direct instruction

advertisement
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 9 772338 324004
PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL
PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN
MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PALU
Lailatul Fikria Rahmawati1, Muhammad Ali2 dan Yusuf Kendek3
Email: [email protected]
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta KM.9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu – Sulawesi Tengah
Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika antara
model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan model pembelajaran konvensional pada
siswa kelas X SMA Negeri 1 Palu. Penelitian ini menggunakan “The non ekuivalen Pretest-posttest
design”. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Sampel Pada penelitian adalah
kelas X-6 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-8 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian meliputi perangkat pembelajaran untuk model Sains Teknologi Masyarakat,
perangkat pembelajaran untuk model pembelajaran direct instruction dan tes hasil belajar fisika.
Analisis data tes dilakukan dengan teknik statistik uji-t dua pihak untuk melihat adanya perbedaan
pada kedua kelas yang menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan yang
menggunakan model pembelajaran direct instruction. Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian,
diperoleh hasil pengujian hipotesis dengan taraf nyata
= 0,05 berdasarkan tes akhir dengan
menggunakan skor rata-rata maka diperoleh
= 8,04 dan
= 1,98, maka
ditolak dan
hipoteis satu ( ) diterima artinya terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Kata Kunci: model pembelajaran sains teknologi masyarakat; model pembelajaran Direct
Instruction; dan hasil belajar
konsep-konsep yang ada dalam fisika bisa
I. PENDAHULUAN
Kebanyakan orang menganggap bahwa belajar
diaplikasikan dengan mudah oleh siswa.
Berdasarkan
merupakan kegiatan yang tidak menarik dan
membosankan. Padahal belajar akan membuka
jendela pemahaman manusia terhadap hakikat
segala sesuatu. Dengan belajar, manusia akan
dapat memahami hakikat diri, lingkungannya,
dan hakikat pencipta diri dan lingkungannya.
Pembelajaran IPA pada umumnya adalah suatu
tempat bagi siswa untuk mengenali dirinya
sendiri dan juga alam sekitarnya. Misalnya fisika
yang merupakan salah satu pelajaran penting
karena
didalamnya
terdapat
keterkaitan
dengan kehidupan di masyarakat. Seharusnya
pembelajaran fisika bisa lebih erat kaitanya
dengan
kehidupan
sehari-hari,
sehingga
seharusnya
ini,
fisika
menyenangkan,
berkaitan
hal
dipelajari
karena
dengan
maka
secara
mempelajari
kehidupan
sudah
manusia
fisika
yang
menggantungkan hidupnya kepada alam. Fisika
ditemukan
dan
dikembangkan
berdasarkan
masalah-masalah yang dihadapi manusia terkait
dengan kehidupannya. Oleh karena itu tampak
bahwa
sebetulnya
fisika
dianjurkan
untuk
dipelajari oleh setiap orang. Namun fakta yang
ada
di
masyarakat
adalah
sebaliknya.
Setidaknya terdapat anggapan bahwa fisika
termasuk kelompok mata pelajaran yang sulit
dan membosankan. Pelajaran fisika cenderung
dianggap sulit dan membosankan oleh sebagian
48
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 9 772338 324004
siswa. Bahkan anggapan ini hampir dimiliki oleh
penelitian
semua orang.
Salah satu contohnya adalah yang berjudul
komparasi
bertaraf
internasional.
Mempelajari fisika, sebetulnya dapat lebih
World Apart Report. Laporan ini menjelaskan
mengenal alam sekitar. Permasalahan yang
perbandingan metode yang digunakan di Inggris
muncul adalah siswa hanya mengetahui dan
dan
menghafal konsep fisika yang diajarkan, tetapi
menemukan fakta bahwa salah satu faktor yang
mereka kurang memahami konsep tersebut.
meyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di
Sebagian
besar
menghubungkan
siswa
apa
yang
menyatakan
masyarakat
penulis
laporan
ini
mampu
kedua negara itu adalah penggunaan pengajaran
mereka
pelajari
interaktif whole-class yang merupakan salah
bahwa
satu
siswa
yang
diajarkan dengan model pembelajaran sains
teknologi
Para
tidak
dengan kehidupan sehari-hari.
Novrizal
Singapura.
memiliki
penguasaan
faktor
utama
pembelajaran
direct
instruction [2].
