SERANGGA DAN SERANGGA MUSUH ALAMI YANG BERASOSIASI PADA TUMBUHAN LIAR DOMINAN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT S. Asikin Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail : ABSTRAK Serangga merupakan makhluk yang paling banyak menghuni permukaan bumi ada yang hidup di air, tanah dan tanaman. Serangga ada yang bersifat merugikan manusia yang disebut dengan hama dan ada yang menguntungkan bagi manusia seperti hama penyerbuk, parasitoid dan predator. Umumnya hama maupun serangga yang menguntungkan mempunyai tempat berlindung atau inang alternatif. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga yang berasosiasi pada tumbuhan liar dominan di lahan rawa pasang surut. Hasil penelitian Balittra (Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa), bahwa di lahan rawa pasang surut cukup beraneka ragam serangga yang ditemukan pada padi maupun pada inang alternatif lainnya yang tumbuh dominan seperti rumput purun tikus (Eleocharis dulcis), rumput bulu babi (Eleocharis retroflata), kelakai (Stenochiaena palutris), perupuk (Phragmites karka), rumput bundung (Scirpus grosus), rumput purun kudung (Lepironea articulata), banta (Leersia hexandra) dan kumpai bura-bura (Panicum refens). Serangga yang ditemukan pada gulma-gulma yang dominan tersebut antara lain yaitu jenis serangga hama adalah jenis wereng, hama putih palsu, kepik, jenis belalang perusak daun dan penggerek batang padi. Jenis serangga yang menguntungkan antara lain jenis parasitoid yaitu ordo Hymenoptera (Telenomus rowani, Tetrastichus schoenobii, Trichogramma sp, Elasmus sp), ordo Deptera (Pipunculus mutillatus), dan beberapa jenis parasitoid lainnya. Jenis predator antara lain Ordo Arachnida (Tetragnatha japonica, T. mandibulata, T. maxillosa, Lycosa pseodoannulata, Agriope sp., Oxyopes sp.) Coleaoptera (Paederus sp., Ophionea indica, O. ishii-ishii), Odonata (Orthetrum Sabina-sabina, Ischnura senegalensis, Agriocnemis femina femina), Orthoptera (Conoepalus longipenis), Diptera (Anatrichus pygmaeus) dan Hymenoptera. Oleh karena itu gulma-gulma tersebut harus dipertahankan keberadaannya sebatas untuk keperluan konservasi musuh alami. Kata kunci : Serangga, musuh alami, asosiasi, tumbuhan liar, pasang surut. Pendahuluan Serangga merupakan kelas terbesar dari filum artropoda dan makhluk yang paling banyak menghuni permukaan bumi ini ada yang hidup di air, tanah dan tanaman. Sebagian besar dari kelas serangga tersebut ada yang bersifat merugikan manusia yang disebut dengan hama dan ada yang menguntungkan seperti hama penyerbuk, penghasil madu, penghasil benag sutera, sebagai sumber bahan makanan, parasitoid dan predator. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 385 Sebagian besar serangga berasosiasi dengan tumbuhan, karena tumbuhan merupakan sumber bahan makanan atau tempat untuk berlindung/habitat. Menurut Tjitrosoepomo (1989) dalam Siswanto dan Trisawa (2001), setiap jenis tanaman memiliki daya tarik yang berbeda terhadap serangga. Serangga umumnya datang mengunjungi bunga karena tertarik oleh bau atau warna untuk mendapatkan makanan. Bunga adalah bagian tumbuhan yang paling menarik bagi serangga karena bau atau warnanya dan mendapatkan makanannya, namun seringkali mempunyai bentuk khas sehingga serangga yang mampu memanfaatkannya hanya jenis tertentu saja. Jenis flora dan fauna yang ditemukan di lahan pasang surut sangat bervariasi, mungkin lebih dari 1.000 jenis