsip utama dalam proses pembelajaran. E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Hasil belajar fisika setelah diterapkan model Direct Instruction sebesar 80,22 dan rata-rata hasil belajar fisika sebelum diterapkan model Direct Instruction sebesar 38,51%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah menerapkan model Direct Instruction secara signifikan tuntas. 2. Saran Sehubungan dengan hasil-hasil yang telah dicapai pada penelitian ini maka peneliti memberikan saran: a) Agar siswa disiplin waktu untuk mengikuti proses belajar mengajar dan senatiasa aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran fisika. b) Guru dapat mempertimbangkan model Direct Instruction untuk dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika. c) Sekolah dapat menjadikan model Direct Instruction menjadi bahan kajian dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran fisika d) Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini. F. DAFTAR PUSTAKA Iru, L dan Arihi, L. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-model Pembelajaran. Kendari: Multi Presindo. Sofiyah. 2010. Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap hasil belajar fisika siswa. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Falkutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. [online] http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2540/1/SOF IYAH-FITK.pdf. [6 jan 2014] Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi. Bandung: ALFABETA. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Inovatif Berorientasi