Spiritualitas Cinta Keuskupan

advertisement
ON GOING FORMATION UNIO INDONESIA
SPIRITUALITAS CINTA KEUSKUPAN
DARI IMAM DIOSESAN
GIRISONTA, 24-31Januari 2014
Sesi I
Sejarah Gereja (Keuskupan) dan Perutusannya
• “Sebab seperti Putra diutus Bapa, begitu pula Ia
sendiri mengutus para rasul, sabda-Nya: ‘Pergilah,
ajarlah semua bangsa, baptislah mereka atas nama
Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka mentaati segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku
menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman’
(Mat 28:19-20).
• Perintah resmi Kristus untuk mewartakan
kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja
diterima dari para Rasul dan harus dilaksanakan
sampai ke ujung bumi” (LG 17).
Utusan pertama: Yesus Kristus
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku untuk
memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk
memberitahukan tahun rahmat
Tuhan telah datang” (Luk 4: 18-19)
Utusan kedua: Para Rasul – Palestina
“Demi imamat universal
Perjanjian Baru itulah Yesus
menghimpun para murid pada
awal perutusannya (bdk Luk
10:1-12). Dengan kuat kuasa
yang khas berwibawa Ia
memanggil dan mengangkat 12
orang untuk ‘menyertai Dia
dan diutusnya untuk
memberitakan Inji, dan
diberinya kuasa untuk
mengusir setan (Mrk 3:14-15)”
(PDV 14).
Utusan ketiga: Paulus – Luar Palestina
Utusan ketiga: Paulus – Luar Palestina
Pewartaan Paulus
Utusan keempat: Gereja Katolik Roma
Utusan keempat: Gereja Katolik Roma – Gereja
Keuskupan
“Pada gilirannya, para Rasul,
yang diangkat oleh Tuhan,
langkah demi langkah
menunaikan perutusan
mereka, dengan memanggil menurut pelbagai cara yang
saling melengkapi- orangorang lain menjadi Uskup,
Imam dan Diakon, untuk
memenuhi perintah Yesus yang
telah bangkit, mengutus
mereka kepada semua orang
dan kepada segala zaman”
(PDV 15).
Tujuan Perutusan: Sakramen Keselamatan
Kristus sebagai sakramen
Allah
“Maka, Yesus Kristus, Sabda yang
menjadi daging, diutus sebagai
manusia kepada manusia,
menyampaikan Sabda Allah (Yoh
3:34), dan menyelesaikan karya
keselamatan yang diserahkan Bapa
kepada-Nya. Oleh karena itu, Dia –
barangsiapa melihat Dia melihat juga
Bapa- dengan segenap kehadiran dan
penampilan-Nya, dengan sabda
maupun karya-Nya, dengan tandatanda serta mukjijatNya…menyelesaikan wahyu dengan
memenuhinya, dan meneguhkan
denga kesaksian ilahi bahwa Allah
menyertai kita...” (DV 4).
Gereja sebagai Sakramen Kristus
•
Gereja dalam Kristus bagaikan
sakramen, yakni tanda dan sarana
persatuan mesra dengan Allah dan
kesatuan seluruh umat manusia” (LG
1).
•
“Kepada bangsa-bangsa Gereja
diutus oleh Allah untuk menjadi
‘sakramen universal keselamatan’”
(AG 1)
•
“Adapun Kristus, yang ditinggikan
dari bumi, menarik semua orang
kepada dirinya. Sesudah abngkit dari
kematian, Ia mengutus Roh-Nya yang
menghidupkan kedalam hati para
murid-Nya, dan melaui Roh itu, Ia
menjadikan tubuhnya, yakni Gereja,
sakramen keselamatan bagi semua
orang” (LG 48).
Sakramen-sakramen sebagai tanda kehadiran Gereja
•
“Liturgi merupakan upaya yang sangat
membantu kaum beriman untuk
denganpenghayatan mengungkapkan
Misteri Kristus serta hakikat asli Gereja
yang sejati, serta memperlihatkan itu
kepada orang lain, yakni bahwa Gereja
bersifat sekaligus manusiawi dan ilahi,
kehihatan namun penuh kenyataan yang
tak kelihatan, penuh semangat dalam
kegiatan, namun meluangkan waktu juga
untuk kontemplasi, hadir di dunia,
namun sebagai musafir”. (SC 2).