tumbuhan/serangga. Menurut Budiman et al., (1988), bahwa di lahan pasang surut Kalimantan Selatan dan Tengah ditemukan beberapa jenis gulma yang teridentifikasi yaitu terdiri dari 181 genera dalam 51 famili, golongan berdaun lebar 110 spesies, rumput 40 spesies dan teki 31 spesies. Vegetasi gulma yang tumbuh dominan adalah rumput purun tikus (Eleocharis dulcis), rumput bulu babi (Eleocharis retroflata), kelakai (Stenochiaena palutris), perupuk (Phragmites karka), rumput bundung (Scirpus grosus), rumput purun kudung (Lepironea articulata), banta (Leersia hexandra) dan kumpai bura-bura (Panicum refens). Beberapa jenis gulma atau tumbuhan yang telah disebutkan di atas ada yang berfungsi sebagai inang alternatif hama dan sebagai tempat berlindungnya/habitat dari musuh-musuh alami. Misalnya tumbuhan purun tikus merupakan tanaman perangkap bagi penggerek batang padi dalam meletakkan telurnya dan berperan sebagai habitat/perumahan bagi beberapa jenis musuh alami. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan liar atau gulma rawa tersebut merupakan salah satu komponen PHT. Menurut Asikin et al., (2001), bahwa pada rumput purun tikus (E. dulcis) banyak ditemukan jenis musuh alami antara lain jenis parasitoid (Telenomus rowani, Tetrastichus schoenobii dan Trichogramma sp. dan jenis predator yaitu dari Ordo Arachnida, Coleoptera, Diptera, Orthoptera, Odona, Hemiptera, jenis semut hitam dan disamping itu pula ditemukan jenis hama yaitu penggerek batang padi, belalang hijau dan wereng putih (Covana spectra). Makalah ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga yang berasosiasi pada tumbuhan liar dominan di lahan rawa pasang surut. Gulma/Tumbuhan Liar Rawa Pasang Surut Beberapa jenis gulma dari gulma berdaun lebar, jenis rumput-rumputan dan teki banyak dijumpai ii lahan rawa pasang surut. Menurut Budiman et al. (1986), melaporkan bahwa hasil observasi gulma di Kalimantan atau gulma yang dikoleksi di Balittra kurang lebih 550 spesimen gulma yang terdiri dari 55 famili, 132 genera dan 335 spesies yang teridentifikasi kurang lebih 208 spesies. Jumlah tersebut hampir 80 ditemukan pada lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan dan Tengah. Menurut Budiman et al., (1988), di lahan pasang surut Kalimantan Selatan dan Tengah ditemukan beberapa jenis gulma yang teridentifikasi yaitu terdiri dari 181 genera dalam 51 famili, golongan berdaun lebar 110 spesies, rumput 40 spesies dan teki 31 spesies. Vegetasi gulma yang tumbuh dominan adalah rumput purun tikus (Eleocharis dulcis), rumput bulu babi (Eleocharis retroflata), kelakai (Stenochiaena palutris), perupuk (Phragmites karka), rumput bundung (Scirpus grosus), rumput purun kudung (Lepironea articulata), banta (Leersia hexandra) dan kumpai bura-bura (Panicum refens). Hasil penelitian terhadap preferensi peletakan telur penggerek batang padi dijumpai 5 jenis tumbuhan/gulma yang disenangi oleh penggrek dalam meletakkan telurnya yaitu rumput S. Asikin : Serangga dan serangga musuh alami | 386 purun tikus (Eleocharis dulcis), kelakai (Stenochiaena palutris), perupuk (Phragmites karka), rumput bundung (Scirpus grosus), rumput purun kudung (Lepironea articulata) selain gulma-gulma tersebut kumpai bura-bura (Panicun refens) juga merupakan rumputan tempat persinggahan bagi imago setelah meletakkan telurnya pada gulma-gulma tersebut Hasil dan Pembahasan Keanekaragaman Serangga dan Konservasi Musuh Alami