ii. tinjauan pustaka

advertisement
12 II.
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam bab ini akan dijelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
judul skripsi “Analisis Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Terhadap Perdagangan
Tekstil Indonesia di Pasar Internasional.”
2.1.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih
baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai
penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai interaksi faktor-faktor tersebut
satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1989:2).
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
daripada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi didalam konteks pembangunan ekonomi hanya
merupakan salah satu aspek yang lebih menekankan pada peningkatan output
agregat khususnya output agregat per kapita atau dapat dikatakan bahwa
keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif yang ditunjukkan
dengan adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi
yang dihasilkan. Terdapat banyak teori pertumbuhan ekonomi, akan tetapi, tidak
satu teori pun yang komprehensif yang dapat menjadi standar yang baku, karena
masing-masing teori memiliki kekhasan sendiri-sendiri sesuai dengan latar
belakang teori tersebut.
13 Adapun beberapa indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat
pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a. Tingkat Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
b. Tingkat Pertumbuhan Produk Nasional Bruto (PNB)
Dalam praktek angka, PNB kurang lazim digunakan, sebaliknya yang
paling populer digunakan adalah PDB, karena angka PDB hanya melihat batas
wilayah dan terbatas pada negara yang bersangkutan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam pembangunan, cepat lambatnya proses
pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusia
selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.
b. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam
dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber
daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembangunan
ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber daya
manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber
daya alam yang dimaksud diantaranya adalah kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan, dan kekayaan laut.
14 c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja
yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas, dan kuantitas
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada
akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan ekonomi.
d. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit
atau pendorong proses pembangunan tetapi, dapat juga menjadi
penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan
diantaranya adalah sikap kerja keras dan cerdas, jujur, ulet, dan
sebagainya.
Adapun
budaya
yang
bersifat
sebagai
penghambat
pembangunan diantaranya adalah sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan
sebagainya.
e. Faktor Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah sumber daya
alam, serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumber daya
modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan
dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktivitas.
Teori klasik juga membahas tentang petumbuhan ekonomi dengan
penekanan pada akumulasi kapital yang dapat meningkatkan output. Teori klasik
15 ini mengasumsikan bahwa fleksibilitas harga dan upah menciptakan kesempatan
kerja penuh (full employement). Faktor utama model ini adalah pertumbuhan
output total dan pertumbuhan penduduk. Adam Smith dalam bukunya yang
berjudul “An Iquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” dengan
menyebutkan teorinya “The Invisible Hands” beranggapan bahwa peningkatan
output atau pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu
peningkatan spesialisasi kerja, sistem pembagian kerja dan penggunaan mesin
untuk meningkatkan produktivitas. Apabila ketiga metode tersebut dilakukan
maka peningkatan akumulasi kapital akan terjadi, yaitu :
Y = f (K, L) … … . … … … … … … … … … … … … … … 1
Dimana K adalah kapital dan L adalah tingkat produktivitas per pekerja.
Hal ini mengandung arti bahwa mekanisme pasar yang tidak memiliki intervensi
pemerintah akan meningkatkan kegiatan ekonomi, dengan demikian akumulasi
kapital dan pertumbuhan output dapat berlangsung. Dengan kata lain, dalam
mekanisme pasar, tanpa adanya intervensi pemerintah menyebabkan pertukaran
barang dan jasa dalam masyarakat akan menghasilkan adanya pembagian kerja
dan spesialisasi, yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas.
2.1.1
Definisi Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator terbaik
dalam mengetahui kinerja perekonomian nasional. Definisi dari Poduk Domestik
Bruto itu sendiri menurut McEachern (2000:146) adalah megukur nilai pasar dari
barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu
negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDB juga biasanya
16 digunakan untuk membandingkan perekonomian suatu negara dari waktu ke
waktu. Terdapat dua tipe dari PDB itu sendiri, antara lain :
1. Produk Domestik Bruto dengan harga berlaku atau PDB nominal, yaitu
nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun
yang dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
2. Produk Domestik Bruto dengan harga tetap atau PDB riil, yaitu nilai
barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai
menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya
digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahuntahun lainnya.
Perubahan PDB yang terjadi mencerminkan perubahan kuantitas output
produksi secara riil. Hal inilah yang dalam keseharian disebut dengan
pertumbuhan ekonomi. Jadi, pengertian pertumbuhan ekonomi tidak lain mengacu
kepada peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi suatu negara
dalam sebuah perekonomian.
Manfaat dengan adanya PDB mengacu kepada peran pemerintah, dalam
hal ini, PDB dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja
perekonomian serta melihat seberapa besar dampak, efisiensi, dan efektifitas
intervensi
pemerintah
terhadap
perekonomian
nasional.
Pemerintah
berkepentingan untuk memantau fluktuasi pendapatan nasional, baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek.
