1 1 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN

advertisement
1
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN KECEMASAN
MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
Amwalina
Ratna Syifa’a Rachmahana
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada konsep diri akademik
dengan kecemasan menghadapi ujian nasional. Dugaan awal yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri akademik dengan
kecemasan menghadapi ujian nasional. Semakin tinggi konsep diri akademik,
semakin rendah kecemasan. Sebaliknya semakin rendah konsep diri akademik,
semakin tinggi kecemasan.
Subjek penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah siswa kelas III
SMU GAMA yang akan menghadapi ujian nasional . Teknik pengambilan subjek
yang digunakan adalah metode purposive samplinh. Adapun skala konsep diri
akademik yang digunakan adalah disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dari
wyle(1976); Hansford dan Hatie (1982) dalma Marsh (1992), yang digunakan adalah
72 aitem , sedangkan skala kecemasan adalah hasil modifikasi dari skala Alpert dan
Haber (1960), mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Sue dan kawan (1986).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
korelasi product moment dari Spearman dalam program SPSS versi 12.00 untuk
menguji apakah terdapat hubungan antara konsep diri akademik dengan kecemasan
menghadapi ujian nasional. Korelasi product moment dari Spearman menunjukkan
korelasi sebesar r = -0,421 dengan p = 0,000 (p<0,01) yang artinya ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara konsep diri Akademik dengan kecemasan
menghadapi ujian nasional. Jadi hipotesis diterima.
Kata Kunci : Konsep Diri Akademik, Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional
1
2
Pendahuluan
Indonesia saat ini sangat membutuhkan sumber daya manusia berkualitas, siap
pakai dan mampu menghadapi tantangan. Persaingan antar bangsa yang semaikn
nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber daya manusia yang memiliki
kualitas tinggi yang tidak hanya mampu bersaing dalam lingkungan nasional
melainkan juga dalam dunia internasional. Keberhasilan pemerintah kita meluaskan
akses pendidikan selama lebih dari tiga dekade sungguh monumental secara
komparatif internasional. Tetapi harus kita akui pula bahwa pada aspek kualitas
sungguh tidak terkendali Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan perlu
mendapat perhatian yang besar. Pemerintah, dalm hal ini Departemen pendidikan dan
kebudayaan, menjadikan peningkatan mutu pendidikan sebagai prioritas.
Guna mengangkat mutu pendidikan Indonesia pada tataran persaingan global,
pemerintah indonesia memutuskan untuk menaikkan standar kelulusan ujian nasional
(UN) pada jenjang SLTP dan SLTA dari nilai kelulusan dari minimal 3,01 pada tahun
2003 menjadi 4,01 pada UAN tahun 2004, dan 4,26 pada ujian nasional tahun 2005
hal ini dilakukan agar siswa dan guru segera terpacu untuk belajar dan bekerja keras
sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh UU nomer 20 tahun 2003. Pemerintah
beralasan, peningkatan standar minimal untuk syarat kelulusan menjadi salah satu
upaya mendongkrak mutu pendidikan yang kini terpuruk sehingga dapat disejajarkan
dengan kualitas di negara-negara lain. Ujian Nasional yang diberlakukan secara
nasional menjadi standar mutu secara nasional pula. Bagi pendukung kebijakan
tersebut, batas nilai minimal 4,26 sebagai kriteria kelulusan dinilai cukup strategis dan
relevan sebagai starting point untuk mendongkrak mutu pendidikan yang dianggap
sudah berada di ambang batas mengkhawatirkan.
2
3
Didalam usaha peningkatan mutu pendidikan tersebut, prestasi belajar sebagai
salah satu tolak ukur peningkatan mutu pendidikan banyak mendapat sorotan salah
satu sumber informasi penting dalam pengukuran prestasi belajar dalam pendidikan
formal tidak disangsikan lagi. Betapapun jelasnya suatu tujuan pendidikan yang telah
digariskan, tanpa usaha pengukuran maka mustahil hasilnya dapat diketahui. Tidak
layak untuk mengaitkan adanya suatu kemajuan atau keberhasilan program
pendidikan tanpa peningkatan atau pencapaian, inilah yang harus diambil dari
pengukuran prestasi belajar secara terencana. Salah satu cara untuk mengukur
prestasii belajar tersebut adalah dengan memberikan siswa ujian yang dalam hal ini
adalah ujian nasional.
