proposal skripsi - FKIP Universitas Jambi

advertisement
SKRIPSI
PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN
GURU PEMBIMBING DALAM MENANAMKAN
NILAI MORAL PADA PERKEMBANGAN MORAL
SISWA DI SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi
Bimbingan Konseling FKIP Universitas Jambi
OLEH :
ZIKRIL AHMAD
ERA1D010087
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015
ARTIKEL ILMIAH
PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN GURU PEMBIMBING
DALAM MENANAMKAN NILAI MORAL PADA PERKEMBANGAN
MORAL SISWA DI SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI
OLEH :
ZIKRIL AHMAD
ERAID010087
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
JAMBI
2015
ABSTRAK
Judul
: Persepsi siswa terhadap pelaksanaan guru
pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada
perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota
jambi.
Nama
: ZIKRIL AHMAD
NIM
: ERA1D010087
Dosen Pembimbing I : Dr. Drs. H. Hendra Sofyan, M.Psi
Dosen Pembimbing II : Fadzlul, S.Psi, M.Psi, Psi
Di indonesia telah terjadi dekadansi moral dikalangan remaja, salah satu
bukti nyata bahwa moralitas remaja mengalami kemerosotan yang luar biasa
adalah dengan semakin banyaknya kasus-kasus seperti kekerasan, berbicara kotor,
melawan orang tua, tidak disiplin, membolos dalam belajar, dan lain-lain. hal
tersebut disebabkan oleh hal-hal diluar sekolah. munculnya guru pembimbing
(BK) menjadi penting untuk memajukan pendidikan negeri ini, guru BK bekerja
untuk menangani dan menuntaskan problem siswa disekolah seperti siswa nakal,
tak bisa diatur, dan menjadi pemicu keresahan. Masalahnya adalah efektifkah
pelaksanaan layanan yang diberikan guru BK pada siswa. Berdasarkan uraian
diatas, penulis tertarik membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul “Persepsi
siswa terhadap pelaksanaan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral
pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota jambi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap
pelaksanaan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada
perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota Jambi.
Batasan dan perntanyaan penelitian adalah bagaimanakah persepsi siswa
terhadap metode yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai
moral, media yang digunakan dalam pemberian layanan tentang moral, persepsi
siswa terhadap peran guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada
perkembangan moral siswa yang terkait dalam bidang bimbingan BK serta
bagaimanakah persepsi siswa terhadap layanan yang diberikan guru pembimbing
dalam proses penanaman nilai moral di SMP Negeri 22 Kota Jambi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) persepsi siswa
terhadap metode yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai
moral pada perkembangan moral siswa berada pada kuliatas sangat baik (92%),
(2) persepsi siswa media yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan
nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (79%), (3).
persepsi siswa terhadap bidang bimbingan dalam proses penanaman nilai moral
pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (75%), (4) persepsi
siswa terhadap layanan yang digunakan dalam menanamkan nilai moral pada
perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (87%).
Disarankan agar guru bimbingan konseling dapat meningkatkan kerja
sama dengan berbagai pihak terkait, seperti guru bidang studi, kepala sekolah,
wali kelas dan orang tua siswa agar penanaman nilai moral pada siswa dapat
terlaksana lebih maksimal.
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Moral atau dalam kata lain disebut kesusilaan adalah keseluruhan norma yang
mengatur tingkah laku manusia dimasyarakat untuk melaksanakan perbuatanperbuatan yang baik dan benar. Jadi pendidikan moral ditujukan untuk memagari
manusia dari melakukan perbuatan yang buru yang tidak sesuai dengan normanorma yang ada baik itu dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di indonesia sudah tidak menjadi rahasia lagi,bahwa sekarang ini telah terjadi
dekadensi moral di kalangan remaja. Salah satu bukti nyata bahwa moralitas
remaja mengalami kemerosotan yang luar biasa adalah dengan semakin
banyaknya kasus-kasus perbuatan amoral yang dilakukan oleh anak-anak kita
seperti tindakan kekerasan, perampokan, pembunuhan, pelecehan seksual, hingga
minum-minuman keras dan penyalahgunaan narkoba atau perbuatan yang
melanggar hukum lainnya.
Dalam regulasinya, kedudukan konselor sebagai pendidik diatur dalam
UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I Pasal 1.
