BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. KAJIAN TEORI 1. Olahraga Atletik untuk Anak-anak (Kids Athletics) a. Hakikat Atletik Di dunia olahraga dikenal berbagai macam cabang olahraga yaitu Atletik, Renang, Senam, Sepakbola, Bolabasket, Bolavoli, Tinju, dan lain-lain. Di antara beberapa cabang olahraga tersebut yang ada kaitannya dengan penelitian ini adalah Atletik. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan di sekolah dan sering dilombakan di ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) maupun Olimpiade Olahraga Siswa Nassional (O2SN). Atletik berasal dari bahasa Yunani “athlon” artinya kontes, pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang yang melakukannya dinamakan athleta (atlet). Menurut Yoyo Bahagia, dkk (2000: 4), “Istilah Atletik berasal dari beberapa sumber antara lain bahasa Yunani, yaitu “athlon” yang mempunyai pengertian berlomba atau bertanding. Istilah lain yang menggunakan Atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique (bahasa Perancis) atau athletic (bahasa Jerman)”. Istilah lain yang mempunyai arti sama dengan istilah Atletik di Indonesia adalah “leichtatletik” (Jerman), “athletismo” (Spanyol), “olahraga” (Malaysia), dan “track and field” (USA). Istilah Atletik yang digunakan di Indonesia saat ini diambil dari bahasa Inggris yaitu Athletics yang berarti cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat, dan lempar. Sementara di Amerika Serikat, istilah Atletik berarti olahraga pertandingan, dan istilah untuk menyebut Atletik adalah track and filed. Di Jerman, istilah Atletik diberi makna yang lebih luas yaitu berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan, termasuk cabang olahraga Renang, Bolabasket, Tenis, Sepakbola, Bolavoli, Senam, dan lain-lain. Atletik merupakan cabang olahraga pertama pada olimpiade pertama tahun 776 SM. Induk olahraga cabang Atletik tingkat internasional adalah IAAF (International Amateur Athletic Federation). Sedangkan induk organisasi untuk 14 15 olahraga Atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Atletik adalah satu cabang olahraga yang diperlombakan yang meliputi nomor-nomor jalan, lari, lempar, lompat (Aip Syarifuddin, 1992: 2). Menurut Munasifah (2008: 9), “Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat”. Yoyo Bahagia, dkk (2000: 16), juga berpendapat bahwa, “Secara umum ruang lingkup pembelajaran Atletik di sekolah-sekolah meliputi nomor-nomor: jalan, lari, lompat dan lempar”. Khomsin (2011: 2) mengemukakan bahwa, “Atletik adalah aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerak-gerak alamiah/wajar seperti jalan, lari, lompat, dan lempar”. Dengan berbagai cara,Atletik telah dilakukan sejak awal sejarah manusia. Berdasarkan sejarah, kita kembali ke zaman klasikpurba pada saat Atletik dilakukan orang dalam bentuk olahraga yang rapi dan teratur. Olahraga Atletik sering dianggap sebagai “induk” dari olahraga Atletik terdiri dari unsur–unsur gerak utama yang mendasari banyak cabang olahraga yaitu lari, jalan, lompat, dan lempar. Olahraga Atletik adalah olahraga tertua. Di setiap negara, Atletik berkembang menurut bahasanya masing-masing tetapi pengertiannya sama bahwa olahraga ini menjadi dasar dari seluruh cabang olahraga dan gerak dari Atletik seperti jalan, lari, lompat dan lempar adalah gerak alamiah dari manusia. Sejak manusia ada di bumi, mereka telah melakukan gerakan berjalan, berlari, melompat, dan melempar yang semuanya itu merupakan gerakan alami yang dilakukan sehari-hari, baik dalam usahanya mempertahankan hidup ataupun untuk menyelamatkan diri dari gangguan alam sekitarnya (Yoyo Bahagia, dkk, 2000: 3). Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk-bentuk gerakan yang terdapat di dalam cabang olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan latihan Atletik, akan dapat diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan. Hal ini dikarenakan dalam melakukan kegiatan Atletik, akan dilatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung jawab (Aip Syarifuddin, 1992: 60). 16 Dari beberapa pendapat di atas, dapat diartikan bahwa Atletik adalah cabang olahraga yang terdiri dari beberapa nomor seperti lari, lempar, dan lompat. Nomor-nomor perlombaan yang dipertandingkan dalam lomba Atletik meliputi nomor lari, lompat, dan lempar. Selain itu, terdapat nomor perlombaan khusus yaitu jalan cepat, lari halang rintang, dan lari lintas alam. Ada pula berbagai nomor perlombaan campuran seperti pancalomba, saptalomba, dan dasalomba (Adi Winendra dkk, 2008: 4). Di Indonesia, perlombaan-perlombaan dan perkumpulan Atletik baru muncul sekitar tahun 1917. Baik atlet-atletnya maupun pengurusnya, sebagian besar terdiri dari pemuda-pemuda atau orang-orang Belanda atau Indo-Belanda. Baru pada tahun 1942, pada masa penjajahan Jepang, putra-putri Indonesia, terutama pelajar-pelajarnya agak banyak melakukan kegiatan olahraga Atletik. Di sekolah-sekolah mulai tingkat SD, SLTP, dan SLTA, serta sekolah-sekolah yang lainnya. selain diajarkan I’a (senam iso ala Jepang) dan kyoren (baris-berbaris banyak juga diberi pelajaran dan latihan Atletik). Perlombaan-perlombaan Atletik antar sekolah dari lain kota pun sering diadakan. Kemudian setelah bangsa Indonesia merdeka, baik dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 1948 di Surakarta maupun Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) I tahun 1951 di Yogyakarta, hampir seluruh nomor Atletik diperlombakan seperti yang ada pada sekarang ini. PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), yaitu induk organisasi Atletik yang sekarang, baru resmi didirikan pada tanggal 2 September 1950 di Semarang Jawa Tengah. Perkembangan Atletik masuk dalam dunia pendidikan dari zaman penjajahan Jepang di Indonesia, dan sekarang Atletik telah masuk dalam kurikulum pendidikan yang wajib diajarkan untuk jenjang SD, SMP dan SMA atau sederajat. Atletik sudah masuk ke dalam kurikulum pendidikan jasmani sehingga wajib diajarkan kepada siswa. Dengan demikian, Atletik dikenal dan menyebar dikalangan pelajar yang ditunjang pula oleh penyelenggaraan pertandingan Atletik antar pelajar seperti dalam arena POPSI. Upaya pengembangan Atletik untuk menjadi bagian dalam pengalaman belajar siswa, juga ditunjang oleh penyediaan tenaga guru olahraga atau guru penjas yang 17 berkualifikasi guru profesional yang telah dididik di lembaga pendidikan tenaga guru, seperti SGPD, SGO, SMOA atau yang bertaraf perguruan tinggi yakni di APD, FPD, BI & B II Penjas. b. Hakikat Kids Athletics Atletik adalah suatu cabang olah raga yang meliputi nomor-nomor lari, lompat dan lempar. Atletik adalah cabang olahraga yang wajib diberikan di semua jenjang pendidikan. Seperti diketahui bahwa Atletik dikenal sebagai “mother of sport”. Itu sebabnya Atletik penting diajarkan sejak anak-anak usia dini. Kids Athletics menyuguhkan dan memberikan kegembiraan, latihanlatihan, even baru, dan gerakan-gerakan wajib yang beragam memerlukan penguasaan dalam lingkup satu tim atau regu pada lokasi yang berbeda-beda di dalam arena lomba. Lebih dari itu, even ini memungkinkan bagi suatu jumlah besar anak-anak untuk berpartisipasi di dalamnya dalam kemungkinan area yang terdekat dan di dalam suatu periode waktu yang dapat diperhitungkan dengan gerak dasar pada Kids Athletics yaitu seperti lari, lari daya tahan, lompat, dan lempar dapat dilakukan dan dilatihkan dalam suatu susunan bermain (IAAF, 2000: 5). Kids Athletics merupakan seperangkat permainan yang bersifat menyenangkan yang ditujukan untuk aktivitas olahraga anak-anak. Sebagaimana orang dewasa yang memerlukan fasilitas atau alat olahraga standar, anak-anak pun memerlukan peralatan olahraga yang sama, namun yang sesuai dengan kebutuhan mereka, atau disesuaikan dengan sifat, karakteristik, dan kemampuan anak-anak. Tujuannya adalah untuk keperluan jasmani dan olahraga yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Kids Athletics ditujukan untuk anak-anak. Olahraga ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi minat anak-anak dalam aktivitas gerak, mengenalkan dasar-dasar gerakan Atletik dalam bentuk permainan, merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta memelihara kesehatan, menghindari rasa bosan pada anak-anak, dan memberikan solusi bagi anak-anak pecinta olahraga dalam 18 mendapatkan peralatan yang tepat. Dalam Kids Athletics, olahraga Atletik dibuat lebih mudah dilakukan karena banyak mengandung permainan dan dipertandingkan dalam nomor beregu sehingga tidak menimbulkan rasa bosan. Selain itu juga tidak dibedakan kategori putra dan putri. Anak-anak dalam kehidupannya hampir dari sebagian waktunya dihabiskan untuk bermain dengan melakukan berbagai bentuk gerakan berlari, melompat, dan melempar. Anak di kelas permulaan sekolah dasar (SD) akan merasa senang bila mendapatkan pelajaran yang telah diketahui sebelumnya seperti lari dan bermain sehingga mereka akan lebih tertarik dan terampil dalam melakukannya. Dengan demikian, bentuk-bentuk gerakan dasar Atletik perlu ditanamkan kepada anak-anak kelas permulaan SD agar anak-anak dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan gerak dasar Atletik tersebut. Maka dari itu perlu ditanamkan berbagai cara melakukan gerakan dasar Atletik yang benar seperti gerakan lari, lompat dan lempar kepada anak-anak. Atletik sebenarnya adalah olahraga yang menyenangkan. Akan tetapi seringkali anak-anak jenuh dan tidak senang dengan pelajaran Atletik karena yang diajarkan sama dengan Atletik yang dilakukan oleh orang dewasa. Mereka akan bosan dan menghindar dari kegiatan Atletik. Untuk anak-anak sekolah dasar, materi Atletik berbeda dengan materi Atletik untuk orang dewasa. Agar pembelajaran Atletik lebih menyenangkan, maka guru diharuskan untuk kreatif dan inovatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat model pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu, bisa juga dengan membuat modifikasi alat yang mudah digunakan dengan tampilan yang menarik, aman dipakai, dan membuat anak-anak senang menggunakannya. Anak merupakan investasi dan sumber dari masa depan perkembangan sebuah bangsa. Pengelolaan dan perlakuan yang benar terhadap anak akan mempertinggi peluang tercapainya kemajuan masa depan sebuah bangsa dan negara. Aspek perkembangan jasmani merupakan sebuah faktor dominan yang tidak dapat dikesampingkan. Bahkan perkembangan jasmani merupakan prioritas untuk dikelola dengan benar dan optimal. Hal ini sesuai dengan semboyan yang menyebutkan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. 19 ”Mensana in corpore sano”. Melalui kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah, kegiatan jasmani merupakan sebuah kegiatan yang perlu diprogramkan dengan pengelolaan yang benar melalui pendekatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Untuk itu, setiap anak memiliki ciri dan sifat yang khas yang harus diberikan perlakuan yang khas pula. Bila orang dewasa memiliki kegiatan jasmani dalam bentuk olah raga dengan fasilitas yang standar, maka anak-anak memerlukan implementasi kegiatan jasmani dengan segala peralatannya yang khas sesuai dengan ciri dan sifat anak tersebut. Kondisi ini sangat diperlukan agar anak dapat melakukan kegiatan jasmani dan olah raga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.Oleh karena itu, diciptakanlah beberapa Peralatan Olahraga Anak (POA) yang telah diteliti dan diujicobakan. Penciptaan ini diharapkan mampu memberikan peluang yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak melalui aktifitas jasmani dan olahraga. Peralatan Olahraga Anak (POA) sebagai perangkat pendidikan jasmani dan olah raga, yang memiliki berbagai fungsi pendidikan, kepelatihan dan pengembangan dasar gerak di bidang keolahragaan. Peralatan Olahraga Anak (POA) sangat penting bagi pengguna untuk dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. POA disusun dalam sebuah paket atau set yang berisi 6 jenis peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai jenis kegiatan jasmani dan olahraga seperti gerak lari, lompat, dan lempar (Atletik) serta kegiatan jasmani lain yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat tersebut. POA memiliki beberapa manfaat dan tujuan di antaranya adalah: 1) Pemenuhan minat untuk bergerak. 2) Pengenalan dasar-dasar gerak Atletik dalam bentuk permainan. 3) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani (bertambahnya tinggi dan berat badan yang harmonis) serta perkembangan gerak. 4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan serta kesegaran jasmani dan membantu merehabilitasi kelainan gerak pada usia dini. 5) Menghindari kebosanan. 20 6) Menanggulangi masalah bagi anak-anak pecinta olahraga untuk memdapatkan perlengkapan yang berkualitas baik dengan harga terjangkau. 7) Meningkatkan kebutuhan anak-anak sekolah dasar akan perlengkapan olahraga dan kesehatan di lingkungan. Dengan diciptakannya POA tersebut, maka terciptalah Atletik yang dikhususkan untuk anak-anak, khususnya anak usia sekolah dasar yang akhirnya diberi nama Kids Athletics. Peralatan olahraga yang digunakan dalam Kids Athletics adalah alat-alat yang sifanya lebih ringan, yang ditujukan untuk aktivitas gerak seperti lari, lompat, lempar, dan lain-lain. Peralatan Kids Athletics di antaranya adalah turbo (mirip anak panah namun lebih ringan yang ditujukan untuk aktivitas lempar), gawang (yang ditujukan untuk aktivitas lompat), matras, clapper, peluru modifikasi, dan lain-lain. Materi Kids Athletics ini telah diajarkan oleh guru PJOK hampir diseluruh Indonesia dengan banyak pertimbangan. Selain lebih menyenangkan bagi peserta didik karena merupakan hal yang baru, juga karena dalam pengadaan sarana dan prasarana Kids Athletics ini jauh lebih murah karena dapat dibuat sendiri oleh guru PJOK di sekolah masing-masing. Seperti diketahui bahwa Atletik merupakan “mother of sport” sehingga Atletik menjadi cabang olahraga yang wajib diajarkan kepada pelajar sekolah dasar. Kids Athletics adalah jenis dari cabang olahraga Atletik yang diperuntukkan khusus untuk sekolah dasar. Jenis cabang olahraga ini diperkenalkan pertama kali oleh IAAF (International Association of Athletics Federation). Kemudian disebarkan di sekolah-sekolah melalui berbagai pendidikan dan pelatihan oleh Pusat Pembinaan Atletik Pelajar (PPAP). Dengan dijadikannya Kids Athletics sebagai cabang olahraga resmi dalam APSSO (Asean Primary School Sport Olympiade) ini, PB PASI (Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) telah berhasil mensosialisasikan Atletik di tingkat sekolah dasar baik di Indonesia maupun di negara-negara Asia Tenggara. Kemudian Kids Athletics ini disebarkan di sekolah-sekolah melalui berbagai pendidikan dan pelatihan oleh Pusat 21 Pembinaan Atletik Pelajar (PPAP). Melalui usaha ini, diharapkan Atletik semakin digemari oleh anak-anak dan bibit-bibit baru semakin banyak ditemukan. Secara bertahap Depdiknas harus menyediakan peralatan yang dibutuhkan di sekolahsekolah dan di provinsi-provinsi. Kids Athletics adalah salah satu cabang olah raga yang di perlombakan dalam even POPDA baik itu tingkat kecamatan, kabupaten bahkan provinsi. Departemen Pendidikan Nasional pun menyetujui anjuran PB PASI agar cabang Atletik yang dimainkan adalah Kids Athleticsya itu program pembinaan Atletik bagi atlet usia pelajar sekolah dasar sesuai dengan kebijakan IAAF (International Association of Athletics Federation). Dalam Kids Athletics, olahraga Atletik dibuat lebih mudah dilakukan karena banyak mengandung permainan dan dipertandingkan dalam nomor beregu sehingga tidak menimbulkan rasa bosan. Selain juga tidak dibedakan kategori putra dan putri. Kids Athletics ini terdiri dari beberapa cabang, di antaranya: 1) Sprint/Hurdles/Kanga’s Escape (Lari Halang Rintang). 2) Forward Squat Jumps (loncat Katak). 3) Kids Javelin Throwing (Lempar Turbo). 4) Sprint, Hurdles and Slalom Course (Formula One). 2. Kemampuan Kids Javelin Throwing a. Definisi Kemampuan Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Yang dimaksud kemampuan atau ability ialah bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara fisik atau mental yang ia peroleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman (Soehardi, 2003: 24). Soelaiman (2007: 117) mengungkapkan bahwa, “Kemampuan adalah sifat yang dibawa sejak lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental maupun fisik”. Kemampuan dan 22 keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan kinerja individu. Keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang di miliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat. Dengan kata lain, kemampuan adalah karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum fisik dan mental seseorang. Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi. Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang berarti ability, power,authority, skill, knowledge, dan kecakapan, kemampuan serta wewenang. Jadi kata kompetensi dari kata competent yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan atau atoritas untuk melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut. Kompetensi merupakan perpaduan dari tiga domain pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terbentuk dalam pola berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar ini, kompetensi dapat berarti pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan suatu kegiatan secara fisik atau mental yang diperoleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman. Secara garis besar, kemampuan terdiri dari dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang mencakup kapasitas untuk mengerjakan berbagai tugas kognitif yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental, berpikir, menalar dan memecahkan masalah yang mengacu pada kapasitas untuk mengerjakan tindakan-tindakan fisik. Sedangkan kemampuan fisik mengacu pada kapasitas untuk mengerjakan tindakan-tindakan fisik yang berupa tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. b. Kids Javelin Throwing (Lempar Turbo) Lempar merupakan salah satu nomor dalam Atletik dan menjadi bagian 23 keterampilan gerak dasar manipulatif yang dilakukan dengan anggota badan. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator siswa dalam belajar perlu menciptakan kesempatan yang merangsang anak-anak untuk mengembangkan kemampuan melempar dalam suasana bermain yang bebas. Lempar lembing adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga Atletik yang menggunakan alat bulat panjang yang berbentuk tombak dengan cara melempar sejauh-jauhnya. Untuk memperoleh jauhnya lemparan diperlukan kekuatan dan kecepatan gerak serta sudut yang tepat pada saat lembing lepas dari tangan. Keseluruhan nomor yang dipertandingkan dalam cabang olahraga Kids Athletics mempunyai sifat-sifat yang menyenangkan bagi peserta didik, terutama untuk nomor Kids Javelin Throwing. Lempar merupakan salah satu komponen dalam Atletik. Saputra (2002: 85) mengemukakan bahwa, “Lempar bagi siswa sekolah dasar menjadi bagian keterampilan gerak dasar manipulatif yang dilakukan dengan anggota badan”. Ria Lumintuarso (2008: 40) menyatakan bahwa, “Lempar adalah salah satu kegiatan nomor lempar pada Kids Athletics, yaitu kegiatan melempar dengan satu tangan untuk mencapai jarak tertentu”. Tugas utama guru PJOK adalah menciptakan kesempatan yang merangsang anakanak untuk mengembangkan kemampuan melempar dalam suasana bermain yang bebas. Kids Javelin Throwing adalah olahraga Atletik yaitu nomor lempar lembing bagi anak-anak. Kids Javelin Throwing adalah dasar dari lempar lembing. Lempar lembing terdiri dari dua kata yaitu lempar dan lembing. Lempar yang berarti usaha untuk membuang jauh-jauh, dan lembing adalah tongkat yang berujung runcing yang dibuang jauh-jauh. Lempar turbo adalah salah satu kegiatan nomor lempar pada Kids Athletics, yaitu kegiatan melempar dengan satu tangan untuk mencapai jarak tertentu (Ria Lumintuarso, 2008: 40). Turbo atau rudal adalah lembing yang terbuat dari pralon 1 dim dengan ujung dari kayu jati dan ekor imprabot. Panjang turbo adalah 40 cm dengan massa yang cukup ringan bagi anak usia sekolah dasar. Seperti lempar lembing dewasa, tata cara melakukan lempar turbo diawali dengan awalan, kemudian greakan melempar turbo tersebut ke daerah lemparan yang dibatasi garis lempar. Faktor keamanan 24 dalam pembelajaran turbo juga penting untuk diperhatikan seperti peraturan kapan harus melempar turbo dan kapan mengambil turbo kembali harus dipatuhi oleh seluruh siswa. Berdasarkan pendapat di atas, Kids Javelin Throwing adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga Kids Athletics yang menggunakan alat bulat agak panjang yang berbentuk menyerupai tombak yang memiliki sayap pada sisinya yang terletak pada ujung belakang dan dilakukan dengan cara melempar sejauh-jauhnya. Seperti halnya pelaksanaan nomor lempar lainnya, penguasaan teknik yang sempurna akan menghasilkan lemparan maksimal. Pada dasarnya teknik gerakan Kids Javelin Throwing diturunkan dari teknik gerak lempar lembing hanya yang membedakan adalah sarana yang digunakan, baik dari segi ukuran, bahan baku, maupun bentuknya. Hal ini dikarenakan sarana pembelajaran Kids Javelin Throwing sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sedikit berbeda dari bentuk lembing aslinya. Hal ini ditujukan untuk mempermudah siswa dalam melaksakanan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sarana yang lebih ringan dan lebih mudah menggunakannya. Dengan bentuknya yang unik membuat siswa senang menggunakannya selama kegiatan pembelajaran. 1) Teknik Kids Javelin Throwing (Lempar Turbo) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing yaitu teknik memegang lembing, teknik membawa lembing, dan teknik gerak pelaksaanaan melempar lembing. a) Teknik Memegang Lembing Pada nomor Kids Javelin Throwing, teknik memegang turbo (lembing untuk anak-anak) hampir sama dengan teknik memegang lembing pada nomor lempar lembing dewasa, yaitu ada cara memegang dengan gaya Finlandia, gaya Amerika, dan gaya menjepit. 25 (1) Cara Memegang Lembing Gaya Finlandia Pada gaya ini, lembing ditempatkan di telapak tangan dengan bagian ujung lembing tersebut menyerong hingga hampir menyentuh badan. Selanjutnya, jari tengah akan memegang bagian tepi dari tali pada belajang dan dibuat melingkar dengan bantuan jempol atau ibu jari. Antara kedua jari tengah dan ibu jari diletakkan pada bagian belakang balutan lembing, sedangkan jari telunjuk diletakkan sewajarnya. Saat menggunakan gaya ini, pastikan jari telunjuk lemas agar bisa membantu menahan lembing itu sendiri. Gaya Finlandia ini menekankan pada peranan jari bagian tengah dan ibu jari dalam mendorong serta melempar lembing. Teknik memegang lembing ini dapat diterapkan dalam memegang turbo (lembing untuk anak-anak) pada nomor Kids Javelin Throwing. Gambar 1. Cara Memegang Lembing Gaya Finlandia (2) Cara Memegang Lembing Gaya Amerika Pertama, lembing diletakkan tepat di telapak tangan dengan bagian ujung atau mata lembing tersebut menyerong hingga mendekati badan. Selanjutnya, jari telunjuk menggenggam erat bagian tepi atau pangkal belakang lembing, dan dikontrol oleh ibu jari lalu diletakkan di bagian tepi belakang pegangan. Jari telunjuk dan ibu jari diletakkan pada bagian belakang balutan lembing. Pastikan lembing lurus. Pada pegangan Amerika ini, jari telunjuk dan ibu jari cukup memegang peranan yang penting dalam hal mendorong lembing pada saat hendak melempar. Teknik memegang lembing ini juga dapat diterapkan dalam memegang turbo (lembing untuk anak-anak) pada nomor Kids Javelin Throwing. 26 Gambar 2. Cara Memegang Lembing Gaya Amerika (3) Cara Memegang Lembing Gaya Menjepit Gaya yang satu ini cukup sederhana, intinya hanya dengan menjepit lembing di antara jari tengah dan telunjuk, sementara itu jari lainnya memegang secara biasa. Gambar 3. Cara Memegang Lembing Gaya Menjepit Cara memegang lembing gaya Finlandia dan gaya Amerika dapat diterapkan pada Kids Javelin Throwing, tetapi pada Kids Javelin Throwing teknik memegang lembing dengan cara menjepit dengan jari tengah dan jari telunjuk akan sulit diterapkan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan ukuran antara turbo dengan lembing. Turbo memiliki diameter yang relatif lebih besar dibandingkan dengan lembing sehingga teknik memegang dengan gaya menjepit sulit diterapkan pada turbo yang berdiameter besar sedangkan tangan anak yang memegang turbo memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan tangan orang dewasa. Di samping itu, ada beberapa pelatih yang menyarankan memegang turbo dengan cara mengaitkan jari telunjuk di pangkal peralon di antara ekor turbo. Hal ini 27 diyakini oleh beberapa pelatih dapat menunjang lemparan turbo yang lebih jauh dibandingkan dengan cara memegang turbo dengan gaya Finlandia atau gaya Amerika seperti pada cara memegang lembing. b) Teknik Membawa Lembing Untuk teknik membawa turbo relatif sama dengan cara membawa lembing yaitu sebagai berikut: (1) Lembing Dibawa dengan Ditaruh di Atas Pundak Cara ini dipraktikkan dengan memegang lembing di atas pundak tepat di samping kepala dimana mata lembing menyerong ke atas. Sementara itu siku tangan terlipat atau ditekuk sehingga menuju ke arah depan. Cara ini biasanya digunakan oleh atlet yang hendak menggunakan gaya hop-step atau gaya jangkit sebagai awalan melempar. (2) Lembing Dibawa dengan Ditaruh di Bawah Cara ini dimulai dengan lengan bagian kanan yang harus lurus ke bawah. Sementara itu, bagian mata lembing menyerong ke atas sehingga bagian ekornya menyerong dan hampir menyentuh tanah. (3) Lembing Dibawa di Depan Dada Cara ini dilakukan dengan memposisikan lembing serong ke bawah sementara itu ekornya serong pada bagian atas sehingga melewati pundak bagian kanan. c) Teknik Gerak Pelaksanaan Kids Javelin Throwing Teknik gerak pelaksanaan lempar turbo pada dasarnya relatif mirip dengan teknik gerak pelaksanaan pada lempar lembing. Pada lempar lembing, tahapan gerak pelaksanaannya dibagi menjadi empat bagian yaitu awalan, sikap lempar, lepas lembing, dan gerak lanjut atau sikap akhir. Awalan pada lempar lembing adalah gerakan permulaan dalam melempar lembing. Awalan dilakukan dengan cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. 28 Awalan dilakukan pada lintasan selebar 4 meter yang terletak di belakang busur batas lemparan. Panjang lintasan itu sangat beragam bergantung pada kecocokan pelempar masing-masing. Namun panjang lintasan itu biasanya sekitar 20-40 meter. Awalan dilakukan dua tahap yaitu tujuh langkah pertama dengan kecepatan rendah dan enam langkah berikutnya dengan langkah lebih cepat dan di akhiri tiga langkah dengan langkah silang. Sementara lembing dipegang dan diarahkan ke depan, pelempar berlari dengan kecepatan yang kian meningkat tetapi masih terkendali. Hal ini penting karena pelempar harus mengatur langkahnya guna mengambil sikap lempar yang mantap tanpa kehilangan kecepatan. Sikap lempar dalam teknik dasar lempar lembing merupakan persiapan untuk melepaskan lembing. Pada sikap ini lembing seolah-olah ditarik sejauh mungkin ke belakang, sementara dada dan perut condong ke belakang dan diputar menghadap ke depan. Kemudian dilakukan gerakan lecutan yang dimulai dengan tolakan kaki belakang, putaran pinggul, perut, lengan, dan tangan. Pada saat ini kaki atau bagian tubuh lainnya tidak boleh menyentuh busur atau tanah di depan busur batas lemparan. Tahap ini dimulai dari tangan kanan yang membawa lembing yang kemudian lembing dijulurkan langsung dari atas pundak di belakang badan. Kaki kiri dilangkahkan jauh ke depan dengan badan diputar ke kanan. Gerakan dilakukan bersamaan dengan gerakan lembing ke belakang. Langkah ketiga dengan kaki kanan merupakan langkah untuk melempar lembing ke atas serong ke depan. Sudut lemparan sekitar 45 derajat. Teknik dasar melempar lembing khususnya saat lepasnya lembing dimulai dari kaki kiri mendarat dengan ujung kaki menjurus ke arah lemparan, kaki kanan diputar dan digerakan ke depan atas. Sikap akhir dari pelaksanaan teknik gerak lempar lembing adalah menjaga keseimbangan badan agar tidak terbawa ke depan yang dapat mengakibatkan diskualifikasi. Hal yang dilakukan adalah mengerem lajunya badan menggunakan kaki kanan membuat gerakan lanjutan putar badan ke kiri, dan kaki kiri ditarik ke belakang atau agak ke samping. Dalam perlombaan, ada beberapa persyaratan untuk suatu lemparan yang sah yaitu: 29 (1) Lembing harus dipegang pada bagian pegangannya, dan harus dilempar lewat atas bahu atau bagian teratas dari lengan pelempar dan tidak dilempar secara membandul. (2) Lemparan itu tidak syah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian lembing lainnya. (3) Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu garis atau jalur paralel. Pada nomor lempar lembing, ada dua gaya yang sering digunakan yaitu gaya jingkat (hop step style) dan gaya menyilang (cross step style). Gaya dalam lempar lembing sebenarnya bisa diterapkan pada Kids Javelin Throwing. Akan tetapi, mengingat pembelajaran pada Kids Javelin Throwing adalah sebuah model pembelajaran yang bersifat menyenangkan dengan unsur rekreatif, gaya dalam lempar lembing tidak begitu mendapat perhatian dalam pembelajaran Kids Javelin Throwing. Yang dititikberatkan adalah pada gerak pelaksanaannya. Sedikit berbeda dengan lempar lembing, pada Kids Javelin Throwing, teknik dasar yang diajarkan dapat dirinci menjadi tahapan-tahapan: (1) Lari awalan. (2) Lima langkah berirama untuk penarikan lembing/turbo. (3) Lari lima langkah. (4) Melepaskan lemparan lembing/turbo. (5) Pemulihan. Pada saat tahap gerak awalan, pelempar mempercepat gerakan atau akselerasi. Dalam tahapan gerak lima langkah berirama, gerakan dipercepat lebih lanjut dan pelempar mempersiapkan tahap pelepasan turbo. Dalam tahap pelepasan turbo, dihasilkan kecepatan tambahan dan ditransfer kepada lembing sebelum dilepaskan. Dalam tahap pemulihan, pelempar menahan dan menghindari berbuat kesalahan. (1) Tahap Lari Awalan (Ancang-Ancang) Latihan pada fase ini bertujuan untuk mempercepat gerakan melempar turbo. Oleh karena itu, sifat-sifat yang perlu diperhatikan oleh seorang pelempar adalah: 30 (a) Pada saat awalan, turbo dipegang horizontal di atas bahu; (b) Bagian atas lembing/turbo dinaikkan di atas kepala; (c) Lengan pada saat membawa lembing/turbo diupayakan tetap tenang dan stabil (tidak bergerak ke muka atau belakang); (d) Lari percepatan dilakukan secara rileks, terkontrol dan berirama (6–12 langkah); (e) Lari percepatan dalam pengambilan awalan diupayakan sampai mencapai kecepatan optimal, dan diperhatikan atau ditingkatkan dalam lari lima langkah berirama. (2) Tahap Lari Awalan 5 Langkah Berirama untuk Penarikan Turbo Pada fase lari lima langkah berirama ini pelempar akan berlatih bagaimana melakukan awalan lima langkah berirama dengan tujuan untuk menempatkan turbo secara benar pada saat akan dilempar. Oleh karena itu, sifat-sifat teknik yang harus dipahami dalam latihan pada fase lima langkah berirama ini yang harus diperhatikan oleh seorang pelempar adalah: (a) Penarikan lembing/turbo dimulai pada saat kaki kiri melakukan pendaratan; (b) Bahu kiri menghadap ke arah lemparan, sedangkan lengan kiri ditahan di depan untuk keseimbangan; (c) Lengan yang digunakan untuk melempar lembing/turbo diluruskan ke belakang dengan dua langkah; (d) Lengan yang digunakan untuk melempar ada pada setinggi bahu atau sedikit lebih tinggi setelah penarikan. (3) Tahap Lari Lima Langkah Berirama untuk Langkah Impuls Pada fase lari lima langkah berirama untuk langkah impuls ini dimaksudkan untuk menempatkan dan mempersiapkan badan pada saat akan melakukan pelepasan turbo. Oleh karena itu, sifat-sifat teknik yang harus diperhatikan oleh seorang pelempar di antarannya adalah sebagai berikut: 31 (a) Dorongan kaki dilakukan secara aktif dan mendatar dari telapak kaki kiri. Hal ini dilakukan agar tidak kehilangan kecepatan. (b) Lutut kanan diayunkan ke depan (tidak ke atas). (c) Badan dibawa condong ke belakang (kaki dan badan mengikuti turbo). (d) Bahu kiri dan kepala menghadap ke arah lemparan. (e) Proses lengan yang digunakan untuk melempar dan poros bahu adalah sejajar. (f) Langkah impuls adalah dilakukan dengan lebih panjang dibandingkan dengan langkah pelepasan. (4) Tahap Melempar Turbo Pada tahap melempar lembing dari tangan menuju ke sasaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut: (a) Gerakan melempar ini segera dimulai sesaat setelah kaki belakang menyentuh tanah mengikuti gerakan langkah menyilang. (b) Berat badan hendaknya diletakkan di atas kaki belakang yang dibengkokkan ata ditekuk dengan punggung didorong ke belakang. (c) Tangan yang memegang lembing/turbo tetap direntangkan ke belakang dan lengan hendaknya tetap lurus. (d) Begitu kaki belakang mengarahkan gerak pinggul dan dada ke depan, kaki kiri ditarik secepat mungkin kemudian ditempatkan lurus ke arah lemparan. (e) Setelah menempatkan kaki kiri sedikit ditekuk, kokohkan sudut batang tubuh. (f) Pada saat itu juga, seluruh tubuh bagian sisi kiri pelempar hendaknya dikokohkan otot-ototnya dengan cara menarik lengan kiri dan menempatkannya disisi pinggul kiri dalam posisi menyiku. (g) Efek dari menghentikan gerak salah satu sisi tubuh sangat penting dalam meningkatkan kecepatan gerak sisi lainnya. Di sisi gerakan tadi akan menyebabkan pinggul kanan berputar dengan cepat. (h) Begitu pinggul digerakkan kedepan dengan cepat, gerakan tangan melambai atau mengayun lurus utnuk melempar segera dimulai. (i) Sebelum lengan bawah direntangkan untuk memberikan tenaga akhir pada turbo, lengan akan melewati kepala dengan siku lebih tinggi dari tangan. 