penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction)

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT
INSTRUCTION) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VII
SMP NEGERI 6 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL ILMIAH
OLEH
RUDY YULIANTO
NIM 4110082
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT
INSTRUCTION) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VII
SMP NEGERI 6 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh Rudy Yulianto1, Ahmad Amin2, Yaspin Yolanda3
Program Study Pendidikan Fisika
STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRACT
This thesis entitled “Learning Model Application Directly (Direct Instruction) of
The Learning Outcomes of Students Physics Class 7 SMP Negeri 6 Lubuklinggau
Academic Year 2015/2016”. Problem in this research is “whether the student
learning outcomes after the implementation of direct learning model (Direct
Instruction) on the physics lesson 7 grade students of SMP Negeri 6 Lubuklinggau
significant academic year 2015/2016 completed?”. The purpose of this study was
to determine the thoroughness of learning outcomes after the implementation of
direct learning model (Direct Instruction) on the physics lessons 7 grade students
of SMP Negeri 6 Lubuklinggau the school year 2015/2016. This study used a
quasi-experimental methods, research design one group pretest posttest design.
This study population is 7 grade students of SMP Negeri 6 Lubuklinggau
2015/2016 school year totaling 6 class. Sample VII.3 grade students numbered 27
students. Data collection techniques used were a test. Data were analyzed using ttest. Based on analysis of data obtained an average score of final test results for
class 80,22. Posttest results in a test using t-test at 95% and α = 0,05 and
confidance level and degrees of freedom = 26 obtained thitung > ttabel
(2,03>1,70), so it can be concluded that the results of VII grade students of SMP
Negeri 6 Lubuklinggau after application of direct models instruction is
significantly incomplete.
Keywords : Direct Instruction, completeness.
A. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan adalah sebuah mega proyek bersama bagi anakanak bangsa yang sedang giat-giatnya membangun agar bermartabat dan tidak
ketinggalan dari bangsa-bangsa lain di dunia. Masalah pendidikan adalah
masalah kita bersama, baik formal, informal maupun nonformal. Negara
memiliki tanggung jawab besar untuk merancang atau membangun sebuah
sistem pendidikan yang penuh dengan tuntutan sains dan teknologi agar dapat
bersaing di dunia internasional.
Sedangkan kegiatan belajar mengajar menjadi tanggung jawab guru,
berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di sekolah banyak
tergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di dalam
kelas. Permasalahan yang ada adalah adanya ketidak aktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran fisika.
Siswa sekedar mengikuti pelajaran fisika yang diajarkan guru di dalam kelas,
tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai
feed back atau umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses pembelajaran fisika masih sering dijumpai adanya
kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun
sebenarnya belum mengerti tentang materi yang disampaikan. Tetapi ketika
guru menanyakan bagian mana yang belum dimengerti seringkali siswa
hanya diam, dan setelah guru memberikan soal latihan barulah guru mengerti
bahwa sebenarnya ada bagian dari materi yang belum di mengerti siswa.
Proses pembelajaran fisika masih didominasi oleh guru sehingga keaktifan
siswa dalam kelas masih kurang dan tidak sempat mendorong siswanya untuk
kreatif dalam mengembangkan kemampuannya dalam setiap tatap muka.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap siswa kelas VII SMP
Negeri 6 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016, peneliti melihat bahwa
masih rendahnya daya serap siswa terhadap mata pelajaran fisika. Hal ini
dapat terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan ibu Lorensia, BA. selaku
guru mata pelajaran IPA siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2015/2016, beliau mengatakan bahwa hasil belajar siswa belum
sesuai dengan yang diharapkan, siswa yang tuntas pada saat ulangan harian
dalam satu kelas baru 28,00% dari yang diharapakan. Selain itu juga
kurangnya kemauan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru
merupakan penyebab rendahnya hasil dari pembelajaran mereka.
Guru harus memilih suatu pendekatan atau strategi belajar yang benar
sehingga pada saat proses belajar mengajar siswa tidak merasa bosan dan
menoton. Oleh karena itu pemilihan metode pembelajaran yang tepat adalah
salah satu unsur yang menentukan keberhasilan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan adalah
mencoba menerapkan model pembelajaran langsung (Direct Instruction).
