ABSTRAK EVALUASI PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI CRABMEAT (Studi Kasus Pada PT Siger Jaya Abadi) Oleh Nama : Yuliana Purnama Sari NPM : 0811031060 No.Hp : 081278384121 E-Mail : [email protected] Pembimbing I : R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si.,CPA. Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt PT Siger Jaya Abadi (SJA) adalah perusahaan manufaktur yang kegiatan usahanya adalah pengolahan makanan laut kalengan, khususnya pengolahan rajungan (Crabmeat jenis produk jadinya).Crabmeat memiliki bahan dasar utama berupa rajungan dan daging rajungan sebagai biaya bahan baku, kemudian komponen biaya lain didalamnya adalah tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Semua komponen biaya tersebut digabungkan dengan metode perhitungan harga pokok produksi sehingga akan menghasilkan harga pokok produksi produk. Dimana dari laporan ini akan memberikan informasi kepada pihak manajemen yang akan memberikan keputusan. Pada PT.SJA ini biaya produksinya perhitungannya seharusnya dilakukan secara akurat dan tepat selain itu biaya adalah sesuatu yang mudah terjadi penyimpangan didalamnya khususunya BOP ini harus dilakukan pengendalian, pengendaliaan bisa dilakukan dengan pengendalian internal yang baik dan juga pengalokasian biaya secara tepat yang dilanjutkan dengan perhitungan dan perlakuan akuntansi yang tepat terhadap semua biaya yang terjadi dalam penetapan harga pokok produksi produk maka nilai harga pokok produksi dapat disajikan secara akurat dan menghasilkan keputusan manajemen yang tepat juga bagi perusahaan yang berujung pada keuntungan yang akan didapat perusahaan. Dengan pengevaluasian penetapan harga pokok berdasar tolok ukur yang tepat dan penggunaan metode harga pokok proses sesuai dengan tipe perusahaan maka dihasilkan nilai harga pokok produksi yang lebih kecil 3.42 % dari nilai sebelum evaluasi, dan nilai BOP menjadi lebih kecil 32,55 %. Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Biaya Overhead Pabrik, Biaya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada PT Siger Jaya Abadi yang merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak pada bidang pengolahan makanan laut kalengan. Pada perhitungan harga pokok produksi perusahaan eksport ini adalah berdasarkan catatan historical perusahaan, didalam catatan perusahaan tampak laporan harga pokok produksinya adalah : Biaya Bahan Baku : Bahan Baku 1 januari 2011 Rp - Pembelian Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00 Bahan Baku Siap Produksi Rp 41,513,116,641.00 Persediaan Akhir 31 Des 2011 Rp - Bahan Baku Diproduksi Rp 41,513,116,641.00 Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp 7,279,242,500.00 Biaya Overhead Pabrik : Rp 7,354,948,767.86 Jumlah Biaya Produksi Persediaan Barang Dalam Proses awal (1 Jan 2011) Rp 56,147,307,908.86 Barang Tersedia Untuk Dijual Persediaan Barang Dalam Proses Akhir Rp 56,147,307,908.86 Harga Pokok Produksi Rp 56,147,307,908.86 Rp Rp - - Pada pelaporan harga pokok produksinya tampak secara keseluruhan total biaya tidak ada pemisahan biaya yang seharusnya melalui dua departemen yaitu departemen produksi dan departemen pengepakan, yang jika dilihat dari tipe perusahaan dan alur produksinya laporan harga pokok produksinya seharusnya menggunakan metode harga pokok proses. Sehingga tidak begitu jelas dalam 3 pengalokasian biaya-biaya yang terjadi untuk tiap departemen dan juga tidak ada memperhitungkan produk ekuivalen, produk dalam prosesnya, dan juga produk hilang atau rusak. Dimana proses akumulasi atau pengumpulan biaya yang tidak dilakukan menurut pusat pertanggung jawaban seperti departemen atau pusat biaya ini menyebabkan tidak dapat dilihat harga pokok perunit dan juga membuat pengendalian dan pertanggung jawaban biayanya akan sulit untuk