Kids Athletics

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. KAJIAN TEORI
1. Olahraga Atletik untuk Anak-anak (Kids Athletics)
a.
Hakikat Atletik
Di dunia olahraga dikenal berbagai macam cabang olahraga yaitu Atletik,
Renang, Senam, Sepakbola, Bolabasket, Bolavoli, Tinju, dan lain-lain. Di antara
beberapa cabang olahraga tersebut yang ada kaitannya dengan penelitian ini
adalah Atletik. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan di
sekolah dan sering dilombakan di ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA)
maupun Olimpiade Olahraga Siswa Nassional (O2SN).
Atletik berasal dari bahasa Yunani “athlon” artinya kontes, pertandingan,
perlombaan, pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang yang melakukannya
dinamakan athleta (atlet). Menurut Yoyo Bahagia, dkk (2000: 4), “Istilah Atletik
berasal dari beberapa sumber antara lain bahasa Yunani, yaitu “athlon” yang
mempunyai pengertian berlomba atau bertanding. Istilah lain yang menggunakan
Atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique
(bahasa Perancis) atau athletic (bahasa Jerman)”. Istilah lain yang mempunyai arti
sama dengan istilah Atletik di Indonesia adalah “leichtatletik” (Jerman),
“athletismo” (Spanyol), “olahraga” (Malaysia), dan “track and field” (USA).
Istilah Atletik yang digunakan di Indonesia saat ini diambil dari bahasa
Inggris yaitu Athletics yang berarti cabang olahraga yang meliputi jalan, lari,
lompat, dan lempar. Sementara di Amerika Serikat, istilah Atletik berarti olahraga
pertandingan, dan istilah untuk menyebut Atletik adalah track and filed. Di
Jerman, istilah Atletik diberi makna yang lebih luas yaitu berbagai cabang
olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan, termasuk cabang olahraga
Renang, Bolabasket, Tenis, Sepakbola, Bolavoli, Senam, dan lain-lain.
Atletik merupakan cabang olahraga pertama pada olimpiade pertama tahun
776 SM. Induk olahraga cabang Atletik tingkat internasional adalah IAAF
(International Amateur Athletic Federation). Sedangkan induk organisasi untuk
14
15
olahraga Atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).
Atletik adalah satu cabang olahraga yang diperlombakan yang meliputi
nomor-nomor jalan, lari, lempar, lompat (Aip Syarifuddin, 1992: 2). Menurut
Munasifah (2008: 9), “Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat”. Yoyo
Bahagia, dkk (2000: 16), juga berpendapat bahwa, “Secara umum ruang lingkup
pembelajaran Atletik di sekolah-sekolah meliputi nomor-nomor: jalan, lari,
lompat dan lempar”. Khomsin (2011: 2) mengemukakan bahwa, “Atletik adalah
aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerak-gerak alamiah/wajar seperti
jalan, lari, lompat, dan lempar”. Dengan berbagai cara,Atletik telah dilakukan
sejak awal sejarah manusia. Berdasarkan sejarah, kita kembali ke zaman klasikpurba pada saat Atletik dilakukan orang dalam bentuk olahraga yang rapi dan
teratur.
Olahraga Atletik sering dianggap sebagai “induk” dari olahraga Atletik
terdiri dari unsur–unsur gerak utama yang mendasari banyak cabang olahraga
yaitu lari, jalan, lompat, dan lempar. Olahraga Atletik adalah olahraga tertua. Di
setiap negara, Atletik berkembang menurut bahasanya masing-masing tetapi
pengertiannya sama bahwa olahraga ini menjadi dasar dari seluruh cabang
olahraga dan gerak dari Atletik seperti jalan, lari, lompat dan lempar adalah gerak
alamiah dari manusia. Sejak manusia ada di bumi, mereka telah melakukan
gerakan berjalan, berlari, melompat, dan melempar yang semuanya itu merupakan
gerakan alami yang dilakukan sehari-hari, baik dalam usahanya mempertahankan
hidup ataupun untuk menyelamatkan diri dari gangguan alam sekitarnya (Yoyo
Bahagia, dkk, 2000: 3).
Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk-bentuk gerakan yang
terdapat di dalam cabang olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan
latihan Atletik, akan dapat diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna
dan bermanfaat bagi kehidupan. Hal ini dikarenakan dalam melakukan kegiatan
Atletik, akan dilatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya
tekan, koordinasi gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung
jawab (Aip Syarifuddin, 1992: 60).
16
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diartikan bahwa Atletik adalah
cabang olahraga yang terdiri dari beberapa nomor seperti lari, lempar, dan lompat.
Nomor-nomor perlombaan yang dipertandingkan dalam lomba Atletik meliputi
nomor lari, lompat, dan lempar. Selain itu, terdapat nomor perlombaan khusus
yaitu jalan cepat, lari halang rintang, dan lari lintas alam. Ada pula berbagai
nomor perlombaan campuran seperti pancalomba, saptalomba, dan dasalomba
(Adi Winendra dkk, 2008: 4).
Di Indonesia, perlombaan-perlombaan dan perkumpulan Atletik baru
muncul sekitar tahun 1917. Baik atlet-atletnya maupun pengurusnya, sebagian
besar terdiri dari pemuda-pemuda atau orang-orang Belanda atau Indo-Belanda.
Baru pada tahun 1942, pada masa penjajahan Jepang, putra-putri Indonesia,
terutama pelajar-pelajarnya agak banyak melakukan kegiatan olahraga Atletik. Di
sekolah-sekolah mulai tingkat SD, SLTP, dan SLTA, serta sekolah-sekolah yang
lainnya. selain diajarkan I’a (senam iso ala Jepang) dan kyoren (baris-berbaris
banyak juga diberi pelajaran dan latihan Atletik). Perlombaan-perlombaan Atletik
antar sekolah dari lain kota pun sering diadakan.
Kemudian setelah bangsa Indonesia merdeka, baik dalam Pekan Olahraga
Nasional (PON) tahun 1948 di Surakarta maupun Pekan Olahraga Mahasiswa
(POM) I tahun 1951 di Yogyakarta, hampir seluruh nomor Atletik diperlombakan
seperti yang ada pada sekarang ini. PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia),
yaitu induk organisasi Atletik yang sekarang, baru resmi didirikan pada tanggal 2
September 1950 di Semarang Jawa Tengah.
Perkembangan Atletik masuk dalam dunia pendidikan dari zaman
penjajahan Jepang di Indonesia, dan sekarang Atletik telah masuk dalam
kurikulum pendidikan yang wajib diajarkan untuk jenjang SD, SMP dan SMA
atau sederajat. Atletik sudah masuk ke dalam kurikulum pendidikan jasmani
sehingga wajib diajarkan kepada siswa. Dengan demikian, Atletik dikenal dan
menyebar dikalangan pelajar yang ditunjang pula oleh penyelenggaraan
pertandingan Atletik antar pelajar seperti dalam arena POPSI. Upaya
pengembangan Atletik untuk menjadi bagian dalam pengalaman belajar siswa,
juga ditunjang oleh penyediaan tenaga guru olahraga atau guru penjas yang
17
berkualifikasi guru profesional yang telah dididik di lembaga pendidikan tenaga
guru, seperti SGPD, SGO, SMOA atau yang bertaraf perguruan tinggi yakni di
APD, FPD, BI & B II Penjas.
b. Hakikat Kids Athletics
Atletik adalah suatu cabang olah raga yang meliputi nomor-nomor lari,
lompat dan lempar. Atletik adalah cabang olahraga yang wajib diberikan di
semua jenjang pendidikan. Seperti diketahui bahwa Atletik dikenal sebagai
“mother of sport”. Itu sebabnya Atletik penting diajarkan sejak anak-anak usia
dini.
Kids Athletics menyuguhkan dan memberikan kegembiraan, latihanlatihan, even baru, dan gerakan-gerakan wajib yang beragam memerlukan
penguasaan dalam lingkup satu tim atau regu pada lokasi yang berbeda-beda di
dalam arena lomba. Lebih dari itu, even ini memungkinkan bagi suatu jumlah
besar anak-anak untuk berpartisipasi di dalamnya dalam kemungkinan area yang
terdekat dan di dalam suatu periode waktu yang dapat diperhitungkan dengan
gerak dasar pada Kids Athletics yaitu seperti lari, lari daya tahan, lompat, dan
lempar dapat dilakukan dan dilatihkan dalam suatu susunan bermain (IAAF,
2000: 5).
Kids
Athletics
merupakan
seperangkat
permainan
yang
bersifat
menyenangkan yang ditujukan untuk aktivitas olahraga anak-anak. Sebagaimana
orang dewasa yang memerlukan fasilitas atau alat olahraga standar, anak-anak pun
memerlukan peralatan olahraga yang sama, namun yang sesuai dengan kebutuhan
mereka, atau disesuaikan dengan sifat, karakteristik, dan kemampuan anak-anak.
Tujuannya adalah untuk keperluan jasmani dan olahraga yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Kids Athletics ditujukan untuk anak-anak. Olahraga ini dibuat dengan
tujuan untuk memenuhi minat anak-anak dalam aktivitas gerak, mengenalkan
dasar-dasar gerakan Atletik dalam bentuk permainan, merangsang pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, serta memelihara kesehatan, menghindari rasa bosan
pada anak-anak, dan memberikan solusi bagi anak-anak pecinta olahraga dalam
18
mendapatkan peralatan yang tepat. Dalam Kids Athletics, olahraga Atletik dibuat
lebih
mudah
dilakukan
karena
banyak
mengandung
permainan
dan
dipertandingkan dalam nomor beregu sehingga tidak menimbulkan rasa bosan.
Selain itu juga tidak dibedakan kategori putra dan putri.
Anak-anak dalam kehidupannya hampir dari sebagian waktunya
dihabiskan untuk bermain dengan melakukan berbagai bentuk gerakan berlari,
melompat, dan melempar. Anak di kelas permulaan sekolah dasar (SD) akan
merasa senang bila mendapatkan pelajaran yang telah diketahui sebelumnya
seperti lari dan bermain sehingga mereka akan lebih tertarik dan terampil dalam
melakukannya. Dengan demikian, bentuk-bentuk gerakan dasar Atletik perlu
ditanamkan kepada anak-anak kelas permulaan SD agar anak-anak dapat
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan gerak dasar Atletik tersebut.
Maka dari itu perlu ditanamkan berbagai cara melakukan gerakan dasar Atletik
yang benar seperti gerakan lari, lompat dan lempar kepada anak-anak.
Atletik sebenarnya adalah olahraga yang menyenangkan. Akan tetapi
seringkali anak-anak jenuh dan tidak senang dengan pelajaran Atletik karena yang
diajarkan sama dengan Atletik yang dilakukan oleh orang dewasa. Mereka akan
bosan dan menghindar dari kegiatan Atletik. Untuk anak-anak sekolah dasar,
materi Atletik berbeda dengan materi Atletik untuk orang dewasa. Agar
pembelajaran Atletik lebih menyenangkan, maka guru diharuskan untuk kreatif
dan inovatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan
dengan membuat model pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu, bisa juga
dengan membuat modifikasi alat yang mudah digunakan dengan tampilan yang
menarik, aman dipakai, dan membuat anak-anak senang menggunakannya.
Anak merupakan investasi dan sumber dari masa depan perkembangan
sebuah bangsa. Pengelolaan dan perlakuan yang benar terhadap anak akan
mempertinggi peluang tercapainya kemajuan masa depan sebuah bangsa dan
negara. Aspek perkembangan jasmani merupakan sebuah faktor dominan yang
tidak dapat dikesampingkan. Bahkan perkembangan jasmani merupakan prioritas
untuk dikelola dengan benar dan optimal. Hal ini sesuai dengan semboyan yang
menyebutkan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula.
19
”Mensana in corpore sano”. Melalui kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah,
kegiatan jasmani merupakan sebuah kegiatan yang perlu diprogramkan dengan
pengelolaan yang benar melalui pendekatan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Untuk itu, setiap anak
memiliki ciri dan sifat yang khas yang harus diberikan perlakuan yang khas pula.
Bila orang dewasa memiliki kegiatan jasmani dalam bentuk olah raga dengan
fasilitas yang standar, maka anak-anak memerlukan implementasi kegiatan
jasmani dengan segala peralatannya yang khas sesuai dengan ciri dan sifat anak
tersebut. Kondisi ini sangat diperlukan agar anak dapat melakukan kegiatan
jasmani dan olah raga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.Oleh
karena itu, diciptakanlah beberapa Peralatan Olahraga Anak (POA) yang telah
diteliti dan diujicobakan. Penciptaan ini diharapkan mampu memberikan peluang
yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak melalui aktifitas jasmani
dan olahraga.
Peralatan Olahraga Anak (POA) sebagai perangkat pendidikan jasmani
dan olah raga, yang memiliki berbagai fungsi pendidikan, kepelatihan dan
pengembangan dasar gerak di bidang keolahragaan. Peralatan Olahraga Anak
(POA) sangat penting bagi pengguna untuk dapat mencapai tujuan yang ingin
dicapai. POA disusun dalam sebuah paket atau set yang berisi 6 jenis peralatan
yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai jenis kegiatan jasmani dan
olahraga seperti gerak lari, lompat, dan lempar (Atletik) serta kegiatan jasmani
lain yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat tersebut. POA memiliki
beberapa manfaat dan tujuan di antaranya adalah:
1) Pemenuhan minat untuk bergerak.
2) Pengenalan dasar-dasar gerak Atletik dalam bentuk permainan.
3) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani (bertambahnya
tinggi dan berat badan yang harmonis) serta perkembangan gerak.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan serta kesegaran jasmani dan
membantu merehabilitasi kelainan gerak pada usia dini.
5) Menghindari kebosanan.
20
6) Menanggulangi
masalah
bagi
anak-anak
pecinta
olahraga
untuk
memdapatkan perlengkapan yang berkualitas baik dengan harga
terjangkau.
7) Meningkatkan kebutuhan anak-anak sekolah dasar akan perlengkapan
olahraga dan kesehatan di lingkungan.
Dengan diciptakannya POA tersebut, maka terciptalah Atletik yang dikhususkan
untuk anak-anak, khususnya anak usia sekolah dasar yang akhirnya diberi nama
Kids Athletics.
Peralatan olahraga yang digunakan dalam Kids Athletics adalah alat-alat
yang sifanya lebih ringan, yang ditujukan untuk aktivitas gerak seperti lari,
lompat, lempar, dan lain-lain. Peralatan Kids Athletics di antaranya adalah turbo
(mirip anak panah namun lebih ringan yang ditujukan untuk aktivitas lempar),
gawang (yang ditujukan untuk aktivitas lompat), matras, clapper, peluru
modifikasi, dan lain-lain.
Materi Kids Athletics ini telah diajarkan oleh guru PJOK hampir diseluruh
Indonesia dengan banyak pertimbangan. Selain lebih menyenangkan bagi peserta
didik karena merupakan hal yang baru, juga karena dalam pengadaan sarana dan
prasarana Kids Athletics ini jauh lebih murah karena dapat dibuat sendiri oleh
guru PJOK di sekolah masing-masing.
Seperti diketahui bahwa Atletik merupakan “mother of sport” sehingga
Atletik menjadi cabang olahraga yang wajib diajarkan kepada pelajar sekolah
dasar. Kids Athletics adalah jenis dari cabang olahraga Atletik yang diperuntukkan
khusus untuk sekolah dasar. Jenis cabang olahraga ini diperkenalkan pertama kali
oleh IAAF (International Association of Athletics Federation). Kemudian
disebarkan di sekolah-sekolah melalui berbagai pendidikan dan pelatihan oleh
Pusat Pembinaan Atletik Pelajar (PPAP). Dengan dijadikannya Kids Athletics
sebagai cabang olahraga resmi dalam APSSO (Asean Primary School Sport
Olympiade) ini, PB PASI (Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia)
telah berhasil mensosialisasikan Atletik di tingkat sekolah dasar baik di Indonesia
maupun di negara-negara Asia Tenggara. Kemudian Kids Athletics ini disebarkan
di sekolah-sekolah melalui berbagai pendidikan dan pelatihan oleh Pusat
21
Pembinaan Atletik Pelajar (PPAP). Melalui usaha ini, diharapkan Atletik semakin
digemari oleh anak-anak dan bibit-bibit baru semakin banyak ditemukan. Secara
bertahap Depdiknas harus menyediakan peralatan yang dibutuhkan di sekolahsekolah dan di provinsi-provinsi.
Kids Athletics adalah salah satu cabang olah raga yang di perlombakan
dalam even POPDA baik itu tingkat kecamatan, kabupaten bahkan provinsi.
Departemen Pendidikan Nasional pun menyetujui anjuran PB PASI agar cabang
Atletik yang dimainkan adalah Kids Athleticsya itu program pembinaan Atletik
bagi atlet usia pelajar sekolah dasar sesuai dengan kebijakan IAAF (International
Association of Athletics Federation). Dalam Kids Athletics, olahraga Atletik
dibuat lebih mudah dilakukan karena banyak mengandung permainan dan
dipertandingkan dalam nomor beregu sehingga tidak menimbulkan rasa bosan.
Selain juga tidak dibedakan kategori putra dan putri. Kids Athletics ini terdiri dari
beberapa cabang, di antaranya:
1) Sprint/Hurdles/Kanga’s Escape (Lari Halang Rintang).
2) Forward Squat Jumps (loncat Katak).
3) Kids Javelin Throwing (Lempar Turbo).
4) Sprint, Hurdles and Slalom Course (Formula One).
2. Kemampuan Kids Javelin Throwing
a. Definisi Kemampuan
Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu”
yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,
mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam
melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan
sesuatu yang harus ia lakukan. Yang dimaksud kemampuan atau ability ialah
bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara fisik
atau mental yang ia peroleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman (Soehardi,
2003: 24). Soelaiman (2007: 117) mengungkapkan bahwa, “Kemampuan adalah
sifat yang dibawa sejak lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat
menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental maupun fisik”. Kemampuan dan
22
keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan kinerja individu.
Keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang di miliki
dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat. Dengan kata lain,
kemampuan adalah karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan
maksimum fisik dan mental seseorang.
Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi. Kata kompetensi
berasal dari bahasa Inggris “competence” yang berarti ability, power,authority,
skill, knowledge, dan kecakapan, kemampuan serta wewenang. Jadi kata
kompetensi dari kata competent yang berarti memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan atau atoritas
untuk melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.
Kompetensi merupakan perpaduan dari tiga domain pendidikan yang
meliputi ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terbentuk dalam pola
berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar ini, kompetensi
dapat berarti pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan suatu kegiatan secara
fisik atau mental yang diperoleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman. Secara
garis besar, kemampuan terdiri dari dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang mencakup
kapasitas untuk mengerjakan berbagai tugas kognitif yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas mental, berpikir, menalar dan memecahkan masalah
yang mengacu pada kapasitas untuk mengerjakan tindakan-tindakan fisik.
Sedangkan kemampuan fisik mengacu pada kapasitas untuk mengerjakan
tindakan-tindakan fisik yang berupa tugas-tugas yang menuntut stamina,
keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.
b. Kids Javelin Throwing (Lempar Turbo)
Lempar merupakan salah satu nomor dalam Atletik dan menjadi bagian
23
keterampilan gerak dasar manipulatif yang dilakukan dengan anggota badan. Oleh
karena itu, guru sebagai fasilitator siswa dalam belajar perlu menciptakan
kesempatan yang merangsang anak-anak untuk mengembangkan kemampuan
melempar dalam suasana bermain yang bebas. Lempar lembing adalah salah satu
nomor yang terdapat dalam cabang olahraga Atletik yang menggunakan alat bulat
panjang yang berbentuk tombak dengan cara melempar sejauh-jauhnya. Untuk
memperoleh jauhnya lemparan diperlukan kekuatan dan kecepatan gerak serta
sudut yang tepat pada saat lembing lepas dari tangan.
