mekanisme penentuan harga pokok penjualan dan pengakuan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Akuntansi Biaya dan Biaya
1. Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya merupakan cabang akuntansi, yang berasal dari
pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena
kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.
Dibawah ini terdapat beberapa pandangan dari beberapa Penulis
tentang pengertian akuntansi biaya sebagai berikut :
Menurut Carter Usry (2006 : 13 )
“Akuntansi Biaya adalah cara perhitungan atas nilai persediaan yang
dilaporkan dineraca dan nilai harga pokok penjualan yang dilaporkan di
laporan Laba Rugi“.
Armanto Witjaksono (2006 : 1 )
“Akuntansi biaya didefinisikan sebagai ilmu dan seni mencatat,
mengakumulasikan, mengukur serta menyajikan informasi berkenaan
dengan biaya dan beban”.
Dari definisi Armanto Witjaksono dapat diuraikan beberapa
pengertian dalam akuntansi biaya, sebagai berikut :
a. Akuntansi biaya merupakan ILMU, dalam pengertian bahwa akuntansi
biaya merupakan hal yang dapat dipelajari dan tentu saja telah
memenuhi kaidah-kaidah tertentu untuk dapat diakui sebagai suatu
disiplin ilmu, antara lain logis, dan telah diterima serta dipraktekkan
oleh banyak orang.
b. Akuntansi biaya merupakan SENI, dalam pengertian bahwa akuntansi
biaya merupakan bagian disiplin ilmu sosial yang karakteristiknya
antara lain didasarkan atas suatu set asumsi tertentu. Asumsi tersebut
dapat diungkapkan baik secara implisit maupun eksplisit. Dan
perhitungan dalam akuntansi yang sebenarnya merupakan model yang
merupakan abstraksi dari dunia nyata, yang tentu saja memiliki
berbagai keterbatasan tergantung pada set asumsi yang membentuk
model itu sendiri.
Mulyadi ( 2005 : 7 )
“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan
dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan
cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.
Dari beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa akuntansi biaya
tergantung pada untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi
biaya dapat ditujukan untuk memenuhi pemakai luar perusahaan dan dapat
pula untuk memenuhi kebutuhan dalam perusahaan.
Untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan, akuntansi
biaya perlu memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan, dengan
demikian, akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Dan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan, akuntansi
biaya perlu memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen, dengan
demikian akuntansi biaya dapat juga merupakan bagian dari akuntansi
manajemen.
Dalam
hal
ini
Penulis
memfokuskan
pada
permasalahan
pemenuhan kebutuhan pamakai dalam perusahaan, yaitu bagaimana cara
manajer memperhitungkan harga pokok produk, untuk mencapai
penentuan harga jual. Kebijakan penetapan harga oleh manajemen
idealnya memastikan pemulihan (recovery) atas semua biaya dan
mencapai laba, dalam kondisi yang sulit sekalipun. Meskipun permintaan
dan penawaran biasanya merupakan faktor penentu dalam penetapan
harga, penetapan harga jual yang menguntungkan juga memerlukan
pertimbangan atas biaya.
Akuntansi biaya menyediakan informasi mengenai pendapatan dan
biaya yang berbeda yang dapat berasal dari tindakan-tindakan alternatif.
Selain itu akuntansi biaya juga dapat digunakan untuk menghitung biaya
output yang dijual selama suatu periode; biaya ini dan biaya-biaya lain
ditandingkan dengan pendapatan (cost are matched with revenues) untuk
menghitung laba. Biaya dan laba dapat dilaporkan atas segmen dari
perusahaan atau untuk keseluruhan perusahaan, bergantung pada
kebutuhan manajemen dan pelaporan eksternal.
Proses penandingan atau pengaitan (matching) melibatkan
identifikasi biaya jangka panjang dan jangka pendek, serta biaya variabel
dan biaya tetap (kapasitas). Biaya manufaktur variabel dibebankan terlebih
dahulu ke unit yang diproduksi, kemudian ditandingkan dengan
pendapatan saat unit-unit tersebut dijual. Biaya yang tidak tepat
memunculkan kemungkinan dilakukan atau dipertahankannya bisnis yang
tidak menguntungkan serta ditolaknya bisnis yang menguntungkan.
Dengan cara ini informasi biaya memainkan peranan penting dalam
mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih strategi untuk organisasi.
