penerapan pembelajaran penemuan terbimbing

advertisement
PENERAPAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 MALANG
ARTIKEL
OLEH
JUMADI
NIM 608311454749
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PEDIDIKAN MATEMATIKA
2013
Artikel oleh Jumadi yang berjudul ”Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Malang”
ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Malang, Mei 2013
Pembimbing I
Dr. Cholis Sa’dijah, M.Pd, M.A
NIP 19610407 198701 2 001
Malang, Mei 2013
Pembimbing II
Dra. Ety Tejo Dwi Cahyowati, M.Pd
NIP 19620318 199002 2 001
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI
STRATEGI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK
SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 9 Malang
Jumadi
Universitas Negeri Malang
Pembimbing (1) Cholis sa’dijah,
pembimbing (2) Ety Tejo Dwi Cahyowati
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penerapan pembelajaran penemuan terbimbing yang dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 9 Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Malang pada bulan
Januari sampai dengan Februari 2013 dalam 2 tahap yaitu pra
tindakan dan tahap tindakan. Tahap tindakan dilakukan dalam 2
siklus. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa. Hasil belajar siswa meningkat sebesar
13,16% yang ditunjukkan dari tes siklus I dan II. Pada siklus I dan
II, hasil observasi aktivitas siswa masuk dalam kategori “baik” dan
hasil observasi aktivitas guru masuk dalam kategori “sangat baik”.
Kata Kunci: Metode Penemuan Terbimbing, Hasil Belajar
Tingkat pemahaman matematika seorang siswa lebih dipengaruhi oleh
pengalaman siswa itu sendiri. Sedangkan pembelajaran matematika merupakan
usaha membantu siswa mengkontruksi pengetahuan melalui proses. Sebab
mengetahui adalah suatu proses, bukan suatu produk (Bruner: 1977 ). Proses
tersebut dimulai dari pengalaman, sehingga siswa harus diberi kesempatan seluasluasnya untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan yang harus dimiliki. Proses
pembelajaran dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 9 Malang
pada bulan Desember 2012, diperoleh bahwa pembelajaran pada umumnya
bersifat konvensional berupa ceramah. Tampak bahwa pembelajaran belum
berpusat pada siswa. Siswa menerima materi yang disampaikan oleh guru secara
aktif dengan mencatat dan tanpa ada satupun siswa yang mengajukan pendapat
atau bertanya secara lisan terkait dengan materi tersebut. Secara umum siswa
masih berperan sebagai objek pembelajaran, belum sebagai subjek pembelajaran.
Metode pembelajaran yang digunakan masih metode ceramah sehingga siswa
tampak pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Nilai ulangan matematika
siswa masih banyak yang tidak memenuhi nilai standar batas tuntas yaitu 40%
siswa yang tidak tuntas belajar. Bagi siswa yang belum tuntas belajar akan
diadakan remidi maksimal dua kali. Nilai ulangan matematika siswa kelas VIII
memiliki nilai standar batas tuntas 75 artinya siswa dikatakan tuntas belajar
matematika jika nilai ulangan matematika siswa minimal mencapai 75.
Sebagai tenaga pengajar/pendidik yang secara langsung terlibat dalam
proses belajar mengajar, maka guru memegang peranan penting dalam
menentukan peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar yang akan
dicapai siswanya. Dalam hal ini penguasaan materi dan cara pemilihan
pendekatan atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan menentukan tercapainya
tujuan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan proses pembelajaran. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran, perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu
tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak
mungkin tujuan dapat tercapai. (Sanjaya, 2005:99).
Untuk itu peneliti menerapkan metode pembelajaran penemuan
terbimbing. Sebagai pelaku pembimbing, guru diharapkan memberikan proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Metode
pembelajaran penemuan terbimbing merupakan pembelajaran yang
mengutamakan keaktifan, dan kreatif.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing pada
pokok bahasan teorema Phytagoras untuk meningkatkan hasil belajar matematika
bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Malang”.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) dengan pendekatan kualitatif. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan,
yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan
refleksi (Kemmis dan Mc. Taggart, 1998).
Kehadiran peneliti di lapangan adalah wajib sifatnya. Pada penelitian
kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data utama (Moleong 2007: 9). Peneliti berperan sebagai perencana,
pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data, dan pada akhirnya
peneliti menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 2007: 9).
