SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN GURU PEMBIMBING DALAM MENANAMKAN NILAI MORAL PADA PERKEMBANGAN MORAL SISWA DI SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Jambi OLEH : ZIKRIL AHMAD ERA1D010087 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2015 ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN GURU PEMBIMBING DALAM MENANAMKAN NILAI MORAL PADA PERKEMBANGAN MORAL SISWA DI SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI OLEH : ZIKRIL AHMAD ERAID010087 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2015 ABSTRAK Judul : Persepsi siswa terhadap pelaksanaan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota jambi. Nama : ZIKRIL AHMAD NIM : ERA1D010087 Dosen Pembimbing I : Dr. Drs. H. Hendra Sofyan, M.Psi Dosen Pembimbing II : Fadzlul, S.Psi, M.Psi, Psi Di indonesia telah terjadi dekadansi moral dikalangan remaja, salah satu bukti nyata bahwa moralitas remaja mengalami kemerosotan yang luar biasa adalah dengan semakin banyaknya kasus-kasus seperti kekerasan, berbicara kotor, melawan orang tua, tidak disiplin, membolos dalam belajar, dan lain-lain. hal tersebut disebabkan oleh hal-hal diluar sekolah. munculnya guru pembimbing (BK) menjadi penting untuk memajukan pendidikan negeri ini, guru BK bekerja untuk menangani dan menuntaskan problem siswa disekolah seperti siswa nakal, tak bisa diatur, dan menjadi pemicu keresahan. Masalahnya adalah efektifkah pelaksanaan layanan yang diberikan guru BK pada siswa. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul “Persepsi siswa terhadap pelaksanaan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota jambi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pelaksanaan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota Jambi. Batasan dan perntanyaan penelitian adalah bagaimanakah persepsi siswa terhadap metode yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral, media yang digunakan dalam pemberian layanan tentang moral, persepsi siswa terhadap peran guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada perkembangan moral siswa yang terkait dalam bidang bimbingan BK serta bagaimanakah persepsi siswa terhadap layanan yang diberikan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral di SMP Negeri 22 Kota Jambi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) persepsi siswa terhadap metode yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kuliatas sangat baik (92%), (2) persepsi siswa media yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (79%), (3). persepsi siswa terhadap bidang bimbingan dalam proses penanaman nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (75%), (4) persepsi siswa terhadap layanan yang digunakan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (87%). Disarankan agar guru bimbingan konseling dapat meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak terkait, seperti guru bidang studi, kepala sekolah, wali kelas dan orang tua siswa agar penanaman nilai moral pada siswa dapat terlaksana lebih maksimal. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Moral atau dalam kata lain disebut kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia dimasyarakat untuk melaksanakan perbuatanperbuatan yang baik dan benar. Jadi pendidikan moral ditujukan untuk memagari manusia dari melakukan perbuatan yang buru yang tidak sesuai dengan normanorma yang ada baik itu dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di indonesia sudah tidak menjadi rahasia lagi,bahwa sekarang ini telah terjadi dekadensi moral di kalangan remaja. Salah satu bukti nyata bahwa moralitas remaja mengalami kemerosotan yang luar biasa adalah dengan semakin banyaknya kasus-kasus perbuatan amoral yang dilakukan oleh anak-anak kita seperti tindakan kekerasan, perampokan, pembunuhan, pelecehan seksual, hingga minum-minuman keras dan penyalahgunaan narkoba atau perbuatan yang melanggar hukum lainnya. Dalam regulasinya, kedudukan konselor sebagai pendidik diatur dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I Pasal 1. Maka dari itu, sangat penting adanya guru konseling di sekolah, maupun lembaga pendidikan lainnya. munculnya guru BK menjadi penting untuk memajukan pendidikan di negeri ini. secara teknis, guru BK bekerja untuk menangani dan menuntaskan problem siswa di sekolah. Siswa nakal, tak bisa diatur, dan menjadi pemicu kerusahan akan diatasi oleh guru BK. SMP Negeri 22 Kota jambi adalah salah satu sekolah yang terletak di Kota Jambi Kecamatan Kota Baru Indah. Di SMP Negeri 22 ini masih banyak terdapat masalah-masalah siswa yang melenceng baik dari aturan tata tertib sekolah maupun dari norma-norma agama yang berlaku, salah satunya adalah kenakalan remaja. Seperti masih terdapat anak yang sering berkelahi dengan sesama temannya, anak yang sering berkata kotor, sering membolos pada jam belajar, siswa yang tidak menjaga hubungan baik dengan