IDENTIFIKASI JAMUR Trychophyton rubrum PENYEBAB TINEA

advertisement
IDENTIFIKASI JAMUR Trychophyton rubrum
PENYEBAB TINEA PEDIS PADA PEDAGANG IKAN
DI PASAR CIKURUBUK KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
Pada Program Studi D3 Analis Kesehatan
Oleh:
UJANG RUHYADIN
NIM. 13DA277049
PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing
Program Studi D3 Analis Kesehatan
Untuk diujiankan
Menyetujui,
Pembimbing I,
Atun Farihatun, SKM., MKM
NIK. 0432778109054
Ciamis,
Juli 2016
Ciamis,
Juli 2016
Pembimbing II,
Feri Rahman Hakim, SKM
NIP. 198311162006041002
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Analis Kesehatan
Atun Farihatun, SKM., MKM
NIK. 0432778109054
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa KTI yang berjudul “Identifikasi Jamur
Trichophyton rubrum penyebab tinea pedis pada pedagang ikan di pasar
cikurubuk Kota Tasikmalaya Tahun 2016” ini, sepenuhnya karya saya
sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya
orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya
ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah
ditentukan institusi STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila di kemudian
hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini.
Ciamis, Juli 2016
Yang membuat
Pernyataan
Ujang Ruhyadin
NIM. 13DA277049
iii
IDENTIFIKASI JAMUR Trichophyton rubrum
PENYEBAB TINEA PEDIS PADA PEDAGANG IKAN
DI PASAR CIKURUBUK KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 20161
Ujang Ruhyadin2 Atun Farihatun3 Feri Rahman Hakim4
INTISARI
Tinea pedis adalah penyakit infeksi jamur dermatofita tersering yang
ditemukan di daerah kulit telapak kaki dan sela jari kaki. Beberapa faktor
risiko Tinea pedis adalah penggunaan sepatu tertutup yang lama setiap
hari, pemakaian kaus kaki ketika bekerja, dan paparan jamur. Penelitian ini
dilakukan pada pedagang ikan yang sehari-harinya bekerja di tempat yang
lembab karena berhubungan langsung dengan air dan memakai sepatu
tertutup dalam jangka waktu yang lama yang dilakukan di Pasar Cikurubuk
yang merupakann pasar terbesar di Kota Tasikmalaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
jamur Trichophyton rubrum penyebab Tinea pedis pada pedagang ikan di
pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel didapat dari kerokan kulit
telapak kaki dan sela jari kaki 14 orang pedagang ikan di Pasar Cikurubuk
Kota Tasikmalaya. Sampel dibawa ke Laboratorium parasitologi STIKes
Muhammadiyah Ciamis untuk dilakukan pemeriksaan.
Hasil penelitian sebanyak 14 sampel kerokan kulit telapak kaki dan
sela jari kaki pada pedagang ikan di pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya
terdapat 10 orang yang terinfeksi jamur Trichophyton rubrum.
Kata kunci
: Jamur Trichophyton rubrum
Kepustakaan
: 17, 2005-2014
Keterangan
: 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing l, 4
nama pembimbing ll
iv
IDENTIFICATION OF Trichophyton RUBRUM FUNGI
CAUSES TINEA PEDIS ON THE FISH TRADERS
IN THE MARKET TOWN OF TASIKMALAYA 2016 CIKURUBUK1
Ujang Ruhyadin2 Atun Farihatun3 Feri Rahman Hakim4
ABSTRACT
Tinea pedis is a fungal infection diseases dermatofita more found in
the skin of the soles of the feet area and sidelines of toes. Some risk factors
for Tinea pedis is the use of closed shoes that long every day, wearing socks
when working, and exposure to the fungus. This research was conducted at
traders of fish in his daily work in damp places because it is directly related
to the water and wearing shoes covered in long periods of being performed
in the cikurubuk market is the largest market occurs in the town of
Tasikmalaya.
The purpose of this research is to find out whether or not there is
fungus Trichophyton rubrum causes Tinea pedis on the merchant market in
the fish Cikurubuk Town, Tasikmalaya.
The study was descriptive in nature. Samples obtained from kerokan
skin your feet and toes 14 man in-stream fish traders in the Market
Cikurubuk the town of Tasikmalaya. The sample is brought to the laboratory
of Parasitology STIKes Muhammadiyah Ciamis to do the examination.
Research results by as much as 14 samples kerokan leather soles
and toes on the sidelines of the fish traders in the market town of
Tasikmalaya Cikurubuk there are 10 people infected with the fungus
Trichophyton rubrum.
Keywords
: The fungi Trichophyton rubrum
Library
: 17, 2005-2014
Description : 1 the title of the, 2 name of student, 3 name of supervisor I,
4 name of supervisor II.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi atas Taufik,
Rahmat dan Hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Identifikasi Jamur Trychophyton rubrum
Penyebab Tinea Pedis Pada Pedagang Ikan Di Pasar Cikurubuk Kota
Tasikmalaya Tahun 2016”.