Terdapat dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan PDB
menurut McEachern (2000:147), yaitu :
17 1. Pendekatan pengeluaran adalah dengan menjumlahkan seluruh
pengeluaran agregat terhadap seluruh barang dan jasa akhir yang
diproduksi selama satu tahun. Terdapat empat komponen dalam
perhitungan PDB dengan menggunakan pendekatan ini yaitu,
konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto dengan
persamaan sebagai berikut :
Y = C + I + G + (X-M)… . … … … … . . . . … … … 2
Dimana Y merupakan PDB atau pengeluaran agregat, C merupakan
konsumsi, I merupakan investasi, G merupakan pengeluaran
pemerintah, dan (X-M) merupakan ekspor netto yang diperoleh dari
selisih antara X yang merupakan nilai ekspor dan M merupakan nilai
impor.
2. Pendekatan
pendapatan
adalah
dengan
menjumlahkan
seluruh
pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang
memproduksi output tersebut. Jika diimplikasikan kedalam persamaan
menunjukkan bahwa :
Pengeluaran agregat = PDB = Pendapatan agregat… … … . 3
Dengan kata lain, perhitungan PDB berdasarkan pendekatan
pendapatan ini sama dengan penjumlahan semua pendapatan yang
diterima pemilik sumber daya dalam perekonomian karena sumber
dayanya digunakan dalam proses produksi.
2.2.
Definisi Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setangah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
18 mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga
dalam bentuk jasa.
Terdapat beberapa klasifikasi industri tekstil yang digunakan Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Sektor Hulu (upstream)
Adalah industri pembuat serat, yaitu serat tekstil, kapas, serat sintetik,
serat selulosa, dan bahan baku serat sintetik. Sektor ini merupakan sektor
yang sarat dengan teknologi tinggi dengan peralatan yang serba otomatis.
2. Sektor Menengah (midstream)
Terdiri dari industri pemintalan (spinning), penenunan (weaving), dan
pencelupan atau penyempurnaan (dyeing/finishing). Sektor ini bersifat
padat modal dan teknologi yang digunakan telah berkembang pesat, serta
sangat tergantung pada perubahan teknologi di luar teknologi tekstil.
Meskipun demikian, sektor menengah menyerap tenaga kerja yang lebih
besar dari sektor hulu, terutama pada sub sektor penenunan yang sangat
dipengaruhi oleh hasil kreativitas para designer dalam mengikuti fashion
trend. Di Indonesia, industri penenunan atau perajutan merupakan industri
besar, sedangkan di negara maju justru menjadi industri kecil yang
menerima job order dari industri besar.
3. Sektor Hilir (downstream)
Meliputi industri pakaian jadi (garment) atau produk tekstil, yaitu sektor
padat karya yang tidak padat modal, tetapi dengan modal kerja yang besar.
Industri garmen membutuhkan keputusan yang kompleks dalam
19 memperkirakan input dan outputnya. Adapun yang membuat berbeda
dengan industri lainnya, yaitu bahwa industri garmen adalah industri yang
padat karya, mencerminkan bahwa selama ini sistem komputerisasi tidak
dapat menggantikan keahlian tenaga kerja manusia. Menjahit adalah
contoh utama dimana proses ini tidak dapat diotomatiskan. Kekompakan
dan kecepatan team sangat dibutuhkan, karena fleksibilitas yang tinggi
diperlukan dalam melayani konsumen akhir yang sangat variatif. Melihat
dari segmen pasar dunia yang saat ini dikuasai oleh negara maju, misalnya
Perancis dan Italia untuk tekstil halus, sedangkan untuk tekstil kasar oleh
China. Oleh sebab itu, Indonesia harus berusaha untuk memasuki kelas
antara keduanya, dengan tujuan pasar utama adalah negara berkembang
yang tinggi tingkat perekonomiannya.
2.3.
Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau
nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore, 1997).
Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang
asing. Sedangkan, penurunan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut
depresiasi atas mata uang asing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar adalah laju inflasi relatif,
tingkat pendapatan relatif, suku bunga relatif, kontrol pemerintah, dan ekspektasi.
Adapun beberapa sistem-sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pemerintah,
yaitu:
20 1. Fixed exchange rate system.
Sistem nilai tukar yang ditahan secara bertahap oleh pemerintah atau
berfluktuasi di dalam batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar berubah
terlalu
besar,
maka
pemerintah
akan
mengintervensikan
untuk
memeliharanya dalam batas-batas yang dikehendaki.
2. Freely floating exchange rate system.
Sistem nilai tukar yang ditentukan oleh tekanan pasar tanpa intervensi dari
pemerintah.
3. Managed floating exchange rate system.
Sistem nilai tukar yang terletak diantara fixed system dan freely floating
system, tetapi mempunyai kesamaan dengan fixed exchange rate system,
yaitu pemerintah bisa melakukan intervensi untuk menjaga supaya nilai
mata uang tidak berubah terlalu banyak dan tetap dalam arah tertentu.