Perolehan nilai ujian tinggi memang mutlak bagi siswa sekolah menengah atas
untuk dapat lulus, berdasarkan hal tersebut maka pihak sekolah dan orangtua memacu
siswa sedemikian rupa agar memperoleh hasil optimal dan pada akhirnya nanti dapat
memperoleh NEM tinggi dan dapat lulus dengan baik.
Adanya kenyataan dan tuntutan tersebut seringkali menimbulkan kecemasan
bagi siswa, terutama dalam menghadapi ujian, baik itu ulangan harian, akhir semester
ataupun akhir tahun ajaran. Seringkali siswa menganggap kecemasan ujian sebagai
beban sehingga timbul kecemasan menghadapi ujian. Kecemasan dalam menghadapi
tes pada tingkat yang sedang justru akan meningkatkan motivasi (Tjandararini, 1989),
tetapi tingkat kecemasan yang tinggi akan menimbulkan kegelisahan, ketegangan,
perasaan tidak berdaya, salah tingkah, serta kurang mampu mengontrol diri. Secara
fisik ditunjukkan oleh gejala-gejala detak jantung bertambah keras, sakit perut,
pencernaan terganggu, diare, mual, pusing, lemah, nafas terengah-engah mulut kering
dan berkeringat gejala-gejala diatas menunjukkan adanya ansietas atau kecemasan.
Keadaan tersebut tentu sangat tidak menyenangkan dan menganggu. Bayangan
3
4
kegagalan dan harapan keberhasilan datang silih berganti, dan hal itu tentu saja kan
menambah atau meningkatkan kecemasan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa akan menghadapi situasi
yang tidak pasti terhadap kemampuan dirinya menghadapi ujian, timbulnya
kecemasan menghadapi ujian dapat disebabkan oleh berbagai hal dan sifatnya sangat
kompleks, bervariasi, dan dapat dilihat dari berbagai segi, misalnya ada konsep diri
yang negatif terhadap kemampuan akademik, tipe kepribadian, dan adanya tuntutan
yang berlabihan dalam prestasi akademik seringkali keberhasilan semata-mata dilihat
dari kemampuannya dibidang akademik sehingga siswa merasa tidak mampu
memnuhi tuntutan tersebut akan merasa cemas.
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan
atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep
diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya,
tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak
disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif
akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang
dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai
halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum
berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan
diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih
optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga
terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian,
namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk
melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai
4
5
dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di
masa yang akan datang (Jasinta F Rini, e-psikologi 2002). Begitu juga dalam
menghadapi ujian seseorang dengan konsep diri akademik yang negatif akan memiliki
keyakinan dan kepercayaan diri yang rendah dan kurang mampu mempersiapkan diri
dnegan baik dalam menghadapi UN karena sudah terlebih dahulu dihinggapi perasaan
pesimis dan khawatir sehingga tidak dapat berkonsentrasi untuk melaukan sesuatu,
sebaliknya siswa dengan konsep akademik yang tinggi akan menganggap Ujian
Nasional sebagai tantangan yang harus ditaklukkan dan dia melakukan effort untuk
melakukan sesuatu misalnya belajar untuk UN.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa konsep diri
akademik seseorang dapat meningktakn kecemasan atau mengurangi kecemasah yang
dialami oleh mereka yang kan menglami ujian nasional. Dengan penelitian ini, akan
diuji apakah ada hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Kecemasan
Menghadapi Ujian Nasional
Tinjauan Pustaka
Kecemasan menghadapi ujian nasional
Chaplin (2000) mengatakan bahwa kecemasan adalah perasaan berisi
campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang
tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Atkinson (1964) menyatakan bahwa
ketakutan akan kegagalan akan memunculkan kecemasan. Individu mengalami
ketakutan-ketakutan yang dialami individu berdasarkan atas ketidakmampuan
memenuhi dorongan-dorongan dalam diri individu yang dapat memunculkan
ketakutan akan kegagalan di masa datang.
