gif

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Media dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran (instructional), sumber informasi adalah dosen, guru, instruktur, peserta
didik, bahan bacaan dan sebagainya. Menurut Schramm (1977), media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Briggs (1977) mendifinisikan media pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi /
materi pembelajaran. Sedang menurut Arief S. Sadiman (1986) media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima,
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses belajar
terjadi
2.1.1. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi guru dan siswa,
dengan maksud membantu siswa belajar secara optimal. Namun demikian, secara khusus
manfaat media pembelajaran dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (1985), yaitu :
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang sesuatu hal. Melalui media,
penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual),
sehingga dapat mendeskripsikan prinsip, konsep, proses atau prosedur yang bersifat abstrak dan
tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.
13
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Jika dipilih dan dirancang dengan benar, media dapat membantu guru dan siswa melakukan
komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara “satu
arah” kepada siswa.
4.
Jumlah
waktu
belajar-mengajar
dapat
dikurangi
Sering kali terjadi, para guru banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan materi ajar.
Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu, jika mereka memanfaatkan media
pembelajaran dengan baik.
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga
membantu siswa menyerap materi ajar secara lebih mendalam dan utuh.
2.2. Gambar gerak Graphics Interchange Format (GIF)
2.2.1. Pengertian Graphics Interchange Format (GIF)
Graphics Interchange Format (GIF) merupakan format grafis yang paling sering
digunakan untuk keperluan desain website. GIF memiliki kombinasi warna lebih sedikit
dibanding JPEG, namun mampu menyimpan grafis dengan latar belakang (background)
transparan ataupun dalam bentuk animasi sederhana.
GIF adalah format gambar asli yang dikompres dengan CompuServe. Bitmap jenis ini
mendukung 256 warna dan bitmap ini juga sangat popular dalam internet. Format GIF hanya
dapat menyimpan gambar dalam 8 bit dan hanya mampu digunakan mode grayscale, bitmap, dan
index color. Format ini merupakan format standar Internet atau publikasi elektronik. Selain itu
format ini mendukung penggunaan multiple bitmap dalam satu file sehingga dapat menghasilkan
14
gambar animasi dan merekam penggunaan Transparency Masking. GIF sering digunakan untuk
mewarnai halaman HTML pada tag <body background="back.gif">, spanduk (banner), icon, dan
lain-lain. GIF juga baik untuk menampilkan gambar dengan komposisi yang tidak menggunakan
terlalu banyak warna, seperti gambar kartun. Sementara itu, GIF tidak cocok digunakan untuk
menampilkan foto. GIF menggunakan metode Lossless Compression, untuk membuat ukuran file
sekecil mungkin. Lossless Compression adalah kompresi yang tidak mengurangi kualitas pada
gambar, namun dapat memperkecil besarnya jumlah file, jadi tidak ada penghilangan data pada
saat dilakukan kompresi.
Graphics Interchange Format (GIF) adalah yang terbaik digunakan untuk menggambar
garis datar yang berisi bunyi keras dan penggambaran sederhana contohnya clip art. Nomor
warna maksimum pada file GIF adalah 256 (meskipun kebanyakan tidak digunakan lebih dari
216 warna pada Web Color Pallete). GIF Images(gambar) mempunyai file extension GIF.
2.2.2. Karakteristik Graphics Interchange Format (GIF)
1. Transparency (Sifat Tembus)
Format GIF89A digunakan oleh images GIF uang mendukung images transparency. Pada
aplikasi grapik seperti Adode Photoshop atau Adobe Fireworks satu warna (biasanya pada warna
background) image (gambar) dapat dibuat menjadi tembus. Figure 4.5 menunjukan 2 gambar
GIF, yang satu tidak menggunakan transparency dan yang satu dengan background warna diatur
menjadi transparency (transparan/tembus).