Berdasarkan uraian di atas, maka diasumsikan
bahwa
kedua
pembelajaran
ini
dapat
konsepnya lebih tinggi. Hal ini disebabkan siswa
meningkatkan hasil belajar dan menjadikan
yang diajar dengan model pembelajaran sains
pembelajaran berlangsung menyenangkan. Oleh
teknologi masyarakat mempunyai kesempatan
karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan
untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
sebuah eksperimen yang mencoba memberikan
belajar mengajar. Model pembelajaran sains
sebuah solusi bagi permasalahan di atas dengan
teknologi masyarakat juga melatih siswa untuk
cara menerapkan model pembelajaran sains
memadukan antara konsep yang telah diperoleh
teknologi masyarakat dan direct instruction,
dari penjelasan guru di kelas dengan konsep
dengan
yang didapat oleh mereka sendiri baik dari buku-
meningkatkan
buku maupun internet. Dalam hal ini, siswa
persepsi siswa terhadap pelajaran fisika menjadi
diajarkan untuk dapat bekerja sama secara
lebih positif.
berkelompok dalam menyelesaikan berbagai
masalah
dan
membuat
alternatif
untuk
demikian
hasil
diharapkan
belajar
dan
dapat
mengubah
Pada penelitian ini akan diterapkan dua jenis
model pembelajaran, yaitu model pembelajaran
mengatasi permasalahan yang dihadirkan oleh
sains
guru mengenai materi yang dikaji. Pembelajaran
pembelajaran direct instruction. Kedua model
fisika yang diawali dengan isu atau masalah
pembelajaran
aktual
memberikan
yang
dikaitkan
ada
dengan
di
masyarakat
teknologi
kemudian
yang
teknologi
ini
solusi
masyarakat
dianggap
terhadap
dan
akan
model
mampu
permasalahan
telah
sebagaimana diuraikan pada penjelasan di atas.
berkembang, maka konsep-konsep yang telah
Hal itu dikarenakan kedua model pembelajaran
dipelajari dan dikuasai siswa diharapkan dapat
tersebut merupakan model pembelajaran yang
bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan
lebih bermakna sehingga dapat membekali siswa
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
dalam menghadapi permasalahan hidup yang
di lingkungan sosialnya [1].
akan mereka hadapi dalam kehidupannya.
Reynold dan Farell pada tahun 1996 melakukan
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud
sebuah penelitian. Penelitian ini merupakan
untuk melakukan penelitian yang bertujuan
49
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 9 772338 324004
untuk melihat perbedaan hasil belajar fisika
antara
model
pembelajaran
sains teknologi
masyarakat dan model pembelajaran direct
Hasil dari tes hasil belajar fisika yang diberikan
pada
kelas
eksperimen
dan
kelas
kontrol
disajikan pada Tabel 2.
instruction pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Palu.
Tabel 2 Skor Tes Hasil Belajar Fisika Pada
II. METODOLOGI
Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.
Tes Awal
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
kuasi dengan mengambil dua kelas secara
Uraian
purposive pada sekolah SMA Negeri 1 Palu.
Kedua kelas ini yaitu kelas X-6 sebagai kelas
eksperimen
yang
pembelajaran
sains
diterapkan
teknologi
Sampel
Tes Akhir
Kelas
Eksperi
men
44
Kelas
Kontr
ol
44
Kelas
Eksperi
men
44
Kelas
Kontrol
0
0
14
7
14
14
24
22
8,05
9,02
20,41
15,91
30
30
30
30
26,83
30,07
68,03
53,03
44
model
masyarakat
dengan jumlah siswa 44 orang dan kelas X-8
sebagai kelas kontrol yang diterapkan model
pembelajaran direct instruction dengan jumlah
siswa sebanyak 44 orang. Ruang lingkup dalam
penelitian ini hanya mencakup pada hasil belajar
fisika siswa.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari tes
hasil belajar fisika yang diberikan pada awal dan
akhir pembelajaran. Adapun desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Skor
Terend
ah
Skor
Terting
gi
Skor
Ratarata
Skor
Ideal
Persent
ase
sebagai berikut:
Adapun persentase perolehan skor rata-rata
Tabel 1 Desain Penelitian : The Non
Ekivalen Pretest-Postest Design
Group
Kelas
eksperimen
Kelas
kontrol
Tes
maupun tes akhir dapat dilihat pada Gambar 1.