5
6
Pendapat lain diungkapakan oleh Lazarus (1976) yang menyatakan bahwa
bentuk-bentuk kecemasan sebagai berikut:
a. Kecemasan sebagai variabel perantara
Kecemasan ini merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi serangkaian stimulus
dan respon sehingga kecemasan ini dapat diketahui melalui keadaan yang
mendahului munculnya kecemasan serta akibat-akibatnya.
b. Kecemasan sebagai suatu respon
Setiap individu pernah mengalami kecemasan berupa suatu perasaan yang tidak
menyenangkan. Ditandai oleh kegelisahan, kebingungan, kekhawatiran dan
ketakutan. Perasaan ini berhubungan dengan aspek-aspek subyektif dari emosi dan
hanya dirasakan oleh yang bersangkutan. Kecemasan ini dibagi dua, yaitu ;
1. State Anxiety. Gejala kecemasan yang timbul apabila individu dihadapkan pada
suatu situasi tertentu yang dirasakan mengancam. Kecemasan ini tergantung pada
intensitas stimulus yang dianggap mengancam tersebut. Tingkat intensitas stimulus
akan mempengaruhi tingkat kecemasannya. Misalnya individu merasa cemas
ketika menghadapi ujian nasional. Semakin ia mendekati waktu ujian semakin
bertambah tingkat kecemasannya.
2. Trait Anxiety. Kecemasan yang menetap pada diri individu. Kecemasan ini sudah
terintegrasi dalam kepribadian sehingga individu yang mempunyai kecemasan ini
lebih mudah menjadi cemas bila menghadapi suatu situasi yang dianggap
mengancam dirinya. Misalnya individu pernah mengalami kecelakaan maka ketika
ia melihat ada kecelakaan ia merasa cemas.
Stimulasi pada kecemasan menjelaskan bahwa permasalahan menghadapi ujian
nasional adalah suatu hal yang mengancam. Hal ini ditegaskan Lazarus (1976) bahwa
6
7
state anxiety adalah gejala kecemasan yang timbul pada suatu situasi tertentu yang
dirasa mengancam.
Menurut Azwar (1987) kecemasan menghadapi tes disebabkan adanya
persepsi yang kuat dalam diri siswa umumnya bahwa suatu nilai tes yang baik
merupakan kesuksesan belajar, sedangkan nilai tes adalah suatu nilai tes yang baik
merupakan kesuksesan belajar, sedangkan nilai tes adalah satu-satunya indikator
terpenting. Dalam suasana hati yang cemas, siswa akan merasa ragu-ragu dalam
bertindak, ada perasaan tidak tenang, was-was dan curiga. Beberapa ahli
mengemukakakan bahwa dalam suasana cemas, individu akan sulit melakukan
aktifitasnya dengan baik sehingga keberhasilan pun akan sulit dicapai. Dalam kondisi
demikian akan terjadi satu pengalaman samar-samar yang disertai perasaan tidak
berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1976)
Kecemasan ujian merupakan suatu keadaan yang disadari oleh individu
berupa ketakutan, kekhawatiran, ketidaktentuan, perasaan tertekan dan terancam
menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan
datang, yaitu lulus atau tidaknya dalam ujian.
Timbulnya kecemasan mengahadapi ujian dapat disebabkan oleh berbagai hal
dan sifatnya sangat kompleks, bervariasi, dan dapat dilihat dari berbagai segi,
misalnya adanya konsep diri yang negatif terhadap kemampuan akademik, tipe
kepribadian siswa dan adanya tuntutan yang berlebihan dalam prestasi akademik
seringkali keberhasilan semata-semata dilihat dari kemampuannya dibidang akademik
sehingga siswa yang merasa tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut akan merasa
cemas. Tjandrarini (1989) menambahkan bahwa kecemasan menghadapi tes hampir
selalu disebabkan karena beberapa penilaian yang salah tentang tes atau standard yang
tidak rasional
7
8
Ada kondisi minimal dimana seseorang mengalami kecemasan dalam
menghadapi tes (Tjandrarini,1989)
1.
Adanya obyek, situasi, hasil, gagasan, dan sebagainya yang mengancam harga
diri atau nilai-nilai seseorang dalam kasus kecemasan menghadapi tes,
obyeknya adalah tes terrsebut.
2.
