LAPORAN DISKUSI KELOMPOK INFEKSI KULIT AKIBAT MIKROORGANISME VIRUS, BAKTERI, DAN JAMUR Disusun Oleh Ahmad Hanafi (22020111130037) Andrian Setyo H. (22020111130040) Anggi Faizal H. (22020111130034) Fida’ Husain (22020111130030) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui dari banyak penyakit pada spektrum medis, referensipenyakit kulit adalah kondisi beragam yang mempengaruhi kulit. Penyakit yang mempengaruhi kulit dapat disebabkan oleh komplikasi kondisi medis lainnya, infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi virus. Kulit menghadapi berbagai bahaya lingkungan sehingga rentan terhadap segala macam ancaman. kecenderungan genetik untuk kondisi tertentu juga disebabkan munculnya penyakit kulit tertentu. Bahkan terjadinya satu jenis penyakit kulit dapat menyebabkan munculnya jenis penyakit kulit lainnya. Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Disamping itu perawat juga berkaitan dengan biaya perawatan luka yang efektif. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan hal tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana infeksi kulit karena Virus 2. Bagaimana infeksi kulit kerana Bakteri 3. Bagaimana infeksi kulit kerana Jamur C. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kami mengerti, mengetahui bagaimanakah infeksi kulit akibat mikroorganisme virus, bakteri, dan jamur. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Luka dan Klasifikasi Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis;partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang.Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1. Healing by primary intention Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal 2. Healing by secondary intention Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya. 3. Delayed primary heal.ing (tertiary healing) Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual. Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi. B. Proses Penyembuhan Luka 1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih (overlap) 2. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut 3. Fase penyembuhan luka : a) Fase inflamasi : Hari ke 0-5 Respon segera setelah terjadi injuri pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa Fase awal terjadi haemostasis Fase akhir terjadi fagositosis Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi b) Fase proliferasi or epitelisasi Hari 3 – 14 Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka luka nampak merah segar, mengkilat Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi c) Fase maturasi atau remodeling Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength) Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan C. Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka 1. Status Imunologi 2. Kadar gula darah (impaired white cell function) 3. Hidrasi (slows metabolism) 4. 5. Nutritisi Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema) 6. Suplai oksigen dan vaskularisasi D. 7. Nyeri (causes vasoconstriction) 8. Corticosteroids (depress immune function) Pengkajian Luka 1. Kondisi Luka Warna dasar kulit Slough (yellow) Necrotic tissue (black) Infected tissue (green) Granulating tissue (red) Epithelialising (pink) Lokasi ukuran dan kedalaman luka Eksudat dan bau Tanda-tanda infeksi Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung 2. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin 3. Status vascular : Hb, TcO2 4. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain 5. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya BAB III PEMBAHASAN A. Infeksi Kulit Akibat Virus Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. 1. Penyakit Cacar (Herpes) Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster. Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh. Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada. Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes) Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster. Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicellazoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu. Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes) Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian rubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut. Penanganan dan Pengobatan Penyakit Cacar (Herpes) Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock. Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet(Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters). Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun. B. Infeksi kulit akibat Bakteri 1. Selulitis DEFINISISelulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit.Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah beningdan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.PENYEBABSelulitis bisa disebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda, yang palingsering adalah Streptococcus.Staphylococcus juga bisa menyebabkan selulitis, tetapi biasanya terbatas didaerah yang lebih sempit.Selulitis paling sering menyerang wajah dan tungkai bagian bawah. Akibat dari infeksi Bakteri antara lain seperti : Kemerahan nyeri tekan panas, bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas(peau d'orange). Demam, menggigil, dan sakit kepala (pada kasus-kasus tertentu) Peningkatan denyut jantung Tekanan darah menurun pemeriksan fisik akan ditemukan daerah pembengkakan yangterlokalisir (edema), kadang ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening. Pengobatan Untuk selulitis yang disebabkan oleh streptokokus biasanya diberikan penisilin per-oral (melalui mulut). Pada kasus yang berat, penisilin bisa diberikan secaraintravena (melalui pembuluh darah), dan bisa ditambahkan klindamisin.Jika penderita alergi terhadap penisilin bisa diganti dengan eritromisin untuk kasus yang ringan atau klindamisisn untuk kasus yang berat.Selulitis yang disebabkan oleh stafilokokus bisa diobati dengan dikloksasilin.Untuk kasus yang berat bisa diberikan oksasilin atau nafsilin.Gejala-gejala selulitis biasanya menghilang beberapa hari setelah pemberianantibiiotik.Kepada penderita selulitis berulang bisa diberikan suntikan penisilin setiap bulanatau penisilin per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu setiap bulan. 2. Impetigo Definisi impetigo adalah infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhankecil berisi nanah (pustula). Penyebab Impetigo merupakan infeksi bakteri pada kulit yang paling sering ditemukan.Infeksi ini disebabkan oleh Streptococcus dan Staphylococcus, dan berpindah darimanusia ke manusia melalui kontak, terutama antara anak-anak. Infeksi akibat Impetigo antara lain seperti : Luka merah yang dengan cepat pecah, cairan selama beberapa haridan kemudian membentuk kerak berwarna cokelat kekuningan. Gatal Kulit melepuh berisi cairan. Dalam bentuk yang lebih serius, menyakitkan cairan atau nanah penuh luka yang berubah menjadi borok dalam. Pengobatannya dengan antibotik topikal (polimisin, neomisin, basitrasin) dan antiseptik (betadine) dapatdipakai. Mupirosin (bactroban) salep dioleskan tiga kali sehari merupakan obattopikal yang peling efektif. Penisilin oral atau eritomisin merupakan indikasi B. Infeksi Kulit Akibat Jamur Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi. Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra. Mikosis ialah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis dibagi menjadi mikosis profunda dan superfisialis. 1. MIKOSIS SUPERFISIALIS A. DERMATOFITOSIS Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku , yang disebabkan oleh dermatofit. Dermatofit adalah suatu kelompok jamur yang memiliki kemampuan untuk membentuk perlekatan molekular pada keratin dan menjadikannya sebagai sumber nutrisi. Dermatofit dapat dibagi menjadi organisme geofilik, zoofilik dan antropofilik. Organisme geofilik merupakan organisme yang berada di tanah dan secara sporadik menginfeksi manusia secara kontak langsung dengan tanah. Infeksi akibat organisme ini biasanya menimbulkan inflamasi. Contohnya adalah Microsporum gypseum. Zoofilik, spesies yang ditemukan di hewan, juga ditransmisikan ke manusia.Transmisinya dapat langsung maupun tidak langsung. Contohnya M. canis pada kucing dan anjing. Infeksi ini juga menimbulkan inflamasi. Antropofilik menjadikan manusia sebagai host nya, ditransmisikan dari manusia ke manusia secara kontak langsung. Infeksi geofilik dan zoofilik menyebabkan lesi yang lebih iritatif dan inflamatif dibandingkan dengan yang bertransmisi secara antropofili. Dermatofit termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.1 Klasifikasi Berdasarkan lokasi: a. Tinea kapitis: dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala. b. Tinea barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot. c. Tinea kruris: dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah. d. Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan. e. Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki. f. Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas (leher atau badan). Berdasarkan gambaran klinis: a. Tinea imbrikata : ditandai susunan skuama yang konsentris. b. Tinea favosa atau favus : dermatofitosis (infeksi dermatofit kronik) di kulit kepala dan di kuku yang ditandai dengan terbentuk skutula yang tebal dan kuning dan berbau seperti tikus (mousy odor). c. Tinea in kognito : bentuk klinis tidak khas karena telah diobati dengan steroid topikal kuat. a. Tinea kapitis1 merupakan dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh dermatofit patogen dari genus Tricophyton dan Microsporum kecuali T. concentricum. Penyebab terbanyak adalah M. canis. Epidemiologi Biasanya terjadi pada anak usia 3 sampai 14 tahun. Jarang terjadi pada orang dewasa. Tinea kapitis sering terjadi pada anak-anak keturunan Afrika. Transmisi meningkat dengan menurunnya kebersihan diri, padat penduduk, dan status ekonomi rendah. Gambaran klinis Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut kerion. Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas, yaitu : 1. Grey patch ringworm Tinea kapitis yang disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul melebar, membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhannya adalah gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi. Semua rambut daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Pemeriksaan dengan lampu wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekunung-kuningan pada rambut yang sakit. 2. Kerion Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis beupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat disekitarnya. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. 3. Black dot ringworm Terutama disebabkan oleh Trycophyton tonsurans dan Trycophyton violaceum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberikan gambaran yang khas yaitu black dot. Diagnosis Banding Dermatitis seborrheic, dermatitis atopik, impetigo, pustular atau plak psoriasis, foliculitis decalvans. Pengobatan Pada Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini dilakukan pengobatan topikal dan disertai penyinaran dengan sinar X untuk merontokkan rambut di bagian yang sakit. ….. b. Tinea barbe Epidemiologi Ditemukan pada pria. Transmisi tersering berasal dari alat cukur. Etiologi Sebagian besar disebabkan oleh organisme zoopilik yaitu T. mentagrophytes dan T.verrusocum. Gambaran Klinis Unilateral dan lebih sering di jenggot daripada di kumis. Terdapat tiga bentuk, yaitu 1. Tipe inflammatory Biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T.verrusocum. Tipe ini analog dengan bentuk korion pada Tinea kapitis. Bentuk lesinya nodular dengan keropeng seropurulen. Rambut pada area ini tidak bercahaya, rapuh dan terdapat purulen pada akar rambut. 2. Tipe superfisial Disebabkan oleh antropofili, bentuk menyerupai bakteri folikulitis dengan eritema yang difus, perifolikular pustul dan papul. Rambut didaerah ini rapuh dan membuat infeksi endothrix oleh T.violaceum. 3. Tipe circinate Tinea barbe circinate memperlihatkan suatu batas vesikulopustular yang aktif dengan pusat yang bersisik dan mirip seperti Tinea korporis. Diagnosis banding Sikosis barbe/vulgaris, perioral dermatitis kontak, dan acne vulgaris. dermatitis, candida folikulitis, c. Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun. Etiologi Sebagian besar disebabkan oleh T.rubrum dan Epidermophyton floccosum. Epidemiologi Tinea kruris menyebar dengan kontak langsung dan diperburuk dengan panas dan lembab. Terjadi tiga kali lebih sering pada pria daripada wanita dan terjadi lebih sering pada orang dewasa daripada anak-anak. Gambaran klinis Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri dari bermacam-macam bentuk. Bila penyakit ini menjadi menahun dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya karena garukan. Diagnosis banding Candidiasis, intertrigo (dermatitis pada lipatan), seborheic dermatitis, dan psoriasis. d. Tinea pedis dan Tinea manus (kutu air) Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Sedangkan Tinea manus menyerang telapak tangan dan selasela jari tangan. Epidemiologi Tinea manus didapatkan secara kontak langsung terhadap orang atau binatang yang terinfeksi dan dari tanah. Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Etiologi Disebabkan oleh T.rubrum (yang paling sering), T. mentagrophytes, dan E. floccosum. Gambaran klinis 1. Tinea pedis yang sering terlihat adalah bentuk interdigitalis. Diantara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas yang disertai gejala-gejala umum. 2. Bentuk lain ialah moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. 3. Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesikopustul dan kadang-kadang bula. Dimulai dari daerah sela jari kaki, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran disebut koleret. Jamur terletak di atap vesikel. Semua bentuk yang dilihat di kaki dapat terjadi pula pada tangan. Diagnosis banding Psoriasis, candidiasis, bakteri pyodermal, dan dyshydrosis. e. Tinea unguium Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Gambaran Klinis 1. Bentuk subungual distalis Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. 