Maka dari itu, sangat penting adanya guru konseling di sekolah, maupun lembaga
pendidikan lainnya. munculnya guru BK menjadi penting untuk memajukan
pendidikan di negeri ini. secara teknis, guru BK bekerja untuk menangani dan
menuntaskan problem siswa di sekolah. Siswa nakal, tak bisa diatur, dan menjadi
pemicu kerusahan akan diatasi oleh guru BK.
SMP Negeri 22 Kota jambi adalah salah satu sekolah yang terletak di Kota
Jambi Kecamatan Kota Baru Indah. Di SMP Negeri 22 ini masih banyak terdapat
masalah-masalah siswa yang melenceng baik dari aturan tata tertib sekolah
maupun dari norma-norma agama yang berlaku, salah satunya adalah kenakalan
remaja. Seperti masih terdapat anak yang sering berkelahi dengan sesama
temannya, anak yang sering berkata kotor, sering membolos pada jam belajar,
siswa yang tidak menjaga hubungan baik dengan teman bahkan masih terdapat
siswa yang tidak menghargai gurunya di sekolah. Mungkin tidak asing lagi saat
ini kita mendengar khususnya di Indonesia, sering terjadi perbuatan-perbuatan
asusila dilakukan oleh sesama remaja, perbuatan yang sangat tidak mencerminkan
seorang remaja yang seharusnya mencari jati diri untuk mempersiapkan masa
depan yang matang dan menjadi manusia dewasa susila yang bermoral.
Disinilah peran guru pembimbing benar-benar dipertaruhkan. Guru
sebagai pembuka jalan menuju cahaya hari depan, bukan tukang paksa. Guru
harus membukakan jalan pencerahan kepada mereka. Sudah saatnya guru
menunaikan tugasnya. Kewajiban guru tidak gugur setelah mengajar. Guru harus
menjadi contoh yang baik, dari segi akhlak ataupun norma-norma
kemasyarakatan. Guru dalam konteks pembelajaran wajib berinteraksi secara
batiniah dengan siswanya. Guru dituntut tahu permasalahan psikologis dan
problem setiap siswanya terutama Guru BK.
Pada tahun 2013/2014 Siswa di SMP Negeri 22 Kota jambi berjumlah 615
orang sedangkan guru BK hanya berjumlah 2 orang. Jumlah guru BK tersebut
sangat tidak seimbang dengan jumlah siswa yang seharusnya guru BK mengampu
150 orang siswa. Setidak-tidaknya jika siswa sebanyak 600 orang lebih, disekolah
tersebut harus mempunyai 4 Guru pembimbing. Agar efektifnya layanan yang
diberikan pada siswa dan semua siswa dapat merasakan manfaat dari bimbingan
konseling. Tahun ajaran 2014/2015 Guru BK di SMP 22 bertambah 1 orang,
sehingga menjadi 3 orang guru BK, diharapkan dengan bertambahnya guru BK
akan menjadi berita baik bagi siswa dalam membentuk perkembangannya.
Efektifnya layanan yang diberikan guru BK tergantung pada kompetensi guru BK
itu sendiri dalam mencapai tujuan perkembangan peserta didik. Tentunya guru
BK harus memiliki strategi, media dan metode dalam memberikan layanan
kepada peserta didik. Seringnya kita melihat di sekolah yang ada di indonesia,
bahwa banyak sekali siswa yang suka membolos, menganggu temannya saat
belajar, tidak mau masuk pada pelajaran tertentu, dan tidak dihargainya guru oleh
siswa pada saat mengajar, kemungkinan hal ini terjadi disebabkan guru yang tidak
bisa menguasai kelas, tidak bisa mengajak siswa untuk fokus dalam belajar dan
jenuhnya siswa dengan cara/ metode yang diajarkan oleh guru.
Oleh karena berperannya guru BK disekolah dalam membentuk
kepribadian siswa, peneliti merasa perlu melakukan tindakan dalam mengetahui
Persepsi siswa terhadap pelaksanaan penanaman nilai moral, maka dari itu
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap
Pelaksanaan Guru Pembimbing dalam Menanamkan Nilai Moral pada
Perkembangan Moral Siswa Di Smp Negeri 22 Kota Jambi”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
a. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap Metode yang digunakan guru
pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa
kelas VIII di SMP Negeri 22 Kota jambi
b. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap Media yang digunakan guru
pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa
kelas VIII di SMP Negeri 22 Kota Jambi
c. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap Bidang bimbingan dalam menanamkan
nilai moral pada perkembangan moral siswa kelas VIII di SMP Negeri 22 Kota
Jambi
d. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap Layanan BK yang digunakan dalam
menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa kelas VIII di SMP
Negeri 22 Kota Jambi
3. Pertanyaan Penelitian
a. Pada kualitas mana persepsi siswa terhadap metode yang digunakan guru
pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa
di SMP Negeri 22 Kota Jambi.