Dalam
menerapkan
model
pembelajaran
langsung
guru
harus
mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan
kepada siswa secara langkah demi langkah. Pada kenyataannya, peran guru
dalam pembelajaran sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi
seorang model yang menarik bagi siswa.
Dalam menggunakan Direct Instruction, seorang guru juga dapat
mengkaitkan dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif. Sebagaimana
dikemukakan oleh Kardi (dalam Sofiyah 2010:21), bahwa seorang guru dapat
menggunakan Direct Instruction untuk mengajarkan materi atau keterampilan
baru dengan diskusi kelompok. Hal tersebut bertujuan untuk melatih siswa
berpikir, menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya, serta membangun
pemahamannya sendiri tentang materi pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas peneliti memilih model pembelajaran
langsung (Direct Instruction) untuk diterapkan di SMP Negeri 6
Lubuklinggau, karena model pembelajaran langsung (Direct Instruction)
belum pernah diterapkan pada mata pelajaran fisika khususnya pada materi
besaran dan satuan. Selain itu juga baik sarana maupun prasarana sangat
mendukung untuk dilaksanakannya model pembelajaran langsung (Direct
Instruction). Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan penelitian tentang
“Penerapan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada
pembelajaran fisika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2015/2016”.
B. LANDASAN TEORI
1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Arends (dalam Trianto 2007:29) model pembelajaran langsung
adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang
dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap. Sedangkan menurut
Killen (dalam Iru dan Arihi 2012:155) menyatakan model pembelajaran
langsung
adalah
teknik
pembelajaran
ekspositori
(pemindahan
pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui
ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas.
Dari dua pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang merujuk pada
pola-pola pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan konsep atau
keterampilan kepada sejumlah kelompok siswa.
1) Langkah-langkah model pembelajaran langsung
Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada
dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Menurut
Kardi dan Nur (dalam Trianto 2007:31) sintaks model pembelajaran
langsung tersebut disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Fase
Peran Guru
Guru
menjelaskan
TPK, informasi latar
Fase 1
Menyampaikan tujuan belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
dan Menyiapkan siswa. mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru mendemotrasikan keterampilan
Fase 2
Mendemontrasikan
dengan benar, atau menyajikan informasi
pengetahuan
dan tahap demi tahap.
keterampilan
Guru merencanakan dan memberi
Fase 3
Membimbing pelatihan bimbingan pelatihan awal.
Mengecek apakah siswa telah berhasil
Fase 4
Mengecek pemahaman melakukan tugas dengan baik, memberi
dan memberikan umpan umpan balik.
balik
Guru
mempersiapkan
kesempatan
Fase 5
Memberi kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan, dengan
Fase
untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan
Peran Guru
pelatihan khusus pada penerapan kepada
situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari
Sedangkan sintaks pembelajaran langsung yang dikemukakan
Bruce dan Well (dalam Iru dan Arihi 2012:155) terdapat 5 (lima)
tahap, seperti ditunjukkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Tahap
Uraian
Orientasi Sebelum menjelaskan dan menyajikan materi baru,
akan sangat menolong siswa jika guru memberikan
kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang
akan disampaikan. bentuk-bentuk orientasi dapat
berupa:
1. Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui
pengetahuan
yang
relevan
dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
2. Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan
pembelajaran.
3. Memberi penjelasan atau arahan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan.
4. Menginformasikan materi/konsep yang akan
digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan
selama pembelajaran.
5. Menginformasikan kerangka pelajaran.
Presentasi Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran
baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan.
Penyajian materi dapat berupa:
1. Penyajian materi dalam langkah-langkah pendek.
2. Memberi contoh-contoh konsep.
3. Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan
cara demontrasi atau dengan penjelasan langkahlangkah kerja.
4. Menjelaskan hal-hal yang sulit.
Tahap
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan
latihan
latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini
terstruktur adalah memberikan umpan balik terhadap respon
siswa dan memberikan penguatan terhadap respon
siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang
salah.