2. Pengertian Biaya
Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan
disajikan oleh akuntansi biaya.
Menurut Hansen yang diterjemahkan oleh Deni Arnos kwary (2006
: 40), “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat
ini atau dimasa dating bagi organisasi”.
Mulyadi (2005 : 8)
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas :
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
b. Diukur dalam satuan uang,
c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang
berarti atas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan
didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini :
•
Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa)
•
Volume Produksi
•
Departemen, Proses, Pusat Biaya (cost center), atau sub divisi lain dari
manufaktur
•
Periode Akuntansi
•
Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi
a. Biaya dalam hubungannya dengan produk
Biaya dalam hubunganya dengan produk ini terdiri dari:
1) Biaya manufaktur atau biaya produksi atau disebut juga sebagai
biaya pabrik yang terdiri dari tiga unsur biaya yaitu bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut
biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik, keduanya disebut biaya konversi.
-
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang
membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan
secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Contoh dari
bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan untuk
membuat mebel. Jumlah paku di mebel merupakan bagian
integral dari barang jadi, tetapi karena biaya dari paku yang
diperlukan untuk setiap mebel tidak signifikan, maka paku
diklasifikasikan sebagai bahan baku tidak langsung.
-
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan
konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat
dibebankan secara layak ke produk tertentu.
-
Overhead pabrik juga disebut overhead manufaktur, beban
manufaktur, atau beban pabrik terdiri atas semua biaya
manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output
tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya
manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung.
Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang
diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak
diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan
baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. Contohnya
adalah amplas, pola kertas.
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenag kerja yang tidak
dapat ditelusuri langsung ke konstruksi atau komposisi dari
produk jadi. Tenaga kerja tidak langsung termasuk gaji
pengawas, pegawai pabrik, pembantu umum, pekerja bagian
pemeliharaan, dan biasanya, pekerja bagian gudang.
2) Beban Komersial
Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar : beban
pemasaran dan beban administratif (juga disebut beban umum dan
administratif).
-
Beban pemasaran mulai dari titik dimana biaya manufaktur
berakhir. Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk
ada dalam kondisi siap dijual. Beban pemasaran termasuk
beban promosi, beban penjualan dan pengiriman.
-
Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam
mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Tidak semua
beban tersebut dialokasikan sebagai beban administratif. Gaji
dari wakil presiden direktur yang bertanggung jawab atas
proses manufaktur dapat dianggap sebagai biaya manufaktur,
dan gaji wakil presiden direktur yang bertanggung jawab atas
pemasaran dapat dianggap sebagai biaya pemasaran.
b. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi
Dalam hubunganya dengan volume produksi, biaya dapat
digolongkan menjadi :
1) Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam
kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji
Direktur produksi.
2) Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya
variable adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
3) Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel
mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
4) Biaya semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat
volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan
pada volume produksi tertentu.
c. Biaya dalam hubunganya dengan Departemen produksi atau
Segmen lain
Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau
segmen lain digolongkan menjadi dua yaitu :
1) Departemen Produksi
Di departemen produksi, operasi manual dan operasi mesin
seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada
produk atau bagian-bagian dari produk. Jika dua atau tiga jenis
mesin yang berbeda melakukan operasi pada satu produk dalam
departemen yang sama, maka mungkin untuk meningkatkan
akurasi dari biaya produk dengan membagi departemen tersebut
menjadi dua pusat biaya atau lebih.
2) Departemen jasa
Di departemen jasa, jasa diberikan untuk kepentingan
departemen lain. Departemen jasa tidak secara langsung terlibat
dalam proses produksi, biaya departemen ini merupakan bagian
dari biaya produk. Departemen jasa yang umum dibeberapa
organisasi
adalah
departemen
pemeliharaan,
departemen
penggajian, departemen akuntansi biaya, departemen pemrosesan
data, dan departemen katering.
d. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi
Dalam hal ini biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1) Pengeluaran modal (capital expenditure)
Pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di
masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva.
2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)
Pengeluaran
pendapatan
memberikan
manfaat
untuk
periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.
e. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan
atau evaluasi
Ketika suatu keputusan harus dibuat diantara tindakan-tindakan
atau alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan adalah penting untuk
mengidentifikasikan biaya (pendapatan, pengurangan biaya dan
penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut.
Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan
untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif. Biaya diferensial sering
kali disebut biaya marginal atau biaya inkremental. Jika biaya
diferensial hanya terjadi apabila satu alternatif tertentu diambil, maka
biaya tersebut juga dapat disebut sebagai biaya tunai yang berkaitan
dengan alternatif itu. Suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karena
itu, tidak relevan terhadap pengambilan keputusan
disebut biaya
tertanam (sun cost).
Dalam suatu keputusan untuk menghentikan suatu produk atau
divisi, beberapa dari biaya produk atau divisi tersebut biasa saja tidak
berpengaruh dengan keputusan itu, biaya seperti itu disebut biaya yang
tidak dapat dihindari. Biaya yang dapat dihindari justru relevan
terhadap pengambilan keputusan.
B. Harga Pokok Produksi
Salah satu tujuan akuntansi biaya adalah menentukan Harga Pokok
Produksi, hal ini harus dikerjakan dengan teliti dan adanya pemahaman dalam
proses pembuatan produk.
i. Pengertian Harga Pokok Produksi
Definisi HPP menurut Blocher Edward J (2007:82)
“Harga Pokok Produksi adalah biaya dari produk yang selesai diproduksi
dan dipindahkan keluar akun persediaan barang dalam proses pada suatu
periode”.
Menurut Armanto Witjaksono (2006 : 3)
“Harga pokok adalah sejumlah aktiva (Asset), tetapi apabila selama
tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh
penghasilan, aktiva tersebut harus dikonversikan ke beban”.
Menurut Hansen yang diterjemahkan oleh Deni Arnos kwary (2006
: 53), “Harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang
diselesaikan selama periode berjalan”.
ii. Metode Perhitungan harga Pokok produksi
Menurut Carter Usry ada 2 metode dalam perhitungan harga pokok
produksi antara lain :
a. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order costing)
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, produk
dipertanggungjawabkan dalam batch. Setiap batch diperlakukan
sebagai pesanan yang terpisah, dan pesanan tersebut merupakan obyek
biayanya. Semua biaya yang terjadi dalam produksi suatu pesanan
dibebankan ke kartu biaya pesanan dari pesanan tersebut. Jika
pekerjaan yang dilakukan untuk satu pesanan terjadi di lebih satu
departemen atau pusat biaya (cost center) yang lain, biaya yang terjadi
disetiap pusat biaya diakumulasikan di kartu biaya pesanan.
Ketika pesanan selesai, biaya per unit dari produk
ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke kartu
biaya pesanan dengan jumlah unit yang diproduksi untuk pesanan
tersebut. Ketika produk yang diproduksi selama periode akuntansi
dalam suatu pusat biaya memerlukan kuantitas dan kombinasi
sumber daya yang berbeda-beda, perhitungan biaya berdasarkan
pesanan merupakan pilihan logis karena biaya untuk memproduksi
produk yang berbeda-beda adalah tidak sama. Dalam perhitungan
biaya berdasarkan pesanan, produk yang berbeda dapat diproduksi
untuk pesanan yang berbeda dan biayanya dapat ditentukan secara
terpisah.
Sistem harga pokok pesanan memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1) Produksi didasarkan pada pesanan dari pelanggan. Oleh karena
itu baik spesifikasi produk dan jumlah yang diproduksi harus
sesuai dengan kehendak pelanggan.
2) Produk yang dihasilkan adalah unik, dengan pengertian bahwa
dapat dibedakan antara pesanan yang satu dengan pesanan yang
lainnya.
3) Proses
produksi
menuntut
adanya
uji
kualitas
untuk
meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan akan memenuhi
tuntutan kualitas dan spesifikasi yang diminta oleh pelanggan.
Dalam harga pokok pesanan dicatat antara lain :
-
Nomor pesanan
-
Jenis produk
-
Tanggal pemesanan
-
Sifat pemesanan
-
Nama pemesan
-
Jumlah
-
Tanggal selesai
-
Harga Jual
-
Biaya produksi
Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan contoh bentuk
kartu harga pokok pesanan sebagai berikut :
Kartu Harga Pokok
SETIA BARU Manufacture
No. Pesanan
Jenis Prod
Tgl. Pesanan
Sifat Pesanan
Sifat Pesan
Nama Pemesan
Jumlah Unit
Tgl. Selesai
Harga Jual
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Biaya Bahan Baku
No.