Perbedanya dengan freely floating exchange rate system adalah bahwa
managed floating exchange rate system masih lebih fleksibel terhadap
suatu mata uang. Menurut Krugman dan Obstfeld (2000:485), managed
floating exchange rate system adalah sebuah sistem dimana pemerintah
mengatur perubahan nilai tukar tanpa bermaksud untuk membuat nilai
tukar dalam kondisi tetap.
4. Pegged exchange rate system.
Sistem nilai tukar dimana nilai tukar mata uang domestik dipatok secara
tetap terhadap mata uang asing.
21 Dalam teori paritas daya beli atau purchasing power parity merupakan
salah satu teori yang menjelaskan faktor determinan nilai tukar melalui perilaku
eksportir dan importir dalam merespon perubahan biaya relatif atas beberapa
pasar luar negeri (relative cost of national market basket). Seperti contoh, jika
harga barang impor naik sedangkan harga barang domestik tetap, maka barang
impor akan relatif lebih mahal sehingga menurunkan permintaan. Kondisi seperti
ini akan mendorong depresiasi mata uang asing atau apresiasi mata uang
domestik.
Perubahan tingkat harga relatif seperti ini akan mempengaruhi nilai tukar.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar baik jangka
panjang maupun jangka pendek.
Faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka pendek lebih
ditentukan oleh keputusan untuk menyimpan uang dalam bentuk asset, baik asset
keuangan domestik maupun luar negeri. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
niali tukar dalam jangka pendek, yaitu :
1. Perubahan dalam tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return)
dari deposito mata uang asing.
2. Perubahan tingkat suku bunga luar negeri.
3. Perubahan nilai tukar di masa yang akan datang (expected future exchange
rate).
4. Perubahan dalam tingkat pengembalian yang diharapkan dari deposito
mata uang domestik.
5. Perubahan tingkat suku bunga domestik.
22 6. Peningkatan jumlah uang domestik yang beredar (money supply).
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka pendek lebih
menekan kearah mata uang itu sendiri. Seperti contoh, dalam faktor perubahan
money supply, mengasumsikan bahwa jika money supply meningkat, maka harga
domestik dalam jangka panjang juga akan meningkat dan tingkat pengembalian
investasi luar negeri juga akan meningkat.
Di sisi lain, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka
panjang adalah sebagai berikut :
1. Perilaku tingkat harga relatif.
Mengasumsikan bahwa peningkatan harga terhadap barang-barang
domestik akan menyebabkan terjadinya depresiasi mata uang domestik,
begitu juga sebaliknya, jika terjadi penurunan harga barang-barang
domestik akan menyebabkan terjadinya apresiasi mata uang domestik.
2. Permintaan dan pengembangan produk.
Mata uang domestik akan mengalami apresiasi sejalan dengan peningkatan
permintaan barang-barang domestik, begitu juga sebaliknya, mata uang
domestik akan mengalami depresiasi sejalan dengan peningkatan
permintaan barang-barang impor.
3. Produktivitas.
Produktifitas relatif suatu negara yang semakin produktif mencerminkan
terjadinya apresiasi nilai tukar terhadap negara itu sendiri, sebaliknya
semakin tidak produktif suatu negara relatif terhadap negara lain akan
mengakibatkan depresiasi mata uang negara tersebut.
23 4. Restriksi perdagangan internasional (kuota dan tarif).
Penerapan tarif dan kuota akan mengakibatkan mata uang suatu negara
terapresiasi dalam jangka panjang, sedangkan penghapusan tarif dan kuota
akan menyebabkan mata uang suatu negara mengalami depresiasi.
Dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka
panjang diatas, lebih menekankan pada daya beli suatu negara terhadap barangbarang negara lain. Permintaan terhadap barang-barang domestik maupun luar
negeri berpengaruh terhadap perubahan nilai tukar dalam jangka panjang apakah
terapresiasi atau terdepresiasi tergantung dari faktor yang dihadapi negara itu
sendiri.
Beberapa faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai tukar adalah
sebagai berikut :
1. Tingkat inflasi
2. Aktifitas neraca pembayaran
3. Perbedaan suku bunga antar negara
4. Aktivitas pasar valuta asing
5. Kebijakan moneter
2.4.
Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair (2001:635), suku bunga diartikan sebagai
pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari
pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi
dengan jumlah pinjaman. Pengertian suku bunga lainnya menurut Sunariyah
(2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase
24 uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya
yang digunakan oleh debitur yang harus dibayar kepada kreditur.
Terdapat beberapa fungsi dari suku bunga menurut Sunariyah (2004:81)
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai daya tarik bagi para penabung untuk menginvestasikan
dananya.
2. Dapat digunakan sebagai alat moneter dalam mengendalikan
permintaan dan penawaran uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
3. Dapat digunakan oleh pemerintah dalam mengontrol jumlah uang yang
beredar, dengan kata lain, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang
dalam suatu perekonomian.