b. Pada kualitas mana persepsi siswa terhadap media yang digunakan guru
pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa
di SMP Negeri 22 Kota Jambi.
c. Pada kualitas mana persepsi siswa terhadap bidang bimbingan dalam
menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22
Kota Jambi.
d. Pada kualitas mana persepsi siswa terhadap layanan BK yang digunakan dalam
menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22
Kota Jambi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Persepsi
Proses stimulasi denghan cara tertentu mengambil kesimpulan dan
bereaksi. Pengambilan kesimpulan melalui proses stimulasi disebut persepsi
(Mar’at dan Kartono, 2010:9)
menurut Robbins dan Judge (2008:175),persepsi adalah “Preoses dimana
Individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna
memberikan arti bagi lingkungan mereka.”
Sugihartono, dkk (2007:8) mengemukakan bahwa persepsi adalah
kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi
manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi
negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung
pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan,
kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama,
maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda
antar individu satu dengan individu lain.
2. Bimbingan dan Konseling
Menurut Lefever dan MCDaniel dalam Prayitno dan Amti (2004:94)
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna
membantu perkembangan remaja dan dewasa atas kekuatannya dalam
menentukan dan mengarahkan kehidupannya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat
memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang
berarti pada masyarakat.
Menurut Shertzer dan Stone dalam Yusuf dan Nuhrisan (2006:6)
mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar
mampu memahami diri dan lingkungannya.
Pengertian konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari
bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai
dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah
konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”.
Walgito dalam Aqib (2012:29) mengemukakan bahwa konseling adalah
bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah
kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan
individu yang dihadapi untuk mencapai kesejateraan hidupnya
3. Moral
Moral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral adalah :
1) Baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
akhlak, budi pekerti, dan susila.
2) Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam
perbuatan.
3) Ajaran kesusilaan yang ditarik dari suatu cerita.
Istilah moral berasal dari kata latin “mos” (moris) yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/ nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas
merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau
prinsip-prinsip moral. Nilai moral itu, seperti (a) seruan untuk berbuat baik
kepada orang lain, memlihara ketertiban dan keamanan, memliahara kebersihan
dan memelihara hak orang lain, dan (b) larangan mencuri, berzina, membunuh,
meminum-minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral
apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung
tinggi oleh kelompok sosial. (Yusuf, 2006:132)
Moral dalam arti yang luas telah mencakup bagaimana hubungan dengan
Tuhan, hubungan sesama manusia dan hubungan dengan alam semesta. Orang
yang memiliki moral yang baik adalah yang mampu menyeimbangkan ketiga
hubungan di atas pada setiap temapat dan setiap waktu. Moral juga harus
dipandang sebagai suatu yang memiliki nilai otonom dan universal sehingga ia
dapat berlaku pada lintas waktu, lintas aktivitas dan lintas tempat. (Harahap,
2005:45)
4. Pelaksanaan Guru Pembimbing Dalam Menanamkan Nilai
Moral
Dalam materi Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling “Optimalisasi
Organisasi Profesi dalam Upaya Memantapkan peranan Guru Pembimbing dalam
Kurikulum 2013”, Wibowo (2013:6) menyatakan Guru BK/ Konselor diperlukan :
a. Mencegah terjadinya masalah siswa
b. Memandirikian siswa melalui pengambilan keputusan
1) Terkait memilih, menentukan, meraih serta mempertahankan karir
2) Untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera,
3) Serta menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum.
sebagai pelaksana utama kegiatan pelayanan BK disatuan pendidikan,
guru BK atau Konselor wajib menguasai spektrum pelayanan pada umumnya,
khususnya pelayanan profesional BK yang meliputi (wibowo, 2013:19) :
a. Pengertian, tujuan, prinsip, asas-asas, paradigma, visi dan misi
pelayanan BK
b. Bidang dan materi pelayanan BK termasuk didalamnya materi
pendidikan karakter dan arah peminatan siswa.
c. Jenis layanan, kegiatan pendukung dan format pelayanan BK
d. Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media pelayanan BK, termasuk
didalamnya pengubahan tingkah laku, penanaman nilai-nilai
karakter dan peminatan peserta didik.