Vegetasi gulma yang tumbuh dominan di lahan rawa pasang surut adalah jenis rumput purun tikus (Eleocharis dulcis), rumput bulu babi (Eleocharis retroflata), kelakai (Stenochiaena palutris), perupuk (Phragmites karka), rumput bundung (Scirpus grosus), rumput purun kudung (Lepironea articulata), banta (Leersia hexandra) tambura (Ageratum conyzoides) dan kumpai bura-bura (Panicum refens). Gulma-gulma tersebut ada yang bermanfaat sebagai tanaman perangkap khususnya penggerek batang padi dan tempat hidupnya bagi serangga lainnya seperti predator dan parasitoid. Serangga yang paling sering dijumpai pada masing-masing gulma tersebut adalah dari ordo Arachnida atau jenis laba-laba, ordo coleoptera atau jenis kumbang karabit, ordo odonata capung jarum, ordo orthoptera jenis belalang dan ordo Hemiptera sebagai parasitoid. Kehadiran serangga hama pada tumbuhan/gulma tersebut berkaitan dengan kebutuhan makanan, yang ditandai dengan adanya kerusakan pada bagian tanaman/tumbuhan tersebut. Kehadiran serangga musuh alami (predator dan parasitoid) tidak berhubungan langsung dengan tanamannya atau serangga tetapi dengan seranggaserangga lain yang merupakan mangsa. Parasitoid biasanya mempunyai inang yang spesifik, sedangkan predator mempunyai mangsa dengan kisaran yang luas sehingga dapat dijumpai pada banyak tanaman. Hampir dari semua jenis tumbuhan/gulma dominan rawa pasang surut dijumpai adanya jenis hama belalang (Tabel 1 dan 2). Hama belalang ini pada umumnya makan bagian daun dan batang dibeberapa jenis tanaman, baik pada tanaman padi maupun jenis gulma. Menurut Kalshoven (1981) berbagai jenis rumput merupakan inang utama bagi jenis belalang, kemungkinan karena sifatnya yang polifag. Menurut Papaj dan Rausher (1983) dalam Siswanto dan Trisawa (2001), seleksi atau asosiasi serangga terhadap inangnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu (1) keragaman genetic yang menentukan keterpilihan atau pertahanan spesifik inang , dan (2) kemampuan serangga untuk bertahan pada suatu tipe inang dan kecenderungan untuk memilih tipe tersebut. Beberapa jenis rumputan tersebut di atas hanya lima jenis rumputan yang disenangi oleh penggerek batang padi meletakkan telurnya yaitu rumput purun tikus (Eleocharis dulcis), kelakai (Stenochiaena palutris), perupuk (Phragmites karka), rumput bundung (Scirpus grosus), dan rumput purun kudung (Lepironea articulata). Tetapi dari kelima jenis rumputan tersebut yang paling disenangi dan paling banyak ditemukan kelompok telurnya hanya pada rumput purun tikus (Asikin dan Thamrin., 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva penggerek batang padi putih mampu menyelesaikan siklus hidupnya sampai menjadi imago pada rumput/tumbuhan purun tikus tersebut (Djahab et al., 2000). Dengan demikian rumput purun tikus tersebut berfungsi sebagai inang alternatif bagi penggerek batang padi dan disamping itu pula berfungsi sebagai perumahan/habitat bagi musuh-musuh alaminya. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 387 Gulma lainnya seperti kumpai bura-bura (Panicum refens), ditemukan adanya imago penggerek batang padi putih dan beberapa jenis serangga lainnya antara lain predator T. mandibulata dan Lycosa sp., kumbang karabit dan beberapa jenis capung. Walaupun cukup banyak didapatkan imago penggerek batang padi putih pada gulma tersebut tetapi hampir tidak ditemukan adanya kelompok telur pengerek batang. Dengan demikian rumput burabura tersebut merupakan tempat persinggahan imago penggerek batang padi setelah meletakkan telurnya pada rumput purun tikus. Hasil pengamatan terhadap keanekaragaman serangga pada gulma dominan di lahan rawa pasang surut tersebut cukup bervariasi jenisnya (Tabel 1 dan 2). Kesenangan serangga-serangga tersebut tertarik dan hidup pada gulma-gulma mungkin disebabkan oleh adanya makanan yang tersedia bagi kelangsungan hidupnya atau juga tertarik akan bau-bauan yang dikeluarkan oleh tanaman tersebut. Menurut Sunjaya (1970), bahwa pada umumnya serangga tertarik dengan bau-bauan yang dikeluarkan oleh tanaman itu terutama pada bunga maupun buah. Menurut Seigber (1983) adanya kandungan kelompok senyawa lipida yang bersifat mudah menguap yang berfungsi sebagai alomon seperti senyawa ester keton dan hidrokarbon akan mempengaruhi dipilihnya tanaman sebagai inang oleh serangga. Adapun jenis serangga yang ditemukan pada beberapa gulma dominan di lahan rawa pasang surut tersebut (Tabel 1 dan 2). Tabel 1. Jenis serangga pada gulma teki di lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan dan Tengah Jenis gulma Purun tikus (E. dulcis) Jenis serangga T. innotata Covana sp Nizara sp Oxya sp Valanga sp Tetragnatha mandibulata Lycosa sp Methioche sp Oxyopes sp Agripe sp Paederus forcipes Ophionea ishii ishii Hapalochrus sp Micraspis sp Verania lieata Agriocnemis femina femina Orthetrum Sabina sabina Conocephalus longipennis Solenopsis geminatan Pipunculus sp Telenomous rowani Tetrastichus schonobii Bracon chinensis Elasmus sp Itoplectri marangne Triango liper Trichogramma sp Keterangan +++ + + +++ ++ +++ +++ ++ ++ ++ ++ + + ++ + ++ + + + ++ +++ ++ + + + + + S. Asikin : Serangga dan serangga musuh alami | 388 Lanjutan Tabel 1. Jenis serangga pada gulma teki Jenis gulma Purun kudung (Leperonea artuculata Jenis serangga T. innotata Covana sp Oxya sp Tetragnatha mandibulata Lycosa sp Oxyopes sp Agriope sp Paederus forcipes Ophionea ishii ishii Hapalochrus sp Micraspis sp Verania lieata Agriocnemis femina femina Orthetrum Sabina sabina Conocephalus longipens Solenopsis geminatan Pipunculus sp Telenomous rowani Tetrastichus schonobii Trchogramma sp Elasmus sp Itoplectri marangne Triango liper Bundung (Scirpus grosus) Oxya sp Valanga sp Tetragnatha mandibulata Methioche sp Capung T. innotata Telenomous rowani Tetrastichus schonobii Micraspis sp Valanga sp Lycosa sp Hemiptera Lalat diptera Keterangan ++ + ++ ++ ++ + + + + + ++ + ++ ++ + + + ++ + + + + + +++ + +++ + ++ ++ ++ + + + ++ + ++ Sumber : Asikin dan Thamrin (2001) Ket : +++ Banyak, ++ Sedang + Sedikit Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 389 Tabel 2. Keanekaragama serangga pada gulma lainnya di lahan pasang surut Jenis gulma Kelakai (Stenochlaena palutris) Jenis serangga Scirpophaga innotata Lycosa sp Micraspis sp Apanteles sp Phidipus sp Conocephalus longipennis Leptocorisa sp Oxya sp Coleoptera Semut hitam Telenomous rowani Keterangan ++ ++ + ++ + + ++ ++ +++ ++ ++ Perupuk (Phragmites karka) Conocephalus longipennis Telenomous rowani Scirpohaga innotata Micraspis sp Asgriocnemis femina femina Nezara sp Phidipus sp Tetragnatha mandibulata Oxyopes sp Lycosa sp Coleoptera Semut hitam Oxya sp + ++ ++ + ++ ++ + +++ ++ ++ ++ ++ ++ Bura-bura (P. refens) Micraspis sp Conocephalus longipennis Methioce sp Lalat Oxya sp Tetragnatha mandibulata Phidipus sp Leptecorisa sp Pipunculus sp Nezara sp Apanteles sp Hemiptera