Fungsi dari suku bunga lainnya dalam perekonomian lainnya menurut
Nopirin (1992:176) adalah bahwa suku bunga dapat digunakan sebagai alokasi
faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang digunakan sekarang dan
di kemudian hari. Terdapat dua jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga
menurut Ramirez dan Khan (1999), yaitu faktor internal meliputi pendapatan
nasional, jumlah uang yang beredar, dan inflasi. Di samping faktor internal, nilai
suku bunga juga ditentukan oleh faktor eksternal yang meliputi suku bunga luar
negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga.
Suku bunga menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997:471) dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
25 1. Suku bunga nominal, adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan
kembali dengan jumlah uang yang dipinjam.
2. Suku bunga riil, adalah rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali
terhadap daya beli uang yang dipinjam. Dengan kata lain, suku bunga
riil dapat diartikan sebagai selisih antara suku bunga nominal dengan
laju inflasi.
Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya tingkat suku
bunga di Indonesia adalah bahwa tingginya tingkat suku bunga terkait dengan
kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, kurangnya
minat masyarakat dalam memanfaatkan jasa bank, dan laju inflasi yang tinggi
mengakibatkan sulitnya menurunkan tingkat suku bunga.
2.5.
Inflasi
Menurut Bodied dan Marcus (2001:331) inflasi merupakan suatu nilai
dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Inflasi
merupakan salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan
akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan
nilai uang. Kenyes dalam “The General Theory of Employment, Interest and
Money” menyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh gap antara kemampuan
ekonomi masyarakat terhadap keinginan-keinginan atas barang-barang. Gap
dalam hal ini diimplikasikan bahwa permintaan masyarakat lebih besar daripada
jumlah ketersediaan dari barang-barang yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan
kenaikan harga barang tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah inflationary
gap.
26 Menurut Kusnadi (1997:227), terdapat beberapa jenis inflasi, diantara
lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inflasi tingkat ringan, yaitu jenis inflasi yang dilihat dari tingkat inflasi
dibawah 10 persen dalam setahun.
2. Inflasi tingkat sedang, yaitu jenis inflasi yang dilihat dari tingkat
inflasi yang berada antara 10 sampai 30 persen dalam setahun.
3. Inflasi tingkat berat, yaitu jenis inflasi yang berada pada tingkat 30
sampai 100 persen dalam setahun.
4. Inflasi tingkat parah, yaitu jenis inflasi yang berada pada tingkat lebih
dari 100 persen. Biasanya disebut dengan hiperinflasi.
2.6.
Pengertian Ekspor - Impor
Ekspor memiliki pengertian sebagai proses transportasi barang atau
komoditas dari suatu negara ke negara lain yang dilakukan secara legal, yakni
dengan melakukan pengeluaran barang yang berasal dari dalam negeri untuk
dikirim ke negara lain.
Impor sendiri memiliki pengertian yang terbalik dengan ekspor, yakni
proses transportasi barang atau komoditas dari satu negara ke negara lain yang
dilakukan secara legal, yaitu dengan cara memasukkan barang dari negara lain ke
dalam negeri.
Kegiatan ekspor impor merupakan faktor penentu dalam menentukan roda
perekonomian suatu negara. Dalam era perdagangan global sekarang ini, arus
barang masuk dan keluar sangatlah cepat. Kegiatan ekspor dilakukan umumnya
untuk mengendalikan nilai barang yang ada di dalam negeri. Jika di sebuah negara
27 jumlah barang terlalu melimpah, akan mengakibatkan nilai barang tersebut jatuh,
maka mengekspor barang tersebut ke negara lain perlu dilakukan untuk
mengendalikan harga.
Kegiatan impor sendiri bersifat terbalik, yakni dilakukan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan akan sesuatu barang yang jumlahnya dirasakan
kurang untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Selain itu juga, bertujuan untuk
menjaga agar kelangkaan barang karena kurangnya kebutuhan yang ada tidak
menyebabkan harga melonjak.
Manfaat lain yang di dapat dari kegiatan ekspor impor adalah sebagai
berikut :
1. Adanya devisa dalam kegiatan ekspor impor akan menambah pendapatan
bagi suatu negara.
2. Dapat meningkatkan perekonomian rakyat.
3. Dapat mendorong berkembangnya kegiatan industri.
4. Memacu pertumbuhan ekonomi.
2.7.
Pentingnya Perdagangan Internasional Bagi Perekonomian
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu
dengan individu), antar individu dengan pemerintah suatu negara, atau pemerintah
suatu negara dengan pemerintah negara lain.
28 Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengapa suatu negara
melibatkan dirinya dalam perdagangan internasional. David Ricardo (1817)
mengembangkan teori keunggulan komparatif (comparative advantage) atas dasar
perbedaan kemampuan teknologi antar negara. Eli Heckscher dan Bertil Ohlin
berpendapat bahwa perbedaan kekayaan faktor produksi yang dimiliki suatu
negara dengan negara lainnya merupakan alasan mengapa suatu negara terlibat
dalam perdagangan internasional.
Menurut Lindert dan Kindleberger (1993), perdagangan internasional
dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan
penawaran yang bersaing. Pada dasarnya, perdagangan yang terjadi antar negara
timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran.