Artinya guru BK dalam proses belajar mengajar/ memberikan layanan
kepada siswa tentunya harus menguasai dan menggunakan bebarapa metode
dalam mengajar, media pembelajaran, menguasai layanan BK dan bidang
bimbingan BK.
a. Penggunaan Metode
Proses pembelajaran ibarat pendorong atau kekuatan untuk meningkatkan
dan mengangkut muatan materi pembelajaran sampai ketujuan demi kepentingan
peserta didik agar materi pembelajaran itu dapat diproses dan diolah dengan
sebaik-baiknya, pendidikan perlu mengaplikasi berbagai pendekatan, metode dan
cara yang tepat agar materi pembelajaran dapat terjangkau, tekerjakan,
termanfaatkan secara efektif dan efisien oleh peserta didik. Pengaktifan daya
takwa, cipta, rasa, karsa, dan karya mendasari seluruh metode pembelajaran yang
digunakan pendidik bersama peserta didik.
Berikut bebarapa metode yang bisa digunakan dalam proses penanaman
nilai moral oleh guru pembimbing :
1) Metode Ceramah
2) Metode diskusi
3) Tanya Jawab.
4) Demonstrasi.
b. Penggunaan Media.
Kata media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. (Sadiman, 2011:6)
Secara umum kualifikasi media pembelajaran dikategorikan kedalam tiga
unsur pokok, yaitu audio, visual dan gerak. Klases membagi media pembelajaran
sebagai berikut : (1) Media visual, (2) media audio, (3) media display, (4)
pengalaman nyata dan simulasi, (5) media cetak, (6) belajar terprogram, (7)
pembelajaran melalui komputer atau sering dikenal CSI atai CBI. (Rusman,
2011:156).
c. Penggunaan Layanan BK
Guru Pembimbing dapat memberikan atau menanamkan nilai-nilai moral
pada siswa melalui layanan-layanan BK.
Adapun jenis layanan BK adalah: (Tohirin, 2007:141)
1) Layanan Orientasi
2) Layanan Informasi
3) Layanan penempatan dan penyaluran
4) Layanan penguasaan konten
5)Layanan konseling perorangan
6) Layanan bimbingan kelompok.
7) Layanan konseling kelompok
8) layanan konsultasi
9) Layanan mediasi
d. Bidang bimbingan BK
Pemberian layanan bimbingan konseling atau Penanaman nilai moral yang
dilakukan oleh guru pembimbing/BK melalui layanan-layanan BK mengacu pada
beberapa bidang bimbingan. Adapun bidang bidang bimbingan BK adalah :
1) Bidang bimbingan pribadi
2) Bidang bimbingan Sosial
3) Bidang Bimbingan Belajar
4) Bidang Bimbingan Karier
5) Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Berkeluarga
6) Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Beragama
III. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan tujuan untuk menggambarkan mengenai persepsi siswa terhadap peran
guru BK dalam menanamkan nilai moral di SMP Negeri 22 Kota Jambi dengan
menggunakan metode Kualitatif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persepsi siswa terhadap Metode yang digunakan guru pembimbing dalam
menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa di SMP Negeri 22 Kota
Jambi mempunyai persepsi yang sangat baik (92%) dengan bobot (92%) terhadap
Metode yang digunakan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral
pada perkembangan moral siswa. Metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan
demonstrasi yang digunakan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai
moral sangat efektif dan dapat diterima oleh sebagian besar siswa. Hal ini
mendiskripsikan bahwa guru pembimbing menggunakan mtode yang dapat
dimengerti dan dipahami siswa dalam proses menanamkan nilai-nilai moral di
SMP 22 Kota Jambi. Penerapan metode mengajar dengan nilai-nilai moral ini
diharapkan nantinya akan membentuk remaja-remaja dengan memiliki nilai moral
yang tinggi yang nantinya akan ikut memperbaiki nilai-nilai moral yang
menyimpang dan juga remaja-remaja yang memiliki kompetensi moral yang
tinggi. Diharapkan nantinya akan membentuk keluarga, lingkungan masyarakat,
negara yang menjalankan nilai-nilai moral yang ada.