Jenis
Tgl
Jumlah
BPB
Bahan
JUMLAH
REKAPITULASI
Jenis Biaya
Biaya Bahan
Biaya Tenaga
Kerja
Biaya tak langsung
Tgl.
Biaya Tenaga Kerja
Kartu Jam Kerja
Jumlah
JUMLAH
Biaya
taksirannya
Biaya
sesungguhnya
Selisih
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Biaya Overhead
Tgl.
Dept. Tarip
JUMLAH
Jumlah
Apabila proses produksi melalui beberapa departemen
produksi, maka kartu harga pokok pesanan disusun sebagai
berikut:
SETIA BARU Manufacture
Kartu Harga Pokok
Nama Pemesan : ……………..
Tgl. Pesanan
: ……………..
Tgl. Keterangan
No. Bukti
Dept. I
No. Pesanan : …………….
Tgl. Selesai : …………….
Dept. III
Jumlah
Dept. II
Biaya Bahan Baku
Rp.
Rp.
Rp.
Jumlah Biaya Bahan Baku
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp.
Rp.
Rp.
Jumlah BTKL
Rp.
Rp.
Rp.
Biaya Overhead Pabrik
Rp.
Rp.
Rp.
Jumlah BOP
Dasar
dari
perhitungan
Rp.
Rp.
Rp.
biaya
berdasarkan
pesanan
melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi, satu untuk
setiap item berikut :
•
Pembelian bahan baku
•
Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik
•
Pengakuan biaya overhead pabrik
•
Penggunaan bahan baku
•
Distribusi beban gaji tenaga kerja
•
Pembebanan estimasi biaya overhead
•
Penyelesaian Pesanan
•
Penjualan produk
b. Perhitungan biaya berdasarkan Proses (Process Costing)
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan
baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya.
Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi
total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang
diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa
juga pusat pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utama
adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya
selama satu periode harus sama dalam hal sumber daya yang
dikonsumsi, bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat
mendistorsi biaya produk.
Jika
praktis
untuk
dilakukan,
perhitungan
biaya
berdasarkan proses lebih disukai dibandingkan dengan perhitungan
biaya berdasarkan pesanan. Alasannya, secara umum perhitungan
berdasarkan proses membutuhkan pencatatan yang lebih sedikit,
dan pencatatan yang lebih sedikit berarti lebih murah untuk
dioperasikan. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, buku
besar pembantu untuk barang proses (kartu biaya pesanan) harus
disimpan untuk setiap batch. Dalam perhitungan biaya berdasarkan
proses, karena semua unit produk yang dihasilkan dalam suatu
departemen bersifat homogen, biaya dibebankan hanya ke
departemen produksi. Perhitungan biaya berdasarkan proses
digunakan saat produk dihasilkan dalam kondisi proses yang
kontinu atau metode produksi massal dimana produk-produk yang
dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya lain bersifat
homogen.
Karakteristik dari sistem biaya proses antara lain :
1) Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan
terus menerus (intermitten)
2) Produk yang dihasilkan merupakan produksi massal dan
bersifat seragam (homogen)
3) Tujuan
produksi
adalah
untuk
membentuk
persediaan
(inventory)
Dalam kaitannya dengan tahap-tahap pengolahan produk
ada tiga bentuk aliran produksi fisik yang berhubungan dengan
perhitungan biaya berdasarkan proses yaitu :

Aliran produk berurutan (Sequential Product Flow)
Pada cara ini, mula-mula dimasukkan ke dalam proses
departemen yang paling awal, yang kemudian dilanjutkan ke
proses-proses
departemen
berikutnya,
tambahan
bahan
mungkin diperlukan pada departemen berikutnya.
Pada cara ini sering terdapat pada industri rokok, konveksi
ataupun industri lainnya.
Dibawah ini terdapat diagram aliran biaya produksi secara
berurutan.
PDP Dep I
- Biaya Bahan
- BTK
- BOP

PDP Dep II
- Biaya Bahan
- BTK
- BOP
PDP Dep III
- Biaya Bahan
- BTK
- BOP
Produksi Selesai
Aliran produk Paralel (Parallel Product Flow)
Bahan untuk pertama kalinya dimasukkan kedalam lebih
dari satu proses yang berbeda, pada waktu yang bersamaan
bahan yang barang kali berbeda dalam jenis dan satuan
ukurnya serta dimasukkan kedalam proses yang berbeda pula,
kemudian digabungkan pada proses operasi-operasi berikutnya.
