Gardnerella bacteria in Bacterial Vaginosis Causes of Vaginal

advertisement
Review Article:
Gardnerella bacteria in Bacterial Vaginosis
Causes of Vaginal Infections In Women
Emma Kamelia*
Dental Health Study Program, Tasikmalaya Health Polytechnic, West Java, Indonesia
Abstract: Bacterial Vaginosis (BV) is most often encountered as a cause of vaginal
infections in women of childbearing age. BV is a disturbance of the biological and
chemical balance of the normal vaginal flora. BV related microorganisms are Gardnerella
vaginalis, Gardnerella vaginalis germ is considered the cause of non-specific vaginitis.
The typical symptom of non-specific vaginitis is the change of vaginal flora. BV is most
commonly found in women of reproductive, sexually active age, including lesbian,
pregnant women, female users of contraceptive devices in the uterus and performing
vaginal rinses. The specific cause of this BV is still unknown. BV incidents are
associated with multiple sexual partners, new sexual partners, and previous history of
sexually transmitted infections (STIs), but whether BV is considered to be an STI is
controversial. In this article review will discuss about the bacteria vaginosis cause of
infection in the vagina
Keywords: Bacterial Vaginosis (BV), Vaginal infections, Gardnerella vaginalis,
Abstrak
Bakterial Vaginosis (BV) paling sering dijumpai sebagai penyebab infeksi vagina pada wanita
usia subur. BV merupakan gangguan keseimbangan biologi dan kimiawi dari flora normal
vagina. Mikroorganisme yang terkait dengan BV adalah Gardnerella vaginalis, Saat ini para ahli
menyatakan kuman Gardnerella vaginalis dianggap sebagai penyebab vaginitis nonspesifik.
Gejala khas pada vaginitis nonspesifik ialah terjadinya perubahan flora vagina. BV paling sering
ditemukan pada perempuan usia reproduktif, aktif seksual, termasuk lesbian, ibu hamil,
perempuan pengguna alat kontrasepsi dalam rahim dan melakukan bilas vagina. Penyebab
spesifik BV ini masih belum diketahui pasti. Kejadian BV dihubungkan dengan pasangan seksual
multipel, pasangan seksual baru, dan riwayat infeksi menular seksual (IMS) sebelumya, namun
apakah BV dianggap sebagai salah satu IMS masih diperdebatkan. Dalam review artikel ini akan
dibahas tentang bakteri vaginosis penyebab infeksi pada vagina.
Kata kunci: Bakterial Vaginosis (BV), infeksi vagina, Gardnerella vaginalis,
1. PENDAHULUAN
Bakterial vaginosis (BV) merupakan sindrom klinis, yang disebabkan oleh bertambah banyaknya
organisme komersial dalam vagina (yaitu Gardanerella vaginalis, Provotella, Morbiluncus spp.)
serta berkurangnya organisme laktobasilus terutama Lactobasillus yang menghasilkan hidrogen
peroksida. Pada vagina yang sehat, laktobasilus ini mempertahankan suasana asam dan aerob.
Penyebab spesifik BV ini masih belum diketahui pasti. Kejadian BV dihubungkan dengan
pasangan seksual multipel, pasangan seksual baru, dan riwayat infeksi menular seksual (IMS)
sebelumya, namun apakah BV dianggap sebagai salah satu IMS masih diperdebatkan. Pernah
dilaporkan bahwa BV dapat terjadi pada perempuan yang belum pernah melakukan hubungan
seksual genito-genital. Meskipun demikian, perempuan yang terkena BV ini lebih beresiko
terkena IMS lainnya, termasuk infeksi HIV [1]. BV seringkali disebut sebagai vaginal bacteriosis
[2] adalah penyakit pada vagina yang disebabkan oleh bakteri. BV disebabkan oleh gangguan
kesimbangan flora bakteri vagina dan seringkali dikacaukan dengan infeksi jamur (kandidiasis)
atau infeksi trikomonas [3,4]. Infeksi BVdinyatakan sebagai infeksi polimikrobial yang
disebabkan oleh penurunan jumlah laktobasilus dikuti oleh peningkatan bakteri anaerob yang
berlebihan. Keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai dengan perubahan
konsentrasi hidrogen peroksida (H2O2) hasil produksi flora normal Lactobacillus di vagina.