•
“dari Liturgi, terutama Ekaristi,
bagaikan dari sumber, mengalirlah
rahmat kepada kita, dan dengan hasil
guna yang amat besar diperoleh
pengudusan manusia dan pemuliaan
Allah dalam kristus, tujuan semua karya
Gereja lainnya” (SC 10).
Hirarki Gereja Katolik Roma
BAPA SUCI
Para Rasul
menghimpun Gereja
semesta, yang oleh
Tuhan didirikan di
dalam diri mereka
dan di atas Santo
Petrus, ketua
mereka, sedangkan
Yesus sendiri
menjadi batu
sendinya (LG 19).
Uskup
“Sebagai
wakil Allah, mereka
memimpin kawanan yang mereka
gembalakan, sebagai guru dalam
ajaran, imam dalam ibadat suci,
pelayan dalam bimbingan. Seperti
tugas yang oleh Tuhan secara khas
diserahkan kepada Petrus, ketua para
rasul dan harus diteruskan kepada
para penggantinya, tetaplah adanya,
begitu pula tetaplah tugas para rasul
menggembalakan Gereja, yang tiada
hentinya harus dilaksanakan oleh
pangkat suci Uskup. Maka dari itu
Konsili suci mengajarkan, bahwa atas
penetapan ilahi para uskup
menggantikan para Rasul sebagai
Gembala Gereja. (LG 19).
IMAM
• “Para imam tidak menerima
puncak imamat, dan dalam
melaksanakan kuasa,
mereka tergantung dari
para Uskup, dan
berdasarkan Sakramen
Tahbisan, mereka
ditahbiskan menurut citra
Kristus, Imam Agung yang
abadi, untuk mewartakan
Injil serta menggembalakan
umat beriman, dan untuk
merayakan ibadat ilahi,
sebagai imam sejati
Perjanjian Baru. (LG 28).
DIAKON
“Pada tingkat yang lebih rendah
terdapat para daikon, yang
ditumpangi tangan ‘bukan untuk
imamat melainkan untuk
pelayanan’. Sebab dengan
diteguhkan rahmat sakramental,
mereka mengabdikan diri
kepada Umat Allah dalam
perayaan liturgy, sabda, dan
amal kasih, dalam persekutuan
dengan para Uskup dan
imamnya. (LG 29).
AWAM
“Kaum beriman Kristiani,
yang berkat Baptis telah
menjadi anggota Tubuh
Kristus, terhimpun menjadi
Umat Allah, dengan cara
mereka sendiri ikut
mengemban tugas imamat,
kenabian dan rajawi
Kristus, dan dengan
demikian sesuai dengan
kemampuan mereka
melaksanakan perutusan
segenap Umat Kristiani
dalam Gereja dan dunia”
(LG 31).
Religius
“…status hidup religius, yang
lebih membebaskan para
anggotanya dari
keprihatinan-keprihatinan
duniawi, juga lebih
memperlihatkan kepada
semua orang beriman,
harta surgawi yang sudah
hadir di dunia ini,
memberikan kesaksian akan
hidup baru dan kekal yang
diperoleh berkat penebusan
Kristus, mewartakan
kebangkitan yang akan
datang serta kemuliaan
Kerajaan suegawi”. (LG
44).
Gereja Keuskupan (Partikular)
•
CD 11 : “Diosis (keuskupan)
merupakan sebagian Umat Allah
yang dipercayakan pada Uskup
dalam kerjasama dengan Dewan
Imam-nya (presbiterium) untuk
digembalakannya. Dengan
demikian, bagian Umat yang
patuh kepada gembalanya, dan
yang dihimpun olehnya dalam
Roh Kudus melalui Injil dan
Ekaristi itu, merupakan Gereja
khusus. Di situ sungguh hadir
dan berkaryalah Gereja Kristus
yang satu, kudus, katolik dan
apostolik”.
• LG 13 : “Maka dalam
persekutuan Gereja,
selayaknya pula terdapat
Gereja-Gereja khusus, yang
memiliki tradisi mereka
sendiri, sedangkan tetap
utuhlah primat takhta Petrus,
yang mengetuai segenap
persekutuan cinta kasih,
melindungi keanekaragaman
yang wajar, dan sekaligus
menjaga agar hal-lah khusus
jangan merugikan kesatuan,
melainkan justru
menguntungkannya”.
Pertanyaan reflesksi pribadi:
1.Apakah kekhasan dari Gereja
Keuskupanku, baik material maupun
spiritual?