Pada cara ini terdapat pada industri makanan dan minuman.
Di bawah ini terdapat diagram aliran biaya produksi cara
parallel.
PDP Dep I
- Biaya Bahan
- BTK
- BOP
PDP Dep III
- Biaya Bahan
- BTK
- BOP

PDP Dep II
- BTK
- BOP
PDP Dep IV
PDP Dep V
- BTK
- BOP
- BTK
- BOP
Aliran Produk Selektif (Selectif Product Flow)
PDP Dep VI
- BTK
- BOP
Produksi
Selesai
Terdapat beberapa jenis yang dihasilkan dari bahan-bahan
yang dalam waktu bersamaan dimasukkan ke dalam proses
permulaannya.
Produk yang berbeda itu terjadi karena proses produksi
yang terjadi kemudian memang berlainan. Pada cara selektif
dapat didapati pada industri obat-obatan.
Dibawah ini terdapat diagram aliran biaya produksi secara
selektif.
PDP Dep I
- Biaya Bahan
- BTK
PDP Dep II
PDP Dep II
- BTK
- BOP
- Produk A
- Produk B
- Produk C
PDP Dep III
- BTK
- BOP
iii. Tujuan Perhitungan Harga Pokok
Ada beberapa tujuan dalam penetapan harga pokok yang dilakukan
oleh manajemen pada suatu perusahaan, yaitu :
1) Sebagai dasar penentuan harga jual
Harga penjualan akan ditentukan oleh harga pokok produk,
diartikan bahwa seorang produsen tidak akan memproduksi sesuatu
barang apabila tidak untuk mendapatkan laba dari pekerjaan itu.
Seorang produsen baru akan menghasilkan produk suatu barang
apabila harga penjualan barang lebih tinggi dari harga pokok.
Selanjutnya bila harga pokok suatu barang lebih rendah dari harga
penjualan yang sedang berjalan, maka harga penjualan dari barang itu
akan ditekan, dan bila harga pokok sama atau lebih tinggi dari
penjualan maka barang itu akan diproduksi lagi.
2) Menetapkan efisiensi atau tidaknya suatu perusahaan
Salah satu cara penilaian efisiensi tidaknya suatu perusahaan dapat
dilakukan dengan melihat perbandingan-perbandingan atau dengan
harga standar terhadap harga pokok historis. Apabila harga pokok
historis lebih tinggi dari harga pokok standar, maka hal ini berarti
bahwa perusahaan tersebut bekerja tidak efisien, dan bila harga pokok
historis sama atau lebih rendah dari harga pokok standar, berarti bahwa
perusahaan bekerja secara efisien.
3) Dalam rangka menentukan kebijaksanaan perusahaan
Keuntungan dan kerugian suatu perusahaan mencerminkan
kebijakan dari pimpinan perusahaan. Kebijakan tertentu harus dirubah
bila ternyata bahwa dengan pelaksanaan tersebut jauh dari tujuannya.
Akan tetapi tidaklah berarti bahwa dengan adanya keuntungan harus
selalu mempertahankan kebijakan tersebut. Harga pokok juga
merupakan suatu alat untuk menentukan apakah suatu kebijakan dan
metode penjualan barang dirubah atau tidak. Biasanya bagian
penjualan
akan
mencari
saluran
penjualan
tertentu
yang
memungkinkan harga pokok historis serendah mungkin, agar
kebijakan dalam pendistribusian barang dapat diperbaiki jika harga
pokok historis terlalu tinggi.
4) Sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru
Penentuan harga pokok dapat pula dipergunakan sebagai petunjuk
apakah mesin-mesin dan alat perlengkapan diganti atau ditambah
dengan mesin baru. Harga pokok suatu produk untuk bagian yang
diakibatkan oleh biaya yang dikeluarkan dalam memperbaiki mesinmesin dan alat-alat perlengkapan. Meningkatnya pengeluaran, untuk
itu dapat terlihat dalam perhitungan harga pokok historis, yaitu
merupakan pertanda bahwa mesin-mesin dan alat-alat sudah terlalu tua
untuk digunakan dan sudah tidak layak lagi dipakai.