Kebutuhan untuk menangulangi situasi dengan cara mempertahankan konsep
diri atau nilai-nilai kebutuhan yang dirasakan ialah mengerjakan tes
sedemikian rupa sehingga memenuhi standard dan aspirasinya
Keragu-raguan apakah dapat menangani situasi dengan baik. Keragu-raguan
akan timbul karena tidak tahu soal-soal yang akan dihadapi, dan sejauhmana soal-soal
tersebut mampu dipecahkan.
Konsep Diri Akademik
Staines (Burns, 1979) mendefinisikan konsep diri sebagai suatu sistem sadar
dari hal-hal yang dipersepsikan, konsep-konsep, evaluasi-evealuasi mengenai individu
sebagimana siswa tampak bagi individu tersebut. Selanjtnya konsep diri menurut
Hurlock (1978) pada dasarnya merupakan pengertian dan harapan seseorang
mengenai diri yang dicita-citakan dan bagaimana dirinya dalam realitas yang
sesungguhnya, baik secara fisik maupun psikologik.
Konsep diri menurut Rogers (Burns,1979) adalah organisasi dari persepsipeesepsi diri, yang tersusun atas:
a. Persepsi-persepsi dari karakteristik-karakteristik dan kemampuan-kemampuan
seseorang.
b. Hal-hal yang dipersepsikan dan konsep-konsep tentang diri yang berhubungan
dengan orang lain dan lingkungan
8
9
c. Kualitas-kulaitas
nilai
yang
dipersepsikan
yang
dihubungkan
dengan
pengalaman-pengalaman dan objek-objek
d. Tujuan-tujuan dan ide-ide yang dipersepsikan mempunyai valensi negatif atau
positif
Konsep diri atau penilaian diri merupakan variabel yang sangat penting dalam
mencapai prestasi akademis (fitts, 1972). Konsep diri juga sering diartikan tentang
bagaimana individu mengambarkan dirinya yang akan mempengaruhi pola bersikap,
berpikir dan berperilaku serta mempunyai rasa optimis dalam mengerjakan tugastugas dalam hidup sehingga segala tugas dapat dikerjakan secara optimal.
Seseorang yang mempunyai status pelajar pasti mempunyai konsep diri akademik
(Ngantung, 1992) konsep diri akademik ini terbentuk dari pandangan para siswa yang
bersangkutan tentang kemampuannya dalam pelajaran disekolah. Setiap mata
pelajaran yang ada disekolah manjadi satu dimensi spesifik yang menyusun konsep
diri akademik. Demikian halnya pada siswa-siswa di sekolah akan mempunyai
konsep diri akademik yang terbentuk dari persepsi siswa tentang kemampuan dirinya
tersebut sangat penting peranannya dalam proses pendidikan, terutama berkaitan
dengan kelangsungan pendidikannya di masa yang akan datang. Para siswa yang
terdiri dari anak usia remaja membutuhkan adanya pengakuan dan penghargaan dari
lingkungan. Salah satu kebutuhan yang dapat dipenuhi dari lingkungan sekolah
adalah pengakuan dan penghargaan terhadap prestasinya (Pikunas, 1967) dari
gambaran siswa terhadap kemampuan dirinya dalam pelajaran disekolah, dan
persepsi siswa tentang pandangan guru dan teman-teman terhadap kemampuannya
tersebut akan membentuk suatu konsep diri akademik. Konsep diri akademik adalah
bagian dari self esteem yang melibatkan persepsi anak terhadap kemampuan
akademiknya (vasta dkk, 1992).
9
10
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari konsep diri
akademik adalah pandangan para siswa tentang dirinya sendiri, terutama menyangkut
kemampuan dalam bidang akademik disekolah yang ikut menentukan siswa dalam
merespon pembaharuan yang datang dari luar.
Hubungan Antara Konsep Diri Akademik dengan Kecemasan Menghadapi Ujian
Nasional
Ada dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan siswa dalam
menghadapi ujian yang kemudian mempengaruhi siswa, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal (andriasari,2002) faktor eksternal dapat berupa hal-hal yang
berhubungan dengan materi pelajaran, sedangkan faktor internal yang mempengaruhi
adalah kepribadian dari siswa itu sendiri. Salah satu karakteristik kepribadian yang
dapat mempengaruhi timbulnya kecemasan adalah konsep diri yang dalam penelitian
ini dibatasi dengan konsep diri akademik.