Ketika bekerja dengan GIF Transparancy kamu seharusnya sadar pada halo effect (efek
halo)- pinggiran dari bagian sekitar warna pada gambar transparan. Gambar transparan biasanya
15
dioptimalkan untuk menampilkan warna background yang terang. Menampilkan mereka pada
background lain dari tipe mereka yang didesain untuk dapat memproduksi halo effect.
GIF yang digunakan pada figure 4.6 dicipatakan untuk menampilkan pada background
yang terang. Ketika ini diperlihatkan pada background yang gelap, halo pada pixel terang adalah
tampak nyata/jelas. Halo ini hanya dapat diperbaiki oleh gambar yang dimodifikasi
pada
aplikasi grapik seperti Adobe Photoshp atau Adobe Fireworks dan menyimpan versi yang
dioptimalkan untuk menampilkan pada background gelap.
2. Animation (Animasi)
Animasi gambar GIF juga digunakan pada file extension .gif. Mereka disusun pada File
GIF yang terdiri dari beberapa gambar atau bingkai, tiap-tiap darinya adalah sedikit berbeda.
Ketika cahaya (flash) menyala pada layar siap, gambar memunculkan animated- animated GIF
dapat diciptakan pada aplikasi grapik seperti Adobe Fireworks atau Adobe ImageReady.
Aplikasi Shareware Gif Animation
seperti Gif Constuction Set juga biasa digunakan.
Keuntungan menggunakan Gif animated untuk menambahkan tindakan/aksi pada halaman page
Anda. Format ini adalah kentungan yang bijaksana, tidak meminta browser plug-in, dan relative
mudah untuk diciptkan/dibuat.
Ketika kamu memutuskan untuk menammbahkan GIF Animated pada halaman WEB
anda, usahakan untuk menggunakan image/gambar hanya untuk tekanan khusus. Seandainya
anda seperti kebanyakan orang, pada waktu yang sama anda telah diganggu oleh flashing iklan
spanduk pada halaman atas WEB anda. Gunakan gifs animated dengan hemat.
16
3. Compression/Kompres
Ketika file GIF disimpan, lossless compression digunakan. Ini bearti bahwa tidak ada
gambar asli yang hilang dan bahwa gambar yang dikompres, ketika diubah oleh browser, akan
memuat pixels yang sama sebagai original
4. Optimization/Optimisasi
Untuk menghindar loading yang lambat pada halaman WEB, grapik seharusnya
dioptimisasi untuk Web. Optimisasi gambar adalah proses membuat gambar dengan ukuran file
terendah yang masih mengubah gambar kualitas bagus-menyeimbangkan kualitas gambar dan
ukuran file. Gambar GIF secara tipikal dioptimalkan dengan mengurangi jumlah warna pada
gambar. Gambar ditunjukan pada figure 4.6 dibuat menggunakan 235 warna dan ukuran KB 12.
Aplikasi grapik seperti Adobe Photoshop dapat digunakan untuk mengoptimalkan gambar pada
Web-mengurangi jumlah warna pada, yang mana menurunkan ukuran file. Gambar yang
ditunjukan pada figure 4.7 digunakan hanya 8 warna dan mempunyai ukuran file kurang dari 5
kb. Bagaimanapun juga, kualitas gambar tidak dapat diterima.
5. Interlacing
Ketika file grapik dibuat ini dapat di konfigurasikan sebagai interlaced. Ini
mengubah
cara bahwa browser mengubag gambar. Mengingat bahwa browser menunjukan standar gambar
sebagai file yang siap dari atas ke bawah dan hanya memulai untuk ditunjukan pada gambar
setelah 50 persent file sudah didownload oleh browser. Gambar interlaced secara progresiv
terpajang dan terlihat untuk memudarkan sepanjang download. Gambar pertama akan muncul
kabur(tidak jelas) tetapi secara teratur menjadi jelas dan tajam. Gambar interlace secara berulang
kali discan dari kiri ke kanan. Waktu pertama sekitar 13 persent dari gamabr yang ditunjukan.