Karya Tulis Ilmiah ini, diajukan untuk salahsatu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan D3 Analis Kesehatan dan memenuhi gelar Ahli
Madya
Analis
Kesehatan
di
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis llmiah ini
tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan dorongan dari
pihak-pihak terkait yang embantu proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
ini. oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini yaitu kepada yang terhormat:
1. H. Dedi Supriadi, S.Kep., S.Sos., Ners., M.M.Kes. selaku ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
2. Atun Farihatun, S.KM., M.KM. selaku Ketua Program Studi D III Analis
Kesehatan. Sekaligus Pembimbing I dan penguji lll yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Feri Rahman Hakim, SKM selaku Pembimbing II sekaligus penguji l
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan
bimbingan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ary Nurmalasari, SKM., M.Biomed selaku penguji ll yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Nur
Hidayat,
S.KM.,
selaku
Pembimbing
Agama
Islam
dan
Kemuhammadiyahan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
vi
6. Pada pedagang ikan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
7. Orang Tua dan Keluarga Tercinta yang selalu memberikan do’a dan
dukungan moril maupun materil sehingga terselesaikannya Karya Tulis
Ilmiah ini.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan do’a
sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah tidak hanya menambah
pengetahuan mahasiswa, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang
kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
dalam ilmu analis kesehatan.
Ciamis, Juli 2016
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
ii
PERNYATAAN ......................................................................................
iii
INTISARI ...............................................................................................
iv
ABSTRAK .............................................................................................
v
KATA PENGANTAR .............................................................................
vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xi
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Rumusan Masalah................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .................................................................
3
D. Manfaat Penelitian................................................................
3
E. Keaslian Penelitian ..............................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori.....................................................................
5
1. Jamur ..............................................................................
5
2. Trichophyton rubrum .................................................... 11
3. Tinea Pedis ............................ ........................................ 13
4. Anatomi kulit ...................................... ........................... 17
B. Kerangka Konsep Penelitian .............................................. 20
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ........................................................ 21
B. Variabel dan Definisi Operasional...................................... 21
C. Populasi dan Sampel Penelitian......................................... 22
D. Pengumpulan Data .............................................................. 22
E. Prosedur Penelitian ............................................................. 23
F. Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 26
G. Etika Penelitian .................................................................... 26
H. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 27
BAB IV HASIL PEMERIKSAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pemeriksaan ............................................................... 28
B. Pembahasan ......................................................................... 32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................... 35
B. Saran ..................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 36
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional ......................................... 21
Tabel 3.2 Alat yang digunakan dalam penelitian ............................... ... 23
Tabel 3.3 Bahan yang digunakan dalam penelitian .............................. 23
Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ................................ 27
Tabel 4.1 Hasil pengamatan langsung dengan KOH 10% ..................... 28
Tabel 4.2 Hasil pengamatan pada biakan media SDA........................... 39
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mikroskopis jamur Trichophyton rubrum ........................... 12
Gambar 2.2 Struktur anatomi kulit .............................. ........................... 18
Gambar 2.3 Kerangka konsep ............................................................... 20
Gambar 4.1 Jamur Trichophyton rubrum ............................................... 30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informasi
Lampiran 2 Lembar Wawancara Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan atau Informed Consent
Lampiran 4 Gambar Penelitian
Lampiran 5 Surat Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 7 Surat Keterangan dari Pasar
xii
DAFTAR SINGKATAN
%
: Persen
°C
: Derajat Selsius
L
: Liter
ML
: Mili Liter
Q.S
: Qur’an Surat
SDA : Sabouroud Dexstrose Agar
TPA
: Tempat Pembuangan Akhir
KOH : Kalium Hidroksida
xiii
DAFTAR ISTILAH
Dermatitis
: Radang kulit yang disebabkan oleh bakteri, jamur,
alergi dan sebagainya yang disertai rasa gatal.
Dermatofita
: Sebuah jamur parasit pada kulit atau kulit deripatif
seperti rambut atau kuku.
Efloresensi
: Kelainan pada kulit yang memiliki sifat tertentu
(ruam).
Fisura
: Retakan tipis dalam epidermis atau epitel, dan
disebabkan oleh kekeringan yang berlebihan.
Hifa
: Deretan
atau
rantai
sel
yang
membentuk
rangkaian berupa benang yang merupakan
kesatuan dasar penyusun tubuh jamur.
Insiden
: Jumlah kasus penyakit, atau kematian dalam satu
periode tertentu pada populasi tertentu.
Khamir
: Jamur yang berkembangbiak dengan tunas
kecambah atau ragi.
Maserasi
: Pelunakan jaringan karena terendam dalam
cairan, terutama cairan asam, sehingga jaringan
pengikat melarut dan bagian jaringan dapat
dipisahkan (dalam histologi).
Mikosis
: Penyakit yang disebabkan oleh jamur yang
menyerang kulit.
Misetoma
: Kumpulan gejala (sindrom) yang disebabkan oleh
infeksi jamur pada jaringan di bawah kulit.
Non dermatofitosis
: Penyakit jamur yang terjadi pada bagian kulit
paling luar.
Parasit Patogen
: Parasit yang mampu menimbulkan penyakit pada
inangnya.
xiv
Prevalensi
: Jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi
pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah
Saprofit
: Organisme yang hidup dan makan dari bahan
organik yang sudah mati atau yang sudah busuk
Skuama
: Lapisan
tanduk
dari
epidermis
mati
yang
menumpuk pada kulit yang dapat berkembang
sebagai dampak perubahan inflamasi.