32 (j) Titik pelepasan turbo dapat dikatakan hampir tegak lurus di atas kepala kiri. (5) Tahap Gerak Pemulihan Gerakan pemulihan setelah melempar turbo adalah tahap terakhir dari serangkaian tahap gerakan Kids Javelin Throwing. Menurut Khomsin (2008: 107114), Ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan gerakan kembali ke posisi semula adalah sebagai berikut: (a) Gerakan kembali ke posisi semula dilakukan sesaat setelah lembing dilemparkan dan lepas dari tangan; (b) Gerakan kembali ke posisi semula sama sekali tidak boleh diabaikan sebelum lembing lepas dari tangan; (c) Gerakan kembali ke posisi semula, terjadi atas gerakan kaki kanan ke depan dan mengambil langkah lari untuk menjaga tubuh tetap lurus; (d) Berat badan pada kondisi ini langsung dipindahkan ke kaki kanan yang ditekuk untuk mengurangi momentum ke depan 2) Peralatan yang Digunakan dalam Kids Javelin Throwing Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran maupun perlombaan Kids Javelin Throwing meliputi: (a) 2 buah lembing untuk anak-anak (turbo). Lembing yang dipergunakan berbahan dasar pipa paralon dengan panjang 40 cm dan berat 200 gram. Di bagian ujung dibuat lancip sehingga bila lemparan yang dilakukan benar dapat menancap di tanah. Di sebelah pangkal dibuat sayap seperti rudal. (b) Garis ukur yang telah dikalibrasi dengan meteran. (c) Kartu lomba (Score Board). Tabel 4. Kartu Lomba No Nama Jarak Lemparan I Lemparan II Jarak Terbaik 33 3) Analisis Biomekanika Kids Javelin Throwing Kids Javelin Throwing merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam cabang olahraga Kids Athletics. Dalam pelaksanaannya Kids Javelin Throwing bertujuan untuk melempar lembing (turbo) pada suatu daerah yang ditentukan dengan menggunakan teknik tertentu dalam upaya mencapai lemparan sejauh-jauhnya. Lemparan yang benar jika seorang pelempar melempar lembing dengan sekuat tenaga dan jatuhnya lembing adalah tertancapnya atau menyentuhnya ujung kepala turbo terlebih dahulu daripada dengan bagian turbo lainnya. Tahap lari awalan merupakan kerja dari otot-otot tungkai. Langkah menyilang juga kerja dari otot-otot tungkai. Memposisikan tubuh merupakan kerja dari bagian togok (trunk) dan terakhir melempar sebagai momentum penting dalam menghasilkan lemparan meliputi kekuatan otot lengan atas dan bawah. Kemudian ada bagian lain yang penting adalah pegangan lembing yang didukung oleh wrist dan jari-jari tangan. Untuk dapat melakukan lemparan yang baik dalam Kids Javelin Throwing, selain kemampuan fisik yang prima juga harus didukung oleh teknik yang baik. Kemampuan fisik yang baik jika tidak didukung oleh teknik yang sempurna, kegagalanlah yang akan diperoleh. Sebab salah sedikit jatuhnya turbo, maka lemparan dinyatakan tidak sah. a) Sistem Energi dalam Gerakan Kids Javellin Throwing Energi adalah daya untuk melakukan kerja. Meskipun diketahui dalam berbagai bentuk, energi umumnya diukur dengan satuan panas kilokalori (kkal). Satu kkal adalah banyaknya panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 liter air 1° Celcius. Energi ada dua bentuk, energi potensial dan energi kinetik. Sumber energi potensial diperoleh di mana-mana. Pada hakikatnya gerakan pada tubuh manusia membutuhkan energi. Sistem energi pada tiga bagian yaitu: a) ATP-PC b) Asam laktat c) Sistem aerobik 34 (1) ATP-PC Sistem ATP-PC merupakan suatu sistem energi yang dapat dihasilkan dengan relatif cepat.Semua aktivitas makhluk hidup termasuk manusia, membutuhkan energi. Sumber utama energi adalah matahari. Dalam tubuh manusia energi yang berasal dari makanan berada dalambentuk energi kimia yang antara lain Adenosin Tri Phosfat (ATP), yang dapat diubah menjadi energi kinetik atau gerak. Apabila ATP tersebut dipecahkan menjadi Adenosin Di Phosfat (ADP) dan Phosfat Inorganik (PI) yang akan menghasilkan energi yang dapat dipakai untuk kontraksi otot. Persediaan ATP di otot sangat terbatas, sehingga untuk menjaga kelangsungan kontraksi otot, maka persediaan ATP harus segera dipenuhi kembali. Upaya untuk membentuk kembali ATP dapat ditempuh dengan sistem anaerob atau sistem aerob. Sistem anaerob berkaitan dengan sistem ATP Phosphocreatin (ATP-PC) dan glikolisis anaerob yang berhasil akhirnya adalah asam laktat sedangkan pada sistem aerob glukosa akan dipecah menjadi Co2 dan Ho2 melalui proses glikolisis aerob dan siklus trikanboksilat. Sistem ATP-PC dalam proses olah gerak, hanya dapat dipertahankan selama 10 detik. Dengan demikian, sistem ATP-PC dipakai dalam gerakan yang cepat, eksplosif, dan kuat. Pada glikolisis anaerob, dari 1 mol glukosa akan menghasilkan 2 mol ATP dan asam laktat. Dalam proses olah gerak, proses glikolisis anaerob dapat dipertahankan kelangsungan antara 1-3 menit energi harus disediakan melalui proses glikolisis aerob yang memerlukan O2 sebagai bahan utama untuk membentuk ATP. (2) Asam Laktat Sistem asam laktat sama artinya dengan glikolisis anaerobik, yang berarti penguraian glikogen tanpa oksigen. Penguraian glikogen menghasilkan energi utnuk meresintesis ATP. Produksi sampingannya adalah asam laktat sehingga disebut dengan asam laktat. Asam laktat terakumulasi dalam darah dan otot akan menimbulkan lelah awal. Sistem ini merupakan sistem yang berkerja setelah sistem phosphagen habis jumlahnya. Akumulasi asam laktat akan diolah kembali 35 dan menghasilkan ATP. Sistem ini hanya bekerja 1-3 menit saja, yakni ketika asam laktat telah hasbis. (3) Sistem Aerobik Sistem ini disebut juga dengan sistem glikolisis aerobik yang prosesnya membutuhkan oksigen. Sistem ini akan bekerja setelah oksigen di tubuh telah mencukupi. Proses ini terjadi pada mitokondria atau disebut dengan powerhouses, yaitu tempat aerobik membuat energi ATP. Dengan oksigen, 180 gram glikogen diuraikan menjadi CO2 dan H2O dan energi yang cukup untuk meresistesis 39 mol ATP. Ada tiga rangkaian reaksi utama dalam sistem aerobik, yaitu:1) glikolisis aerob; 2) siklus kreb; dan 3) sistem transpor elektron. Sistem ini akan bekerja setelah dilakukan dalam waktu yang relatif lama. Dalam lempar lembing, sistem yang dipergunakan adalah sistem Phosphagen dengan kebutuhan ATP yang harus cepat. Hal ini disebabkan waktu untuk melakukan lempar lembing hanya kurang lebih 10 detik saja. Pemanfaatan latihan beban harus mengacu pada kerja anaerobik baik peningkatan bebannya atau interval pelaksanaannya. Model latihan yang dilakukan harus mengacu pada pembebanan di daerah anggota gerak atas sehingga kebutuhan fisik pada lempar lembing dapat disesuikan dengan kebutuhan cabang olahraga tersebut. b) Biomekanika Gerak Kids Javelin Throwing Gerak melempar pada nomor Kids Javelin Throwing merupakan bentuk gerak lemparan yang kompleks. Gerak melempar kompleks biasanya dilakukan untuk melempar sejauh-jauhnya dengan penggunaan tenaga yang besar. Dari sudut pandang biomekanika teknik olahraga, tujuan utama mekanik Kids Javelin Throwing termasuk dalam klasifikasi keterampilan melontarkan objek atau tubuh sendiri untuk mencapai jarak tertentu. Setiap benda yang dilontarkan atau dilemparkan ke udara membuat sudut dengan bidang horizontal, dan akan menjalani suatu lintasan gerak yang dinamakan parabola. Lintasan berbentuk parabola terjadi karena ada gaya tarik bumi (gravitasi) yang bekerja pada benda 36 yang melayang di udara. Lembing atau turbo yang dilemparkan dengan sudut lempar tertentu maka lembing atau turbo tersebutakan bergerak karena memiliki tenaga gerak yang dipindahkan dari pelempar. Turbo juga mendapat daya tarik bumi dan hambatan udara atau angin. Tujuan utama dalam Kids Javelin Throwing adalah memperbesar gaya atau momentum agar lembing atau turbo dapat bergerak dengan cepat sehingga lembing atau turbo dapat dilempar sejauh mungkin. Untuk dapat memberi rangsangan dalam mencapai prestasi optimal, perlu adanya penerapan khusus dari prinsip gerak parabola dalam Kids Javelin Throwing. Ketika melempar, lembing atau turbo lepas dari tangan dengan ketinggian tertentu di atas permukaan bumi ke titik lembing atau turbo jatuh. Rumus berlaku untuk suatu jarak dari titik turbo dilepaskan dari tangan sampai ke titik turbo jatuh pada dataran yang sama. X = jarak Vo = kecepatan awal benda G = grafitasi bumi (9.80 m/det2 atau 10 m/det2) α = sudut lemparan (sudut elevasi) Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa jarak yang dicapai dipengaruhi oleh: (1) Kecepatan awal. Semakin tinggi kecepatan awal maka jarak yang dicapai akan semakin jauh. (2) Sudut elevasi. Dengan sudut elevasi 450 akan dapat dicapai jarak sejauhjauhnya. Namun, dalam lemparan atas tujuan utamanya adalah kecepatan, jadi semakin kecil sudut elevasi makan akan semakin baik. Sebagai contoh, jika turbo dilemparkan dengan arah atau sudut lemparan 300, diukur dari tanah sebagai bidang horizontal, dan jaraknya 65ft maka kita dapat mengetahui kecepatan awal lemparan tersebut dengan menggunakan prinsip gerak parabola, seperti dijabarkan dari perhitungan di bawah ini: Diketahui: α = 300 37 sin 2 α = 0.866 X = 65 ft = 19.812 m g = 10 m/det2 maka dengan menggunakan persamaan : X = 19.812 = 0.866 V02 = 198.12 V02 = V02 = 228.7759815 V0 =√ V0 = 15.125 m/det2 akan diperoleh hasil Dari hasil perhitungan di atas besarnya kecepatan awal yang diperlukan adalah 15.125 m/det2. Dalam pelaksanaan Kids Javelin Throwing, komponen tubuh yang melakukan Kids Javelin Throwing, daerah otot yang berkontraksi dan yang memiliki dukungan yang sangat besar adalah kelompok anggota gerak atas. Kelompok otot yang berkontraksi anggota gerak atas pada saat melakukan lemparan. Jadi jauh tidaknya lemparan sangat didukung oleh daya ledak (power) otot-otot lengan. Saat menarik lengan kebelakang dan fleksi lengan, otot yang berfungsi adalah: (1) Biceps brachii (2) Deltoid (3) Travezeus (4) Serratus anterior (5) Lattisimus dorsi Sedangkan saat melempar dan ekstensi lengan, yang berkontraksi adalah: (1) Tricep brachii (2) Vektoralis mayor (3) Lattisimus dorsi (4) Deltoid anterior 38 (5) Travezeus Kekuatan lemparan hanya akan besar jika otot-otot tersebut dilatih dengan latihan yang tepat dan khususnya peningkatan kekuatan. Karena gerakannya membutuhkan power, maka latihan yang dilakukan juga harus mengacu pada pengembangan power. Sedangkan memegang turbo merupakan dukungan dari kelompok otot-otot lengan bagian bawah, dan jari-jari tangan. Untuk melakukan latihan beban harus difokuskan pada anggota gerak atas. Anggota gerak bawah berfungsi untuk melakukan awalan lari dan tumpuan pada sikap siap melempar. Dalam Kids Javelin Throwing, awalan atau ancang-ancang berbeda dengan lompat jauh. Kalau lompat jauh, kecepatan mutlak dibutuhkan sebagai dasar untuk mendapatkan tolakan kaki yang sangat kuat. Sedangkan dalam Kids Javelin Throwing, awalan hanya untuk mendapatkan posisi yang tepat dan enak untuk melempar. Dengan demikian, fungsi awalan dalam Kids Javelin Throwing bukanlah fungsi utama. Meskipun demikian gerakan ketika melempar, anggota tubuh bagian bawah ketika melakukan lemparan berfungsi untuk menunjang daya lempar dengan menolakkan kaki dengan putaran pada daerah pinggang. Secara lebih rinci akan dijelaskan analisis biomekanika gerakan melempar dalam Kids Javelin Throwing dapat dilakukan dengan teknik gerakan lempar yang dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu: (1) Lari awalan (2) Lima langkah berirama untuk penarikan turbo (3) Lari lima langkah (4) Melepaskan lemparan turbo (5) Pemulihan (1) Lari Awalan (Approach) Posisi awal, pelempar berdiri tegak menghadap ke arah lemparan dengan kedua kaki sejajar. Lembing atau turbo dipegang pada ujung belakang balutan tali memungkinkan suatu transfer kekuatan di belakang titik pusat gravitasi, sedangkan jari-jari mengimbangi tahanan dengan baik. Lengan kanan atau yang 39 digunakan untuk membawa lembing ditekuk dengan turbo dibawa setinggi kepala dengan ujung turbo mengarah sedikit ke atas. (2) Lari Awalan Lima Langkah Berirama untuk Penarikan Turbo dan Lari Lima langkah Yang dimaksud lari awalan di sini adalah sepanjang 5-8 langkah sesuai dengan kemampuan dalam lari sprint, seperti suatu lari percepatan dah harus dalam satu garis lurus. Turbo masih dibawa dalam posisi setinggi kepala dengan kepala turbo tetap menunjuk sedikit ke atas. Punggung tangan menghadap ke arah luar (lateral). Selama lari lengan yang membawa turbo bergerak hanya sedikit, sedangkan lengan yang lain bergerak sesuai dengan irama lari. Lima langkah mengikuti lari awalan yang siklis tanpa suatu gangguan/interupsi. Urutan langkah itu adalah kanan – kiri – kanan – kiri – lempar. Articulation merupakan sumbu ketika melakukan lompatan. Dan gerak persendian ketika atlet tersebut berlari merupakan gerak berputar dengan pusat putaran tersebut ada pada: (1) Articulacion humeri merupakan sumbu putaran ketika mengayunkan tangan. (2) Articulation coxae merupakan sumbu saat mengayunkan tungkai. (3) Articulation genu merupakan sumbu ketika melakukan lompatan Gerakan penarikan turbo dimulai pada saat kaki kiri mendarat, bahu kiri menghadap ke arah lemparan, lengan kiri ditahan di depan untuk menjaga keseimbangan. Sedangkan lengan yang melempar diluruskan ke belakang pada waktu langkan 1 dan 2, dan lengan pelempar ada pada posisi setinggi bahu atau sedikit lebih tinggi setelah penarikan, serta ujung mata turbo dikontrol selalu dekat dengan kepala atau di samping telinga. Dalam hitungan ke tiga, turbo harus benar-benar lurus dan hitungan ke empat lakukan silang atau dorongan aktif dengan kaki kanan ke depan bukan ke atas menuju arah lemparan, badan condong ke belakang, bahu kiri dan kepala menghadap ke arah lemparan, poros lengan pelempar dan bahu paralel, dan langkah impuls adalah lebih panjang daripada langkah pelepasan (delivery). Hitungan ke lima atau langkah ke lima mengikuti 40 dengan menempatkan kaki kiri yang diluruskan dan dikuatkan pada tumit masuk ke posisi power (power position). Dalam posisi power, lengan pelempar dengan turbo benar-benar berada di belakang, membentuk garis lurus dengan bahu. Poros turbo dan poros bahu adalah paralel, sedangkan mata memandang ke depan. Pusat massa badan bergerak ke arah lemparan lewat atas kaki kanan dan dikontrol oleh kaki yang diluruskan. Sedangkan kaki kiri mengeblok separuh bagian kiri badan. Dada mendorong ke depan dan menghasilkan ”tegangan seperti tali busur” yang memungkinkan penggunaan sepenuhnya dari kaki, torso, dan lengan pelempar. Tegangan busur meningkat dengan menahan lengan ke belakang. (3) Pelepasan Turbo Gerakan pelepasan lembing atau turbo adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik. Bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mulamula bahu melempar secara aktif di bawa ke depan dan lengan pelempar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas. Pelepasan turbo itu terjadi di atas kaki kiri. Turbo lepas dari tangan pada sudut lemparan kira-kira 45° dengan suatu gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur seperti menyeret di tanah. Pada waktu turbo lepas terjadi pada suatu garis lurus dapat digambarkan dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya sedikit ke luar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh/torso condong ke kiri pada saat tahap pelepasan turbo. Lengan kiri ditekuk dan mengeblok selama pelepasan turbo. Setiap benda yang ada di bumi akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi meski seringan apapun benda tersebut. Inilah yang menjadi penyebab mengapa setiap benda yang bergerak akan berhenti karena adanya gaya gravitasi tersebut. Seperti halnya yang terjadi pada turbo, setelah melambung tinggi maka turbo tersebut akan jatuh dan menancap di tanah. Saat melempar turbo diperlukan keseimbangan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika melempar. Tubuh mengupayakan untuk menjaga keseimbangan dengan memusatkannya pada satu kaki tumpuan teori yang tepat 41 yaitu keseimbangan dipengaruhi oleh letak segmen-segmen anggota tubuh. Ketika hendak melempar turbo melemparkan benda maka moment gaya juga harus kita perbesar. Hal ini dikarenakan semakin besar moment gaya maka gaya yang dihasilkan juga akan semakin besar jadi juga dapat menghasilkan lemparan yang jauh. Semakin besar power kita dalam melempar benda, maka akan semakin besar pula kecepatan benda tersebut. (4) Pemulihan Pemulihan terjadi sebelum garis batas dengan suatu pembalikan arah lemparan ke kaki kanan. Lutut ditekuk secara signifikan dan pusat massa badan diturunkan dengan membengkokkan badan bagian atas ke depan. Berdasarkan ulasan di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam seluruh tahap gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing: (1) Speed of release yaitu kecepatan melepaskan lembing (lemparan) didukung oleh kekuatan dan kecepatan untuk memperoleh jarak yang maksimum. (2) Angle of release yaitu proses sudut pelepasan turbo yang didukung kekuatan dan kecepatan untuk memperoleh jarak yang maksimal. (3) Height of release yaitu pelepasan tertinggi yang didukung oleh fisik dan posisi. (4) Aerodinamika (faktor yang berhubungan dengan ilmu dinamika udara) seperti kecepatan angin, oleh penempatan sudut lempar yang benar, kecepatan gerakan atau teknik. c) Sendi yang Digunakan dalam Gerakan Kids Javelin Throwing Untuk lebih jelasnya, articulatio yang berperan dalam gerakan lempar Kids Javelin Throwing adalah: (1) Articulatio humeri (2) Articulatio cubiti (3) Articulatio radiocarpea (4) Articulationes carpometacarpea dan articulationes intermetacarpeae (5) Articulatio metacarpopalangea 42 (6) Articulatio interphalangea (7) Articulatio coxae (sendi paha) (8) Articulatio genu (sendi lutut) (9) Articulatio tibiofibularis (10) Articulatio talocrulalis (11) Articulatio intertarsalia (1) Articulatio Humeri Articulatio humeri adalah persendian antara cingulum extremitatum superior dan lengan atas atau disebut juga sendi bahu. Sendi ini dibentuk oleh cavitas glenoidalis scapulae dengan caput humeri. Sendi bahu mempunyai tiga axis gerak, maka gerakan yang terjadi dalam gerakan Kids Javelin Throwing adalah: (a) Antefleksi dan retrofleksi (b) Abduksi dan adduksi (c) Exorotasi dan endorotasi (2) Articulatio Cubiti Articulatio cubiti adalah persendian antara lengan atas dan lengan bawah atau disebut juga sendi siku. Articulatio cubiti terdiri dari tiga macam hubungan tulang, yaitu: (a) Articulatio humeroulnaris yang dibentuk oleh trochlea humeri dan incisura trochlearis ulnae (b) Articulatio humeroradialisyangdibibentuk oleh capitulum humeri dengan fovea capituli radii. (c) Articulatio radioulnaris proximalis yang dibentuk oleh incisura radialis ulnae dan circumferentia articularis capituli radii. Gerak dari articulatio cubiti yang digunakan dalam analisis gerak Kids Javelin Throwing adalah gerak fleksi sewaktu memegang turbo saat berlari, dan retrofleksi sewaktu memegang turbo pada saat 5 langkah terakhir. 