Keseluruhan nomor yang dipertandingkan dalam cabang olahraga Kids
Athletics mempunyai sifat-sifat yang menyenangkan bagi peserta didik, terutama
untuk nomor Kids Javelin Throwing. Lempar merupakan salah satu komponen
dalam Atletik. Saputra (2002: 85) mengemukakan bahwa, “Lempar bagi siswa
sekolah dasar menjadi bagian keterampilan gerak dasar manipulatif yang
dilakukan dengan anggota badan”. Ria Lumintuarso (2008: 40) menyatakan
bahwa, “Lempar adalah salah satu kegiatan nomor lempar pada Kids Athletics,
yaitu kegiatan melempar dengan satu tangan untuk mencapai jarak tertentu”.
Tugas utama guru PJOK adalah menciptakan kesempatan yang merangsang anakanak untuk mengembangkan kemampuan melempar dalam suasana bermain yang
bebas.
Kids Javelin Throwing adalah olahraga Atletik yaitu
nomor lempar
lembing bagi anak-anak. Kids Javelin Throwing adalah dasar dari lempar lembing.
Lempar lembing terdiri dari dua kata yaitu lempar dan lembing. Lempar yang
berarti usaha untuk membuang jauh-jauh, dan lembing adalah tongkat yang
berujung runcing yang dibuang jauh-jauh. Lempar turbo adalah salah satu
kegiatan nomor lempar pada Kids Athletics, yaitu kegiatan melempar dengan satu
tangan untuk mencapai jarak tertentu (Ria Lumintuarso, 2008: 40). Turbo atau
rudal adalah lembing yang terbuat dari pralon 1 dim dengan ujung dari kayu jati
dan ekor imprabot. Panjang turbo adalah 40 cm dengan massa yang cukup
ringan bagi anak usia sekolah dasar. Seperti lempar lembing dewasa, tata cara
melakukan lempar turbo diawali dengan awalan, kemudian greakan melempar
turbo tersebut ke daerah lemparan yang dibatasi garis lempar. Faktor keamanan
24
dalam pembelajaran turbo juga penting untuk diperhatikan seperti peraturan kapan
harus melempar turbo dan kapan mengambil turbo kembali harus dipatuhi oleh
seluruh siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, Kids Javelin Throwing adalah salah satu
nomor yang terdapat dalam cabang olahraga Kids Athletics yang menggunakan
alat bulat agak panjang yang berbentuk menyerupai tombak yang memiliki sayap
pada sisinya yang terletak pada ujung belakang dan dilakukan dengan cara
melempar sejauh-jauhnya. Seperti halnya pelaksanaan nomor lempar lainnya,
penguasaan teknik yang sempurna akan menghasilkan lemparan maksimal. Pada
dasarnya teknik gerakan Kids Javelin Throwing diturunkan dari teknik gerak
lempar lembing hanya yang membedakan adalah sarana yang digunakan, baik dari
segi ukuran, bahan baku,
maupun bentuknya. Hal ini dikarenakan sarana
pembelajaran Kids Javelin Throwing sudah dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga sedikit berbeda dari bentuk lembing aslinya. Hal ini ditujukan untuk
mempermudah siswa dalam melaksakanan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan sarana yang lebih ringan dan lebih mudah menggunakannya.
Dengan bentuknya yang unik membuat siswa senang menggunakannya selama
kegiatan pembelajaran.
1) Teknik Kids Javelin Throwing (Lempar Turbo)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik gerak
pelaksanaan Kids Javelin Throwing yaitu teknik memegang lembing, teknik
membawa lembing, dan teknik gerak pelaksaanaan melempar lembing.
a) Teknik Memegang Lembing
Pada nomor Kids Javelin Throwing, teknik memegang turbo (lembing
untuk anak-anak) hampir sama dengan teknik memegang lembing pada nomor
lempar lembing dewasa, yaitu ada cara memegang dengan gaya Finlandia, gaya
Amerika, dan gaya menjepit.
25
(1) Cara Memegang Lembing Gaya Finlandia
Pada gaya ini, lembing ditempatkan di telapak tangan dengan bagian ujung
lembing tersebut menyerong hingga hampir menyentuh badan. Selanjutnya, jari
tengah akan memegang bagian tepi dari tali pada belajang dan dibuat melingkar
dengan bantuan jempol atau ibu jari. Antara kedua jari tengah dan ibu jari
diletakkan pada bagian belakang balutan lembing, sedangkan jari telunjuk
diletakkan sewajarnya. Saat menggunakan gaya ini, pastikan jari telunjuk lemas
agar bisa membantu menahan lembing itu sendiri. Gaya Finlandia ini menekankan
pada peranan jari bagian tengah dan ibu jari dalam mendorong serta melempar
lembing. Teknik memegang lembing ini dapat diterapkan dalam memegang turbo
(lembing untuk anak-anak) pada nomor Kids Javelin Throwing.
Gambar 1. Cara Memegang Lembing Gaya Finlandia
(2) Cara Memegang Lembing Gaya Amerika
Pertama, lembing diletakkan tepat di telapak tangan dengan bagian ujung
atau mata lembing tersebut menyerong hingga mendekati badan. Selanjutnya, jari
telunjuk menggenggam erat bagian tepi atau pangkal belakang lembing, dan
dikontrol oleh ibu jari lalu diletakkan di bagian tepi belakang pegangan. Jari
telunjuk dan ibu jari diletakkan pada bagian belakang balutan lembing. Pastikan
lembing lurus. Pada pegangan Amerika ini, jari telunjuk dan ibu jari cukup
memegang peranan yang penting dalam hal mendorong lembing pada saat hendak
melempar. Teknik memegang lembing ini juga dapat diterapkan dalam memegang
turbo (lembing untuk anak-anak) pada nomor Kids Javelin Throwing.
26
Gambar 2. Cara Memegang Lembing Gaya Amerika
(3) Cara Memegang Lembing Gaya Menjepit
Gaya yang satu ini cukup sederhana, intinya hanya dengan menjepit
lembing di antara jari tengah dan telunjuk, sementara itu jari lainnya memegang
secara biasa.
Gambar 3. Cara Memegang Lembing Gaya Menjepit
Cara memegang lembing gaya Finlandia dan gaya Amerika dapat
diterapkan pada Kids Javelin Throwing, tetapi pada Kids Javelin Throwing teknik
memegang lembing dengan cara menjepit dengan jari tengah dan jari telunjuk
akan sulit diterapkan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan ukuran antara turbo
dengan lembing. Turbo memiliki diameter yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan lembing sehingga teknik memegang dengan gaya menjepit sulit diterapkan
pada turbo yang berdiameter besar sedangkan tangan anak yang memegang turbo
memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan tangan orang dewasa. Di
samping itu, ada beberapa pelatih yang menyarankan memegang turbo dengan
cara mengaitkan jari telunjuk di pangkal peralon di antara ekor turbo. Hal ini
27
diyakini oleh beberapa pelatih dapat menunjang lemparan turbo yang lebih jauh
dibandingkan dengan cara memegang turbo dengan gaya Finlandia atau gaya
Amerika seperti pada cara memegang lembing.
b) Teknik Membawa Lembing
Untuk teknik membawa turbo relatif sama dengan cara membawa lembing
yaitu sebagai berikut:
(1) Lembing Dibawa dengan Ditaruh di Atas Pundak
Cara ini dipraktikkan dengan memegang lembing di atas pundak tepat di
samping kepala dimana mata lembing menyerong ke atas. Sementara itu siku
tangan terlipat atau ditekuk sehingga menuju ke arah depan. Cara ini biasanya
digunakan oleh atlet yang hendak menggunakan gaya hop-step atau gaya jangkit
sebagai awalan melempar.
(2) Lembing Dibawa dengan Ditaruh di Bawah
Cara ini dimulai dengan lengan bagian kanan yang harus lurus ke bawah.
Sementara itu, bagian mata lembing menyerong ke atas sehingga bagian ekornya
menyerong dan hampir menyentuh tanah.
(3) Lembing Dibawa di Depan Dada
Cara ini dilakukan dengan memposisikan lembing serong ke bawah
sementara itu ekornya serong pada bagian atas sehingga melewati pundak bagian
kanan.
c) Teknik Gerak Pelaksanaan Kids Javelin Throwing
Teknik gerak pelaksanaan lempar turbo pada dasarnya relatif mirip dengan
teknik gerak pelaksanaan pada lempar lembing. Pada lempar lembing, tahapan
gerak pelaksanaannya dibagi menjadi empat bagian yaitu awalan, sikap lempar,
lepas lembing, dan gerak lanjut atau sikap akhir.
Awalan pada lempar lembing adalah gerakan permulaan dalam melempar
lembing. Awalan dilakukan dengan cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan.
28
Awalan dilakukan pada lintasan selebar 4 meter yang terletak di belakang busur
batas lemparan. Panjang lintasan itu sangat beragam bergantung pada kecocokan
pelempar masing-masing. Namun panjang lintasan itu biasanya sekitar 20-40
meter. Awalan dilakukan dua tahap yaitu tujuh langkah pertama dengan kecepatan
rendah dan enam langkah berikutnya dengan langkah lebih cepat dan di akhiri tiga
langkah dengan langkah silang. Sementara lembing dipegang dan diarahkan ke
depan, pelempar berlari dengan kecepatan yang kian meningkat tetapi masih
terkendali. Hal ini penting karena pelempar harus mengatur langkahnya guna
mengambil sikap lempar yang mantap tanpa kehilangan kecepatan.
Sikap lempar dalam teknik dasar lempar lembing merupakan persiapan
untuk melepaskan lembing. Pada sikap ini lembing seolah-olah ditarik sejauh
mungkin ke belakang, sementara dada dan perut condong ke belakang dan diputar
menghadap ke depan. Kemudian dilakukan gerakan lecutan yang dimulai dengan
tolakan kaki belakang, putaran pinggul, perut, lengan, dan tangan. Pada saat ini
kaki atau bagian tubuh lainnya tidak boleh menyentuh busur atau tanah di depan
busur batas lemparan. Tahap ini dimulai dari tangan kanan yang membawa
lembing yang kemudian lembing dijulurkan langsung dari atas pundak di
belakang badan. Kaki kiri dilangkahkan jauh ke depan dengan badan diputar ke
kanan. Gerakan dilakukan bersamaan dengan gerakan lembing ke belakang.
Langkah ketiga dengan kaki kanan merupakan langkah untuk melempar lembing
ke atas serong ke depan. Sudut lemparan sekitar 45 derajat. Teknik dasar
melempar lembing khususnya saat lepasnya lembing dimulai dari kaki kiri
mendarat dengan ujung kaki menjurus ke arah lemparan, kaki kanan diputar dan
digerakan ke depan atas.
Sikap akhir dari pelaksanaan teknik gerak lempar lembing adalah menjaga
keseimbangan badan agar tidak terbawa ke depan yang dapat mengakibatkan
diskualifikasi. Hal yang dilakukan adalah mengerem lajunya badan menggunakan
kaki kanan membuat gerakan lanjutan putar badan ke kiri, dan kaki kiri ditarik ke
belakang atau agak ke samping.
Dalam perlombaan, ada beberapa persyaratan untuk suatu lemparan yang
sah yaitu:
29
(1) Lembing harus
dipegang pada bagian pegangannya, dan harus dilempar
lewat atas bahu atau bagian teratas dari lengan pelempar dan tidak dilempar
secara membandul.
(2) Lemparan itu tidak syah apabila mata lembing tidak menggores tanah
sebelum bagian lembing lainnya.
(3) Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah
satu garis atau jalur paralel.
Pada nomor lempar lembing, ada dua gaya yang sering digunakan yaitu
gaya jingkat (hop step style) dan gaya menyilang (cross step style). Gaya dalam
lempar lembing sebenarnya bisa diterapkan pada Kids Javelin Throwing. Akan
tetapi, mengingat pembelajaran pada Kids Javelin Throwing adalah sebuah model
pembelajaran yang bersifat menyenangkan dengan unsur rekreatif, gaya dalam
lempar lembing tidak begitu mendapat perhatian dalam pembelajaran Kids Javelin
Throwing. Yang dititikberatkan adalah pada gerak pelaksanaannya.
Sedikit berbeda dengan lempar lembing, pada Kids Javelin Throwing,
teknik dasar yang diajarkan dapat dirinci menjadi tahapan-tahapan:
(1) Lari awalan.
(2) Lima langkah berirama untuk penarikan lembing/turbo.
(3) Lari lima langkah.
(4) Melepaskan lemparan lembing/turbo.
(5) Pemulihan.
Pada saat tahap gerak awalan, pelempar mempercepat gerakan atau
akselerasi. Dalam tahapan gerak lima langkah berirama, gerakan dipercepat lebih
lanjut dan pelempar mempersiapkan tahap pelepasan turbo. Dalam tahap
pelepasan turbo, dihasilkan kecepatan tambahan dan ditransfer kepada lembing
sebelum dilepaskan. Dalam tahap pemulihan, pelempar menahan dan menghindari
berbuat kesalahan.
(1) Tahap Lari Awalan (Ancang-Ancang)
Latihan pada fase ini bertujuan untuk mempercepat gerakan melempar
turbo. Oleh karena itu, sifat-sifat yang perlu diperhatikan oleh seorang pelempar
adalah:
30
(a) Pada saat awalan, turbo dipegang horizontal di atas bahu;
(b) Bagian atas lembing/turbo dinaikkan di atas kepala;
(c) Lengan pada saat membawa lembing/turbo diupayakan tetap tenang dan stabil
(tidak bergerak ke muka atau belakang);
(d) Lari percepatan dilakukan secara rileks, terkontrol dan berirama (6–12
langkah);
(e) Lari percepatan dalam pengambilan awalan diupayakan sampai mencapai
kecepatan optimal, dan diperhatikan atau ditingkatkan dalam lari lima
langkah berirama.
(2) Tahap Lari Awalan 5 Langkah Berirama untuk Penarikan
Turbo
Pada fase lari lima langkah berirama ini pelempar akan berlatih bagaimana
melakukan awalan lima langkah berirama dengan tujuan untuk menempatkan
turbo secara benar pada saat akan dilempar. Oleh karena itu, sifat-sifat teknik
yang harus dipahami dalam latihan pada fase lima langkah berirama ini yang
harus diperhatikan oleh seorang pelempar adalah:
(a)
Penarikan lembing/turbo dimulai pada saat kaki kiri melakukan pendaratan;
(b)
Bahu kiri menghadap ke arah lemparan, sedangkan lengan kiri ditahan di
depan untuk keseimbangan;
(c)
Lengan yang digunakan untuk melempar lembing/turbo diluruskan ke
belakang dengan dua langkah;
(d)
Lengan yang digunakan untuk melempar ada pada setinggi bahu atau sedikit
lebih tinggi setelah penarikan.
(3) Tahap Lari Lima Langkah Berirama untuk Langkah Impuls
Pada fase lari lima langkah berirama untuk langkah impuls ini
dimaksudkan untuk menempatkan dan mempersiapkan badan pada saat akan
melakukan pelepasan turbo. Oleh karena itu, sifat-sifat teknik yang harus
diperhatikan oleh seorang pelempar di antarannya adalah sebagai berikut:
31
(a) Dorongan kaki dilakukan secara aktif dan mendatar dari telapak kaki kiri. Hal
ini dilakukan agar tidak kehilangan kecepatan.
(b) Lutut kanan diayunkan ke depan (tidak ke atas).
(c) Badan dibawa condong ke belakang (kaki dan badan mengikuti turbo).
(d) Bahu kiri dan kepala menghadap ke arah lemparan.
(e) Proses lengan yang digunakan untuk melempar dan poros bahu adalah sejajar.
(f) Langkah impuls adalah dilakukan dengan lebih panjang dibandingkan dengan
langkah pelepasan.
(4) Tahap Melempar Turbo
Pada tahap melempar lembing dari tangan menuju ke sasaran, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
(a) Gerakan melempar ini segera dimulai sesaat setelah kaki belakang menyentuh
tanah mengikuti gerakan langkah menyilang.
(b) Berat badan hendaknya diletakkan di atas kaki belakang yang dibengkokkan
ata ditekuk dengan punggung didorong ke belakang.
(c) Tangan yang memegang lembing/turbo tetap direntangkan ke belakang dan
lengan hendaknya tetap lurus.
(d) Begitu kaki belakang mengarahkan gerak pinggul dan dada ke depan, kaki
kiri ditarik secepat mungkin kemudian ditempatkan lurus ke arah lemparan.
(e) Setelah menempatkan kaki kiri sedikit ditekuk, kokohkan sudut batang tubuh.
(f) Pada saat itu juga, seluruh tubuh bagian sisi kiri pelempar hendaknya
dikokohkan
otot-ototnya
dengan
cara
menarik
lengan
kiri
dan
menempatkannya disisi pinggul kiri dalam posisi menyiku.
(g) Efek dari menghentikan gerak salah satu sisi tubuh sangat penting dalam
meningkatkan kecepatan gerak sisi lainnya. Di sisi gerakan tadi akan
menyebabkan pinggul kanan berputar dengan cepat.
(h) Begitu pinggul digerakkan kedepan dengan cepat, gerakan tangan melambai
atau mengayun lurus utnuk melempar segera dimulai.
(i) Sebelum lengan bawah direntangkan untuk memberikan tenaga akhir pada
turbo, lengan akan melewati kepala dengan siku lebih tinggi dari tangan.
32
(j) Titik pelepasan turbo dapat dikatakan hampir tegak lurus di atas kepala kiri.
(5) Tahap Gerak Pemulihan
Gerakan pemulihan setelah melempar turbo adalah tahap terakhir dari
serangkaian tahap gerakan Kids Javelin Throwing. Menurut Khomsin (2008: 107114), Ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan
gerakan kembali ke posisi semula adalah sebagai berikut:
(a) Gerakan kembali ke posisi semula dilakukan sesaat setelah lembing
dilemparkan dan lepas dari tangan;
(b) Gerakan kembali ke posisi semula sama sekali tidak boleh diabaikan sebelum
lembing lepas dari tangan;
(c) Gerakan kembali ke posisi semula, terjadi atas gerakan kaki kanan ke depan
dan mengambil langkah lari untuk menjaga tubuh tetap lurus;
(d) Berat badan pada kondisi ini langsung dipindahkan ke kaki kanan yang
ditekuk untuk mengurangi momentum ke depan
2) Peralatan yang Digunakan dalam Kids Javelin Throwing
Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
maupun perlombaan Kids Javelin Throwing meliputi:
(a) 2 buah lembing untuk anak-anak (turbo). Lembing yang dipergunakan
berbahan dasar pipa paralon dengan panjang 40 cm dan berat
200 gram. Di
bagian ujung dibuat lancip sehingga bila lemparan yang dilakukan benar
dapat menancap di tanah. Di sebelah pangkal dibuat sayap seperti rudal.
(b) Garis ukur yang telah dikalibrasi dengan meteran.
(c) Kartu lomba (Score Board).
