1 PENGARUH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

advertisement
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 2. Agustus 2016
ISSN 2443-1230 (cetak)
ISSN 2460-6804 (online)
PENGARUH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKOLOGI SERANGGA POLINATOR
PADA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)
Ruth Melda Simanjuntak, Syarifuddin
Jurusan Biologi, Program Studi Biologi, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perkebunan kelapa sawit terhadap ekologi
serangga polinator pada tanaman mentimun. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif survey,
dengan teknik sampling menggunakan Scan Sampling yaitu mendata seluruh serangga polinator yang didapat
dan dijadikan sampel per waktu yang ditentukan dari dua lokasi yang berbeda. Dari hasil penelitian ini
didapatkan total 20 spesies, yang tergabung ke dalam 3 ordo: Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera dan 8
famili: Hesperidae, Pyralidae, Nimphalidae, Pieridae, Syrphidae, Apidae, Vespidae, dan Haliotidae. jumlah
spesies serangga polinator pada dua lokasi berbeda signifkan (t = 3,108; P = 0,003), kelimpahan serangga
polinator berbeda signifikan (t = 2,016; P = 0,050). Terdapatan perbedaan komposisi serangga polinator dari
kedua lokasi. Waktu pengamatan secara signifikan berpengaruh terhadap jumlah spesies serangga polinator
mentimun (F = 7,286; P = 0,000) dan kelimpahan serangga polinator mentimun (F = 6,276; P = 0,000).
Kata Kunci: Kelapa sawit, Ekologi, Serangga Polinator, Mentimun.
THE EFFECT OF OIL PALM PLANTATIONS ON THE ECOLOGY OF INSECT POLLINATORS IN
CUCUMBERS (Cucumis sativus L.)
Abstract
This study aims to determine the effect of oil palm plantations on the ecology of insect pollinators in
cucumbers. The method used is descriptif survey by scan sampling that record all of insect pollinators are
obtained as samples in time specified. The results of this study, there are 20 species, belong to the 3 order:
Lepidoptera, Diptera, and Hymenoptera and 8 families: Hesperidae, Pyralidae, Nimphalidae, Pieridae,
Syrphidae, Apidae, Vespidae, and Haliotidae. The number of species of insect pollinators significantly
different (t = 3.108; P = 0.003), the abundance of insect pollinator was significantly different (t = 2.016; P =
0.050). There are differences in the composition of insect pollinators of both locations,. Observation time
significantly affect the number of species of insect pollinators (F = 7.286; P = 0.000) and abundance of insect
pollinators (F = 6.276; P = 0.000).
Keywords: Oil palm, Ecology, Insect pollinators, Cucumber.
Pendahuluan
tanah (Wakker, 2000). Tanpa hutan hujan yang
berlimpah berbagai buah-buahan, kacang-kacangan,
daun, akar, nektar, kulit kayu, tunas, dan bahan
tanaman lain untuk makan kebanyakan hewan tidak
dapat bertahan hidup.
Spesies polinator adalah spesies penyerbuk,
dimana sekitar 65% dari spesies tanaman
memerlukan penyerbukan oleh hewan dan analisis
data dari 200 negara menunjukkan bahwa 75% dari
spesies tanaman penting untuk produksi pangan
secara global bergantung pada penyerbukan hewan,
terutama oleh serangga (Klein et al., 2007). Liferdi
(2008) menyatakan bahwa serangga penyerbuk
Dari sejumlah laporan menyatakan bahwa
perkebunan kelapa sawit telah diidentifikasi sebagai
salah satu kontributor utama perusakan hutan
(Wakker, 2005). Setelah kelapa sawit menggantikan
sebagian besar ratusan jenis pohon, tanaman
merambat, semak, lumut, dan tanaman lain yang
ditemukan pada setiap hutan hujan dataran rendah,
kebanyakan hewan tidak bisa lagi hidup di sana.
Sebagai tanaman perkebunan industri, kelapa sawit
ditanam monokultur. Kebanyakan tanaman lain
yang ditemukan adalah tumbuhan rendah penutup
1
72
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 2. Agustus 2016
ISSN 2443-1230 (cetak)
ISSN 2460-6804 (online)
sangat penting bagi proses penyerbukan pada
berbagai jenis tanaman hortikultura, salah satunya
adalah tanaman mentimun.
Pada dekade terakhir ini telah terlihat
kekhawatiran di seluruh dunia selama penurunan
penyerbuk. Kekhawatiran ini telah memicu
peningkatan yang luar biasa dalam studi identifikasi
ancaman terhadap penyerbuk dan mengukur
dampak dari penurunan penyerbuk pada layanan
penyerbukan di alam dan sistem pertanian.