Selanjutnya mengubah sekitar 25 persent. Proses ini berlanjut hingga gambar ini ditunjukan
17
secara komplet. Ketika anda sedang menggunakan gambar Gif complex, pertimbangkan
interlacing untuk memperbaiki penerimaan waktu pada halaman anda.
2.3. Versi Graphics Interchange Format (GIF)
1. Versi Pertama
Versi awal GIF adalah GIF87a dirilis pada tahun 1987 yang memiliki fasilitas :
1.Kompresi LZW
a. Dapat memasukkan gambar lebih dari satu dalam satu file dan menampilkan secara
bergantian, animasi.
b. Mengatur posisi gambar dalam latar GIF.
1. Interlacing
Interlacing adalah sebuah teknik menampilkan gambar secara gradual.
2. Versi Kedua
Versi Kedua GIF yaitu GIF GIF98a, penambahan fasilitas pada GIF89a ini adalah:
1.
Dapat mengatur waktu dari tiap gambar.
2.
Mengatur masukkan dari penggunan
3.
Mengatur warna transparansi.
4.
Menyimpan komentar.
5.
Menampilkan baris dari teks.
6.
Menambahkan spesifikasi aplikasi yang digunakan dalam MC
18
2.3. Perilaku Merokok
2.3.1 Pengertian Perilaku Merokok
Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti
luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas, perilaku mencakup segala sesuatu yang
dilakukan atau dialami seseorang, sedangkan pengertian lebih sempit, perilaku mencakup reaksi
yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)
mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu lain dan sesuatu itu
bersifat nyata. Dan perilaku yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya melainkan
sebagai akaibat dari stimulus eksternal maupun internal Walgito (2001).
Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok muncul karena adanya faktor internal
(faktor biologis dan faktor psikologis seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi
stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial seperti terpengaruh oleh teman sebaya).
Levy (1984) mengatakan bahwa setiap indivudu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda
dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok, seperti untuk mendapatkan kekuatan
kesibukan tangan, kenikmatan dan menenangkan diri pada saat stress, dan ketergantungan pada
nikotin.
Smet (1994) memberi pengertian bahwa seseorang dikatakan perokok berat apabila
menghisap rokok 15 batang atau lebih dalam sehari. Perokok sedang adalah apabila menghisap
rokok 5-14 batang rokok dalam sehari. Sedangkan perokok ringan yang menghisap 1-4 batang
rokok dalam sehari.
Danusantosa (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga
berakibat bagi orang lain disekitarnya. Demikian dengan pendapat Wismanto & Sarwo (2007)
mengatakan bahwa merokok adalah perilaku manusia yang sudah berusia ratusan tahun bahkan
19
ribuan tahun. Perilaku merokok adalah perilaku yang merugikan bukan hanya pada si perokok
sendiri namun juga merugikan orang lain yang ada disekitarnya.
Levy dkk (1984) menambahkan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan
seseorang berupa membakar rokok dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat
terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Brigham (1991) mengatakan bahwa perilaku merokok
bagi remaja merupakan simbolisasi. Simbolisasi dari kematamgam, kekuatan, kepemimpinan
dan daya tarik terhadap lawan jenis.
Perilaku merokok biasanya dimulai pada masa remaja. Erikson (dalam Komalasari &
Helmi, 2000) menyatakan bahwa keputusan seorang remaja untuk merokok berkaitan dengan
adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya, yaitu masa mencari
identitas diri. Sering kali remaja merokok karena iseng, diberi oleh temannya atau dipaksa oleh
temannya. Hal tersebut dilakukan agar terlihat dewasa, ingin menyesuaikan diri dengan teman
atau supaya diterima dalam kelompok dan supaya tidak di cemooh.