Dalam kenyataannya tidak ada negara di dunia ini yang dapat memenuhi
semua kebutuhan masyarakatnya dengan memproduksi barang sendiri. Oleh sebab
itu,
peranan
perdagangan
internasional
dibutuhkan
untuk
menunjang
pembangunan suatu negara dalam hal pembangunan, peningkatan pengetahuan,
dan pengalaman dalam pembangunan. Haberler berpendapat, “Perdagangan
internasional telah memberikan sumbangan luar biasa bagi pembangunan negara
kurang berkembang di abad ke-19 dan ke-20, serta diharapkan sumbangan
tersebut akan sama di masa datang.”
Beberapa manfaat yang dirasakan suatu negara akibat adanya perdagangan
internasional, antara lain adalah manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Manfaat langsung yang dirasakan suatu negara akibat adanya perdagangan
internasional adalah negara mendapatkan keuntungan yang dapat meningkatkan
29 pendapatan nasional yang pada gilirannya akan meningkatkan output dan laju
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pembangunan ekonomi, memperluas pasar
dan merangsang investasi, pendapatan dan tabungan melalui alokasi sumberdaya
dengan lebih efisien, serta membantu mengalihkan sektor pangan (subsisten) ke
sektor uang.
Disamping manfaat langsung yang dapat dirasakan suatu negara akibat
adanya perdagangan internasional, juga terdapat beberapa manfaat tidak langsung
seperti perdagangan internasional mendorong pemakaian mesin, mendorong
penemuan dan pembaharuan, meningkatkan produktivitas buruh, menurunkan
biaya dan membawa kearah pembangunan ekonomi, serta mendorong persaingan
yang sehat dan mencegah monopoli.
Adapun peranan perdagangan internasional dalam pertumbuhan ekonomi,
diantaranya :
1. Efek perdagangan internasional terhadap pertumbuhan ekonomi
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan
adalah
perdagangan
internasional.
Salvatore
menyatakan
bahwa
perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan (trade as engine of
growth, Salvatore). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor
dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya
dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005)
menyatakan pada awal tahun 1980-an, Indonesia menetapkan kebijakan
yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut
30 menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan di
Indonesia.
2. Efek terhadap produksi
Perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap
sektor produksi di dalam negeri. Secara umum, kita bisa menyebutkan
empat macam pengaruh yang bekerja melalui adanya spesialisasi produk,
kenaikan surplus investasi, kenaikan produktivitas, dan vent for surplus.
3. Efek terhadap neraca perdagangan
Neraca Perdagangan (Balance of Trade) adalah sebuah ukuran selisih
antara nilai impor dan ekspor atas barang nyata dan jasa. Tingkat neraca
perdagangan dan perubahan ekspor dan impor diikuti secara luas dalam
pasar valuta asing. Efek terhadap neraca perdagangan cenderung
menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak
mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat
memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globalisasi
terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran netto pendapatan faktor
produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing
yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan
(pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak
berkembangnya
ekspor
dapat
berakibat
buruk
terhadap
neraca
pembayaran.
Beberapa
faktor
lain
yang
mendorong
timbulnya
perdagangan
internasional antar negara bersumber dari keinginan memperluas pemasaran
komoditas yang diproduksi oleh suatu negara, memperbesar perolehan devisa bagi
31 kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar
negara, serta akibat perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas
tertentu.
2.8.
Model Umum Vector Autoregression (VAR)
Vector Autoregression (VAR) biasa digunakan untuk memproyeksikan
sistem variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis
dari faktor gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya,
analisis VAR bisa dipadankan dengan suatu model persamaan simultan. Oleh
karena itu, dalam analisis VAR, kita mempertimbangkan beberapa variabel
endogen secara bersama-sama dalam suatu model. Perbedaannya dengan model
persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam analisis VAR, masing-masing
variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi oleh
nilai masa lalu dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati.
Disamping itu, dalam analisis VAR biasanya tidak ada variabel eksogen dalam
model tersebut.
Pada dasarnya, analisis VAR meliputi :
1. Uji akar unit (Unit Root Test)
Uji akar unit ini digunakan untuk melihat apakah data yang diamati
stasioner atau tidak. Uji ini merupakan pelengkap dari analisis VAR,
dimana mengingat tujuan dari analisis VAR adalah untuk menilai adanya
hubungan timbal balik diantara variabel-variabel yang diamati dan bukan
tes untuk data. Akan tetapi, apabila data yang diamati adalah stasioner, hal
ini akan meningkatkan akurasi dari analisis VAR.
32 2. Uji Hipotesis (Hyphothesis Testing)
Uji hipotesis terdiri dari :
1. Likelihood Ratio Test
Digunakan untuk menguji hipotesis mengenai berapakah jumlah
lag yang sesuai untuk model yang diamati.
2. Granger Causality Test
Digunakan
untuk
menguji
apakah
suatu
variabel
bebas
(independent variabel) meningkatkan kinerja forecasting dari
variabel tak bebas (dependent variabel).