43 (3) Articulatio Radiocarpea Articulatio radiocarpea adalah persendian antara lengan bawah dan tangan (pergelangan tangan). Sendi ini adalah sendi ovoid (ararticulatio ellipsoidea), dibentuk oleh facies articularis carpea radii dan discuss articularis pada ujung distal ulna, dengan deretan proximalcarpal (os scapoideum, os lunatum, dan os triquetrum). Persendian di sini termasuk articulatio plana, yang hanya memungkinkan gerak menggelincir. Akan tetapi secara total gerak ini menghasilkan suatu gerak seperti yang didapat pada sendi-sendi engsel pada articulatio meddiocarpea. (4) Articulationes Carpometacarpea dan Articulationes Intermetacarpeae Yang khas di sini ialah articulatio carpametacarpea pollicis. Dibentuk oleh tulang metacarpal I dan os trapesium. Termasuk sendi pelana. Articulationes intermetacarpea adalah sendi-sendi antara basis tulang metacarpal yang berbatasan. Termasuk sendi arthrodia. Terdapat dalam capsula articularis dari articulatio carpometacarpal. (5) Articulatio Metacarpopalangea Sendi ini menghubungkan basis phalanx proximalis dengan ujung distal metacarpal yang sesuai. Termasuk articulatio ellipsodea. (6) Articulatio Interphalangea Ini adalah sendi antara dua phalanx yang berdekatan, sehingga ada articulatio interphalangea proximalis dan distalis. (7) Articulatio Coxae (Sendi Paha) Sendi ini termasuk articulatio spheroidea dan dibentuk oleh caput femoris dan acetabulum. Oleh karena acetabulum menjadi lebih dalam dengan adanya labrum ini, Caput femoris masuk ke dalamnya lebih dari separuh, maka sendi peluru disini dinamakan enarthrosis. 44 Gerak yang terjadi dalam articulatio coxae saat melakukan gerakan Kids Javelin Throwing adalah fleksi ke belakang saat berlari untuk awalan Kids Javelin Throwing dan anterofleksi ke depan juga saat berlari. (8) Articulatio Genu (Sendi Lutut) Articultio genus terdiri dari beberapa hubungan tulang, yaitu: (a) Articulatio femoropatellaris (b) Articulatio meniscofemoralis lateralis (c) Articulatio meniscofemoralis medialis (d) Articulatio meniscotibialis lateralis (e) Articulatio meniscotibialis medialis Pada articulatio ini juga terjadi gerakan fleksi dan retrofleksi. (9) Articulatio Tibiofibularis Hubungan antara tibia dan fibula terdiri atas: (a) Articulatio tibio fibularis yang merupakan articulatio plana, yang dibentuk oleh condylus lateralis tibiae dan caput fibulae. (b) Syndesmosis tibio fibularis yang dibentuk oleh facies medialis ujung distalfibula dan incisura fibularis tibiae. (10) Articulatio Talocrulalis Hubungan antara tungkai bawah dan kaki berupa articulatio talocruralis. Dibentuk oleh facies articularis anferior tibiae, facies articularis melleoli tibiae, facies articularis malleoli fibulae dan dataran atas talus, yaitu: facies superior, facies malleolaris dan lateralis. Termasuk tipe sendi engsel (ginglymus). (11) Articulatio Intertarsalia Persendian pada kaki dibentuk oleh tulang-tulang tarsal, metatarsal, dan phalanges pedis, yaitu: (a) Articulatio talocalcanea (b) Articulatio talocalcaneonaviculare 45 (c) Articulatio talonaviculare (d) Articulatio calcaneocuboidea (e) Articulatio cuneonavicularis (f) Articulatio intercuneiformis (g) Articulatio cuneocuboidea (h) Articulatio tasometatarsea (i) Articulatio metatarsophalangealis (j) Articulatio interphalangealis d) Sumbu dan Bidang dalam Gerakan Kids Javelin Throwing Sumbu dalam analisis gerakan Kids Javelin Throwing adalah sagital, yaitu garis potong antara bidang sagital dan transfersal, yaitu ventral ke dorsal.Bidang yang digunakan adalah bidang transversal, yaitu bidang yang memotong panjang tubuh secara melintang dan membagi tubuh menjadi dua bagian yaitu atas dan bawah. Dalam gerakan Kids Javelin Throwing tubuh bagian atas seperti bahu, lengan atas, dan tangan. Kemudian untuk tubuh bagian bawah yang digunakan mulai dari paha, tungkai, dan kaki. Pengungkit pada gerakan Kids Javelin Throwing adalah gaya di antara beban dan sumbu. Beban berada pada turbo itu sendiri, sumbu berada pada articulatio humeri, dan gaya berada pada articulatio cubiti. e) Otot-otot yang Berperan dalam Gerakan Kids Javelin Throwing Otot-otot yang berperan dalam gerakan Kids Javelin Throwing terdiri dari: (1) Otot-otot dari bagian belakang batang badan (2) Otot-otot dari bagian depan batang badan (3) Otot-otot bahu (4) Otot-otot lengan atas (5) Otot-otot lengan bawah (6) Otot-otot tangan (7) Otot-otot pangkal paha (8) Otot-otot tungkai atas 46 (9) Otot-otot tungkai bawah (10) Otot-otot kaki (1) Otot-otot dari Bagian Belakang Batang Badan Otot-otot dari bagian belakang batang badan terdiri atas: (a) Musculus trapezius (b) Musculus rhomboidei minor et mayor (c) Musculus levator scapulae (d) Musculus latissimus dorsi (2) Otot-otot dari Bagian Depan Batang Badan Otot-otot dari bagian depan batang badan terdiri atas: (a) Musculus subclsvius (b) Musculus pectoralis minor (c) Musculus serratus anterior (d) Musculus pectoralis major (e) Musculus rectus abdominis (f) Musculus obliquus externus abdominis (g) Musculus obliquus internus abdominis (h) Musculus transfersus abdominis (3) Otot-Otot Bahu Otot-otot bahu terdiri atas: (a) Musculus deltoideus (b) Musculus supraspinatus (c) Musculus infraspinatus (d) Musculus teres minor (e) Musculus teres major (f) Musculus subscapularis 47 (4) Otot-Otot Lengan Atas Otot-otot lengan atas terdiri atas: (a) Musculus biceps brachii (b) Musculus coracobrachialis (c) Musculus brachialis (d) Musculus triceps brachii (5) Otot-Otot Lengan Bawah Otot-otot lengan bawah terdiri atas: (a) Musculus pronator teres (b) Musculus supinator (c) Musculus pronator quadratus (d) Musculus flexor carpi radialis (e) Musculus palmaris longus (f) Musculus flexor carpi ulnaris (g) Musculus flexor digitorum profundus (h) Musculus flexor pollicis longus (i) Musculus brachioradialis (j) Musculus extensor carpi radialis longus (k) Musculus extensor carpi radialis brevis (l) Musculus extensor carpi ulnaris (m) Musculus anconeus (n) Musculus extensor digitorum communis (o) Musculus extensor digiti minimi (p) Musculus abduktor pollicis longus (q) Musculus extensor pollicis brevis (r) Musculus extensor pollicis longus (s) Musculus extensor indicis (6) Otot-Otot Tangan Otot-otot tangan terdiri atas: 48 (a) Musculus abduktor pollicis brevis (b) Musculus opponens pollicis (c) Musculus palmalis brevis (d) Musculus flexor pollicis brevis (e) Musculus adduktor pollicis (f) Musculus abduktor digiti V (minimi) (g) Musculus flexor digiti V brevis (h) Musculus opponen digiti V (minimi) (i) Musculus lumbricales (j) Musculus interossei volaris (3 buah) (k) Musculus interossei dorsales (4 buah) (7) Otot-Otot Pangkal Paha Otot-otot pangkal paha terdiri atas: (a) Musculus psoas minor (b) Musculus psoas major (c) Musculus illiacus (d) Musculus tensor fasciae latae (8) Otot-Otot Tungkai Atas Otot-otot tungkai atas terdiri atas: (a) Musculus sartorius (b) Musculus quadriceps (c) Musculus pectineus (d) Musculus adduktor longus (e) Musculus gracillis (f) Musculus adduktor brevis (g) Musculus adduktor magnus (h) Musculus adduktor minimus (i) Musculus semitendinosus (j) Musculus semimembranosus 49 (k) Musculus biceps femoris (9) Otot-Otot Tungkai Bawah Otot-otot tungkai bawah terdiri atas: (a) Musculus tibialis anterior (b) Musculus extensor digitorum longus (c) Musculus extensor hallucis longus (d) Musculus gastrocnemius (e) Musculus soleus (f) Musculus plantaris (g) Musculus popliteus (h) Musculus flexor digitorum longus (i) Musculus lexor hallucis longus (j) Musculus tibialis posterior (k) Musculus peronaeus longus (l) Musculus peronaeus brevis (10) Otot-Otot Kaki Otot-otot kaki terdiri atas: (a) Musculus abductor hallucis (b) Musculus abductor digiti minimus (c) Musculus addukctor hallucis (d) Musculus flexor digiti minimi brevis (e) Musculus flexor halucis brevis (f) Musculus interossei plantares (3 buah) (g) Musculus interossei dorsales 3. Persepsi Kinestetik a. Definisi Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu 50 melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Oleh karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Pada tubuh manusia terdapat lima sistem persepsi yaitu sistem visual, sistem auditorik, sistem kimiawi, sistem propriseptif, dan sistem sematosensorik. Pada sistem visual, indera yang terlibat adalah penglihatan. Pada sistem auditorik, indera yang terlibat adalah pendengaran. Pada sistem kimiawi, indera yang terlibat adalah pengecap dan penciuman. Pada sistem propriseptif, indera yang terlibat adalah indera vestibular (sebagai indera untuk orientasi atau keseimbangan) kinestetik (yang terletak di otot, sendi, dan tendon). Pada sistem sematosensorik, indera yang terlibat adalah sentuhan, tekanan, hangat, dingin, nyeri (serta kombinasi seperti gatal, geli, dan halus). Persepsi adalah proses diterimanya stimulus atau rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti penginderaan atau sensasi yang disebut proses penerimaan rangsang. Persepsi merupakan proses yang berkorelasi antara pengalaman sebelumnya dengan sekarang, dan mengintegrasikan sensasi dari lebih dari satu sumber sensorik. Proses ini menjadi tatanan yang lebih tinggi daripada sensasi. Menurut Drowatzky (1981: 16) “Persepsi adalah simulasi dari organ sensorik yang menghasilkan sensasi untuk memberikan kontak dengan dunia luar”. Sensasi dengan sendirinya tidak membawa informasi yang cukup untuk memahami dan menafsirkan lingkungan sekitar. Drowatzky (1981: 16) mengungkapkan bahwa, “Pemahaman dan interpretasi muncul melalui persepsi a high order proses di mana sensasi yang timbul lebih dari satu sumber yang terintegrasi dan pengalaman sebelumnya berkorelasi dan dibandingkan dengan situasi yang dihadapi”. Proses ini dipelajari dan tunduk pada hukum yang sama dari proses belajar sebelumnnya. 51 Persepsi merupakan proses yang subjektif. Persepsi yang dimiliki oleh setiap orang tidaklah sama. Perbedaan persepsi antara orang-orang adalah produk dari kapasitas sensorik yang berbeda dan karakteristik pribadi yang berbeda. Weintraub dan Walkerr dalam Drowatzky (1981: 177) menyatakan bahwa, “Persepsi adalah bersifat subjektif, pengalaman individual”. Persepsi melibatkan integrasi informasi sensorik dari lebih dari satu jenis alat indera. Diskusi ini terutama berkaitan dengan dua sensasi yang mengandalkan paling berat untuk kinerja motor yaitu sensasi somesthetic (sensasi umum dari tubuh, seperti suhu, tekanan, dan posisi) dan sensasi visual. Konsep-konsep umum mengenai hubungan antara sensasi dan persepsi yang serupa untuk sistem sensorik yang berbeda, meskipun reseptor yang berbeda, jalur, dan area otak mungkin terlibat. Hal ini penting untuk menyadari bahwa penurunan nilai arti dapat menghasilkan gangguan gerakan dan gangguan motorik. Sensasi muncul tidak hanya dari daerah yang berbeda dari tubuh, tetapi rangsangan juga menuju ke area yang berbeda dari sistem syaraf. Beberapa cabang syaraf sensorik berakhir di tingkat yang lebih rendah dari sumsum tulang belakang menyebabkan gerak reflek. b. Definisi Persepsi Kinestetik Kata kinestetik berasal dari Yunani yang berarti "bergerak" dan "perasaan", yang berhubungan dengan perasaan gerak, seperti tegangan tekanan, kekuatan dan orientasi tubuh dalam ruangan serta perbeaaan posisi dan gerak anggota badan (George H. Sage, 1984: 178). Hal ini sesuai dengan pendapat Anthony dan Diana (1973: 301), yang menyatakan kinestetik adalah perbedaan posisi dan gerak bagian-bagian tubuh berdasarkan informasi visual, auditori dan verbal. Istilah kinestetik umumnya menyatakan pengertian tentang informasi yang berhubungan dengan posisi tubuh dalam ruangan dan hubungan bagian tubuh yang satu dengan lainnya. Yang dimaksud dengan persepsi kinestetik yaitu kemampuan seseorang untuk dapat membayangkan dan menguasai gerak tubuh dalam ruang dan waktu. Persepsi kinestetik merupakan suatu fungsi organ-organ tubuh manusia yang erat 52 hubungannya dengan gerak tubuh serta anggota tubuh baik secara pasif maupun secara aktif. Persepsi kinestetik adalah kemampuan untuk memahami posisi, usaha, dan gerakan bagian tubuh atau seluruh tubuh selama kontraksi otot, kadang-kadang disebut sebagai indera ke enam (Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson, 1986: 440). Persepsi kinestetik mengacu pada masukan sensorik yang terjadi di dalam tubuh. Informasi postural dan gerakan dikomunikasikan melalui sistem sensorik oleh kontraksi dan kompresi otot dalam tubuh. Bahkan ketika tubuh tetap diam, persepsi kinestetik dapat memantau posisinya. Menurut Drowatzky (1981: 189) “Persepsi kinestetik merupakan pengetahuan tentang orientasi tubuh dalam ruang dan hubungan spasial antara bagian tubuh tergantung pada informasi dari proprioseptif, vestibular, dan reseptor visual”. Kemudian Rahantoknam (1988: l3), menyatakan bahwa “Persepsi kinestetik adalah kecakapan untuk merasakan gerakan tubuh secara tersendiri melalui alat - alat visual maupun auditori”. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi kinestetik adalah pengetahuan tentang orientasi tubuh dalam ruang dan waktu serta hubungan spasial antara bagian tubuh tergantung pada informasi dari proprioseptif, vestibular, dan reseptor visual untuk memahami posisi, usaha, dan gerakan bagian tubuh atau seluruh tubuh selama aksi otot, mengacu pada masukan sensorik yang terjadi di dalam tubuh. Para Guru pendidikan jasmani telah lama mengakui pentingnya persepsi kinestetik. Steinhaus dalam Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson (1986: 440) menyatakan bahwa “Otot-otot kita melihat lebih daripada mata kita”. Individu yang dapat mengamati demonstrasi dan memandang pentingnya sequense dari gerakan-gerakan akan mampu mengembangkan empati fisik, yang memungkinkan untuk mempelajari gerakan yang jauh lebih cepat dari yang lain yang kemampuan kinestetiknya tidak begitu berkembang. Persepsi kinestetik dapat ditingkatkan melalui latihan. Para guru Pendidikan Jasmani dan pelatih secara konsisten menuntut siswa ataupun atletnya untuk menyadari nuansa dari gerakan yang benar, seperti posisi bagian tubuh, raket, atau bagian lain dari peralatan pada berbagai titik dalam gerakan. 53 Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa persepsi kinestetik digunakan dalam proses belajar gerak. Honzik dalam Drowatzky (1981: 189) menyimpulkan bahwa “Persepsi kinestetik menjadi penting dalam belajar motorik setelah jenis lain dari informasi sensorik telah memulai proses belajar”. Ingebritsen, Lashley dan Ball dalam Drowatzky (1981: 190) juga menunjukkan bahwa persepsi kinestetik bukan merupakan faktor utama dalam peroses belajar. Ini menunjukkan bahwa rasa yang tepat yang dialami oleh atlet ataupun siswa harus diperoleh dengan aspek-aspek performa lainnya. Hal ini juga didukung oleh Fleishman dan Rich dalam Drowatzky (1981: 190), bahwa “Keterampilan dengan gerak kompleks yang membaik, diikuti juga oleh persepsi kinestetiknya”. Pada saat seseorang melakukan keterampilan atau mengamati dalam situasi tertentu, menunjukkan perasaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kemampuan menghadapi atau mengabaikan faktor-faktor yang dapat menguntungkan atau merugikan dalam melakukan tembakan sangat penting. Semakin baik konsentrasi pada bola akan menghilangkan isyarat yang tidak diperlukan. Sama halnya dengan keberhasilan seseorang dalam melakukan gerak lempar lembing yang membutuhkan perhatian pada perasaan lepasnya lembing dari tangan dan konsentrasi pada tempat melempar serta sudut lemparan yang tepat agar menghasilkan lemparan yang maksimal. Sebenarnya jumlah informasi yang dihasilkan oleh saraf pada situasi tertentu lebih dari apa yang diamati seseorang. Sejak diketahui ada banyak saluran saraf misalnya saraf pendengaran, penglihatan, rabaan, maka banyak pula data yang dapat dilihatkan kepada individu. Kemudian seorang atlet harus berusaha untuk dapat menentukan atau mengetahui apa yang diperlukan untuk melakukan keterampilan agar dapat berhasil dengan baik. Kemampuan tersebut sangat diperlukan pada semua aktivitas gerak. Dengan uraian tersebut di atas, secara umum terdapat hubungan antara kemampuan persepsi kinestetik dengan keterampilan gerak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa peneliti tentang hubungan antara kinestetik dengan aktivitas gerak. Persepsi kinestetik sangat penting pada awal atau akhir maupun pada saat terjadi proses keterampilan gerak berlangsung 54 (George H. Sage, 1984: 178). Lepas dari perbedaan pendapat di atas, mekanisme perseptual merupakan proses terhadap informasi yang terjadi dalam diri seseorang. Informasi yang diterima seseorang kemudian dideteksi dan diseleksi untuk memperoleh keputusan yang mutlak. Persepsi kinestetik merupakan fungsi yang berhubungan dengan informasi kinestetik, yaitu informasi yang diperoleh dari gerakan otot dan persendian sebagai umpan balik terhadap mekanisme cara yang sama dengan informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. c. Peran Persepsi Kinestetik terhadap Kids Javelin Throwing Kemampuan untuk menilai berat suatu benda adalah fungsi dari persepsi kinestetik. Ketika seorang individu mengambil objek, ketegangan di ototnya menghasilkan sinyal yang digunakan untuk mengatur postur. Hal ini tidak beroperasi dalam isolasi dari indera lainnya. Misalnya, ukuran berat hasil ilusi dalam ketidaksesuaian antara seberapa berat sebuah benda terlihat dan seberapa berat otot "berpikir" itu harus. Secara umum, objek yang lebih besar dinilai lebih berat dari benda-benda yang lebih kecil dengan berat yang sama. Unsur yang dominan di dalam olahraga adalah bakat. Bakat sangat dipengaruhi oleh persepsi kinestetik dan bentuk tubuh yang baik serta tepat untuk cabang olahraga tertentu. Persepsi kinestetik merupakan bakat yang dibawa sejak lahir. Kemampuan seseorang untuk mempelajari gerak sangat ditentukan oleh persepsi kinestetik tersebut. Persepsi kinestetik merupakan kemampuan menggerakkan bagian-bagian tubuh atau keseluruhan tubuh dalam melakukan gerak otot yang mengacu pada indra yang ada pada otot. Otot itu lebih dapat melihat