5) Sebagai bahan dalam penyusunan neraca
Untuk keperluan penyusunan neraca, perlu diketahui harga pokok
barang jadi atau harga produk yang masih dalam gudang. Hal ini dapat
ditentukan dengan mengetahui harga pokok barang jadi yang
bersangkutan.
C. Harga Jual
1. Pengertian Harga Jual
Pada umumnya, harga tidak menentukan harga jual produk atas
jasa. Harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai suatu interaksi
antara jumlah permintaan dan penawaran di pasar.
Namun manajemen puncak memerlukan informasi biaya penuh
untuk memperhitungkan konsekuensi laba dari setiap alternatif harga jual
yang terbentuk di pasar. Oleh karena itu manajemen puncak harus
memperoleh jaminan bahwa harga jual produk dan jasa dapat menutup
biaya penuh untuk menghasilkan produk tersebut dan dapat menghasilkan
laba wajar. Laba wajar ditentukan sebesar tarif kembalian investasi yang
diharapkan, yang dihitung sebesar persentase tertentu dari aktiva penuh.
"Harga Jual" adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari barang beserta layanannya”.
"Harga akhir" (harga jual) yang diperoleh dari suatu perhitungan
merupakan harga bersih (Net Price), artinya ia merupakan pendapatan
bersih yang diharapkan dapat diterima di perusahaan, agar masih
mendapat keuntungan (laba). Sedangkan menurut Mulyadi dalam bukunya
yang berjudul Akuntansi Manajemen, Konsep, dan Manfaat dan Rekayasa,
Harga Jual adalah sebagai berikut:
“Umumnya harga jual produk dan jasa standar ditentukan oleh
pertimbangan permintaan dan penawaran di pasar sehingga biaya
bukan merupakan penentu harga jual”.
Satunya-satunya faktor yang memiliki kepastian yang relatif tinggi
yang berpengaruh pada harga jual adalah biaya, karena biaya memberikan
informasi batas bawah suatu harga jual yang harus ditentukan.
2. Metode Perhitungan Harga Jual
Karena penentuan harga atau Pricing sering menjadi penentu atas
kuantitas yang akan terjual dan laba akan diperoleh. Jadi, penentuan harga
yang tepat merupakan suatu yang sangat vital bagi perusahaan dan
labanya. Dalam menentukan harga jual banyak faktor yang mempengaruhi
selain cost dari pembuatan produk itu sendiri. Oleh karena itu, harga jual
harus disesuaikan dengan jenis perusahaan pasar dan produknya.
Ada 5 metode yang sering digunakan dalam harga jual :
1. Metode Gross Margin Pricing
Pada umumnya digunakan oleh perusahaan perdagangan
dimana jenis perusahaan ini tidak membuat sendiri produk yang di jual
sehingga tidak banyak aktiva tetap yang di gunakan. Caranya adalah
dengan menentukan persentase tertentu di atas harga atau cost produk
yang dibeli, yang disebut dengan "Mark on Prosentage atau Mark-Up
". Biasanya penentuan Mark-Up dilihat dari beberapa faktor seperti
musiman atau tidaknya produksinya, biaya operasinya, aktiva yang
digunakan, tingkat persaingan dan sebagainya.
2. Metode Direct Cost Pricing
Pada metode ini perusahaan yang menjual produknya pada
pasar dengan persaingan yang tajam, dalam menentukan harga jualnya
yaitu dengan memperhitungkan biaya-biaya yang berhubungan secara
proporsional dengan volume penjualan sehingga menghasilkan
Marginal Income. Marginal income berapa yang dikehendaki atau
kelebihan diatas biaya-biaya variabel yang dikehendaki perusahaan
menjadi dasar penentuan harga jual. Atau dirumuskan menjadi (Biaya
produksi variable + biaya lain-lain variable) + (Persentase yang
diinginkan x dasar penentuan laba).
3. Metode Full Cost Pricing
Pada metode ini hampir sama dengan metode direct cost
pricing. Perbedaannya hanya terletak pada dasar pembebanan costnya. Dimana pada direct cost pricing hanya biaya-biaya variabel saja,
tetapi pada metode full cost pricing semua jenis biaya dipakai sebagai
dasar untuk menentukan harga jual.
