KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU KREATIF Suatu upaya

advertisement
AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016
KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU KREATIF
Suatu upaya Mengelaborasi Keterpaduan Gagasan Para Individu
AMIRULLAH
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Malang
[email protected]
Abstract
This article aims to explain the important role of a leader in connection with the formation of
individual creative behavior. Leadership has a huge role for the initiative and motivation of the
idea of the individual in achieving creativity, on the other hand the characteristics of individual
creativity is a function for the emergence of creative behavior and creativity of the individual.
Successful leaders do not just become a creative, but more than that he should be able to develop
creative behavior followers. Base role of a leader is to coordinate the activities of the individual as a
process without coercive influence that resulted in the acceptance or commitment and adaptability,
so that they can contribute to the objectives of the organization. The responsibility of a leader is to
help develop value creation by combining various differences or divergence of interests among
individuals.
Keywords: leadership, creative behavior, individual creativity
Pendahuluan
Kepemimpinan yang efektif tak hanya
terwujud dalam keeratan hubungan antar
pribadi dan hubungan sosial diantara mereka,
melainkan
juga
termanifestasi
dalam
kemampuannya untuk mengintegrasikan tugas
sesuai dengan bakat, keterampilan dan potensi
dari para bawahan. Tanggungjawab pemimpin
menurut Belasco (2003) adalah membuat kreasi
visi dan budaya organisasi, sehingga para
pekerja mampu meraih sukses melalui upaya
mereka sendiri bukan karena upaya pihak
atasan semata. Kotter (1990) menyebutkan
tugas kepemimpinan antara lain memberi arah,
menyelaraskan wawasan, memberi motivasi
dan inspirasi kepada pengikut, mendorong
perubahan ke arah visi yang ingin dicapai.
Pemimpin menciptakan kekuatan nilai yang
bisa mempengaruhi perilaku kreatif, inisiatif dan
gagasan yang berkembang untuk menghasilkan
kreativitas para individu.
Kepemimpinan
diperlukan
dalam
sebuah organisasi untuk memberikan makna
perubahan lingkungan yang berkesinambungan,
sedangkan di pihak lain seorang pemimpin ingin
mewujudkan stabilitas tujuan di tengah kondisi
gejolak yang terjadi (Brooks, 1966). Pendapat
Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif…
tersebut sejalan dengan pandangan Kotter (1990)
bahwa kepemimpinan adalah memberikan arah,
penyelarasan wawasan, serta pemberian
motivasi dan inspirasi kepada pengikut yang
diperlukan agar mampu mengatasi adanya
hambatan dalam perubahan.
Tindakan nyata pemimpin untuk
mempengaruhi kreativitas menjadi perhatian
utama para peneliti. West (2005) memberikan
komentar tentang kecenderungan para peneliti
yang memfokuskan penelitian pada gaya
kepemimpinan sebenarnya terlalu prematur.
Dalam kenyataan tak ada gaya kepemimpinan
yang paling tepat karena sangat bergantung
dengan konteks situasi pengikut itu sendiri,
sedangkan kejelasan dari kepemimpinan dan
kemampuan nyata dari pemimpin justru tidak
tergantung dengan konteks situasi yang
demikian. Semestinya yang perlu ditekankan
adalah untuk menggali tindakan nyata
kepemimpinan misalnya dalam menangani
terjadinya konflik dan mendorong perubahan
dalam upaya memahami inovasi dan kreativitas.
Disamping
faktor
kepemimpinan,
karakteristik kreativitas individu juga menjadi
perhatian para peneliti. Marina (2005)
melakukan penelitian eksploratori dalam upaya
93
AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016
memahami hubungan antara perancang dengan
kreativitas yang memfokuskan pada bagaimana
para
perancang
mendefinisikan
sendiri
kreativitas dan pembuatan keputusan mereka.