dan merasakan dari pada mata. Dalam olah raga ada unsur seni. Untuk mendapatkan seni dalam berolahraga harus menguasai kordinasi indra dan saraf. Koordinasi merupakan kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh, seseorang dikatakan mempunyai koordinasi baik bila mampu bergerak dengan mudah, dan lancar dalam rangkaian gerakan, iramanya terkontrol dengan baik, serta mampu melakukan gerakan yang efisien. Analisis biomekanika mencakup dua aspek kajian gerak yaitu kinematika dan kinetika. Kinematika memberikan 55 informasi tentang gerak tubuh, lepas dari sumber gerak itu sendiri. Menurut Abdul Kadir Ateng (1992: 65) “Kinetika menelaah sumber daya yang menggerakkan tubuh”. Seseorang yang mempunyai persepsi kinestetik yang baik akan dapat dengan mudah membayangkan suatu gerak, dan apabila didukung oleh bentuk tubuh yang sesuai, orang tersebut akan mudah mempelajari suatu keterampilan gerak dalam olahraga. Karena persepsi kinestetik ini dibawa sejak lahir, maka tidak semua orang dapat menjadi olahragawan yang berprestasi walaupun orang tersebut rajin berlatih dan memiliki motivasi yang tinggi. Dengan demikian faktor persepsi kinestetik seseorang sangat menentukan dalam penguasaan rangkaian gerak yang diharapkan. Seseorang yang memiliki persepsi kinestetik yang baik akan mudah mengekspresikan gerakan yang dia bayangkan ke dalam rangkaian gerak fisik yang nyata karena orang tersebut dapat menguasai otot-ototnya. Gerak dasar dalam cabang olahraga Kids Athletics khususnya nomor Kids Javelin Throwing meliputi dua keterampilan yaitu keterampilan lokomotor dan keterampilan manipulatif. Yang dimaksud dengan keterampilan lokomotor adalah kemampuan seseorang untuk bergerak atau memindahkan berat badan dari posisi badannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Keterampilan dalam nomor Kids Javelin Throwing mencakup gerakan berlari dan berjingkat ketika melakukan awalan serta gerak lanjut setelah melakukan lemparan. Keterampilan manipulatif merupakan kemampuan gerak menggunakan tangan untuk melempar turbo dalam nomor Kids Javelin Throwing. Kids Javelin Throwing juga membutuhkan kemampuan untuk mempersepsi lembing atau turbo yang meliputi arah dan berat turbo ketika dilempar. Berdasarkan persepsi tersebut sebagai bentuk stimulus atau rangsang maka perlu disiapkan respon yang cocok untuk diterapkan menjadi konsep persepsi dan aksi. Gerak dapat dikembangkan melalui latihan-latihan secara terus menerus sehingga dapat menemukan bermacam-macam gerak maupun posisi badan. Untuk dapat melakukan sesuatu yang baru sangat dipengaruhi adanya pengalaman yang telah dimiliki. Transfer mempunyai peranan yang sangat penting dalam belajar 56 gerak. Apa yang dipelajari seseorang dan kecepatan pencapaiannya tergantung dari situasi transfer yang bersifat positif maupun negatif. Latihan keterampilan gerak pada salah satu anggota tubuh dapat meningkatkan keterampilan gerak pada sisi anggota tubuh yang lain yang tidak dilatih. Perkembangan otot terjadi secara sistematis antara anggota badan bagian kanan dan bagian kiri, namun sisi yang dominan sedikit lebih kuat. Beberapa penelitian mengenai waktu reaksi, waktu gerak dan kordinasi dalam hubungannya dengan transfer adalah sebagai berikut: 1) Fairclough (1952) melaporkan bahwa peningkatan kecepatan gerak tangan berpengaruh terhadap kecepatan kaki. Perbaikan waktu reaksi lebih mudah terjadi transfer dibanding dengan perbaikan waktu gerak. 2) Hopper (1962) melaporkan bahwa latihan koordinasi mata tangan dan latihan koordinasi mata-kaki pada satu sisi tubuh menghasilkan transfer pada sisi tubuh lainnya. Tetapi latihan koordinasi mata tangan menghasilkan pengaruh transfer negatif pada koordinasi mata-kaki. Kondisi-kondisi yang sangat mempengaruhi terjadinya transfer dalam belajar gerak yang utama adalah kesamaan atau keserupaan di antara kedua kegiatan (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1994: 345). Dari beberapa pendapat di atas penulis mengasumsikan bahwa bagi siswa yang mempunyai tingkat persepsi kinestetik tinggi akan mudah mentransfer dari pengalaman gerak serupa yang pernah dilakukan dan akan mudah menelaah sumber daya yang menggerakkan tubuh. Dengan banyak latihan maka akan terjadi banyak transfer yang akan mempengaruhi siswa dapat melakukan gerak, baik gerak tertutup maupun gerak terbuka dalam segala posisi dan kordinasi. Ketika sebuah keterampilan diajarkan dengan tujuan pengalihan dari pengalaman yang serupa, maka akan lebih mempercepat proses keberhasilan suatu latihan dan mampu bergerak dalam segala bidang. 57 4. Koordinasi Mata Tangan a. Definisi Koordinasi Koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk merangkaikan bermacam-macam gerakan sedemikian rupa sehingga merupakan gerakan yang bertautan.Selain merupakan salah satu komponen kondisi fisik, koordinasi juga merupakan salah satu bagian dari kemampuan perseptual. Menurut A. J. Harrow (1972: 34) “Kemampuan perseptual ialah kemampuan mengintepretasikan stimulus yang ditangkap oleh indra”. Dalam bukunya, M. Sajoto (1995: 9) mengemukakan bahwa, “Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerak yang ada ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif”. Lebih lanjut, Mulyono (2001: 57) menyatakan bahwa, “Koordinasi adalah kemampuan untuk secara bersamaan melakukan berbagai jenis gerak secara mulus dan akurat”. Dangsina Moeloek (1984: 4) berpendapat bahwa, “Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan”. Jadi apabila seseorang itu mempunyai koordinasi yang baik maka ia akan dapat melaksanakan tugas dengan mudah secara efektif. Pengertian koordinasi menurut Suharno H. P. (1992: 39), “Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk merangkaikan beberapa unsur gerak menjadi satu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya”. Barrow dan McGee yang dikutip oleh Harsono (1988: 220) juga mengungkapkan bahwa,“Koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola gerak khusus”. Sukadiyanto (2010: 223) menyatakan bahwa, “Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efisien”. Koordinasi adalah hubungan timbal balik antara pusat susunan gerakan dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan. Dari sudut pandang fisiologi, koordinasi gerak dilihat sebagai pengaturan terhadap proses motorik terutama terhadap kerja otot-otot diatur melalui sistem 58 syaraf. Rusli Lutan, dkk (2000: 77) berpendapat bahwa, “Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan”. Koordinasi dapat diartikan juga sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan. Menurut Suharno H. P. (1982: 110), “Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa unsur gerak menjadi suatu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya atau kemampuan menampilkan tugas gerak dengan luwes dan akurat yang seringkali melibatkan perasaan dan serangkaian koordinasi otot yang mempengaruhi gerakan”. Menurut M. Sajoto (1995: 59), ”Koordinasi berasal dari kata coordination adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif”. Sedangkan Nossek (1982: 89) berpendapat bahwa, “Koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola gerak khusus. Menurut Bompa (2004: 43), “Coordination is a complex motor skill necessary for high performance”. Koordinasi merupakan keterampilan motorik yang kompleks yang diperlukan untuk penampilan yang tinggi. Rusli Lutan (2000: 77), mengemukakan bahwa, ”Kordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat, efisien, dan penuh ketepatan”. Sedangkan menurut Grana dan Kalenak (1991: 253) “Koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrok gerak dengan tepat agar dapat mencapai suatu fungsi khusus”. Sementara Schmidt (1988: 265) berpendapat bahwa, “Koordinasi adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak”. Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efesien. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa koordinasi merupakan kemampuan tubuh mengombinasikan beberapa gerakan menjadi satu gerakan dengan pola tertentu. Koordinasi merupakan salah satu unsur yang penting untuk keterampilan gerak motorik. Tingkat koordinasi atau 59 baik tidaknya koordinasi gerak seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat dan efisien. Dari definisi ini dapat ditarik suatu pengertian bahwa koordinasi gerak meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam pelaksanaan suatu gerakan dalam bentuk hubungan timbal balik antara pusat susunan syaraf dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan dalam memadukan berbagai macam gerak yang berbeda-beda, dengan kesulitan yang berbeda, tetapi dilakukan secara cepat dan tepat. Pengertian dari sudut pandang biomekanik lebih diarahkan pada penyesuaian antara pemberian impuls kekuatan pada otot dengan kebutuhan pada setiap gerakan. Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat komplek (Harsono, 1988: 219). Setiap orang untuk dapat melakukan gerakan atau keterampilan baik dari yang mudah, sederhana sampai yang rumit, diatur dan diperintah dari sistem syaraf pusat yang sudah disimpan di dalam memori terlebih dahulu. Jadi untuk dapat melakukan gerakan koordinasi yang benar diperlukan juga koordinasi sistem syaraf yang meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi dengan otot, tulang, dan sendi. Koordinasi diperlukan hampir disemua cabang olahraga yang melibatkan kegiatan fisik. Koordinasi juga penting bila berada dalam situasi dan lingkungan yang asing, misalnya perubahan lapangan pertandingan, peralatan, cuaca, lampu penerangan, dan lawan yang dihadapi. Tingkatan baik atau tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat, cepat, dan efisien. Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan dan juga sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan keterampilan yang masih baru baginya. Atlet tersebut juga dapat 60 mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya efisien. Atlet yang tingkat koordinasinya kurang biasanya melakukan gerakan-gerakan secara kaku dengan ketegangan dan dengan energi yang berlebihan sehingga gerakannya tidak efisien. Komponen gerak yang terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf, tulang dan persendian merupakan koordinasi neuromaskuler, yaitu setiap gerak yang terjadi dalam urutan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga. Terjadinya gerak tersebut ditimbulkan oleh adanya kontraksi otot, dan otot berkontraksi karena adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf. Menurut Sukadiyanto (2005: 139) “Koordinasi neuromuskuler adalah setiap gerak yang terjadi dalam urutan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga”. Sebab terjadinya gerak timbul oleh kontraksi otot, dan otot berkontraksi karena adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf. Koordinasi neuromuskuler meliputi koordinasi intramuskuler dan intermuskuler. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Pyke dalam Sukadiyanto (2010: 223) bahwa, “Koordinasi neuromuskuler meliputi koordinasi intramaskuler dan intermaskuler”. Koordinasi intramuskuler adalah kerja seluruh serabut syaraf dan otot dalam setiap kerja otot yang berkontraksi secara maksimal. Koordinasi intermuskuler melibatkan efektifitas otot-otot yang bekerjasama dalam menampilkan satu gerak. Menurut Pyke (1991: 140), “Koordinasi intramuskuler yaitu melibatkan efektivitas otot-otot bekerjasama dalam menampilkan satu gerak sehingga dalam koordinasi intramuskuler kinerjanya tergantung dari interaksi beberapa otot”. Pada koordinasi intramuskuler, kinerja dari seluruh serabut syaraf dan otot dalam setiap kerja otot berkontraksi secara maksimum. Kinerja otot tergantung dari interaksi serabut syaraf dan serabut otot di dalam otot itu sendiri. Ciri orang yang memiliki koordinasi intramuskuler baik, dalam melakukan gerak akan serasi, tepat, ekonomis, dan efektif. Sukadiyanto (2005: 139) mengemukakan bahwa, “Pada koordinasi intermuskuler melibatkan efektivitas otot-otot yang bekerjasama dalam menampilkan satu gerak”. sSebagai contoh, pemain Sepakbola yang bermain di posisi sayap dituntut untuk bisa melakukan crossing (passing atas secara 61 menyilang) sambil berlari cepat atau sprint. Pemain Sepakbola yang memiliki koordinasi baik sudah pasti bisa melakukan crossing bola dengan benar, tetapi bagi pemain Sepakbola yang memiliki koordinasi buruk akan kesulitan dalam melakukan crossing. Menurut Bompa (1994: 322) “Pada dasarnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu koordinasi umum dan koordinasi khusus”. Sage (1984: 279) menyatakan bahwa, “Koordinasi umum merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam menyesuaikan dan mengatur gerakan secara simultan pada saat melakukan suatu gerak”. Artinya, bahwa setiap gerak yang dilakukan melibatkan semua atau sebagian besar otot-otot, sistem syaraf, dan persendian. Untuk itu, koordinasi umum ini diperlukan adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang lainnya, agar gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif sehingga dapat menguasai keterampilan gerak yang dipelajari. Koordinasi umum merupakan unsur penting dalam penampilan motorik dan menunjukkan tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang. Sage (1984: 278) mengemukakan bahwa, “Koordinasi khusus merupakan koordinasi antar beberapa anggota badan, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota badan secara simultan”. Pada umumnya setiap teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil perpaduan antara pandangan mata tangan (hand eye coordination) dan kerja kaki (footwork). Koordinasi khusus merupakan pengembangan dari koordinasi umum yang dikombinasikan dengan kemampuan biomotor yang lain sesuai dengan karakteristik cabang olahraga. Ciri-ciri orang yang memiliki koordinasi khusus yang baik dalam menampilkan keterampilan teknik dapat secara harmonis, cepat, mudah, sempurna, tepat, dan luwes. Mengenai indikator koordinasi, Sukadiyanto (2005: 139) menyatakan bahwa, “Indikator utama koordinasi adalah ketepatan dan gerak yang ekonomis”. Dengan demikian koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan gerak yang efektif dan efisien. Komponen gerak yang terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf, tulang dan persendian merupakan koordinasi neuromuskuler. 62 Kecepatan, kekuatan, daya tahan, power, kelentukan, persepsi kinestetik, keseimbangan, dan ritme semua unsur tersebut memberikan pengaruh yang tidak dapat diabaikan dalam koordinasi gerak. Bila salah satu unsur tidak ada atau kurang berkembang, maka hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan koordinasi. Keterampilan yang melibatkan koordinasi misalnya koordinasi mata tangan pada softball yaitu teknik lemparan atas melempar bola ke suatu sasaran tertentu. Pusat pengaturan koordinasi tubuh adalah pada ceribullum dan cortex gyrus centralis anteri. Beberapa faktor yang menjadi penentu dalam koordinasi yang baik menurut Suharno H.P. (1992: 39): 1) Pengaturan saraf pusat dan saraf tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan hasil latihan-latihan. 2) Tergantung tonus dan elastisitas otot yang melakukan gerak. 3) Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan dan kelentukan atlet. 4) Baik dan tidaknya koordinasi kerja saraf, otot dan indera. Fungsi koordinasi adalah menghasilkan satu pola gerakan yang serasi, berirama dan kompleks. Dengan demikian, fungsi latihan koordinasi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan koordinasi adalah penyesuaian dan pengaturan yang baik. Suharno H.P. (1992: 39) juga mengemukakan bahwa selain untuk mengkoordinasikan beberapa gerakan dengan baik, koordinasi memiliki kegunaan lain seperti: 1) 2) 3) 4) 5) Efisien tenaga dan efektif. Untuk menghindari terjadinya cedera. Berlatih menguasai teknik akan lebih cepat. Menjalankan taktik lebih komplet. Kesiapan atlet lebih mantap. b. Definisi Koordinasi Mata Tangan Koordinasi pada umumnya merupakan kemampuan untuk mengombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara lancar, efektif, dan efisien. Koordinasi mata tangan merupakan gabungan antara kecermatan pandangan dan melakukan gerakan tangan berdasarkan rangsangan yang diterima oleh mata. Sadoso Sumosardjuno (1994: 125) menyatakan bahwa, “Koordinasi mata tangan 63 merupakan suatu integrasi antara mata sebagai pemegang fungsi utama dan tangan sebagai pemegang fungsi yang melakukan suatu gerakan tertentu”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa gerakan-gerakan yang melibatkan kecermatan pandangan dan keakuratan tangan melakukan gerakan menunjukkan tingkat koordinasi mata tangan seseorang. Ini berarti koordinasi mata tangan berkaitan dengan gerakan-gerakan melempar suatu benda atau objek ke suatu sasaran. Harsono (1988: 220) menyatakan, “Gerakan-gerakan yang melibatkan koordinasi mata tangan (eye-hand coordination) seperti misalnya dalam kemampuan melempar suatu objek ke sasaran tertentu”. 