AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016 KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU KREATIF Suatu upaya Mengelaborasi Keterpaduan Gagasan Para Individu AMIRULLAH Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Malang [email protected] Abstract This article aims to explain the important role of a leader in connection with the formation of individual creative behavior. Leadership has a huge role for the initiative and motivation of the idea of the individual in achieving creativity, on the other hand the characteristics of individual creativity is a function for the emergence of creative behavior and creativity of the individual. Successful leaders do not just become a creative, but more than that he should be able to develop creative behavior followers. Base role of a leader is to coordinate the activities of the individual as a process without coercive influence that resulted in the acceptance or commitment and adaptability, so that they can contribute to the objectives of the organization. The responsibility of a leader is to help develop value creation by combining various differences or divergence of interests among individuals. Keywords: leadership, creative behavior, individual creativity Pendahuluan Kepemimpinan yang efektif tak hanya terwujud dalam keeratan hubungan antar pribadi dan hubungan sosial diantara mereka, melainkan juga termanifestasi dalam kemampuannya untuk mengintegrasikan tugas sesuai dengan bakat, keterampilan dan potensi dari para bawahan. Tanggungjawab pemimpin menurut Belasco (2003) adalah membuat kreasi visi dan budaya organisasi, sehingga para pekerja mampu meraih sukses melalui upaya mereka sendiri bukan karena upaya pihak atasan semata. Kotter (1990) menyebutkan tugas kepemimpinan antara lain memberi arah, menyelaraskan wawasan, memberi motivasi dan inspirasi kepada pengikut, mendorong perubahan ke arah visi yang ingin dicapai. Pemimpin menciptakan kekuatan nilai yang bisa mempengaruhi perilaku kreatif, inisiatif dan gagasan yang berkembang untuk menghasilkan kreativitas para individu. Kepemimpinan diperlukan dalam sebuah organisasi untuk memberikan makna perubahan lingkungan yang berkesinambungan, sedangkan di pihak lain seorang pemimpin ingin mewujudkan stabilitas tujuan di tengah kondisi gejolak yang terjadi (Brooks, 1966). Pendapat Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif… tersebut sejalan dengan pandangan Kotter (1990) bahwa kepemimpinan adalah memberikan arah, penyelarasan wawasan, serta pemberian motivasi dan inspirasi kepada pengikut yang diperlukan agar mampu mengatasi adanya hambatan dalam perubahan. Tindakan nyata pemimpin untuk mempengaruhi kreativitas menjadi perhatian utama para peneliti. West (2005) memberikan komentar tentang kecenderungan para peneliti yang memfokuskan penelitian pada gaya kepemimpinan sebenarnya terlalu prematur. Dalam kenyataan tak ada gaya kepemimpinan yang paling tepat karena sangat bergantung dengan konteks situasi pengikut itu sendiri, sedangkan kejelasan dari kepemimpinan dan kemampuan nyata dari pemimpin justru tidak tergantung dengan konteks situasi yang demikian. Semestinya yang perlu ditekankan adalah untuk menggali tindakan nyata kepemimpinan misalnya dalam menangani terjadinya konflik dan mendorong perubahan dalam upaya memahami inovasi dan kreativitas. Disamping faktor kepemimpinan, karakteristik kreativitas individu juga menjadi perhatian para peneliti. Marina (2005) melakukan penelitian eksploratori dalam upaya 93 AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016 memahami hubungan antara perancang dengan kreativitas yang memfokuskan pada bagaimana para perancang mendefinisikan sendiri kreativitas dan pembuatan keputusan mereka. Penelitian ini mempergunakan metodologi kualitatif untuk menjabarkan konsep kreativitas yang diperlukan dalam aktivitas desain. Refleksi dari kemampuan dan kompetensi personal menekankan pentingnya pengembangan kemampuan merespon yang kuat dan fasilitas lingkungan kerja yang mendukung. Berdasarkan hasil penelitiannya kreativitas terkait dengan karakteristik kepribadian dan proses