Penelitian ini mempergunakan metodologi
kualitatif untuk menjabarkan konsep kreativitas
yang diperlukan dalam aktivitas desain. Refleksi
dari kemampuan dan kompetensi personal
menekankan
pentingnya
pengembangan
kemampuan merespon yang kuat dan fasilitas
lingkungan kerja yang mendukung. Berdasarkan
hasil penelitiannya kreativitas terkait dengan
karakteristik
kepribadian
dan
proses
pembelajaran
berkesinambungan
dalam
pembuatan
keputusan
pada
rancangan
pekerjaan.
Pentingnya pemahaman kreativitas
personal sangat diperlukan untuk menjadi
perancang andal dan produktif disamping juga
adanya kemauan memahami multi disiplin
pembuatan keputusan kelompok, sebab para
perancang perlu berkomunikasi dengan berbagai
pihak. Yang lebih penting menurut peneliti
saling hubungan antara kreativitas dan faktor
lingkungan organisasi membutuhkan pemetaan
pemahaman kreativitas yang lebih baik dalam
rancangan proses kerja yang terjadi secara
berbeda dalam proses pembuatan keputusan
individu yang bergantung pada kompleksitas
dan hakikat perancangan itu sendiri.
Pentingnya
kreativitas
individu
menurut pandangan Agrell dan Gustafson
(1996: 317-343) karena proses penciptaan
gagasan kreatif harus dimulai dari para individu
yang menawarkan gagasan kreatifnya untuk
didiskusikan dan dikembangkan dengan
individu yang lain. Kreativitas individu dan
kelompok merupakan titik
awal dari
pembaharuan dimana melalui interaksi sosial
terjadi perilaku kreatif dalam bentuk pengakuan
dan pengkombinasian gagasan yang beragam
untuk menemukan solusi yang terbaik
(Woodward, Sawyer, and Griffin, 1993;
Hargadon & Sutton, 1997:716749).
Keberagaman perspektif tersebut bisa
berasal dari perbedaan pengalaman atau
pendidikan, perbedaan gaya berfikir yang
menjadi kerangka acuan ataupun jaringan kerja
personal yang berbeda. Dengan keberagaman
Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif…
perspektif muncullah fusi kreatif sebagai aspek
penting bagi lahirnya kreativitas (Dorothy A.
Leonard dalam Hesselbein et al., 2002). Jadi
untuk menghasilkan kreativitas individu
diperlukan proses pemaduan kreativitas para
individu dengan perspektif gagasan yang
beragam yang penuh dengan perbedaan dan
divergensi
diantara
mereka.
Divergensi
pemikiran terkadang bisa menimbulkan konflik
yang berkepanjangan, sehingga kreativitas para
individu justru tidak membuahkan hasil bagi
organisasi.
Pembahasan
Kepemimpinan dan perannya dalam
organisasi
Kepemimpinan adalah suatu faktor
kemanusiaan, mengikat suatu kelompok
bersama dan memberi motivasi untuk
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
organisasi sebelumnya. Tanpa kepemimpinan
yang efektif (baik formal maupun informal)
individu-individu maupun kelompok cenderung
tidak memiliki arah, tidak puas, dan kurang
termotivasi (Amirullah, 2015). Pergeseran
makna
kepemimpinan
mengiringi
perkembangan teori dan konsep pemikiran yang
sedemikian inten menjadi perhatian para
peneliti.
Makna dari kepemimpinan sekaligus bisa
berupa proses maupun sifat (Jago ,1982 : 315333). Proses kepemimpinan adalah penggunaan
pengaruh yang tidak bersifat memaksa untuk
mengarahkan dan mengkoordinasikan aktivitas
dari anggota kelompok yang terorganisasi
dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Sifat
kepemimpinan merupakan seperangkat kualitas
atau karakteristik yang menjadi atribut dari
orang yang dipersepsikan berhasil memberikan
pengaruh kepada orang lain.
Jago (1982) penelitian yang dilakukan
para pakar pada awalnya lebih cenderung untuk
meneliti tentang sifat-sifat kepemimpinan secara
universal. Kemudian para peneliti tertarik untuk
memusatkan perhatian pada perilaku interaksi
antara pemimpin dan pengikut. Review dari
berbagai penelitian yang dilakukannya telah
menghasilkan berbagi pandangan tentang gaya
94
AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016
kepemimpinan
(Leadership
Style).