dilakukan. Untuk penetapan nilai biaya overhead pabrik tampak beberapa biaya yang jelas terlihat merupakan biaya yang digunakan bersama-sama dengan kegiatan operasional perusahaan seperti terlihat pada catatan buku besar perusahaan, misal pada biaya penyusutan gedung senilai Rp 293,125,000.00, nilai penyusutan yang masuk biaya overhead pabriknya adalah 52,54 persennya yaitu Rp 154,032,293.5 sesuai dengan luas wilayah yang digunakan untuk pabrik, kemudian nilai sebesar 47,45 persennya adalah bangunan untuk kegiatan kantor/operasional perusahaan. Selain biaya penyusutan ada juga beberapa biaya lain yang digunakan bersamasama seperti biaya listrik, bahan bakar, biaya depresiasi mesin dan lain-lain, tetapi dalam pencatatannya langsung masuk kedalam komponen BOP tanpa dilakukan pengalokasian yang akurat. Artinya didalam perhitungan dan jurnal akuntansi yang dibuat oleh perusahaan ditemukan bahwa ada sebagian dari biaya nonproduksi dimasukkan dalam biaya produksi. Biaya produksi yang terlalu tinggi akan mempengaruhi harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang tidak akurat dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam memberikan informasi keuangan bagi perusahaan, yang informasi ini akan digunakan oleh pihak manajemen dalam mengambil keputusan misalnya dalam hal penentuan laba maupun penetapan harga jual. 4 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Penetapan Harga Pokok Crabmeat (studi kasus pada PT. Siger Jaya Abadi)” 1.2 Permasalahan PT. Siger Jaya Abadi dalam memperlakukan biaya-biaya yang terjadi dengan menggunakan metode perhitungan dan akuntansi yang kurang tepat dalam pengalokasian dan pembebanannya, khususnya pada pelaporan harga pokok produksi. Beberapa pengalokasian dan pembebanan biaya letaknya tidak akurat dalam pelaporan sehingga pengungkapannya ini menyebabkan nilai harga pokok produksi yang terlalu tinggi. Dan juga penggunaan metode perhitungannya tidak dapat mempermudah pengendalian terhadap biaya-biaya produksinya, hal ini karena tidak ada memperhitungkan produk ekuivalen dan juga tidak memperhitungkan produk hilang atau rusak selama proses produksi. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana Menetapkan Harga Pokok Crabmeat yang Akurat untuk Dapat Dijadikan Acuan oleh PT. Siger Jaya Abadi?”. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui apakah pengalokasian biaya produksi pada PT. Siger Jaya Abadi sudah akurat. 5 2. Mengetahui apakah penetapan harga pokok produksi pada PT. Siger Jaya Abadi sudah akurat. 1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam memahami, menambah dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari. 2. Bagi perusahaan, sebagai bahan acuan dalam menentukan dan menyusun harga pokok produksi perusahaan yang sesuai dengan teori akuntansi. 3. Bagi peneliti yang akan datang, sebagai bahan referensi dan informasi untuk menambah wawasan pihak lain yang berminat melakukan penelitian pada masalah yang sama. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada aktivitas produksi seaafoods PT. Siger Jaya Abadi yang memperlakukan biaya-biaya overhead pabrik dan beberapa biayabiaya operasional yang tercampur menjadi satu, yang seharusnya pembebanannya dipisah sesuai dengan jenis biaya yang benar menurut teori akuntansi. Sehingga biaya-biaya tepat sesuai pada tempat pelaporannya. Khususnya untuk biaya-biaya overhead pabrik nilainya tidak tinggi jika tidak tercampur dengan biaya-biaya diluar biaya biaya overhead pabrik yang tentunya akan mempengaruhi besarnya harga pokok produksi yang dapat menjadikan harga pokok produksi terlalu tinggi (overstate). 