2. Bagaimana memelihara kesatuan
dengan Gereja semesta?
Sesi II
Spiritualitas Cinta Keuskupan:
Tinggal Bersama Yesus
Pengertian Istilah
 Spiritualitas – sebuah kehidupan yang
dibimbing Roh (Gal 5:25)
 Diosesan – Diosis – Gereja Partikular –
Gereja Keuskupan (CD 11)
 Spiritualitas Diosesan – kehidupan (Uskup,
Imam, Diakon, Religius dan Awam) yang
dibimbing oleh Roh Kudus dalam
membangun Gereja Keuskupan.
 Spiritualitas Cinta Keuskupan: cinta Diosis,
cinta Gereja Keuskupan.
Gereja Keuskupan (Partikular)
• CD 11 : “Diosis (keuskupan)
merupakan sebagian Umat
Allah yang dipercayakan pada
Uskup dalam kerjasama dengan
Dewan Imam-nya
(presbiterium) untuk
digembalakannya. Dengan
demikian, bagian Umat yang
patuh kepada gembalanya, dan
yang dihimpun olehnya dalam
Roh Kudus melalui Injil dan
Ekaristi itu, merupakan Gereja
khusus. Di situ sungguh hadir
dan berkaryalah Gereja Kristus
yang satu, kudus, katolik dan
apostolik”.
• LG 13 : “Maka dalam
persekutuan Gereja,
selayaknya pula terdapat
Gereja-Gereja khusus, yang
memiliki tradisi mereka
sendiri, sedangkan tetap
utuhlah primat takhta
Petrus, yang mengetuai
segenap persekutuan cinta
kasih, melindungi
keanekaragaman yang wajar,
dan sekaligus menjaga agar
hal-lah khusus jangan
merugikan kesatuan,
melainkan justru
menguntungkannya”.
Panggilan Umum untuk Kesucian dalam Gereja


“Jadi, bagi semua jelaslah
bahwa semua orang Kristiani,
bagaimanapun status atau corak
hidup mereka, dipanggil untuk
mencapai kepenuhan hidup
Kristiani dan kesempurnaan
cinta kasih” (LG 40).
Juga para imam: “Hendaklah
para imam, serupa dengan para
uskup yang mempunyai mereka
sebagai mahkota rohani, dan
ikut serta mengemban rahmat
tugas para Uskup, melalui
Kristus satu-satunya pengantara
abadi, dengan menunaikan
tugas harian mereka,
berkembang dalam cinta kasih
akan Allah dan sesama. (LG 41).
•
Caranya:
 Melayani ikatan persekutuan
para imam
 Melimpah dalam segala
kebaikan rohani
 Memberikan kesaksian hidup
tentang Allah
 Meneladan pada kudus
terutama santo yang imam
 Berdoa dan mempersembahkan
kurban bagi jemaat
 Bagi imam diosesan:
mengingat betapa pentingnya
bagi kesucian mereka
hubungan yang setia dan
kerjasama yang ikhlas dengan
Uskup mereka.
Spiritualitas cinta Keuskupan: “Tinggalah di
dalam...”
Imam diosesan adalah imam Yesus Kristus yang tinggal di
tengah Diosis dan di tengah dunia.
1. “Tinggallah di dalam Aku…” ( Yoh 15:4)
Tujuan : secitra dan ambil bagian pada imamat Kristus Sang Imam
Agung
Dasar : Para Imam dipanggil pada kesucian dan kesempurnaan (PO
12)
 “Karena Sakramen (meterai) Tahbisan para imam dijadikan secitra dengan
Kristus Sang Imam, sebagai pelayan Sang Kepala, untuk membentuk dan
membangun seluruh Tubuh-Nya, yakni Gereja..”.
 “Para imam menjadi sarana yang hidup bagi Kristus, Sang Imam Abadi, untuk
melangsungkan karya-Nya yang menggagumkan..”
 Setiap imam dengan caranya sendiri membawakan pribadi Kristus sendiri”.
 “Para imam yang ditakdiskan dengan pengurapan Roh Kudus dan diutus oleh
Kristus, mematikan dalam diri mereka perbuatan daging; membaktikan diri
seutuhnya pada pengabdian pada sesama”.
 Membiarkan diri dibimbing oleh Roh Kristus: “Aku hidup, bikan lagi aku,
melainkan Kristuslah yang hidup dalam diriku” (Gal 2:20).