Gaya
kepemimpinan demokratis ataupun gaya yang
lebih mempertimbangkan kepentingan pengikut
merupakan gaya ideal dari para pemimpin
dalam mempengaruhi perilaku orang lain.
Pendekatan contingency yang dipelopori
Fiedler, Evan, Vroom & Yetton, Yacobs dan
para peneliti yang lain pada era 1960an
sebenarnya juga masih berpusar pada masalah
gaya kepemimpinan. Namun dalam pendekatan
ini penelitian kepemimpinan mencakup ruang
lingkup yang lebih luas antara lain pengaruh
kepribadian dan situasi kepemimpinan, dampak
kepuasan dan harapan pengikut, dan situasi
dalam pembuatan keputusan dalam interaksi
perilaku pemimpin dan pengikut.
Jago
(1982)
mengharapkan
agar
penelitian ke depan lebih melihat pada
pengembangan, dinamika dan efektivitas dari
proses kepemimpinan. Sesuai dengan harapan
tersebut Locke et al. (1991)) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses mendorong orang
lain melakukan tindakan untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam definisi tersebut terkandung
adanya
konsep
hubungan
dimana
kepemimpinan hanya terjadi jika ada interaksi
antara pemimpin dengan pengikut. Jadi tanpa
ada pengikut berarti tak ada pemimpin. Disana
sang pemimpin harus melakukan sesuatu yakni
memberikan inspirasi kepada pengikutnya.
Kemudian pemimpin mendorong pengikut
untuk mengambil tindakan dengan berbagai
cara misalnya
dengan
mempergunakan
kekuasaan legitimasi, memberikan contoh,
penetapan tujuan, memberikan imbalan dan
hukuman,
merestrukturisasi
organisasi,
membangun tim, mengkomunikasikan visi.
Untuk mengetahui realitas tentang apa
yang sesungguhnya dilakukan para pemimpin,
Kotter et al., (1990) mencoba membedakan
antara kepemimpinan dengan manajemen.
Secara garis besar bagi Kotter manajemen lebih
terkait dengan upaya untuk menangani
kompleksitas daiam organisasi, sedangkan
kepemimpinan diperlukan dalam rangka
menangani perubahan lingkungan organisasi.
Manajemen
lebih
menekankan
pada
perencanaan dan anggaran, pengorganisasian
dan penempatan, serta pengawasan dan
pemecahan
masalah.
Sedangkan
Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif…
kepemimpinan adalah memberikan arah,
penyelarasan wawasan , serta pemberian
motivasi dan inspirasi kepada pengikut.
Penentuan
arah
bagi
perubahan
merupakan hal yang amat mendasar bagi
kepemimpinan. Pemberian arah tidak sama
dengan perencanaan yang dirancang untuk
menentukan hasil tertentu yang diinginkan.
Arah yang tepat yang menjadi visi bagi
organisasi yang memperjelas keterkaitan antara
aktivitas bisnis dan budaya perusahaan dengan
apa yang terjadi di masa depan. Visi yang
efektif berisikan gagasan yang sebenarnya
diketahui secara umum, namun kombinasi dan
pola gagasannya yang baru, sehingga nampak
seberapa besar kontribusinya bagi kepentingan
para stakeholders.
Pemberian motivasi dan inspirasi kepada
pengikut diperlukan untuk mengatasi adanya
hambatan
dalam
perubahan.
Dengan
pemberian inspirasi dan motivasi membuat
perilaku dengan energi yang tinggi, ia
memberikan kekuatan pada orang sehingga
kebutuhan dasarnya terpuaskan, mengakui
prestasi dan memberikan penghargaan,
memberikan kesempatan untuk mandiri dan
beraktualisasi diri. Dengan pemberian motivasi
dan inspirasi para pemimpin bukan mendorong
orang untuk mencapai sasaran tertentu,
melainkan membuat orang tertarik untuk
melakukan sesuatu yang lebih bermakna.