Tabel 4. Kartu Lomba
No
Nama
Jarak
Lemparan I
Lemparan II
Jarak Terbaik
33
3) Analisis Biomekanika Kids Javelin Throwing
Kids Javelin Throwing merupakan salah satu nomor yang dilombakan
dalam cabang olahraga Kids Athletics. Dalam pelaksanaannya Kids Javelin
Throwing bertujuan untuk melempar lembing (turbo) pada suatu daerah yang
ditentukan dengan menggunakan teknik tertentu dalam upaya mencapai lemparan
sejauh-jauhnya. Lemparan yang benar jika seorang pelempar melempar lembing
dengan sekuat tenaga dan jatuhnya lembing adalah tertancapnya atau
menyentuhnya ujung kepala turbo terlebih dahulu daripada dengan bagian turbo
lainnya.
Tahap lari awalan merupakan kerja dari otot-otot tungkai. Langkah
menyilang juga kerja dari otot-otot tungkai. Memposisikan tubuh merupakan
kerja dari bagian togok (trunk) dan terakhir melempar sebagai momentum penting
dalam menghasilkan lemparan meliputi kekuatan otot lengan atas dan bawah.
Kemudian ada bagian lain yang penting adalah pegangan lembing yang didukung
oleh wrist dan jari-jari tangan. Untuk dapat melakukan lemparan yang baik dalam
Kids Javelin Throwing, selain kemampuan fisik yang prima juga harus didukung
oleh teknik yang baik. Kemampuan fisik yang baik jika tidak didukung oleh
teknik yang sempurna, kegagalanlah yang akan diperoleh. Sebab salah sedikit
jatuhnya turbo, maka lemparan dinyatakan tidak sah.
a) Sistem Energi dalam Gerakan Kids Javellin Throwing
Energi adalah daya untuk melakukan kerja. Meskipun diketahui dalam
berbagai bentuk, energi umumnya diukur dengan satuan panas kilokalori (kkal).
Satu kkal adalah banyaknya panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur
1 liter air 1° Celcius. Energi ada dua bentuk, energi potensial dan energi kinetik.
Sumber energi potensial diperoleh di mana-mana. Pada hakikatnya gerakan pada
tubuh manusia membutuhkan energi. Sistem energi pada tiga bagian yaitu:
a) ATP-PC
b) Asam laktat
c) Sistem aerobik
34
(1) ATP-PC
Sistem ATP-PC merupakan suatu sistem energi yang dapat dihasilkan
dengan relatif cepat.Semua aktivitas makhluk hidup termasuk manusia,
membutuhkan energi. Sumber utama energi adalah matahari. Dalam tubuh
manusia energi yang berasal dari makanan berada dalambentuk energi kimia yang
antara lain Adenosin Tri Phosfat (ATP), yang dapat diubah menjadi energi kinetik
atau gerak. Apabila ATP tersebut dipecahkan menjadi Adenosin Di Phosfat
(ADP) dan Phosfat Inorganik (PI) yang akan menghasilkan energi yang dapat
dipakai untuk kontraksi otot. Persediaan ATP di otot sangat terbatas, sehingga
untuk menjaga kelangsungan kontraksi otot, maka persediaan ATP harus segera
dipenuhi kembali. Upaya untuk membentuk kembali ATP dapat ditempuh dengan
sistem anaerob atau sistem aerob. Sistem anaerob berkaitan dengan sistem ATP
Phosphocreatin (ATP-PC) dan glikolisis anaerob yang berhasil akhirnya adalah
asam laktat sedangkan pada sistem aerob glukosa akan dipecah menjadi Co2 dan
Ho2 melalui proses glikolisis aerob dan siklus trikanboksilat.
Sistem ATP-PC dalam proses olah gerak, hanya dapat dipertahankan
selama 10 detik. Dengan demikian, sistem ATP-PC dipakai dalam gerakan yang
cepat, eksplosif, dan kuat. Pada glikolisis anaerob, dari 1 mol glukosa akan
menghasilkan 2 mol ATP dan asam laktat. Dalam proses olah gerak, proses
glikolisis anaerob dapat dipertahankan kelangsungan antara 1-3 menit energi
harus disediakan melalui proses glikolisis aerob yang memerlukan O2 sebagai
bahan utama untuk membentuk ATP.
(2) Asam Laktat
Sistem asam laktat sama artinya dengan glikolisis anaerobik, yang berarti
penguraian glikogen tanpa oksigen. Penguraian glikogen menghasilkan energi
utnuk meresintesis ATP. Produksi sampingannya adalah asam laktat sehingga
disebut dengan asam laktat. Asam laktat terakumulasi dalam darah dan otot akan
menimbulkan lelah awal. Sistem ini merupakan sistem yang berkerja setelah
sistem phosphagen habis jumlahnya. Akumulasi asam laktat akan diolah kembali
35
dan menghasilkan ATP. Sistem ini hanya bekerja 1-3 menit saja, yakni ketika
asam laktat telah hasbis.
(3) Sistem Aerobik
Sistem ini disebut juga dengan sistem glikolisis aerobik yang prosesnya
membutuhkan oksigen. Sistem ini akan bekerja setelah oksigen di tubuh telah
mencukupi. Proses ini terjadi pada mitokondria atau disebut dengan powerhouses,
yaitu tempat aerobik membuat energi ATP. Dengan oksigen, 180 gram glikogen
diuraikan menjadi CO2 dan H2O dan energi yang cukup untuk meresistesis 39
mol ATP. Ada tiga rangkaian reaksi utama dalam sistem aerobik, yaitu:1)
glikolisis aerob; 2) siklus kreb; dan 3) sistem transpor elektron. Sistem ini akan
bekerja setelah dilakukan dalam waktu yang relatif lama.
Dalam lempar lembing, sistem yang dipergunakan adalah sistem
Phosphagen dengan kebutuhan ATP yang harus cepat. Hal ini disebabkan waktu
untuk melakukan lempar lembing hanya kurang lebih 10 detik saja.
Pemanfaatan latihan beban harus mengacu pada kerja anaerobik baik peningkatan
bebannya atau interval pelaksanaannya. Model latihan yang dilakukan harus
mengacu pada pembebanan di daerah anggota gerak atas sehingga kebutuhan fisik
pada lempar lembing dapat disesuikan dengan kebutuhan cabang olahraga
tersebut.
b) Biomekanika Gerak Kids Javelin Throwing
Gerak melempar pada nomor Kids Javelin Throwing merupakan bentuk
gerak lemparan yang kompleks. Gerak melempar kompleks biasanya dilakukan
untuk melempar sejauh-jauhnya dengan penggunaan tenaga yang besar. Dari
sudut pandang biomekanika teknik olahraga, tujuan utama mekanik Kids Javelin
Throwing termasuk dalam klasifikasi keterampilan melontarkan objek atau tubuh
sendiri untuk mencapai jarak tertentu. Setiap benda yang dilontarkan atau
dilemparkan ke udara membuat sudut dengan bidang horizontal, dan akan
menjalani suatu lintasan gerak yang dinamakan parabola. Lintasan berbentuk
parabola terjadi karena ada gaya tarik bumi (gravitasi) yang bekerja pada benda
36
yang melayang di udara. Lembing atau turbo yang dilemparkan dengan sudut
lempar tertentu maka lembing atau turbo tersebutakan bergerak karena memiliki
tenaga gerak yang dipindahkan dari pelempar. Turbo juga mendapat daya tarik
bumi dan hambatan udara atau angin.
Tujuan utama dalam Kids Javelin Throwing adalah memperbesar gaya
atau momentum agar lembing atau turbo dapat bergerak dengan cepat sehingga
lembing atau turbo dapat dilempar sejauh mungkin. Untuk dapat memberi
rangsangan dalam mencapai prestasi optimal, perlu adanya penerapan khusus dari
prinsip gerak parabola dalam Kids Javelin Throwing. Ketika melempar, lembing
atau turbo lepas dari tangan dengan ketinggian tertentu di atas permukaan bumi ke
titik lembing atau turbo jatuh.
Rumus
berlaku untuk suatu jarak dari titik turbo
dilepaskan dari tangan sampai ke titik turbo jatuh pada dataran yang sama.
X
= jarak
Vo
= kecepatan awal benda
G
= grafitasi bumi (9.80 m/det2 atau 10 m/det2)
α
= sudut lemparan (sudut elevasi)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa jarak yang dicapai
dipengaruhi oleh:
(1) Kecepatan awal. Semakin tinggi kecepatan awal maka jarak yang dicapai
akan semakin jauh.
(2) Sudut elevasi. Dengan sudut elevasi 450 akan dapat dicapai jarak sejauhjauhnya. Namun, dalam lemparan atas tujuan utamanya adalah kecepatan,
jadi semakin kecil sudut elevasi makan akan semakin baik.
Sebagai contoh, jika turbo dilemparkan dengan arah atau sudut lemparan
300, diukur dari tanah sebagai bidang horizontal, dan jaraknya 65ft maka kita
dapat mengetahui kecepatan awal lemparan tersebut dengan menggunakan prinsip
gerak parabola, seperti dijabarkan dari perhitungan di bawah ini:
Diketahui:
α
= 300
37
sin 2 α
= 0.866
X
= 65 ft = 19.812 m
g
= 10 m/det2
maka dengan menggunakan persamaan : X =
19.812
=
0.866 V02
= 198.12
V02
=
V02
= 228.7759815
V0
=√
V0
= 15.125 m/det2
akan diperoleh hasil
Dari hasil perhitungan di atas besarnya kecepatan awal yang diperlukan adalah
15.125 m/det2.
Dalam pelaksanaan Kids Javelin Throwing, komponen tubuh yang
melakukan Kids Javelin Throwing, daerah otot yang berkontraksi dan yang
memiliki dukungan yang sangat besar adalah kelompok anggota gerak atas.
Kelompok otot yang berkontraksi anggota gerak atas pada saat melakukan
lemparan. Jadi jauh tidaknya lemparan sangat didukung oleh daya ledak (power)
otot-otot lengan. Saat menarik lengan kebelakang dan fleksi lengan, otot yang
berfungsi adalah:
(1) Biceps brachii
(2) Deltoid
(3) Travezeus
(4) Serratus anterior
(5) Lattisimus dorsi
Sedangkan saat melempar dan ekstensi lengan, yang berkontraksi adalah:
(1) Tricep brachii
(2) Vektoralis mayor
(3) Lattisimus dorsi
(4) Deltoid anterior
38
(5) Travezeus
Kekuatan lemparan hanya akan besar jika otot-otot tersebut dilatih dengan
latihan yang tepat dan khususnya peningkatan kekuatan. Karena gerakannya
membutuhkan power, maka latihan yang dilakukan juga harus mengacu pada
pengembangan power. Sedangkan memegang turbo merupakan dukungan dari
kelompok otot-otot lengan bagian bawah, dan jari-jari tangan.
Untuk melakukan latihan beban harus difokuskan pada anggota gerak atas.
Anggota gerak bawah berfungsi untuk melakukan awalan lari dan tumpuan pada
sikap siap melempar. Dalam Kids Javelin Throwing, awalan atau ancang-ancang
berbeda dengan lompat jauh. Kalau lompat jauh, kecepatan mutlak dibutuhkan
sebagai dasar untuk mendapatkan tolakan kaki yang sangat kuat. Sedangkan
dalam Kids Javelin Throwing, awalan hanya untuk mendapatkan posisi yang tepat
dan enak untuk melempar. Dengan demikian, fungsi awalan dalam Kids Javelin
Throwing bukanlah fungsi utama. Meskipun demikian gerakan ketika melempar,
anggota tubuh bagian bawah ketika melakukan lemparan berfungsi untuk
menunjang daya lempar dengan menolakkan kaki dengan putaran pada daerah
pinggang.
Secara lebih rinci akan dijelaskan analisis biomekanika gerakan melempar
dalam Kids Javelin Throwing dapat dilakukan dengan teknik gerakan lempar yang
dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
(1) Lari awalan
(2) Lima langkah berirama untuk penarikan turbo
(3) Lari lima langkah
(4) Melepaskan lemparan turbo
(5) Pemulihan
(1) Lari Awalan (Approach)
Posisi awal, pelempar berdiri tegak menghadap ke arah lemparan dengan
kedua kaki sejajar. Lembing atau turbo dipegang pada ujung belakang balutan tali
memungkinkan suatu transfer kekuatan di belakang titik pusat gravitasi,
sedangkan jari-jari mengimbangi tahanan dengan baik. Lengan kanan atau yang
39
digunakan untuk membawa lembing ditekuk dengan turbo dibawa setinggi kepala
dengan ujung turbo mengarah sedikit ke atas.
(2) Lari Awalan Lima Langkah Berirama untuk Penarikan Turbo
dan Lari Lima langkah
Yang dimaksud lari awalan di sini adalah sepanjang 5-8 langkah sesuai
dengan kemampuan dalam lari sprint, seperti suatu lari percepatan dah harus
dalam satu garis lurus. Turbo masih dibawa dalam posisi setinggi kepala dengan
kepala turbo tetap menunjuk sedikit ke atas. Punggung tangan menghadap ke arah
luar (lateral). Selama lari lengan yang membawa turbo bergerak hanya sedikit,
sedangkan lengan yang lain bergerak sesuai dengan irama lari. Lima langkah
mengikuti lari awalan yang siklis tanpa suatu gangguan/interupsi. Urutan langkah
itu adalah kanan – kiri – kanan – kiri – lempar.
Articulation merupakan sumbu ketika melakukan lompatan. Dan gerak
persendian ketika atlet tersebut berlari merupakan gerak berputar dengan pusat
putaran tersebut ada pada:
(1) Articulacion humeri merupakan sumbu putaran ketika mengayunkan tangan.
(2) Articulation coxae merupakan sumbu saat mengayunkan tungkai.
(3) Articulation genu merupakan sumbu ketika melakukan lompatan
Gerakan penarikan turbo dimulai pada saat kaki kiri mendarat, bahu kiri
menghadap ke arah lemparan, lengan kiri ditahan di depan untuk menjaga
keseimbangan. Sedangkan lengan yang melempar diluruskan ke belakang pada
waktu langkan 1 dan 2, dan lengan pelempar ada pada posisi setinggi bahu atau
sedikit lebih tinggi setelah penarikan, serta ujung mata turbo dikontrol selalu
dekat dengan kepala atau di samping telinga. Dalam hitungan ke tiga, turbo harus
benar-benar lurus dan hitungan ke empat lakukan silang atau dorongan aktif
dengan kaki kanan ke depan bukan ke atas menuju arah lemparan, badan condong
ke belakang, bahu kiri dan kepala menghadap ke arah lemparan, poros lengan
pelempar dan bahu paralel, dan langkah impuls adalah lebih panjang daripada
langkah pelepasan (delivery). Hitungan ke lima atau langkah ke lima mengikuti
40
dengan menempatkan kaki kiri yang diluruskan dan dikuatkan pada tumit masuk
ke posisi power (power position).
Dalam posisi power, lengan pelempar dengan turbo benar-benar berada di
belakang, membentuk garis lurus dengan bahu. Poros turbo dan poros bahu adalah
paralel, sedangkan mata memandang ke depan. Pusat massa badan bergerak ke
arah lemparan lewat atas kaki kanan dan dikontrol oleh kaki yang diluruskan.
Sedangkan kaki kiri mengeblok separuh bagian kiri badan. Dada mendorong ke
depan dan menghasilkan ”tegangan seperti tali busur” yang memungkinkan
penggunaan sepenuhnya dari kaki, torso, dan lengan pelempar. Tegangan busur
meningkat dengan menahan lengan ke belakang.
(3) Pelepasan Turbo
Gerakan pelepasan lembing atau turbo adalah gerakan penting untuk suatu
lemparan yang baik. Bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mulamula bahu melempar secara aktif di bawa ke depan dan lengan pelempar diputar,
sedangkan siku mendorong ke atas.
Pelepasan turbo itu terjadi di atas kaki kiri. Turbo lepas dari tangan pada
sudut lemparan kira-kira 45° dengan suatu gerakan seperti ketapel dari lengan
bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur seperti menyeret di tanah. Pada waktu
turbo lepas terjadi pada suatu garis lurus dapat digambarkan dari pinggang ke
tangan pelempar yang hanya sedikit ke luar garis vertikal, sedangkan kepala dan
tubuh/torso condong ke kiri pada saat tahap pelepasan turbo. Lengan kiri ditekuk
dan mengeblok selama pelepasan turbo.
Setiap benda yang ada di bumi akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi
meski seringan apapun benda tersebut. Inilah yang menjadi penyebab mengapa
setiap benda yang bergerak akan berhenti karena adanya gaya gravitasi tersebut.
Seperti halnya yang terjadi pada turbo, setelah melambung tinggi maka turbo
tersebut akan jatuh dan menancap di tanah.
Saat melempar turbo diperlukan keseimbangan untuk mempertahankan
posisi
tubuh
ketika
melempar.
Tubuh
mengupayakan
untuk
menjaga
keseimbangan dengan memusatkannya pada satu kaki tumpuan teori yang tepat
41
yaitu keseimbangan dipengaruhi oleh letak segmen-segmen anggota tubuh. Ketika
hendak melempar turbo melemparkan benda maka moment gaya juga harus kita
perbesar. Hal ini dikarenakan semakin besar moment gaya maka gaya yang
dihasilkan juga akan semakin besar jadi juga dapat menghasilkan lemparan yang
jauh. Semakin besar power kita dalam melempar benda, maka akan semakin besar
pula kecepatan benda tersebut.
(4) Pemulihan
Pemulihan terjadi sebelum garis batas dengan suatu pembalikan arah
lemparan ke kaki kanan. Lutut ditekuk secara signifikan dan pusat massa badan
diturunkan dengan membengkokkan badan bagian atas ke depan.
Berdasarkan ulasan di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam seluruh tahap gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing:
(1) Speed of release yaitu kecepatan melepaskan lembing (lemparan) didukung
oleh kekuatan dan kecepatan untuk memperoleh jarak yang maksimum.
(2) Angle of release yaitu proses sudut pelepasan turbo yang didukung kekuatan
dan kecepatan untuk memperoleh jarak yang maksimal.
(3) Height of release yaitu pelepasan tertinggi yang didukung oleh fisik dan
posisi.
(4) Aerodinamika (faktor yang berhubungan dengan ilmu dinamika udara) seperti
kecepatan angin, oleh penempatan sudut lempar yang benar, kecepatan
gerakan atau teknik.
c) Sendi yang Digunakan dalam Gerakan Kids Javelin Throwing
Untuk lebih jelasnya, articulatio yang berperan dalam gerakan lempar
Kids Javelin Throwing adalah:
(1) Articulatio humeri
(2) Articulatio cubiti
(3) Articulatio radiocarpea
(4) Articulationes carpometacarpea dan articulationes intermetacarpeae
(5) Articulatio metacarpopalangea
42
(6) Articulatio interphalangea
(7) Articulatio coxae (sendi paha)
(8) Articulatio genu (sendi lutut)
(9) Articulatio tibiofibularis
(10) Articulatio talocrulalis
(11) Articulatio intertarsalia
(1) Articulatio Humeri
Articulatio humeri adalah persendian antara cingulum extremitatum
superior dan lengan atas atau disebut juga sendi bahu. Sendi ini dibentuk oleh
cavitas glenoidalis scapulae dengan caput humeri.