Tahap
Pada fase ini guru memberikan kesempatan pada siswa
latihan
untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan
Tahap
terbimbing
Uraian
terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk
mengakses kemampuan siswa untuk melakukan
tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor
dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Tahap
Fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara
latihan
mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah
mandiri
menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85%-90%
dalam fase bimbingan latihan.
Dari dua pendapat tersebut dapat dikembangkan sintaks
pembelajaran yang menggunakan sintaks menurut kardi dan nur
(dalam Trianto 2007:31) yang sudah dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan
pelaksanaan
penelitian
ini.
Adapun
sintaks
pembelajarannya pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Fase
Tingkah Laku Guru
Guru
menjelaskan
tujuan pembelajaran,
Fase 1
Menyampaikan
informasi
latar
belakang
pelajaran,
tujuan
dan pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa
mempersiapkan
untuk belajar.
siswa
Guru mendemonstrasikan keterampilan
Fase 2
Mendemonstrasikan dengan benar, atau menyajikan informasi
pengetahuan
dan tahap demi tahap.
keterampilan
Guru
merencanakan
dan
memberi
Fase 3
Membimbing siswa
bimbingan kepada siswa.
Mengecek apakah siswa telah berhasil
Fase 4
Mengecek
melakukan tugas dengan baik, memberi
pemahaman
dan umpan balik
memberikan umpan
balik
Guru
mempersiapkan
kesempatan
Fase 5
Memberikan
melakukan bimbingan lanjutan, dengan
kesempatan
untuk perhatian khusus pada penerapan kepada
bimbingan lanjutan situasi lebih kompleks dan kehidupan
dan penerapan
sehari-hari.
2) Kelebihan dan keterbatasan model pembelajaran langsung (Direct
Instruction)
Kardi dan Nur (dalam Trianto 2007:40) menyatakan bahwa model
pembelajaran langsung (Direct Instruction) mempunyai kelebihan, di
antaranya sebagai berikut:
a) Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang
diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai
apa yang harus dicapai oleh siswa.
b) Dapat digunakan untuk memecahkan poin-poin penting atau
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut
dapat diungkapkan.
c) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
d) Merupakan suatu cara efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang
kemampuannya masih rendah.
e) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak
dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara
oleh seluruh siswa.
f) Pembelajaran langsung merupakan cara yang bermanfaat untuk
menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca
atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan
menafsirkan informasi.
g) Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun
model pembelajaran tertentu.
h) Model pembelajaran langsung menekankan kegiatan mendengar dan
mengamati sehingga dapat membantu siswa yang cocok belajar
dengan cara-cara ini.
i) Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi
guru dapat terus-menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Di samping mempunyai kelebihan, Menurut Kardi dan Nur
(dalam Trianto 2007:41) model pembelajaran langsung (Direct
Instruction) mempunyai keterbatasan yaitu:
a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa
untuk mengasimilikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki halhal tersebut guru masih harus mengajarkan kepada siswa.
b) Dalam pembelajaran langsung sulit untuk mengatasi perbedaan
dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan
pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c) Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit
bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.
d) Guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi
bergantung pada guru.
e) Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru
mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis tidak selalu dapat
dipahami oleh siswa.
f) Model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu
arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai
pemahaman siswa.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode esperimen semu. Pada penelitian ini menggunakan one
group pretest and posttest design. Proses pengambilan sampel dilakukan
dengan cara random atau acak. yakni mengambil sampel dengan melakukan
simple random sampling terhadap semua populasi, masing subjek diberi
nomor urut sesuai dengan abjad nama atau urutan nomor semula, dengan
kertas gulungan yang berisi nomor-nomor subjek. Kemudian gulungan
tersebut dimasukan didalam gelas dan diundi secara acak. Sampel yang
terpilih adalah kelas VII.3. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah teknik tes. Teknik analisis data dalam penelitian adalah uji-t.
t=
(Sugiyono, 2010:96)
√
Dengan keterangan t = nilai t yang dihitung, x = nilai rata-rata,
kkm yang dihipotesiskan (75),
=
= simpangan baku, dan n = jumlah anggota
sampel. Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Ha : Rata-rata nilai ketuntasan hasil belajar siswa fisika setelah penerapan
model pembelajaran direct instruction lebih dari sama dengan 75 (μ0
≥75).