6 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Harga Pokok Produksi Harga pokok produk merupakan nilai investasi yang dikorbankan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang komponennya terdiri dari: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik (Samryn.2002: 85). Jadi, harga pokok produksi merupakan semua biaya untuk memproduksi barang atau jasa pada periode tertentu sehingga pada perhitungan harga pokok produksi adalah menghitung besarnya biaya yang benar-benar digunakan untuk produksi. Karena ketidakakuratan akan menjadikan dua kemungkinan,yaitu: a. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah b. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu tinggi 1.5.2 Konsep dan Pengertian Biaya Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi.2005:67). A. Penggolongan Biaya a. Pengelompokan Berdasarkan Fungsi-Fungsi Pokok dalam Perusahaan 1) Biaya produksi, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dimana jumlahnya adalah besarnya harga pokok dari produk yang dihasilkan atau bisa dikatakan bahwa biaya-biaya ini adalah elemen harga pokok produksi produk. 2) Biaya Non-produksi 7 Adalah biaya yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan produksi,seperti : a. Biaya pemasaran b. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan perusahaan. b. Penggolongan Biaya Antara yang Digunakan Bagian Produksi, Pemasaran, dengan Administrasi & Umum (Supriono.1999:23) 1.6 Desain penelitian BAB II LANDASAN TEORI 8 2.1 Konsep dan Pengertian Biaya Biaya menurut para akuntan dapat didefinisikan sebagai suatu nilai tukar, prasyarat, guna memperoleh manfaat. Dalam Tentative set of Broad AccountingPrinciples for Bisiness Enterprises, biaya dinyatakan sebagai harga penukaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu manfaat (Kartadinata, 2000: 24). 2.1.1 Penggolongan Biaya Menurut Carter dan Usry (2002:43), bahwa biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan. Adapun fungsi pokok tersebut, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu biaya tersebut dapat digolongkan menjadi tiga kelompok. Biaya produksi, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya pemasaran, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. 2.1.2 Biaya Operasional 9 Biaya operasional atau biaya operasi adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan sehari-hari (Yopie,2006:33). 2.2 Harga Pokok Produksi Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah jumlah dari pengorbanan-pengorbanan yang dinyatakan berupa uang (satuan jumlah) biaya-biaya yang perlu guna mencapai, mempertahankan atau menjual benda-benda ekonomi (Mulyadi.2000:34). Terdapat dua kemungkinan yang akan ditemui jika perusahaan tidak teliti dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi, yaitu: a. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah b. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu tinggi 2.3 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.3.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan pelaporan informasi biaya yang digunakan (Bustami dan Nurlela,2009:42). 2.3.2 Metode Harga Pokok Proses Menurut Ahmad dan Wasilah (2009) , tujuan dari metode harga pokok proses adalah menentukan harga pokok atau biaya perunit yaitu dengan membagi biaya pada suatu periode tertentu dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam 10 periode tersebut. Proses akumulasi atau pengumpulan biaya menurut pusat pertanggung jawaban seperti departemen atau pusat biaya hanya merupakan tahap yang lebih dahulu dilakukan dalam rangka penentuan harga pokok perunit. Unit-unit barang yang diproses biasanya mengalir dari suatu departemen kedepartemen selanjutnya, dan setiap departemen yang menerima hasil proses dari departemen sebelumnya akan memerlukan biaya-biaya tambahan untuk melakukan proses selanjutnya. 2.3.3 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Hongren dan Foster (2005), bahwa tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu: a. Perencanaan dan Pengendalian Laba. b. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. c. Penetapan laba. d. Sebagai acuan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan biaya. Dengan akuntansi biaya dapat menggambarkan berbagai alternatif dalam perencanaan yang dapat dipilih oleh pihak manajemen perusahaan. 2.4 Menelusuri Biaya ke Aktivitas Pentingnya menelusuri biaya ke aktivitas karena ada beberapa biaya yang tidak terlihat apakah benar-benar komponen biaya produksi atau non-produksi sehingga perlu dilakukan penelusuran biaya. Pengidentifikasian biaya-biaya ini dapat dilihat alurnya dengan melihat panyebab terjadinya biaya apakah merupakan 11 biaya yang terjadi karena aktivitas produksi atau non produksi kemudian dapat ditentukan apa tolok ukur untuk menghitung biaya ini. 2.5 Pemisahan Biaya Produk (Product Cost) dan Biaya Pelanggan (Customer Cost) Biaya dipisahkan kedalam dua kelompok yaitu Product Driven yaitu biaya-biaya untuk memproduksi produk, biaya ini masuk kedalam komponen biaya produksi,dan Customer Driven yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan pelanggan, administrasi umum dan kegiatan operasional perusahaan lainnya. Dalam pemisahan ini penelusuran biayanya membituhkan tolok ukur, dimana tolok ukur ini disebut dengan driver. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data melalui sumber literatur-literatur, buku-buku, dan penunjang kepustakaan lain yang berhubungan dengan penulisan ini. 3.1.2 Penelitian Lapangan Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data melalui penelitian langsung pada PT. Siger Jaya Abadi. Teknik yang dilakukan adalah : a. Wawancara (interview), b. Dokumentasi 3.2 Jenis data a. Data primer b. Data Sekunder 3.3 Alat Analisis Dalam membahas permasalahan yang dikemukakan, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan : 1. Analisis Kualitatif 13 a. Pengalokasian Biaya yang Terjadi Di Perusahaan b. Pengalokasian Menurut Supriono (1999:23) 2. Analisis Kuantitatif a. Penggolongan Biaya Antara yang Digunakan Bagian Produksi, Pemasaran, dengan Administrasi & Umum (Supriono (1999:23)) 14 Biaya-biaya yang terjadi disusun sesuai bagan diatas, biaya-biaya produksi yang tercampur dengan biaya pemasaran atau administrasi umum harus dipisahkan. b. Membentuk Nilai Harga Pokok Produksi dengan Metode Harga Pokok Proses Penetapan tolok ukur perhitungan biaya dan pemisahan biaya yang dilakukan, maka akan mendapatkan nilai biaya yang sebenarnya, kemudian disusun kedalam susunan laporan harga pokok produksi menggunakan metode harga pokok proses. 15 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi Produk 4.1.1 Pemisahan Biaya Berdasarkan Fungsi (Product Driver & Customer Driver) Konsumsi Pabrik/BOP Konsumsi Kantor/ Operasional Keterangan Manufacturing Plant Salaries √ - - Manufacturing Manajer Salaries √ - - Quality Control Manajer Salaries √ - - Supervisi Salaries General and adm. of Manufacturing Salaries √ - - √ - - Mecanic Enginerring Labor Salaries √ - - Warehouse Labor Salaries √ - - Dump and Sanitation Labor Salaries √ - - Quality Control Staff Salaries Invironment Maintenance Labor Salaries √ - - √ - Security of Manufacturing Salaries √ √ Keamanan Untuk seluruh area perusahaan SAAP (Sodium Acid Phyrophospat) √ - - Cands √ - - Lids √ - - Master Cartoon (MC) √ - - Ice √ - - Others Chemical √ - - Supplies Expense of Process √ - - Supplies Expense of ME √ - - Uniform of Plant √ - - Fiber √ - - Electricity Expense √ √ Teleph Expense - - - Water Expense - - - Indirect Labor Indirect Material Supplies Expense Electricity, Telephone,Water Expense Listrik Untuk Seluruh Kegiatan Perusahaan 16 Depreciation Expense Nilai Bangunan Secara Keseluruhan Depreciation Expense of Building √ √ Depreciation Expense of Vechile Depreciation Expense of Equipment and Machinary of