Sendi bahu mempunyai tiga axis gerak, maka gerakan yang terjadi dalam
gerakan Kids Javelin Throwing adalah:
(a) Antefleksi dan retrofleksi
(b) Abduksi dan adduksi
(c) Exorotasi dan endorotasi
(2) Articulatio Cubiti
Articulatio cubiti adalah persendian antara lengan atas dan lengan bawah
atau disebut juga sendi siku. Articulatio cubiti terdiri dari tiga macam hubungan
tulang, yaitu:
(a) Articulatio humeroulnaris yang dibentuk oleh trochlea humeri dan incisura
trochlearis ulnae
(b) Articulatio humeroradialisyangdibibentuk oleh capitulum humeri dengan
fovea capituli radii.
(c) Articulatio radioulnaris proximalis yang dibentuk oleh incisura radialis
ulnae dan circumferentia articularis capituli radii.
Gerak dari articulatio cubiti yang digunakan dalam analisis gerak Kids
Javelin Throwing adalah gerak fleksi sewaktu memegang turbo saat berlari, dan
retrofleksi sewaktu memegang turbo pada saat 5 langkah terakhir.
43
(3) Articulatio Radiocarpea
Articulatio radiocarpea adalah persendian antara lengan bawah dan tangan
(pergelangan tangan). Sendi ini adalah sendi ovoid (ararticulatio ellipsoidea),
dibentuk oleh facies articularis carpea radii dan discuss articularis pada ujung
distal ulna, dengan deretan proximalcarpal (os scapoideum, os lunatum, dan os
triquetrum).
Persendian di sini termasuk articulatio plana, yang hanya memungkinkan
gerak menggelincir. Akan tetapi secara total gerak ini menghasilkan suatu gerak
seperti yang didapat pada sendi-sendi engsel pada articulatio meddiocarpea.
(4) Articulationes Carpometacarpea dan Articulationes
Intermetacarpeae
Yang khas di sini ialah articulatio carpametacarpea pollicis. Dibentuk
oleh tulang metacarpal
I dan os trapesium. Termasuk sendi pelana.
Articulationes intermetacarpea adalah sendi-sendi antara basis tulang metacarpal
yang berbatasan. Termasuk sendi arthrodia. Terdapat dalam capsula articularis
dari articulatio carpometacarpal.
(5) Articulatio Metacarpopalangea
Sendi ini menghubungkan basis phalanx proximalis dengan ujung distal
metacarpal yang sesuai. Termasuk articulatio ellipsodea.
(6) Articulatio Interphalangea
Ini adalah sendi antara dua phalanx yang berdekatan, sehingga ada
articulatio interphalangea proximalis dan distalis.
(7) Articulatio Coxae (Sendi Paha)
Sendi ini termasuk articulatio spheroidea dan dibentuk oleh caput femoris
dan acetabulum. Oleh karena acetabulum menjadi lebih dalam dengan adanya
labrum ini, Caput femoris masuk ke dalamnya lebih dari separuh, maka sendi
peluru disini dinamakan enarthrosis.
44
Gerak yang terjadi dalam articulatio coxae saat melakukan gerakan Kids
Javelin Throwing adalah fleksi ke belakang saat berlari untuk awalan Kids Javelin
Throwing dan anterofleksi ke depan juga saat berlari.
(8) Articulatio Genu (Sendi Lutut)
Articultio genus terdiri dari beberapa hubungan tulang, yaitu:
(a) Articulatio femoropatellaris
(b) Articulatio meniscofemoralis lateralis
(c) Articulatio meniscofemoralis medialis
(d) Articulatio meniscotibialis lateralis
(e) Articulatio meniscotibialis medialis
Pada articulatio ini juga terjadi gerakan fleksi dan retrofleksi.
(9) Articulatio Tibiofibularis
Hubungan antara tibia dan fibula terdiri atas:
(a) Articulatio tibio fibularis yang merupakan articulatio plana, yang dibentuk
oleh condylus lateralis tibiae dan caput fibulae.
(b) Syndesmosis tibio fibularis yang dibentuk oleh facies medialis ujung
distalfibula dan incisura fibularis tibiae.
(10) Articulatio Talocrulalis
Hubungan antara tungkai bawah dan kaki berupa articulatio talocruralis.
Dibentuk oleh facies articularis anferior tibiae, facies articularis melleoli tibiae,
facies articularis malleoli fibulae dan dataran atas talus, yaitu: facies superior,
facies malleolaris dan lateralis. Termasuk tipe sendi engsel (ginglymus).
(11) Articulatio Intertarsalia
Persendian pada kaki dibentuk oleh tulang-tulang tarsal, metatarsal, dan
phalanges pedis, yaitu:
(a) Articulatio talocalcanea
(b) Articulatio talocalcaneonaviculare
45
(c) Articulatio talonaviculare
(d) Articulatio calcaneocuboidea
(e) Articulatio cuneonavicularis
(f) Articulatio intercuneiformis
(g) Articulatio cuneocuboidea
(h) Articulatio tasometatarsea
(i) Articulatio metatarsophalangealis
(j) Articulatio interphalangealis
d) Sumbu dan Bidang dalam Gerakan Kids Javelin Throwing
Sumbu dalam analisis gerakan Kids Javelin Throwing adalah sagital, yaitu
garis potong antara bidang sagital dan transfersal, yaitu ventral ke dorsal.Bidang
yang digunakan adalah bidang transversal, yaitu bidang yang memotong panjang
tubuh secara melintang dan membagi tubuh menjadi dua bagian yaitu atas dan
bawah. Dalam gerakan Kids Javelin Throwing tubuh bagian atas seperti bahu,
lengan atas, dan tangan. Kemudian untuk tubuh bagian bawah yang digunakan
mulai dari paha, tungkai, dan kaki.
Pengungkit pada gerakan Kids Javelin Throwing adalah gaya di antara
beban dan sumbu. Beban berada pada turbo itu sendiri, sumbu berada pada
articulatio humeri, dan gaya berada pada articulatio cubiti.
e) Otot-otot yang Berperan dalam Gerakan Kids Javelin Throwing
Otot-otot yang berperan dalam gerakan Kids Javelin Throwing terdiri dari:
(1)
Otot-otot dari bagian belakang batang badan
(2)
Otot-otot dari bagian depan batang badan
(3)
Otot-otot bahu
(4)
Otot-otot lengan atas
(5)
Otot-otot lengan bawah
(6)
Otot-otot tangan
(7)
Otot-otot pangkal paha
(8)
Otot-otot tungkai atas
46
(9)
Otot-otot tungkai bawah
(10) Otot-otot kaki
(1) Otot-otot dari Bagian Belakang Batang Badan
Otot-otot dari bagian belakang batang badan terdiri atas:
(a) Musculus trapezius
(b) Musculus rhomboidei minor et mayor
(c) Musculus levator scapulae
(d) Musculus latissimus dorsi
(2) Otot-otot dari Bagian Depan Batang Badan
Otot-otot dari bagian depan batang badan terdiri atas:
(a) Musculus subclsvius
(b) Musculus pectoralis minor
(c) Musculus serratus anterior
(d) Musculus pectoralis major
(e) Musculus rectus abdominis
(f) Musculus obliquus externus abdominis
(g) Musculus obliquus internus abdominis
(h) Musculus transfersus abdominis
(3) Otot-Otot Bahu
Otot-otot bahu terdiri atas:
(a) Musculus deltoideus
(b) Musculus supraspinatus
(c) Musculus infraspinatus
(d) Musculus teres minor
(e) Musculus teres major
(f) Musculus subscapularis
47
(4) Otot-Otot Lengan Atas
Otot-otot lengan atas terdiri atas:
(a) Musculus biceps brachii
(b) Musculus coracobrachialis
(c) Musculus brachialis
(d) Musculus triceps brachii
(5) Otot-Otot Lengan Bawah
Otot-otot lengan bawah terdiri atas:
(a) Musculus pronator teres
(b) Musculus supinator
(c) Musculus pronator quadratus
(d) Musculus flexor carpi radialis
(e) Musculus palmaris longus
(f) Musculus flexor carpi ulnaris
(g) Musculus flexor digitorum profundus
(h) Musculus flexor pollicis longus
(i) Musculus brachioradialis
(j) Musculus extensor carpi radialis longus
(k) Musculus extensor carpi radialis brevis
(l) Musculus extensor carpi ulnaris
(m) Musculus anconeus
(n) Musculus extensor digitorum communis
(o) Musculus extensor digiti minimi
(p) Musculus abduktor pollicis longus
(q) Musculus extensor pollicis brevis
(r) Musculus extensor pollicis longus
(s) Musculus extensor indicis
(6) Otot-Otot Tangan
Otot-otot tangan terdiri atas:
48
(a) Musculus abduktor pollicis brevis
(b) Musculus opponens pollicis
(c) Musculus palmalis brevis
(d) Musculus flexor pollicis brevis
(e) Musculus adduktor pollicis
(f) Musculus abduktor digiti V (minimi)
(g) Musculus flexor digiti V brevis
(h) Musculus opponen digiti V (minimi)
(i) Musculus lumbricales
(j) Musculus interossei volaris (3 buah)
(k) Musculus interossei dorsales (4 buah)
(7) Otot-Otot Pangkal Paha
Otot-otot pangkal paha terdiri atas:
(a) Musculus psoas minor
(b) Musculus psoas major
(c) Musculus illiacus
(d) Musculus tensor fasciae latae
(8) Otot-Otot Tungkai Atas
Otot-otot tungkai atas terdiri atas:
(a)
Musculus sartorius
(b)
Musculus quadriceps
(c)
Musculus pectineus
(d)
Musculus adduktor longus
(e)
Musculus gracillis
(f)
Musculus adduktor brevis
(g)
Musculus adduktor magnus
(h)
Musculus adduktor minimus
(i)
Musculus semitendinosus
(j)
Musculus semimembranosus
49
(k)
Musculus biceps femoris
(9) Otot-Otot Tungkai Bawah
Otot-otot tungkai bawah terdiri atas:
(a) Musculus tibialis anterior
(b) Musculus extensor digitorum longus
(c) Musculus extensor hallucis longus
(d) Musculus gastrocnemius
(e) Musculus soleus
(f) Musculus plantaris
(g) Musculus popliteus
(h) Musculus flexor digitorum longus
(i) Musculus lexor hallucis longus
(j) Musculus tibialis posterior
(k) Musculus peronaeus longus
(l) Musculus peronaeus brevis
(10) Otot-Otot Kaki
Otot-otot kaki terdiri atas:
(a) Musculus abductor hallucis
(b) Musculus abductor digiti minimus
(c) Musculus addukctor hallucis
(d) Musculus flexor digiti minimi brevis
(e) Musculus flexor halucis brevis
(f) Musculus interossei plantares (3 buah)
(g) Musculus interossei dorsales
3. Persepsi Kinestetik
a. Definisi Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.
Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu
50
melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut diteruskan oleh
syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan
proses persepsi. Oleh karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses
penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului
terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu
individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat
indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.
Pada tubuh manusia terdapat lima sistem persepsi yaitu sistem visual,
sistem auditorik, sistem kimiawi, sistem propriseptif, dan sistem sematosensorik.
Pada sistem visual, indera yang terlibat adalah penglihatan. Pada sistem auditorik,
indera yang terlibat adalah pendengaran. Pada sistem kimiawi, indera yang
terlibat adalah pengecap dan penciuman. Pada sistem propriseptif, indera yang
terlibat adalah indera vestibular (sebagai
indera untuk orientasi atau
keseimbangan) kinestetik (yang terletak di otot, sendi, dan tendon). Pada sistem
sematosensorik, indera yang terlibat adalah sentuhan, tekanan, hangat, dingin,
nyeri (serta kombinasi seperti gatal, geli, dan halus).
Persepsi adalah proses diterimanya stimulus atau rangsang sampai
rangsang itu disadari dan dimengerti penginderaan atau sensasi yang disebut
proses penerimaan rangsang. Persepsi merupakan proses yang berkorelasi antara
pengalaman sebelumnya dengan sekarang, dan mengintegrasikan sensasi dari
lebih dari satu sumber sensorik. Proses ini menjadi tatanan yang lebih tinggi
daripada sensasi. Menurut Drowatzky (1981: 16) “Persepsi adalah simulasi dari
organ sensorik yang menghasilkan sensasi untuk memberikan kontak dengan
dunia luar”.
Sensasi dengan sendirinya tidak membawa informasi yang cukup untuk
memahami dan menafsirkan lingkungan sekitar. Drowatzky (1981: 16)
mengungkapkan bahwa, “Pemahaman dan interpretasi muncul melalui persepsi a
high order proses di mana sensasi yang timbul lebih dari satu sumber yang
terintegrasi dan pengalaman sebelumnya berkorelasi dan dibandingkan dengan
situasi yang dihadapi”. Proses ini dipelajari dan tunduk pada hukum yang sama
dari proses belajar sebelumnnya.
51
Persepsi merupakan proses yang subjektif. Persepsi yang dimiliki oleh
setiap orang tidaklah sama. Perbedaan persepsi antara orang-orang adalah produk
dari kapasitas sensorik yang berbeda dan karakteristik pribadi yang berbeda.
Weintraub dan Walkerr dalam Drowatzky (1981: 177) menyatakan bahwa,
“Persepsi adalah bersifat subjektif, pengalaman individual”.
Persepsi melibatkan integrasi informasi sensorik dari lebih dari satu jenis
alat indera. Diskusi ini terutama berkaitan dengan dua sensasi yang mengandalkan
paling berat untuk kinerja motor yaitu sensasi somesthetic (sensasi umum dari
tubuh, seperti suhu, tekanan, dan posisi) dan sensasi visual. Konsep-konsep umum
mengenai hubungan antara sensasi dan persepsi yang serupa untuk sistem sensorik
yang berbeda, meskipun reseptor yang berbeda, jalur, dan area otak mungkin
terlibat. Hal ini penting untuk menyadari bahwa penurunan nilai arti dapat
menghasilkan gangguan gerakan dan gangguan motorik. Sensasi muncul tidak
hanya dari daerah yang berbeda dari tubuh, tetapi rangsangan juga menuju ke area
yang berbeda dari sistem syaraf. Beberapa cabang syaraf sensorik berakhir di
tingkat yang lebih rendah dari sumsum tulang belakang menyebabkan gerak
reflek.
b. Definisi Persepsi Kinestetik
Kata kinestetik berasal dari Yunani yang berarti "bergerak" dan
"perasaan", yang berhubungan dengan perasaan gerak, seperti tegangan tekanan,
kekuatan dan orientasi tubuh dalam ruangan serta perbeaaan posisi dan gerak
anggota badan (George H. Sage, 1984: 178). Hal ini sesuai dengan pendapat
Anthony dan Diana (1973: 301), yang menyatakan kinestetik adalah perbedaan
posisi dan gerak bagian-bagian tubuh berdasarkan informasi visual, auditori dan
verbal. Istilah kinestetik umumnya menyatakan pengertian tentang informasi yang
berhubungan dengan posisi tubuh dalam ruangan dan hubungan bagian tubuh
yang satu dengan lainnya.
Yang dimaksud dengan persepsi kinestetik yaitu kemampuan seseorang
untuk dapat membayangkan dan menguasai gerak tubuh dalam ruang dan waktu.
Persepsi kinestetik merupakan suatu fungsi organ-organ tubuh manusia yang erat
52
hubungannya dengan gerak tubuh serta anggota tubuh baik secara pasif maupun
secara aktif. Persepsi kinestetik adalah kemampuan untuk memahami posisi,
usaha, dan gerakan bagian tubuh atau seluruh tubuh selama kontraksi otot,
kadang-kadang disebut sebagai indera ke enam (Barry L. Johnson dan Jack K.
Nelson, 1986: 440).
Persepsi kinestetik mengacu pada masukan sensorik yang terjadi di dalam
tubuh. Informasi postural dan gerakan dikomunikasikan melalui sistem sensorik
oleh kontraksi dan kompresi otot dalam tubuh. Bahkan ketika tubuh tetap diam,
persepsi kinestetik dapat memantau posisinya. Menurut Drowatzky (1981: 189)
“Persepsi kinestetik merupakan pengetahuan tentang orientasi tubuh dalam ruang
dan hubungan spasial antara bagian tubuh tergantung pada informasi dari
proprioseptif, vestibular, dan reseptor visual”. Kemudian Rahantoknam (1988: l3),
menyatakan bahwa “Persepsi kinestetik adalah kecakapan untuk merasakan
gerakan tubuh secara tersendiri melalui alat - alat visual maupun auditori”.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
persepsi kinestetik adalah pengetahuan tentang orientasi tubuh dalam ruang dan
waktu serta hubungan spasial antara bagian tubuh tergantung pada informasi dari
proprioseptif, vestibular, dan reseptor visual untuk memahami posisi, usaha, dan
gerakan bagian tubuh atau seluruh tubuh selama aksi otot, mengacu pada masukan
sensorik yang terjadi di dalam tubuh.
Para Guru pendidikan jasmani telah lama mengakui pentingnya persepsi
kinestetik. Steinhaus dalam Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson (1986: 440)
menyatakan bahwa “Otot-otot kita melihat lebih daripada mata kita”. Individu
yang dapat mengamati demonstrasi dan memandang pentingnya sequense dari
gerakan-gerakan akan mampu mengembangkan empati fisik, yang memungkinkan
untuk mempelajari gerakan yang jauh lebih cepat dari yang lain yang kemampuan
kinestetiknya tidak begitu berkembang. Persepsi kinestetik dapat ditingkatkan
melalui latihan. Para guru Pendidikan Jasmani dan pelatih secara konsisten
menuntut siswa ataupun atletnya untuk menyadari nuansa dari gerakan yang
benar, seperti posisi bagian tubuh, raket, atau bagian lain dari peralatan pada
berbagai titik dalam gerakan.
53
Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa persepsi kinestetik digunakan
dalam proses belajar gerak. Honzik dalam Drowatzky (1981: 189) menyimpulkan
bahwa “Persepsi kinestetik menjadi penting dalam belajar motorik setelah jenis
lain dari informasi sensorik telah memulai proses belajar”. Ingebritsen, Lashley
dan Ball dalam Drowatzky (1981: 190) juga menunjukkan bahwa persepsi
kinestetik bukan merupakan faktor utama dalam peroses belajar. Ini menunjukkan
bahwa rasa yang tepat yang dialami oleh atlet ataupun siswa harus diperoleh
dengan aspek-aspek performa lainnya. Hal ini juga didukung oleh Fleishman dan
Rich dalam Drowatzky (1981: 190), bahwa “Keterampilan dengan gerak
kompleks yang membaik, diikuti juga oleh persepsi kinestetiknya”.
Pada saat seseorang melakukan keterampilan atau mengamati dalam
situasi tertentu, menunjukkan perasaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Kemampuan
menghadapi
atau
mengabaikan
faktor-faktor
yang
dapat
menguntungkan atau merugikan dalam melakukan tembakan sangat penting.
Semakin baik konsentrasi pada bola akan menghilangkan isyarat yang tidak
diperlukan. Sama halnya dengan keberhasilan seseorang dalam melakukan gerak
lempar lembing yang membutuhkan perhatian pada perasaan lepasnya lembing
dari tangan dan konsentrasi pada tempat melempar serta sudut lemparan yang
tepat agar menghasilkan lemparan yang maksimal.
Sebenarnya jumlah informasi yang dihasilkan oleh saraf pada situasi
tertentu lebih dari apa yang diamati seseorang. Sejak diketahui ada banyak saluran
saraf misalnya saraf pendengaran, penglihatan, rabaan, maka banyak pula data
yang dapat dilihatkan kepada individu. Kemudian seorang atlet harus berusaha
untuk dapat menentukan atau mengetahui apa yang diperlukan untuk melakukan
keterampilan agar dapat berhasil dengan baik. Kemampuan tersebut sangat
diperlukan pada semua aktivitas gerak.