2 Persepsi siswa terhadap media yang digunakan guru pembimbing dalam
menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai persepsi yang
baik (79%) dengan bobot (79%) terhadap media yang digunakan guru
pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada perkembangan moral
siswa. Hal ini mendiskripsikan bahwa guru pembimbing dapat memanfaatkan
media dalam proses penanaman nilai moral melalui layanan-layanan BK,
sehingga siswa dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang telah diberikan
guru BK melalui media tersebut. Namun agar lebih optimal, guru pembimbing
diharapkan mampu mengembangkan media yang lebih variatif.
Peran media dalam pembelajaran sangat signifikan, karena
media pembelajaran merupakan suatu bagian integral dari keseluruhan
proses pendidikan dalam semua program dan jenjang. Dalam proses pemberian
layanan BK media sebagai salah satu unsur yang menentukan, Karenanya seorang
guru BK profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi layanan yang
akan disampaikan kepada anak didiknya, akan tetapi juga harus mampu
memanfaatkan mengembangkan media pembelajaran, agar pencapaian potensi
yang dimiliki peserta didik akan sesuai dengan standar nilai kompetensi dan
tujuan yang harus dicapai.
3. Persepsi siswa terhadap bidang bimbingan dalam menanamkan nilai moral pada
perkembangan moral siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap bidang
bimbingan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa
berada pada kualitas baik (75%) dengan bobot 75%).
Penelitian ini mendiskripkan bahwa siswa mempunyai persepsi yang baik
terhadap bidang bimbingan dalam menanamkan nilai moral. Kendati demikian
masih banyak terdapat siswa yang belum mau mendengar dan mengaplikasikan
materi layanan tentang nilai moral yang diberikan guru pembimbing. Ini terlihat
pada (item 26) dibidang bimbingan sosial, bahwa 41 siswa dari 67 siswa atau
(61%) berpendapat bahwa siswa kurang menerapkan cara bergaul yang diberikan
oleh guru pembimbing. Kemudian juga terlihat pada (item 34) dibidang
bimbingan pribadi, yaitu 53 siswa dari 67 siswa atau (79%) setuju bahwa tidak
semua siswa mendengarkan layanan BK tentang baik buruk perbuatan yang
diberikan guru BK. Hal yang sama juga terlihat pada (item 37) dibidang
bimbingan belajar yaitu hampir semua siswa atau 64 siswa dari 67 siswa (95%)
mengatakan bahwa siswa tidak mendengarkan layanan yang diberikan guru BK
tentang disiplin belajar. Artinya sebagian siswa tidak mengaplikasikan materi
tentang nilai moral yang diberikan oleh guru BK.
Meskipun temuan penelitian menemukan baiknya kualitas persepsi siswa
terhadap peran guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada siswa
dibidang bimbingan BK, namun masih banyak sekali siswa yang tidak
mengaplikasikan nilai-nilai moral yang diberikan guru pembimbing dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui kondisi yang terjadi pada siswa yang
sebenarnya, perlu dilakukan perubahan dari angket ke observasi atau wawancara
dan perubahan metode penelitian dari deskrptif ke kuantitatif.
4. Persepsi siswa terhadap Layanan BK yang digunakan dalam menanamkan nilai
moral pada perkembangan moral siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap Layanan
BK yang digunakan dalam menanamkan nilai moral berada pada kualitas baik
(86%) dengan boot (86%). Hal ini mendiksripsikan bahwa guru pembimbing
menanamkan nilai moral dengan layanan BK dengan baik.
Kendati demikian meskipun secara umum kualitas persepsi siswa terhadap
layanan BK dalam menanamkan nilai moral pada kualitas baik, namun pada (item
56) bahwa 33 siswa (49%) berpendapat bahwa layanan penempatan dan
penyaluran membantu siswa yang hobi bekelahi, sedangkan 34 siswa (51%)
berpendapat bahwa layanan penempatan dan penyaluran tidak membantu siswa
yang hobi berkelahi. Kemungkinan kurang efektifnya layanan penempatan dan
penyaluran atau minimnya materi yang diberikan guru pembimbing dalam
memberikan informasi tentang bakat, wadah dan sarana bagi siswa terutama yang
sering berkelahi, sehingga siswa dapat menyalurkan serta menempatkan bakat dan
potensi mereka melalui sarana bela diri.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka
dapatlah ditarik kesimpulan yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu sebagai
berikut :
1. Persepsi siswa terhadap metode yang digunakan guru pembimbing dalam
menanamkan nilai moral pada kualitas sangat baik (92%). Hal ini
menunjukkan bahwa siswa mengerti dan memahami metode yang
digunakan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada
perembangan moral siswa, artinya metode ceramah, tanya jawab, diskusi
dan demonstrasi yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan
nilai moral sangat baik.