Spora
: Alat reproduksi jamur
Survei
: Teknik riset dengan memberi batas yang jelas
atas data penyelidikan dan peninjauan.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tinea pedis atau yang lebih dikenal dengan kutu air adalah
penyakit akibat infeksi jamur dermatofita yang mengenai kulit pada
jari-jari kaki, telapak kaki, dan bagian lateral kaki. Penyebab penyakit
ini adalah seluruh genus dermatofita terutama Trichophyton rubrum,
dan Trichophyton mentagrophytes. Namun penyebab tersering yaitu,
Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton
epidermophyton floccosum. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi
dermatofita yang sering terjadi. (FKUI, 2008).
Kelainan mengenai kulit diantara jari-jari kaki, terutama antara
jari ke 3-4 dan ke 4-5, telapak kaki dan bagian lateral kaki. Faktor
predisposisi berupa kaki yang selalu basah, baik oleh air (tukang cuci),
maupun oleh keringat (sepatu tertutup dan memakai kaos kaki)
dengan waktu yang lama. (FKUI, 2008).
Selain karena pemakaian sepatu tertutup untuk waktu yang
lama, bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit
karena mekanis, tingkat kebersihan perorangan, dan paparan
terhadap
jamur
merupakan
faktor
resiko
yang
menyebabkan
terjadinya tinea pedis. Kondisi lingkungan yang lembab dan panas di
sela-sela jari karena pemakaian sepatu yang lembab, juga akan
merangsang tumbuhnya jamur (Kurniawati, 2006).
Lingkungan
mempengaruhi
kerja
kesehatan
merupakan
kerja.
tempat
Faktor-faktor
yang
potensial
yang
dapat
mempengaruhi kesehatan kerja antara lain faktor fisik, faktor kimia,
dan faktor biologis (Kurniawati, 2006). Sehingga sudah sewajarnya
kita selalu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh seperti yang
dianjurkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah (9) : 108 yang berbunyi :
1
2
“Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.
Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba),
sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di
dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.
Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”(Q.S AtTaubah 9 : 108).
Ayat diatas mengingatkan kita bahwa Allah SWT menyukai
orang-orang yang mensucikan diri / bersih. Karena sesungguhnya
bersih itu sebagian dari iman dan juga dapat menghindarkan kita dari
berbagai penyakit yang disebabkan karena kurangnya kita dalam
menjaga kebersihan diri.
Pedagang ikan adalah salah satu jenis pekerjaan yang sehariharinya bekerja di tempat yang lembab dan berhubungan langsung
dengan air, serta selalu memakai sepatu yang kedap udara dalam
jangka waktu yang lama, sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya
jamur pada kaki, selain itu tingkat kebersihan yang kurang
diperhatikan juga merupakan salah satu faktor penyebab tumbuhnya
jamur.
Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli yang
dilakukan oleh penjual dan pembeli pada waktu dan tempat tertentu.
Keberadaan pasar tentu sangat penting, selain sebagai penopang
keberlangsungan ekonomi sebuah bangsa, pasar juga memiliki peran
penting dalam mendukung ekonomi dan kemajuan masyarakat. Salah
satu pasar yang ada di Tasikmalaya adalah pasar cikurubuk, pasar ini
terletak di Jl Ardiwinangun kel.Tugu Jaya Kec. Indihiang kota
Tasikmalaya.
3
Pasar terbesar di Kota Tasikmalaya ini memiliki ratusan toko
baik yang sifatnya permanen ataupun yang semi permanen. Tentu
semuanya disesuaikan dengan jenis barang yang di jajakan di pasar
ini. di Pasar Cikurubuk terdapat sedikitnya (50) orang pedagang ikan
yang menempati (60) kios tempat berjualan ikan. Berdasarkan survey
pendahuluan yang dilakukan peneliti terlihat bahwa keadaan tempat
berjualan di tiap kios ikan tersebut becek dan kotor serta ada
pedagang yang mengeluhkan gatal pada sela jari kaki dan telapak
kaki yang pecah-pecah. Kebanyakan pedagang ikan memakai sepatu
boot yang kedap udara dan dipakai pada waktu yang lama sehingga
keadaan kaki yang memakai sepatu tersebut menjadi lembab
dan
memungkinkan tumbuhnya jamur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka
yang menjadi rumusan masalah adalah, apakah terdapat jamur
Trichophyton rubrum penyebab Tinea pedis pada pedagang ikan di
Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya jamur Trichophyton rubrum penyebab Tinea pedis pada
pedagang ikan di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Mendapatkan pengetahuan dan wawasan
mengenai jamur
penyebab Tinea pedis pada pedagang ikan.
2. Untuk Institusi
Untuk menambah kepustakaan bagi STIKes Muhammadiyah
Ciamis.