Dengan uraian tersebut di atas, secara umum terdapat hubungan antara
kemampuan persepsi kinestetik dengan keterampilan gerak. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh beberapa peneliti tentang hubungan antara
kinestetik dengan aktivitas gerak. Persepsi kinestetik sangat penting pada awal
atau akhir maupun pada saat terjadi proses keterampilan gerak berlangsung
54
(George H. Sage, 1984: 178).
Lepas dari perbedaan pendapat di atas, mekanisme perseptual merupakan
proses terhadap informasi yang terjadi dalam diri seseorang. Informasi yang
diterima seseorang kemudian dideteksi dan diseleksi untuk memperoleh
keputusan yang mutlak. Persepsi kinestetik merupakan fungsi yang berhubungan
dengan informasi kinestetik, yaitu informasi yang diperoleh dari gerakan otot dan
persendian sebagai umpan balik terhadap mekanisme cara yang sama dengan
informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.
c. Peran Persepsi Kinestetik terhadap Kids Javelin Throwing
Kemampuan untuk menilai berat suatu benda adalah fungsi dari persepsi
kinestetik. Ketika seorang individu mengambil objek, ketegangan di ototnya
menghasilkan sinyal yang digunakan untuk mengatur postur. Hal ini tidak
beroperasi dalam isolasi dari indera lainnya. Misalnya, ukuran berat hasil ilusi
dalam ketidaksesuaian antara seberapa berat sebuah benda terlihat dan seberapa
berat otot "berpikir" itu harus. Secara umum, objek yang lebih besar dinilai lebih
berat dari benda-benda yang lebih kecil dengan berat yang sama.
Unsur yang dominan di dalam olahraga adalah bakat. Bakat sangat
dipengaruhi oleh persepsi kinestetik dan bentuk tubuh yang baik serta tepat untuk
cabang olahraga tertentu. Persepsi kinestetik merupakan bakat yang dibawa sejak
lahir. Kemampuan seseorang untuk mempelajari gerak sangat ditentukan oleh
persepsi kinestetik tersebut. Persepsi kinestetik merupakan kemampuan
menggerakkan bagian-bagian tubuh atau keseluruhan tubuh dalam melakukan
gerak otot yang mengacu pada indra yang ada pada otot. Otot itu lebih dapat
melihat dan merasakan dari pada mata. Dalam olah raga ada unsur seni. Untuk
mendapatkan seni dalam berolahraga harus menguasai kordinasi indra dan saraf.
Koordinasi merupakan kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh,
seseorang dikatakan mempunyai koordinasi baik bila mampu bergerak dengan
mudah, dan lancar dalam rangkaian gerakan, iramanya terkontrol dengan baik,
serta mampu melakukan gerakan yang efisien. Analisis biomekanika mencakup
dua aspek kajian gerak yaitu kinematika dan kinetika. Kinematika memberikan
55
informasi tentang gerak tubuh, lepas dari sumber gerak itu sendiri. Menurut Abdul
Kadir Ateng (1992: 65) “Kinetika menelaah sumber daya yang menggerakkan
tubuh”.
Seseorang yang mempunyai persepsi kinestetik yang baik akan dapat
dengan mudah membayangkan suatu gerak, dan apabila didukung oleh bentuk
tubuh yang sesuai, orang tersebut akan mudah mempelajari suatu keterampilan
gerak dalam olahraga. Karena persepsi kinestetik ini dibawa sejak lahir, maka
tidak semua orang dapat menjadi olahragawan yang berprestasi walaupun orang
tersebut rajin berlatih dan memiliki motivasi yang tinggi. Dengan demikian faktor
persepsi kinestetik seseorang sangat menentukan dalam penguasaan rangkaian
gerak yang diharapkan. Seseorang yang memiliki persepsi kinestetik yang baik
akan mudah mengekspresikan gerakan yang dia bayangkan ke dalam rangkaian
gerak fisik yang nyata karena orang tersebut dapat menguasai otot-ototnya.
Gerak dasar dalam cabang olahraga Kids Athletics khususnya nomor Kids
Javelin Throwing meliputi dua keterampilan yaitu keterampilan lokomotor dan
keterampilan manipulatif. Yang dimaksud dengan keterampilan lokomotor adalah
kemampuan seseorang untuk bergerak atau memindahkan berat badan dari posisi
badannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Keterampilan dalam nomor Kids
Javelin Throwing mencakup gerakan berlari dan berjingkat ketika melakukan
awalan serta gerak lanjut setelah melakukan lemparan. Keterampilan manipulatif
merupakan kemampuan gerak menggunakan tangan untuk melempar turbo dalam
nomor Kids Javelin Throwing.
Kids
Javelin
Throwing
juga
membutuhkan
kemampuan
untuk
mempersepsi lembing atau turbo yang meliputi arah dan berat turbo ketika
dilempar. Berdasarkan persepsi tersebut sebagai bentuk stimulus atau rangsang
maka perlu disiapkan respon yang cocok untuk diterapkan menjadi konsep
persepsi dan aksi.
Gerak dapat dikembangkan melalui latihan-latihan secara terus menerus
sehingga dapat menemukan bermacam-macam gerak maupun posisi badan. Untuk
dapat melakukan sesuatu yang baru sangat dipengaruhi adanya pengalaman yang
telah dimiliki. Transfer mempunyai peranan yang sangat penting dalam belajar
56
gerak. Apa yang dipelajari seseorang dan kecepatan pencapaiannya tergantung
dari situasi transfer yang bersifat positif maupun negatif.
Latihan keterampilan gerak pada salah satu anggota tubuh dapat
meningkatkan keterampilan gerak pada sisi anggota tubuh yang lain yang tidak
dilatih. Perkembangan otot terjadi secara sistematis antara anggota badan bagian
kanan dan bagian kiri, namun sisi yang dominan sedikit lebih kuat. Beberapa
penelitian mengenai waktu reaksi, waktu gerak dan kordinasi dalam hubungannya
dengan transfer adalah sebagai berikut:
1) Fairclough (1952) melaporkan bahwa peningkatan kecepatan gerak tangan
berpengaruh terhadap kecepatan kaki. Perbaikan waktu reaksi lebih mudah
terjadi transfer dibanding dengan perbaikan waktu gerak.
2) Hopper (1962) melaporkan bahwa latihan koordinasi mata tangan dan latihan
koordinasi mata-kaki pada satu sisi tubuh menghasilkan transfer pada sisi
tubuh lainnya. Tetapi latihan koordinasi mata tangan menghasilkan pengaruh
transfer negatif pada koordinasi mata-kaki.
Kondisi-kondisi yang sangat mempengaruhi terjadinya transfer dalam belajar
gerak yang utama adalah kesamaan atau keserupaan di antara kedua kegiatan
(Sugiyanto dan Sudjarwo, 1994: 345).
Dari beberapa pendapat di atas penulis mengasumsikan bahwa bagi siswa
yang mempunyai tingkat persepsi kinestetik tinggi akan mudah mentransfer dari
pengalaman gerak serupa yang pernah dilakukan dan akan mudah menelaah
sumber daya yang menggerakkan tubuh. Dengan banyak latihan maka akan terjadi
banyak transfer yang akan mempengaruhi siswa dapat melakukan gerak, baik
gerak tertutup maupun gerak terbuka dalam segala posisi dan kordinasi. Ketika
sebuah keterampilan diajarkan dengan tujuan pengalihan dari pengalaman yang
serupa, maka akan lebih mempercepat proses keberhasilan suatu latihan dan
mampu bergerak dalam segala bidang.
57
4. Koordinasi Mata Tangan
a. Definisi Koordinasi
Koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk merangkaikan
bermacam-macam gerakan sedemikian rupa sehingga merupakan gerakan yang
bertautan.Selain merupakan salah satu komponen kondisi fisik, koordinasi juga
merupakan salah satu bagian dari kemampuan perseptual. Menurut A. J. Harrow
(1972: 34) “Kemampuan perseptual ialah kemampuan mengintepretasikan stimulus
yang ditangkap oleh indra”.
Dalam bukunya, M. Sajoto (1995: 9) mengemukakan bahwa, “Koordinasi
adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerak yang
ada ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif”. Lebih lanjut, Mulyono (2001:
57) menyatakan bahwa, “Koordinasi adalah kemampuan untuk secara bersamaan
melakukan berbagai jenis gerak secara mulus dan akurat”. Dangsina Moeloek
(1984: 4) berpendapat bahwa, “Koordinasi menyatakan hubungan harmonis
berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan”. Jadi apabila seseorang itu
mempunyai koordinasi yang baik maka ia akan dapat melaksanakan tugas dengan
mudah secara efektif.
Pengertian koordinasi menurut Suharno H. P. (1992: 39), “Koordinasi
adalah kemampuan seseorang untuk merangkaikan beberapa unsur gerak menjadi
satu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya”. Barrow dan McGee yang
dikutip oleh Harsono (1988: 220) juga mengungkapkan bahwa,“Koordinasi
adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu
atau lebih pola gerak khusus”.
Sukadiyanto (2010: 223) menyatakan bahwa, “Koordinasi merupakan
hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan persendian
dalam
menghasilkan satu gerak yang efektif dan efisien”. Koordinasi adalah hubungan
timbal balik antara pusat susunan gerakan dengan alat gerak dalam mengatur dan
mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang
terjadi untuk pelaksanaan gerakan.
Dari sudut pandang fisiologi, koordinasi gerak dilihat sebagai pengaturan
terhadap proses motorik terutama terhadap kerja otot-otot diatur melalui sistem
58
syaraf. Rusli Lutan, dkk (2000: 77) berpendapat bahwa, “Koordinasi adalah
kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan
cepat dan efisien dan penuh ketepatan”. Koordinasi dapat diartikan juga sebagai
kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan
cepat dan efisien dan penuh ketepatan.
Menurut Suharno H. P. (1982: 110), “Koordinasi adalah kemampuan
seseorang untuk merangkai beberapa unsur gerak menjadi suatu gerakan yang
selaras sesuai dengan tujuannya atau kemampuan menampilkan tugas gerak
dengan luwes dan akurat yang seringkali melibatkan perasaan dan serangkaian
koordinasi otot yang mempengaruhi gerakan”. Menurut M. Sajoto (1995: 59),
”Koordinasi berasal dari kata coordination adalah kemampuan seseorang dalam
mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal
secara efektif”. Sedangkan Nossek (1982: 89) berpendapat bahwa, “Koordinasi
adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu
atau lebih pola gerak khusus.
Menurut Bompa (2004: 43), “Coordination is a complex motor skill
necessary for high performance”. Koordinasi merupakan keterampilan motorik
yang kompleks yang diperlukan untuk penampilan yang tinggi. Rusli Lutan
(2000: 77), mengemukakan bahwa, ”Kordinasi adalah kemampuan melakukan
gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat, efisien, dan penuh
ketepatan”. Sedangkan menurut Grana dan Kalenak (1991: 253) “Koordinasi
adalah kemampuan otot dalam mengontrok gerak dengan tepat agar dapat
mencapai suatu fungsi khusus”. Sementara Schmidt (1988: 265) berpendapat
bahwa, “Koordinasi adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang
satu sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak”.
Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan
persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efesien.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
koordinasi merupakan kemampuan tubuh mengombinasikan beberapa gerakan
menjadi satu gerakan dengan pola tertentu. Koordinasi merupakan salah satu
unsur yang penting untuk keterampilan gerak motorik. Tingkat koordinasi atau
59
baik tidaknya koordinasi gerak seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk
melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat dan efisien. Dari definisi ini dapat
ditarik suatu pengertian bahwa koordinasi gerak meliputi pengkoordinasian kerja
otot-otot yang terlibat dalam pelaksanaan suatu gerakan dalam bentuk hubungan
timbal balik antara pusat susunan syaraf dengan alat gerak dalam mengatur dan
mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang
terjadi untuk pelaksanaan gerakan dalam memadukan berbagai macam gerak yang
berbeda-beda, dengan kesulitan yang berbeda, tetapi dilakukan secara cepat dan
tepat. Pengertian dari sudut pandang biomekanik lebih diarahkan pada
penyesuaian antara pemberian impuls kekuatan pada otot dengan kebutuhan pada
setiap gerakan.
Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat
komplek (Harsono, 1988: 219). Setiap orang untuk dapat melakukan gerakan atau
keterampilan baik dari yang mudah, sederhana sampai yang rumit, diatur dan
diperintah dari sistem syaraf pusat yang sudah disimpan di dalam memori terlebih
dahulu. Jadi untuk dapat melakukan gerakan koordinasi yang benar diperlukan
juga koordinasi sistem syaraf yang meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf
tepi dengan otot, tulang, dan sendi.
Koordinasi diperlukan hampir disemua cabang olahraga yang melibatkan
kegiatan fisik. Koordinasi juga penting bila berada dalam situasi dan lingkungan
yang asing, misalnya perubahan lapangan pertandingan, peralatan, cuaca, lampu
penerangan, dan lawan yang dihadapi. Tingkatan baik atau tidaknya koordinasi
gerak seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan
secara mulus, tepat, cepat, dan efisien.
Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari
pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif.
Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan
dan juga sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan
taktik. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan
suatu keterampilan secara sempurna, tetapi juga mudah dan cepat dalam
melakukan keterampilan yang masih baru baginya. Atlet tersebut juga dapat
60
mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain
sehingga gerakannya efisien. Atlet yang tingkat koordinasinya kurang biasanya
melakukan gerakan-gerakan secara kaku dengan ketegangan dan dengan energi
yang berlebihan sehingga gerakannya tidak efisien.
Komponen gerak yang terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf, tulang dan
persendian merupakan koordinasi neuromaskuler, yaitu setiap gerak yang terjadi
dalam urutan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga.
Terjadinya gerak tersebut ditimbulkan oleh adanya kontraksi otot, dan otot
berkontraksi karena adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf. Menurut
Sukadiyanto (2005: 139) “Koordinasi neuromuskuler adalah setiap gerak yang
terjadi dalam urutan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga”.
Sebab terjadinya gerak timbul oleh kontraksi otot, dan otot berkontraksi karena
adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf.
Koordinasi
neuromuskuler
meliputi
koordinasi
intramuskuler
dan
intermuskuler. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Pyke dalam Sukadiyanto
(2010: 223) bahwa, “Koordinasi neuromuskuler meliputi koordinasi intramaskuler
dan intermaskuler”. Koordinasi intramuskuler adalah kerja seluruh serabut syaraf
dan otot dalam setiap kerja otot yang berkontraksi secara maksimal. Koordinasi
intermuskuler
melibatkan
efektifitas
otot-otot
yang
bekerjasama
dalam
menampilkan satu gerak. Menurut Pyke (1991: 140), “Koordinasi intramuskuler
yaitu melibatkan efektivitas otot-otot bekerjasama dalam menampilkan satu gerak
sehingga dalam koordinasi intramuskuler kinerjanya tergantung dari interaksi
beberapa otot”. Pada koordinasi intramuskuler, kinerja dari seluruh serabut syaraf
dan otot dalam setiap kerja otot berkontraksi secara maksimum. Kinerja otot
tergantung dari interaksi serabut syaraf dan serabut otot di dalam otot itu sendiri.
Ciri orang yang memiliki koordinasi intramuskuler baik, dalam melakukan gerak
akan serasi, tepat, ekonomis, dan efektif.
Sukadiyanto (2005: 139) mengemukakan bahwa, “Pada koordinasi
intermuskuler
melibatkan
efektivitas
otot-otot
yang bekerjasama
dalam
menampilkan satu gerak”. sSebagai contoh, pemain Sepakbola yang bermain di
posisi sayap dituntut untuk bisa melakukan crossing (passing atas secara
61
menyilang) sambil berlari cepat atau sprint. Pemain Sepakbola yang memiliki
koordinasi baik sudah pasti bisa melakukan crossing bola dengan benar, tetapi
bagi pemain Sepakbola yang memiliki koordinasi buruk akan kesulitan dalam
melakukan crossing.
Menurut Bompa (1994: 322) “Pada dasarnya koordinasi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu koordinasi umum dan koordinasi khusus”. Sage (1984:
279) menyatakan bahwa, “Koordinasi umum merupakan kemampuan seluruh
tubuh dalam menyesuaikan dan mengatur gerakan secara simultan pada saat
melakukan suatu gerak”. Artinya, bahwa setiap gerak yang dilakukan melibatkan
semua atau sebagian besar otot-otot, sistem syaraf, dan persendian. Untuk itu,
koordinasi umum ini diperlukan adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota
badan yang lainnya, agar gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif
sehingga dapat menguasai keterampilan gerak yang dipelajari. Koordinasi umum
merupakan unsur penting dalam penampilan motorik dan menunjukkan tingkat
kemampuan yang dimiliki seseorang.
Sage (1984: 278) mengemukakan bahwa, “Koordinasi khusus merupakan
koordinasi
antar
beberapa
anggota
badan,
yaitu
kemampuan
untuk
mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota badan secara simultan”. Pada
umumnya setiap teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil perpaduan antara
pandangan mata tangan (hand eye coordination) dan kerja kaki (footwork).
Koordinasi khusus merupakan pengembangan dari koordinasi umum yang
dikombinasikan dengan kemampuan biomotor yang lain sesuai dengan
karakteristik cabang olahraga. Ciri-ciri orang yang memiliki koordinasi khusus
yang baik dalam menampilkan keterampilan teknik dapat secara harmonis, cepat,
mudah, sempurna, tepat, dan luwes.
Mengenai indikator koordinasi, Sukadiyanto (2005: 139) menyatakan
bahwa, “Indikator utama koordinasi adalah ketepatan dan gerak yang ekonomis”.
Dengan demikian koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot,
tulang, dan persendian dalam menghasilkan gerak yang efektif dan efisien.
Komponen gerak yang terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf, tulang dan
persendian merupakan koordinasi neuromuskuler.
62
Kecepatan, kekuatan, daya tahan, power, kelentukan, persepsi kinestetik,
keseimbangan, dan ritme semua unsur tersebut memberikan pengaruh yang tidak
dapat diabaikan dalam koordinasi gerak. Bila salah satu unsur tidak ada atau
kurang berkembang, maka hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan
koordinasi. Keterampilan yang melibatkan koordinasi misalnya koordinasi mata
tangan pada softball yaitu teknik lemparan atas melempar bola ke suatu sasaran
tertentu. Pusat pengaturan koordinasi tubuh adalah pada ceribullum dan cortex
gyrus centralis anteri.
Beberapa faktor yang menjadi penentu dalam koordinasi yang baik
menurut Suharno H.P. (1992: 39):
1) Pengaturan saraf pusat dan saraf tepi, hal ini berdasarkan pembawaan
atlet dan hasil latihan-latihan.
2) Tergantung tonus dan elastisitas otot yang melakukan gerak.
3) Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan dan kelentukan atlet.
4) Baik dan tidaknya koordinasi kerja saraf, otot dan indera.
Fungsi koordinasi adalah menghasilkan satu pola gerakan yang serasi,
berirama dan kompleks. Dengan demikian, fungsi latihan koordinasi sangat
penting untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan koordinasi
adalah penyesuaian dan pengaturan yang baik. Suharno H.P. (1992: 39) juga
mengemukakan bahwa selain untuk mengkoordinasikan beberapa gerakan dengan
baik, koordinasi memiliki kegunaan lain seperti:
1)
2)
3)
4)
5)
Efisien tenaga dan efektif.