S. innotata + + + ++ ++ ++ + ++ + + ++ ++ ++ S. Asikin : Serangga dan serangga musuh alami | 390 Lanjutan Tabel 2. Keanekaragama serangga pada gulma lainnya Jenis gulma Jenis serangga Keterangan Banta (Leersia hexandra) Nephotettix spp Faederus sp Covana sp Tetragnatha mandibulata Lycosa sp Oxya sp Ophionea sp Hemiptera Conocephalus longipennis Hama putih palsu +++ ++ ++ ++ ++ +++ + + + ++ Sumber : Asikin dan Thamrin (2001) Ket : +++ Banyak, ++ Sedang, + Sedikin Untuk memelihara musuh alami khususnya parasitoid supaya selalu ada di ekosistem semi alami ditawarkan teknologi “Perumahan musuh alami” atau habitat musuh alami dengan memelihara gulma di lahan bukan sawah atau bagian sawah pada daerah yang bukan explosif tikus. DeBach (1974) menyatakan bahwa konservasi yang efektif musuh alami yang sudah menetap mutlak perlu jika pengendalian hayati itu diharapkan bekerja berkelanjutan. Konservasi menyangkut manipulasi lingkungan yang menguntungkan kehidupan musuh alami, yaitu meniadakan atau setidaknya mengurangi factor-faktor yang merugikan, dan atau menyediakan factor-faktor yang diperlukan. Van den Bosch dan Telford (1964) menyatakan bahwa habitat musuh alami selain mengandung mangsa atau inang, juga harus memenuhi kebutuhan lain musuh alami itu. Hasil pengamatan dari beberapa jenis gulma atau rumputan tersebut di atas pada umumnya bersifat inang atau habitat bagi musuh alami dan disamping itu pula tempat berlindungnya serangga hama. Seperti pada jenis gulma Banta (L.hexandra), pada gulma tersebut cukup banyak ditemukan adanya wereng hijau dan hama putih palsu dandisamping itu pula banyak ditemukan laba-laba dan kumbang karabit. Kemampuan Musuh Alami Memangsa dan Memarasit Beberapa jenis predator pemakan serangga, diantaranya ordo Arachnida (laba-laba) yang paling banyak dijumpai di lahan rawa pasang surut. Kehadiran laba-laba pada pertanaman padi merupakan syarat utama, karena predator ini mampu memangsa 2-3 serangga per hari dan dalam waktu yang relatif singkat dapat menghasilkan turunan yang banyak sehingga dapat mengimbangi populasi hama serangga. Menurut Shepard et al., (1987), Lycosa pseudoanulata mampu menghasilkan 200-400 keturunan dalam masa 3-5 bulan, Oxyopes javanus dan Oxyopes lineatipes menghasilkan 200-350 keturunan dalam masa 3-5 bulan sedang Tetragnatha hidup selama 1-3 bulan dan dapat bertelur 100-200 butir. Seperti halnya laba-laba, capung juga merupakan predator yang cukup tinggi populasinya terutama Agrionemis femina femina, Ischnura segegalensis dan Orthetrum sabina sabina, namun data tentang perkembangbiakannya dan kemampuannya dalam menekan hama serangga belum banyak diketahui. Populasi O.ishii ishii, P.fuscipes dan Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 391 Hapalochros rufofasciatus termasuk populasi yang tinggi namun muculnya tidak setiap saat. Dilaporkan bahwa jenis predator ini lebih banyak memakan larva penggulung daun, dalam satu hari mampu memangsa 3-5 larva (Shepard et al., 1987). Kemampuan serangga musuh alami dari Lycosa sp memangsa 2-5 ekor wereng coklat/hari, kemampuan Lycosa tergantung dari populasi Lycosa maupun populasi wereng coklat, semakin tinggi populasi wereng coklat secara kumulatif semakin tinggi kemampuan memangsa tetapi kalau dihitung per individu semakin menurun. Seekor laba-laba Lycosa sp memiliki kemampuan memangsa perhari yang sama pada populasi 5-10 ekor nimfa wereng coklat intar 1, 2 dan dewasa