4
3. Untuk Pedagang Ikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang jamur yang menyebabkan Tinea pedis
sehingga masyarakat dapat memperhatikan perilaku hidup bersih
dan sehat supaya terhindar dari jamur penyebab Tinea pedis.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Tinea pedis
pernah dilakukan oleh Ratna Dian Kurniawati pada tahun 2006
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Tinea pedis pada
pemulung di TPA Jati Barang Semarang.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah pada variabel yang diteliti yaitu Tinea pedis. Adapun
perbedaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya
yaitu
perbedaan waktu, tempat, dan populasi yang diteliti dan faktor-faktor
yang diteliti yaitu faktor lingkungan rumah dan praktik kebersihan diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Jamur
a. Pengertian jamur
Jamur
adalah
suatu
kelompok
beragam
dari
organisme eukariota saprofitik (hidup dari zat giji yang berasal
dari materi organik mati) dan parasitik. Penyakit jamur pada
manusia (mikosis) diklasifikasikan menurut lokasi pada atau
didalam tubuh tempat terjadinya infeksi. Disebut sebagai
infeksi kulit jika hanya terbatas pada epidermis, subkutan jika
infeksi menembus dengan jelas ke bawah kulit dan sistemik
jika infeksi terdapat didalam tubuh atau menyebar ke alat
dalam (Harvey, 2015).
b. Sifat umum
Jamur bersifat heteropik yaitu organisme yang tidak
mempunyai klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan
sendiri melaliui proses fotosintesis seperti tanaman. Untuk
hidupnya jamur memerlukan zat organik yang berasal dari
hewan, tumbuh-tumbuhan, serangga dan lain-lain, kemudian
dengan menggunakan enzim zat organik tersebut diubah dan
dicerna menjadi zat anorganik yang kemudian diserap oleh
jamur sebagai makanannya. Sifat inilah yang menyebabkan
kerusakan pada benda dan makanan, sehingga menimbulkan
kerugian, dengan cara yang sama jamur dapat masuk
kadalam
tubuh
manusia
dan
hewan
sehingga
dapat
menimbulkan penyakit (Sutanto, 2008).
Pada umumnya jamur tumbuh dengan baik di tempat
yang lembab. Jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, sehingga jamur dapat ditemukan di semua
5
6
tempat di seluruh dunia termasuk di gurun pasir yang panas
(FKUI, 2008).
Di alam bebas terdapat lebih dari 100.000 spesies
jamur
dan
kurang
menyebabkan
dari
penyakit
500
pada
spesies
diduga
manusia
dan
dapat
hewan.
Diperkirakan 100 spesies bersifat patogen pada manusia dan
sekitar 100 spesies hidup komensal pada manusia (bersifat
saprofit), tetapi dapat menimbulkan kelainan pada manusia
bila keadaan menguntungkan
bagi pertumbuhan jamur
tersebut (Sutanto, 2008).
Jamur yang menimbulkan penyakit pada manusia,
biasanya hidup pada zat organik atau di tanah yang
mengandung zat organik seperti humus, tinja binatang
(unggas, kelelawar) dalam keadaan demikian, jamur dapat
hidup terus menerus sebagai saproba tanpa melalui daur
sebagai parasit manusia (Irianto, 2008).
Jamur akan tumbuh lebih subur lagi bila kebersihan
tubuh
kurang
terjaga,
kondisi
tubuh
menurun,
serta
mengkonsumsi beberapa obat seperti antibiotik, steroid dan pil
kontrasepsi. Tempat-tempat umum seperi kolam renang dan
tempat
ganti
pakaian
merupakan
tempat
ideal
untuk
perpindahan jamur. Jamur dapat menembus jaringan kulit
terdalam dan menimbulkan infeksi. Infeksi jamur dapat
menular ke bagian lain melalui garukan, handuk, dan lain-lain
(Irianto, 2014).
7
c. Morfologi jamur
1) Khamir
Yaitu sel-sel yang berbentuk bulat, lonjong, ogival
yaitu bulat panjang dengan salah satu ujung runcing yang
berkembang biak secara pertunasan.
2) Kapang
Yaitu
terdiri
atas
sel–sel
memanjang
dan
bercabang yang disebut hifa (FKUI, 2008).
Sifat hifa
a) Hifa udara, yaitu berfungsi mengambil oksigen.
b) Hifa reproduktif, yaitu berfungsi membentuk spora
c) Hifa vegetatif, yaitu berfungsi mengambil makanan
untuk pertumbuhan (FKUI, 2008)
Spora
dapat
dibentuk
secara
aseksual
atau
seksual. Spora aseksual disebut talospora, yaitu spora
yang langsung dibentuk dari hifa reproduktif. Spora yang
termasuk talosora ialah:
a) Blastospora
b) Artrospora
c) Klamidospora
d) Aleuriospora
e) Sporangiospora
f)
Konidia
Spora seksual dibentuk dari fusi dua sel atau hifa.
Spora yang termasuk golongan spora seksual yaitu:
a) Zigospora
b) Oospora
c) Askospora
d) Basidiospora (Siregar, 2005).
8
d. Perkembangbiakan jamur
Jamur berkembang biak dengan membelah diri,
bertunas, atau dengan spora. Spora dapat dibentuk secara
seksual dan aseksual
1) Spora yang termasuk aseksual ialah :
a) Blastospora
Konidia berbentuk bulat atau semi bulat yang
terbentuk langsung pada hifa atau dari sel pembentuk
konidia yang langsung duduk pada hifa.
b) Arthrokonidia
Sel reproduksi aseksual yang terbentuk dari hifa
bersepta yang terputus-putus, sehingga kompartemen
kompartemen berdiri sendiri dan dapat menjadi hifa
baru.
c) Khlamidospora
Sel hifa yang membesar karena mendapat nutrisi
extra berdinding tebal. Sel ini terbentuk apabila
lingkungan di sekitar kurang menguntungkan.
d) Konidia
Suatu propagil yang non motil dan tidak terbentuk
melalui proses pembelahan.
e) Sporangispora
Suatu kantung tertutup pada ujung hifa fertile atau
cabang hifa, kantung tersebut dinamakan sporangium
dan dapat berbentuk bulat, semi bulat, atau panjang
(Gandjar, 2014).