Untuk menghindari terjadinya cedera.
Berlatih menguasai teknik akan lebih cepat.
Menjalankan taktik lebih komplet.
Kesiapan atlet lebih mantap.
b. Definisi Koordinasi Mata Tangan
Koordinasi
pada
umumnya
merupakan
kemampuan
untuk
mengombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan dengan urutan yang benar
dan melakukan gerakan yang kompleks secara lancar, efektif, dan efisien.
Koordinasi mata tangan merupakan gabungan antara kecermatan pandangan dan
melakukan gerakan tangan berdasarkan rangsangan yang diterima oleh mata.
Sadoso Sumosardjuno (1994: 125) menyatakan bahwa, “Koordinasi mata tangan
63
merupakan suatu integrasi antara mata sebagai pemegang fungsi utama dan tangan
sebagai pemegang fungsi yang melakukan suatu gerakan tertentu”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa gerakan-gerakan yang melibatkan
kecermatan pandangan dan keakuratan tangan melakukan gerakan menunjukkan
tingkat koordinasi mata tangan seseorang. Ini berarti koordinasi mata tangan
berkaitan dengan gerakan-gerakan melempar suatu benda atau objek ke suatu
sasaran. Harsono (1988: 220) menyatakan, “Gerakan-gerakan yang melibatkan
koordinasi mata tangan (eye-hand coordination) seperti misalnya dalam
kemampuan melempar suatu objek ke sasaran tertentu”.
1) Dasar-dasar Latihan Koordinasi
Karakter umum latihan koordinasi adalah melakukan gerakan beraneka
ragam dalam satu satuan waktu. Misalnya gerakan lari di tempat bersamaan
dengan mendorong, tangan kanan ke atas dan tangan kiri ke depan. Berikut akan
disajikan petunjuk-petunjuk pengajaran latihan koodinasi mata, tangan, dan kaki
pada anak usia dini:
a)
Ketinggian melemparkan harus tidak lebih tinggi dari pada di mana anak
nyaman bisa mencapai overhead.
b) Menangkap bola harus antara pinggang dan bahu (lebih dekat ke pinggang).
c)
Menghadapi sekitar 2,5 kaki, dengan 3 kaki, dari dinding akan membantu
menstabilkan lemparan.
d) Bersikeras bahwa dua objek bilateral menyulap dengan konsistensi dalam
melempar tinggi serta ritme sebelum berkembang menjadi tiga objek
juggling.
e)
Musik yang tepat dapat membantu untuk membangun irama juggling.
f)
Mengatur jumlah lemparan dan menangkap rendah sehingga siswa pertama
dapat mengalami kesuksesan tanpa kehilangan kontrol dari objek. Ini akan
membantu untuk mengurangi kegagalan dengan lemparan konsisten.
g) Menahan diri ke fase baru sebelum menguasai tahap ini.
64
h) Menetapkan 25 "melemparkan tangkapan" tanpa menjatuhkan sebuah benda
sebagai tujuan untuk setiap tahap sebelum pindah ke perkembangan
berikutnya.
i)
Harus fokus pada puncak dari lemparan.
j)
Keberhasilan awal sangat penting jika siswa harus intrensically termotivasi
untuk terus berlatih.
k) Mengajar harus memberi teladan bagi siswa.
Pengalaman yang dijelaskan sejauh ini dapat ditingkatkan melalui gerakan
yang juga bervariasi dari lambat ke cepat (yaitu objek dan orang) dan melalui
berbagai tingkat produksi kekuatan (lembut untuk keras). Berdasarkan petunjukpetunjuk latihan koordinasi mata, tangan, dan kaki di atas, maka dapat dibuat
salah satu model untuk mengembangkan koordinasi yakni permainan lempar dan
gelinding simpai untuk mengenal angka.
Dalam cabang olahraga Atletik, koordinasi digunakan atlet agar dapat
melakukan teknik gerakan dalam Atletik secara berkesinambungan. Misalnya
pada atlet lempar lembing yang dituntut untuk dapat melakukan lemparan yang
dikombinasikan dengan gaya lempar untuk menunjang lemparan. Melakukan
suatu gaya dalam melakukan lemparan adalah suatu teknik yang memerlukan
koordinasi yang baik. Jika gaya yang dilakukan tidak dikuasai dengan baik maka
akan berpengaruh terhadap hasil lemparan.
2) Latihan Koordinasi pada Anak Usia Dini atau Usia Sekolah Dasar
Setiap anak senang akan bermain, bergerak, dan beraktivitas. Hampir
setiap waktu dimanfaatkan untuk bermain dan atau bergerak. Anak-anak lebih
senang melakukan aktivitas bermain yang menantang seperti melompat,
memanjat, melempar, dan lain-lain. Dari aktivitas tersebut anak mendapatkan
informasi dan pengalaman yang berguna untuk kehidupan anak selanjutnya.
Menurut W. Rob dan E.J Leertouwer dalam Sukintaka, dkk (1979: 91), “Tingkat
umur pendidikan usia dini yaitu umur 0-6 tahun dan sekolah dasar dibagi menjadi
tiga, yaitu: kelompok umur pendidikan pertama antara 6 sampai 8 tahun,
65
kelompok umur pendidikan kedua antara 8 sampai 10 tahun, dan kelompok umur
pendidikan ketiga antara 10 sampai 12 tahun”.
Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa anak lakukan
guna meningkatkan kualitas hidup. Hendaknya bentuk latihan koordinasi yang
dipilih untuk anak-anak adalah gerakan-gerakan dasar yang mengarah pada
permainan, mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan anak, dan secara
tidak langsung mengarah pada peningkatan keterampilan olahraga. Bentuk latihan
koordinasi yang diberikan pada anak usia sekolah dasar didasarkan pada tahap
gerak dasar yang menyenangkan, gerakan tersebut meliputi variasi lompat, variasi
loncat, dan variasi langkah kaki yang dipadukan dengan arah pandangan mata
serta ayunan lengan dan tangan.
Menurut Amung Ma’mun (2000: 20-21), “Kemampuan gerak dasar dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif”.
Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat
ketempat yang lain atau mengangkat tubuh ke atas seperti berjalan, berlari,
melompat, dan meloncat. Kemampuan nonlokomotor dilakukan di tempat, tanpa
ada ruang gerak yang memadai, yang terdiri atas: menekuk dan meregang,
mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar.
Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macammacam objek.
Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada usia dini dan
sekolah dasar dapat diberikan latihan koordinasinkarena pada usia-usia tersebut
anak mempunyai kecenderungan fisik yang mendukung ke arah perbaikan kualitas
koordinasinya. Keuntungan bagi anak usia sekolah dasar yang memiliki
kemampuan koordinasi baik, akan mampu menampilkan keterampilan dengan
sempurna dan dapat dengan cepat mengatasi permasalahan gerak pada saat latihan
maupun pertandingan. Dengan demikian, tanpa memiliki kemampuan koordinasi
bagus, atlet akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan teknik yang
kompleks. Hal ini dikarenakan latihan koordinasi bagi anak usia sekolah dasar
amat baik diterapkan mengingat usia 8-12 tahun merupakan fase “development of
66
skill”. Koordinasi yang baik akan menghasilkan eksekusi teknik prima di dalam
posisi sesulit apapun.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koordinasi Mata Tangan
Koordinasi mata tangan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik meliputi intelegensi, aktivitas visual, persepsi visual, koordinasi
motorik, aktivitas gerak lengan, tangan, dan aktivitas penggunaan jari. Faktor
ekstrinsik yaitu pengalaman koordinasi antara mata dan tangan seperti menyusun
balok, bermain puzzle, mewarnai pada gambar yang telah tersedia, serta melempar
dan menangkap bola.
Intelegensi merupakan salah satu faktor intrinsik karena intelegensi sendiri
adalah koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme
sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam arti sempit, intelegensi
sering kali diartikan sebagai intelegensi operasional, termasuk pula tahapantahapan yang sejak dari periode sensori motorik sampai dengan opersional formal
misalnya saja pada fase sensorimotor, anak mengembangkan kemampuannya
untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan,
dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan gerakannya.
Aktivitas dari kerja visual berpengaruh terhadap konsentrasi terhadap
objek ataupun penggunaan alat indra mata itu sendiri yang tidak mengalami
gangguan untuk digunakan dalam melihat suatu objek. Visual persepsi adalah
proses kemampuan dalam mengintregasikan input yang didapat secara visual.
Maksudnya, setelah suatu bentuk diterima oleh mata, maka kemampuan visual
persepsi di otak akan menjelaskan arti dari objek yang dimaksud sehingga
berpengaruh
juga
terhadap
koordinasi
karena
koordinasi
juga
akan
memersepsikan suatu gambar yang berbentuk serta berbeda- beda polanya.
d. Peran Koordinasi Mata Tangan terhadap Kids Javelin Throwing
Pengertian koordinasi gerak dapat dilihat berdasar dari sudut pandang
anatomi dan fisiologi serta biomekanik. Koordinasi gerak adalah hubungan
timbal-balik antara pusat susunan gerakan dengan alat gerak dalam mengatur dan
67
mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang
terjadi untuk pelaksanaan gerakan. Koordinasi gerak dapat dilihat dari dari sudut
pandang anatomi dan fisiologi. Dari sudut pandang fisiologi, koordinasi gerak
dilihat sebagai pengaturan terhadap proses motorik terutama terhadap kerja otototot diatur melalui sistim persyarafan. Dari definisi ini dapat ditarik suatu
pengertian bahwa koordinasi gerak meliputi pengoordinasian kerja otot-otot yang
terlibat dalam pelaksanaan suatu gerakan.
Pengertian koordinasi gerak dari sudut pandang biomekanik diarahkan
pada penyesuaian antara pemberian impuls kekuatan pada otot dengan kebutuhan
pada setiap gerakan. Dari sudut pandang di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
koordinasi gerak adalah hubungan timbal-balik antara pusat susunan syaraf
dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan impuls tenaga dan kerja
otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan.
Koordinasi akan terarah pada target motor yang sama apabila dalam
gerakan terarah yang menghubungkan antara mata dan tangan, gerakan tersebut
melibatkan gerakan dari lengan, tangan, dan jari-jari sehingga fungsi otak bagian
koordinasi temporal mempunyai tugas antar anggota tubuh yang kompleks.
Pengalaman koordinasi antara mata dan tangan pada anak usia 7-8 tahun
berupa anak mampu fokus untuk keterampilan gerak koordinasi motorik berupa
mendorong, menangkap, memukul, melempar, dan memantul-mantulkan bola.
Pada anak usia 7-8 tahun sangat aktif dan secara fisik telah menikmati berbagai
tantangan yang menguji kekuatan serta ketangkasannya. Peningkatan kekuatan
fisik serta koordinasi mata tangan membuat anak mampu memukul bola dan
tulisan tangannya lebih terbaca terutama bagi anak perempuan.
Pengalaman koordinasi mata tangan pada anak usia di atasnya (9-10 tahun
dan 11-12 tahun) tentunya akan lebih berkembang kepada gerakan yang lebih
kompleks dari hanya sekedar melempar, menangkap, mendorong, memukul, dan
memantul-mantulkan bola, menjadi gerak memerlukan koordinasi dengan anggota
gerak tubuh yang lain seperti passing dan smash bola voli, melakukan forehand
dan backhand dalam permainan tenis meja, ataupun nomor-nomor lempar dalam
cabang olahraga Atletik yang memiliki tahap-tahap gerak pelaksanaan yang tidak
68
sederhana.
Salah satu nomor dalam cabang olahraga Atletik, khususnya Kids Athletics
adalah Kids Javelin Throwing atau Lempar Turbo. Gerak pelaksaan Kids Javelin
Throwing termasuk dalam gerak kompleks yang memerlukan berbagai unsur yang
menunjang keberhasilan ataupun kesempurnaan geraknya. Gerak pelaksanaan
Kids Javelin Throwing memerlukan koordinasi mata tangan yang baik untuk
menunjang kesempurnaan gerak pelaksanaannya. Koordinasi gerak akan terarah
pada target motor yang sama apabila dalam gerakan terarah yang menghubungkan
antara mata dan tangan, gerakan tersebut melibatkan gerakan dari lengan, tangan,
dan jari-jari sehingga fungsi otak bagian koordinasi temporal mempunyai tugas
antar anggota tubuh yang kompleks. Target motor dalam hal ini adalah turbo atau
lembing.
Gerak
melempar
adalah
gerak
yang
sederhana,
tetapi
ketika
pelaksanaannya dipadukan dengan beberapa gerakan seperti dalam Kids Javelin
Throwingyang terdiri dari awalan, sikap siap melempar, pelepasan lembing dan
diakhiri dengan gerak lanjut, maka gerakannya menjadi gerak kompleks yang
membutuhkan berbagai unsur yang menunjang tercapainya kesempurnaan gerak
untuk mendapatkan hasil lemparan yang maksimal.
Sumbangan koordinasi mata tangan dalam gerak pelaksanaan Kids Javelin
Throwing dapat dilihat pada tahap gerak siap melempar dan pelepasan turbo dari
tangan. Untuk dapat melakukan lemparan yang maksimal, koordinasi mata tangan
yang baik sangat diperlukan dalam gerak melempar yang sifatnya kompleks mulai
dari meluruskan lengan semaksimal mungkin ke belakang, dilanjutkan menarik
lengan ke depan dengan gerak berkesinambungan dari pergelangan tangan dan
telapak tangan serta jari-jari tangan yang menggenggam turbo untuk dilemparkan
dengan sudut yang tepat pada timing yang tepat pula agar dapat menghasilkan
lemparan yang maksimal.
Berkenaan dengan timing, Sadoso Sumosardjono (1990: 125) menyatakan
bahwa, “Fungsi koordinasi mata tangan adalah integrasi antara mata sebagai
pemegang utama, dan tangan sebagai pemegang fungsi yang melakukan suatu
gerakan tertentu. Dalam hal ini, kedua mata akan memberitahukan kapan bola
69
berada di suatu titik agar tangan langsung mengayun untuk melakukan pukulan
yang tepat”. Hal ini juga dapat diterapkan dalam gerak pelaksaanaan Kids Javelin
Throwing, terutama pada saat sikap siap melempar yang dilanjutkan pelepasan
lembing dari genggaman tangan.
Seperti dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa dalam melakukan
lemparan, sektor lemparan dibatasi oleh garis batas yang digunakan sebagai batas
dalam pengukuran jauhnya lemparan yang dihasilkan. Timing dalam hal ini terjadi
ketika pelempar melakukan langkah terakhir mendekati garis batas sektor
lemparan sebagai tumpuan pada tahap gerakan sikap siap melempar. Ketika mata
melihat garis batas sektor lemparan sudah semakin dekat, maka langkah kaki
terakhir dilanjutkan sebagai tumpuan pada tahap gerak sikap siap melempar
dengan saat yang tepat agar gerakan yang terjadi berkesinambungan tanpa adanya
saat behenti yang dapat mengurangi momentum yang tepat untuk melempar.
Gerakan tersebut berupa tumpuan kaki yang dilanjutkan dengan meluruskan
lengan yang memegang turbo atau lembing ke belakang sebagai sikap siap
melempar yang diikuti putaran pinggul dan dilanjutkan dengan gerak melempar
pada saat yang tepat dan sudut yang tepat untuk melempar atau melepaskan turbo
dari genggaman tangan.
Koordinasi mata tangan merupakan biomotorik yang berhubungan
langsung dengan persyarafan dalam aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian,
jika siswa memiliki koordinasi mata tangan yang baik, maka akan memiliki
kemampuan untuk mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan
gerakan melempar dengan perubahan titik berat badan yang cepat. Dan ini dapat
dilakukan dalam keadaan statis maupun dalam keadaan dinamis. Selain itu, siswa
atau pun atlet mampu untuk mempertahankan posisi badan pada saat bergerak
untuk melakukan lemparan sehingga mampu untuk mempertahan posisi yang baik
ketika melempar.
70
5. Daya Ledak Otot (Muscular Power)
a. Hakikat Daya Ledak otot (Muscular Power)
Fisik merupakan salah satu faktor yang berfungsi untuk melakukan
gerakan. Agar dapat menghasilkan gerakan yang efektif dan efisien harus
didukung oleh kemampuan fisik yang baik. Macam-macam kemampuan fisik
antara lain kekuatan, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, dan ketajaman indra.
Daya ledak otot atau muscular power merupakan suatu unsur di antara
unsur-unsur komponen kemampuan fisik. Kemampuan fisik adalah kemampuan
tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik
serupa. Menurut A. J. Harrow (1972: 35) “Kemampuan fisik adalah kemampuan
untuk memfungsikan sistem organ tubuh dalam melakukan gerak tubuh”. Menurut
Sugiyanto (1996: 221), “Kemampuan fisik adalah kemampuan memfungsikan
organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas fisik”. Kemampuan fisik sangat
penting untuk mendukung mengembangkan aktivitas psikomotor. Gerakan yang
terampil dapat dilakukan apabila kemampuan fisiknya memadai.
Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang dibutuhkan dalam ratusan
aktivitas jasmani telah mengidentifikasi sembilan kemampuan dasar yang
tercakup dalam kinerja dari tugas-tugas fisik. Sembilan kemampuan dasar tersebut
identik dengan komponen-komponen dalam kondisi fisik, yaitu kemampuan
biomotorik manusia, yang dapat ditingkatkan sampai batas-batas tertentu dengan
melakukan latihan-latihan tertentu yang sesuai. Kemampuan-kemampuan itu
meliputi kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, keseimbangan, kelenturan,
akurasi, koordinasi, dan daya ledak otot atau muscular power.
Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu
hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Menurut Harsono (1988: 200)
“Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam
waktu yang sangat cepat”. Daya ledak ini diperlukan di beberapa gerakan asiklis,
misalnya pada atlet seperti melempar, menendang atau memukul. Lebih lanjut
Harre (1982: 102) menyatakan bahwa, “Daya ledak adalah kemampuan
olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi”.
71
Daya ledak merupakan kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan
maksimal. Daya ledak otot ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh (dalam
tendangan jauh) atau benda (lembing yang dilempar) melintasi udara, ketika otototot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang tinggi agar dapat
membawa tubuh atau objek pada saat pelaksanaan gerak untuk dapat mencapai
suatu jarak.
Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk
mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu
gerakan yang utuh (Suharno HP, 1984: 11). Daya ledak atau explosive power
adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan
kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau
sesingkat-singkatnya. Unjuk kerja kekuatan maksimal yang dilakukan dalam
waktu singkat ini tercermin seperti dalam aktivitas smash, lempar lembing, serta
gerak lain yang bersifat eksplosif.
Daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan dan kecepatan pada
kontraksi otot (Bompa, 1983: 231). Daya ledak merupakan salah satu dari
komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat
karena dapat menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang
dapat melempar, seberapa cepat seseorang dapat berlari dan sebagainya.
Daya ledak adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala macam
ketrampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga. Upaya dalam meningkatkan
unsur daya ledak dapat dilakukan dengan cara:
1) Meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitikberatkan
pada kekuatan;
2) Meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau menitik beratkan
pada kecepatan;
3) Meningkatkan keduanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara
simultan.
Daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan
kekuatan maksimum yang dikerjakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M.