3. Innovation Accounting
Pada dasarnya tes ini digunakan untuk menguji struktur dinamis dari
sistem variabel dalam model yang diamati, yang dicerminkan oleh variabel
inovasi (innovation variabel). Dengan kata lain, tes ini merupakan tes
terhadap variabel inovasi (innovation variabel) yang terdiri dari :
1. The Impulse Responses
Digunakan untuk melihat efek gejolak (shock) suatu standar
deviasi dari variabel inovasi terhadap nilai sekarang (current time
values) dan nilai yang akan datang (future values) dari variabelvariabel endogen yang terdapat dalam model yang diamati.
2. The Cholesky Decomposition
Biasa disebut The Variance Decomposition yang memberikan
informasi mengenai variabel inovasi yang relatif lebih penting
dalam sistem VAR. Pada dasarnya, tes ini merupakan metode lain
untuk menggambarkan sistem dinamis yang terdapat dalam VAR.
33 Tes ini digunakan untuk menyusun perkiraaan error variance suatu
variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara variance sebelum
dan sesudah shock, baik shock yang berasal dari variabel itu sendiri
maupun shock dari variabel lain.
Secara umum model persamaan VAR adalah seperti berikut (Enders,
2004) :
Yt = Ao + A1Yt-1 + A2Yt-2 +……+ ApYt-p + εt … … … . . . … … … 4
Dimana :
Yt
= vektor peubah tak bebas (Yt,t….Yt,t) berukuran nx1
A0
= vektor intersep berukuran nx1
Ap
= matrik parameter berukuran nx1 untuk setiap i=1,2,…p
εt
= vektor sisaan (ε1,t…. εn,t) berukuran nx1
Asumsi yang harus dipenuhi pada analisis VAR yaitu, semua peubah tak
bebas harus bersifat stasioner dan semua sisaan harus bersifat white noise yaitu,
memiliki rataan nol, tidak ada korelasi diantara peubah tak bebas dan ragam
konstan.
Bentuk hubungan kausalitas VAR berdasarkan pada pemikiran Granger
tentang penelitian hubungan kausalitas diantara dua variabel dapat dilakukan
dengan memasukkan unsur waktu. Uji kausalitas Granger menyatakan bahwa
variabel X mempengaruhi variabel Y jika nilai X baik saat ini maupun nilai
periode masa lalu dapat memprediksi Y lebih akurat dibandingkan bila tidak
menggunakan variabel X. Benuk persamaan hubungan bivariat X dan Y dengan
memasukkan distributes lags sampai dengan ukuran tertentu secara umum adalah:
34 Y = a0 + a1X1 + a2X1-1 +….+ ajX1-m + b1Y-1 +….+ bjY-m + U1… … 5
Y = a0 = b1Y-1 + b2Y-2…. + bjY-m + U2 … … … … … … … … 6
VAR Unrestricted VAR
Restricted VAR
Data stasioner pada level
Data tidak stasioner pada level
1. Analisis VAR yang
didasarkan pada teori
2. Urutan peubah untuk
diurutkan berdasarkan
korelasi terkuat
VAR
1. Tidak
terkointegrasi
VAR First Difference
2. VECM ÎAnalisi VAR
yang terkointegrasi
S.VAR
Gambar 2.1 Alur Estimasi Vector Autoregression (VAR)
35 Langkah-langkah dalam analisis VAR :
1. Uji Stasioneritas
2. Uji Kausalitas Granger
3. Uji Kointegrasi Î Johansen Cointegration
4. Uji Optimum Lag
5. Uji Stabilitas VAR
6. Model VECM
7. Forecast
Keunggulan dari analisis VAR antara lain adalah sebagai berikut :
1. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan kausalitas dan juga
model ini sederhana, digunakan untuk bentuk data yang berupa time
series. Namun, model VAR ini digunakan untuk selang waktu jangka
pendek, berbeda dengan VECM yang dapat digunakan untuk selang waktu
jangka panjang.
2. Metode ini sederhana, kita tidak perlu dikhawatirkan dalam membedakan
variabel endogen dan eksogennya.
3. Estimasinya sederhana, dimana metode OLS biasa dapat diaplikasikan
pada tiap-tiap persamaan secara terpisah.
4. Hasil perkiraan (forecast) yang diperoleh dengan menggunakan metode ini
dalam banyak kasus lebih baik dibandingkan dengan hasil yang didapat
apabila menggunakan model persamaan simultan yang kompleks.
5. Analisis VAR juga merupakan alat analisis yang sangat berguna, baik
dalam memahami adanya hubungan timbal balik (interrelationship) antara
36 variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model
ekonomi berstruktur.
2.9.