Production √ - √ √ Quality Control Expense √ - Industry Fuel Expense √ √ Instalation expense √ - √ √ Untuk Keseluruhan Area Gedung √ √ Genset Digunakan Pabrik dan Kantor √ - √ √ √ √ Insurance Expense of Building Insurance Expense of Equipment and Machinary √ √ √ √ Untuk Keseluruhan Area Gedung Genset Digunakan Pabrik dan Kantor Insurance Expense of Vechile Insurance Expense of Inventory For Export √ - - - √ Repair and Maintenance Expense Repair and Maintenance Expense of Building Repair and Maintenance Expense of Equipment and Machinary (Manufacturing) Repair and Maintenance Expense of Vechile Repair and Maintenance Expense of Invirontment Repair and Maintenance Expense of Cleaning Water Genset & Sumur Artesis Digunakan Pabrik & Kantor Solar Genset, Genset Digunakan Pabrik & Kantor - Untuk Keseluruhan Area Perusahaan Air digunakan Pabrik & Kantor Insurance Expense 4.1.2 Merupakan Biaya Pemasaran Hasil Pengalokasian Biaya WORK IN PROCESS - OVERHEAD COST Company : SIGER JAYA ABADI, PT Date : 2011 Kantor/Operasional(Rp) Akun Expense (Rp) Pabrik/BOP (Rp) Manufacturing Plant Salaries Rp 64,350,000.00 Rp 64,350,000.00 - Manufacturing Manajer Salaries Rp 32,650,000.00 Rp 32,650,000.00 - Quality Control Manajer Salaries Rp 46,400,000.00 Rp 46,400,000.00 Supervisi Salaries Rp 86,400,000.00 Rp 86,400,000.00 - General and adm. of Manufacturing Salaries Rp 89,190,000.00 Rp 89,190,000.00 - Indirect Labor 17 Mecanic Enginerring Labor Salaries Rp 113,400,000.00 Rp 113,400,000.00 - Warehouse Labor Salaries Rp 140,400,000.00 Rp 140,400,000.00 - Dump and Sanitation Labor Salaries Rp 18,700,000.00 Rp 18,700,000.00 - Quality Control Staff Salaries Rp 130,800,000.00 Rp 130,800,000.00 - Invironment Maintenance Labor Salaries Rp 8,800,000.00 Rp Security of Manufacturing Salaries Rp 88,200,000.00 Rp 52,928,778.62 Rp 35,271,221.38 Akumulation Rp 819,290,000.00 Rp 784,018,778.62 Rp 35,271,221.38 SAAP (Sodium Acid Phyrophospat) Rp 15,440,000.00 Rp 15,440,000.00 - Cands Rp 1,340,917,853.22 Rp 1,340,917,853.22 - Lids Rp 597,331,560.00 Rp 597,331,560.00 - Master Cartoon (MC) Rp 180,086,911.20 Rp 180,086,911.20 - Ice Rp 200,230,000.00 Rp 200,230,000.00 - Others Chemical Rp 38,805,000.00 Rp 38,805,000.00 - Akumulation Rp 2,372,811,324.42 Rp 2,372,811,324.42 - Supplies Expense of Process Rp 461,978,280 Rp 461,978,280 - Supplies Expense of ME Rp 67,625,600 Rp 67,625,600 - Uniform of Plant Rp 106,158,000 Rp 106,158,000 - Fiber Rp 27,850,000 Rp 27,850,000 - Akumulation Rp 663,611,880.00 Rp 663,611,880.00 - Rp 416,431,349.68 8,800,000.00 - Indirect Material Supplies Expense Electricity, Telephone,Water Expense Electricity Expense Rp 336,036,821.77 Teleph Expense - Water Expense - 80,394,527.91 Rp 416,431,349.68 Rp Depreciation Expense of Building Rp 293,125,000.00 Rp Depreciation Expense of Vechile Depreciation Expense of Equipment and Machinary of Production Rp 77,042,500.00 Rp 77,042,500.00 Rp 536,888,305.56 Rp 506,380,781.23 Rp 30,507,524.33 Akumulation Rp 907,055,805.56 Rp 737,455,574.73 Rp 169,600,230.83 Quality Control Expense Rp 44,650,000.00 Rp 44,650,000.00 Industry Fuel Expense Rp 382,200,000.00 Rp 368,903,583.26 Instalation expense Rp 19,350,000.00 Rp 19,350,000.00 Rp 78,633,000.00 Rp 41,320,328.65 Rp 37,312,671.35 Rp 3,110,000.00 3,088,594.72 Rp 21,405.28 Akumulation 336,036,821.77 Rp Rp 80,394,527.91 Rp 139,092,706.50 Depreciation Expense 154,032,293.50 - Rp 13,296,416.74 - Repair and Maintenance Expense Repair and Maintenance Expense of Building Repair and Maintenance Expense of Equipment and Machinary (Manufacturing) Rp 18 Repair and Maintenance Expense of Vechile Repair and Maintenance Expense of Invirontment Repair and Maintenance Expense of Cleaning Water Rp 7,450,000.00 Rp 7,450,000.00 Rp 12,400,000.00 Rp 7,441,234.18 Rp 1,325,000.00 Akumulation Rp 