2. Persepsi siswa terhadap media yang digunakan guru pembimbing dalam
menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada
kualitas baik (79%). Hal ini menunjukkan bahwa media audio, visual,
audio-visual dan media cetak yang digunakan guru pembimbing dalam
proses penanaman nilai moral pada perkembangan moral siswa sudah baik.
3. Persepsi siswa terhadap bidang bimbingan dalam menanamkan nilai moral
pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (75%). Hal ini
menunjukkan bahwa guru pembimbing telah menanamkan nilai-nilai
moral pada perkembangan moral siswa dalam bidang bimbingan BK
dengan baik, namun terdapat beberapa masalah pada bidang bimbingan
seperti bidang keluarga, pribadi dan sosial, yaitu kurangnya kesadaran
siswa dalam mengaplikasikan apa yang telah diberikan guru pembimbing
pada bidang tersebut. Hal ini juga menyimpulkan bahwa guru pembimbing
harus bekerja sama dengan sekolah dan orang tua dalam menanamkan nilai
moral pada siswa.
4. Persepsi siswa terhadap layanan BK yang digunakan dalam menanamkan
nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik
(87%). Hal ini menunjukkan bahwa guru BK telah menanamkan nilai
moral pada siswa melalui layanan-layanan BK dengan baik, siswa juga
telah memahami dan mengerti apa yang telah disampaikan oleh konselor.
Namun khususnya pada layanan mediasi, diharapkan agar guru
pembimbing benar-benar memberi layanan yang maksimal agar siswa
dapat menyadari, mengetahui dan tidak mengulangi pertikaian dengan
temannya.
Jadi berdasarkan dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan
secara
umum bahwa persepsi siswa terhadap pelaksanaan guru
pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada perkembangan
moral siswa di SMP negeri 22 Kota jambi berada pada kualitas baik
(83%).
DAFTAR PUSTAKA
Adi, K. J. 2013. Esensial Konseling. Yogyakarta: PT Garuda Wacha.
Aqib, Z. 2012. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: PT
Yrama Widya.
Danim, S. 2010. Media komunikasi pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Djamarah. , S. Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Fitriyah, L. , M. Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Prestasi
Pustakarya.
Harahap, S. 2005. Penegakan Moral Akademik Di Dalam dan Di Luar Kampus.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://repository.uksw.edu/jspui/bitstream/123456789/3564/3/T1_132009042_BA
B%20II.pdf. Akses 01-12-2014
http://kbbi.web.id/moral. akses 07-02-2015
Luddin. 2010. Dasar-dasar Konseling. Bandung: PT.Cita pustaka Media Perintis.
Mar’at, S. , L. I. Kartono. 2010. Perilaku Manusia. Bandung: PT Refika
Aditama.
Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Rahmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi Edisi revisi. Bandung: PT Remaja
Kosda.
Robbins, S. P. , T. A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Rusman. 2011. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sadiman, A. dkk. 2011. Media pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sobur. 2011 .http://dr-suparyanto.blogspot.sg/2013/05/sekilas-tentangpersepsi.html. Akses 01-12-2014.
Sofyan, H. 2014. Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis
Peningkatannya. Jakarta: PT CV Infomedika.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Uny Press.
Sutja, A. dkk. 2014. Panduan Penulisan Skripsi. Jambi: Program Studi
Bimbingan Konseling.
Syah, M. 2010. Psikologi belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Pengembang Ilmu Pengetahuan FIP-UPI. 2009. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Jakarta: PT. Imperial Bhakti Utama.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling disekolah dan Madrasah. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Waidi. 2006. The Art Of Enginerring Your Mind for Succes. Jakarta: PT
Gramedia.
Wibowo, M. E. 2013. Optimalisasi Organisasi Profesi dalam Upaya
Memantapkan Peranan guru Pembimbing dalam Kurikulum 2013.
Makalah : disajikan pada Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling, Fkip
Universitas Jambi. Jambi 2 Nov.
Yusuf, S . , J. Nuhrisan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Download
Study collections