Tes
Perlakuan
Akhir
O
X
O
O
-
O
Awal
hasil belajar fisika pada siswa baik tes awal
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
50
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 9 772338 324004
terpenuhi,
68.03%
53.03%
80.00
60.00
diterima dan hipoteis satu
ditolak artinya tidak terdapat perbedaan hasil
belajar fisika antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Untuk pengujian hipotesis berdasarkan
26.83%30.07%
40.00
tes akhir dengan menggunakan skor rata-rata
20.00
maka diperoleh
= 8,04 dan
maka kriteria penerimaan
0.00
Tes awal
Tes Akhir
hipoteis satu
Kelas Eksperimen
dimana
tidak terpenuhi,
,
= 1,98,
,
ditolak dan
diterima artinya terdapat
perbedaan hasil belajar fisika antara kelas
Kelas Kontrol
eksperimen dan kelas kontrol.
Gambar 1 Deskripsi Persentase Skor RataRata Hasil Belajar Fisika Pada Tes Awal
Dan Tes Akhir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar fisika antara model
pembelajaran sains teknologi masyarakat dan
Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis data hasil
belajar fisika antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol ditunjukkan pada Tabel 3.
model pembelajaran direct instruction. Pada
kelas
eksperimen
pembelajaran
diterapkan
sains
teknologi
model
masyarakat
sedangkan pada kelas kontrol diterapkan model
Tabel 3 Uji-t Data Tes Antara Kelas
pembelajaran
Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Tes Awal
Kelas
Uraian
44
dk
Kelas
Ekspe
Kontrol
men
Sampel
Kelas
Kelas
Eksperi
pembelajaran
Tes Akhir
Kontrol
rimen
44
44
44
direct
sains
Model
instruction.
teknologi
masyarakat
merupakan cara belajar siswa untuk mengaitkan
antara sains yang mereka dapatkan kemudian
menerapkan
pada
Masyarakat
pada
teknogi
di
masyarakat.
umumnya
merupakan
masyarakat modern yaitu masyarakat yang
86
86
1,27
8,04
itu peneliti lebih banyak mengaitkan sains
1,98
1,98
dengan
diterima
Ditolak
selalu mengikuti perubahan zaman. Oleh karena
lingkungan
masyarakat
modern.
Sedangkan pada model pembelajaran direct
instruction cocok digunakan pada pokok bahasan
Pengujian hipotesis yang dilakukan pada taraf
materi yang tidak abstrak. Selain itu pada model
signifikan ( = 0,05) dan dk = (44 + 44) – 2 = 86
pembelajaran
dengan kriteria pengujian yakni, diterimanya
mudah
jika
pembelajaran di kelas.
,
pengujian
,
hipotesis
.
Maka
mengalokasikan
guru
waktu
lebih
dalam
Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini
dengan menggunakan rata-rata skor diperoleh
adalah tes pilihan ganda berjumlah 30 nomor.
penerimaan
tes
instruction
awal
= 1,27 dan
berdasarkan
untuk
direct
= 1,98, maka kriteria
Tes tersebut digunakan untuk mengukur hasil
dimana -1,98 < 1,27< 1,98
belajar fisika pada siswa. Tes dilakukan sebelum
51
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 9 772338 324004
dan sesudah pembelajaran berlangsung. Setelah
terhadap materi yang disampaikan. Hal ini
melakukan tes awal baik pada kelas eksperimen
disebabkan
maupun pada kelas kontrol maka pada masing-
pembelajaran sains teknologi masyarakat siswa
masing kelas memperoleh rerata skor yaitu pada
lebih
kelas eksperimen 8,05 dan kelas kontrol 9,02.
disampaikan.
Dari nilai yang diperoleh tersebut, kemudian
menghadirkan isu-isu atau masalah yang sering
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
mereka lakukan sehingga akan menimbulkan
yang dimaksudkan untuk melihat kondisi awal
pro dan kontra pada siswa. Misalnya pada materi
hasil belajar fisika dari kedua kelas tersebut.
gerak, peneliti memberikan pertanyaan kepada
Hasil dari kedua uji tersebut menyatakan bahwa
siswa “siapa yang pernah naik pete-pete yang
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelas
melaju
eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dapat
Kemudian siswa menjawab bersamaan dengan
dilihat setelah dilakukan uji parametrik dua
mengacungkan
pihak yang menyatakan bahwa kedua kelas
mereka pernah merasakannya. Kembali peneliti
tersebut merupakan sampel yang berasal dari
bertanya “kalian perhatikan keadaan sekitar
kelas yang homogen. Untuk itu dapat dikatakan
kayak pohon ataupun tanaman lainnya? Apakah
bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal
pohon-pohon
yang sama.