102,918,000.00 Rp 968,861.77 Rp 60,269,019.32 Rp 4,958,765.82 Rp 308,158.84 Rp 42,601,001.29 Insurance Expense Insurance Expense of Building Rp 42,180,000.00 Insurance Expense of Equipment and Machinary Rp 22,164,885.76 Rp 12,320,000.00 Rp 12,235,204.80 Insurance Expense of Vechile Rp 21,920,000.00 Rp 21,920,000.00 Insurance Expense of Inventory For Export Rp 1,438,187,500.00 Akumulation Rp 1,554,607,500.00 Rp 56,320,090.56 Rp 1,458,287,409.44 Overhead Factory Expense Rp 7,354,948,767.86 Rp 5,555,449,980.98 Rp 1,799,498,786.98 - Rp 20,015,114.24 Rp 84,795.20 - Rp 1,438,187,500.00 4.2 Harga Pokok Produksi Produk Setelah Alokasi Biaya A. Hasil evaluasi alokasi biaya produksi Hasil dari evaluasi alokasi biaya produksi Crabmeat menunjukkan beberapa biaya yang nilai pengalokasiannya kurang akurat, biaya-biaya tersebut adalah : Biaya-Biaya Nilai Evaluasi (Rp) - Security of Manufacturing Salaries Rp 35,271,221.38 - Electricity Expense Rp 80,394,527.91 - Depreciation Expense of Building Rp 139,092,706.50 - Depreciation Expense of Equipment Rp 30,507,524.33 - Industry Fuel Expense Rp 13,296,416.74 - Repair and Maintenance Expense Rp 37,312,671.35 Rp 21,405.28 and Machinary of Production of Building - Repair and Maintenance Expense of Equipment and Machinary (Manufacturing) 19 - Repair and Maintenance Expense Rp 4,958,765.82 Rp 308,158.84 - Insurance Expense of Building Rp 20,015,114.24 - Insurance Expense of Equipment Rp 84,795.20 of Invirontment - Repair and Maintenance Expense of Cleaning Water and Machinary - Insurance Expense of Inventory For Export Rp 1,438,187,500.00 B. Hasil Harga Pokok Produksi Setelah Evaluasi Alokasi Biaya PT Siger Jaya Abadi Laporan Harga Pokok Produksi Tahun 2011 Biaya Bahan Baku : Bahan Baku 1 januari 2011 Rp - Pembelian Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00 Bahan Baku Siap Produksi Rp 41,513,116,641.00 Persediaan Akhir 31 Des 2011 Rp - Bahan Baku Diproduksi Rp 41,513,116,641.00 Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp 7,279,242,500.00 Biaya Overhead Pabrik : Rp 7,354,948,767.86 Jumlah Biaya Produksi Persediaan Barang Dalam Proses awal (1 Jan 2011) Rp 56,147,307,908.86 Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 56,147,307,908.86 Persediaan Barang Dalam Proses Akhir Rp Harga Pokok Produksi Rp 56,147,307,908.86 Rp Total Harga Pokok Produksi Sebelum Alokasi : Biaya Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 7,279,242,500.00 Biaya Overhead Pabrik Rp 7,354,948,767.86 Harga Pokok Produksi Rp 56,147,307,908.86 - - 20 Harga Pokok Produksi Setelah Alokasi Rp. 54,305,980,780.26 - Selisih Biaya (Nilai Overstate) (Rp 1,841,327,128.60) C. Pencatatan Untuk Biaya Bahan Baku dan Tenaga Kerja untuk Depatemen A (Produksi) 1. Biaya Bahan Baku Jurnal saat biaya bahan baku terjadi: Biaya Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00 Kas/Bank Rp 41,513,116,641.00 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Barang Dalam Proses Rp 41,513,116,641.00 Biaya Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Jurnal saat biaya tenaga kerja langsung (TKL) terjadi: Biaya Gaji/atau Upah Hutang Gaji atau Upah Rp. 5,838,981,075.00 Hutang Pajak (PPH 21) Rp. 899,209,025.00 Asuransi Dibayar Dimuka Rp. 178,802,400,00 Jurnal saat biaya gaji atau upah terealisasi : Biaya Gaji/atau Upah (TKL) Kas/Bank Rp. 6,916,992,500.00 Rp. 6,738,190,100.00 Rp. 6,738,190,100.00 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Barang Dalam Proses Biaya Gaji/atau Upah (TKL) Rp. 6,916,992,500.00 Rp. 6,916,992,500.00 21 3. Biaya-Biaya Overhead Pabrik Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Biaya Overhead Pabrik (BOP) Biaya Gaji dan Upah Biaya Bahan Pembantu Biaya Perlengkapan Biaya Penyusutan Biaya Bahan Bakar Industri Biaya Instalasi Rp 737,455,574.73 Rp 737,455,574.73 Rp 368,903,583.26 