4. Metode Time and Material Pricing
Pada metode ini tarif tertentu ditentukan dari upah langsung
dan tarif lainnya dari bahan baku masing-masing, tarif ini dijadikan
satu ditambah jumlah tertentu dari biaya overhead pabrik serta laba
yang diinginkan, metode ini biasanya digunakan pada perusahaan jasa.
5. Metode Written On Capital Employed Pricing
Pada metode ini prosedurnya dilakukan dengan menentukan
persentase mark-up tertentu dari capital employed yaitu capital yang
dianggap mempunyai peranan dalam memproduksi barang. yang
dinyatakan dalam bentuk rumusan sebagai hasil antara total cost +
(persentase x capital employed ) dengan volume penjualan dalam unit.
Selain kelima metode diatas, ada 3 metode penentuan harga
jual dan juga harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:
1. Penentuan harga jual dalam keadaan normal (cost - Plus Pricing)
Menurut pendapat Mulyadi, cost - Plus Pricing didefinisikan
sebagai berikut:
"Cost - Plus Pricing adalah penentuan harga jual dengan cara
menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh yang akan
datang untuk memproduksi dan memasarkan produk”.
Harga Jual/ Pieces = Cost Product + % Mark- Up
Return of Investment ( ROI ) adalah salah satu cara untuk
menentukan besarnya Mark-Up. Dimana Mark-Up dibentuk untuk
menutup biaya-biaya selain biaya yang menjadi dasar perhitungan
dan untuk menutup laba yang diinginkan. Jika salah dalam
menentukan % Mark-Up, maka biaya-biaya dan laba yang
diinginkan tidak dapat ditutup oleh harga jual.
2. Penentuan harga jual dalam cost - type contract (Cost-Type
Contract Pricing)
Cost-Type Contract merupakan kontrak pembuatan produk atau
jasa, jika pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada
harga yang didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya
dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang dihitung
sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya maka
kontrak pun akan dibuat.
3. Penentuan harga jual pesanan khusus (Special Order Pricing)
Metode harga pokok pesanan adalah cara menentukan harga
pokok yang biaya-biaya pendukungnya dikumpulkan untuk
pesanan tertentu dan harga pokok produk persatuan produk yang
dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut, dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan
jumlah satuan produk dalam pesanan bersangkutan. Perusahaan
yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku
menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dalam
perusahaan.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual
Manajeman dalam melakukan kebijaksanaan untuk penetapan
harga harus bisa menutupi semua biaya dan harus menjamin adanya laba,
walaupun keadaan yang sedang dihadapi tidak menguntungkan.
Penetapan harga jual produk dipengaruhi beberapa faklor, baik dari
dalam perusahaan (internal perusahaan) maupun dari
(eksternal perusahaan).
-
Faktor Internal Perusahaan, antara lain :
a. Tujuan penetapan harga jual (pricing objective)
luar perusahaan
Dalam tujuan
penetapan harga
jual
ini
harus
realistis, yang dapat diukur (measurable), dan mencerminkan
tujuan-tujuan dari perusahaan itu. Tujuan
perusahaan
realistis
perusahaan dengan
harus
bisa
dilakukan
oleh
yang
sumber daya yang tersedia, dan tujuan perusahaan yang dapat
diukur itu harus dapat dinyatakan secara kuantitatif
b. Biaya (Cost)
Biaya adalah faktor penentu dalam penetapan harga jual,
karena itulah pihak manajemen dengan tetap memperhitungkan
biaya atau harga pokok yang harus terencana.
-
Faktor Eksternal
a. Tingkat Permintaan
Harga merupakan faktor yang ditentukan oleh perubahan.
sedangkan permintaan merupakan faktor yang berada di luar
kekuatan
perusahaan. Melihat hubungan dari faktor-faktor ini,
maka akan diketahui efek perubahan harga terhadap permintaan.
b. Tingkat Persaingan
Faktor ini merupakan keadaan yang harus di perhatikan
oleh pihak perusahaan. Dimana pada faktor ini, harga akan
dilemparkan pada kondisi yang ada di pasar. Persaingan yang akan
terjadi di pasar akan membuat kebijaksanaan yang akan diambil
oleh pihak manajemen dengan mengetahui seberapa jauh kekuatan
perusahaan saingan itu.
c. Faktor Eksternal lainnya
Kondisi ekonomi dan peraturan pemerintah (kebijaksanaan
harga minimum penetapan kenaikan harga).
Download