Ho : Rata-rata nilai ketuntasan hasil belajar siswa fisika setelah penerapan
model pembelajaran direct instruction kurang dari 75 (μ0 < 75).
Dengan kriteria pengujiannya adalah thitung > ttabel maka Ho diterima
atau Ha ditolak atau sedangkan thitung ≤ ttabel maka Ho ditolak atau Ha diterima
pada taraf signifikan
= 0,05, dengan dk = n-1.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Kemampuan Awal
Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yaitu
pada tanggal 18 September 2015 dan diikuti oleh 27 siswa pada kelas
VII.3. Pelaksanaan pre-test
ini digunakan untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang
belum mereka pelajari. Soal yang digunakan adalah bentuk uraian
sebanyak 8 soal.
Dalam
pelaksanaan
guru
menerapkan
sintaks
model
pembelajaran langsung yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
informasi
latar belakang pelajaran,
mempersiapkan
siswa
untuk
pentingnya
belajar.
pelajaran,
Setelah
itu
dan
guru
mendemonstrasikan pengetahuan berupa keterampilan dengan benar,
dan guru menyajikan informasi mengenai materi tahap demi tahap.
Selanjutnya guru merencanakan dan memberi bimbingan kepada siswa
setelah itu guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
dengan baik atau tidak, dan guru langsung memberi umpan balik.
Terakhir guru mempersiapkan kesempatan melakukan bimbingan
lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Berikut merupakan hasil dari rekapitulasi nilai rata-rata dan
simpangan baku dari pre-test dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Awal (pre-test)
Nilai Rata-Rata Simpangan Baku
Tes Awal
38,51
6,47
b. Kemampuan Akhir
b.
Pelaksanaan post-test dilakukan diakhir pembelajaran yaitu pada
tanggal 16 Oktober 2015 dan diikuti oleh 27 siswa pada kelas VII.3.
Pemberian post-test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction. Kemampuan akhir siswa dalam
penguasaan materi besaran dan satuan merupakan hasil belajar siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan
akhir
siswa
diperoleh
melalui
tes
akhir,
pelaksanaan tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes akhir digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penggunaan penerapan
model pembelajaran langsung direct instruction. Jumlah soal yang
diberikan sebagai soal post-test sebanyak 8 soal berbentuk uraian.
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 80,22.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil post-test siswa setelah diterapkan
model pembelajaran direct instruction ini secara signifikan sudah
tuntas.
Berikut merupakan hasil dari rekapitulasi nilai rata-rata dan
simpangan baku dari hasil post-test dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Akhir (post-test)
Nilai Rata-Rata Simpangan Baku
Tes Akhir
80,22
13,39
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dibandingkan dengan kemampuan
awal siswa (tabel 4.1), terdapat peningkatan hasil belajar pada
kemampuan akhir siswa setelah diberikan pembelajaran. Skor tes akhir
memperoleh rata-rata skor sebesar 80,22 dibandingkan dengan skor tes
awal sebesar 38,51. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan skor tes
akhir lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes awal.
2. Pembahasan
Pada penelitian ini, peneliti mengajar di kelas VII.3 sebagai kelas
sampel. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar fisika
siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah diterapkan model
pembelajaran direct instruction. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
sebanyak lima kali pertemuan, dengan rincian satu kali pre-test diawal
pertemuan,
tiga
kali
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran direct instruction dan diakhir pembelajaran diberikan posttest.
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22 september
2015
dan diikuti oleh 27 siswa kelas VII.3. Proses pembelajaran
mengalami berbagai masalah. Diawal proses pembelajaran sebagai tahap
persiapan peneliti mengkondisikan kelas dan memberikan motivasi serta
apersepsi kepada siswa. Kemudian penyampaian materi mengenai besaran
dan satuan yang dikerjakan melalui demonstrasi.