Berdasarkan pada definisi-definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa perilaku merokok
merupakan suatu tindakan individu yang bersifat nyata dapat diamati secara umum dan objektif
dengan menghirup asap rokok yang terbuat dari tembakau yang dapat merugikan diri sendiri dan
orang lain di sekitarnya.
2.3.2 Aspek-aspek yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Umumnya setiap individu dapat menggambarkan setiap perilaku menurut tiga aspek.
Aspek-aspek perilaku menurut Smet (1994) adalah sebagai berikut:
a. Frekuensi yaitu sering tidaknya perilaku muncul
Frekwensi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perilaku merokok
seseorang dengan menghitung jumlah munculnya perilaku merokok sering muncul atau tidak.
20
Dari frekwensi merokok seseorang,dapat diketahui perilaku merokok seseorang yang
sebenarnya.
b. Lamanya berlangsung yaitu waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan suatu
tindakan.
Aspek ini sangatlah berpengaruh bagi perilaku merokok seseorang. Dari aspek inilah
dapat diketahui perilaku merokok seseorang apakah dalam menghisapnya lama atau tidak.
c. Intensitas yaitu banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut.
Aspek intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak
seseorang menghisap rokok.dimensi intensitas merupakan cara yang paling subjektif dalam
mengukur perilaku merokok seseorang.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja
Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok menurut Smet (1994) sebagai berikut:
a. Social environment
Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi Perilaku merokok seperti teman sebaya,
saudara, orang tua dan media masa. Faktor yang terpenting yaitu tekanan dari teman sebaya
berpengaruh sebesar (46%), tetapi pengaruh anggota atau saudara merupakan faktor penentu
kedua sebesar (23%) dan orang tua (14%). Lingkungan yang mendukung atau menerima perilaku
merokok akan menyebabkan seseorang untuk mempertahankan perilaku merokoknya. Demikian
sebaliknya lingkungan yang tidak menerima perilaku merokok maka akan merubah pandangan
seseorang tentang merokok.
b. Demographic variables
21
Faktor ini meliputi faktor usia dan jenis kelamin. Semakin muda seseorang mulai
merokok maka semakin besar kemungkinan untuk merokok dikemudian hari. Jenis kelamin juga
berpengaruh pada perilaku merokok. Pada mulanya merokok hanya dilakukan oleh sebagian
kaum pria, namun seiring perkembangan zaman wanita juga ambil bagian dalam hal perilaku
merokok. dan Di Indonesia jenis kelamin merupakan faktor terpenting dalam faktor sosial.
c. Socio-cultural factors
Yang terkait dengan kebiasaan budaya, kelas sosial dan tingkat pendidikan.
2.3.4 Tipe-tipe Perilaku Merokok
Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut
banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah:
a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari
b. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari
2.4. Layanan Informasi
2.4.1. Pengertian Layanan Informasi
Dalam buku penataan pendidikan professional konselor dan layanan BK dalam jalur
pendidikan formal (Depdiknas, 2008), Layanan informasi yaitu pemberian informasi tentang
berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik melalui komunikasi langsung
maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun media elektronik, seperti buku, brosur,
leafleat, majalah, dan internet).
Para siswa memerlukan berbagai informasi yang bersumber dari guru, orang tua, teman
sebaya dan lain-lain. Informasi yang diperoleh bermanfaat bagi dirinya, tetapi ada pula informasi
22
yang dimilikinya, keliru, kabur, kurang lengkap dan kurang sistematis sehingga membingungkan
para siswa. Maka dari itu layanan informasi mempunyai peranan penting karena informasi
merupakan suatu proses yang dinamis dalam menuju suatu sasaran pengetahuan.
Layanan informasi menurut
W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti (2004) yaitu suatu
komponen dalam bimbingan dan konseling yang sekaligus menjadi salah satu layanan
bimbingan. Kompeonen ini mencakup usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan
serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan proses perkembangan remaja. Menurut
Purwaningtyas (2009) dikemukakan bahwa layanan bimbingan dan konseling yang
mememungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi pendidikan
dan informasi jabatan, yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan
keputusan untuk kepentingan peserta didik.