Sajoto, 1988: 58). Selanjutnya power dijelaskan oleh Matjan (2007: 14) bahwa:
72
“Tenaga ledak otot (muscle power) adalah suatu tingkat kemampuan otot
melepaskan tenaga sebesar-besarnya dalam waktu yang singkat”. Dan menurut
Bucher (2004: 348) bahwa: “Muscular power is the ability to release maximum
force in the shortest period of time”. Maksud dari kalimat tersebut bahwa, “Daya
ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan
maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya”. Adapun
pengertian power oleh Harsono (2001: 24) disebutkan bahwa, “Power adalah
kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat
singkat”.
Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang dibutuhkan
hampir semua cabang olahraga, terutama cabang olahraga yang menuntut atletnya
mempunyai daya ledak otot, seperti dalam cabang Atletik, bela diri, olahraga
permainan, dan sebagainya. Power penting terutama untuk cabang-cabang
olahraga yang atetnya harus menggerakkan tenaga yang eksplosif seperti smash,
nomor-nomor lempar dalam Atletik, dan gerakan melempar bola softball. Juga
dalam cabang-cabang olahraga yang mengharuskan atletnya untuk menolak
dengan kaki seperti nomor-nomor lompat dalam Atetik, sprint, Bolavoli (untuk
smash), dan nomor-nomor yang ada unsur akselerasi (percepatan) seperti balap
lari, balap sepeda, mendayung, renang dan sebagainya.
Daya ledak otot merupakan gabungan dari beberapa unsur fisik yaitu unsur
kekuatan dan unsur kecepatan. Power atau daya ledak otot merupakan
kemampuan mengeluarkan tenaga atau kekuatan maksimal dalam waktu yang
cepat. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (power) = kekuatan
(strenght) × kecepatan (velocity). Hatfield dalam Ismaryati (2006: 59) menyatakan
bahwa, “Power merupakan hasil perkalian antara gaya (force) dan jarak (distance)
dibagi dengan waktu (time)”. Daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi
otot secara dinamis explosive dalam waktu yang cepat. Hal ini senada dengan
pendapat Dangsina Moeloek (1984: 7) bahwa, “Daya ledak otot (muscular
explosive power) adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja
secara eksplosif”.
73
Berdasarkan pengertian dan pendapat mengenai power, maka dapat
disimpulkan bahwa power adalah kombinasi antara kekuatan dengan kecepatan
untuk mengatasi beban dengan kecepatan kontraksi otot yang tinggi. Kekuatan
menggambarkan kemampuan otot untuk mengatasi beban. Sedangkan kecepatan
menunjukan kemampuan otot mengatasi beban dengan kontraksi yang sangat
cepat, kekuatan otot dan kontraksi otot merupakan ciri utama dari power. Dengan
kata lain, kekuatan dapat dikatakan power apabila dilakukan dengan sangat cepat.
Dengan demikian, dua unsur penting yang menentukan kualitas daya ledak adalah
kekuatan dan kecepatan. Secara singkat, power itu adalah gabungan antara
kekuatan dan kecepatan. Adapun kegunaan power menurut Suharno H.P. (1985:
59) adalah:
1) Untuk mencapai prestasi maksimal;
2) Dapat mengembangkan teknik bertanding dengan tempo cepat dan
gerak mendadak;
3) Memantapkan mental bertanding atlet;
4) Simpanan tenaga anaerobik cukup besar.
Dalam rangka peningkatan prestasi olahraga Atletik, komponen kondisi
fisik power perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama power lengan dan
power tungkai. Untuk mencapai prestasi puncak tidak hanya kekuatan saja yang
diperlukan, tetapi juga diperlukan komponen kecepatan ini yang dipadukan
menjadi power. Kekuatan merupakan dasar untuk membentuk power. Sesuai
pendapat Harsono (2007: 177) bahwa “strength tetap merupakan dasar (basis) dari
power dan daya tahan otot”.
Banyak kita lihat orang yang memiliki otot yang besar, tetapi tidak mampu
bergerak dengan cepat atau sebaliknya mampu bergarak dengan cepat, tetapi tidak
mengatasi beban dengan gerakan yang cepat. Ini menandakan bahwa kekuatan
otot saja belum menjamin untuk menghasilkan power otot. Oleh sebab itu, maka
antara kekuatan dan kecepatan harus dilatih untuk menghasilkan power yang baik.
Power menurut Bompa (1983: 22) dibedakan menjadi dua, yaitu power
siklis dan power asiklis. Perbedaan kedua jenis power ini dapat dilihat dari segi
kesesuaian jenis gerakan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga, power
tersebut dapat dikenali dari perannya pada suatu cabang olahraga. Cabang-cabang
74
olahraga yang lebih dominan power siklisnya adalah lari cepat, dayung, renang,
bersepeda dan olahraga sejenisnya. Sedangkan olahraga seperti melempar,
menolak, dan melompat pada atletik, unsur-unsur gerakan senam, beladiri, loncat
indah, dan olahraga permainan lebih dominan power asiklisnya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Power
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak (power) otot dapat dibagi
menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern:
1) Faktor Intern
Faktor intern merupakan kondisi dan atau perangsang yang bersumber atau
berada di luar dari individu, yaitu:
a) Usia
Seseorang saat berusia 5-15 tahun terjadi penambahan sarkomer otot
sehingga terjadi hipertrofi otot. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik berupa
penambahan massa otot dan pematangan saraf. Saat usia 17-18 tahun terjadi
penambahan massa otot akibat dari adanya suatu proses latihan sehingga terjadi
hipertrofi yang ditandai dengan meningkatnya myofibril, aktin, myosin,
sarkoplasma, dan jaringan ikat. Selain ditentukan oleh pertumbuhan fisik,
kekuatan otot ini ditentukan oleh aktivitas ototnya. Laki-laki dan perempuan akan
mencapai puncak kekuatan otot pada usia 20-30 tahun. Kemudian di atas umur
tersebut mengalami penurunan, kecuali diberikan pelatihan. Namun umur di atas
65 tahun kekuatan otot sudah mulai berkurang sebanyak 20% dibandingkan
sewaktu muda.
b) Jenis Kelamin
Otot wanita dapat mencapai tekanan maksimum kontraksi yang dihasilkan
oleh pria, yaitu antara 3 dan 4 Kg/cm2. Oleh karena itu, sebagian besar perbedaan
penampilan otot secara keseluruhan terletak pada persentase tambahan tubuh pria
yaitu otot. Sedangkan kekuatan otot pada laki-laki sedikit lebih kuat dari pada
kekuatan otot perempuan pada usia 10-12 tahun. Perbedaan kekuatan yang
signifikan terjadi seiring pertambahan umur pada saat kekuatan otot laki-laki jauh
75
lebih kuat daripada wanita. Dapat disimpulkan bahwa ukuran sebuah otot
merupakan faktor penentu kekuatan atau daya ledak (power) dari seseorang yakni
kaum pria lebih dominan dari pada wanita.
c) Berat Badan
Beberapa penelitian menentukan hubungan antara lemak tubuh dan
performa atlet pada pria usia muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat
kegemukan memiliki pengaruh yang besar terhadap performa dan tes-tes
kemampuan atlet. Penelitian lain menunjukkan bahwa kegemukan tubuh
berhubungan dengan keburukan performa seseorang pada berbagai tes antara lain
speed test, endurance test, balance dan agility test, serta vertical jumptest.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan kondisi dan atau perangsang yang bersumber
atau berada di luar dari individu, yaitu:
a) Motivasi
Motivasi olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif) di dalam
diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan
latihan, dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki. Dengan memberikan motivasi positif kepada individu dalam
pelaksanaan program latihan akan berdampak meningkatkan performa latihan
individu tersebut.
b) Latihan
Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat
mengandung beberapa makna seperti practice, exercises, dan training. Pengertian
latihan yang berasal dari kata practise adalah aktivitas untuk meningkatkan
keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan
sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Pengertian latihan yang
berasal dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian
untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia sehinga
76
mempermudah
olahragawan
dalam
penyempurnaan
geraknya.
Kemudian
exercises merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk
satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan, misalnya susunan materi
latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan materi, yang terdiri
dari pembukaan/pengantar latihan, pemanasan (warming-up), latihan inti, latihan
tambahan (suplemen), dan cooling down atau penutup.
Power sangat berpengaruh dalam suatu aktivitas olahraga yang
membutuhkan gerakan eksplosif. Kekuatan dan kecepatan yang dikombinasikan
akan berperan penting dalam sebagian ketrampilan olahraga. Menurut Suharno H.
P. (1985: 38) faktor-faktor yang mempengaruhi power adalah sebagai berikut:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.
Kekuatan dan kecepatan otot atlet.
Waktu rangsangan dibatasi secara konkrit.
Koordinasi gerakan yang harmonis.
Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).
Daya ledak otot dipengaruhi oleh kekuatan otot dan kecepatan kontraksi
otot sehingga semua faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut akan
mempengaruhi daya otot. Jadi daya ledak otot adalah kualitas yang
memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja fisik secara
tiba-tiba. Pemakaian daya ledak otot ini dilakukan dengan tenaga maksimal dalam
waktu singkat dan pendek. Orang yang sering melakukan aktivitas fisik membuat
daya ledak ototnya menjadi baik. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa
power ditentukan oleh unsur kekuatan dan kecepatan. Akan tetapi, ditinjau secara
lebih rinci perkembangan power dipengaruhi oleh banyaknya faktor. Kemampuan
daya ledak otot ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: jenis serabut otot,
panjang otot, kekuatan otot, suhu otot, jenis kelamin, kelelahan, koordinasi
inttramuskuler, koordinasi intermuskuler, reaksi otot terhadap ransangan saraf dan
sudut sendi.
Kemudian faktor kedua yang mempengaruhi power otot adalah kecepatan
kontraksi otot yang terkait dalam hal ini yang berperan adalah jenis serabut otot
putih dan cepat, kemudian kecepatan kontraksi otot merupakan juga yang penting
karena power akan timbul apabila kekuatan otot dipadukan dengan kecepatan.
77
Power juga ditentukan oleh besarnya beban, besarnya beban maka otot menjadi
lambat untuk bergerak, karena otot tidak mampu bergerak secara cepat.
Sebaliknya, jika beban terlalu kecil dan rendah otot tidak bisa berkembang.
Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan merupakan latihan
untuk
meningkatkan
kualitas
kemampuan
fisik
dengan
tujuan
utama
meningkatkan daya ledak. Latihan tersebut memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap nilai dinamis jika dibandingkan dengan latihan kekuatan saja. Adapun
menurut Pyke (1980: 75) “Dalam mengembangkan daya ledak, beban latihan
tidak boleh terlalu berat sehingga gerakan yang dilakukan dapat berlangsung cepat
dan frekuensinya banyak”.
c. Mekanisme Daya Ledak Otot (Power)
Daya ledak otot dapat didefinisikan sebagai kekuatan × jarak / waktu atau
kekuatan × kecepatan. Force (kekuatan) memainkan peran kunci dalam produksi
daya ledak dan jika tidak dipertahankan dengan latihan dapat mengakibatkan
penurunan atau tidak ada perubahan dalam produksi daya ledak. Kekuatan
mengacu pada beban x percepatan sedangkan kecepatan adalah jarak dibagi waktu
dari gerakan.
Aksi konsentris otot tidak menghasilkan banyak kekuatan. Namun, output
daya ledak dapat ditingkatkan lebih besar ketika gerakan eksentrik dan konsentris
digunakan bersama-sama untuk mengambil keuntungan dari sifat elastis otot
dalam siklus stretch-shortening cycle (SSC). Siklus ini dimulai dengan gerakan
balasan yang cepat mengakibatkan peregangan otot target melalui aksi eksentrik.
Otot memiliki kemampuan untuk diregangkan karena memiliki komponen elastis,
yang terdiri dari jaringan ikat yang mengelilingi setiap lapisan jaringan otot.
Ketika otot diregangkan, mechanoreceptors khusus yang terletak di dalam otot
yang dikenal sebagai serat muscle spindle juga menggeliat dan mengirim umpan
balik ke sistem saraf pusat. Umpan balik ini menyebabkan sinyal langsung dari
serat otot untuk berkontraksi. Keterlibatan SSC dalam latihan memberikan output
daya ledak yang lebih besar.
Perekrutan motor unit memberikan dasar fisiologis untuk produksi
78
kekuatan pada setiap kecepatan gerakan. Meskipun gerakan Atletik terjadi sebagai
akibat langsung dari tindakan otot rangka, hal itu terjadi dalam respon terhadap
berbagai sinyal yang dikirim dan diterima dari sistem saraf. Gerakan terkontrol
yang menghasilkan daya ledak selama aktivitas fisik dimulai pada korteks motorik
yang terletak di lobus frontalis otak besar. Sinyal-sinyal listrik yang membentuk
kuanta informasi yang kemudian diteruskan dari pusat otak yang lebih tinggi ke
bawah batang otak ke sumsum tulang belakang yang kemudian merangsang unit
motorik tertentu untuk mengontrol tindakan otot.
Jumlah motor unit yang direkrut untuk gerakan adalah salah satu faktor
penentu yang paling penting dari amplitudo daya ledak yang dihasilkan karena
menentukan jumlah luas penampang otot dan jumlah actin-myosin yang sesuai
yang akan digunakan dalam gerakan. Pada tingkat aktivasi terendah, hanya motor
unit yang terkecil yang direkrut dan menghasilkan daya ledak minimal. Saat
tingkat aktivasi meningkat, ambang rekrutmen motor unit yang lebih besar
terlampaui sehingga lebih banyak motor unit direkrut dan kekuatan bertahap
menjadi lebih besar dan produksi daya ledak meningkat signifikan. Pada tingkat
rangsangan tertentu, semua motor unit yang tersedia di dalam otot direkrut
sehingga menghasilkan daya ledak tertinggi.
Persentase jenis serat yang membentuk unit-unit fungsional dari motor
unit bervariasi oleh peran otot dalam gerakan manusia dan oleh individu.
Misalnya, otot di daerah perut yang terlibat terutama dengan dukungan postural
terdiri dari serat otot tipe I, sedangkan pada otot penggerak utama atau dalam otot
lokomotif seperti vastuslateralis biasanya melihat jenis serat mulai dari sekitar
40% sampai 60% tipe I dantipe II. Seorang pelari maraton profesional mungkin
memiliki lebih dari 80 sampai 90% serat otot tipe I. Hal ini memungkinkan
kemampuan fisiologis untuk melakukan olahraga maraton. Level tinggi dari daya
ledak tidak dapat diproduksi kecuali seorang atlet memiliki persentase otot tipe II
yang lebih tinggi dalam regio penggerak utama. Namun, persentase ekstrim serat
otot tipe II (misalnya> 70%) biasanya tidak ada.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa rangsangan listrik yang diberikan
menghasilkan output daya ledak yang lebih besar dibandingkan dengan kontraksi
79
volunteer. Hal ini menunjukkan potensi output daya ledak maksimal otot
dihambat oleh proses fisiologis tertentu. Untuk meraih output daya ledak
maksimal mungkin akibat disinhibisi atau hilangnya inhibisi oleh proses tertentu
dalam tubuh.
Banyak penelitian telah difokuskan pada fenomena coactivation, atau
aktivasi otot antagonis bersama dengan otot-otot agonis dari gerakan. Karena otototot antagonis yang digunakan dalam gerakan menentang arah gerakan, hal ini
dapat menghambat kontraksi maksimum otot. Meskipun dapat merugikan
terhadap output daya ledak maksimal, penelitian saat ini menunjukkan bahwa
kontraksi otot antagonis untuk menstabilkan sendi, memungkinkan untuk kontrol
yang lebih baik dari gerakan ini dan mencegah kerusakan jaringan dari
overextension.
Mekanisme mencegah cedera yang lainnya adalah melalui Golgi Tendon
Organ. Golgi Tendon Organ (GTO) adalah organ proprioceptor terletak di dalam
tendon yang melekatkan otot ke tulang dan mengontrol jumlah gaya yang
diterapkan pada tendon. Ketika kontraksi otot, menyebabkan tarikan pada tendon
untuk memindahkan tulang. Jika jumlah kekuatan yang terlalu besar pada tendon,
GTO diaktifkan dan menghambat otot untuk mencegah kerusakan pada otot,
tendon atau tulang. Meskipun GTO bertindak sebagai ukuran keamanan terhadap
cidera, tapi di sisi lain juga membatasi jumlah kekuatan yang dapat dikembangkan
oleh otot. Disinhibisi dari GTO telah secara teoritis mampu membantu
meningkatkan output daya ledak, tapi dengan kemungkinan mengorbankan
potensi
cedera.
Dengan
demikian,
mengurangi
aktivitas
GTO
dengan
mempertimbangkan keamanan mungkin merupakan mekanisme potensial untuk
menghasilkan output daya ledak yang lebih baik.
Daya ledak adalah bagian dari banyak gerakan baik intensitas rendah
maupun intensitas tinggi. Mekanisme yang mendasari daya ledak melibatkan
sejumlah karakteristik fisiologis dalam sistem neuromuskuler individu. Komposisi
motor unit untuk ukuran serat otot, jenis dan jumlah memainkan peran penting
bagi seorang atlet. Latihan yang optimal berdasarkan pada pemahaman
bioenergetika pemulihan dan waktu sesi pelatihan merupakan masalah desain
80
penting bagi pengembangan program latihan.
Power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk
mempergunakan kekuatan maksimal yang di kerahkan dalam waktu yang
sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya. Unjuk kerja kekuatan maksimal
yang dilakukan dalam waktu singkat ini tercermin seperti dalam aktivitas
memukul keras, tendangan tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang beserta gerak
lain yang bersifat eksplosif. Power merupakan salah satu dari komponen gerak
yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat
menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang dapat
melempar, seberapa cepat seseorang dapat berlari dan lainnya.
d. Power Otot Lengan
Daya ledak atau power merupakan komponen kondisi fisik yang di
dalamnya terdapat dua unsur pokok yaitu kekuatan dan kecepatan. Berkaitan
dengan power, explosive power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi
tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerakan utuh.
Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari seluruh lengan, mulai dari
pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Rangka dari pada anggota gerak atas
dibagi menjadi 3 bagian besar:
1) Sceletion brachii,
2) Sceletion ante brachii,
3) Sceletion mani.
1) Tulang-tulang pada lengan tersebut dilapisi berbagai macam otot. Otot-otot
yang terdapat pada lengan sisi posterior dan lengan bawah terdiri atas:
(1) Otot deltoideus
2) Otot trisep
3) Otot brachioradialis,
4) Otot extensorcarpi radalis longus,
5) Otot extensordigitorum,
6) Otot extensor dan abductor ibu jari,
7) Otot anconectis,
81
8) Otot extensor karpudnaris,
9) Otot extensor retinakulum”.
Secara lebih jelasnya, susunan anatomi lengan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 4. Susunan Anatomi Lengan Bawah
Gambar 5. Susunan Anatomi Lengan Atas
Gambar 6. Susunan Anatomi Lengan Fleksi dan Ekstensi
82
Semakin besar kekuatan otot, tenaga ketahanan, kelincahan serta
kelenturan yang dimiliki, maka semakin cepat keterampilan (specifies skill), dan
semakin sempurna penampilan. Terjadinya kontraksi otot dalam tubuh manusia
akibat bekerja melawan beban yang diterimanya. Misalnya mendorong atau
menolak suatu benda, menahan benda, menarik benda dan lain sebagainya. Otot
dapat mengadakan kontraksi dengan cepat jika mendapat rangsangan dari luar.
Mekanisme kontraksi otot tidak sederhana, tetapi cukup kompleks. Hal terpenting
dan harus diperhatikan saat otot berkontraksi adalah dibutuhkan cadangan energi.