Fungsi: para imam menjalankan ke-3 fungsi imamat untuk
mendukung dan menuntut kesucian (PO 4-6)
•
Membaca dan mendengarkan Sabda Allah: “Karena
mereka itu pelayan sabda Allah maka setiap hari
mereka membaca dan mendengarkan Sabda Allah,
yang wajib mereka sampaikan pada sesama”. (PO
13).
•
Mempersembahkan Ekaristi: “Sebagai pelayan
liturgi, terutama dalam kurban Ekaristi, para
imam secara khas membawakan pribadi Kristus
yang telah menyerahkan diri sebagai kurban demi
pengudusan manusia”. (PO 13)
•
Menjadi Gembala Baik: “Sambil membimbing dan
menggembalakan Umat Allah, para imam didorong
oleh Sang Gembala Baik untuk menyerahkan
nyawa mereka demi domba-domba mereka, pun
siap sedia juga untuk pengorbanan yang paling
luhur, mengikuti teladan para imam, yang pada
zaman sekarang pun tidak menolak untuk
mengorbankan hidupnya”. (PO 13).
Keutamaan: Para imam menghayati 3 Nasehat Injili
•
•
•
Kerendahan hati dan Ketaatan (LG 15)
– Sikap hati yang selalu bersedia bukan mencari kehendak
sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus mereka
(Yoh 4:34).
– Karena pelayanan imamat itu pelayanan Gereja sendiri
maka hanya dapat dilaksanakan dalam persekutuan hirarkis
seluruh tubuh Kristus.
Selibat: Diterima dan Dihargai sebagai Karunia (LG 16).
– Pantang sempurna dan seumur hidup demi Kerajaan Surga
telah dianjurkan oleh Kristus Tuhan.
– Sebab merupakan lambang dan sekaligus dorongan cinta
kasih kegembalaan, serta sumber istimewa kesuburan
rohani di dunia.
– Oleh Gereja Latin diwajibkan bagi siapa saja yang akan
menerima Tahbisan suci
Kemiskinan Sukarela: sikap terhadap Dunia dan Harta Duniawi
(17).
– Sambil menggunakan hal-hal duniawi seolah-olah tidak
menggunakannya, mereka akan mencapai kebebasan dari
segala kesibukan yang tidak teratur, dan akan terbuka
untuk mendengarkan sabda Ilahi dalam hidup sehari-hari.
– Hendaklah para imam sebagaimana mestinya mengurusi
harta menurut ketentuan hukum kanonik, sedapat mungkin
dengan bantuan para awam yang ahli
2. Imam Diosesan: Tinggallah di dalam (cinta) Keuskupan.
Tujuan: membangun Gereja
Partikular (LG 28).
•
•
“Hendaklah mereka penuh semangat
menjadi teladan bagi kawanan mereka
(1 Pet 5:3), dan mengetuai serta
melayani jemaat setempat mereka
sedemikian rupa sehingga jemaat itu
layak dapat disebut dengan nama, yang
menjadi lambang kehormatan bagi satu
Umat Allah seluruhnya, yakni Gereja
Allah”. (1 Kor 1:2, 2 Kor 1:1).
“Di bawah kewibawaan Uskup, para
imam menguduskan dan membimbing
bagian kawanan Tuhan yang diserahkan
kepada mereka. Mereka menampilkan
Gereja semesta di tempat mereka, dan
mereka memberi sumbangan sungguh
berarti dalam membangun seluruh Tubuh
Kristus (Ef 4:12).
Inspirasi: Perayaan Ekaristi.
•
•
•
“Uskup mempunyai kepenuhan
Sakramen Tahbisan, maka ia menjadi
pengurus rahmat tertinggi, terutama
dalam Ekaristi, yang dipersembahkan
sendiri atau dipersembahkan atas
kehendaknya dan yang tiada hentinya
menjadi sumber kehidupan dan
pertumbuhan Gereja”. (LG 26).
“Di situ umat beriman berhimpun
karena pewartaan Injil Kristus dan
dirayakan misteri Perjamuan Tuhan,
supaya karena Tubuh dan Darah Tuhan
semua saudara perhimpunan
dihubungkan erat-erat”. (LG 26).