Penurunan konsentrasi H2O2 digantikan oleh peningkatan konsentrasi bakteri anaerob
(Mobiluncus, Provetella,Peptostreptococcus, Bacteroides dan Eubacterium) dan bakteri fakultatif
(Gardnerella vaginalis, Mycoplasma ominis, Enterococcus dan grup β Streptococcus). Perubahan
ini umumnya ditandai dengan produksi sekret vagina yang banyak, berwarna abu-abu, tipis,
homogen, berbau amis dan terdapat peningkatan pH. BV dapat menimbulkan masalah infeksi
traktus genitalis,misalnya infeksi intra amnion yang akan menyebabkan gangguan atau penyulit
selama kehamilan,antara lain kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), infeksi
panggul (Pelvic Inflammatory Dissease/PID) setelah persalinan, bahkan dapat terjadi abortus.
Kejadian BV terjadi tidak hanya pada wanita dewasa, pada remaja putri yang punya pengalaman
sex pra nikah beresiko terinfeksi, kejadiaan ini diperparah dengan semakin meningkatnya
perilaku remaja melakukan hubungan sex di usia remaja.[1,18]
2.PEMBAHASAN
Bakterial vaginosis adalah kondisi vagina yang dapat menghasilkan vagina yang bernanah dan
hasil dari pertumbuhan berlebih dari bakteri normal dalam vagina. Adanya infeksi ini,
mencerminkan fakta bahwa ada beberapa jenis bakteri yang secara alami hidup di daerah vagina
dan dapat tumbuh secara berlebihan (medicinenet.com). Bacterial vaginosis (BV) adalah suatu
kondisi patologis dimana terjadi perubahan ekologi vagina oleh karena pertumbuhan
Lactobacillus yang merupakan flora normal dominan pada vagina digantikan oleh bakteri lain
seperti Gardnerella vaginalis dan bakteri-bakteri anaerob lainnya. Bakterial vaginosis umumnya
terjadi karena pengurangan jumlah hidrogen peroksida normal yang memproduksi lactobacilli
dalam vagina. Salah satu penyebab bakterial vaginosis adalah organisme Gardnerella vaginitis,
namun organisme tersebut bukan satu-satunya penyebab bakterial vaginosis. Bila beberapa jenis
bakteri menjadi tidak seimbang, seorang wanita dapat mengalami bakterial vaginosis. Meskipun
tidak berbahaya, tetapi kondisi ini dapat mengganggu. Gardnerella vaginalis sendiri juga
merupakan bakteri anaerob batang gram-variable yang mengalami hiperpopulasi sehingga
menggantikan flora normal vagina dari yang tadinya bersifat asam menjadi bersifat basa.
2.1.Gejala & Tanda
Gejala utama BV adalah keputihan homogen yang abnormal (terutama pasca sanggama) dengan
bau tidak sedap [5]. Cairan keputihan berada di dinding vagina dan tidak disertai iritasi, nyeri
atau eritema. Tak seperti halnya dengan keputihan vagina normal, keputihan pada BV jumlahnya
bervariasi dan umumnya menghilang sekitar 2 minggu sebelum haid.
2.2. Etiologi
Bakterial vaginosis disebabkan oleh
1 ketidakseimbangan flora alami bakteri (bakteri yang biasa ditemukan dalam vagina wanita).
Bakterial vaginosis tidak sama dengan kandidiasis (infeksi jamur) atau kandidiasis (infeksi
jamur) Trichomonas vaginalis (trikomoniasis) yang tidak disebabkan oleh bakteri.
2. Mikroorganisme yang terkait dengan BV seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus
Bacteroides dan Mycoplasma. Perubahan dalam flora vagina normal akibat penggunaan
antibiotika atau gangguan keseimbangan pH sehingga terjadi pertumbuhan berlebihan dari
bakteri lain.
4. Anemia defisiensi zat besi merupakan prediktor kuat adanya BV pada ibu hamil [6].
2.3. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis BV harus dilakukan hapusan vagina yang selanjutnya diperiksa
mengenai :
1. Bau khas “fishy odor” pada preparat basah yang disebut sebagai “whiff test” yang
dilakukan dengan meneteskan potassium hydroxide-KOH pada microscopic slide yang
sudah ditetesi dengan cairan keputihan.
2. Hilangnya
keasaman
vagina.
Seperti
diketahui,
bahwa
untuk
mengendalikan
pertumbuhan bakteri, pH vagina berkisar antara 3.8 – 4.2. Pemeriksaan dengan kertas
lakmus yang memperlihatkan adanya pH > 5 memperlihatkan terjadinya BV.