pembelajaran berkesinambungan dalam pembuatan keputusan pada rancangan pekerjaan. Pentingnya pemahaman kreativitas personal sangat diperlukan untuk menjadi perancang andal dan produktif disamping juga adanya kemauan memahami multi disiplin pembuatan keputusan kelompok, sebab para perancang perlu berkomunikasi dengan berbagai pihak. Yang lebih penting menurut peneliti saling hubungan antara kreativitas dan faktor lingkungan organisasi membutuhkan pemetaan pemahaman kreativitas yang lebih baik dalam rancangan proses kerja yang terjadi secara berbeda dalam proses pembuatan keputusan individu yang bergantung pada kompleksitas dan hakikat perancangan itu sendiri. Pentingnya kreativitas individu menurut pandangan Agrell dan Gustafson (1996: 317-343) karena proses penciptaan gagasan kreatif harus dimulai dari para individu yang menawarkan gagasan kreatifnya untuk didiskusikan dan dikembangkan dengan individu yang lain. Kreativitas individu dan kelompok merupakan titik awal dari pembaharuan dimana melalui interaksi sosial terjadi perilaku kreatif dalam bentuk pengakuan dan pengkombinasian gagasan yang beragam untuk menemukan solusi yang terbaik (Woodward, Sawyer, and Griffin, 1993; Hargadon & Sutton, 1997:716749). Keberagaman perspektif tersebut bisa berasal dari perbedaan pengalaman atau pendidikan, perbedaan gaya berfikir yang menjadi kerangka acuan ataupun jaringan kerja personal yang berbeda. Dengan keberagaman Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif… perspektif muncullah fusi kreatif sebagai aspek penting bagi lahirnya kreativitas (Dorothy A. Leonard dalam Hesselbein et al., 2002). Jadi untuk menghasilkan kreativitas individu diperlukan proses pemaduan kreativitas para individu dengan perspektif gagasan yang beragam yang penuh dengan perbedaan dan divergensi diantara mereka. Divergensi pemikiran terkadang bisa menimbulkan konflik yang berkepanjangan, sehingga kreativitas para individu justru tidak membuahkan hasil bagi organisasi. Pembahasan Kepemimpinan dan perannya dalam organisasi Kepemimpinan adalah suatu faktor kemanusiaan, mengikat suatu kelompok bersama dan memberi motivasi untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan organisasi sebelumnya. Tanpa kepemimpinan yang efektif (baik formal maupun informal) individu-individu maupun kelompok cenderung tidak memiliki arah, tidak puas, dan kurang termotivasi (Amirullah, 2015). Pergeseran makna kepemimpinan mengiringi perkembangan teori dan konsep pemikiran yang sedemikian inten menjadi perhatian para peneliti. Makna dari kepemimpinan sekaligus bisa berupa proses maupun sifat (Jago ,1982 : 315333). Proses kepemimpinan adalah penggunaan pengaruh yang tidak bersifat memaksa untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan aktivitas dari anggota kelompok yang terorganisasi dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Sifat kepemimpinan merupakan seperangkat kualitas atau karakteristik yang menjadi atribut dari orang yang dipersepsikan berhasil memberikan pengaruh kepada orang lain. Jago (1982) penelitian yang dilakukan para pakar pada awalnya lebih cenderung untuk meneliti tentang sifat-sifat kepemimpinan secara universal. Kemudian para peneliti tertarik untuk memusatkan perhatian pada perilaku interaksi antara pemimpin dan pengikut. Review dari berbagai penelitian yang dilakukannya telah menghasilkan berbagi pandangan tentang gaya 94 AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016 kepemimpinan (Leadership Style). Gaya kepemimpinan demokratis ataupun gaya yang lebih mempertimbangkan kepentingan pengikut merupakan gaya ideal dari para pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Pendekatan contingency yang dipelopori Fiedler, Evan, Vroom & Yetton, Yacobs dan para peneliti yang lain pada era 1960an sebenarnya juga masih berpusar pada masalah gaya kepemimpinan. Namun dalam pendekatan ini penelitian kepemimpinan mencakup ruang lingkup yang lebih luas antara lain pengaruh kepribadian dan situasi kepemimpinan, dampak kepuasan dan harapan pengikut, dan situasi dalam pembuatan keputusan dalam interaksi perilaku pemimpin dan pengikut. Jago (1982) mengharapkan