Penggunaan Metode Mind Scaping Dengan Membuat Catatan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi Teori
2.1.1 Metode
Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara
guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan
tujuan yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam
pembelajaran
harus
dijabarkan
ke
dalam
metode
pembelajaran
(HR.Dailami).
Secara harfiah, kata metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau
cara, dan kata “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi metode adalah
jalan yang kita lalui untuk memberikan kepahaman atau pengertian kepada
anak didik, atau segala macam pelajaran yang diberikan (Abdul majid,
2008:137).
Metode apapun yang digunakan oleh guru, menurut Abdul Majid
dalam
bukunya
“Perencanaan
Pembelajaran”,
dalam
proses
pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh
terhadap prinsip-prinsip KBM. Pertama, berpusat kepada anak didik
(student oriented). Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu
yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka
kembar. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.
Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing). Supaya
proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan
kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia
memperoleh pengalaman nyata.
Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran
dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan,
juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).
Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses
pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu
anak didik. Juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk
berpikir kritis dan kreatif.
Kelima,
mengembangkan
kreativitas
dan
keterampilan
memecahkan masalah. Proses pembelajaran dan pendidikan yang
dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi
anak untuk menemukan jawaban terhadap setiap masalah yang dihadapi
anak didik.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, peneliti menyimpulkan
bahwa metode adalah cara-cara yang ditempuh atau dipergunakan dalam
upaya menyampaikan materi.
2.1.2 Tinjauan Tentang Metode Mind Scaping dengan Membuat Catatan
Interaktif
“Mindscape
merupakan
perwakilan
visual
ide
dengan
menggunakan gambar dan kata” (Nancy Margulies ; 2008 : 14). Dalam
membantu siswa dan pendidik untuk belajar ketrampilan yang sesuai
dengan kemajuan jaman. Mind scaping dapat diterapkan untuk
memudahkan
pembelajaran
dengan
menggabungkan
semua
gaya
pembelajaran-auditory ketika orang lebih tertarik untuk mendengarkan,
visual, kinestik, symbol dan menciptakan pola menghubungkannya.
Dwi
Nur
Hidayati,
seorang
guru
SMA
di
Balikpapan,
mengemukakan dalam blognya bahwa pemetaan ide membantu mereka
berkomunikasi dengan siswa dengan menciptakan pengalaman berkesan
dan mengena. Dengan memetakan ide, siswa merekam ide baru yang
isinya
cocok
dengan
mereka.
Proses
ini
memungkinkan
siswa
mengorganisasi catatan mereka dengan kategori dan hubungan, sementara
itu juga memetakan. Dibandingkan dengan proses mencatat secara linear,
pemetaan ide secara visual lebih memungkinkan siswa melihat sebagian
dan keseluruhan serta memperhatikan hubungan antara yang satu dengan
yang lainnya.
Marta Kaufeldt, dalam bukunya yang berjudul teachers, change
youre bait! Brain- compatible differentiated instruction (2008,110)
mengemukakan bahwa ketika mengajar, ia selalu memberikan modelmodel dan alternatif cara merefleksikan pelajaran dengan mendorong
siswanya untuk membuat catatan menggunakan grafik organizer atau buku
catatan interaktif. Untuk siswa yang lebih muda atau para siswa yang baru
belajar untuk mencatat dengan baik, ia mencoba memandu cara membuat
catatan dengan mengkopi gagasan-gagasan yang ia letakkan pada sebuah
overhead atau pada aliran gagasan. Selanjutnya siswa didorong untuk
kreatif dan mencatat sesuai dengan selera mereka masing-masing.
Hasilnya, semua siswa aktif terlibat, berpartisipasi, dan belajar.
Meskipun manfaat pemetaan visual telah lama disusun, salah satu
aspek paling penting dalam membuat ide agar kelihatan, seringkali
diremehkan. Membuat ide menjadi tampak, dengan menggunakan kata dan
gambar, ini artinya membuat proses berfikir menjadi tampak. Ada banyak
sekali simbol dan templates untuk digunakan dalam memetakan,
menciptakan kertas kerja, membuat papan tulis kapur atau papan tulis
putih menjadi lebih menarik dan bermakna, dan mengajari siswa cara
menciptakan simbol untuk mengekspresikan ide mereka sendiri.
Integrasi gambar dan kata menciptakan bahasa visual yang kuat.