Menurut Pudjijogyanti (dalam Thalib, 1996) konsep diri tidak hanya terbentuk
dari pengalaman internal individu, namun juga dipengaruhi oleh pengalaman
eksternal individu, sehingga dapat dikaitakan bahwa konsep diri dan performansi
akademik mempunyai hubungan yang erat. Orangtua dan guru seringkali menuntut
siswa untuk selalu berhasil dalam pendidikan sehingga tidak mengherankan jika
pencapaian dibidang akademik dipandang sebagai ukuran yang penting dari totalitas
pribadi, sehingga siswa yang berhasil dibidang akademik merasa kompeten dan
signifikan, siswa yang sering gagal merasa tidak kompeten dan rendah diri.
Burns
meningkatkan
(1982)
menambahkan
kemungkinan
bahwa
peningkatan
10
pengalaman
konsep
diri
keberhasilan
akademik,
akan
sedangkan
11
pengalaman ketidakberhasilan dalam kelas dan kecemasan lebih sering menjamin
individu untuk mengembangkan konsep diri akademik yang negatif.
Hasil observasi yang juga dilakukan oleh Lamp (1968) menunjukkan bahwa
individu dengan konsep diri negatif tingkat kecemasannya lebih tinggi dibandingkan
dengan individu dengan konsep diri positif. Hal ini didukung dengan hasil penelitian
yang dilakukan wittrick dan Husiek (1962) yang juga menunjukkan adanya hubungan
negatif antar tingkat kecemasan dengan konsep diri individu.
Konsep diri akademik yang positif akan memberikan pengaruh positif
terhadap siswa untuk mereduksi kecemasan pada saat menghadapi masalah, termasuk
kecemasan menghadapi ujian.
Hipotesis
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat diajukan satu hipotesis.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif antara
konsep diri akademik dengan kecemasan menghadapi ujian nasional.
Metode Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua buah skala. Skalaskala tersebut adalah Skala Konsep Diri Akademik yang disusun berdasarkan teor
Wyle (1976); Hansford dan Hatie (1982) dalam Marsh (1992)
sedangkan Skala
Kecemasan menghadapi Ujian Nasional dia acu, diadaptasi dan dimodifikasi dari
Skala Achievement anxiety Test (Alpert dan Haber, 1960).
Kedua skala, diujicobakan terlebih dahulu dengan tujuan memperoleh
gambaran respon subjek terhadap aitem-aitem pada skal secra keseluruhan. Uji coba
dilaksanakan di SMU Gama, Jalan Mrican Yogyakarta. Setelah di ujicoba, kemudian
11
12
aitem-aitem pada masing-masing skala dianalisi untuk mengetahui reliabilitas dan
validitasnya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 72 aitem skala konsep diri akademik
yang diujicobakan menghasilkan aitem yang dinyatakan gugur sebanyak 31 aitem.
Aitem-aitem yang sahih merupakan aitem-aitem yang memiliki kosfisien korelasi
aitem sebesar 0,30. Koefisian korelasi aitem total, aitem-aitem yang sahih bergerak
antara.0,301-0,586 setelah koefisien reliabilitas dihitung, diperoleh koefisien alpha
sebesar 0,895. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 64 aitem skala konsep diri
akademik yang diujicobakan menghasilkan aitem yang dinyatakan gugur sebanyak 23
aitem. Aitem-aitem yang sahih merupakan aitem-aitem yang memiliki kosfisien
korelasi aitem sebasar 0,30. Koefisian korelasi aitem total, aitem-aitem yang sahih
bergerak antara.0,312-0,608 setelah koefisien reliabilitas dihitung, diperoleh koefisien
alpha sebesar 0,916. Setelah didapat aitem-aitem yang memenuhi syarat validitas dan
reliabilitas pada masing-masing skala, kemudian kedua skala tersebut digunakan
untuk memperoleh data-data penelitian.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di SMU GAMA , jalan Mrican Yogyakarta.