“Di setiap himpunan di sekitar altar,
dengan pelayanan suci Uskup
tampillah lambang cintakasih dan
‘kesatuan mistik itu’, syarat mutlak
untuk keselamatan”. (LG 26, PO 5)
Tinggal bersama Uskup
•
•
•
“Para Uskup yang sah menyerahkan tugas
pelayanan mereka kepada pelbagai orang
dalam Gereja dalam tingkat yang berbedabeda. Demikianlah pelayanan gerejani yang
ditetapkan Allah dijalankan dalam berbagai
pangkat oleh mereka, yang sejak kuno
disebut: Uskup, Imam dan Diakon” (LG28).
Tugas Pengudusan: “Sebab para Uskup
dikaruniai kepenuhan SakramenTahbisan; dan
dari para Uskup tergantunglah baik para
imam maupun para daikon dalam
melaksanakan kuasa mereka. Para imampun
ditahbiskan menjadi imam-imam
PerjanjianBaru yang sejati untuk menjadi
rekan sekerja yang bijaksana bagi tingkatan
para Uskup”. (CD 15)
Tugas Penggembalaan: “Hendaklah para
Uskup selalu merangkul para imam dengan
kasih istimewa, karena mereka ikut
menanggung sebagian tugas serta
keprihatinan para Uskup dan dari hari kehari
menjalankannya penuh perhatian dan dengan
begitu tekun. (CD 16).
Tinggal bersama Imam-imam Lain (PO 8)
•
•
•
•
“Semua imam bersatu dalam
persaudaraan sakramental yang
erat sekali”
“Khususnya dalam keuskupan,
mereka merupakan satu
presbiterium”
“Sebab semua imam diutus untuk
bekerjasama demi hanya satu
karya, entah mereka melayani atau
menjalankan pelayanan melampaui
batas-batas paroki atau
mencurahkan tenaga untuk
penelitian ilmiah.. atau karya-karya
kerasulan lainnya”.
“Jadi setiap imam berhubungan
dengan para anggota presbiterium
lainnya karena ikatan-ikatan khas
cinta kasih rasuli, pelayanan dan
persaudaraan”.
3.Imam Diosesan: Tinggallah di dalam Dunia.
Tujuan: menghadirkan Gereja di tengah dunia.
• “Kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan orang-orang zaman
sekarang, merupakan kegembiraan
dan harapan, duka dan kecemasan
para murid Kristus juga”. (GS 1).
• “Begitulah Gereja, sekaligus
kelompok yang tampak dan
persekutuan rohani, menempuh
perjalanan bersama dengan seluruh
Umat manusia, dan bersama dengan
dunia mengalami nasib keduniaan
yang sama”. (GS 40).
• “Gereja hadir bagaikan ragi dan
bagaikan penjiwa masyarakat
manusia yang harus diperbarui dalam
Kristus dan diubah menjadi keluarga
Allah”. (GS 40)
Tinggal bersama Umat Beriman (PO 9)
1. “Para imam Perjanjian Baru menunaikan tugas sebagai bapa dan
guru, yang amat luhur dan penting sekali dalam dan bagi Umat
Allah”.
2. “Sekaligus mereka menjadi murid-murid Tuhan, yang berkat
rahmat panggilan Allah diikutsertakan dalam Kerajaan-Nya. Para
imam menjadi sesama saudara, sebagai anggota satu Tubuh
Kristus yang sama, yang pembangunannya diserahkan kepada
anggota-anggota”.
3. “Para imam harus memimpin Umat sedemikian rupa sehingga
mereka tidak mencari kepentingan sendiri, melainkan
kepantingan Yesus Kristus, bekerjasama dengan umat beriman
awam…”
4. “Hendaknya para imam dengan tulus mengakui dan mendukung
martabat kaum awam beserta bagian perutusan Gereja yang
diperuntukkan bagi mereka”.
5. “Para imam ditempatkan di tengah kaum awam untuk mengantar
semua pada kesatuan cintakasih…”.
Tinggal bersama Umat Beriman Lain
•
•
•
“Gereja Katolik tidak menolak apapun, yang
dalam agama-agama itu serba benar dan
suci. Dengan sikap hormat yang tulus,
gereja merenungkan cara-cara bertindak
dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaranajaran yang memang dalam banyak hal
berbeda dari apa yang diyakini dan
diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh
memantulkan sinar kebenaran yang
menerangi semua orang”. (NA 2).
“Gereja tiada hentinya mewartakan dan
wajib mewartakan Kristus, yakni jalan
kebenaran dan hidup (Yoh 14: 6); dalam Dia
manusia menemukan kepenuhan hidup
keagamaan..”