teman bahkan masih terdapat siswa yang tidak menghargai gurunya di sekolah. Mungkin tidak asing lagi saat ini kita mendengar khususnya di Indonesia, sering terjadi perbuatan-perbuatan asusila dilakukan oleh sesama remaja, perbuatan yang sangat tidak mencerminkan seorang remaja yang seharusnya mencari jati diri untuk mempersiapkan masa depan yang matang dan menjadi manusia dewasa susila yang bermoral. Disinilah peran guru pembimbing benar-benar dipertaruhkan. Guru sebagai pembuka jalan menuju cahaya hari depan, bukan tukang paksa. Guru harus membukakan jalan pencerahan kepada mereka. Sudah saatnya guru menunaikan tugasnya. Kewajiban guru tidak gugur setelah mengajar. Guru harus menjadi contoh yang baik, dari segi akhlak ataupun norma-norma kemasyarakatan. Guru dalam konteks pembelajaran wajib berinteraksi secara batiniah dengan siswanya. Guru dituntut tahu permasalahan psikologis dan problem setiap siswanya terutama Guru BK. Pada tahun 2013/2014 Siswa di SMP Negeri 22 Kota jambi berjumlah 615 orang sedangkan guru BK hanya berjumlah 2 orang. Jumlah guru BK tersebut sangat tidak seimbang dengan jumlah siswa yang seharusnya guru BK mengampu 150 orang siswa. Setidak-tidaknya jika siswa sebanyak 600 orang lebih, disekolah tersebut harus mempunyai 4 Guru pembimbing. Agar efektifnya layanan yang diberikan pada siswa dan semua siswa dapat merasakan manfaat dari bimbingan konseling. Tahun ajaran 2014/2015 Guru BK di SMP 22 bertambah 1 orang, sehingga menjadi 3 orang guru BK, diharapkan dengan bertambahnya guru BK akan menjadi berita baik bagi siswa dalam membentuk perkembangannya. Efektifnya layanan yang diberikan guru BK tergantung pada kompetensi guru BK itu sendiri dalam mencapai tujuan perkembangan peserta didik. Tentunya guru BK harus memiliki strategi, media dan metode dalam memberikan layanan kepada peserta didik. Seringnya kita melihat di sekolah yang ada di indonesia, bahwa banyak sekali siswa yang suka membolos, menganggu temannya saat belajar, tidak mau masuk pada pelajaran tertentu, dan tidak dihargainya guru oleh siswa pada saat mengajar, kemungkinan hal ini terjadi disebabkan guru yang tidak bisa menguasai kelas, tidak bisa mengajak siswa untuk fokus dalam belajar dan jenuhnya siswa dengan cara/ metode yang diajarkan oleh guru. Oleh karena berperannya guru BK disekolah dalam membentuk kepribadian siswa, peneliti merasa perlu melakukan tindakan dalam mengetahui Persepsi siswa terhadap pelaksanaan penanaman nilai moral, maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Guru Pembimbing dalam Menanamkan Nilai Moral pada Perkembangan Moral Siswa Di Smp Negeri 22 Kota Jambi”. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut : a. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap Metode yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa kelas VIII di SMP Negeri 22 Kota jambi b. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap Media yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa kelas VIII di SMP Negeri 22 Kota Jambi c. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap Bidang bimbingan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa kelas VIII di SMP Negeri 22 Kota Jambi d. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap Layanan BK yang digunakan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa kelas VIII di SMP Negeri 22 Kota Jambi 3. Pertanyaan Penelitian a. Pada kualitas mana persepsi siswa terhadap metode yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota Jambi. b. Pada kualitas mana persepsi siswa terhadap media yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota Jambi. c. Pada kualitas mana persepsi siswa terhadap bidang bimbingan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota Jambi. d. Pada kualitas mana persepsi siswa terhadap layanan BK yang digunakan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP Negeri 22 Kota Jambi. II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Persepsi Proses stimulasi denghan cara tertentu mengambil kesimpulan dan bereaksi. Pengambilan kesimpulan melalui proses stimulasi disebut persepsi (Mar’at dan Kartono, 2010:9) menurut Robbins dan Judge (2008:175),persepsi adalah “Preoses dimana Individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.” Sugihartono, dkk (2007:8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. 