Kapasitas siswa untuk berfikir melalui problem yang kompleks
ditingkatkan
ketika
mereka
melihat
proses
di
kertas.
Dengan
menggunakan mindscapes, siswa akan lebih mampu mengorganisir pikiran
mereka. Ide cara menyelesaikan tujuan tertentu yang dimiliki anak kecil,
barangkali terapung di kepalanya di luar kesadarannya. Setelah ide
tertuang di kertas dalam cara yang menunjukkan hubungan satu dengan
lainnya, ide menjadi lebih jelas dan lebih mudah dimanipulasi. Energi
mental dibebaskan untuk meneliti kombinasi pikiran dan merencanakan
langkah berikutnya.
“Proses mengembangkan dan menggunakan penyusun gambar
telah ditunjukkan untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis siswa
dan keterampilan berfikir berurutan lebih tinggi”(IARE 2003,9). 29 studi
hasil riset menunjukkan bahwa penggunaan penyusun gambar seperti
mindscape, peta pikiran, dan pencatatan visual membantu siswa :
Menggali gagasan
Mengembangkan, mengorganisasi, dan mengkomunikasikan gagasan
Melihat koneksi, pola, dan hubungan
Memeriksa dan berbagi pengetahuan sebelumnya
Mengembangkan kosakata
Memberikan garis besar aktivitas proses menulis
Menonjolkan gagasan penting
Mengelompokkan atau membuat kategori konsep, ide, dan informasi
Memahami peristiwa dalam cerita atau buku
Meningkatkan interaksi sosial dan memudahkan kerja kelompok
Mengarahkan kaji ulang dan penelitian
Meningkatkan keterampilan dan strategi memahami bacaan
Memudahkan mengingat dan mempertahankan ingatan
1)
Strategi Pengajaran IPS Menggunakan Metode Mindscaping
dengan Membuat Catatan Interaktif
a. Pengenalan simbol
Pada
awal
pembelajaran,
tunjukkan
simbol
sebelum
membahas suatu topik dalam materi ajar IPS. Atau dapat
sebaliknya, tentukan topik, biarkan siswa yang menyebutkan,
menunjuk bahkan menggambarkan sendiri simbol yang mewakili
topik yang disajikan. Ini merupakan kegiatan motivasi sebagai
stimulus untuk memancing respon dan tanggapan siswa. Karena
tidak ada simbol yang benar atau salah, tidak ada orang yang
membetulkan jawaban, siswa dapat menggambar banyak simbol
sesuai dengan apa yang ada dalam imajinasi mereka namun tetap
mengarah dan berkaitan dengan topik.
Dorong siswa menggunakan simbol ketika memperkenalkan
unit baru. Beri ulasan mengenai istilah kunci dan tantang siswa agar
mencipta simbol bagi tiap istilah. Kemudian simbol dapat
digunakan untuk mencatat, menyajikan ide, dan mengkaji ulang.
b. Mencari Dasar Umum Pemikiran
Tiap anak telah mempersiapkan lembar kertas besar dan
beberapa spidol warna. Setiap anak akan menggambar sesuatu di
tengah halaman yang menunjukkan topik yang dibahas pada saat
itu.
Kemudian siswa mencatat semua aspek yang berkaitan
dengan topik, atau langsung menambahkannya ke dalam beberapa
cabang, dapat berupa simbol atau gambar disertai dengan tulisan
dan beberapa keterangan, karena mungkin beberapa simbol yang
sama dapat memiliki makna yang berbeda. Hasil akhirnya adalah
berupa rangkuman atau catatan atas apa saja yang sudah dipelajari
pada hari itu.
2) Langkah-langkah pembelajaran IPS menggunakan metode mind
scaping dengan membuat catatan interaktif yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Guru dan siswa telah mempersiapkan kapur tulis / spidol warna,
kertas HVS, karton, atau buku catatan.
b.
Pada
awal
pelajaran,
guru
memotivasi
siswa
dengan
menyampaikan topik / tema yang akan dipelajari pada hari itu
dengan menggunakan simbol (menggambarkan simbol di papan
tulis).
c.
Ajak siswa untuk menebak (menemukan kata kunci) atau
menyampaikan persepsi mereka mengenai simbol yang guru
gambarkan.
d.