masing-masing 41-60% dan 22-52%. Pada populasi 20 ekor nimfa wereng coklat kemampuan adalah 4 ekor/hari (Kartohardjono, 1988 dalam Manti dan Laba 2003) Setiap predator akan memakan mangsa sepanjang hidupnya yang banyak ragamnya sesuai dengan karakteristik predaot iti sendiri. Beberapa jenis predator seperti jenis labalaba, kumbang karabit (Coccinella) dan kumbang tanah dapat memangsa seperti wereng daun, wereng coklat larva penggerek btang serta ulat perusak/pemakan daun. Laba-laba pemburu lebih menyenangi dan menyerang wereng coklat. Kemampuan laba Lycosa sp menangkap dan memangsa serangga hama yang kurang aktif seperti minfa N.virescen sangat kecil sekitar 0,29-3,75 ekor/hari. Demikian juga terhadap mangsa yang sangat aktif (lincah) laba-laba ini hanya dapat menangkap 0,13 ekor/hari. Kemampuan memangsa terhadap wereng coklat mencapai 10-20 ekor imago/hari atau 15-20 nimfa/hari. Beberapa jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, hama putih, hama putih palsu dan lalat bibit (http://wawanjunaidi.blogspor.com musuh-alami-wereng hijau). Laba-laba Tetragnatha ini aktif menyerang mangsanya, disiang hari laba-laba ini banyak diam dan di malam hari aktif membuat sarang dan mangsa yang terperangkap disarangnya baru ditangkap dan dimakan. Jenis serangga yang dimangsa adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, wereng zigzag dan lalat padi (http://wawanjunaidi.blogspor.com musuh-alami-wereng hijau). Predator kepik permukaan air (Microvellia sp), hidupnya bergerombol dipermukaan air dan sangat aktif menyerang serangga hama yang jatuh dipermukaan air. Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih,dan larva penggerek batang yang baru menetas. Kepik mirid (Cyrtorhinus sp) berwarna hijau dan biasanya dijumpai pada tempat yang populasi hamanya tinggi. Predator ini aktif memburu mangsa dan gerakannya seperti wereng coklat pada malam hari. Predator ini mempunyai mulut mengisap dan hidunya pada padi dan beberapa tanaman gulma lainnya (http://wawan-junaidi.blogspor.com musuhalami-wereng hijau). Asikin dan Thamrin (2005), melaporkan bahwa kemampuan predator Lycosa pseudoannolata memangsa hama putih palsu berkisar antara 60,0-85,0%. (Tabel 3). Predator laba-laba Lycosa, Paederus dan Ophionea mempunyai daya mangsa yang tertinggi dibanding dengan predator lainnya. Rendahnya daya mangsa Agreocnemis dan Orthetrum dikarenakan kedua jenis predator inii menyenai makan pada mangsa yang aktif bergerak dan pada pengamatan 5 hari kedua jenis predator ini mati. S. Asikin : Serangga dan serangga musuh alami | 392 Tabel 3. Kemampuan memangsa beberapa jenis predator tehadap hama putih palsu di rumah kaca Balittra MT. 2004 Predator Lycosa pseudoannolata Tetragnatha mandibulata Paederus fucefes Ophionea ishii-ishii Agreocnemis femina femina Orthetrum sabina sabina Micraspis sp 3 hsi 60,0 30,0 50,0 50,0 10,0 20,0 10,0 Pengamatan kematian larva (%) 4 hsi 5 hsi 6 hsi 75,0 80,0 85,0 35,0 50,0 60,0 60,5 75,0 80,0 65,0 75,0 80,0 25,0 0,0* 0,0* 30,0 0,0* 0,0* 30,0 45,0 50,0 Ket : *) Mati. Sumber : Asikin dan Thamrin (2005) Sedangkan untuk musuh alami jenis parasitoid kelompok-kelompok telur yang terperangkap pada purun tikus terparasit oleh parasitoid telur berkisar 7,5-38%, bahkan kadang-kadang dapat mencapai 66,5% (Asikin dan Thamrin 2008). Sedangkan jenis parasitoid yang paling tinggi memarasit kelompok telur penggerek batang adalah jenis Telenomus rowani, kemudian