agar penelitian ke depan lebih melihat pada pengembangan, dinamika dan efektivitas dari proses kepemimpinan. Sesuai dengan harapan tersebut Locke et al. (1991)) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mendorong orang lain melakukan tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam definisi tersebut terkandung adanya konsep hubungan dimana kepemimpinan hanya terjadi jika ada interaksi antara pemimpin dengan pengikut. Jadi tanpa ada pengikut berarti tak ada pemimpin. Disana sang pemimpin harus melakukan sesuatu yakni memberikan inspirasi kepada pengikutnya. Kemudian pemimpin mendorong pengikut untuk mengambil tindakan dengan berbagai cara misalnya dengan mempergunakan kekuasaan legitimasi, memberikan contoh, penetapan tujuan, memberikan imbalan dan hukuman, merestrukturisasi organisasi, membangun tim, mengkomunikasikan visi. Untuk mengetahui realitas tentang apa yang sesungguhnya dilakukan para pemimpin, Kotter et al., (1990) mencoba membedakan antara kepemimpinan dengan manajemen. Secara garis besar bagi Kotter manajemen lebih terkait dengan upaya untuk menangani kompleksitas daiam organisasi, sedangkan kepemimpinan diperlukan dalam rangka menangani perubahan lingkungan organisasi. Manajemen lebih menekankan pada perencanaan dan anggaran, pengorganisasian dan penempatan, serta pengawasan dan pemecahan masalah. Sedangkan Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif… kepemimpinan adalah memberikan arah, penyelarasan wawasan , serta pemberian motivasi dan inspirasi kepada pengikut. Penentuan arah bagi perubahan merupakan hal yang amat mendasar bagi kepemimpinan. Pemberian arah tidak sama dengan perencanaan yang dirancang untuk menentukan hasil tertentu yang diinginkan. Arah yang tepat yang menjadi visi bagi organisasi yang memperjelas keterkaitan antara aktivitas bisnis dan budaya perusahaan dengan apa yang terjadi di masa depan. Visi yang efektif berisikan gagasan yang sebenarnya diketahui secara umum, namun kombinasi dan pola gagasannya yang baru, sehingga nampak seberapa besar kontribusinya bagi kepentingan para stakeholders. Pemberian motivasi dan inspirasi kepada pengikut diperlukan untuk mengatasi adanya hambatan dalam perubahan. Dengan pemberian inspirasi dan motivasi membuat perilaku dengan energi yang tinggi, ia memberikan kekuatan pada orang sehingga kebutuhan dasarnya terpuaskan, mengakui prestasi dan memberikan penghargaan, memberikan kesempatan untuk mandiri dan beraktualisasi diri. Dengan pemberian motivasi dan inspirasi para pemimpin bukan mendorong orang untuk mencapai sasaran tertentu, melainkan membuat orang tertarik untuk melakukan sesuatu yang lebih bermakna. Kepemimpinan dan kreativitas individu Bennis (1993:167-168) mengemukakan bahwa pemimpin yang benar tak hanya menjadi innovator, melainkan membuat setiap usaha mengarah dan mempergunakan para manusia kreatif dalam organisasi. Pemimpin menciptakan iklim yang bisa memberikan tantangan bagi pengikut untuk berani mengambil resiko. Pemimpin bisa menyelaraskan kebutuhan untuk memelihara stabilitas dengan perubahan yang diinginkan. Jadi pemimpin melibatkan semua orang dalam proses perubahan dengan mengelola perbedaan dan konflik yang terjadi secara kreatif yang akhirnya menghasilkan sesuatu yang baru . Sejalan dengan pendapat di atas Kotter & Hesket (1992 : 95) berpendapat bahwa 95 AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016 pemimpin menjelaskan visi dan perubahan yang diperlukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang menantang bagi status quo. Berbeda dengan manajemen menurut mereka kepemimpinan memiliki kemampuan untuk menghasilkan perubahan melalui beberapa fungsi sebagai berikut : menegakkan arah dengan membangun visi bagi masa depan dan strategi yang dipergunakan untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam rangka mencapai visi tersebut, menyelaraskan orang dengan mengkomunikasikan arah melalui kerjasama antar individu atau koalisi sehingga memahami visi dan strategi yang disepakati, dan memberikan motivasi dan inspirasi ibarat memberikan energi bagi orang untuk bisa mengatasi hambatan bagi