Selanjutnya, guru menggambarkan cabang-cabang / ranting
gagasan yang mengelilingi simbol utama (topik/tema), dan mengisi
salah satu cabang dengan simbol baru (dapat disertai dengan
tulisan) yang berhubungan atau merupakan unsur dari simbol
utama.
e.
Ajak siswa untuk menemukan simbol baru yang berkaitan dengan
topik/tema kemudian mengisikannya ke cabang/ ranting-ranting
gagasan.
f.
Siswa dapat menyalin mindscape yang sudah guru buat di papan
tulis ke dalam catatan mereka untuk kemudian mengkreasikannya
dengan ide-ide dan simbol atau kata sesuai dengan pemahaman
mereka.
g.
Dalam pembuatan mindscape, guru
mengajak siswa untuk
berdiskusi agar catatan yang siswa buat tetap berkaitan dengan
tema meskipun mereka diberi kebebasan untuk menuangkan ide.
h.
Hasil akhirnya adalah sebuah karya berupa catatan penuh ide,
gambar, dan warna yang disebut dengan catatan interaktif.
i.
Beri kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil
mindscape mereka.
j.
Sebagai penutup, untuk menilai sejauh mana pemahaman siswa
mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari bersama-sama,
guru melakukan evaluasi melalui
latihan soal. Penilaian
berdasarkan ketepatan siswa menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan.
2.1.3 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar (Mulyono Abdulrahman (1999). Menurut
Dimyati dan Mudjiono (dalam
Lunandar, 2010:7), hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan
dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa
menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
Sedangkan Winkel (1987:36), mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Sedangkan pendapat lain disampaikan Arif Gunarso (dalam Lunandar,
2010: 5), yang menyatakan bahwa “hasil belajar adalah usaha maksimal
yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar”. Jadi
hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari belajar yang telah
dilakukannya.
Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek yaitu, aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek psikomotorik. (1) aspek kognitif, kemampuan kognitif
yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi. (2) Aspek Afektif, kemampuan afektif melalui penerimaan,
partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan
pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomotorik melalui:
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003:160)
Dalam belajar agar dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya
maka harus memperhatikan faktor-faktor seperti berikut ini (Klaudius
Asin,2009: 10) :
1)
Faktor anak atau individu yang belajar, yaitu terdiri dari.
a) Faktor fisik
b) Faktor psikis, antara lain: motif, minat, konsentrasi, natural
curiosity, balance personaly (pribadi yang seimbang), self
discipline, self confidence, intelegensi, dan ingatan.
2) Faktor lingkungan, antara lain: Tempat, alat-alat untuk belajar,
suasana, waktu, pergaulan.
3) Faktor bahan yang dipelajari:
a) belajar secara keseluruhan lebih baik dari pada belajar secara
bagian-bagian,
b) sebagai waktu belajar disediakan untuk mengadakan ulangan
(receptition),
c) apa yang dipelajari diadakan ulangan sesering mungkin,
d) dalam mengulangi pelajaran hendaknya’ spesial receptition”,
e) pergunakan cara neumoteknik.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli mengenai hasil
belajar, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
kognitif yang diperoleh seseorang (anak) melalui kegiatan belajar yang
diukur melalui tes dan dinilai dalam bentuk angka maupun huruf sebagai
bukti suatu pencapaian keberhasilan, dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
2.1.4 Tinjauan Tentang IPS
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah terjemahan atau adaptasi
dalam Bahasa Indonesia yang berasal dari istilah Bahasa Inggris “Social
Studies” sebagai bidang study yang diajarkan di sekolah – sekolah.
IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu
keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam
lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang bahannya
diambil dari berbagai ilmu- ilmu sosial : geografi, sejarah, ekonomi,
antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi sosial (Prof. Dr. D.
Nasution, MA, 1975).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan proses pengajaran yang
memadukan
berbagai
pengetahuan
sosial.
Pelajaran
IPS
bukan
merupakan pengajaran yang terlepas – lepas yang satu terisolasi dari yang
lain. Pengajaran IPS merupakan sistem pengajaran yang membahas,
menyoroti, menelaah, mengkaji gejala atau masalah sosial dari berbagai
aspek kehidupan sosial dalam membahas gejala atau masalah sosial.
Pengajaran IPS merupakan pengajaran tim tentang pengetahuan sosial
(Sumaatmadja, 1979 :22).