Tetrastichus schoenobii dan Trichogramma sp. Adapun potensi parasitoid telur penggerek batang padi di lahan rawa pasang surut (Tabel 4) Tabel 4. Potensi parasitoid telur penggerek batang di lahan rawa pasang surut Parasitoid T.rowani T.schoenobii Trichogramma 2003 18,5-25,5 10,5-15,5 12,5-21,5 Parasitisme (%) 2004 2005 2006 25-30 22,5-32,5 19,5-50 12,5-20,0 9,5-23,5 15,5-29,5 10,5-19,0 8,5-20,5 10,0-18,5 2007 15,5-66,5 7,5-19,5 7,0-14,5 Sumber : Asikin dan Thamrin (2008) Kesimpulan Serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan atau gulma dominan lahan rawa pasang surut cukup bervasiasi dari ordo Arachnida, Hemiptera, Orthoptera, Diptera, Lepidoptera, Coleoptera, Homoptera, dan Odonata, dan dijumpai sebagain besar merupakan habitat bagi musuh-musuh alai seperti jenis predator seperti beberapa jenis laba-laba, capung, kumbang karabit ,belalang dan jenis semut, sedangkan parasitoid adalah yang terbanyak parasitoid telur dan larva. Untuk memelihara beberapa jenis musuh alami tersebut selalu ada di ekosistem semi alami perlu memelihara gulma-gulma pada daerah yang bukan explosif tikus, gulma-gulma tersebut digunakan untuk konservasi musuh-musuh alami. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 393 Daftar Pustaka Asikin, S. dan M. Thamrin. 1999. Peranan Purun tikus (Eleocharis dulcis) Sebagai Tanaman Perangkap Hama Penggerek Batang Padi Putih. Disampaikan pada Seminar 27 – 28 Juli. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa. Banjarbaru. 9p. Asikin, S., M.Thamrin dan A. Budiman. 2000/2001. Purun Tikus (Eleocharis dulcis) (Burm.F.) Henschell Sebagai Agensia Pengendali Hama Penggerek Batang Padi dan Konservasi Musuh Alami di Lahan Rawa Pasang Surut. Prosiding Simposium Keanekagaragam Hayati dan Sistem Produksi Pertanian Cipayung, 16-18 Nopember 2000. Asikin dan M.Thamrin. 2001. Observasi Peletakkan Kelompok Telur Penggerek Batang Padi Putih di Lahan Rawa. Hasil Penelitian Balittra. Budiman., A., M.Thamrin dan S.Asikin. 1988. Beberapa Jenis Gulma di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan dan Tengah Dengan Tingkat Kemasaman Tanah Yang Berbeda. Prosiding Konperensi KeIX HIGI. Bogor 22-24 Maret 1988. Baehaki. SE. 2001. Peningkatan Agens Hayati Dalam Pengelolaan Ekosistem Secara Kuantitatif. Makalah disampaikan Pada Simposium Pengendalian Hayati Serangga. Sukamandi, 14-15 Maret 2001. DeBach P. 1974. Biological Control by Natural Enemies, Cambridge Univ, Press. 323 pp. Kalshoven, L.G.E. and P.A. van der Laan. 1981. The pest of crops in Indonesia. P.T. Ichtiar Baru. Van Hoeve, Jakarta. van den Bosch R and AD Telford. 1964. Environmental modification and biological control, pp 459-488. In DeBach P. (ed.). Biological Control of Insect Pest and Weed. Chapman and Hall, Ltd. London Sunjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Serangga. Bagian Ilmu Hama Tanaman Pertanian. IPB. Bogor. Seigber, D.S. 1983. Role of Lipid in Plant Resistance to Insect. Pp 303-327. In P.A. Herdin (eds). Plant Resistance to Insect, Amr, Chem. Soc. Ser. Washington D.C. p208. Siswanto dan I. M.Trisawa. 2001. Keanekaragaman Serangga yang Berasosiasi dengan Tanaman Obat di Kebun Koleksi Balittro. Prosiding Simposium Kearekaragaman Hayati Artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. Perhimpunan Entomologi Indonesia dan Yayasan Kearekaragaman Hayati Indonesia. Cipayung, 16-18 Oktober 2000. S. Asikin : Serangga dan serangga musuh alami | 394