Kemampuan fisik yang baik selalu dibutuhkan dalam setiap cabang olahraga
termasuk Aletik.
Bertolak dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
daya ledak otot lengan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot lengan untuk
menghasilkan kerja fisik dengan mengerahkan kekuatan-kekuatan dari otot-otot
lengan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Daya ledak otot
lengan dan kecepatan gerak lengan ini penting untuk cabang-cabang olahraga
yang mengarahkan tenaga secara eksplosif dari otot-otot lengan. Termasuk pada
nomor Kids Javelin Throwing pada cabang olahraga Kids Athletics.
e. Power Otot Tungkai
Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang dibutuhkan
hampir semua cabang olahraga, terutama cabang olahraga yang menuntut atletnya
mempunyai daya ledak otot seperti dalam cabang Atletik, bela diri, olahraga
permainan, dan sebagainya.
Power terutama penting untuk cabang-cabang olahraga yang atletnya harus
menggerakkan tenaga yang eksplosif seperti nomor-nomor lempar dalam cabang
olahraga Atletik. Juga dalam cabang-cabang olahraga yang mengharuskan
atletnya untuk menolak dengan kaki, seperti nomor-nomor lompat dalam Atletik,
sprint, Bolavoli (untuk smash), dan nomor-nomor yang ada unsur akselerasi
(percepatan) seperti balap lari, balap sepeda, mendayung, renang dan sebagainya.
83
Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah (lower body) yang tersusun
oleh tulang paha atau tungkai atas, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang
betis, tulang pangkal kaki, tulang telapak kaki, dan tulang jari-jari kaki. Fungsinya
sebagai penahan beban anggota tubuh bagian atas (upper body) dan segala bentuk
gerakan ambulasi. Adapun fungsi tungkai menurut Ahmad Damiri (2003: 5)
menyatakan bahwa, “Tungkai sesuai fungsinya sebagai alat gerak, ia menahan
berat badan bagian atas, ia memindahkan tubuh (bergerak), ia dapat
menggerakkan tubuh keatas, dan ia dapat menendang, dan lain sebagainya”.
Otot tungkai atau dikenal dengan musculus quadriceps adalah gabungan
dari kekuatan otot tungkai paha (atas) dan otot tungkai bawah saat berkontraksi
hingga relaksasi yang diperlukan dalam melakukan lompatan setinggi mungkin
secara explosive. Otot tungkai terdiri atas otot tungkai atas dan otot tungkai
bawah.
Otot tungkai atas terdiri dari tiga bagian yaitu: flexores, exeterisores dan
adductors, yang terdiri dari tricep femoris dan bicep femoris. Otot-otot tersebut
terletak pada batas pangkal paha sampai sendi lutut. Otot tungkai bawah terdiri
dari tiga bagian yaitu: flexores, extensors, dan perinci otot. Ketiga otot tersebut
pada batas bagian lutut bawah. Bentuk tungkai dan otot-ototnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 7. Susunan Anatomi Tungkai Anterior
84
Gambar 8. Susunan Anatomi Tungkai dari Lateral
Berkaitan dengan hal tersebut, maka tungkai sebagai penggerak dalam
cabang olahraga Atletik nomor lempar perlu memiliki power, yaitu otot yang
selain kuat juga mampu menampilkan gerakan yang cepat. Hal ini dibutuhkan
agar atlet dapat melakukan lemparan atau lompatan yang jauh. Selain itu untuk
menahan beban tubuhnya dan juga pengaruh gravitasi bumi sehingga menjadi
beban ganda yang harus diterima tungkai tersebut.
Tidak dapat dipungkiri kenyataannya bahwa power tungkai mempunyai
keterkaitan dengan prestasi dalam cabang olahraga Atletik. Oleh sebab itu,
sebelum atlet diterjunkan dalam perlombaan, atlet tersebut harus sudah memiliki
tingkat kemampuan fisik yang baik, dalam hal ini kemampuan daya ledak (power)
otot tungkai. Agar otot tungkai memiliki power yang tinggi, maka harus diberi
latihan-latihan yang sesuai dengan tuntutan tersebut, misalnya dalam metode
latihan pliometrik seperti latihan lompat kodok (frog leaps), jingkat (hopping),
bounding strides,dan bounding drives. Dan dalam metode weight training seperti
squat jump, heel raise, step-up, dan sebagainya, dengan menerapkan prinsipprinsip latihan secara benar, peningkatan kondisi fisik atlet dapat tercapai.
Banyak cabang-cabang olahraga yang membutuhkan kondisi fisik,
khususnya exsplosive power dalam mencapai hasil yang baik. Di antara sekian
banyak cabang olahraga tersebut salah satunya olahraga Atletik. Untuk melatih
85
daya ledak otot tungkai dapat dilakukan dengan berbagai cara dan memperhatikan
aturan bebannya, terutama yang berkenaan dengan intensitas, volume, durasi,
interval dan tempat gerakan. Daya ledak otot dapat dikembangkan melalui latihanlatihan dengan ketentuan bentuk dan metode latihan, intensitas beban, durasi
pembebanan, repetisi, istirahat, dan fase latihan.
Di bawah ini dijelaskan bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan
kemampuan daya ledak otot tungkai:
1) Loncat di tempat ( bisa pakai skiping)
2) Loncat maju, ke samping, mundur, ke kiri dan ke kanan.
3) Loncat naik turun tangga.
4) Lari sprint di pantai.
f. Peran Power terhadap Kids Javelin Throwing
Berdasarkan jenisnya, power dibedakan menjadi dua macam. Bompa
(1990: 285) mengemukakan bahwa, ”Power dibedakan dalam dua bentuk yakni
power acyclic dan power cyclic”. Jenis power ini dibedakan dari segi kesesuaian
jenis latihan dan keterampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga, power acyclic dan
cyclic dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabangolahraga.
Daya ledak atau power acyclic adalah daya ledak dalam waktu singkat
yang dihasilkan dari aktivitas gerakan. Cabang-cabang olahraga yang memerlukan
power acyclic secara dominan adalah cabang olahraga yang dalam penampilannya
terdapat gerakan melempar, menolak dan melompat seperti pada cabang Atletik,
unsur-unsur gerakan pada senam, loncat indah, dan permainan. Sedangkan power
cyclic adalah daya ledak yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan gerakan
berturut-turut atau berulang-ulang. Power cyclic lebih dominan untuk cabang
olahraga yang dalam aktivitasnya terdapat gerak maju seluruh badan seperti lari
cepat, dayung, renang, bersepeda dan sejenisnya.
Berdasarkan jenisnya, power yang berperan dalam nomor Kids Javelin
Throwing adalah power acylic.
86
1) Peran Power Otot Lengan terhadap Kids Javelin Throwing
Jauhnya lemparan dalam Kids Javelin Throwing didukung oleh koordinasi
gerak seluruh tubuh yang berakhir dalam bentuk gerakan melempar pada timing
yang tepat dan sudut yang tepat yang didukung oleh power otot lengan.
Penerapannya pada gerak pelaksanaan
Kids Javelin Throwing terutama pada
tahap gerak siap melempar yang dilanjutkan gerak pelepasan turbo dari
genggaman tangan secara kontinu dan berkesinambungan dengan timing yang
tepat pada sudut yang tepat untuk menghasilkan lemparan yang maksimal.
Pada saat gerak siap melempar, lengan yang memegang turbo diluruskan
ke belakang kemudian diayunkan ke depan dengan timing yang tepat dibantu
dorongan tungkai. Ketika ayunan lengan mencapai sudut lemparan yang tepat,
pergelangan tangan dilecutkan dengan power maksimal ke sektor lemparan diikuti
gerak lanjut. Pada gerak melempar hingga lepasnya turbo dari genggaman tangan
ini lah power otot lengan memegang peranan penting dalam menghasilkan
lemparan sejauh-jauhnya.
2) Peran Power Otot Tungkai terhadap Kids Javelin Throwing
Seperti halnya power otot lengan, power otot tungkai juga memiliki peran
dalam gelak pelaksanaan Kids Javelin Throwing. Penerapannya pada gerak
pelaksanaan
Kids Javelin Throwing dimulai ada tahap awalan berlari dan
terutama pada tahap gerak siap melempar ketika mengambil langkah terakhir
sesaat sebelum melempar untuk melakukan tumpuan sekaligus dorongan tungkai
yang menjadi titik berat badan sebelum dipindah sesaat sebelum melakukan
gerakan melempar. Tumpuan ini sangat penting pada tahap ini untuk menjaga
posisi tubuh pada saat meluruskan lengan yang memegang turbo ke belakang.
Pada saat lengan mulai ditarik untuk melakukan gerakan melempar,
tungkai yang menjadi titik berat badan ketika menumpu membantu memberi gaya
dorong dengan timing yang hampir bersamaan dengan memindahkan titik berat
badan ke tungkai yang di depan untuk menambah gaya dorong lengan. Dengan
demikian,
power otot tungkai yang baik akan membantu memberikan gaya
dorong maksimal bagi lengan ketika melakukan gerak melempar. Power otot
87
tungkai ini sangat penting dalam pelaksanaan Kids Javelin Throwing mengingat
dalam gerak pelaksanaan, gaya yang terjadi dimulai dari dorongan kaki yang
kemudian mengalir ke lengan yang akan melempar turbo. Semakin besar
kemampuan power otot tungkai yang dihasilkan tentu saja menghasilkan gaya
yang mengalir semakin besar pula.
6. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui penyediaan
pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas jasmani, bermain dan
berolahraga yang direncanakan secara sistematis guna merangsang pertumbuhan
dan perkembangan fisik, keterampilan motorik, keterampilan berpikir, emosional,
sosial, moral, pola hidup dan pengenalan terhadap lingkungan. Anak usia sekolah
dasar sangat membutuhkan pengalaman bergerak yang bermacam-macam, karena
gerak merupakan kebutuhan dasar pada setiap makhluk hidup. Bermain
merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka pertumbuhan. Model
olahraga permainan merupakan salah satu model yang paling disukai oleh anak
usia sekolah dasar.
Siswa sekolah dasar merupakan kelompok anak yang berusia 7-12
tahun.Secara fisik anak laki-laki cenderung lebih baik daripada anak perempuan.
Di antara keduanya, secara fisik belum begitu tampak perbedaan otot-otot tubuh
yang menonjol. Adapun karakteristik anak usia sekolah dasar adalah sebagai
berikut:
a. Senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan
kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan,terutama untuk kelas rendah.
b. Senang bergerak. Siswa SD dapat duduk dengan tenang paling lama hanya
sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan siswa berpindah atau bergerak.
c. Senang bekerja dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk
kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau
menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
d. Senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara
88
langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, siswa SD memasuki tahap
operasional. Bagi siswa SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan
lebih dipahami jika siswa melaksanakan sendiri.
Karakteristik jasmani siswa sekolah dasar menurut Sukintaka (1992: 42)
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Perbaikan koordinasi dalam keterampilan gerak.
Daya tahan berkembang.
Pertumbuhan tetap.
Koordinasi mata dan tangan baik.
Sikap tubuh yang tidak baik mungkin diperlihatkan.
Perbedaan jenis kelamin tidak menimbulkan konsekuensi yang besar.
Secara fisiologik putri pada umumnya mencapai kematangan lebih
dahulu dari pada anak laki-laki.
h. Gigi tetap, mulai tumbuh.
i. Perbedaan secara perorangan dapat dibedakan dengan nyata.
j. Kecelakaan cenderung memacu mobilitas.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan korelasi antara persepsi kinestetik, koordinasi mata
tangan, power otot lengan, dan power otot tungkai dengan keterampilan berbagai
cabang olahraga. Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian ini:
1. Penelitian Panjimas (2013) yang berjudul “Pembelajaran Lempar Turbo
Menggunakan Permainan Lempar Sasaran Siswa Kelas IV SD” dengan hasil
penelitian:adanya peningkatan hasil belajar lempar turbo melalui permainan
lempar sasaran. Pada siklus I sebesar 60% siswa yang mencapai nilai
ketuntasan minimal. Pada siklus II sebesar 82% siswa yang mencapai nilai
ketuntasan minimal.
2. Penelitian Elsye Sinai (2013) yang berjudul “Hubungan Koordinasi Matatangan, Power Otot Lengan, dan Kelentukan Otot Punggung Terhadap
Kemampuan Lemparan Atas Bola Softball” dengan hasil penelitian: adanya
hubungan antara koordinasi mata-tangan, power otot lengan, dan kelenturan
otot punggung terhadap kemampuan lemparan atas bola softball pada
89
mahasiswa putra pembinaan prestasi softball. Adapun dari hasil uji anova
menghasilkan angka Fhitung sebesar 10,252(Ftabel = 4,49) dengan taraf
signifikansi sebesar 0.001. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yang
telah ditentukan yaitu 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara koordinasi mata tangan, power otot
lengan dan kelentukan otot punggung terhadap kemampuan lemparan atas bola
softball dapat diterima kebenarannya.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Hubungan antara Persepsi Kinestetik dengan Kemampuan Kids Javelin
Throwing
Persepsi
kinestetik
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
dapat
membayangkan dan menguasai gerak tubuh dalam ruang dan waktu. Seseorang
yang mempunyai persepsi kinestetik yang baik akan dapat dengan mudah
membayangkan suatu gerak, dan apabila didukung oleh bentuk tubuh yang sesuai,
orang tersebut akan mudah mempelajari olahraga khususnya Kids Javelin
Throwing. Persepsi kinestetik yang dimiliki oleh atlet akan mempengaruhi
performa maupun pencapaian prestasi pada cabang olahraga Kids Athletics,
khususnya nomor Kids Javelin Throwing. Hal ini dikarenakan dalam penguasaan
teknik Kids Javelin Throwing ada beberapa tahap gerak pelaksanaan yang
membutuhkan persepsi kinestetik yang baik terutama pada tahap awalan dan
persiapan untuk melempar. Semakin baik persepsi kinestetik yang dimiliki oleh
atlet Kids Javelin Throwing, maka teknik gerak pelaksanaan Kids Javelin
Throwing akan lebih sempurna untuk menghasilkan jarak lemparan yang
maksimal.
90
2. Hubungan antara Koordinasi Mata Tangan dengan Kemampuan Kids
Javelin Throwing
Koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk merangkaikan
bermacam-macam gerakan sedemikian rupa sehingga merupakan gerakan yang
bertautan. Koordinasi matatangan merupakan gabungan antara kecermatan
pandangan dan melakukan gerakan tangan berdasarkan rangsangan yang diterima
oleh mata. Dengan koordinasi mata tangan yang baik, seorang atlet Kids Javelin
Throwing akan dapat melaksanakan rangkaian gerak dalam tahapan-tahapan
teknik gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing dengan sempurna, khususnya
pada tahap gerak melempar lembing untuk menghasilkan sudut dan arah lemparan
yang tepat sehingga menunjang pencapaian hasil lemparan yang maksimal. Untuk
dapat melakukan lemparan yang maksimal, koordinasi mata tangan yang baik
sangat diperlukan dalam gerak melempar yang sifatnya kompleks mulai dari
meluruskan lengan semaksimal mungkin ke belakang, dilanjutkan menarik lengan
ke depan diikuti putaran pinggul, dengan gerak berkesinambungan dari
pergelangan tangan dan telapak tangan serta jari-jari tangan yang menggenggam
turbo untuk dilemparkan dengan sudut yang tepat pada timing yang tepat pula
agar dapat menghasilkan lemparan yang maksimal.
3. Hubungan antara Power Otot Lengan dengan Kemampuan Kids Javelin
Throwing
Daya ledak atau power merupakan kemampuan otot atlet untuk mengatasi
tahan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerakan utuh.
Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari seluruh lengan, mulai dari
pangkal lengan sampai ujung jari tangan yang merupakan penggerak utama dalam
pelaksanaan teknik Kids Javelin Throwing. Semakin besarpower otot lengan yang
dimiliki oleh latlet, maka akan semakin jauh pula lemparan yang dihasilkan.
91
4. Hubungan antara Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Kids Javelin
Throwing
Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah (lower body) yang tersusun
oleh tulang paha atau tungkai atas, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang
betis, tulang pangkal kaki, tulang tapak kaki, dan tulang jari-jari kaki. Fungsinya
sebagai penahan beban anggota tubuh bagian atas (upper body) dan segala bentuk
gerakan ambulasi. Dalam teknik gerak Kids Javelin Throwing, tungkai memiliki
peran dalam melakukan tahap awalan dan sikap siap melempar untuk melakukan
tumpuan dan dorongan ketika melempar. Dengan demikian, semakin besar power
otot tungkai yang dimiliki oleh atlet, semakin besar daya dorong yang dihasilkan
dalam membantu lemparan untuk mencapai jarak lemparan yang maksimal.
5. Hubungan antara Persepsi Kinestetik, Koordinasi Mata Tangan, Power
Otot Lengan, dan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Kids Javelin
Throwing
Semakin baik persepsi kinestetik yang dimiliki oleh atlet Kids Javelin
Throwing, maka teknik gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing akan lebih
sempurna. Dengan adanya koordinasi tangan yang baik, maka teknik gerak
pelaksanaan Kids Javelin Throwing khususnya pada tahap sikap melempar akan
menghasilkan sudut dan arah lemparan yang tepat yang menunjang pencapaian
jarak lemparan yang lebih maksimal. Atlet yang memiliki persepsi kinestetik yang
baik jika didukung dengan adanya power otot lengan yang dimiliki oleh latlet,
maka akan semakin jauh pula lemparan yang dihasilkan. Besarnya power otot
tungkai yang dimiliki oleh atlet akan membantu dalam pelaksanaan teknik gerak
pelaksanaan Kids Javelin Throwing, khususnya pada tahap awalan dan sikap siap
melempar ketika tungkai diharuskan dapat melakukan tolakan ataupun tumpuan
yang kuat untuk membantu menghasilkan daya dorong lemparan yang kuat.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
92
Persepsi
Kinestetik
Koordinasi
Mata Tangan
Kemampuan
Kids Javelin
Throwing
Power
Otot lengan
Power
Otot Tungkai
Gambar 9. Bagan Kerangka Pemikiran
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara persepsi kinestetik dengan kemampuan Kids Javelin
Throwing. Hubungan antara persepsi kinestetik dengan kemampuan Kids
Javelin Throwing memiliki arah hubungan yang negatif atau berlawanan
dengan tingkat keeratan hubungan yang rendah.
2. Ada hubungan antara koordinasi mata tangan dengan kemampuan Kids
Javelin Throwing. Hubungan koordinasi mata tangan dengan kemampuan
Kids Javelin Throwing memiliki arah yang positif dengan tingkat keeratan
hubungan yang sedang.
3. Ada hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan Kids Javelin
Throwing. Hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan Kids
Javelin Throwing memiliki arah yang positif dengan tingkat keeratan
hubungan yang kuat.
4. Ada hubungan antara power otot tungkai dengan kemampuan Kids Javelin
Throwing. Hubungan antara power otot tungkai dengan kemampuan Kids
93
Javelin Throwing memiliki arah yang positif dengan tingkat keeratan
hubungan yang kuat.
5. Ada hubungan antara persepsi kinestetik, koordinasi mata tangan, power otot
lengan, dan power otot tungkai dengan kemampuan Kids Javelin Throwing.
Hubungan antara antara persepsi kinestetik, koordinasi mata tangan, power
otot lengan, dan power otot tungkai dengan kemampuan Kids Javelin
Throwing memiliki arah yang positif dengan tingkat keeratan hubungan yang
kuat.
Download