Kepemimpinan dan kreativitas individu
Bennis (1993:167-168) mengemukakan
bahwa pemimpin yang benar tak hanya menjadi
innovator, melainkan membuat setiap usaha
mengarah dan mempergunakan para manusia
kreatif
dalam
organisasi.
Pemimpin
menciptakan iklim yang bisa memberikan
tantangan bagi pengikut untuk berani
mengambil
resiko.
Pemimpin
bisa
menyelaraskan kebutuhan untuk memelihara
stabilitas dengan perubahan yang diinginkan.
Jadi pemimpin melibatkan semua orang dalam
proses perubahan dengan mengelola perbedaan
dan konflik yang terjadi secara kreatif yang
akhirnya menghasilkan sesuatu yang baru .
Sejalan dengan pendapat di atas Kotter
& Hesket (1992 : 95) berpendapat bahwa
95
AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016
pemimpin menjelaskan visi dan perubahan yang
diperlukan dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang menantang bagi status quo.
Berbeda dengan manajemen menurut mereka
kepemimpinan memiliki kemampuan untuk
menghasilkan perubahan melalui beberapa
fungsi sebagai berikut : menegakkan arah
dengan membangun visi bagi masa depan dan
strategi yang dipergunakan untuk menghasilkan
perubahan yang diperlukan dalam rangka
mencapai visi tersebut, menyelaraskan orang
dengan mengkomunikasikan arah melalui
kerjasama antar individu atau koalisi sehingga
memahami visi dan strategi yang disepakati,
dan memberikan motivasi dan inspirasi ibarat
memberikan energi bagi orang untuk bisa
mengatasi hambatan bagi perubahan dan
memuaskan kebutuhan manusiawi.
Walaupun hampir semua organisasi
memiliki perumusan misi, perumusan tujuan,
visi staf dan berbagai pernyataan yang terkait
dengan nilai-nilai organisasi, namun menurut
Senge (1998:17) seringkali tidak tercermin
dalam realitas kehidupan organisasi tersebut.
Dengan mengacu pendapat Drucker tentang
tiga unsur disiplin dari inovasi, menurut Senge
unsur
pertama
adalah
misi
yang
mengekspresikan
aspirasi
dan
identitas
mendasar dari anggota organisasi. Kemudian
visi yang menterjemahkan misi agar menjadi
sebuah gambaran kesan masa depan atau
keinginan besar yang ingin kita ciptakan
merupakan unsur kedua. Selanjutnya yang
menjadi unsur ke tiga adalah pengukuran dan
interpretasi yang memerlukan pemahaman dan
partisipasi dalam proses belajar dari kesalahan
dan keterbukaan.
Inti
kepemimpinan
adalah
mengkomunikasikan berbagai nilai tersebut dari
sebuah
kebiasaan
menuju
kedisiplinan
berkreasi. Kepemimpinan yang demikian
disebut oleh De Pree (2001:10-13) sebagai
kepemimpinan yang kreatif dan sangat
diperlukan untuk bisa mendorong munculnya
orang-orang yang kreatif. Kuncinya adalah
bagaimana diri sang pemimpin berfikir inovatif
dimana yang bersangkutan mau memberikan
ruang gerak bagi para pengikut untuk berkreasi.
Dia memberikan orang untuk membawa
pembaharuan, vitalitas dan peluang. Pemimpin
Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif…
yang melihat kreativitas dari dua sudut pandang
yakni dari dirinya dan dari wawasan para
pribadi yang kreatif. Kepemimpinan yang
berorientasi pada perubahan, memandang
segala sesuatu dalam terminologi yang luas
demi lembaga-masyarakat-kultur-gagasan dan
bukan demi individu sang pemimpin.