perubahan dan memuaskan kebutuhan manusiawi. Walaupun hampir semua organisasi memiliki perumusan misi, perumusan tujuan, visi staf dan berbagai pernyataan yang terkait dengan nilai-nilai organisasi, namun menurut Senge (1998:17) seringkali tidak tercermin dalam realitas kehidupan organisasi tersebut. Dengan mengacu pendapat Drucker tentang tiga unsur disiplin dari inovasi, menurut Senge unsur pertama adalah misi yang mengekspresikan aspirasi dan identitas mendasar dari anggota organisasi. Kemudian visi yang menterjemahkan misi agar menjadi sebuah gambaran kesan masa depan atau keinginan besar yang ingin kita ciptakan merupakan unsur kedua. Selanjutnya yang menjadi unsur ke tiga adalah pengukuran dan interpretasi yang memerlukan pemahaman dan partisipasi dalam proses belajar dari kesalahan dan keterbukaan. Inti kepemimpinan adalah mengkomunikasikan berbagai nilai tersebut dari sebuah kebiasaan menuju kedisiplinan berkreasi. Kepemimpinan yang demikian disebut oleh De Pree (2001:10-13) sebagai kepemimpinan yang kreatif dan sangat diperlukan untuk bisa mendorong munculnya orang-orang yang kreatif. Kuncinya adalah bagaimana diri sang pemimpin berfikir inovatif dimana yang bersangkutan mau memberikan ruang gerak bagi para pengikut untuk berkreasi. Dia memberikan orang untuk membawa pembaharuan, vitalitas dan peluang. Pemimpin Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif… yang melihat kreativitas dari dua sudut pandang yakni dari dirinya dan dari wawasan para pribadi yang kreatif. Kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan, memandang segala sesuatu dalam terminologi yang luas demi lembaga-masyarakat-kultur-gagasan dan bukan demi individu sang pemimpin. Pemimpin ibarat konduktor orchestra yang membuat keharmonisan hubungan untuk menghasilkan kinerja yang sinergis diantara para anggota. Dengan demikian peran kepemimpinan dalam mendorong kreativitas tercermin dalam keterlibatan dan komitmen para pemimpin dalam proses kreativitas dalam organisasi yang diawali dengan kemauan untuk berbagi visi, memberikan motivasi dan inspirasi bagi kerjasama dan menciptakan lingkungan yang menunjang iklim untuk berkreasi. Aspek fundamental dari kepemimpinan menurut Mumford el al., (2000) seringkali terkait dengan kreativitas sebagai sebuah proses yang membuat para individu secara signifikan menggapai tantangan menuju pencapaian tujuan. Hubungan langsung antara kreativitas dan kepemimpinan sebagaimana model yang dibangun menunjukkan bahwa para pemimpin bertanggungjawab untuk memecahkan problema sosial yang kompleks yang memiliki tiga karakteristik yakni tak terdefinisi secara jelas, ambigitas dan keterbaruan. Untuk memecahkan masalah yang demikian menurut Mumford dan koleganya adalah tugas dari para pemimpin untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah secara kreatif. Menurut mereka membangun keterampilan kreatif dalam pemecahan masalah menunjukkan pengaruh penting dari kinerja pemimpin. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Hamel (2000) yang mengatakan bahwa pemimpin hendaknya menebar pembaharuan lebih dari sekedar mengemukakan gagasan baru atau memadukan rencana bisnis yancj kreatif ataupun pendekatan kreatif terhadap permasalahan yang dihadapi. Sebuah pembelajaran untuk melihat apa yang tak nyata, membangun kesadaran untuk berubah serta secara terbuka untuk mau berfikir baru dan tak lagi berfikir secara konvensional. Kepemimpinan tak hanya secara 96 AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016 inovatif mampu memecahkan masalah tetapi juga harus kreatif dalam membimbing para staf tentang bagaimana memperbaiki prosedur yang baru yang lebih baik. Clapham (2000) menyatakan bahwa kepemimpinan memiliki peran kunci dalam mendorong karyawan menjadi kreatif. la mengemukakan bahwa seorang manajer akan menjadi teladan manakala mampu mendorong karyawan untuk mau mengambil resiko dalam bereksperimen dalam rangka memperoleh gagasan yang baru. Perilaku kreatif dengan kreativitas individu Perilaku kreatif memerlukan sifat-sifat kepribadian, kecerdasan pengetahuan, pemikiran spesifik serta motivasi intrinsik dari mereka yang