Wahab (dalam Sardiman, dkk. 2004: 3) menyatakan bahwa “IPS
adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan ilmu lainnya yang
dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan
membahas masalah sosial atau bermasyarakat dan kemasyarakatan untuk
mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran
IPS pada tingkat persekolahan”.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan, IPS adalah
ilmu pendidikan yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu sosial lainnya
yang disajikan sebagai mata pelajaran disekolah untuk mempelajari
permasalahan kehidupan sosial yang ada di masyarakat, dimana anak
didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakatnya.
Mereka akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan
terjadi di lingkungan sekitarnya serta hubungan interaksi antara manusia
dengan lingkungannya, baik sosial maupun fisik.
a.
Tujuan Pengajaran IPS di Sekolah Dasar
IPS merupakan pendidikan yang memiliki misi membantu
mengembangkan kompetensi – kompetensi dirinya dalam menggali,
mengelola, dan mengembangkan sumber – sumber fisik dan sosial yang
ada di lingkungan sekitarnya, sehingga mereka dapat hidup selaras
dengannya.
IPS mempersiapkan siswa menyongsong kehidupannya di masa depan
dengan penuh harapan dan kemampuan diri dalam memecahkan
persoalan – persoalan sosial yang dihadapi.
Tujuan pendidikan IPS di tingkat sekolah dasar ditujukan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa yang
berguna untuk kehidupan sehari – harinya.
Tujuan mata pelajaran IPS di sekolah dasar dirumuskan dalam
sejumlah kompetensi yang harus dikuasai. Tujuan tersebut, diajabarkan
dalam Standar kompetensi lulusan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Sekolah Dasar (SD) yang meliputi:
1) Memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling
menghormati dalam kemajemukan keluarga.
2) Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan
lingkungan tetangga, serta kerja sama diantara keduanya.
3) Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
4) Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajemukan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
5) Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional,
keragaman suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
6) Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
7) Memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara
di Asia Tenggara serta benua-benua.
8) Mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara
tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam menghadapi bencana
alam.
9) Memahami peranan Indonesia di era global.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1) Mengenal
konsep-konsep
yang
berkaitan
dengan
kehidupan
masyarakat dan lingkungannya
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,rasa ingin
tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan keteramplan dalam kehidupan
social
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal,nasional, dan global
b. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Pembelajaran
adalah
proses
yang
dinamis,
proses
yang
berkembang terus dan di dalam proses itu akan terjadi proses belajar
(Klaudius Asin,2009: 12). Untuk mencapai tujuan di dalam pelaksanaan
pembelajaran
ditempuh
dengan
memperhatikan
aspek
program
pembelajaran yang telah dirancang sedemikian rupa dalam bentuk
pengelolaan pembelajaran di dalam kelas dengan memperhatikan aspek
tingkat perkembangan usia siswa.
Adapun
hubungan
pembelajaran
Pendidikan
IPS
dengan
karakteristik usia siswa sekolah dasar, menurut teori Piaget bahwa usia 6
– 12 tahun tingkat kognitifnya adalah taraf operasional kongkrit. Anak
usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang besar melakukan
eksplorasi
dan
menanggapi
rangsangan
yang
diterima
oleh
pancaindranya.
Agar PBM IPS efektif, dapat diterima dan dipahami oleh siswa,
program pembelajaran pendidikan IPS di sekolah dasar harus menerapkan
cara belajar aktif dengan melibatkan potensi siswa yang meliputi fisik,
mental, dan motorik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
Schunke, 1998 (dalam Istianti, 2005 : 62), mengemukakan bahwa
program pembelajaran IPS harus mampu memberikan pengalaman –
pengalaman belajar yang berorientasi pada aktivitas belajar siswa
(activity oriented learning experiences).
2.1.5 Keaktifan Siswa
Aktif berarti giat, bekerja atau berusaha (KBBI, 2002:19).
Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.
Keaktifan siswa dalam belajar IPS akan tampak dalam kegiatan dimana
siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.
Cara yang dapat dilakukan utnuk memperbaiki keterlibatan siswa
(Moh User Usman, 2002:26) antara lain :
a. Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar
mengajar yang membuat respon aktif dari siswa.
b. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan
secara tepat dan luwes.
c. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan
mengajar yang akan dicapai.
d. Usahakan agar pelajaran dapat memacu minat siswa.