Skala konsep diri akademik dan kecemasan menghadapi ujian nasional dibagikan
kepada 98 siswa kelas III yang akan menghadapi ujian nasional. Dari 98 eksemplar
skala yang dibagikan, sebanyak 86 memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut.
Subyek penelitian adalah siswa kelas III SMU GAMA IPA-IPS yang akan
menempuh ujian nasional.
Hasil penelitian
Berdasarkan data-data yang didapat selama penelitian, maka dilakukan uji
hipotesis mengggunakan metode analisis korelasi product moment dari pearson
dengan bantuan Program SPSS for windows 12.00.
12
13
Uji normalitas dengan menggunakan teknik one sample kolmogorof-smirnov
test diperoleh hasil sebaran skor variabel konsep diri akademik adalah normal (K-S Z
= 0,835; p = 0,485 atau p > 0,05). Untuk skor variabel kecemasan menghadapi ujian
nasional adalah normal ( K-S Z = 1,117; p = 0,165 atau p > 0,05), sehingga analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis parametrik.
Hasil uji linear terhadap variabel konsep diri akademik dengan kecemasan
menghadapi ujian nasional diperoleh hasil F = 23,883 dengan p = 0,000. karena
p<0,01 maka dapat dikatakan bahwa variabel konsep diri akademik dengan
kecemasan menghadapi ujian nasional mempunyai korelasi yang linear.
Uji hipotesis untuk mengetahui hubungan antara variabel konsep diri
akademik dengan kecemasan menghadapi ujian nasional menggunakan korelasi
product moment karena merupakan korelasi parametrik dengan bantuan SPSS 12.00
for windows diperoleh angka yang menunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,421
(r xy = - 0,421 dengan p = 0,000 (p<0,01). Berdasarkan hasil analisis variabel konsep
diri memberikan sumbangan sebesar 17,7% terhadap variabel kecemasan. Ada
hubungan yang sangat signifikan dengan arah hubungan yang negatif , antara konsep
diri akademik dengan kecemasan menghadapi ujian nasional , sehingga hipotesis
diterima.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara konsep diri akademik dengan kecemasan menghadapi ujian nasional. Setelah
melakukan uji hipotesis dengan metode analisis korelasi, diperoleh hasil bahwa ada
hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri akademik
kecemasan menghadapi ujian nasional.
13
dengan
14
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 86 siswa kelas III SMU GAMA ini
menunjukkan bahwa Siswa kelas III yang memiliki konsep diri akademik sangat
tinggi sebanyak 2 orang (2, 325%), tinggi, 37 orang (43,023)%, sedang, 46 orang
(53,483%), Rendah, 1 orang (1,162%), sangat rendah, tidak ada (0%). Variabel
kecemasan menghadapi ujian nasional menunjukkan bahwa, kategori sangat tinggi
tidak ada (0%), tinggi, 9 orang (10,465%), sedang, 24 orang (27,907%), Rendah, 50
orang (58,139%), sangat rendah, 3 orang (3,488%).
Berdasarkan analisis tampak bahwa variabel konsep diri akademik memberi
sumbangan sebesar 17,7 % terhadap variabel kecemasan menghadapi ujian nasional.
Hal ini berarti ada 83,4 % faktor lain yang mempengaruhi kecemasan sehingga
konsep diri akademik bukan faktor tunggal atau penentu tinggi rendahnya kecemasan
seseorang.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa
hasil analisis data diperoleh nilai r xy = - 0421 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan negative yang sangat signifikan antara konsep
diri akademik dengan kecemasan menghadapi ujian nasional. Hasil ini menujukkan
bahwa semakin tinggi konsep diri akademik maka semakin rendah kecemasan
menghadapi ujian nasional. Demikian sebaliknya, semakin rendah konsep diri
akdemik maka semakin tinggi kecemasan menghadapi ujian nasional.