“Gereja mendorong para putranya supaya
dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui
dialog dan kerjasama dengan penganut
agama lain, sambil memberi kesaksian
perihal iman serta peri hidup Kristiani,
mengakui, memelihara dan mengembangkan
harta kekayaan rohani dan moral serta nilainilai sosio budaya, yang terdapat pada
mereka” (NA 2).
Tinggal di tengah Dunia Sosial Ekonomi
•
•
“Umat Kristen yang secara aktif
melibatkan diri dalam
perkembangan sosial ekonomi
zaman sekarang, serta membela
keadilan dan cinta kasih,
hendaknya menyadari bahwa
mereka dapat berjasa besar bagi
kesejahteraan Umat manusia dan
perdamaian dunia” (GS 72)
“Dengan kemahiran serta
pengalaman yang mereka peroleh
dan memang sungguh dibutuhkan,
hendaknya mereka
mempertahankan tata nilai yang
sebenarnya di tengah kegiatan
mereka di dunia, serta tetap setia
kepada Kristus dan Injil-Nya
sehingga seluruh hidup mereka …
diresapi oleh semangat Sabda
Bahagia, khususnya semangat
kemiskinan” (GS 72).
Tinggal di tengah Dunia Politik
• “Berdasarkan tugas maupun
wewenagnya, Gereja sama
sekali tidak dapat dicampurkan
dengan negara dan tidak terikat
pada sistem politik manapun.
Sekaligus Gereja menjadi tanda
dalam perlindungan
transendensi manusia” (GS 76).
• “Di bidang masing-masing,
negara dan Gereja bersifat
otonom, tidak saling
tergantung. Akan tetapi
keduanya, kendati atas dasar
yang berbeda melayani
panggilan pribadi dan sosial
oran-orang yang sama.
Pelaksanaan itu akan semakin
efektif dijalankan oleh
keduanya demi kesejahteraan
umum…” (GS 76).
• Tinggal di tengah Budaya-budaya.
•
•
“Sebab Allah mewahyukan diri-Nya
sepenuhnya dalam Putra-Nya yang
menjelma, telah bersabda menurut
kebudayaan yang khas bagi pelbagai
zaman”.
Begitu pula Gereja yang dalam
sepenjang zaman hidup dalam
pelbagai situasi, telah memanfaatkan
sumber-sumber aneka budaya, untuk
melalui pewartaaannya
menyebarluarkan dan menguraikan
pewartaan Kristus kepada semua
bangsa, untuk menggali dan makin
menyelaminya, serta untuk
mengungkapkan secara lebih baik
dalam perayaan liturgi dan dalam
kehidupan jemaat beriman yang
beraneka ragam” (GS 58).
Tinggal di tengah Zaman Digital
•
•
•
Gereja memandang sebagai
kewajibannya, untuk juga dengan
memanfaatkan media komunikasi
sosial menyiarkan Warta
Keselamatan dan mengajarkan
bagaimana manusia dapat
memakai media itu dengan tepat”
(IM 3).
“Gereja berhak menggunakan dan
memiliki semua media itu sejauh
diperlukan atau berguna bagi
pendidikan Kristen dan bagi
seluruh karyanya demi
keselamatan manusia” (IM 3).
“Para Gembala bertugas memberi
pengajaran dan bimbingan kepada
Umat beriman, supaya dengan
bantuan upaya-upaya itu mereka
mengejar keselamatan dan
kesempurnaan mereka sendiri dan
segenap keluarga manusia” (IM 3).
Tinggal di tengah Lingkungan Hidup
•
•
“Gereja telah lama menaruh keprihatinan atas masalah lingkungan yang
berakibat buruk pada manusia. Paus Paulus VI dalam Ensiklik Populorum
Progressio (1967, No. 12) mengingatkan kita bahwa masyarakat setempat
harus dilindungi dari kerakusan pendatang. Hal ini diperjelas oleh Paus
Yohanes II dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (1987, No. 34) yang
menekankan bahwa alam ciptaan sebagai kosmos tidak boleh digunakan
semaunya dan pengelolaannya harus tunduk pada tuntunan moral karena
dampak pengelolaan yang tidak bermoral tidak hanya dirasakan oleh
manusia saat ini tetapi juga generasi mendatang. Paus Benediktus XVI
dalam Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No. 48) menyadarkan kita bahwa
alam adalah anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola
secara bertanggungjawab bagi seluruh umat manusia”. (Pesan Pastoral
Sidang KWI 2012)
“Gereja Katolik Indonesia pun telah menaruh perhatian besar pada
masalah lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam Pesan SAGKI 2005 berjudul
“Bangkit dan Bergeraklah” yang mengajak kita untuk segera mengatasi
berbagai ketidakadaban publik yang paling mendesak, khususnya yang
berhubungan dengan lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Gereja juga
telah melakukan banyak usaha seperti edukasi, advokasi dan negosiasi
dalam mengatasi pengrusakan lingkungan yang masih berlangsung terus
bahkan kian meningkat kualitas dan kuantitasnya” (Pesan Pastoral Sidang
KWI 2012).