3. Adanya clue cells . Cara pemeriksaan adalah dengan meneteskan larutan NaCl pada
microscop slide yang telah dibubuhi dengan cairan keputihan. Clue cell adalah sel epitel
yang dikelilingi oleh bakteri
clue cells .
2.4. Diagnosa Banding :
Keputihan normal, Kandidiasis (infeksi jamur) dan Trikomoniasis, yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis.
2.5. Gambaran Klinik
Diagnosa VB atas dasar Kriteria Amsel [7]
1. Cairan vagina berwarna putih kekuningan, encer dan homogen
2. Clue cells pada pemeriksaan mikroskopik
3. pH vagina >4.5
4. Whiff Test positif (bau amis timbul setelah pada cairan vagina diteteskan larutan KOH potassium hydroxide
Konfirmasi diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 4 kriteria diatas [8]
Alternatif diagnosis :
Dengan melakukan pengecatan gram pada hapusan vagina dengan kriteria Hay/Ison atau Kriteria
Nugent [9] . Kriteria Hay/Ison : (Hay et al., 1994)
•
Grade 1 (normal) : predominasi dari morfotipe laktobasilus
•
Grade 2 (intermediate) : Flora campuran dengan sejumlah kecil laktobasilus dan
Gardnerella dan Mobiluncus
•
Grade 3 (vaginosis bakterial) : predominasi dari Gardnerella dan atau morfotipe
Mobiluncus. Latobasilus minimal atau tak ditemukan
Standard untuk penelitian adalah menggunakan Kriteria Nugent [10]. Kriteria ini menggunakan
skoring 0 – 10, yaitu:
•
Skore 0 – 3 , diagnosis BV negatif
•
Skore 4 – 6 , intermediate
•
Skore > 7 , diagnosis BV positif
Penelitian terbaru [11] membandingkan antara pengecatan gram dengan kriteria Nugent dan
Hibridisasi DNA Affirm VPIII dalam penegakkan diagnosa BV. Test Affirm VPIII dapat
mendeteksi 93% sediaan vagina yang positif BV melalui pemeriksaan pengecatan Gram.
Sensitivitas Affirm VPIII test adalah 87.7% dan spesifisitas nya 96% dan dapat digunakan untuk
penegakkan
diagnosa
BV
secara
cepat
pada
penderita
BV
2.6. Terapi
Antibiotika
Metronidazole atau clindamycin peroral atau lokal adalah trerapi yang efektif [12], namun angka
kekambuhan juga cukup tinggi [13]. Regimen medikamentosa umum adalah Metronidazol 500
mg 2 dd 1 (setiap 12 jam) selama 7 hari [14].
2.7. Komplikasi
Meningkatnya kepekaan terhadap IMS termasuk infeksi HIV dan komplikasi pada ibu hamil.
2.8. Epidemiologi
Diperkirakan 1 dari 3 wanita terserang dengan BV dalam satu episode kehidupan mereka
3. KESIMPULAN
Vaginosis bakterial adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan
bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang
mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina. Secara klinik, untuk menegakkan
diagnosis vaginosis bacterial harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya
sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan
KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
(4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
Bacterial vaginosis (BV) adalah suatu kondisi patologis dimana terjadi perubahan ekologi
vagina oleh karena pertumbuhan Lactobacillus yang merupakan flora normal dominan pada
vagina digantikan oleh bakteri lain seperti Gardnerella vaginalis dan bakteri-bakteri anaerob
lainnya.1-3 Penyebab BV pada umumnya belum diketahui secara jelas, namun BV dapat
dihubungkan dengan adanya peningkatan pH vagina dan perubahan sekret vagina [1,17]. BV
merupakan penyakit yang hingga saat ini diagnosis dan penanganannya masih problematik.
Bakterial vaginosis (BV) disebabkan oleh faktor-faktor yang mengubah lingkungan asam normal
di vagina menjadi keadaan basa yang mendorong pertumbuhan berlebihan bakteri-bakteri
penghasil basa. Lactobacillus adalah bakteri predominan di vagina dan membantu
mempertahankan sekresi vagina yang bersifat asam (produksi hidrogen peroksida/ H2O2).
Faktor-faktor yang dapat mengubah pH melalui efek alkalinisasi antara lain adalah mukus
serviks, semen, darah haid, mencuci vagina (douching), pemakaian antibiotik, dan perubahan
hormon saat hamil dan menopause. Faktor-faktor ini memungkinkan meningkatnya pertumbuhan
Gardnerella vaginalis, Mucoplasma hominis, dan bakteri anaerob. Metabolisme bakteri anaerob
menyebabkan lingkungan menjadi basa yang menghambat pertumbuhan bakteri lain [1,15].