2) Spora yang temasuk seksual :
a)
Basidiospora
Spora seksual yang terbentuk dalam basidium, dan
terdapat pada basidiomycetes.
9
b)
Askospora
Spora seksual yang terbentuk dalam askus, dan
terdapat pada ascomycetes.
c)
Zigospora
Spora seksual pada zygomycetes, merupakan hasil
fusi dari gamatangia, sel berdinding tebal, dan
berpigmen gelap (Gandjar, 2014).
e. Jamur penyebab penyakit kulit
Berbagai jenis jamur dapat berkembangbiak di kulit,
istilah medisnya adalah dermatomikosis yaitu semua penyakit
jamur yang menyerang kulit. Sedangkan dermatofitosis
merupakan penyakit jamur yang disebabkan oleh golongan
jamur dermatofita (Siregar, 2005).
Dermatofita merupakan golongan jamur yang gemar
mencerna jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin),
misalnya stratum korneum pada epidermis (kulit jari, rambut,
dan kuku). Dermatofitosis sering disebut tinea, ringworm,
kurap, teigne, atau herpes sirsinata. Dermatofita terbagi dalam
tiga genus yaitu Trichopiton (T), Mycrosporum (M), dan
Epidermophyton (E). Dari 41 spesies dermatofita yang sudah
dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dan binatang. Terdiri dari 15 spesies
Trichophyton, 7 spesies Mikrosporum, dan satu spesies
epidermophyton (Siregar, 2005).
Setiap
spesies
dermatofita
mempunyai
afinitas
terhadap hospes tertentu, yaitu:
1) Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang,
dan kadang-kadang menyerang manusia, organisme
zoofilik
yaitu:
Microsporum
canis,
Trichophyton
verrucosum, Microsporum gallinae, Microsporum nanum,
Microsporum equinum.
10
2) Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di
tanah dan dapat menimbulkan radang pada manusia.
Organisme
geofilik
yaitu:
Mycrosporum
gypseum,
Trichophyton terrestre
3) Dermatofita yang antrofilik menyerang manusia karena
memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Organisme
antropilik
yaitu:
Trichophyton
mentagrophytes,
rubrum,
Trichophyton
Trichophyton
schoenleinii,
Trichophytontonsurans,
Trichophyton
violaceum,
Mikrosporum
Epidermophyton
floccosum
audouinii,
(Irianto, 2013).
Golongan dermatofitosis diklasifikasikan berdasarkan
lokasinya: disebut Tinea kapitis jika menyerang kulit kepala,
rambut, alis, dan bulu mata. Tinea korporis, jika menyerang
badan atau kulit tubuh yang tidak berambut (globrous skin),
termasuk Tinea kruris yang khusus menyerang lipat paha,
daerah bawah perut, dan sekitar anus. Tinea barbae
menerang daerah dagu, jenggot, kumis dan jambang. Tinea
manum menyerang tangan dan telapak tangan. Tinea pedis
menyerang sela-sela kaki dan telapak kaki. Dan Tinea
unguium menyerang kuku (Siregar, 2005).
f.
Gejala infeksi jamur kulit
Pada umumnya, dermatofitosis pada kulit memberikan
morfologi yang khas, yaitu bercak-bercak yang berbatas tegas
disertai efloresensi-efloresensi yang lain sehingga memberi
kelainan yang polimorf dengan bagian tepi yang aktif serta
berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang.
Gambaran klinis ini merupakan campuran kerusakan jaringan
kulit dan reaksi radang yan terjadi pada kulit pejamu (Siregar,
2005).
11
Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan
gatal. Bila kulit yang gatal ini digaruk, papul atau vesikel akan
pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosif dan bila
mengering
jadi
krusta
dan
skuama.
Kadang-kadang
bentuknya menyerupai dermatitis (Eczema marginatum),
tetapi kadang-kadang pula hanya berupa makula yang
hiperpigmentasi saja (tinea korporis) dan bila ada infeksi
sekunder
menyerupai
gejala-gejala
pioderma
(imperti-
genisasi) (Sutanto, 2008).
2. Trichophyton rubrum
Jamur sangat erat kaitannya dengan manusia. Jamur bisa
hidup dan tumbuh dimana saja, baik di udara, tanah, air pakaian,
bahkan ditubuh manusia sendiri. Indonesia sebagai negara tropis
menjadi
lahan
subur
tumbuhnya
jamur
khususnya
jamur
Trichophyton rubrum. Oleh sebab itu, penyakit-penyakit akibat
jamur ini seringkali menjangkiti masyarakat. Trichophyton rubrum
menyerang jaringan kulit dan menyebabkan infeksi kulit antara lain
: Tinea Pedis (“Athlete’s Foot”) yang berlokasi diantara jari-jari
kaki, dan telapak kaki infeksi ini banyak terdapat pada orang yang
kerap memakai sepatu, Tinea Cruris (“Jocktitch”) yang berlokasi
dilipatan paha, Tinea Barbae yang berlokasi dirambut janggut, dan
Tinea Ungunium yang berlokasi di kuku tangan maupun kaki. Kita
dapat mencegah infeksi jamur dengan selalu memperhatikan
kebersihan diri dan menjaga kekebalan tubuh (Jawetz, 2008).