1) Dasar-dasar Latihan Koordinasi Karakter umum latihan koordinasi adalah melakukan gerakan beraneka ragam dalam satu satuan waktu. Misalnya gerakan lari di tempat bersamaan dengan mendorong, tangan kanan ke atas dan tangan kiri ke depan. Berikut akan disajikan petunjuk-petunjuk pengajaran latihan koodinasi mata, tangan, dan kaki pada anak usia dini: a) Ketinggian melemparkan harus tidak lebih tinggi dari pada di mana anak nyaman bisa mencapai overhead. b) Menangkap bola harus antara pinggang dan bahu (lebih dekat ke pinggang). c) Menghadapi sekitar 2,5 kaki, dengan 3 kaki, dari dinding akan membantu menstabilkan lemparan. d) Bersikeras bahwa dua objek bilateral menyulap dengan konsistensi dalam melempar tinggi serta ritme sebelum berkembang menjadi tiga objek juggling. e) Musik yang tepat dapat membantu untuk membangun irama juggling. f) Mengatur jumlah lemparan dan menangkap rendah sehingga siswa pertama dapat mengalami kesuksesan tanpa kehilangan kontrol dari objek. Ini akan membantu untuk mengurangi kegagalan dengan lemparan konsisten. g) Menahan diri ke fase baru sebelum menguasai tahap ini. 64 h) Menetapkan 25 "melemparkan tangkapan" tanpa menjatuhkan sebuah benda sebagai tujuan untuk setiap tahap sebelum pindah ke perkembangan berikutnya. i) Harus fokus pada puncak dari lemparan. j) Keberhasilan awal sangat penting jika siswa harus intrensically termotivasi untuk terus berlatih. k) Mengajar harus memberi teladan bagi siswa. Pengalaman yang dijelaskan sejauh ini dapat ditingkatkan melalui gerakan yang juga bervariasi dari lambat ke cepat (yaitu objek dan orang) dan melalui berbagai tingkat produksi kekuatan (lembut untuk keras). Berdasarkan petunjukpetunjuk latihan koordinasi mata, tangan, dan kaki di atas, maka dapat dibuat salah satu model untuk mengembangkan koordinasi yakni permainan lempar dan gelinding simpai untuk mengenal angka. Dalam cabang olahraga Atletik, koordinasi digunakan atlet agar dapat melakukan teknik gerakan dalam Atletik secara berkesinambungan. Misalnya pada atlet lempar lembing yang dituntut untuk dapat melakukan lemparan yang dikombinasikan dengan gaya lempar untuk menunjang lemparan. Melakukan suatu gaya dalam melakukan lemparan adalah suatu teknik yang memerlukan koordinasi yang baik. Jika gaya yang dilakukan tidak dikuasai dengan baik maka akan berpengaruh terhadap hasil lemparan. 2) Latihan Koordinasi pada Anak Usia Dini atau Usia Sekolah Dasar Setiap anak senang akan bermain, bergerak, dan beraktivitas. Hampir setiap waktu dimanfaatkan untuk bermain dan atau bergerak. Anak-anak lebih senang melakukan aktivitas bermain yang menantang seperti melompat, memanjat, melempar, dan lain-lain. Dari aktivitas tersebut anak mendapatkan informasi dan pengalaman yang berguna untuk kehidupan anak selanjutnya. Menurut W. Rob dan E.J Leertouwer dalam Sukintaka, dkk (1979: 91), “Tingkat umur pendidikan usia dini yaitu umur 0-6 tahun dan sekolah dasar dibagi menjadi tiga, yaitu: kelompok umur pendidikan pertama antara 6 sampai 8 tahun, 65 kelompok umur pendidikan kedua antara 8 sampai 10 tahun, dan kelompok umur pendidikan ketiga antara 10 sampai 12 tahun”. Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa anak lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Hendaknya bentuk latihan koordinasi yang dipilih untuk anak-anak adalah gerakan-gerakan dasar yang mengarah pada permainan, mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan anak, dan secara tidak langsung mengarah pada peningkatan keterampilan olahraga. Bentuk latihan koordinasi yang diberikan pada anak usia sekolah dasar didasarkan pada tahap gerak dasar yang menyenangkan, gerakan tersebut meliputi variasi lompat, variasi loncat, dan variasi langkah kaki yang dipadukan dengan arah pandangan mata serta ayunan lengan dan tangan. Menurut Amung Ma’mun (2000: 20-21), “Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif”. Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ketempat yang lain atau mengangkat tubuh ke atas seperti berjalan, berlari, melompat, dan meloncat. Kemampuan nonlokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai, yang terdiri atas: menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar. Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macammacam objek. Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada usia dini dan sekolah dasar dapat diberikan latihan koordinasinkarena pada usia-usia tersebut anak mempunyai kecenderungan fisik yang mendukung ke arah perbaikan kualitas koordinasinya. Keuntungan bagi anak usia sekolah dasar yang memiliki kemampuan koordinasi baik, akan mampu menampilkan keterampilan dengan sempurna dan dapat dengan cepat mengatasi permasalahan gerak pada saat latihan maupun pertandingan. Dengan demikian, tanpa memiliki kemampuan koordinasi bagus, atlet akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan teknik yang kompleks. Hal ini dikarenakan latihan koordinasi bagi anak usia sekolah dasar amat baik diterapkan mengingat usia 8-12 tahun merupakan fase “development of 66 skill”. Koordinasi yang baik akan menghasilkan eksekusi teknik prima di dalam posisi sesulit apapun. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koordinasi Mata Tangan Koordinasi mata tangan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi intelegensi, aktivitas visual, persepsi visual, koordinasi motorik, aktivitas gerak lengan, tangan, dan aktivitas penggunaan jari. Faktor ekstrinsik yaitu pengalaman koordinasi antara mata dan tangan seperti menyusun balok, bermain puzzle, mewarnai pada gambar yang telah tersedia, serta melempar dan menangkap bola. Intelegensi merupakan salah satu faktor intrinsik karena intelegensi sendiri adalah koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam arti sempit, intelegensi sering kali diartikan sebagai intelegensi operasional, termasuk pula tahapantahapan yang sejak dari periode sensori motorik sampai dengan opersional formal misalnya saja pada fase sensorimotor, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan gerakannya. Aktivitas dari kerja visual berpengaruh terhadap konsentrasi terhadap objek ataupun penggunaan alat indra mata itu sendiri yang tidak mengalami gangguan untuk digunakan dalam melihat suatu objek. Visual persepsi adalah proses kemampuan dalam mengintregasikan input yang didapat secara visual. Maksudnya, setelah suatu bentuk diterima oleh mata, maka kemampuan visual persepsi di otak akan menjelaskan arti dari objek yang dimaksud sehingga berpengaruh juga terhadap koordinasi karena koordinasi juga akan memersepsikan suatu gambar yang berbentuk serta berbeda- beda polanya. d. Peran Koordinasi Mata Tangan terhadap Kids Javelin Throwing Pengertian koordinasi gerak dapat dilihat berdasar dari sudut pandang anatomi dan fisiologi serta biomekanik. Koordinasi gerak adalah hubungan timbal-balik antara pusat susunan gerakan dengan alat gerak dalam mengatur dan 67 mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan. Koordinasi gerak dapat dilihat dari dari sudut pandang anatomi dan fisiologi. Dari sudut pandang fisiologi, koordinasi gerak dilihat sebagai pengaturan terhadap proses motorik terutama terhadap kerja otototot diatur melalui sistim persyarafan. Dari definisi ini dapat ditarik suatu pengertian bahwa koordinasi gerak meliputi pengoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam pelaksanaan suatu gerakan. Pengertian koordinasi gerak dari sudut pandang biomekanik diarahkan pada penyesuaian antara pemberian impuls kekuatan pada otot dengan kebutuhan pada setiap gerakan. Dari sudut pandang di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi gerak adalah hubungan timbal-balik antara pusat susunan syaraf dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan. Koordinasi akan terarah pada target motor yang sama apabila dalam gerakan terarah yang menghubungkan antara mata dan tangan, gerakan tersebut melibatkan gerakan dari lengan, tangan, dan jari-jari sehingga fungsi otak bagian koordinasi temporal mempunyai tugas antar anggota tubuh yang kompleks. Pengalaman koordinasi antara mata dan tangan pada anak usia 7-8 tahun berupa anak mampu fokus untuk keterampilan gerak koordinasi motorik berupa mendorong, menangkap, memukul, melempar, dan memantul-mantulkan bola. Pada anak usia 7-8 tahun sangat aktif dan secara fisik telah menikmati berbagai tantangan yang menguji kekuatan serta ketangkasannya. Peningkatan kekuatan fisik serta koordinasi mata tangan membuat anak mampu memukul bola dan tulisan tangannya lebih terbaca terutama bagi anak perempuan. Pengalaman koordinasi mata tangan pada anak usia di atasnya (9-10 tahun dan 11-12 tahun) tentunya akan lebih berkembang kepada gerakan yang lebih kompleks dari hanya sekedar melempar, menangkap, mendorong, memukul, dan memantul-mantulkan bola, menjadi gerak memerlukan koordinasi dengan anggota gerak tubuh yang lain seperti passing dan smash bola voli, melakukan forehand dan backhand dalam permainan tenis meja, ataupun nomor-nomor lempar dalam cabang olahraga Atletik yang memiliki tahap-tahap gerak pelaksanaan yang tidak 68 sederhana. Salah satu nomor dalam cabang olahraga Atletik, khususnya Kids Athletics adalah Kids Javelin Throwing atau Lempar Turbo. Gerak pelaksaan Kids Javelin Throwing termasuk dalam gerak kompleks yang memerlukan berbagai unsur yang menunjang keberhasilan ataupun kesempurnaan geraknya. Gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing memerlukan koordinasi mata tangan yang baik untuk menunjang kesempurnaan gerak pelaksanaannya. Koordinasi gerak akan terarah pada target motor yang sama apabila dalam gerakan terarah yang menghubungkan antara mata dan tangan, gerakan tersebut melibatkan gerakan dari lengan, tangan, dan jari-jari sehingga fungsi otak bagian koordinasi temporal mempunyai tugas antar anggota tubuh yang kompleks. Target motor dalam hal ini adalah turbo atau lembing. Gerak melempar adalah gerak yang sederhana, tetapi ketika pelaksanaannya dipadukan dengan beberapa gerakan seperti dalam Kids Javelin Throwingyang terdiri dari awalan, sikap siap melempar, pelepasan lembing dan diakhiri dengan gerak lanjut, maka gerakannya menjadi gerak kompleks yang membutuhkan berbagai unsur yang menunjang tercapainya kesempurnaan gerak untuk mendapatkan hasil lemparan yang maksimal. Sumbangan koordinasi mata tangan dalam gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing dapat dilihat pada tahap gerak siap melempar dan pelepasan turbo dari tangan. Untuk dapat melakukan lemparan yang maksimal, koordinasi mata tangan yang baik sangat diperlukan dalam gerak melempar yang sifatnya kompleks mulai dari meluruskan lengan semaksimal mungkin ke belakang, dilanjutkan menarik lengan ke depan dengan gerak berkesinambungan dari pergelangan tangan dan telapak tangan serta jari-jari tangan yang menggenggam turbo untuk dilemparkan dengan sudut yang tepat pada timing yang tepat pula agar dapat menghasilkan lemparan yang maksimal. Berkenaan dengan timing, Sadoso Sumosardjono (1990: 125) menyatakan bahwa, “Fungsi koordinasi mata tangan adalah integrasi antara mata sebagai pemegang utama, dan tangan sebagai pemegang fungsi yang melakukan suatu gerakan tertentu. Dalam hal ini, kedua mata akan memberitahukan kapan bola 69 berada di suatu titik agar tangan langsung mengayun untuk melakukan pukulan yang tepat”. Hal ini juga dapat diterapkan dalam gerak pelaksaanaan Kids Javelin Throwing, terutama pada saat sikap siap melempar yang dilanjutkan pelepasan lembing dari genggaman tangan. Seperti dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa dalam melakukan lemparan, sektor lemparan dibatasi oleh garis batas yang digunakan sebagai batas dalam pengukuran jauhnya lemparan yang dihasilkan. Timing dalam hal ini terjadi ketika pelempar melakukan langkah terakhir mendekati garis batas sektor lemparan sebagai tumpuan pada tahap gerakan sikap siap melempar. Ketika mata melihat garis batas sektor lemparan sudah semakin dekat, maka langkah kaki terakhir dilanjutkan sebagai tumpuan pada tahap gerak sikap siap melempar dengan saat yang tepat agar gerakan yang terjadi berkesinambungan tanpa adanya saat behenti yang dapat mengurangi momentum yang tepat untuk melempar. Gerakan tersebut berupa tumpuan kaki yang dilanjutkan dengan meluruskan lengan yang memegang turbo atau lembing ke belakang sebagai sikap siap melempar yang diikuti putaran pinggul dan dilanjutkan dengan gerak melempar pada saat yang tepat dan sudut yang tepat untuk melempar atau melepaskan turbo dari genggaman tangan. Koordinasi mata tangan merupakan biomotorik yang berhubungan langsung dengan persyarafan dalam aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian, jika siswa memiliki koordinasi mata tangan yang baik, maka akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerakan melempar dengan perubahan titik berat badan yang cepat. Dan ini dapat dilakukan dalam keadaan statis maupun dalam keadaan dinamis. Selain itu, siswa atau pun atlet mampu untuk mempertahankan posisi badan pada saat bergerak untuk melakukan lemparan sehingga mampu untuk mempertahan posisi yang baik ketika melempar. 70 5. Daya Ledak Otot (Muscular Power) a. Hakikat Daya Ledak otot (Muscular Power) Fisik merupakan salah satu faktor yang berfungsi untuk melakukan gerakan. Agar dapat menghasilkan gerakan yang efektif dan efisien harus didukung oleh kemampuan fisik yang baik. Macam-macam kemampuan fisik antara lain kekuatan, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, dan ketajaman indra. Daya ledak otot atau muscular power merupakan suatu unsur di antara unsur-unsur komponen kemampuan fisik. Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. Menurut A. J. Harrow (1972: 35) “Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk memfungsikan sistem organ tubuh dalam melakukan gerak tubuh”. Menurut Sugiyanto (1996: 221), “Kemampuan fisik adalah kemampuan memfungsikan organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas fisik”. Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung mengembangkan aktivitas psikomotor. Gerakan yang terampil dapat dilakukan apabila kemampuan fisiknya memadai. Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang dibutuhkan dalam ratusan aktivitas jasmani telah mengidentifikasi sembilan kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari tugas-tugas fisik. Sembilan kemampuan dasar tersebut identik dengan komponen-komponen dalam kondisi fisik, yaitu kemampuan biomotorik manusia, yang dapat ditingkatkan sampai batas-batas tertentu dengan melakukan latihan-latihan tertentu yang sesuai. Kemampuan-kemampuan itu meliputi kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, keseimbangan, kelenturan, akurasi, koordinasi, dan daya ledak otot atau muscular power. Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Menurut Harsono (1988: 200) “Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Daya ledak ini diperlukan di beberapa gerakan asiklis, misalnya pada atlet seperti melempar, menendang atau memukul. Lebih lanjut Harre (1982: 102) menyatakan bahwa, “Daya ledak adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi”. 71 Daya ledak merupakan kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan maksimal. Daya ledak otot ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh (dalam tendangan jauh) atau benda (lembing yang dilempar) melintasi udara, ketika otototot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang tinggi agar dapat membawa tubuh atau objek pada saat pelaksanaan gerak untuk dapat mencapai suatu jarak. Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh (Suharno HP, 1984: 11). Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya. Unjuk kerja kekuatan maksimal yang dilakukan dalam waktu singkat ini tercermin seperti dalam aktivitas smash, lempar lembing, serta gerak lain yang bersifat eksplosif. Daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan dan kecepatan pada kontraksi otot (Bompa, 1983: 231). Daya ledak merupakan salah satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang dapat melempar, seberapa cepat seseorang dapat berlari dan sebagainya. Daya ledak adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala macam ketrampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga. Upaya dalam meningkatkan unsur daya ledak dapat dilakukan dengan cara: 1) Meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitikberatkan pada kekuatan; 2) Meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau menitik beratkan pada kecepatan; 3) Meningkatkan keduanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan. Daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerjakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M. Sajoto, 1988: 58). Selanjutnya power dijelaskan oleh Matjan (2007: 14) bahwa: 72 “Tenaga ledak otot (muscle power) adalah suatu tingkat kemampuan otot melepaskan tenaga sebesar-besarnya dalam waktu yang singkat”. Dan menurut Bucher (2004: 348) bahwa: “Muscular power is the ability to release maximum force in the shortest period of time”. Maksud dari kalimat tersebut bahwa, “Daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya”. Adapun pengertian power oleh Harsono (2001: 24) disebutkan bahwa, “Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat”. Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang dibutuhkan hampir semua cabang olahraga, terutama cabang olahraga yang menuntut atletnya mempunyai daya ledak otot, seperti dalam cabang Atletik, bela diri, olahraga permainan, dan sebagainya. Power penting terutama untuk cabang-cabang olahraga yang atetnya harus menggerakkan tenaga yang eksplosif seperti smash, nomor-nomor lempar dalam Atletik, dan gerakan melempar bola softball. Juga dalam cabang-cabang olahraga yang mengharuskan atletnya untuk menolak dengan kaki seperti nomor-nomor lompat dalam Atetik, sprint, Bolavoli (untuk smash), dan nomor-nomor yang ada unsur akselerasi (percepatan) seperti balap lari, balap sepeda, mendayung, renang dan sebagainya. Daya ledak otot merupakan gabungan dari beberapa unsur fisik yaitu unsur kekuatan dan unsur kecepatan. Power atau daya ledak otot merupakan kemampuan mengeluarkan tenaga atau kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (power) = kekuatan (strenght) × kecepatan (velocity). Hatfield dalam Ismaryati (2006: 59) menyatakan bahwa, “Power merupakan hasil perkalian antara gaya (force) dan jarak (distance) dibagi dengan waktu (time)”. Daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot secara dinamis explosive dalam waktu yang cepat. Hal ini senada dengan pendapat Dangsina Moeloek (1984: 7) bahwa, “Daya ledak otot (muscular explosive power) adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif”. 