Definisi layanan informasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan dalam
mebekali siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang NAPZA yang kerap kali siswa
terjerumus didalamnya, sehingga siswa dapat memahami lingkungan hidupnya, mengembangkan
cita-cita, siswa terhindar dari narkotika, dan siswa dapat termotivasi memanfaatkan bimbingan
dan konseling terutama layanan infomasi
2.4.2. Fungsi Layanan Informasi
Dalam W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti (2004) dijelaskan fungsi pelayanan bimbingan di
Sekolah, dijelaskan bahwa merujuk pada tujuan pendidikan nasional bangsa dan usaha dasar
pembangunan nasional, yang mana pada intinya tujuan itu adalah mencapai perkembangan
optimal siswa, sesuai dengan tujuan institusional. Maka hal yang perlu dilakukan lembaga
pendidikan pada dasarnya membina tiga usaha pokok, yaitu:
1. Pengelolaan administrasi. Hal ini dilakukan oleh bidang administrasi dan supervisi.
23
2. Pengembangan pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta ketrampilan melalui
program kegiatan intrakuliluler dan konkurikuler. Hal ini dilakukan oleh bidang
pengajaran.
3. Pelayanan khusus kepada siswa dalam berbagai bidang yang membulatkan pendidikan
siswa
dan
atau
menunjang
kesejahteraan
siswa,
seperti
pengelelola
kegiatan
ekstrakulikuler, pengadaan koperasi sekolah, pengadaan kantin sekolah, pelayanan
perumahan, pengadaan perpustakaan, dan pelayanan bimbingan. Bentuk-bentuk pelayanan
ini tercakup dalam istilah pembinaan siswa.
Bimbingan dan konseling sebagai salah satu bidang sub bidang dari bidang pembinaan
siswa mempunyai fungsi yang khas bila dibandingkan dengan sub bidang lain, fungsi dari
pelayanan bimbingan memiliki corak yang khas yaitu corak pelayanan bimbingan sebagai
bantuan yang bersifat psikis atau psikologis. Tujuan pelayanan bimbingan adalah supaya
sesama manusia mampu mengatur kehidupan sendiri, menggunakan kebebasanya sebagai
manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang menwujudkan semua potensi
yang baik pada dirinya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan secara
memuaskan. Dengan demikian, jelaslah bahwa cirikhas dari bantuan melalui pelayanan
bimbingan terletak dalam tujuan bantuan itu diberikan, dan dari penjelesan singkat tersebut
terungkap apa yang menjadi fungsi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, fungsi itu
dapat dirinci atas:
Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa mendapatkan program
studi yang sesuai baginya dalam rangka kurikulum pengajaran yang disedkan sekolah; memilih
kegiatan ekstrakurikuler yang cocok baginya selama menjadi peserta didik disekolah yang
bersangkutan; menentukan `program studi lanjutan yang sesuai , merencanakan bidang
24
pekerjaan, dan sebagainya. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa
menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi
yang
dihadapinya. Funsi pengadaptasian, yaitu funsgi bimbingan sebagai nara sumber bagi tenaga
pendidik yang lain.
Merujuk pada tujuan layanan informasi yaitu untuk membekali siswa dengan pengetahuan
tentang data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan
pribadi sosial, supaya mereka dapat belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur
dan merencanan kehidupannya sendiri, maka dapat ditarik kesimpulan fungsi menurut Winkel
dan Sri Hastuti (2004) yaitu fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa
menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi
yang
dihadapinya disini.
Sedangkan menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) bahawa fungsi pelayanan BK
meliputi:
1. Fungsi pemahaman yang mencakup pemahaman tentang diri siswa;
2. Fungsi pencegahan yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya siswa dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul.