Pemimpin ibarat konduktor orchestra
yang membuat keharmonisan hubungan untuk
menghasilkan kinerja yang sinergis diantara
para anggota. Dengan demikian peran
kepemimpinan dalam mendorong kreativitas
tercermin dalam keterlibatan dan komitmen
para pemimpin dalam proses kreativitas dalam
organisasi yang diawali dengan kemauan untuk
berbagi visi, memberikan motivasi dan inspirasi
bagi kerjasama dan menciptakan lingkungan
yang menunjang iklim untuk berkreasi. Aspek
fundamental dari kepemimpinan menurut
Mumford el al., (2000) seringkali terkait dengan
kreativitas sebagai sebuah proses yang membuat
para individu secara signifikan menggapai
tantangan
menuju
pencapaian
tujuan.
Hubungan langsung antara kreativitas dan
kepemimpinan sebagaimana model yang
dibangun menunjukkan bahwa para pemimpin
bertanggungjawab
untuk
memecahkan
problema sosial yang kompleks yang memiliki
tiga karakteristik yakni tak terdefinisi secara
jelas, ambigitas dan keterbaruan.
Untuk memecahkan masalah yang
demikian menurut Mumford dan koleganya
adalah tugas dari para pemimpin untuk
mengembangkan keterampilan memecahkan
masalah secara kreatif. Menurut mereka
membangun keterampilan kreatif dalam
pemecahan masalah menunjukkan pengaruh
penting dari kinerja pemimpin. Pendapat ini
sesuai dengan pendapat Hamel (2000) yang
mengatakan bahwa pemimpin hendaknya
menebar pembaharuan lebih dari sekedar
mengemukakan gagasan baru atau memadukan
rencana bisnis yancj kreatif ataupun pendekatan
kreatif terhadap permasalahan yang dihadapi.
Sebuah pembelajaran untuk melihat apa yang
tak nyata, membangun kesadaran untuk
berubah serta secara terbuka untuk mau berfikir
baru dan tak lagi berfikir secara konvensional.
Kepemimpinan
tak
hanya
secara
96
AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016
inovatif mampu memecahkan masalah tetapi
juga harus kreatif dalam membimbing para staf
tentang bagaimana memperbaiki prosedur yang
baru yang lebih baik. Clapham (2000)
menyatakan bahwa kepemimpinan memiliki
peran kunci dalam mendorong karyawan
menjadi kreatif. la mengemukakan bahwa
seorang manajer akan menjadi teladan
manakala mampu mendorong karyawan untuk
mau mengambil resiko dalam bereksperimen
dalam rangka memperoleh gagasan yang baru.
Perilaku kreatif dengan kreativitas individu
Perilaku kreatif memerlukan sifat-sifat
kepribadian,
kecerdasan
pengetahuan,
pemikiran spesifik serta motivasi intrinsik dari
mereka yang memiliki gagasan-gagasan
(Amabile 1988 : 123-167). Jika dihubungkan
dengan kapasitasnya pada kreativitas organisasi,
maka gagasan-gagasan yang baik akan menjadi
landasan untuk meningkatkan pelaksanaan
kerja ataupun produk yang dihasilkan.
Sementara identifikasi gagasan sebagai fase
awal dari suatu kreativitas, dalam proses mana
organisasi sangat memperhatikan keberadaan
dari gagasan baru yang bisa dimanfaatkan.
Setelah para penggagas menentukan sikapnya
pada gagasan tertentu ada kemungkinan
timbulnya perbedaan gagasan dengan pihak
yang lain (Howell & Higgins, 1990 : 40-54).
mengiringi konsep gagasan yang melibatkan
banyak orang dengan berbagai keterampilan
dan pengetahuan yang saling melengkapi.
Steiner (1972) menekankan pentingnya perilaku
para anggota organisasi dalam proses kerjasama
dalam memadukan sumberdaya mereka satu
sama lain untuk berpartisipasi secara penuh
pada aktivitas yang berorientasi pada tugas
bersama.
Sementara para individu anggota
organisasi mengawali proses kreativitas dengan
menciptakan gagasan kreatif, seluruh anggota
organisasi secara komparatif juga memiliki
dedikasi untuk memberikan kontribusi dalam
proses tersebut. Misalnya setelah para individu
mengemukakan gagasan kreatif kepada individu
yang lain hendaknya masing-masing individu
melibatkan diri dalam diskusi, pengembangan,
penilaian dan implementasi dari gagasan
tersebut untuk bisa mentransformasikan gagasan
ke dalam suatu kreativitas nyata. Berkat
kerjasama para individu gagasan kreatif telah
berproses ke arah penciptaan kreativitas dalam
organisasi.