Bagaimanakah
dengan
antusias
menerapkan
menyimak
Pada
dengan
materi
yang
awal
guru
tahap
kencang
tangan
di
jalan
lurus?”
menandakan
itu
seperti
kalian
model
bahwa
bergerak?
menanggapi
gerakan
Analisis data tes akhir yang digunakan untuk
pohon tersebut yang semakin lama semakin
melihat perbedaan hasil belajar fisika antara
menjauhi kamu?”Disinilah siswa mengeluarkan
model pembelajaran sains teknologi masyarakat
berbagai pendapat seperti yang mereka alami,
dengan model pembelajaran direct instruction
kemudian
adalah uji hipotesis dua pihak. Uji hipotesis dua
kontra. Kemudian peneliti menjelaskan tentang
pihak
tersebut
materi gerak lurus. Pada tahap ini peneliti
terdistribusi normal dan kedua sampel memiliki
menanamkan konsep yang berkaitan dengan
sebesar 8,04 dan
materi yang sedang diajarkan. Setelah siswa
dapat
dilakukan
jika
varians yang sama. Nilai
data
muncul
pendapat
yang
pro
dan
= 0,05)
paham dengan materi tersebut, maka beranjak
sebesar 1,98. Berdasarkan uji hipotesis yang
pada tahap berikutnya yaitu tahap aplikasi. Pada
dilakukan diperoleh bahwa
tahap
nilai
pada taraf signifikansi (
pada daerah
ini
siswa
dituntut
untuk
mampu
penerimaan H1 sehingga H0 ditolak dan H1
menerapkan konsep dari materi tersebut dalam
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
melakukan
perbedaan
dilakukan
hasil
belajar
antara
model
percobaan.
pada
tahap
Percobaan
aplikasi
ini
yang
hanya
pembelajaran sains teknologi masyarakat dan
berlangsung pada pertemuan 2, 3 dan 4.
model pembelajaraan direct instruction pada
Sedangkan pada pertemuan 1 siswa hanya
siswa kelas X SMA Negeri 1 Palu.
dihadapkan
pada
soal
sains
teknologi
teknologi
masyarakat yang merujuk pada tes hasil belajar.
pembelajaran
Hal ini disebabkan materi pada pertemuan 1
yang dapat meningkatan pemahaman siswa
merupakan materi dasar yang berisi mengenai
Model
pembelajaran
masyarakat
memiliki
sains
tahapan
52
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 9 772338 324004
perpindahan, jarak, kecepatan dan percepatan
saja.
Setelah
tahap
aplikasi,
peneliti
Model
pembelajaran
masyarakat
memudahkan
sains
teknologi
siswa
memahami
menekankan kembali konsep-konsep gerak lurus
materi karena siswa diajak untuk mengaitkan
agar tidak terjadi miskonsepsi. Pada tahap ini,
antara
peneliti dan siswa melakukan tanya jawab
teknologi di masyarakat. Selain itu siswa juga
tentang hal-hal yang kurang dipahami oleh
diajak untuk mengaplikasikan dalam praktikum
siswa. Setelah tidak ada miskonsepsi maka
sehingga
diberikan soal berkaitan dengan materi yang
kesempatan
telah disampaikan sebagai tahap evaluasi. Tahap
menyelesaikan masalah dengan menerapkan
evaluasi
konsep
digunakan
sebagai
penilaian
sains
yang
dengan
sedang
siswa
untuk
yang
dikaji
telah
dengan
mendapatkan
bereksperimen
diperoleh
dan
sebelumnya.
pemahaman siswa terhadap materi yang telah
Sehingga dengan melakukan eksperimen maka
dipelajari.
siswa dapat mengalami sendiri dan membekas
Model
teknologi
dalam ingatan mereka. Dengan demikianmodel
masyarakat melatih siswa untuk selalu aktif
pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat
dalam menyelesaikan masalah terutama pada
meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
tahap
pembelajaran
aplikasi.
mengeluarkan
sains
Sehingga
Model
pembelajaran
sains
teknologi
masyarakat yang diterapkan menemui kendala
pengalaman dan pengetahuan mereka. Selain
saat proses pembelajaran berlangsung. Bagi
itu
peneliti
juga
mereka
berlatih
berdasarkan
siswa
ide-ide
siswa
dituntut
aktif
dalam
beberapa
kendala
tersebut
adalah
mengungkapkan isu-isu yang ada di lingkungan
sulitnya mengalokasikan waktu dengan tepat,
maupun
alami.
