CIRI MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP PARASITOID Brachymeria sp

advertisement
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Parasitoid adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada
atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nektar
dan embun madu sebagai makanannya. Serangga yang diparasit atau inangnya
akhirnya mati ketika parasitoid menyelesaikan perkembangan pradewasanya.
Parasitoid biasanya berukuran lebih kecil daripada inangnya.
Musuh alami, seperti parasitoid sering digunakan untuk mengendalikan
hama. Pengendalian hayati ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan cara kimia, antara lain tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Siklus
hidup parasitoid yang lebih pendek dibandingkan inangnya dapat menekan laju
pertumbuhan inangnya (Wanta 2003).
Salah satu famili dari ordo Hymenoptera yang dapat digunakan sebagai
pengendali hama adalah famili Chalcididae. Famili ini terdiri dari bermacam
macam genus, dan salah satunya adalah Brachymeria. Brachymeria sp. dapat
dijadikan sebagai pengendali hayati terhadap hama-hama terutama dari ordo
Lepidotera dan ordo Diptera dengan teknik pengendalian secara konservasi.
Eksplorasi parasitoid Brachymeria sp. untuk mengendalikan hama terutama dari
ordo Lepidoptera dapat dilakukan pada stadia pupa, dimana hama atau inang
sedang berkembang menjadi pupa, sedangkan pada ordo Diptera dilakukan pada
stadia larva instar akhir (Goulet & Huber 1993).
Indonesia memiliki beberapa species Brachymeria, diantaranya adalah
Brachymeria lasus Walker dan Brachymeria trachis Crawford yang menyebar di
seluruh pulau Jawa, Sumatra dan di berbagai daerah lainnya. Saat ini parasitoid B.
lasus dan B. trachis mulai dimanfaatkan sebagai pengendali hama terutama dari
kelompok Lepidoptera, meskipun terkadang parasitoid tersebut juga menyerang
Hymenoptera (Erniwati& Rosichon 2011).
Brachymeria lasus dan Brachymeria trachis biasanya memarasit ulat
penggulung daun pisang Erionota thrax Linnaeus (Lepidoptera: Hesperiidae) pada
stadia pupa. Perbedaan yang mendasar antara B. lasus dan B. trachis adalah tanda
kuning pada bagian tungkainya, B. lasus mempunyai femur yang membesar
2
dengan bagian apical bewarna kuning, tibia belakang bewarna krem-kekuningan,
sedangkan B. trachis mempunyai femur yang membesar dengan sedikit apical
bewarna kuning dan tibia belakang bewarna hitam (Erniwati & Rosichon 2011).
B. lasus dapat dijadikan sebagai pengendali hayati dengan teknik
pengendalian secara konservasi terhadap hama-hama terutama dari ordo
Lepidoptera. Ekplorasi parasitoid B. lasus dapat dilakukan pada stadia pupa,
dimana hama atau inangnya sedang berkembang menjadi pupa. Teknik
pengembangan B. lasus sangat praktis dan ekonomis melihat inangnya yang
mudah ditemukan di sekitar kita seperti ulat penggulung daun pisang E. thrax.
Pengembangan parasitoid ini tidak membutuhkan tenaga yang banyak karena
tidak memerlukan perlakuan khusus dalam pemeliharaannya.
Pemanfaatan parasitoid B. lasus untuk mengendalikan ulat penggulung
daun pisang memerlukan informasi dasar mengenai biologi dan ekologi
parasitoid. Ciri morfologi, siklus hidup, dan perilaku parasitoid sangat penting,
namun masih belum banyak diteliti. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai biologi parasitoid B. lasus.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari beberapa aspek biologi
parasitoid Brachymeria lasus seperti siklus hidup, ciri morfologi dan perilakunya.
Manfaat
Informasi tentang biologi parasitoid Brachymeria lasus yang diperoleh
dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan strategi
pemanfaatan parasitoid Brachymeria lasus sebagai agen pengendalian hama
tanaman.
Download