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Malang yang beralamatkan di
JL. Profesor Mohammad Yamin VI, No. 26, Malang. Subjek penelitiannya adalah
siswa kelas VIII-F yang terdiri dari 38 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari semester genap tahun ajaran 20012/20013.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa (1) hasil observasi
selama proses pembelajaran yang berpedoman pada lembar observasi, (2) hasil
tes yang dilaksanakan pada akhir siklus, (3) dokumentasi berupa foto-foto
aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perangkat
pembelajaran yang digunakan adalah RPP dan Lembar kerja siswa.
Data hasil observasi yang dilakukan dianalisis dengan memberikan skor
untuk penentuan kategori.
Persentase keberhasilan =
 Deskriptor yang muncul X 100%
 Deskriptor maksimal
Hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masing-masing
tahapan pembelajaran yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan skor
klasifikasi pada tabel berikut ini.
Tabel Penentuan Skor Klasifikasi Observasi
Persentase
Keberhasilan
Taraf Keberhasilan
Tindakan
85%-100%
Sangat Baik
70%-85%
Baik
65%-70%
Cukup
50%-65%
Kurang
0%-50%
Sangat Kurang
Data hasil tes siswa dianalisis dengan membandingkan persentase
ketuntasan belajar secara klasikal pada penerapan metode pembelajaran penemuan
terbimbing siklus I dan siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar secara
klasikal dihitung dengan cara membandingkan jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar dengan jumlah siswa secara keseluruhan (siswa maksimal)
kemudian dikalikan 100%.
 Siswa yang tuntas X 100%
Persentase ketuntasan belajar klasikal =
 Siswa maksimal
Data hasis dokumentasi yang diperoleh berupa foto-foto selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Dokumentasi foto ini digunakan sebagai gambaran
konkret aktifitas-aktifitas pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Hasil
Hasil penelitian utama yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data
hasil observasi dan data hasil tes. Pada siklus I diperoleh hasil observasi, yaitu
yang pertama hasil observasi aktifitas guru seperti yang tersaji pada tabel berikut.
Tabel Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I
No
Observer
Skor siklus I
Pertm. I
Pertm. II
Persentase
Pertm. I
Rata-rata
Pertm. II
1
Observer 1
27
28
75%
77,78%
76,39%
2
Observer 2
26
28
72,22%
77,78 %
75%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata
keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I
sebesar 76,39%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat baik.
Menurut observer 2, rata-rata keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan
rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 75%, sehingga taraf keberhasilan
dapat diklasifikasikan baik. Secara klasikal, berdasarkan rata-rata penilaian
observer 1 dan observer 2 pada siklus I, keberhasilan tindakan sebesar 75,69%.
Sehingga dapat diartikan bahwa taraf keberhasilan aktifitas guru dalam
menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I dapat dikategorikan baik.
Yang kedua data hasil observasi aktifitas siswa yang sudah dianalisis
tersaji pada tabel berikut.
Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I
No
1
2
Observer
Skor siklus I
Persentase
Pertm. I
Pertm. II
28
29
31
30
Observer 1
Observer 2
Pertm. I
70%
72,5%
Rata-rata
Pertm. II
77,5%
75 %
73,75%
73,75%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata
keberhasilan aktifitas siswa dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus
I sebesar 73,75%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan baik.
Menurut observer 2, rata-rata keberhasilan aktifitas siswa dalam menerapkan
rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 73,75%, sehingga taraf keberhasilan
dapat diklasifikasikan baik. Secara klasikal, berdasarkan rata-rata penilaian
observer 1 dan observer 2 pada siklus I, keberhasilan tindakan sebesar 73,75%.
Sehingga dapat diartikan bahwa taraf keberhasilan aktifitas siswa dalam
menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I dapat dikategorikan baik.
Data ketuntasan belajar siswa selama pembelajaran siklus I dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Jumlah siswa
Tuntas belajar Belum tuntas belajar
38
26
Ketuntasan belajar (%)
12
68,42%
Berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Minimum di SMP Negeri 9
Malang, siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai tes telah mencapai nilai lebih dari
atau sama dengan 75. Dilihat dari tabel di atas hanya 68,42% siswa kelas VIII-F
telah tuntas belajar. Karena kurang dari 75% siswa yang tuntas belajar, maka
dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar belum tercapai untuk itu diperlukan
perbaikan pada siklus II.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ditemukan beberapa kekurangan
dalam proses pembelajaran, yaitu peneliti kurang memberi waktu kepada siswa
untuk beragumen dan bertanya, peneliti belum menekankan kepada siswa untuk
membuat dan menuliskan kesimpulan, peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran
belum bisa mengelola waktu agar siswa mendapatkan porsi waktu yang cukup,
kurangnya motivasi yang diberikan peneliti kepada siswa.