Rp 368,903,583.26 Rp 19,350,000.00 Rp 19,350,000.00 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Biaya Overhead Pabrik (BOP) Biaya QC Rp 663,611,880.00 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 663,611,880.00 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 2,192,724,413.22 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 2,192,724,413.22 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 784,018,778.62 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 784,018,778.62 Rp 44,650,000.00 Rp 44,650,000.00 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 60,269,019.32 22 Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Rp 60,269,019.32 Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi : Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp Biaya Asuransi 56,320,090.56 Rp 56,320,090.56 Maka pencatatan ketika biaya overhead pabrik menjadi komponen biaya produksi: Barang Dalam Proses Rp 5,555,449,980.98 Biaya Overhead Pabrik Rp 5,555,449,980.9 PT Siger Jaya Abadi Laporan Harga Pokok Produksi Departemen A (Produksi) Untuk Periode Tahun 2011 Laporan Produksi Jumlah (Kaleng) Jumlah (Kg) Produk Masuk Proses 299.044 Kg Produk Selesai Produk hilang Produk Dalam Proses (BB 100%,Konversi 100%) 655.396 Kaleng 297.549 Kg 3.293 Kaleng 1.495 Kg 0.00 Kaleng 0.00Kg 299.044 Kg Pembebanan Biaya Elemen Biaya Jumlah (Rp) UE Harga/unit BB Rp 41,513,116,641.00 655.396 Rp 63,340.51 TKL Rp 6,916,992,500.00 655.396 Rp. 10,553.91 BOP Rp 5,555,449,980.98 655.396 Rp. 8,201.70 Jumlah Rp 53,805,472,210.78 Rp. 82,096.13 Perhitungan Harga Pokok Harga Pokok Produk Selesai = 655.396 x Rp 84,841.73 = Rp 53,805,472,210.78 23 - Ayat Jurnal Saat Biaya Produksi Menjadi Produk Selesai : Rp. 53,805,472,210.78 BDP- Harga Pokok Dep. A BDP (Biaya Bahan Baku) Rp 41,513,116,641.00 BDP(Biaya Tenaga Kerja Langsung) Rp 6,916,992,500.00 BDP (Biaya Overhead Pabrik) Rp 5,555,449.980.98 PT Siger Jaya Abadi Laporan Harga Pokok Produksi Departemen B (Pengepakan) Untuk Periode Tahun 2011 Laporan Produksi Jumlah (Kaleng) Produk Ditransfer dari Dep.Produksi 655.396 Produk Selesai 650.040 Produk Dalam Proses (BB 100%,Konversi 90%) 5.093 Produk Rusak/Hilang 263 655.396 Pembebanan Biaya Elemen Biaya Jumlah (Rp) UE Harga/unit BB dari dep A Rp 53,805,472,210.78 655.396 Rp 82,096.13 Produk Rusak/Hilang Rp 263 Rp. 8,668.48 Rp 53,805,472,210.78 32.96 Rp. 82,129.08 TKL Rp 362,250,00.00 654.623 Rp. 553.37 BOP Rp 180,086,911.20 654.623 Rp. 275.1 Jumlah Rp. 54,347,809,121.98 Perhitungan Harga Pokok Rp 82,957.55 24 Harga Pokok Produk Selesai = 650.040 x Rp 82,957.55 = Rp. 53,925,728,241.12 HPP produk Dalam Proses 5.093 kaleng Elemen Biaya : BB dari dep A :5.093 x 90% x Rp 82,129.08 =Rp. 376,455,075.49 BTKL : 5.093 x 90% x Rp 553.37 =Rp. 2,536,488.25 BOP : 5.093 x 90% x Rp 275.1 =Rp. 1,269,975.39 HPP Produk Dalam Proses Rp. 380,252,539.13 Harga Pokok Yang Diperhitungkan : Rp. 53,925,728,241.12 + Rp. 380,252,539.13= Rp.54,305,980,780.26 - Ayat Jurnal Saat Persediaan Produk Jadi Di Departemen Pengepakan: Persediaan Produk Selesai Rp. 53,925,728,241.12 Persediaan Produk Dalam Proses Rp. 380,252,539.13 BDP- Harga Pokok dari D.Produksi Rp.53,805,472,210.78 BDP (Biaya Tenaga Kerja Langsung) Rp 362,250,000.00 BDP (Biaya Overhead Pabrik) Rp 180,086,911.20 - Ayat Jurnal Saat Persediaan Produk Jadi Menjadi Nilai Harga Pokok Produksi : Harga Pokok Produksi Persediaan Produk Selesai Rp. 54,305,980,780.26 Rp. 54,305,980,780.26 25 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu : a. Bahwa perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan tidak akurat, ketidak akuratan yaitu terjadi pada pengalokasian biaya overhead pabrik. b. Jumlah BOP setelah alokasi adalah Rp 5.554,189,009.59 sedangkan nilai sebelum alokasi Rp 7,354,948,767.86. Jadi pada biaya overhead