. Bagi para siswa yang akan menghadapi ujian nasional
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para siswa-siswi yang
akan menghadpi ujian nasional untuk memperhatikan konsep diri akademik dalam
usaha mengatasi kecemasan dalam menghadapi ujian nasional
2. Bagi peneliti selanjutnya
14
15
Peneliti selanjutnya yang berminat dalam kajian mengenai kecemasan dalam
menghadapi ujian nasional, perlu mempertimbangkan adanya kajian empiris terhadap
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi konsep diri akademik dan kecemasan
dalam menghadapi ujian nasional. Peneliti selanjutnya dapat meneliti tingkat
kecemasan subjek yang memiliki latar belakang yang berbeda. Peneliti selanjutnya
dapat melakukan kontrol terhadap faktor lain yang dapat mempengaruhi konsep diri
akademik dan kecemsan menghadapi ujian nasional seperti : jenis kelamin, sosial
ekonomi, atau rangking dikelas. Selain itu peneliti juga dapat membandingkan tingkat
kecemasan dengan melihat jurusan yang diambil.
3. Bagi praktisi psikologi kepribadian, sosial, klinis, dan dunia pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memperhatikan faktor
konsep diri akademik sebagai salah satu solusi dalam mengatasi kecemasan dalam
menghadapi ujian nasional.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Alpert, R. R & Haber, R.N. (1960). Anxiety in academic achievement situations.
Journal of Abnormal and Social Psychology, 61, 201-215
Andriasari, M . Hubungan antara Motivasi intrinsic dengan kecemsan menghadpai
SPMB. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Azwar, S. 1987. Tes Prestasi, yogyakarta. Liberty
Azwar, S. 1999. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burns, R.B 1979 The Self Concept. In Theory Measurement Development and
Behavior. New york: Longman, Inc
Calhoun & Acocella. 1990. Psychology of Adjusment and Human Relationship. New
York: Mc crawhill publishing company
Chaplin, J.P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Conger, J.J. 1977. Adolescence and Youth. Psychological Development in Changing
Word. Second edition. New York: Harper and row publisher
Fitts, W.H. 1972. The Self Concept and Performance. Nashville. Tennesse: dede
wallace center monograph
Glover, J.A & Bruning, R.H. 1990. Educational Psychology Principles and
Application III rd . USA : Harper collins publisher
Hadi, S. 1996. Metodologi Research (Jilid 2). Yogyakarta: Penerbit Andi Offset
Hillgard, E.R, Atkinson, R.C, Atkinson, R.L. 1975. Introduction to Psychology:
Harcourt Brace Jovanovich. Inc
16
17
Jersild, A.T. 1978. The Psychology of Adolesence. 3rd Edition. New York: Mac
Millan.
Kwartarini. W.Y. 1988. pola asuh anak, sosial ekonomi, motivasi berprestasi dan
prestasi belajar. Skripsi (tidak diterbitkan) yogyakarta: fakultas psikologi
universitas gajahmada
Lazarus, R.S.1976. Patterns of Adjusment and Human Effectiveness. Tokyo: Mc
Graw Hill Kogakusha.
Marsh, H.W. 1984. Relation Among Atribution, Dimension of Self Concept and
Academic Achievement. Journal of educational psychology.6, 1291-1308
Marsh. 1990. The Structure of Academic Self Concept. The marsh & shavelson
model. Journal of educational psychology. 82, 4, 623-636
Ngantung, J. Konsep diri Multidimensional Pada Siswa SMA di Yogyakarta Yang
Aktif Dalam Kelompok Ekstrakurikuler KIR,PMR, Teater dan Basket.
Skripsi (tidak diterbitkan) : yogyakarta Fakultas Psikologi Universitas
Gajahmada
Partosuwido, dkk, 1993 Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Kaitannya Dengan
Konsep diri, Pusat kendali, dan Status perguruan tinggi Jurnal Psikologi,
XX, 1, 32-47
Pikunas. 1967. Human development and Emergent Science. Tokyo: mc graw hill, inc
Pudjijogyanti, C. 1993. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: penerbit archan
Shavelson, R.J & bolus, R. 1982. Self Concept: The Interplay of Theory and Methods.
Journal of educational psychology, 74, 3-17
Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. Edisi ! cetakan &. Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada
Tjandrarini, K, 1989. Kecemasan Dalam Belajar di Perguruan Tinggi: salatiga: pusat
bimbingan universitas kristen Satya wacana
Vasta, R; Halth, MM, & Miller, Sa. 1992. Child Psychology : The modern Science.
New york: John Willey & Sons, Inc
White, Mk. & Watt, N.F. 1981. The abnormal Personality. New York : John Willey
& Sons, Inc
17
18
18
Download