Pada siklus II diperoleh hasil observasi aktifitas guru yang tersaji pada
tabel berikut.
Tabel Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II
No
1
2
Observer
Observer 1
Observer 2
Skor siklus II
Persentase
Pertm. I
Pertm. I
32
30
88,89%
83,33%
Rata-rata
88,89%
83,33%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata
keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus II
sebesar 88,89%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat baik.
Menurut observer 2, rata-rata keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan
rencana pembelajaran pada siklus II sebesar 83,33%, sehingga taraf keberhasilan
dapat diklasifikasikan sangat baik. Secara klasikal, berdasarkan rata-rata penilaian
observer 1 dan observer 2 pada siklus II, keberhasilan tindakan sebesar 86,11%.
Sehingga dapat diartikan bahwa taraf keberhasilan aktifitas guru dalam
menerapkan rencana pembelajaran pada siklus II dapat dikategorikan sangat baik.
Data hasil observasi aktifitas siswa pada siklus II tersaji pada tabel berikut.
Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II
No
1
2
Observer
Observer 1
Observer 2
Skor siklus II
Persentase
Pertm. I
33
33
Pertm. I
82,5%
82,5%
Rata-rata
82,5%
82,5%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata
keberhasilan aktifitas siswa dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus
II sebesar 82,5%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan baik. Menurut
observer 2, rata-rata keberhasilan aktifitas siswa dalam menerapkan rencana
pembelajaran pada siklus II sebesar 82,5%, sehingga taraf keberhasilan dapat
diklasifikasikan baik. Secara klasikal, berdasarkan rata-rata penilaian observer 1
dan observer 2 pada siklus II, keberhasilan tindakan sebesar 82,5%. Sehingga
dapat diartikan bahwa taraf keberhasilan aktifitas siswa dalam menerapkan
rencana pembelajaran pada siklus II dapat dikategorikan baik.
Data ketuntasan belajar siswa selama pembelajaran siklus II tersaji pada
tabel berikut:
Tabel Ketuntasan Kelajar Siswa Siklus II
Jumlah siswa
Tuntas belajar
Belum tuntas belajar
Ketuntasan belajar (%)
38
31
7
81,58%
Berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Minimum di SMP Negeri 9
Malang, yaitu siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai tes telah mencapai nilai 75.
Dilihat dari tabel di atas, 83,58% siswa kelas VIII-F telah tuntas belajar. Karena
lebih dari 75% siswa tuntas belajar, maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan
belajar telah dicapai.
Pembahasan
Penerapan pembelajaran metode penemuan terbimbing dilaksanakan
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Dari
hasil lembar observasi aktivitas guru dan siswa mengikuti langkah-langkah RPP
pada siklus I dan II disimpulkan bahwa hasil pelaksanaannya mengalami
peningkatan/perbaikan.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ditemukan kekurangankekurangan dalam proses pembelajaran dan akan dilakukan perbaikan pada siklus
II. Pada kegiatan perencanaan tindakan, peneliti memperbaiki tahapan-tahapan
dari pembelajaran pada siklus sebelumnya, peneliti memberi waktu lebih kepada
siswa untuk beragumen dan bertanya, peneliti menekankan kepada siswa untuk
membuat dan menuliskan kesimpulan, Peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran
mengelola waktu agar siswa mendapatkan porsi waktu yang cukup, peneliti
memberi motivasi kepada siswa.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa mengikuti langkahlangkah RPP pada siklus I dan II disimpulkan bahwa hasil pelaksanaannya
mengalami peningkatan/perbaikan. Adapun perbandingan penerapan
pembelajaran penemuan terbimbing berdasarkan tahap-tahap pembelajaran pada
siklus I dan II dipaparkan dalam tabel berikut.