Kebanyakan penelitian menunjukkan perubahan
bentangan alam akibat dari penggunaan lahan
intensif dan menyebabkan hilangnya habitat dan
fragmentasi sebagai salah satu ancaman utama
untuk layanan penyerbukan (Kremen et al., 2002).
kecepatan angin. Distribusi dan dinamika populasi
serangga penyerbuk dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang terkait fragmentasi. Pada kondisi alami
petak habitat dipisahkan oleh tumbuhan liar, pohon
dan semak belukar yang merupakan sumber pakan
serangga polinator, tempat bersarang, serta
tumbuhan pakan stadia pradewasa. Adapun pada
habitat buatan habitat sering kali terisolasi oleh
matrik habitat yang berbeda atau adanya habitat
dengan tanaman seragam (sistem monokultur) dan
pemanfaatan
insektisida
secara
berlebihan
(Widhiono, 2015). Hasil penelitian Widhiono dan
Sudiana (2014) menunjukkan bahwa lahan
pertanian yang berbatasan dengan habitat hutan
mempunyai keseragaman penyerbuk yang lebih
tinggi dibanding dengan yang jauh dari hutan.
Penyebab penurunan kelimpahan serangga
polinator berkaitan dengan aktivitas manusia yang
menyebabkan terjadinya perubahan struktur
bentang alam terutama oleh perluasan lahan
pertanian modern (Potts et al., 2010). Kerusakan
dan fragmentasi habitat merupakan penyebab
utama terjadinya penurunan keragaman serangga
penyerbuk
pada
lahan
pertanian,
karena
mengganggu interaksi mutualistik antara tanaman
dengan proses penyerbukan di dalam ekosistem
(Widhiono, 2015).
Perbedaan komposisi spesies serangga
polinator mentimun antara ke dua mikrohabitat
disebabkan oleh perbedaan vegetasi di sekitar
kebun mentimun. Di berbagai negara telah banyak
dilaporkan penurunan keragaman dan populasi
serangga penyerbuk antara lain disebabkan oleh
perkembangan sistem pertanian modern yang
mengakibatkan menurunnya keragaman tumbuhan
liar sebagai penyedia pakan bagi serangga
penyerbuk (Garibaldi et al., 2011).
Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April
2016- Mei 2016. Penelitian ini dilakukan di dua
petak kebun mentimun rakyat di Desa Pulau
Gambar, Kecamatan Serbajadi, Kab. Serdang Bedagai
untuk melihat jumlah spesies serangga pollinator
pada dua lokasi yang berbeda. Serangga pollinator
yang didapat diobservasi, diidentifikasi berdasarkan
buku identifikasi dan diolah menggunakan software
Systat dan SPSS. Pengambilan data sampel dilakukan
setiap hari selama 6 hari pada masing-masing lokasi
pada pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB.
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan serangga polinator
pada tanaman mentimun pada mikrohabitat yang di
sekitar perkebunan kelapa sawit dan yang berada di
ladang penduduk ditemukan 20 spesies serangga
polinator yang berasal dari 8 famili dan 3 ordo. Dari
hasil analisi Uji t dua variabel terlihat bahwa jumlah
spesies polinator mentimun pada lokasi yang berada
di sekitar perkebunan kelapa sawit dengan yang
berada jauh dari perkebunan kelapa sawit berbeda
signifikan (t = 3,108; P = 0,003). Dari hasil analisi Uji
t dua variabel terlihat bahwa kelimpahan polinator
mentimun pada lokasi yang berada di sekitar
perkebunan kelapa sawit dengan yang berada jauh
dari perkebunan kelapa sawit berbeda secara
signifikan (t = 2,016; P = 0,050). Komposisi serangga
pollinator mentimun pada kedua lokasi berbeda.
Parameter utama dalam penelitian ini
mencakup faktor fisika lingkungan meliputi
intensitas cahaya, suhu dan kelembaban.
Faktor-faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi kunjungan serangga polinator
meliputi temperatur, kelembaban udara, dan
Kesimpulan
1. Jumlah spesies serangga 73ollinator mentimun
dan kelimpahan serangga 73ollinator mentimun
pada kebun yang berada di ladang lebih tinggi
dibandingkan pada kebun mentimun yang
berada di sekitar perkebunan kelapa sawit.
2. Komposisi serangga 73ollinator mentimun pada
kebun di sekitar perkebunan kelapa sawit
berbeda (20%) dengan komposisi serangga
73ollinator mentimun pada kebun yang berada
di ladang.
Daftar Pustaka
Klein, A.M., Brittain, C., Hendrix, S.D., Thorp,R.,
Williams, N., Kremen,C., (2012), Wild
73
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 2. Agustus 2016
ISSN 2443-1230 (cetak)
ISSN 2460-6804 (online)
pollinationservices to California almond rely
onsemi-natural habitat. Journal of Applied
Ecology 49:723-32
Kremen, C., Williams, N. M., Thorp, R. W., (2002),
Crop Pollination from Native Bees at Risk
from
Agricultural
Intensification,
Proceedings of the National Academy of
Sciences of the United States of America 99:
16812-16816.
Kremen, C., Ricketts, T., (2000) Global perspectives
on pollination disruptions. Conservation
Biology 14:1226-1228.
Wakker, E., (2005), Greasy Palms- The Social and
Ecological Impacts of Large Scale Oil Palm
Plantation Development in Southeast Asia,
Friends of the Earth, World Bank,
Washington DC.
Widhiono, I., (2015), Strategi Konservasi Serangga
Polinator, Universitas Jendral Soedrman,
Purwokerto.
74
Download