73 Berdasarkan pengertian dan pendapat mengenai power, maka dapat disimpulkan bahwa power adalah kombinasi antara kekuatan dengan kecepatan untuk mengatasi beban dengan kecepatan kontraksi otot yang tinggi. Kekuatan menggambarkan kemampuan otot untuk mengatasi beban. Sedangkan kecepatan menunjukan kemampuan otot mengatasi beban dengan kontraksi yang sangat cepat, kekuatan otot dan kontraksi otot merupakan ciri utama dari power. Dengan kata lain, kekuatan dapat dikatakan power apabila dilakukan dengan sangat cepat. Dengan demikian, dua unsur penting yang menentukan kualitas daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan. Secara singkat, power itu adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan. Adapun kegunaan power menurut Suharno H.P. (1985: 59) adalah: 1) Untuk mencapai prestasi maksimal; 2) Dapat mengembangkan teknik bertanding dengan tempo cepat dan gerak mendadak; 3) Memantapkan mental bertanding atlet; 4) Simpanan tenaga anaerobik cukup besar. Dalam rangka peningkatan prestasi olahraga Atletik, komponen kondisi fisik power perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama power lengan dan power tungkai. Untuk mencapai prestasi puncak tidak hanya kekuatan saja yang diperlukan, tetapi juga diperlukan komponen kecepatan ini yang dipadukan menjadi power. Kekuatan merupakan dasar untuk membentuk power. Sesuai pendapat Harsono (2007: 177) bahwa “strength tetap merupakan dasar (basis) dari power dan daya tahan otot”. Banyak kita lihat orang yang memiliki otot yang besar, tetapi tidak mampu bergerak dengan cepat atau sebaliknya mampu bergarak dengan cepat, tetapi tidak mengatasi beban dengan gerakan yang cepat. Ini menandakan bahwa kekuatan otot saja belum menjamin untuk menghasilkan power otot. Oleh sebab itu, maka antara kekuatan dan kecepatan harus dilatih untuk menghasilkan power yang baik. Power menurut Bompa (1983: 22) dibedakan menjadi dua, yaitu power siklis dan power asiklis. Perbedaan kedua jenis power ini dapat dilihat dari segi kesesuaian jenis gerakan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga, power tersebut dapat dikenali dari perannya pada suatu cabang olahraga. Cabang-cabang 74 olahraga yang lebih dominan power siklisnya adalah lari cepat, dayung, renang, bersepeda dan olahraga sejenisnya. Sedangkan olahraga seperti melempar, menolak, dan melompat pada atletik, unsur-unsur gerakan senam, beladiri, loncat indah, dan olahraga permainan lebih dominan power asiklisnya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Power Faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak (power) otot dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern: 1) Faktor Intern Faktor intern merupakan kondisi dan atau perangsang yang bersumber atau berada di luar dari individu, yaitu: a) Usia Seseorang saat berusia 5-15 tahun terjadi penambahan sarkomer otot sehingga terjadi hipertrofi otot. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik berupa penambahan massa otot dan pematangan saraf. Saat usia 17-18 tahun terjadi penambahan massa otot akibat dari adanya suatu proses latihan sehingga terjadi hipertrofi yang ditandai dengan meningkatnya myofibril, aktin, myosin, sarkoplasma, dan jaringan ikat. Selain ditentukan oleh pertumbuhan fisik, kekuatan otot ini ditentukan oleh aktivitas ototnya. Laki-laki dan perempuan akan mencapai puncak kekuatan otot pada usia 20-30 tahun. Kemudian di atas umur tersebut mengalami penurunan, kecuali diberikan pelatihan. Namun umur di atas 65 tahun kekuatan otot sudah mulai berkurang sebanyak 20% dibandingkan sewaktu muda. b) Jenis Kelamin Otot wanita dapat mencapai tekanan maksimum kontraksi yang dihasilkan oleh pria, yaitu antara 3 dan 4 Kg/cm2. Oleh karena itu, sebagian besar perbedaan penampilan otot secara keseluruhan terletak pada persentase tambahan tubuh pria yaitu otot. Sedangkan kekuatan otot pada laki-laki sedikit lebih kuat dari pada kekuatan otot perempuan pada usia 10-12 tahun. Perbedaan kekuatan yang signifikan terjadi seiring pertambahan umur pada saat kekuatan otot laki-laki jauh 75 lebih kuat daripada wanita. Dapat disimpulkan bahwa ukuran sebuah otot merupakan faktor penentu kekuatan atau daya ledak (power) dari seseorang yakni kaum pria lebih dominan dari pada wanita. c) Berat Badan Beberapa penelitian menentukan hubungan antara lemak tubuh dan performa atlet pada pria usia muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat kegemukan memiliki pengaruh yang besar terhadap performa dan tes-tes kemampuan atlet. Penelitian lain menunjukkan bahwa kegemukan tubuh berhubungan dengan keburukan performa seseorang pada berbagai tes antara lain speed test, endurance test, balance dan agility test, serta vertical jumptest. 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern merupakan kondisi dan atau perangsang yang bersumber atau berada di luar dari individu, yaitu: a) Motivasi Motivasi olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif) di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan, dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Dengan memberikan motivasi positif kepada individu dalam pelaksanaan program latihan akan berdampak meningkatkan performa latihan individu tersebut. b) Latihan Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti practice, exercises, dan training. Pengertian latihan yang berasal dari kata practise adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia sehinga 76 mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Kemudian exercises merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan, misalnya susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan materi, yang terdiri dari pembukaan/pengantar latihan, pemanasan (warming-up), latihan inti, latihan tambahan (suplemen), dan cooling down atau penutup. Power sangat berpengaruh dalam suatu aktivitas olahraga yang membutuhkan gerakan eksplosif. Kekuatan dan kecepatan yang dikombinasikan akan berperan penting dalam sebagian ketrampilan olahraga. Menurut Suharno H. P. (1985: 38) faktor-faktor yang mempengaruhi power adalah sebagai berikut: (1) (2) (3) (4) (5) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet. Kekuatan dan kecepatan otot atlet. Waktu rangsangan dibatasi secara konkrit. Koordinasi gerakan yang harmonis. Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP). Daya ledak otot dipengaruhi oleh kekuatan otot dan kecepatan kontraksi otot sehingga semua faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut akan mempengaruhi daya otot. Jadi daya ledak otot adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja fisik secara tiba-tiba. Pemakaian daya ledak otot ini dilakukan dengan tenaga maksimal dalam waktu singkat dan pendek. Orang yang sering melakukan aktivitas fisik membuat daya ledak ototnya menjadi baik. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa power ditentukan oleh unsur kekuatan dan kecepatan. Akan tetapi, ditinjau secara lebih rinci perkembangan power dipengaruhi oleh banyaknya faktor. Kemampuan daya ledak otot ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: jenis serabut otot, panjang otot, kekuatan otot, suhu otot, jenis kelamin, kelelahan, koordinasi inttramuskuler, koordinasi intermuskuler, reaksi otot terhadap ransangan saraf dan sudut sendi. Kemudian faktor kedua yang mempengaruhi power otot adalah kecepatan kontraksi otot yang terkait dalam hal ini yang berperan adalah jenis serabut otot putih dan cepat, kemudian kecepatan kontraksi otot merupakan juga yang penting karena power akan timbul apabila kekuatan otot dipadukan dengan kecepatan. 77 Power juga ditentukan oleh besarnya beban, besarnya beban maka otot menjadi lambat untuk bergerak, karena otot tidak mampu bergerak secara cepat. Sebaliknya, jika beban terlalu kecil dan rendah otot tidak bisa berkembang. Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan merupakan latihan untuk meningkatkan kualitas kemampuan fisik dengan tujuan utama meningkatkan daya ledak. Latihan tersebut memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap nilai dinamis jika dibandingkan dengan latihan kekuatan saja. Adapun menurut Pyke (1980: 75) “Dalam mengembangkan daya ledak, beban latihan tidak boleh terlalu berat sehingga gerakan yang dilakukan dapat berlangsung cepat dan frekuensinya banyak”. c. Mekanisme Daya Ledak Otot (Power) Daya ledak otot dapat didefinisikan sebagai kekuatan × jarak / waktu atau kekuatan × kecepatan. Force (kekuatan) memainkan peran kunci dalam produksi daya ledak dan jika tidak dipertahankan dengan latihan dapat mengakibatkan penurunan atau tidak ada perubahan dalam produksi daya ledak. Kekuatan mengacu pada beban x percepatan sedangkan kecepatan adalah jarak dibagi waktu dari gerakan. Aksi konsentris otot tidak menghasilkan banyak kekuatan. Namun, output daya ledak dapat ditingkatkan lebih besar ketika gerakan eksentrik dan konsentris digunakan bersama-sama untuk mengambil keuntungan dari sifat elastis otot dalam siklus stretch-shortening cycle (SSC). Siklus ini dimulai dengan gerakan balasan yang cepat mengakibatkan peregangan otot target melalui aksi eksentrik. Otot memiliki kemampuan untuk diregangkan karena memiliki komponen elastis, yang terdiri dari jaringan ikat yang mengelilingi setiap lapisan jaringan otot. Ketika otot diregangkan, mechanoreceptors khusus yang terletak di dalam otot yang dikenal sebagai serat muscle spindle juga menggeliat dan mengirim umpan balik ke sistem saraf pusat. Umpan balik ini menyebabkan sinyal langsung dari serat otot untuk berkontraksi. Keterlibatan SSC dalam latihan memberikan output daya ledak yang lebih besar. Perekrutan motor unit memberikan dasar fisiologis untuk produksi 78 kekuatan pada setiap kecepatan gerakan. Meskipun gerakan Atletik terjadi sebagai akibat langsung dari tindakan otot rangka, hal itu terjadi dalam respon terhadap berbagai sinyal yang dikirim dan diterima dari sistem saraf. Gerakan terkontrol yang menghasilkan daya ledak selama aktivitas fisik dimulai pada korteks motorik yang terletak di lobus frontalis otak besar. Sinyal-sinyal listrik yang membentuk kuanta informasi yang kemudian diteruskan dari pusat otak yang lebih tinggi ke bawah batang otak ke sumsum tulang belakang yang kemudian merangsang unit motorik tertentu untuk mengontrol tindakan otot. Jumlah motor unit yang direkrut untuk gerakan adalah salah satu faktor penentu yang paling penting dari amplitudo daya ledak yang dihasilkan karena menentukan jumlah luas penampang otot dan jumlah actin-myosin yang sesuai yang akan digunakan dalam gerakan. Pada tingkat aktivasi terendah, hanya motor unit yang terkecil yang direkrut dan menghasilkan daya ledak minimal. Saat tingkat aktivasi meningkat, ambang rekrutmen motor unit yang lebih besar terlampaui sehingga lebih banyak motor unit direkrut dan kekuatan bertahap menjadi lebih besar dan produksi daya ledak meningkat signifikan. Pada tingkat rangsangan tertentu, semua motor unit yang tersedia di dalam otot direkrut sehingga menghasilkan daya ledak tertinggi. Persentase jenis serat yang membentuk unit-unit fungsional dari motor unit bervariasi oleh peran otot dalam gerakan manusia dan oleh individu. Misalnya, otot di daerah perut yang terlibat terutama dengan dukungan postural terdiri dari serat otot tipe I, sedangkan pada otot penggerak utama atau dalam otot lokomotif seperti vastuslateralis biasanya melihat jenis serat mulai dari sekitar 40% sampai 60% tipe I dantipe II. Seorang pelari maraton profesional mungkin memiliki lebih dari 80 sampai 90% serat otot tipe I. Hal ini memungkinkan kemampuan fisiologis untuk melakukan olahraga maraton. Level tinggi dari daya ledak tidak dapat diproduksi kecuali seorang atlet memiliki persentase otot tipe II yang lebih tinggi dalam regio penggerak utama. Namun, persentase ekstrim serat otot tipe II (misalnya> 70%) biasanya tidak ada. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa rangsangan listrik yang diberikan menghasilkan output daya ledak yang lebih besar dibandingkan dengan kontraksi 79 volunteer. Hal ini menunjukkan potensi output daya ledak maksimal otot dihambat oleh proses fisiologis tertentu. Untuk meraih output daya ledak maksimal mungkin akibat disinhibisi atau hilangnya inhibisi oleh proses tertentu dalam tubuh. Banyak penelitian telah difokuskan pada fenomena coactivation, atau aktivasi otot antagonis bersama dengan otot-otot agonis dari gerakan. Karena otototot antagonis yang digunakan dalam gerakan menentang arah gerakan, hal ini dapat menghambat kontraksi maksimum otot. Meskipun dapat merugikan terhadap output daya ledak maksimal, penelitian saat ini menunjukkan bahwa kontraksi otot antagonis untuk menstabilkan sendi, memungkinkan untuk kontrol yang lebih baik dari gerakan ini dan mencegah kerusakan jaringan dari overextension. Mekanisme mencegah cedera yang lainnya adalah melalui Golgi Tendon Organ. Golgi Tendon Organ (GTO) adalah organ proprioceptor terletak di dalam tendon yang melekatkan otot ke tulang dan mengontrol jumlah gaya yang diterapkan pada tendon. Ketika kontraksi otot, menyebabkan tarikan pada tendon untuk memindahkan tulang. Jika jumlah kekuatan yang terlalu besar pada tendon, GTO diaktifkan dan menghambat otot untuk mencegah kerusakan pada otot, tendon atau tulang. Meskipun GTO bertindak sebagai ukuran keamanan terhadap cidera, tapi di sisi lain juga membatasi jumlah kekuatan yang dapat dikembangkan oleh otot. Disinhibisi dari GTO telah secara teoritis mampu membantu meningkatkan output daya ledak, tapi dengan kemungkinan mengorbankan potensi cedera. Dengan demikian, mengurangi aktivitas GTO dengan mempertimbangkan keamanan mungkin merupakan mekanisme potensial untuk menghasilkan output daya ledak yang lebih baik. Daya ledak adalah bagian dari banyak gerakan baik intensitas rendah maupun intensitas tinggi. Mekanisme yang mendasari daya ledak melibatkan sejumlah karakteristik fisiologis dalam sistem neuromuskuler individu. Komposisi motor unit untuk ukuran serat otot, jenis dan jumlah memainkan peran penting bagi seorang atlet. Latihan yang optimal berdasarkan pada pemahaman bioenergetika pemulihan dan waktu sesi pelatihan merupakan masalah desain 80 penting bagi pengembangan program latihan. Power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang di kerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya. Unjuk kerja kekuatan maksimal yang dilakukan dalam waktu singkat ini tercermin seperti dalam aktivitas memukul keras, tendangan tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang beserta gerak lain yang bersifat eksplosif. Power merupakan salah satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang dapat melempar, seberapa cepat seseorang dapat berlari dan lainnya. d. Power Otot Lengan Daya ledak atau power merupakan komponen kondisi fisik yang di dalamnya terdapat dua unsur pokok yaitu kekuatan dan kecepatan. Berkaitan dengan power, explosive power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerakan utuh. Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari seluruh lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Rangka dari pada anggota gerak atas dibagi menjadi 3 bagian besar: 1) Sceletion brachii, 2) Sceletion ante brachii, 3) Sceletion mani. 1) Tulang-tulang pada lengan tersebut dilapisi berbagai macam otot. Otot-otot yang terdapat pada lengan sisi posterior dan lengan bawah terdiri atas: (1) Otot deltoideus 2) Otot trisep 3) Otot brachioradialis, 4) Otot extensorcarpi radalis longus, 5) Otot extensordigitorum, 6) Otot extensor dan abductor ibu jari, 7) Otot anconectis, 81 8) Otot extensor karpudnaris, 9) Otot extensor retinakulum”. Secara lebih jelasnya, susunan anatomi lengan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4. Susunan Anatomi Lengan Bawah Gambar 5. Susunan Anatomi Lengan Atas Gambar 6. Susunan Anatomi Lengan Fleksi dan Ekstensi 82 Semakin besar kekuatan otot, tenaga ketahanan, kelincahan serta kelenturan yang dimiliki, maka semakin cepat keterampilan (specifies skill), dan semakin sempurna penampilan. Terjadinya kontraksi otot dalam tubuh manusia akibat bekerja melawan beban yang diterimanya. Misalnya mendorong atau menolak suatu benda, menahan benda, menarik benda dan lain sebagainya. Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat jika mendapat rangsangan dari luar. Mekanisme kontraksi otot tidak sederhana, tetapi cukup kompleks. Hal terpenting dan harus diperhatikan saat otot berkontraksi adalah dibutuhkan cadangan energi. Kemampuan fisik yang baik selalu dibutuhkan dalam setiap cabang olahraga termasuk Aletik. Bertolak dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan daya ledak otot lengan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot lengan untuk menghasilkan kerja fisik dengan mengerahkan kekuatan-kekuatan dari otot-otot lengan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Daya ledak otot lengan dan kecepatan gerak lengan ini penting untuk cabang-cabang olahraga yang mengarahkan tenaga secara eksplosif dari otot-otot lengan. Termasuk pada nomor Kids Javelin Throwing pada cabang olahraga Kids Athletics. e. Power Otot Tungkai Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang dibutuhkan hampir semua cabang olahraga, terutama cabang olahraga yang menuntut atletnya mempunyai daya ledak otot seperti dalam cabang Atletik, bela diri, olahraga permainan, dan sebagainya. Power terutama penting untuk cabang-cabang olahraga yang atletnya harus menggerakkan tenaga yang eksplosif seperti nomor-nomor lempar dalam cabang olahraga Atletik. Juga dalam cabang-cabang olahraga yang mengharuskan atletnya untuk menolak dengan kaki, seperti nomor-nomor lompat dalam Atletik, sprint, Bolavoli (untuk smash), dan nomor-nomor yang ada unsur akselerasi (percepatan) seperti balap lari, balap sepeda, mendayung, renang dan sebagainya. 