memiliki gagasan-gagasan (Amabile 1988 : 123-167). Jika dihubungkan dengan kapasitasnya pada kreativitas organisasi, maka gagasan-gagasan yang baik akan menjadi landasan untuk meningkatkan pelaksanaan kerja ataupun produk yang dihasilkan. Sementara identifikasi gagasan sebagai fase awal dari suatu kreativitas, dalam proses mana organisasi sangat memperhatikan keberadaan dari gagasan baru yang bisa dimanfaatkan. Setelah para penggagas menentukan sikapnya pada gagasan tertentu ada kemungkinan timbulnya perbedaan gagasan dengan pihak yang lain (Howell & Higgins, 1990 : 40-54). mengiringi konsep gagasan yang melibatkan banyak orang dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang saling melengkapi. Steiner (1972) menekankan pentingnya perilaku para anggota organisasi dalam proses kerjasama dalam memadukan sumberdaya mereka satu sama lain untuk berpartisipasi secara penuh pada aktivitas yang berorientasi pada tugas bersama. Sementara para individu anggota organisasi mengawali proses kreativitas dengan menciptakan gagasan kreatif, seluruh anggota organisasi secara komparatif juga memiliki dedikasi untuk memberikan kontribusi dalam proses tersebut. Misalnya setelah para individu mengemukakan gagasan kreatif kepada individu yang lain hendaknya masing-masing individu melibatkan diri dalam diskusi, pengembangan, penilaian dan implementasi dari gagasan tersebut untuk bisa mentransformasikan gagasan ke dalam suatu kreativitas nyata. Berkat kerjasama para individu gagasan kreatif telah berproses ke arah penciptaan kreativitas dalam organisasi. Simpulan Dalam proses selanjutnya setelah melalui konflik pendapat bisa dicapai adanya keputusan tentang gagasan yang disepakati atau diadopsi untuk diimplementasikan dalam organisasi. Pada fase yang demikian berarti fase penciptaan gagasan sudah bergeser pada fase implementasi dari gagasan tersebut untuk mewujudkan kreativitas organisasi yang tentu saja juga melalui proses modifikasi dan pendefinisian kembali gagasan-gagasan. Oleh karena itu West & Fafr (1990 : 10-11) menyatakan bahwa kreativitas merupakan komponen ideasi dimana dalam proses sosial yang terjadi diantara para individu berhasil menuangkan kreativitas mereka setelah melalui proses kognitif dalam dirinya. Kreativitas merupakan suatu peta proses dari pengetahuan, representasi nyata dari pengetahuan tersebut, pemahaman dan solusi baru dari isu yang menantang sehingga menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat. Representasi nyata pengetahuan diciptakan melalui pemahaman pemikiran para individu dan partisipasi mereka dengan peran aktif untuk membuat kreasi dan modifikasi pengetahuan. Kreativitas yang dicapai dengan adanya proses sinergis dari para individu yang kreatif bisa dilipatgandakan oleh kerjasama yang kreatif. Dengan kata lain bisa dikemukakan bahwa untuk bisa menciptakan kreativitas organisasi sangat diperlukan sinergi gagasan dari para individu yang kreatif dimana melalui dinamika interaksi terjadi transformasi pengetahuan antar pribadi yang membuahkan pengetahuan baru dalam organisasi. Demikian pula Rosenfeld dan Servo (1990) menyebutkan bahwa kretivitas merupakan titik awal bagi setiap inovasi dan inovasi merupakan kerja keras yang dilakukan Pemimpin dalam hal ini berperan penting dalam penciptaan kreativitas individu. Dengan terjadinya proses interaksi antar individu dalam organisasi maka akan terjadi penciptaan gagasan Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif… 97 AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016 yang kreatif yang dimulai dari para individu yang kemudian didiskusikan dan dikembangkan bersama dengan individu yang lain. Suatu pembaharuan harus dilakukan oleh pemimpin dengan menyandarkan pada kreativitas setiap orang dalam sebuah sistem organisasi. Dalam sistem yang demikian pemimpin membangun partisipasi semua pihak sehingga adanya keberagaman gagasan merupakan jalur menuju keterpaduan. Jadi keberagaman kreativitas individu setelah dipadukan dalam proses interaksi sosial akan mampu melahirkan perilaku dan gagasan-gagasan yang lebih kreatif. Perilaku dan gagasan yang demikian baru