Simpulan
Dalam proses selanjutnya setelah
melalui konflik pendapat bisa dicapai adanya
keputusan tentang gagasan yang disepakati atau
diadopsi untuk diimplementasikan dalam
organisasi. Pada fase yang demikian berarti fase
penciptaan gagasan sudah bergeser pada fase
implementasi dari gagasan tersebut untuk
mewujudkan kreativitas organisasi yang tentu
saja juga melalui proses modifikasi dan
pendefinisian kembali gagasan-gagasan. Oleh
karena itu West & Fafr (1990 : 10-11)
menyatakan bahwa kreativitas merupakan
komponen ideasi dimana dalam proses sosial
yang terjadi diantara para individu berhasil
menuangkan kreativitas mereka setelah melalui
proses kognitif dalam dirinya.
Kreativitas merupakan suatu peta proses
dari pengetahuan, representasi nyata dari
pengetahuan tersebut, pemahaman dan solusi
baru dari isu yang menantang sehingga
menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat.
Representasi nyata pengetahuan diciptakan
melalui pemahaman pemikiran para individu
dan partisipasi mereka dengan peran aktif untuk
membuat kreasi dan modifikasi pengetahuan.
Kreativitas yang dicapai dengan adanya proses
sinergis dari para individu yang kreatif bisa
dilipatgandakan oleh kerjasama yang kreatif.
Dengan kata lain bisa dikemukakan bahwa
untuk bisa menciptakan kreativitas organisasi
sangat diperlukan sinergi gagasan dari para
individu yang kreatif dimana melalui dinamika
interaksi terjadi transformasi pengetahuan antar
pribadi yang membuahkan pengetahuan baru
dalam organisasi.
Demikian pula Rosenfeld dan Servo
(1990)
menyebutkan
bahwa
kretivitas
merupakan titik awal bagi setiap inovasi dan
inovasi merupakan kerja keras yang dilakukan
Pemimpin dalam hal ini berperan penting
dalam penciptaan kreativitas individu. Dengan
terjadinya proses interaksi antar individu dalam
organisasi maka akan terjadi penciptaan gagasan
Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif…
97
AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016
yang kreatif yang dimulai dari para individu
yang kemudian didiskusikan dan dikembangkan
bersama dengan individu yang lain. Suatu
pembaharuan harus dilakukan oleh pemimpin
dengan menyandarkan pada kreativitas setiap
orang dalam sebuah sistem organisasi. Dalam
sistem yang demikian pemimpin membangun
partisipasi semua pihak sehingga adanya
keberagaman gagasan merupakan jalur menuju
keterpaduan. Jadi keberagaman kreativitas
individu setelah dipadukan dalam proses
interaksi sosial akan mampu melahirkan
perilaku dan gagasan-gagasan yang lebih kreatif.
Perilaku dan gagasan yang demikian baru akan
bermanfaat bagi organisasi setelah diaplikasikan
ke dalam nilai-nilai yang termanifestasi dalam
kreasi sistem, produk, jasa maupun hubungan
antar pribadi dalam organisasi yang lebih
bermakna.
Daftar Pustaka
Agrell, A. & Gustafson, R. 1996. Innovation
and creativity in work groups. In M.A. West
(Ed.), Handbook of Work Group Psychology:
317-343. Chichester, UK.: John Wiley &
Sons.
Amabile, T.M. 1983, The Social Psychology of
Creativity
:
A
componential
conceptualization, Journal of Personality and
Social Psychology, 45:357-376.
Amabile, T.M. 1988. A Model of creativity and
innovation in organizations, Research in
Organizational Behavior, 10 : 123-167.
Amabile, T. M. (1997) “Motivating creativity in
organizations: On doing what you love and
loving what you do” California Management
Review,Vol. 40, pp39-58.