83 Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah (lower body) yang tersusun oleh tulang paha atau tungkai atas, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang betis, tulang pangkal kaki, tulang telapak kaki, dan tulang jari-jari kaki. Fungsinya sebagai penahan beban anggota tubuh bagian atas (upper body) dan segala bentuk gerakan ambulasi. Adapun fungsi tungkai menurut Ahmad Damiri (2003: 5) menyatakan bahwa, “Tungkai sesuai fungsinya sebagai alat gerak, ia menahan berat badan bagian atas, ia memindahkan tubuh (bergerak), ia dapat menggerakkan tubuh keatas, dan ia dapat menendang, dan lain sebagainya”. Otot tungkai atau dikenal dengan musculus quadriceps adalah gabungan dari kekuatan otot tungkai paha (atas) dan otot tungkai bawah saat berkontraksi hingga relaksasi yang diperlukan dalam melakukan lompatan setinggi mungkin secara explosive. Otot tungkai terdiri atas otot tungkai atas dan otot tungkai bawah. Otot tungkai atas terdiri dari tiga bagian yaitu: flexores, exeterisores dan adductors, yang terdiri dari tricep femoris dan bicep femoris. Otot-otot tersebut terletak pada batas pangkal paha sampai sendi lutut. Otot tungkai bawah terdiri dari tiga bagian yaitu: flexores, extensors, dan perinci otot. Ketiga otot tersebut pada batas bagian lutut bawah. Bentuk tungkai dan otot-ototnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 7. Susunan Anatomi Tungkai Anterior 84 Gambar 8. Susunan Anatomi Tungkai dari Lateral Berkaitan dengan hal tersebut, maka tungkai sebagai penggerak dalam cabang olahraga Atletik nomor lempar perlu memiliki power, yaitu otot yang selain kuat juga mampu menampilkan gerakan yang cepat. Hal ini dibutuhkan agar atlet dapat melakukan lemparan atau lompatan yang jauh. Selain itu untuk menahan beban tubuhnya dan juga pengaruh gravitasi bumi sehingga menjadi beban ganda yang harus diterima tungkai tersebut. Tidak dapat dipungkiri kenyataannya bahwa power tungkai mempunyai keterkaitan dengan prestasi dalam cabang olahraga Atletik. Oleh sebab itu, sebelum atlet diterjunkan dalam perlombaan, atlet tersebut harus sudah memiliki tingkat kemampuan fisik yang baik, dalam hal ini kemampuan daya ledak (power) otot tungkai. Agar otot tungkai memiliki power yang tinggi, maka harus diberi latihan-latihan yang sesuai dengan tuntutan tersebut, misalnya dalam metode latihan pliometrik seperti latihan lompat kodok (frog leaps), jingkat (hopping), bounding strides,dan bounding drives. Dan dalam metode weight training seperti squat jump, heel raise, step-up, dan sebagainya, dengan menerapkan prinsipprinsip latihan secara benar, peningkatan kondisi fisik atlet dapat tercapai. Banyak cabang-cabang olahraga yang membutuhkan kondisi fisik, khususnya exsplosive power dalam mencapai hasil yang baik. Di antara sekian banyak cabang olahraga tersebut salah satunya olahraga Atletik. Untuk melatih 85 daya ledak otot tungkai dapat dilakukan dengan berbagai cara dan memperhatikan aturan bebannya, terutama yang berkenaan dengan intensitas, volume, durasi, interval dan tempat gerakan. Daya ledak otot dapat dikembangkan melalui latihanlatihan dengan ketentuan bentuk dan metode latihan, intensitas beban, durasi pembebanan, repetisi, istirahat, dan fase latihan. Di bawah ini dijelaskan bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan daya ledak otot tungkai: 1) Loncat di tempat ( bisa pakai skiping) 2) Loncat maju, ke samping, mundur, ke kiri dan ke kanan. 3) Loncat naik turun tangga. 4) Lari sprint di pantai. f. Peran Power terhadap Kids Javelin Throwing Berdasarkan jenisnya, power dibedakan menjadi dua macam. Bompa (1990: 285) mengemukakan bahwa, ”Power dibedakan dalam dua bentuk yakni power acyclic dan power cyclic”. Jenis power ini dibedakan dari segi kesesuaian jenis latihan dan keterampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga, power acyclic dan cyclic dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabangolahraga. Daya ledak atau power acyclic adalah daya ledak dalam waktu singkat yang dihasilkan dari aktivitas gerakan. Cabang-cabang olahraga yang memerlukan power acyclic secara dominan adalah cabang olahraga yang dalam penampilannya terdapat gerakan melempar, menolak dan melompat seperti pada cabang Atletik, unsur-unsur gerakan pada senam, loncat indah, dan permainan. Sedangkan power cyclic adalah daya ledak yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan gerakan berturut-turut atau berulang-ulang. Power cyclic lebih dominan untuk cabang olahraga yang dalam aktivitasnya terdapat gerak maju seluruh badan seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda dan sejenisnya. Berdasarkan jenisnya, power yang berperan dalam nomor Kids Javelin Throwing adalah power acylic. 86 1) Peran Power Otot Lengan terhadap Kids Javelin Throwing Jauhnya lemparan dalam Kids Javelin Throwing didukung oleh koordinasi gerak seluruh tubuh yang berakhir dalam bentuk gerakan melempar pada timing yang tepat dan sudut yang tepat yang didukung oleh power otot lengan. Penerapannya pada gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing terutama pada tahap gerak siap melempar yang dilanjutkan gerak pelepasan turbo dari genggaman tangan secara kontinu dan berkesinambungan dengan timing yang tepat pada sudut yang tepat untuk menghasilkan lemparan yang maksimal. Pada saat gerak siap melempar, lengan yang memegang turbo diluruskan ke belakang kemudian diayunkan ke depan dengan timing yang tepat dibantu dorongan tungkai. Ketika ayunan lengan mencapai sudut lemparan yang tepat, pergelangan tangan dilecutkan dengan power maksimal ke sektor lemparan diikuti gerak lanjut. Pada gerak melempar hingga lepasnya turbo dari genggaman tangan ini lah power otot lengan memegang peranan penting dalam menghasilkan lemparan sejauh-jauhnya. 2) Peran Power Otot Tungkai terhadap Kids Javelin Throwing Seperti halnya power otot lengan, power otot tungkai juga memiliki peran dalam gelak pelaksanaan Kids Javelin Throwing. Penerapannya pada gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing dimulai ada tahap awalan berlari dan terutama pada tahap gerak siap melempar ketika mengambil langkah terakhir sesaat sebelum melempar untuk melakukan tumpuan sekaligus dorongan tungkai yang menjadi titik berat badan sebelum dipindah sesaat sebelum melakukan gerakan melempar. Tumpuan ini sangat penting pada tahap ini untuk menjaga posisi tubuh pada saat meluruskan lengan yang memegang turbo ke belakang. Pada saat lengan mulai ditarik untuk melakukan gerakan melempar, tungkai yang menjadi titik berat badan ketika menumpu membantu memberi gaya dorong dengan timing yang hampir bersamaan dengan memindahkan titik berat badan ke tungkai yang di depan untuk menambah gaya dorong lengan. Dengan demikian, power otot tungkai yang baik akan membantu memberikan gaya dorong maksimal bagi lengan ketika melakukan gerak melempar. Power otot 87 tungkai ini sangat penting dalam pelaksanaan Kids Javelin Throwing mengingat dalam gerak pelaksanaan, gaya yang terjadi dimulai dari dorongan kaki yang kemudian mengalir ke lengan yang akan melempar turbo. Semakin besar kemampuan power otot tungkai yang dihasilkan tentu saja menghasilkan gaya yang mengalir semakin besar pula. 6. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui penyediaan pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga yang direncanakan secara sistematis guna merangsang pertumbuhan dan perkembangan fisik, keterampilan motorik, keterampilan berpikir, emosional, sosial, moral, pola hidup dan pengenalan terhadap lingkungan. Anak usia sekolah dasar sangat membutuhkan pengalaman bergerak yang bermacam-macam, karena gerak merupakan kebutuhan dasar pada setiap makhluk hidup. Bermain merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka pertumbuhan. Model olahraga permainan merupakan salah satu model yang paling disukai oleh anak usia sekolah dasar. Siswa sekolah dasar merupakan kelompok anak yang berusia 7-12 tahun.Secara fisik anak laki-laki cenderung lebih baik daripada anak perempuan. Di antara keduanya, secara fisik belum begitu tampak perbedaan otot-otot tubuh yang menonjol. Adapun karakteristik anak usia sekolah dasar adalah sebagai berikut: a. Senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan,terutama untuk kelas rendah. b. Senang bergerak. Siswa SD dapat duduk dengan tenang paling lama hanya sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa berpindah atau bergerak. c. Senang bekerja dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. d. Senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara 88 langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, siswa SD memasuki tahap operasional. Bagi siswa SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika siswa melaksanakan sendiri. Karakteristik jasmani siswa sekolah dasar menurut Sukintaka (1992: 42) adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. Perbaikan koordinasi dalam keterampilan gerak. Daya tahan berkembang. Pertumbuhan tetap. Koordinasi mata dan tangan baik. Sikap tubuh yang tidak baik mungkin diperlihatkan. Perbedaan jenis kelamin tidak menimbulkan konsekuensi yang besar. Secara fisiologik putri pada umumnya mencapai kematangan lebih dahulu dari pada anak laki-laki. h. Gigi tetap, mulai tumbuh. i. Perbedaan secara perorangan dapat dibedakan dengan nyata. j. Kecelakaan cenderung memacu mobilitas. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya yang terkait dengan korelasi antara persepsi kinestetik, koordinasi mata tangan, power otot lengan, dan power otot tungkai dengan keterampilan berbagai cabang olahraga. Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini: 1. Penelitian Panjimas (2013) yang berjudul “Pembelajaran Lempar Turbo Menggunakan Permainan Lempar Sasaran Siswa Kelas IV SD” dengan hasil penelitian:adanya peningkatan hasil belajar lempar turbo melalui permainan lempar sasaran. Pada siklus I sebesar 60% siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal. Pada siklus II sebesar 82% siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal. 2. Penelitian Elsye Sinai (2013) yang berjudul “Hubungan Koordinasi Matatangan, Power Otot Lengan, dan Kelentukan Otot Punggung Terhadap Kemampuan Lemparan Atas Bola Softball” dengan hasil penelitian: adanya hubungan antara koordinasi mata-tangan, power otot lengan, dan kelenturan otot punggung terhadap kemampuan lemparan atas bola softball pada 89 mahasiswa putra pembinaan prestasi softball. Adapun dari hasil uji anova menghasilkan angka Fhitung sebesar 10,252(Ftabel = 4,49) dengan taraf signifikansi sebesar 0.001. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara koordinasi mata tangan, power otot lengan dan kelentukan otot punggung terhadap kemampuan lemparan atas bola softball dapat diterima kebenarannya. C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1. Hubungan antara Persepsi Kinestetik dengan Kemampuan Kids Javelin Throwing Persepsi kinestetik adalah kemampuan seseorang untuk dapat membayangkan dan menguasai gerak tubuh dalam ruang dan waktu. Seseorang yang mempunyai persepsi kinestetik yang baik akan dapat dengan mudah membayangkan suatu gerak, dan apabila didukung oleh bentuk tubuh yang sesuai, orang tersebut akan mudah mempelajari olahraga khususnya Kids Javelin Throwing. Persepsi kinestetik yang dimiliki oleh atlet akan mempengaruhi performa maupun pencapaian prestasi pada cabang olahraga Kids Athletics, khususnya nomor Kids Javelin Throwing. Hal ini dikarenakan dalam penguasaan teknik Kids Javelin Throwing ada beberapa tahap gerak pelaksanaan yang membutuhkan persepsi kinestetik yang baik terutama pada tahap awalan dan persiapan untuk melempar. Semakin baik persepsi kinestetik yang dimiliki oleh atlet Kids Javelin Throwing, maka teknik gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing akan lebih sempurna untuk menghasilkan jarak lemparan yang maksimal. 90 2. Hubungan antara Koordinasi Mata Tangan dengan Kemampuan Kids Javelin Throwing Koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk merangkaikan bermacam-macam gerakan sedemikian rupa sehingga merupakan gerakan yang bertautan. Koordinasi matatangan merupakan gabungan antara kecermatan pandangan dan melakukan gerakan tangan berdasarkan rangsangan yang diterima oleh mata. Dengan koordinasi mata tangan yang baik, seorang atlet Kids Javelin Throwing akan dapat melaksanakan rangkaian gerak dalam tahapan-tahapan teknik gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing dengan sempurna, khususnya pada tahap gerak melempar lembing untuk menghasilkan sudut dan arah lemparan yang tepat sehingga menunjang pencapaian hasil lemparan yang maksimal. Untuk dapat melakukan lemparan yang maksimal, koordinasi mata tangan yang baik sangat diperlukan dalam gerak melempar yang sifatnya kompleks mulai dari meluruskan lengan semaksimal mungkin ke belakang, dilanjutkan menarik lengan ke depan diikuti putaran pinggul, dengan gerak berkesinambungan dari pergelangan tangan dan telapak tangan serta jari-jari tangan yang menggenggam turbo untuk dilemparkan dengan sudut yang tepat pada timing yang tepat pula agar dapat menghasilkan lemparan yang maksimal. 3. Hubungan antara Power Otot Lengan dengan Kemampuan Kids Javelin Throwing Daya ledak atau power merupakan kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerakan utuh. Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari seluruh lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan yang merupakan penggerak utama dalam pelaksanaan teknik Kids Javelin Throwing. Semakin besarpower otot lengan yang dimiliki oleh latlet, maka akan semakin jauh pula lemparan yang dihasilkan. 91 4. Hubungan antara Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Kids Javelin Throwing Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah (lower body) yang tersusun oleh tulang paha atau tungkai atas, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang betis, tulang pangkal kaki, tulang tapak kaki, dan tulang jari-jari kaki. Fungsinya sebagai penahan beban anggota tubuh bagian atas (upper body) dan segala bentuk gerakan ambulasi. Dalam teknik gerak Kids Javelin Throwing, tungkai memiliki peran dalam melakukan tahap awalan dan sikap siap melempar untuk melakukan tumpuan dan dorongan ketika melempar. Dengan demikian, semakin besar power otot tungkai yang dimiliki oleh atlet, semakin besar daya dorong yang dihasilkan dalam membantu lemparan untuk mencapai jarak lemparan yang maksimal. 5. Hubungan antara Persepsi Kinestetik, Koordinasi Mata Tangan, Power Otot Lengan, dan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Kids Javelin Throwing Semakin baik persepsi kinestetik yang dimiliki oleh atlet Kids Javelin Throwing, maka teknik gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing akan lebih sempurna. Dengan adanya koordinasi tangan yang baik, maka teknik gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing khususnya pada tahap sikap melempar akan menghasilkan sudut dan arah lemparan yang tepat yang menunjang pencapaian jarak lemparan yang lebih maksimal. Atlet yang memiliki persepsi kinestetik yang baik jika didukung dengan adanya power otot lengan yang dimiliki oleh latlet, maka akan semakin jauh pula lemparan yang dihasilkan. Besarnya power otot tungkai yang dimiliki oleh atlet akan membantu dalam pelaksanaan teknik gerak pelaksanaan Kids Javelin Throwing, khususnya pada tahap awalan dan sikap siap melempar ketika tungkai diharuskan dapat melakukan tolakan ataupun tumpuan yang kuat untuk membantu menghasilkan daya dorong lemparan yang kuat. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 92 Persepsi Kinestetik Koordinasi Mata Tangan Kemampuan Kids Javelin Throwing Power Otot lengan Power Otot Tungkai Gambar 9. Bagan Kerangka Pemikiran D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara persepsi kinestetik dengan kemampuan Kids Javelin Throwing. Hubungan antara persepsi kinestetik dengan kemampuan Kids Javelin Throwing memiliki arah hubungan yang negatif atau berlawanan dengan tingkat keeratan hubungan yang rendah. 2. Ada hubungan antara koordinasi mata tangan dengan kemampuan Kids Javelin Throwing. Hubungan koordinasi mata tangan dengan kemampuan Kids Javelin Throwing memiliki arah yang positif dengan tingkat keeratan hubungan yang sedang. 3. Ada hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan Kids Javelin Throwing. Hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan Kids Javelin Throwing memiliki arah yang positif dengan tingkat keeratan hubungan yang kuat. 4. Ada hubungan antara power otot tungkai dengan kemampuan Kids Javelin Throwing. Hubungan antara power otot tungkai dengan kemampuan Kids 93 Javelin Throwing memiliki arah yang positif dengan tingkat keeratan hubungan yang kuat. 5. Ada hubungan antara persepsi kinestetik, koordinasi mata tangan, power otot lengan, dan power otot tungkai dengan kemampuan Kids Javelin Throwing. Hubungan antara antara persepsi kinestetik, koordinasi mata tangan, power otot lengan, dan power otot tungkai dengan kemampuan Kids Javelin Throwing memiliki arah yang positif dengan tingkat keeratan hubungan yang kuat.