2. Bimbingan dan Konseling Menurut Lefever dan MCDaniel dalam Prayitno dan Amti (2004:94) Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu perkembangan remaja dan dewasa atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan kehidupannya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti pada masyarakat. Menurut Shertzer dan Stone dalam Yusuf dan Nuhrisan (2006:6) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Pengertian konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”. Walgito dalam Aqib (2012:29) mengemukakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejateraan hidupnya 3. Moral Moral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral adalah : 1) Baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila. 2) Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan. 3) Ajaran kesusilaan yang ditarik dari suatu cerita. Istilah moral berasal dari kata latin “mos” (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/ nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai moral itu, seperti (a) seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memlihara ketertiban dan keamanan, memliahara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan (b) larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosial. (Yusuf, 2006:132) Moral dalam arti yang luas telah mencakup bagaimana hubungan dengan Tuhan, hubungan sesama manusia dan hubungan dengan alam semesta. Orang yang memiliki moral yang baik adalah yang mampu menyeimbangkan ketiga hubungan di atas pada setiap temapat dan setiap waktu. Moral juga harus dipandang sebagai suatu yang memiliki nilai otonom dan universal sehingga ia dapat berlaku pada lintas waktu, lintas aktivitas dan lintas tempat. (Harahap, 2005:45) 4. Pelaksanaan Guru Pembimbing Dalam Menanamkan Nilai Moral Dalam materi Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling “Optimalisasi Organisasi Profesi dalam Upaya Memantapkan peranan Guru Pembimbing dalam Kurikulum 2013”, Wibowo (2013:6) menyatakan Guru BK/ Konselor diperlukan : a. Mencegah terjadinya masalah siswa b. Memandirikian siswa melalui pengambilan keputusan 1) Terkait memilih, menentukan, meraih serta mempertahankan karir 2) Untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, 3) Serta menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum. sebagai pelaksana utama kegiatan pelayanan BK disatuan pendidikan, guru BK atau Konselor wajib menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional BK yang meliputi (wibowo, 2013:19) : a. Pengertian, tujuan, prinsip, asas-asas, paradigma, visi dan misi pelayanan BK b. Bidang dan materi pelayanan BK termasuk didalamnya materi pendidikan karakter dan arah peminatan siswa. c. Jenis layanan, kegiatan pendukung dan format pelayanan BK d. Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media pelayanan BK, termasuk didalamnya pengubahan tingkah laku, penanaman nilai-nilai karakter dan peminatan peserta didik. Artinya guru BK dalam proses belajar mengajar/ memberikan layanan kepada siswa tentunya harus menguasai dan menggunakan bebarapa metode dalam mengajar, media pembelajaran, menguasai layanan BK dan bidang bimbingan BK. a. Penggunaan Metode Proses pembelajaran ibarat pendorong atau kekuatan untuk meningkatkan dan mengangkut muatan materi pembelajaran sampai ketujuan demi kepentingan peserta didik agar materi pembelajaran itu dapat diproses dan diolah dengan sebaik-baiknya, pendidikan perlu mengaplikasi berbagai pendekatan, metode dan cara yang tepat agar materi pembelajaran dapat terjangkau, tekerjakan, termanfaatkan secara efektif dan efisien oleh peserta didik. Pengaktifan daya takwa, cipta, rasa, karsa, dan karya mendasari seluruh metode pembelajaran yang digunakan pendidik bersama peserta didik. Berikut bebarapa metode yang bisa digunakan dalam proses penanaman nilai moral oleh guru pembimbing : 1) Metode Ceramah 2) Metode diskusi 3) Tanya Jawab. 4) Demonstrasi. b. Penggunaan Media. Kata media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. (Sadiman, 2011:6) Secara umum kualifikasi media pembelajaran dikategorikan kedalam tiga unsur pokok, yaitu audio, visual dan gerak. Klases membagi media pembelajaran sebagai berikut : (1) Media visual, (2) media audio, (3) media display, (4) pengalaman nyata dan simulasi, (5) media cetak, (6) belajar terprogram, (7) pembelajaran melalui komputer atau sering dikenal CSI atai CBI. (Rusman, 2011:156). c. Penggunaan Layanan BK Guru Pembimbing dapat memberikan atau menanamkan nilai-nilai moral pada siswa melalui layanan-layanan BK. Adapun jenis layanan BK adalah: (Tohirin, 2007:141) 1) Layanan Orientasi 2) Layanan Informasi 3) Layanan penempatan dan penyaluran 4) Layanan penguasaan konten 5)Layanan konseling perorangan 6) Layanan bimbingan kelompok. 7) Layanan konseling kelompok 8) layanan konsultasi 9) Layanan mediasi d. Bidang bimbingan BK Pemberian layanan bimbingan konseling atau Penanaman nilai moral yang dilakukan oleh guru pembimbing/BK melalui layanan-layanan BK mengacu pada beberapa bidang bimbingan. Adapun bidang bidang bimbingan BK adalah : 1) Bidang bimbingan pribadi 2) Bidang bimbingan Sosial 3) Bidang Bimbingan Belajar 4) Bidang Bimbingan Karier 5) Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Berkeluarga 6) Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Beragama III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan mengenai persepsi siswa terhadap peran guru BK dalam menanamkan nilai moral di SMP Negeri 22 Kota Jambi dengan menggunakan metode Kualitatif. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Persepsi siswa terhadap Metode yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa di SMP Negeri 22 Kota Jambi mempunyai persepsi yang sangat baik (92%) dengan bobot (92%) terhadap Metode yang digunakan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada perkembangan moral siswa. Metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan demonstrasi yang digunakan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral sangat efektif dan dapat diterima oleh sebagian besar siswa. Hal ini mendiskripsikan bahwa guru pembimbing menggunakan mtode yang dapat dimengerti dan dipahami siswa dalam proses menanamkan nilai-nilai moral di SMP 22 Kota Jambi. Penerapan metode mengajar dengan nilai-nilai moral ini diharapkan nantinya akan membentuk remaja-remaja dengan memiliki nilai moral yang tinggi yang nantinya akan ikut memperbaiki nilai-nilai moral yang menyimpang dan juga remaja-remaja yang memiliki kompetensi moral yang tinggi. Diharapkan nantinya akan membentuk keluarga, lingkungan masyarakat, negara yang menjalankan nilai-nilai moral yang ada. 2 Persepsi siswa terhadap media yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai persepsi yang baik (79%) dengan bobot (79%) terhadap media yang digunakan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada perkembangan moral siswa. Hal ini mendiskripsikan bahwa guru pembimbing dapat memanfaatkan media dalam proses penanaman nilai moral melalui layanan-layanan BK, sehingga siswa dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang telah diberikan guru BK melalui media tersebut. Namun agar lebih optimal, guru pembimbing diharapkan mampu mengembangkan media yang lebih variatif. Peran media dalam pembelajaran sangat signifikan, karena media pembelajaran merupakan suatu bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan dalam semua program dan jenjang. Dalam proses pemberian layanan BK media sebagai salah satu unsur yang menentukan, Karenanya seorang guru BK profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi layanan yang akan disampaikan kepada anak didiknya, akan tetapi juga harus mampu memanfaatkan mengembangkan media pembelajaran, agar pencapaian potensi yang dimiliki peserta didik akan sesuai dengan standar nilai kompetensi dan tujuan yang harus dicapai. 3. Persepsi siswa terhadap bidang bimbingan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap bidang bimbingan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (75%) dengan bobot 75%). Penelitian ini mendiskripkan bahwa siswa mempunyai persepsi yang baik terhadap bidang bimbingan dalam menanamkan nilai moral. Kendati demikian masih banyak terdapat siswa yang belum mau mendengar dan mengaplikasikan materi layanan tentang nilai moral yang diberikan guru pembimbing. Ini terlihat pada (item 26) dibidang bimbingan sosial, bahwa 41 siswa dari 67 siswa atau (61%) berpendapat bahwa siswa kurang menerapkan cara bergaul yang diberikan oleh guru pembimbing. Kemudian juga terlihat pada (item 34) dibidang bimbingan pribadi, yaitu 53 siswa dari 67 siswa atau (79%) setuju bahwa tidak semua siswa mendengarkan layanan BK tentang baik buruk perbuatan yang diberikan guru BK. Hal yang sama juga terlihat pada (item 37) dibidang bimbingan belajar yaitu hampir semua siswa atau 64 siswa dari 67 siswa (95%) mengatakan bahwa siswa tidak mendengarkan layanan yang diberikan guru BK tentang disiplin belajar. Artinya sebagian siswa tidak mengaplikasikan materi tentang nilai moral yang diberikan oleh guru BK. Meskipun temuan penelitian menemukan baiknya kualitas persepsi siswa terhadap peran guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada siswa dibidang bimbingan BK, namun masih banyak sekali siswa yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai moral yang diberikan guru pembimbing dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui kondisi yang terjadi pada siswa yang sebenarnya, perlu dilakukan perubahan dari angket ke observasi atau wawancara dan perubahan metode penelitian dari deskrptif ke kuantitatif. 4. Persepsi siswa terhadap Layanan BK yang digunakan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap Layanan BK yang digunakan dalam menanamkan nilai moral berada pada kualitas baik (86%) dengan boot (86%). Hal ini mendiksripsikan bahwa guru pembimbing menanamkan nilai moral dengan layanan BK dengan baik. Kendati demikian meskipun secara umum kualitas persepsi siswa terhadap layanan BK dalam menanamkan nilai moral pada kualitas baik, namun pada (item 56) bahwa 33 siswa (49%) berpendapat bahwa layanan penempatan dan penyaluran membantu siswa yang hobi bekelahi, sedangkan 34 siswa (51%) berpendapat bahwa layanan penempatan dan penyaluran tidak membantu siswa yang hobi berkelahi. Kemungkinan kurang efektifnya layanan penempatan dan penyaluran atau minimnya materi yang diberikan guru pembimbing dalam memberikan informasi tentang bakat, wadah dan sarana bagi siswa terutama yang sering berkelahi, sehingga siswa dapat menyalurkan serta menempatkan bakat dan potensi mereka melalui sarana bela diri. V. KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapatlah ditarik kesimpulan yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Persepsi siswa terhadap metode yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada kualitas sangat baik (92%). Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengerti dan memahami metode yang digunakan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada perembangan moral siswa, artinya metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan demonstrasi yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral sangat baik. 2. Persepsi siswa terhadap media yang digunakan guru pembimbing dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (79%). Hal ini menunjukkan bahwa media audio, visual, audio-visual dan media cetak yang digunakan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada perkembangan moral siswa sudah baik. 3. Persepsi siswa terhadap bidang bimbingan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (75%). Hal ini menunjukkan bahwa guru pembimbing telah menanamkan nilai-nilai moral pada perkembangan moral siswa dalam bidang bimbingan BK dengan baik, namun terdapat beberapa masalah pada bidang bimbingan seperti bidang keluarga, pribadi dan sosial, yaitu kurangnya kesadaran siswa dalam mengaplikasikan apa yang telah diberikan guru pembimbing pada bidang tersebut. Hal ini juga menyimpulkan bahwa guru pembimbing harus bekerja sama dengan sekolah dan orang tua dalam menanamkan nilai moral pada siswa. 4. Persepsi siswa terhadap layanan BK yang digunakan dalam menanamkan nilai moral pada perkembangan moral siswa berada pada kualitas baik (87%). Hal ini menunjukkan bahwa guru BK telah menanamkan nilai moral pada siswa melalui layanan-layanan BK dengan baik, siswa juga telah memahami dan mengerti apa yang telah disampaikan oleh konselor. Namun khususnya pada layanan mediasi, diharapkan agar guru pembimbing benar-benar memberi layanan yang maksimal agar siswa dapat menyadari, mengetahui dan tidak mengulangi pertikaian dengan temannya. Jadi berdasarkan dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan secara umum bahwa persepsi siswa terhadap pelaksanaan guru pembimbing dalam proses penanaman nilai moral pada perkembangan moral siswa di SMP negeri 22 Kota jambi berada pada kualitas baik (83%). DAFTAR PUSTAKA Adi, K. J. 2013. Esensial Konseling. Yogyakarta: PT Garuda Wacha. Aqib, Z. 2012. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: PT Yrama Widya. Danim, S. 2010. Media komunikasi pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Djamarah. , S. Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Fitriyah, L. , M. Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Harahap, S. 2005. Penegakan Moral Akademik Di Dalam dan Di Luar Kampus. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. http://repository.uksw.edu/jspui/bitstream/123456789/3564/3/T1_132009042_BA B%20II.pdf. Akses 01-12-2014 http://kbbi.web.id/moral. akses 07-02-2015 Luddin. 2010. Dasar-dasar Konseling. Bandung: PT.Cita pustaka Media Perintis. Mar’at, S. , L. I. Kartono. 2010. Perilaku Manusia. Bandung: PT Refika Aditama. Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rahmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi Edisi revisi. Bandung: PT Remaja Kosda. Robbins, S. P. , T. A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Rusman. 2011. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sadiman, A. dkk. 2011. Media pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sobur. 2011 .http://dr-suparyanto.blogspot.sg/2013/05/sekilas-tentangpersepsi.html. Akses 01-12-2014. Sofyan, H. 2014. Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis Peningkatannya. Jakarta: PT CV Infomedika. Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Uny Press. Sutja, A. dkk. 2014. Panduan Penulisan Skripsi. Jambi: Program Studi Bimbingan Konseling. Syah, M. 2010. Psikologi belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tim Pengembang Ilmu Pengetahuan FIP-UPI. 2009. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT. Imperial Bhakti Utama. Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling disekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Waidi. 2006. The Art Of Enginerring Your Mind for Succes. Jakarta: PT Gramedia. Wibowo, M. E. 2013. Optimalisasi Organisasi Profesi dalam Upaya Memantapkan Peranan guru Pembimbing dalam Kurikulum 2013. Makalah : disajikan pada Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling, Fkip Universitas Jambi. Jambi 2 Nov. Yusuf, S . , J. Nuhrisan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.