3. Fungsi pengentasan yang akan menghasilkan terentasnya masalah yang dialami siswa.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yang menghasilkan terpelihara dan terkembangnya
berbagai potensi positif siswa dalam rangka perkembangan diri.
Merujuk pada tujuan layanan informasi yaitu untuk membekali siswa dengan pengetahuan
tentang data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan
pribadi sosial, supaya mereka dapat belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur
25
dan merencanan kehidupannya sendiri, maka dapat ditarik kesimpulan fungsi layanan informasi
menurut Prayitno dan Erman Amti (1999 ) yakni :
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi layanan bimbingan dan konseling berupa layanan informasi
yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu hal oleh pihak-pihak yang diberi
layanan agar dapat siswa dapat berkembang sesuai yang diinginkan.
2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi layanan bimbingan dan konseling berupa layanan informasi
yang akan menghasilkan dapat tercegah/ terhindarnya permasalahan yang akan
mengganggu, menghambat, dan menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangan siswa.
2.4.3. Tipe-tipe Informasi
Menurut W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti (2004) ada tiga tipe dasar informasi, adalah:
Informasi tentang pendidikan sekolah yang mencakup semua data mengenai variasi program
pendidikan sekolah dan pendidikan prajabatan dari berbagai jenis, memulai dan semua
persyaratan penerimaan sampai dengan bekal yang dimiliki pada waktu tamat.
Informasi tentang dunia pekerjaan yang ada di masyarakat ( field of occupation ), mengenai
gradasi posisi dalam lingkup suatu jabatan ( level of occupation ), mengenai persyaratan tahap
dan jenis pendidikan, mengenai sistem klasifikasi/jabatan dan mengenai prospek masa depan
berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat akan jenis/corak pekerjaan tertentu.
Informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama
manusia mencakup semua data dan fakta dan psikologis, bersama dengan hubungan timbal balik
antara perkembangan kepribadian dan pergaulan sosial di berbagai lingkungan masyarakat.
Dari berbagai tipe layanan informasi diatas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama
26
manusia mencakup semua data dan fakta dan psikologis, bersama dengan hubungan timbal balik
antara perkembangan kepribadian dan pergaulan sosial di berbagai lingkungan masyarakat.
2.4.4. Tujuan Layanan Informasi
Tujuan kayanan informasi menurut W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti (2004) adalah untuk
membekali siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan
sekolah,bidang pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi sosial, supaya mereka dapat belajar
tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanan kehidupannya sendiri.
Menurut prayitno, Erman Amti (1994) layanan informasi bertujuan untuk membekali individu
dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahakan masalah
yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan maupun sosial budaya.
Menurut Hendarno (2003) tujuan layanan informasi adalah memberikan berbagai keterangan,
fakta
tentang
dunia
pendidikan
dan
dunia
kerja
kepada
siswa
agar
mempunyai
pemahaman/pengertian yang betul tentang dunianya. Dengan pemahaman yang baik dapat
digunakan untuk mengambil keputusan/ menentukan pilihan.
2.4.5. Pedoman pemberian layanan informasi
Menurut W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti (2004) meskipun bentuk bahan informasi
banyak, namun staf bimbingan harus menilai apakah isi bahan informasi yang terkandung dalam
semua bentuk dan disampaikan oleh semua sumber itu, sesuai dengan kebutuhan siswa, maka
staf bimbingan perlu mengevaluasi dengan menerapkan criteria/pedoman sebagai berikut :
1. Bahan informasi harus akurat dan tepat, yaitu menggambarkan keadaan yang nyata dan
konkret pada saat bahan itu disusun. Oleh karena itu bahan yang akan disajikan harus up to
date. Seandainya tidak tersedia bahan informasi yang paling baru, petugas bimbingan harus
27
menyadarkan siswa akan hal itu dan menunjukan bagian-bagian yang sudah tidak berlaku
lagi.
2. Bahan informasi harus jelas dalam isi dan cara menguraikan, sehingga pihak pemakai
mudah menangkapnya.