Penerapan model pembelajaran Direct Instruction menimbulkan
kegaduhan dan kurang berjalan dengan baik. Hal itu semua terjadi kerena
siswa belum terbiasa mengikuti proses pembelajaran menggunakan model
Direct
Instruction.
Untuk
mengatasi
masalah
tersebut
di
akhir
pembelajaran Peneliti memberi penjelasan kembali mengenai proses
pembelajaran menggunakan model Direct Instruction hingga siswa
mengerti. Pada pertemuan pertama dibuat secara permanen atau tetap, dan
menyampaikan materi agar dipelajari untuk pertemuan selanjutnya.
Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 25 september
2015
dan diikuti oleh 27 siswa. Proses pembelajaran sudah berjalan
dengan baik, sebelum proses pembelajaran dimulai siswa sudah berada di
dalam kelas dan di tempat duduk mereka masing-masing. Pembelajaran
diawali dengan penyampaian materi tentang besaran, lalu pemberian soal
dengan menyuruh siswa menyebutkan apa saja besaran tersebut dengan
begitu siswa saling membantu mengerjakan dan memahaminya. Hanya ada
sedikit masalah yaitu saat proses siswa menjelaskan materi tersebut
sehingga menimbulkan sedikit kegaduhan.
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 29 september
2015 dan diikuti oleh 27 siswa. Dalam proses pembelajaran siswa sudah
bisa mengikuti dan tertarik dengan proses pembelajaran menggunakan
model direct instruction. Proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik,
saat proses penyelesaian tugas mengukur dan menjelaskan materi tidak
lagi menimbulkan kegaduhan. Setelah diberi perlakuan menggunakan
model direct instruction, kelas VII.3 diberikan tes akhir (post-test) untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan model direct instruction. Post-test dilaksanakan
pada tanggal 16 oktober 2015.
Berdasarkan hasil post-test nilai rata-rata yang diperoleh siswa
adalah 80,22. Dari hasil penelitian dan analisis uji t menunjukkan bahwa
hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah
diterapkan model direct instruction secara signifikan tuntas. Hal ini
ditunjukkan dari hasil tes akhir diperoleh thitung = 2,03 dengan derajat
kebebasan dk = n – 1 = 27 – 1= 26, α = 0,05 diperoleh ttabel = 1,70
sehingga thitung > ttabel yaitu 2,03 > 1,70 maka terima H0 dan tolak Ha.
Sehingga hipotesis diterima artinya hasil belajar fisika siswa kelas VII.3
SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah diterapkan model direct instruction
secara signifikan tuntas.
Hal tersebut disebabkan pembelajaran fisika dengan menggunakan
model direct instruction membuat siswa lebih aktif karena siswa terlibat
langsung dalam proses pembelajaran dan suasana belajar mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa lebih mudah menguasai konsep-konsep dan
mampu meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari dan
pelajaran yang diterima terasa bermakna karena menemukan sendiri
jawaban-jawaban dari permasalahan yang ada, dan hal ini merupakan
prinsip utama dalam proses pembelajaran.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Hasil belajar fisika setelah diterapkan model Direct Instruction
sebesar 80,22 dan rata-rata hasil belajar fisika sebelum diterapkan model
Direct Instruction sebesar 38,51%. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VII
SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah menerapkan model Direct Instruction
secara signifikan tuntas.
2. Saran
Sehubungan dengan hasil-hasil yang telah dicapai pada penelitian
ini maka peneliti memberikan saran:
a) Agar siswa disiplin waktu untuk mengikuti proses belajar mengajar dan
senatiasa aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran fisika.
b) Guru dapat mempertimbangkan model Direct Instruction untuk
dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika.
c) Sekolah dapat menjadikan model Direct Instruction menjadi bahan
kajian dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
fisika
d) Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari
penelitian ini.
F. DAFTAR PUSTAKA
Iru, L dan Arihi, L. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi,
dan Model-model Pembelajaran. Kendari: Multi Presindo.
Sofiyah. 2010. Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Terhadap hasil belajar fisika siswa. Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Falkutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. [online]
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2540/1/SOF
IYAH-FITK.pdf. [6 jan 2014]
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi.
Bandung: ALFABETA.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Inovatif
Berorientasi
Download