pabrik terjadi overstate sebesar 32,42 % yaitu senilai Rp. 1,800,759,769.27 dari nilai BOP. Hal ini terjadi karena perusahaan kurang teliti dalam menggolongkan biayabiaya yang terjadi sehingga antara biaya produksi (overhead pabrik) tercapur dengan biaya operasional perusahaan. c. Jumlah biaya tenaga kerja setelah evaluasi perhitungan harga pokok produksi yaitu Rp.7,276,706,011.75, dan sebelum evaluasi Rp.7,279,242,500.00, sehingga terjadi kelebihan biaya sebesar Rp.2,536,488.25 yaitu 0.035 %. d. Nilai harga pokok produksi perhitungan perusahaan yaitu Rp.56,147,307,908.86 dan setelah evaluasi menjadi Rp. 54,305,980,78026 Biaya yang terjadi dihitung terlalu besar oleh perusahaan sebesar 3,39 % yaitu Rp. 1,841,327,128.60 dari nilai perhitungan setelah evaluasi. Hal ini terjadi karena ketidaktelitian dalam pengalokasian biaya overhead pabrik sehingga 26 mempengaruhi nilai harga pokok produksi. Atau telah terjadi overstate pada nilai harga pokok produksi sebesar 3,39% dari nilai harga pokok setelah evaluasi. 5.2 Saran a. Untuk perusahaan sebaiknya dalam pengalokasian BOP menggunakan dasar pengalokasian sebagai berikut: -Biaya Bahan Bakar Industri Dasar Alokasi Biaya Overhead Pabrik (BOP) Luas Area Plant/Pabrik Luas Area Plant/Pabrik Unit Produksi (Jumlah Kaleng Meat) Unit Produksi (Jumlah Kaleng Meat) -Biaya depresiasi Bangunan Luas Bangunan Plant/Pabrik - Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan Luas Bangunan Plant/Pabrik Biaya-Biaya -Biaya Tenaga Keamanan -Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Lingkungan -Biaya Listrik -Biaya Asuransi Bangunan -Biaya Depresiasi Mesin dan Peralatan (Genset) - Biaya Pemeliharaan dan perawatan Mesin Dan Peralatan (Genset) - Biaya Pemeliharaan Air Bersih -Biaya Depresiasi Mesin dan Peralatan (sumur artesis) Luas Bangunan Plant/Pabrik % Penggunaan Bahan Bakar Pabrik % Penggunaan Bahan Bakar Pabrik % Penggunaan Air Pabrik % Penggunaan Air Pabrik Dasar Alokasi Biaya Operasional (BO) Luas Area Kantor Luas Area Kantor Tarif BOP Rata-Rata Tarif BOP rata2/M2=Total Biaya:Total Luas Tarif BOP rata2/M2=Total Biaya:Total Luas BO =Total Biaya-BOP Rp.512.72/Kaleng Meat BO=Total Biaya-BOP Luas Bangunan Kantor Luas Bangunan Kantor Luas Bangunan Kantor %Penggunaan Bahan Bakar Kantor %Penggunaan Bahan Bakar Kantor % Penggunaan Air Kantor % Penggunaan Air Kantor Rp.67.40/Kaleng Meat Tarif BOP rata2/M2=Total Biaya:Total Luas Tarif BOP rata2/M2=Total Biaya:Total Luas Tarif BOP rata2/M2Total Biaya:Total Luas Tarif BOP rata2=Total Biaya:100% Tarif BOP rata2=Total Biaya:100% Tarif BOP rata2=Total Biaya:100% Tarif BOP rata2=Total Biaya:100% 27 Dengan menggunakan dasar perhitungan alokasi diatas maka biaya yang terjadi karena penggunaan peralatan, mesin, air, listrik, bahan bakar, bangunan, dan area perusahaan yang digunakan bersama-sama dapat dipisah menjadi nilai BOP dan biaya operasional. Sehingga nilai BOP yang akan dimasukkan dalam komponen harga pokok produksi tidak terlalu tinggi nilainya. b. Untuk perusahaan sebaiknya teliti dalam penggolongan biaya-biaya agar biaya tepat tempatnya. Dimana untuk biaya asuransi eksport adalah biaya pemasaran yang merupakan elemen biaya operasional,bukan elemen BOP jadi nilainya harus dikeluarkan dari komponen BOP. c. Untuk perusahaan dalam melakukan penetapan harga pokok produksi sebaiknya laporan produksi dibuat menjadi dua departemen yaitu departemen produksi dan departemen pengepakan dengan menggunakan metode harga pokok proses karena sesuai dengan tipe perusahaan dan alur produksi yang berkelanjutan dari departemen yang satu kelainnya, dengan penggunaan metode harga pokok proses maka produk rusak atau hilang dan juga produk dalam proses dapat diperhitungan. Sehingga dengan menggunakan metode ini pengendalian biaya akan dapat dilaksanakan dengan baik.