3. Bahan informasi harus relevan bagi siswa di jenjang pendidikan tertentu, mengingat
kebutuhan pada fase perkembangan tertentu.
4. Bahan informasi harus disajikan secara menarik, sehingga menimbulkan minat siswa untuk
mempelajari dan mengolahnya.
5. Bahan informasi yang disajikan oleh orang-perorangan harus bebeas dari segala faktor
subyektif yang mengaburkan ketepatan dan kebenaran dari informasi itu.
6. Bahan informasi harus berguna dan bermanfaat bagi kalangan siswa di jenjang pendidikan
menengah.
2.4.6. Asas Layanan Informasi
Menurut Prayitno (2004), layanan informasi pada umumnya merupakan kegiatan yang
diikuti oleh peserta dalam satu forum terbuka. Azas kegiatan mutlak diperlukan, didasarkan
pada azas kesukarelaan dan keterbukaan. Azas kerahasiaan diperlukan dalam layanan
diselenggarakan apabila untuk peserta atau klien khusunya dalam kegiatan informasi yang sangat
pribadi.Jadi azas layanan informasi sebagai kegiatan layanan yang menuntut keterbukaan dalam
kegiatan layanan.
2.5. Strategi pencegahan perilaku merokok melalui gambar gerak format (gif)
Usia remaja merupakan usia badai yang artinya pada usia ini rawan sekali seorang remaja
terpengaruh dengan lingkungan yang ada, lingkungan di sekolah, lingkungan bermain, maupun
28
lingkungan tempat tinggalnya. Salah satu pembentuk perilaku remaja adalah lingkungan
disekitarnya secara luas mulai dari pergaulan teman, dan pada masa komunikasi ini alat
komunikasi juga sangat berpengaruh.
Perilaku merokok pada masa remaja juga sangat mudah tersebar karena pada masa
remaja adalah masa pencarian jati diri, maka sangat mudah sekali remaja meniru apa yang
dilakukan oleh teman sebayanya, secara langsung maupun tidak langsung seperti melalui
teknologi yang semakin menjamur di kalangan remaja seperti hanphone, Smartphone,
Blackberry, Android, dan lain-lain.
Dalam Makki (2008) penelitian “Pengembangan video promosi pencegahan perilaku
merokok di kalangan siswa SMP PGRI 4 Malang” dengan subjek siswa SMP 4 PGRI malang
dengan pengumpulan data di lakukan dengan angket yang di validasi kepada ahli materi, media
dan audiens. Sedangkan materi yang sidajikan digunakan angket pandangan seswa yang di uji
cobakan. Analisis yang digunakan untuk mengolah data hasil validasi ahli media, materi dan
audiens adalah prosentase,sedangkan untuk mengolah data hasil pre-test dan post test siswa
digunakan uji t. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil pengembangan “Media video promosi
memenuhi criteria valid yakni dengan hasil uji media mencapai tingkat kevalidan 95%, ahliu
materi tingkat 92,5% dan audiens tingkat kevalidan 87,5% dengan prosentase rata-rata 91,7%
sedangkan untuk hasil belajar menunjukan terhitung tabel sehingga pengujihipotesis rumus
statisktik HO ditolak dan H1 diterima, karena ada perbedaan antara sebelum dan sesudah
menggunakan media video pembelajaran”
Media melalui teknologi seperti hanphone, Smartphone, Blackberry, Android, dan lainlain dalam era saat ini sangatlah efektif dalam pembentukan perilaku remaja, karena media
29
seperti itu sudah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari bagi remaja. Dengan media gambar gerak
format (GIF) yang mudah diakses melaui Bluetooth, Blackberry messenger, jaringan wifi,
facebook, twiiteer, whatApps, dan juga fasilitas social lainya akan dapat menjadi media yang
efektif untuk mencegah perilaku merokok pada remaja.
30
Download