Taksonomi dari Trichophyton rubrum adalah sebagai berikut
Phylium
: Askomykota
Class
: Eurityomycetes
Order
: Onygenales
Family
: Arthroder mataceae
Genus
: Tricopyton
12
Spesies
: Trichophyton rubrum
Gambar 2.1 Mikroskopis Jamur Trichophyton rubrum
Gunter,Robert. 2005
Pada jamur ini, mikrokonidia adalah bentuk spora yang
paling banyak, mikrokonidia berdinding halus, berbentuk tetesan
air mata sepanjang sisi-sisi hifa, pada beberapa strain terdapat
banyak mikrokonidia bentuk ini, koloni sering menghasilkan warna
merah pada sisi yang sebaliknya, beberapa strain dari T. rubrum
telah dibedakan yaitu : T. rubrum berbulu halus dan T. rubrum tipe
granule, T. rubrum berbulu halus memiliki karakteristik yaitu
produksi mikrokonidia yang jumlahnya sedikit, halus, tipis, kecil,
dan tidak mempunyai makrokonidia. Sedangkan karakteristik T.
rubrum tipe granuler yaitu produksi mikrokonidia dan makrokonidia
yang jumlahnya sangat banyak, mikrokonidia berbentuk clavate
dan pyriform, makrokonidia berdinding tipis, dan berbentuk seperti
cerutu, T. rubrum berbulu halus adalah strain jamur yang paling
banyak menginfeksi manusia. Strain ini dapat menyebabkan
infeksi kronis pada kulit. Sedangkan T. rubrum tipe granular
menyebabkan panyakit Tinea corporis (Jawetj, 2008).
Trichophyton rubrum menginfeksi rambut, kulit dan kuku,
membentuk makrokonidia silindris dengan dinding tipis, halus,
club-sheped dengan 8-10 septum dengan ukuran 4 x 8 – 8 x 15
µm dan mikrokonidia yang khas berbentuk bulat, piriform (
teardrop-shaped), atau clavate (club shaped) dengan ukuran 2-4
µm.
13
Sifat umum Trichophyton rubrum :
a. Dermatophytes antropofik
b. Infeksi rambut, kulit dan kuku.
c. Ectothricx, tes urease negatif, hair perporation test negatif.
d. Biakan (kultur): tumbuh lambat (2-3 minggu), koloni putih
sepeij bludur (velvety), ditutupi oleh aireal miselium, memberi
pigmen merah anggur dilihat dari reverse side.
Gambaran mikroskopik dari biakan :
a. Berdinding tipis
b. Bentuk septa kecil
c. Bentuk lonjong seperti tetesan air mata
d. Membentuk banyak mikrokonidia (Gandjar,dkk, 2014)
3. Tinea pedis
a. Pengertian Tinea pedis
Tinea pedis atau yang lebih dikenal dengan kutu air
adalah infeksi dermatofita pada kaki, terutama pada sela jari
dan telapak kaki. Tinea pedis merupakan infeksi jamur yang
paling sering terjadi. Penyebabnya yang paling sering adalah
Trichophyton rubrum yang memberikan kelainan menahun.
Paling banyak ditemukan diantara jari ke-4 dan ke-5, dan
seringkali meluas ke bawah jari dan sela jari-jari lain. Oleh
karena daerah ini lembab, maka sering terlihat maserasi,
berupa kulit putih dan rapuh. Jika bagian kulit yang mati ini
dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada
umumnya juga telah diserang jamur (Siregar, 2005).
Pada umumnya, jamur tumbuh pada kulit kaki karena
faktor kelembaban. Hal itu dapat disebabkan kaki yang sering
berkeringat, kaos kaki kurang dijaga kebersihannya, atau
sepatu terlalu tertutup. Jari-jari kaki sangat rentan terinfeksi
jamur Tinea pedis, terutama pada orang yang sering memakai
14
sepatu tertutup pada kesehariannya. Jadi dapat dikatakan di
sini bahwa Tinea berhubungan dengan kebersihan, dan
keringat (Siregar, 2005).
Bentuk klinis dapat terjadi bertahun-tahun, tanpa
keluhan berarti. Bahkan sebagian di antara penderitanya total
bebas gejala. Sebagian penderitanya baru merasa terganggu
ketika muncul bau tak sedap dari kulit kaki mereka. Tidak
menutup kemungkinan munculnya infeksi bakteri (infeksi
sekunder) yang dapat menunjukkan gejala mulai dari yang
ringan (bintil-bintil merah yang perih) hingga yang lebih berat
seperti nyeri dan demam (Siregar, 2005).
b. Faktor resiko Tinea pedis
Tinea pedis yang mempunyai nama lain Athlete's foot,
ring worm of the foot atau kutu air, (padahal bukan betul-betul
kutu, melainkan kapang jamur yang menyukai bagian kulit
yang sering dibiarkan basah dan lembab). Beberapa faktor
lain penyebab Tinea pedis adalah pemakaian sepatu tertutup
untuk waktu yang lama, bertambahnya kelembaban karena
keringat, pecahnya kulit karena mekanis, dan paparan
terhadap jamur di gedung olah raga atau kolam renang
(Siregar, 2005).