Amabile, T. M., Conti, R., Coon, H., Lazenby,
J., & Herron, M. 1996. Assessing the work
environment for creativity. Academy of
Management Journal 39' 1154-1184.
Bennis, Waren. 1993. An Invented Life, Reflection
on Leadership and Change, Massachusetts :
Addison-westley publishing company.
Belasco, James, Segil, Larraine; Goldsmith, &
Marshall (2003); Partnering: The New Face Of
Leadership, Amacom, New York.
Bennis, Waren. 1994. On Becoming a Leader,
New York : Perseus Press.
De Pree, Max. 2001. “Creative Leadership”
Leader to Leader, No. 20, Spring • IQ- 13.
Hamel, G. 2000. Leading the Revolution. Boston:
Harvard Business School.
Hesselbein, Frances; Goldsmith, Marshall &
Somerville, lain. 2002. Leading For
Innovation, San Fransisco : Jossey-Bass, John
Wiley & Sons, Inc.
Howell, J. M., & Higgins, C. A. 1990.
Champions
of
change:
Identifying,
understanding, and supporting champions of
technological innovations. Organizational
Dynamics, 19, 40-54.
Jago, Arthur G. 1982. Leadership : Perspectives
in Theories and Research, Management
Science, Vol.2B,No.3, pp 315-333
Kotter, J.P., J.L. Hesket. 1992. Corporate Culture
and Performance. Free Press. New York.
Kotter, J.P. 1990. What leaders really do,
Harvard Business Review, Vol. 48.page 25.
Locke, E.A. 1991. The nature and causes of job
satisfaction, in dunnette, M.D. (Ed), Hand
book of industrial Psychology, Jhon Wiley &
Sons, New York, NY.
Mumfrod, M.D. and Gustafson, F.D, 1988.
Creativity
Syndrome
:
Integration,
Application, and Innovation”, Psychological
Bulletin, Vol. 103, pp.27-43)
Amabile, T.M, Goldfarb, P. & Brackfield, S.
1990. “Social Influences on creativity
Evaluation, Coaction and Surveillance”,
Creativity Research Journal, Vol. 3 pp. 6-21.
Mumford, M. D., Zaccaro, S. J., Harding, F.
D., Jacobs, T. O., & Fleishman, E. A. 2000.
Leadership skills for a changing world:
Solving complex problems. Leadership
Quarterly, 11, 11-35.
Amirullah. 2015. Kepemimpinan dan Kerja
Sama Tim. Penerbit Mitra Wacana Media,
Jakarta;
Rosenfeld, R & Servo, J.C. 1990. Facilitating
innovation in large organizations. In M.A.
West & J.J. Farr (Eds.), Innovation and
Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif…
98
AKADEMIKA; Vol. 14. No.2 Agustus 2016
Creativity at Work :287-308. Chichester:
John Wiley & Sons.
Senge, Peter M. 1990. The Fifth of Discipline :
The Age and Practice of the Learning
Organization. London : Century Business.
Senge, Peter M. 1998. “The Practice of
Innovation”, Leader to Leader, No.9,
Summer: 16-22.
West, Michael A. 1997. Developing Creativity in
Organizations, Leicester, UK : BPS Books,
Published by The British Psychological
Society,
West, M. A. & Farr, J. L. 1990. Innovation at
Kepemimpinan dan Perilaku Kreatif…
work. In M.A. West & J. L. Farr (Eds.),
Innovation and Creativity at Work : 3-13.
Chichester:: John Wiley & Sons.
West , Michael A.; Borrill, Carol S.; Dawson,
Jeremy W. & Brodbeck, Felix. 2005.
Leadership Clarity and Team Innovation in
Health Care. Aston Business School
University of Aston Birmingham B4 7ET
United
Kingdom
Email
:
[email protected]
Woodman, R. W., Sawyer, J. E., & Griffin, R.
W. 1993. Toward a theory of organizational
creativity. Academy of Management Review,
18(2),293-321.
99
Download