Penelitian Terdahulu
2.9.1 Penelitian tentang Industri Tekstil dan modelnya
Penelitian Purnamaningrum (1998), menganalisis perkembangan ekpor
dan daya saing industri tekstil Indonesia tahun 1986-1997 dengan menggunakan
metode CMS, RCA, dan Indeks Penetrasi Pasar. Temuannya menunjukkan bahwa
pada periode tahun 1986-1992 ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia
meningkat bervariasi. Tahun 1993 dan 1994 mengalami penurunan, sedangkan
tahun 1995 dan 1996 mengalami peningkatan yang lambat. Pada tahun 1997
ekspor tekstil justru turun kembali. Peningkatan dan penurunan ekspor tekstil dan
pakaian jadi Indonesia di pasar tujuan, terutama pasar non kuota lebih banyak
disebabkan oleh efek daya saing dan efek pertumbuhan dunia. Secara umum,
industri tekstil Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Hal ini didasarkan
pada rata-rata nilai RCA yang lebih dari 1.
Penelitian Pracoyo (1995) berkaitan dengan ekspor tekstil yang
menggunakan data time series tahun 1983-1992 dan menggunakan metode
analisis 2SLS. Pracoyo mengadopsi model permintaan dan penawaran ekspor,
khususnya untuk negara industri yang baru berkembang (seperti Hong Kong)
yang telah dilakukan oleh Muscatelli, Srinivasan, dan Vines (1992). Hasil
adaptasinya disebutkan bahwa penawaran ekspor tekstil Indonesia dipengaruhi
oleh harga tekstil per satuan, biaya bahan baku, besarnya tingkat upah, tarif, dan
perubahan teknologi. Sedangkan dari sisi permintaan, ekspor tekstil Indonesia
37 dipengaruhi oleh harga tekstil domestik, harga tekstil dunia, harga barang
substitusi (yaitu harga wool di pasar dunia), pendapatan negara lain, dan selera
konsumen. Disimpulkan bahwa penurunan tarif akan mendorong perdagangan
dunia menjadi lebih kompetitif. Besarnya variabel tarif dalam fungsi permintaan
dan penawaran mempunyai pengaruh yang positif terhadap kuantitas yang
ditawarkan dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, variabel tarif
mempunyai pengaruh yang negaif terhadap kuantitas yang ditawarkan.
Penelitian dengan menggunakan metode pendugaan Ordinary Least
Squares (OLS) dilakukan oleh Wintala (1999). Kesimpulan yang diperoleh adalah
ekspor tekstil Indonesia ke Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang pada tahun 19781997 menunjukkan trend yang positif dan signifikan secara statistik. Devaluasi
Rupiah, kenaikan cadangan devisa, peningkatan jumlah penduduk, dan indeks
harga sandang cenderung menaikkan volume ekspor tekstil Indonesia.
Dari beberapa telaah penelitian tentang industri tekstil yang telah
dilakukan tersebut telah memberikan gambaran tentang perkembangan dan
perdagangan industri tekstil di Indonesia melihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Namun demikian, keterkaitan antara pergerakan nilai tukar
dengan perkembangan atau pertumbuhan dan perdagangan tekstil di Indonesia,
belum dieksplorasi lebih mendalam. Oleh sebab itu, pada penelitian kali ini,
dianalisis keterkaitan antara pergerakan nilai tukar terhadap perdagangan tekstil di
Indonesia.
Analisis penelitian ini dimulai secara spesifik dengan menganalisis
perdagangan tekstil di Indonesia berdasarkan dari faktor pergerakan nilai tukar
38 rupiah. Kemudian dilanjutkan dengan mengkaitkan pertumbuhan industri tekstil
dengan variabel pertumbuhan ekonomi seperti Produk Domestik Bruto (PDB),
suku bunga, dan inflasi.
2.9.2
Penelitian tentang Nilai Tukar dan modelnya
Penelitian yang dilakukan oleh Kania (2005) dengan menggunakan
metode VAR pada tahap pengujian kausalitas Granger dengan tujuan mengetahui
interaksi antara nilai tukar, suku bunga deposito dan harga saham antara tahun
1995-2004 menyimpulkan bahwa tidak adanya hubungan kausalitas Granger
antara perubahan harga saham terhadap nilai tukar pada periode krisis Indonesia
dan Singapura. Hanya terdapat beberapa hubungan kausalitas Granger yang
terjadi antara Malaysia dan Filipina pada lag 4.
Penelitian yang dilakukan oleh Octaviana (2007) dengan menggunakan
metode analisis regresi linear berganda menyimpulkan bahwa secara bersamaan
pengaruh yang sangat signifikan ditunjukkan antara nilai tukar rupiah dan tingkat
suku bunga SBI terhadap indeks harga saham gabungan di bursa efek jakarta
dengan melihat dari nilai Fhitung periode 2003-2005. Begitu juga jika dipandang
secara parsial dimana pengaruh yang signifikan juga terjadi antara nilai tukar
rupiah dan tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG di bursa efek jakarta dengan
melihat dari nilai Thit pada periode 2003-2005.
39 2.10.
Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan perdagangan sektor manufaktur di Indonesia tidak terlepas
dari kontribusi peran subsektor tekstil dan produk tekstil yang masih sangat
berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini
dikarenakan produk dari sektor tekstil yang dirasa masih cukup signifikan dalam
hal permintaan dan penawaran melihat dari erat kaitannya terhadap kebutuhan
sandang seseorang. Disamping untuk kebutuhan sandang, beberapa sektor
manufaktur lainnya ternyata juga masih membutuhkan produk dari tekstil itu
sendiri.
Melihat dari sisi permintaan dan penawaran produk tekstil ini tak lepas
kaitannya dengan pergerakan nilai tukar, suku bunga, dan inflasi suatu negara
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap angka PDB yang merupakan
indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Melihat dari grafis diatas yang
berupa kerangka pemikiran, menggambarkan alur darri hubungan keterkaitan
antara volume ekspor tekstil dengan melihat ke beberapa faktor penentunya. Jika
kita melihat dari peran suku bunga, nilai tukar, dan inflasi dalam mempengaruhi
volume ekspor tekstil Indonesia, kenaikan suku bungan yang terjadi di Indonesia
akan berpotensi terapresiasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Dengan terapresiasinya mata uang rupiah maka, pihak asing akan merasa
bahwa harga dari nilai impor tekstil cukup tinggi. Dengan harga yang cukup tinggi
ini, pihak importir akan mengurangi volume ekspor tekstil dari Indonesia. Begitu
juga sebaliknya, terdepresiasinya nilai tukar rupiah akan membuat pihak importir
meningkatkan volume ekspor tekstil dari Indonesia dikarenakan harga dari nilai
impor tekstil dari Indonesia dirasa cukup rendah. Dari keadaan tersebut cukup
40 jelas bahwa perbedaan tingkat volume ekspor tekstil di Indonesia dipengaruhi dari
tingkat daya beli negara importir, yaitu dilihat dari faktor suku bunga dan nilai
tukar.
Tingkat inflasi suatu negara pada dasarnya mampu mempengaruhi tingkat
volume ekspor tekstil Indonesia. Namun, tingkat inflasi ini lebih signifikan
terlihat jelas di pasar domestik. Meningkatnya tingkat inflasi Indonesia yang
diakibatkan nilai tukar rupiah yang melemah, akan menurunkan daya beli produk
tekstil di pasar domestik yang secara tak langsung justru meningkatkan
permintaan dan penawaran produk tekstil Indonesia di pasar internasional.
Dari penjelasan diatas dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor seperti
suku bunga, nilai tukar, dan inflasi jelas mempengaruhi perdagangan tekstil dilihat
dari perbedaan tingkat volume ekspor tekstil itu sendiri. Adanya perbedaan
volume ekspor tekstil Indonesia, secara langsung akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia dilihat dari nilai PDB. Peningkatan volume
ekspor tekstil Indonesia akan meningkatkan menandakan peningkatan permintaan
sektor manufaktur yang nantinya akan meningkatkan nilai PDB Indonesia, dan
begitu juga sebaliknya.
41 Perdagangan
Tekstil
Domestik
Internasional
Suku Bunga
Nilai Tukar
Ekspor textile
Impor textile
Inflasi
Volume Ekspor Tekstil
PDB
Pertumbuhan
Ekonomi
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Keterangan :
= Variabel yang di bahas 42 2.11.
Perkembangan Industri Tekstil di Indonesia
Pada awal pemerintahan Orde Baru, kegiatan industri tekstil terbatas pada
penenunan dan pemintalan dalam jumlah yang masih sangat sedikit. Tujuan
produksinya hanya masih terkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri
dan produk tekstil yang dihasilkan masih sangat sederhana, karena sebagian besar
berbentuk kain. Perkembangan industri tekstil ini berkaitan dengan strategi
pengembangan industrialisasi nasional yang berorientasi pada subtitusi impor,
yang distimulasi pula dengan penjatahan kain mori dan benang. Proses
pendalaman struktur industri tekstil terjadi pada pertengahan tahun 1970-an, saat
para pengusaha tekstil terjun dalam pembuatan serat sintetik dan mulai melakukan
ekspor.
Namun, sejalan dengan perkembangan industrialisasi saat ini yang
semakin pesat, jika melihat peranan industri tekstil dan produk tekstil Indonesia
terhadap PDB dan ekspor, ternyata Kementrian Perindustrian Indonesia secara
tegas telah menetapkan beberapa sasaran strategis untuk tahun 2010-2014 dalam
rangka meningkatkan daya saing industri nasional, antara lain :
1. Meningkatkan nilai tambah industri.
2. Meningkatkan penguasaan pasar domestik dan internasional.
3. Meningkatkan
kemampuan
sumber
daya
kewirausahaan.
4. Meningkatkan penguasaan teknologi industri.
5. Melengkapi dan memperkokoh struktur industri.
6. Pemerataan industri keluar pulau Jawa.
manusia
industri,
dan
43 7. Meningkatkan peran IKM terhadap PDB.
Sesuai dengan Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Kementrian Perindustrian
ditugaskan untuk melakukan revitalisasi di beberapa industri, termasuk industri
tekstil.
Download