Selain itu pemakaian kaus kaki dengan bahan yang
tidak dapat menyerap keringat dapat menambah kelembaban
di sekitar kaki yang cenderung mendukung jamur dapat
tumbuh subur. Kondisi sosial ekonomi serta kurangnya
kebersihan pribadi juga memegang peranan penting pada
infeksi jamur (insiden penyakit jamur pada sosial ekonomi
lebih rendah lebih sering terjadi daripada sosial ekonomi yang
lebih
baik,
hal
mempengaruhi
ini
terkait
dengan
daya
tahan
tubuh
status
seseorang
gizi
yang
terhadap
penyakit). Kebersihan pribadi (mencuci kaki setiap hari,
15
menjaga kaki selalu kering) yang kurang diperhatikan turut
mendukung tumbuhnya jamur (Siregar, 2005).
c. Gejala klinis Tinea pedis
Gejala klinis Tinea pedis dibedakan menjadi 3 (tiga)
bentuk Tinea pedis yaitu:
1) Bentuk intertriginasi
Kelainan yang tampak berupa maserasi, skuamasi
serta erosi di celah-celah jari IV dan V. Hal ini terjadi
akibat kelembaban di celah-celah jari tersebut, membuat
jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura
yang nyeri bila disentuh. Bila terjadi infeksi dapat
menimbulkan selulitis atau erisipelis disertai gejala umum.
2) Bentuk hiperkeratoris
Di sini yang tampak lebih jelas ialah terjadinya
penebalan kulit disertai sisik, terutama pada telapak kaki,
tepi kaki, dan punggung kaki. Bila hiperkeratosis hebat
dapat terjadi fisura yang dalam pada bagian lateral telapak
kaki. Keadaan ini disebut moccasin foot.
3) Bentuk vesikular subakut
Kelainan-kelainan yang timbul dimulai pada daerah
sekitar sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau
telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak di
bawah kulit, disertai perasaan gatal yang hebat. Bila
vesikel ini akan memecah akan meninggalkan skuama
melingkar yang disebut “COLLORETTE”.
Bila
terjadi
infeksi
akan
memperhebat
dan
memperberat keadaan sehinga dapat terjadi erisipeles.
Semua bentuk yang terdapat pada tinea pedis, dapat
terjadi pada tinea manus, yaitu dermatofitosis yang
menyerang tangan.
16
Penyebab utama infeksi adalah Trichophyton rubrum,
Trichophyton
mentagrophytes,
dan
Epidermophyton
floccosum. Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan
dengan Dermatitis kontak akut alergis, skabiesis, psoriasis
pustulosa (Siregar, 2005).
d. Diagnosis Tinea Pedis
Diagnosis tinea pada umumnya dapat ditegakkan
berdasarkan gejala-gejala klinis yang khas dan pemeriksaan
sediaan langsung dengan KOH 10-20% dan biakan. Untuk
mendiagnosis diperlukan skuama dari bagian tepi lesi yang
diambil dengan menggunakan skalpel. Skuama tersebut
ditaruh pada slide yang ditetesi oleh larutan kalium hidroksida.
Diagnosis dibuat dengan memeriksa skuama yang terinfeksi
tersebut secara mikroskopis dan mengisolasi mikroorganisme
penyebab dalam media kultur (Siregar, 2005).
e. Pengobatan Tinea Pedis
Penyakit tinea pedis sering kambuh sehingga untuk
menghindari faktor risiko seperti kaus kaki yang digunakan,
hendaknya dapat menyerap keringat dan diganti tiap hari. Kaki
harus bersih dan kering. Hindari memakai sepatu tertutup,
sepatu sempit, sepatu olah raga, dan sepatu plastik, terutama
yang digunakan sepanjang hari. Tidak bertelanjang kaki atau
selalu memakai sandal sehingga dapat menghindari kontak
dengan jamur penyebab tinea pedis. Kaki dan sela jari kaki
dijaga agar selalu kering, terutama sesudah mandi dapat
diberikan bedak dengan atau tanpa anti jamur. Penggunaan
bedak anti jamur juga dapat ditaburkan dalam sepatu dan
kaus kaki agar dapat mengurangi pertumbuhan jamur (Irianto,
2014).
Selain itu tindakan nonfarmakologi lain yang dapat
dilakukan adalah pencucian kaki setiap hari diikuti dengan
17
pengeringan yang baik di daerah sela jari. Untuk mencegah
penularan juga harus selalu memakai sepatu jika ke fasilitas
umum seperti wc umum, kolam renang (Irianto, 2014).
Obat-obat anti-jamur dapat diberikan secara topikal
(dioles), ada pula yang tersedia dalam bentuk oral (obat
minum). Jenis obat luar (salep) seringkali digunakan jika lesi
kulit tidak terlalu luas. Salep harus dioleskan pada kulit yang
telah bersih, setelah mandi atau sebelum tidur selama dua
minggu,
meskipun
lesinya
telah
hilang.
Menghentikan
pengobatan dengan salep dapat menimbulkan kekambuhan.