Menurut Lidgren (2002:24), terdapat empat jenis interaksi dalam
kegiatan belajar mengajar, diantaranya sebagai berikut :
G
S
S
G
S
(a) Komunikasi satu arah.
S
S
S
(b) Ada balikan bagi guru, tidak ada
interaksi antar siswa.
G
S
S
G
S
S
(c) Ada balikan bagi guru,
ada interaksi antar siswa.
S
S
(d) Interaksi optimal antara guru
dengan siswa, dan antar siswa.
Komunikasi (a) satu arah merupakan komunikasi yang hanya
dilakukan oleh guru terhadap siswa, sementara siswa hanya pasif
mendengar penjelasan dari guru; (b) komunikasi dari guru sudah
mendapat respon balik dari siswa, tetapi belum ada interaksi antar siswa;
(c) komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan ada
interaksi diantara siswa, tetapi belum keseluruhan siswa yang melakukan
interaksi baik dengan guru maupun siswa lainnya; (d) komunikasi sudah
berjalan baik antara guru dengan siswa lainnya, interaksi sudah optimal
selama berlangsungnya pembelajaran.
Jenis-jenis
interaksi
pembelajaran
yang
telah
digambarkan
menunjukkan derajat keaktifan siswa. Anak panah menunjukkan arah
komunikasi, sehingga semakin banyak ruas garis berarah menunjukkan
semakin tinggi interaksi siswa. Interaksi lebih tinggi ini diperlukan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Keaktifan
siswa
merupakan
suatu
keadaan
dimana
siswa
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa
terlihat dari cara mereka merespon pertanyaan dan petunjuk dari guru,
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, keberaniannya untuk
mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan, serta aktif
mengerjakan soal yang guru berikan.
2.2 Kerangka Berfikir
Upaya untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di dalam
kelas bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama
proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa masih
rendah. Ini menjadi indikator perlunya dilakukan upaya untuk membantu
siswa agar dapat mempelajari materi dengan lebih baik sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
Penerapan metode mind scaping dengan membuat catatan interaktif
ini mendorong kemandirian dan keaktifan siswa. Melalui penerapan metode
ini diharapkan hasil belajar IPS dan keaktifan siswa kelas IV di SDN
Pulutan 02 Kecamatan Sidorejo dapat meningkat.
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, maka kerangka penelitian
tindakan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Pembelajaran dengan metode
konvensional, dominasi ceramah, dan
Hasil belajar IPS sebagian
besar siswa belum mencapai
KKM.
- Siswa bosan dan kurang antusias mengikuti
pembelajaran,
- Siswa mengobrol sendiri dengan temannya,
materi pembelajaran tidak diterima dengan baik,
- Siswa lebih tertarik pada aktivitas yang berkaitan
dengan gambar dan warna.
Diterapi melalui pembelajaran menggunakan metode mindscaping dengan membuat
catatan interaktif.
Kelebihan dari metode mindscaping dengan membuat catatan interaktif ini adalah :
1. memudahkan mengingat dan mempertahankan ingatan,
2. meningkatkan keterampilan dan strategi pemahaman bacaan,
3. meningkatkan interaksi sosial dan memudahkan kerja kelompok,
4. memberikan kesempatan kepada siswa untuk leluasa menuangkan ide /
pemahaman materi dengan cara yang mereka sukai,
5. catatan yang dihasilkan menarik, penuh symbol, gambar, dan warna, berbeda
dengan catatan linear biasa.
Aktivitas belajar (keaktifan) siswa di
dalam kelas meningkat.
Hasil belajar IPS siswa meningkat
dengan pencapaian KKM 90%.
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah
dirumuskan, maka dalam penelitian ini akan diajukan rumusan hipotesis
tindakan sebagai berikut:
1) Melalui penggunaan metode mind scaping dengan membuat catatan
interaktif, diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV
SDN Pulutan 02.
2) Melalui penggunaan metode mind scaping dengan membuat catatan
interaktif, diduga dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SDN
Pulutan 02.
2.4 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya keaktifan
dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pulutan 02 Kecamatan Sidorejo.
Peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari aktivitas belajar selama
KBM berlangsung. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari
hasil tes siswa melalui penerapan metode mind scaping dengan
menggunakan kriteria ketuntasan minimal yaitu 65.
Download