Tabel Perbandingan Taraf Keberhasilan Aktifitas Guru dalam Menerapkan Rencana
Pembelajaran pada Siklus I dan II
Rata-Rata
Kriteria
Siklus
Prosentase
Keterangan
Klasifikasi
Keberhasilan
Siklus I
75,69%
Baik
Meningkat
10,40%
Siklus II
86,11%
Sangat Baik
Dari tabel tersebut diketahui bahwa, keterlaksanaan guru melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP pada siklus I dan II adalah
87,49% dan 89,72%. Sehingga aktivitas guru di dalam mengikuti langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun mengalami peningkatan
2,23% . Dengan kata lain, dalam melaksanakan pembelajaran penemuan
terbimbing, tindakan guru semakin mengalami perbaikan dari siklus I ke siklus II.
Tabel Perbandingan Taraf Keberhasilan Tindakan Ditinjau Dari Aspek Siswa dalam
Menerapkan Rencana Pembelajaran pada Siklus I dan II
Rata-Rata
Kriteria
Prosentase
Siklus
Keterangan
Klasifikasi
Keberhasilan
Siklus I
73,75%
Baik
Meningkat
8,75%
Siklus II
82,50%
Baik
Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada siklus I dan II, ketepatan siswa
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP adalah 76,55%
dan 81,76%. Sehingga aktivitas siswa di dalam mengikuti langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun mengalami peningkatan
5,21% . Dengan kata lain, siswa di dalam melaksanakan pembelajaran penemuan
terbimbing semakin mengalami perbaikan dari siklus I ke siklus II.
Perbandingan data hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa yang
diperoleh selama pelaksanaan siklus I dan siklus II tersaji pada tabel berikut.
Tabel Perbandingan Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II
Belum
Kriteria Ketuntasan
Tuntas
Siklus
Tuntas
Belajar Klasikal
Belajar
Belajar
(≥75%)
26
12
Siklus I
Belum Tuntas
(68,42%)
(31,58%)
31
7
Siklus II
Tuntas
(81,58%)
(18,42%)
Keterangan
Meningkat
(13,16%)
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa siswa yang tuntas belajar pada
siklus I sebanyak 26 siswa (68,42%) sehingga dapat dikatakan belum mencapai
ketuntasan belajar klasikal (≥75%). Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas
belajar sudah mencapai 35 siswa (81,58%) sehingga dapat dikatakan sudah
mencapai ketuntasan belajar klasikal. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I ke siklus II sebesar 13,16%.
Pada hakekatnya siswa senang bila belajar sambil bekerja atau melakukan
aktivitas. Mereka akan merasa punya harga diri bila diberi kesempatan untuk
berbuat atau melakukan sesuatu. Bekerja adalah tuntunan pernyataan dari anak.
Oleh karena itu, mereka perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata
yang melibatkan otot dan pikirannya dengan demikian kegiatan belajar mencari
dan menemukan sendiri akan tertanam dalam diri anak akan terus berkesan dan
tidak akan dilupakan.
Siswa dengan adanya peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar
maka dapat dikatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti
pembelajaran penemuan terbimbing mengalami peningkatan. Begitu pula dengan
jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan yang cukup berarti.
Kesimpulan
Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran yang telah dipaparkan pada
paparan data dan juga pada pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing
yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan aprepsi diawal pembelajaran
b. Guru membagikan LKS pada siswa, kemudian memimta siswa
mengerjakan LKS yang telah dibagikan.
c. Siswa mengerjakan LKS dengan metode penemuan bimbing.
d. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas kemudian siswa
yang lainnya menanggapi hasil kerja temannya.
e. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
dipelajari.
f. Setelah materi pembelajaran dipelajari semua diadakan tes, untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas diajukan saran sebagai berikut:
1. Metode penemuan terbimbing dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
metode pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa pada materi pokok Phytagoras.
2. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang metode
penemuan terbimbing dan dapat mengaplikasikannya pada materi yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Bruner, J. S. (1977). Early social interaction and language acquisition. In H.R.
Schaffer (Ed.), Studies in Mother-infant Interaction (pp. 271–289).
London: Academic Press.
Kemmis, S., &Mc Taggart, R. 1998. The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University Press.
Koes, Supriyono. 2000. Kajian Pola Interaksi Kelompok Teman Sebaya dan
Dampaknya. Penelitian tidak di terbitkan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta : Prenada Media.
Sanjaya, Wina. 2006. Stategi pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Download