2. Leukonikia trikofita Merupakan keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur. 3. Bentuk subungual proksimalis Kuku dibagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan. Kelainan pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan. f. Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap, herpes sircine trichophytique) Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin). Epidemiologi Tinea korporis dapat ditransmisikan secara langsung dari manusia atau hewan yang terinfeksi. Pada anak-anak lebih sering kontak dengan pathogen zoofilik khususnya M.canis dari anjing atau kucing. Gambaran klinis 1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain, selain itu dapat terlihat lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. 2. Pada tinea corporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersamasama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et cruris. Bentuk menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium. 3. Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum disebut tinea imbrikata. Dimulai dengan papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini, setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. Pada permulaan infeksi penderita dapat merasa sangat gatal, akan tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-kadang dapat menyerupai iktiosis. Diagnosis banding Erythema annulare, nummular eczema, granuloma annulare. g. Tinea favosa atau favus merupakan bentuk lain tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut. Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula ) dengan berbagai ukuran. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy odor) pada penderita favus. Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai dermatitis seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan parut. Tiga spesies dermatofita yang dapat menyebabkan favus yaitu Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum, dan Microsporum gypseum. B. NONDERMATOFITOSIS 1. PITIRIASIS VERSIKOLOR (Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, tinea flava, pitiriasis versikolor plava dan panau) Merupakan penyakit jamur superficial yang kronik biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadangkadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut. Patogenesis Flora normal yang berhubungan adalah Pityrosporum orbiculare atau Pityrosporum ovale. Pitiriasis versikolor ini merupakan infeksi ringan yang sering terjadi yang Nampak sebagai akibat Malassezia furor yang tumbuh berlebihan. Gejala klinis Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak, berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik. Kadangkadang penderita dapat merasakan gatal ringan. 2. PITIROSPORUM FOLIKULITIS Merupakan penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebabkan oleh spesies Pitirosporum berupa papul dan pustule folikular yang biasanya gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan bagian atas. Etiologi Jamur penyebab adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan Malassezia furfur penyebab pitiriasis versikolor. Spesies ini sekarang disebut kembali sebagai Malassezia. Gejala klinis Memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Terlihat papul dan pustule perifolikular, berukuran 2-3 mm diameter dengan peradangan minimal. 3. PIEDRA Adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut dan disebabkan oleh Piedra hortai (black piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra) Gejala klinis Menyerang rambut kepala, janggut, dan kumis tanpa memberikan keluhan. Krusta melekat erat pada rambut yang terserang. Piedra hitam, contoh Piedra hortaihanya menyerang rambut kepala. Jmaur ini menyerang rambut di bawah kutikel, kemudian membengkak dan pecah untuk menyebar di sekitar rambut dan membentuk benjolan tengguli dan hitam. Piedra putih, menyerang janggut dan kumis. Benjolan berwarna coklat muda dan tidak begitu melekat pada rambut. 4. TINEA NIGRA PALMARIS Disebabkan oleh Cladosporium wermeckii adalah infeksi jamur superficial yang asimtomatik pada stratum korneum. Kelainan kulit berupa macula tengguli sampai hitam. Biasanya yang terserang adalah telapak tangan. 5. OTOMIKOSIS Adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan lubang telinga luar yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal. Gejala klinis Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi permukaan kulit atau pendengaran dapat terganggu karena liang telinga tertutup oleh massa kotoran kulit dan jamur. Infeksi bakteri dan dan invasi jaringan dibawah kulit menyebabkan nyeri dan dan supurasi. 6. KERATOMIKOSIS Adalah infeksi jamur pada kornea mata yang menyebabkan ulserasi dan inflamasi setelah trauma pada bagian tersebut diobati dengan obat-obat antibiotic dan kortikosteroid. Gejala klinis Lesi mulai dengan benjolan yang menonjol sedikit di atas permukaan, berwarna putih kelabu dan berambut halus. Vaskularisasi sering tidak tampak. 