karena model pembelajaran sains teknologi ini
Pembelajaran STM adalah merupakan perekat
memiliki tahapan yang cukup banyak. Hal ini
yang
disebabkan
yang
pernah
mempersatukan
mereka
sains,
teknologi
dan
peneliti
belum
optimal
dalam
masyarakat. Ciri-ciri model pembelajaran STM
menguasai kelas. Poedjiadi menyatakan bahwa
antara lain: difokuskan pada isu-isu sosial dan
pembelajaran
yang
menggunakan
teknologi di masyarakat dan lingkungan yang
pembelajaran
sains
teknologi
terkait dengan konsep atau prinsip sains yang
apabila dirancang dengan baik, memakan waktu
akan dikaji. Novrizal (2010) juga menegaskan
lebih lama bila dibandingkan dengan model-
bahwa siswa yang diajarkan dengan model
model lain. Hal ini disebabkan karena bagi guru
pembelajaran
tidak mudah untuk mencari isu atau masalah
mempunyai
sains
teknologi
kesempatan
lebih
masyarakat
aktif
dalam
pada tahap pendahuluan
model
masyarakat
yang terkait dengan
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Model
topik yang dibahas atau dikaji, karena hal ini
pembelajaran sains teknologi masyarakat juga
memerlukan adanya wawasan luas dari guru dan
melatih siswa untuk memadukan antara konsep
melatih tanggap terhadap masalah lingkungan
yang telah diperoleh dari penjelasan guru di
[4].
kelas dengan konsep yang didapat oleh mereka
sendiri baik dari buku maupun internet [3].
Model Pembelajaran direct instruction yang
diterapkan di kelas kontrol ini juga mempunyai
kelebihan tentang pengalokasian waktu dalam
53
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 9 772338 324004
setiap
tahapnya
itu
bisa
disesuaikan
dan
DAFTAR PUSTAKA
pemberian tugas-tugas bisa secara maksimal.
Kardi,S & Nur menyatakan bahwa ada dua hal
[1] Novrizal, Ferdi. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran
Sains teknologi Masyarakat Terhadap Peningkatan
yang menonjol terkait dengan hasil pelaksanaan
Penguasaan
model pembelajaran direct intruction, yaitu:
alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan)
Konsep
Usaha
Dan
Energi.
Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
[2]
Nuruddin, Moh. (2010). Perbandingan Hasil Belajar
yang menggunakan model pembelajaran direct
Fisika Antara Siswa Yang Menggunakan Problem Based
instruction lebih berhasil dan mencapai tingkat
Learning
keterlibatan
yang
tinggi
daripada
metode-
direct
instruction
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran lebih
Yulianti, dkk.(2012). Pengaruh Model Pembelajaran
Visual Terhadap Prestasi Belajar Ipa Sd Gugus I
Banyuning. Singaraja: Universitas Ganesa.
beberapa kendala yaitu guru lebih mendominasi
cenderung susah menyelesaikan permasalahan
Jakarta:
Instruction.
Sains Teknologi Masyarakat Berbantuan Media Audio
memiliki
daripada siswa sehingga siswa menjadi pasif dan
Direct
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
[3]
metode informal yang berpusat pada siswa [5].
Pembelajaran
Dengan
[4]
Poedjiadi, Anna. (2010). Sains Teknologi Masyarakat.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
[5]
Kardi,
S,
&
Nur,
M.
(2000).
Pengajaran
Langsung.Surabaya: UNESA – University Press.
bersifat teoritis dan abstrak, karena siswa tidak
mengalaminya sendiri. Selain itu, siswa yang
diajar
dengan
menggunakan
model
pembelajaran direct instruction kurang memiliki
kesempatan
untuk
mengasah
kemampuan
dalam menyelesaikan masalah. Jadi inilah yang
merupakan faktor penyebab dari lebih kecilnya
nilai rata-rata tes akhir pada kelas kontrol.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan
penelitian,
penelitian
maka
dapat
dan
analisis
disimpulkan
data
bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara
model pembelajaran sains teknologi masyarakat
dan model pembelajaran direct intruction. Hal ini
dapat diketahui melalui hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji-t dua pihak dimana
= 8,04 dan
dan hipoteis satu (
= 1,98, maka
ditolak
) diterima artinya terdapat
perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
54
Download