Bahan permenungan pribadi:
1. Sebagai seorang imam bagaimana saya
menghayati semangat “Tinggal di dalam
…”?
2. Bagaimana keuskupanku mengembangkan
semangat yang sama?
Pendukung Spiritualitas Cinta
Diosis
“Supaya dapat makin menghayati persatuan dengan Kristus
dalam segala situasi hidup mereka...bagi para imam tersedia
juga berbagai upaya bersama maupun khusus, … yang
dianjurkan, bahkan ada kalanya diwajibkan oleh Gereja demi
pengudusan para anggotanya” (PO 18)
Kan. 276 § 1 Dalam hidupnya para klerikus terikat untuk
mengejar kesucian dengan alasan khusus, yakni karena
mereka telah dibaktikan kepada Allah dengan dasar baru
dalam penerimaan tahbisan menjadi pembagi misteri-misteri
Allah dalam mengabdi umat-Nya.
Merayakan Ekaristi dan Merenungkan Sabda Allah
• Kan. 276 § 2 agar mereka mampu mengejar
kesempurnaan ini:
• 10 hendaknya pertama-tama mereka menjalankan
tugas-tugas pelayanan pastoral dengan setia dan
tanpa kenal lelah;
• 20 hendaknya mereka memupuk hidup rohani
dengan santapan ganda yakni Kitab Suci dan
Ekaristi; oleh karena itu, para imam dengan
sangat dihimbau untuk mempersembahkan Kurban
Ekaristi setiap hari, sedangkan para diakon untuk
mengambil bagian dalam kurban itu setiap hari;
Merayakan Ibadat Harian
Latihan Rohani – Meditasi
• 30 para imam dan juga
para diakon calon imam
terikat kewajiban untuk
menunaikan ibadat
harian setiap hari
menurut buku-buku
liturgi yang disahkan;
tetapi para diakon-tetap
hendaknya mendoakan
bagian-bagian yang
ditentukan oleh
Konferensi para Uskup;
• 40 demikian pula mereka
wajib meluangkan waktu
untuk latihan rohani,
menurut ketentuanketentuan hukum
partikular;
Merayakan Sakramen Tobat
Kegiatan Rohani lainnya
• 50 mereka dihimbau
untuk melakukan doa
batin secara
teratur,sering menerima
sakramen tobat, berbakti
kepada Perawan Bunda
Allah dengan
penghormatan khusus,
dan memanfaatkan
sarana-sarana
pengudusan yang umum
dan khusus lain.
– Pemeriksaan Batin Harian
– Doa devosi Maria dan
lainnya
– Visitasi dan Adorasi
Sakramen Mahakudus
– Rekoleksi
– Retret
– Bimbingan Rohani
– Bacaan Rohani
Upaya-upaya lainnya:
• Kan. 277 § 1Para klerikus terikat kewajiban untuk
memelihara tarak sempurna dan selamanya demi
Kerajaan surga, dan karena itu terikat selibat yang
merupakan anugerah istimewa Allah; dengan itu
para pelayan suci dapat lebih mudah bersatu
dengan Kristus dengan hati tak terbagi dan
membaktikan diri lebih bebas untuk pelayanan
kepada Allah dan kepada manusia.
Kan. 277 § 2Para klerikus hendaknya dengan
cukup hati-hati bergaul dengan orang-orang
tertentu, jika pergaulan dengan mereka dapat
membahayakan kewajibannya untuk memelihara
tarak atau dapat menimbulkan batu sandungan
bagi kaum beriman.
Pertanyaan Refleksi:
1. Sejauh mana saya memanfaatkan
upaya-upaya pendukung di atas?
2. Apakah keuskupan atau Unio
Keuskupan memberi fasilitas bagi
pengembangan upaya-upaya di atas?
TERIMA KASIH - BERKAH DALEM
Download