2. MIKOSIS PROFUNDA Terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur, dengan gejala klinis tertentu yang menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang-kadang kulit. Penyakit ini bersifat kronis. Manifestasinya berupa tumor, infiltrasi peradangan, ulkus atau sinus tersendiri maupun bersamaan. Jamur yang menyebabkan mikosis subkutan tumbuh dalam tanah atau pada tanaman yang membusuk. Beberapa penyakit jamur subkutan yang ditemukan di Indonesia adalah a) SPOROTRIKOSIS Adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii yang masuk ke dalam kulit melalui trauma dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Lesi lokal terbentuk sebagai pustul, abses, atau tukak, dan saluran getah bening yang berasal dari tempat ini menjadi tebal dan menyerupai tali. Lesi menunjukkan peradangan menahun dan granulomatosa yang mengalami nekrosis. b) KROMOBLASTOMIKOSIS (Kromomikosis) Adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur berwarna (demataceous) yaitu Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi, Rhinocladiella aquaspersa, dan Cladosporium carrionii. Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit, seringkali pada tungkai atau kaki. Secara lambat, pertumbuhan mirip kutil tersebar di sepanjang aliran getah bening yang berasal dari daerah yang terserang. Walaupun jarang, elefantiasis mungkin timbul akibat infeksi sekunder. c) MISETOMA Adalah penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang disebabkan oleh bakteri Actinomyces dan jamur Nocardia yang merupakan jamur berfilamen. Gejala klinis biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, dan sinus. Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Misetoma timbul bila organisme tanah ini tertanam ke dalam jaringan subkutan melalui trauma. d) KANDIDOSIS Adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh spesies Candida, dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru. Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albikans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal. Klasifikasi Berdasarkan tempat yang terkena: a. Kandisosis selaput lendir: 1. Kandidosis oral (thrush): mengenai bayi. Tampak pseudomembran putih coklat muda kelabu yang menutup lidah, palatum mole, pipi bagian dalam dan permukaan rongga mulut lain. Terdapat lesi berwarna putih di tepi atau di bawah permukaan lidah. 2. Periechem: fisur pada sudut mulut. Faktor predisposisi adalah defisiensi riboflavin 3. Vulvovaginitis: keluhan utama adalah gatal didaerah vulva. Merupakan vulva vagina (keputihan) 4. Balanitis: pada glans penis dan sulkus koronarius glandis 5. Kandidosis mukokutan kronik: karena kekurangan fungsi leukosit atau sistem hormonal. 6. Kandidosis bronkopulmonar dan paru. b. Kandidosis kutis: -daerah intertriginosa - daerah perianal 2. Generalisata 3. Paronikia dan onikomikosis 4. Kandidosis kutis granulomatosa c. Kandisosis sistemik 1. Endokarditis 2. Meningitis 3. Pielonefritis 4. Septikemia BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Infeksi kulit dapat disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut antara lain seperti virus, bakteri, dan jamur. Setipa mikroorganisme tresebut memberikan dampak atau akibat yang berbeda-beda. Ada beberapa virus yang menyerang tubuh manusia melalui kulit. Mereka tidak hanya masuk melalui injeksi maupun gigitan, tetapi juga oleh trauma kecil (mild trauma) sekalipun. Contoh infeksi kulit oleh bakteri adalah selulit. Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit.Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah beningdan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh. Selulitis bisa disebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda, yang palingsering adalah Streptococcus.Staphylococcus juga bisa menyebabkan selulitis, tetapi biasanya terbatas didaerah yang lebih sempit.Selulitis paling sering menyerang wajah dan tungkai bagian bawah. Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi. Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra. DAFTAR PUSTAKA http://thaqofah.com/v1/index.php?option=com_content&view=article&id=24:jan gan-anggap-remeh-jamur-kulit&catid=79:info-kesihatan&Itemid=135 http://id.wikipedia.org/wiki/Virus#Penyakit_hewan_akibat_virus http://sehat-enak.blogspot.com/search/label/Penyakit%20Kulit http://turunberatbadan.com/1037/jenis-jenis-penyakit-kulit/ http://www.scribd.com/doc/55504188/Infeksi-Bakteri-Pada-Kulit http://dokterrizy.blogspot.com/2011/05/infeksi-jamur-pada-kulit.html http://dokterrizy.blogspot.com/2011/05/virus-penyebab-infeksi-kulit.html