Karena jamur belum terbasmi dengan tuntas. Jika prosesnya
cukup luas, selain obat topikal, perlu ditambahkan obat
minum, misalnya griseofulvin, terbinafine, itraconazole, dll.
(Irianto, 2013)
4. Anatomi kulit
Kulit merupakan lapisan elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit menutupi semua permukaan tubuh.
Oleh karena itu kulit merupakan bagian tubuh yang terberat dan
terluas ukurannya (Laksmintri, 2009),
a. Bagian bagian kulit
1) Epidermis
Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami
keratinisasi
yang
mengandung
bahan
lemak
yang
menjadikan kulit kedap air.
2) Dermis
Dermis terdiri dari jaringan fibrosa yan lebih padat
pada bagian superfisial dibandingkan bagian dalamnya.
Dapat
diidentifikasi
dua
lapisan:
yang
pertama
mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan
limfatik; yang kedua mengandung serat kolagen, serat
18
elastik, glandula sbasea, glandula sudorifera, folikel
rambut dan muskulus arrektor filli.
3) Hipodermis
Hipodermis merupakan zona transisional diantara
kulit dan jaringan adiposa di bawahnya. Mengandung sel
lemak demikian juga ikat putih dan kuning, kumparan dari
sejumlah glandula sebasea dan radiks dari sejumlah
rambut. Organ ini memberikan respon sensasi panas,
dingin, nyeri, gatal, dan raba ringan.
Gambar 2.2 Struktur anatomi kulit
Akhsin, Zulkoni. 2010
4) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari glomerulus atau bagian
sekresi dan duktus. Berbagai kelenjar keringat ditemukan
pada area seperti genetalia, anus, aksila dan puting susu
dan masing-masing juga mempunyai bau yang khas.
5) Appendises (meliputi rambut dan kuku)
a) Rambut
Berasal dari epitel dan terbentuk dari sel tanduk
yang mengalami modifikasi yang timbul dalam struktur
yang kompleks, yaitu folikel yang terletak dalam
lapisan dermis yang lebih dalam. Pada saat rambut
melintasi lapisan permukaan dari dermis maka rambut
dilapisi oleh sebum yang merupakan eksresi dari
19
grandula kecil yang terletak berdekatan dengan
batang rambut. Fungsinya adalah melumasi kulit dan
menjaga kulit agar tetap lentur, bertindak sebagai
penolak air dan melindungi kulit dari udara ang kering.
b) Kuku
Kuku terdiri dari sel tanduk yang mengalami
modifikasi yang bersatu dengan kuat. Pada bagian
proksimal kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar
kuku terdiri dari sel prickle yang mengalami modifikasi
pada dimana kuku melekat dengan kuat. Kuku
sebagian memperoleh warna dari darah dan sebagian
dari pigmen dalam epidermis terutama melanin.
c) Sidik jari
Sidik jari sudah terbentuk pada bulan ketiga
semasa dalam kandungan dan ini mempunyai aplikasi
penting dalam genetika dan kedokteran. Masingmasing individu mempunyai pola sidik jari tersendiri
dan fakta inii digunakan sebagai identifikasi polisi dan
di RS tertentu. Ditemukan bahwa pada sebuah cacat
genetik terdapat sidik jari atau sidik kaki abnormal
(Akhsin Zulkoni : 2010).
20
B. Kerangka konsep
kulit
Nondermatofitosi
s
Dermatofitosis
Trichophyton
rubrum
positif
negatif
Keterangan
: Variabel yang akan diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
T. mentagrophtes
T. epiderophyton floccosun
DAFTAR PUSTAKA
AL Quran. (2010) Al Quran dan Terjemahannya. Bandung : CV Penerbit
Dipenogoro.
Brooks, Geo F. Jawetz, Melnick, (2007) Mikrobiologi kedokteran.Jakarta
:EGC
Brown, Robin. G (2005). Lecture Notes Dermatologi. Jakarta : Erlangga
Medical Series.
Departemen Parasitologi FKUI, (2008) Buku Ajar Parasitologi Kedokteran
Edisi 4. Penerbit : Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Gandjar, Indrawati, dkk. (2014) Mikologi: Dasar dan Terapan. Jakarta :
IKAPI DKI.
Gunter,
Robert.
(2005)
Trichophyton
rubrum
Microbiology.
http://soils1.cses.ut.edu/
Irianto, K. (2014) Bakteiologi Medis, Mikologi Meis, dan Virologi Medis.
Bandung : Alfabeta
Irianto, Koes. (2013) Parasitologi Medis. Bandung : Alfabeta.
Mansjoer, Arif. (2000) Kapita Selekta Kedokteran : FKUI
Jawetz, dkk. (2008) Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Kurniawati, R. (2006) Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian
Tinea Pedis pada pemulung di TPA Jatibarang. Semarang.
Laksmintari, Puspita. (2009) Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Kulit
dan Kelamin. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
Safitri
Ratu
&
Novel
Sinta
Sasika.
(2010)
Medium
Analisis
Mikroorganisme. Jakarta: Trans Info Media
Siregar, (2005) Penyakit Jamur Kulit . Jakarta : EGC Lia Astika Sari.
Sutanto, Inge (Ed). (2008) Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Syaifuddin. (2006) Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan edisi
3. Jakarta : EGC.
Zulkoni, Akhsin. (2010) Parasitologi. Yogyakarta : Siska Medika.
36
Download