akan bermanfaat bagi organisasi setelah diaplikasikan ke dalam nilai-nilai yang termanifestasi dalam kreasi sistem, produk, jasa maupun hubungan antar pribadi dalam organisasi yang lebih bermakna. Daftar Pustaka Agrell, A. & Gustafson, R. 1996. Innovation and creativity in work groups. In M.A. West (Ed.), Handbook of Work Group Psychology: 317-343. Chichester, UK.: John Wiley & Sons. Amabile, T.M. 1983, The Social Psychology of Creativity : A componential conceptualization, Journal of Personality and Social Psychology, 45:357-376. Amabile, T.M. 1988. A Model of creativity and innovation in organizations, Research in Organizational Behavior, 10 : 123-167. Amabile, T. M. (1997) “Motivating creativity in organizations: On doing what you love and loving what you do” California Management Review,Vol. 40, pp39-58. Amabile, T. M., Conti, R., Coon, H., Lazenby, J., & Herron, M. 1996. Assessing the work environment for creativity. Academy of Management Journal 39' 1154-1184. Bennis, Waren. 1993. An Invented Life, Reflection on Leadership and Change, Massachusetts : Addison-westley publishing company. Belasco, James, Segil, Larraine; Goldsmith, & Marshall (2003); Partnering: The New Face Of Leadership, Amacom, New York. Bennis, Waren. 1994. On Becoming a Leader, New York : Perseus Press. De Pree, Max. 2001. “Creative Leadership” Leader to Leader, No. 20, Spring • IQ- 13. Hamel, G. 2000. Leading the Revolution. Boston: Harvard Business School. Hesselbein, Frances; Goldsmith, Marshall & Somerville, lain. 2002. Leading For Innovation, San Fransisco : Jossey-Bass, John Wiley & Sons, Inc. Howell, J. M., & Higgins, C. A. 1990. Champions of change: Identifying, understanding, and supporting champions of technological innovations. Organizational Dynamics, 19, 40-54. Jago, Arthur G. 1982. Leadership : Perspectives in Theories and Research, Management Science, Vol.2B,No.3, pp 315-333 Kotter, J.P., J.L. Hesket. 1992. Corporate Culture and Performance. Free Press. New York. Kotter, J.P. 1990. What leaders really do, Harvard Business Review, Vol. 48.page 25. Locke, E.A. 1991. The nature and causes of job satisfaction, in dunnette, M.D. (Ed), Hand book of industrial Psychology, Jhon Wiley & Sons, New York, NY. Mumfrod, M.D. and Gustafson, F.D, 1988. Creativity Syndrome : Integration, Application, and Innovation”, Psychological Bulletin, Vol. 103, pp.27-43) Amabile, T.M, Goldfarb, P. & Brackfield, S. 1990. “Social Influences on creativity Evaluation, Coaction and Surveillance”, Creativity Research Journal, Vol. 3 pp. 6-21. Mumford, M. D., Zaccaro, S. J., Harding, F. D., Jacobs, T. O., & Fleishman, E. A. 2000. Leadership skills for a changing world: Solving complex problems. Leadership Quarterly, 11, 11-35. Amirullah. 2015. Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim. Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta; Rosenfeld, R & Servo, J.C. 1990. Facilitating innovation in large organizations. In M.A. West & J.J. Farr (Eds.), Innovation and Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif… 98 AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016 Creativity at Work :287-308. Chichester: John Wiley & Sons. Senge, Peter M. 1990. The Fifth of Discipline : The Age and Practice of the Learning Organization. London : Century Business. Senge, Peter M. 1998. “The Practice of Innovation”, Leader to Leader, No.9, Summer: 16-22. West, Michael A. 1997. Developing Creativity in Organizations, Leicester, UK : BPS Books, Published by The British Psychological Society, West, M. A. & Farr, J. L. 1990. Innovation at Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif… work. In M.A. West & J. L. Farr (Eds.), Innovation and Creativity at Work : 3-13. Chichester:: John Wiley & Sons. West , Michael A.; Borrill, Carol S.; Dawson, Jeremy W. & Brodbeck, Felix. 2005. Leadership Clarity and Team Innovation in Health Care. Aston Business School University of Aston Birmingham B4 7ET United Kingdom Email : [email protected] Woodman, R. W., Sawyer, J. E., & Griffin, R. W. 1993. Toward a theory of organizational creativity. Academy of Management Review, 18(2),293-321. 99