Kepentingan diagnosis didasarkan pada pendapat umum bahwa BV merupakan salah satu
penyakit menular seksual (PMS ). Tes pH vagina mempunyai nilai sensitivitas tinggi dan
reliabilitas yang sangat baik meskipun spesifisitasnya rendah. Namun demikian, dalam skrining
sensitivitas yang tinggi lebih diperlukan daripada spesifisitas. Oleh karena itu, tes pH vagina
dapat digunakan sebagai alat skrining BV pada ibu hamil. Manifestasi klinis : Wanita dengan
bakterial vaginosis (BV) dapat tanpa gejala. Gejala yang paling sering pada BV adalah adanya
cairan vagina yang abnormal (terutama setelah melakukan hubungan seksual) dengan adanya bau
vagina yang khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy odor) [1,15, 16]. Bau tersebut disebabkan oleh
adanya amin yang menguap bila cairan vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa (pH 7,2)
menimbulkan terlepasnya amin dari perlekatannya pada protein dan amin yang menguap
menimbulkan bau yang khas. Walaupun beberapa wanita mempunyai gejala yang khas, namun
pada sebagian besar wanita dapat asimptomatik. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal,
rasa terbakar), kalau ditemukan lebih ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis atau C.albicans. Sepertiga penderita mengeluh gatal dan rasa terbakar, dan seperlima
timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen, dispareuria, atau nyeri waktu kencing
jarang terjadi, dan kalau ada karena penyakit lain. [1,15]. kriteria dalam menegakkan diagnosis
bakterial vaginosis (BV). Umumnya digunakan kriteria Amasel, berdasarkan 3 dari 4 penemuan
berikut: [1,16].
1.Duh tubuh vagina berwarna putih keabu-abuan, homogen, melekat di vulva dan vagina
2.Terdapat clue-cells pada duh vagina (>20% total epitel vagian yang tampak pada pemeriksaan
sediaan basah dengan NaCl fisiologis dan pembesaran 100 kali)
3.Timbul bau amis pada duh vagina yang ditetesi dengan larutan KOH 10% (tes amin/ Whiff test
positif)
4. pH duh vagina lebih dari 4,5 (tes lakmus).
Referensi
[1]. Indriatmi W. Vaginosis bacterial. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, editors.
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokeran
Univesitas Indonesia; h. 452-4, 2015.
[2]. Vaginal Infections — How to Diagnose and Treat Them: Bacterial Vaginosis or Vaginal
Bacteriosis". Medscape. Retrieved 10 October 2009
[3]. Terri Warren, RN. Is It a Yeast Infection?. Retrieved 2011-02-23, 2010
[4]. Ferris DG, Nyirjesy P, Sobel JD, Soper D, Pavletic A, Litaker MS. Over-the-counter
antifungal drug misuse associated with patient-diagnosed vulvovaginal candidiasis.
Obstetrics and Gynecology 99 (3): 419–425, 2002. doi:10.1016/S0029-7844(01)01759-8.
PMID 11864668.
[5].http://www.fda.gov/downloads/Drugs/GuidanceComplianceRegulatoryInformation/Guidance
s/ucm070969.pdf
[6]. Verstraelen H, Delanghe J, Roelens K, Blot S, Claeys G, Temmerman M. Subclinical iron
deficiency is a strong predictor of bacterial vaginosis in early pregnancy. BMC Infect. Dis. 5:
55, 2005. doi:10.1186/1471-2334-5-55. PMC 1199597. PMID 16000177.
[7]. Amsel R, Totten PA, Spiegel CA, Chen KC, Eschenbach D, Holmes KK. Nonspecific
vaginitis. Diagnostic criteria and microbial and epidemiologic associations". Am. J. Med. 74
(1): 14–22, 1983. doi:10.1016/0002-9343(83)91112-9. PMID 6600371.
[8]. National guideline for the management of bacterial vaginosis. Clinical Effectiveness Group,
British Association for Sexual Health and HIV (BASHH), 2006
[9]. Ison, CA; Hay, PE. Validation of a simplified grading of Gram stained vaginal smears for
use in genitourinary medicine clinics. Sex Transm Infect 78 (6): 413–5, 2002.
doi:10.1136/sti.78.6.413. PMC 1758337. PMID 12473800.
[10]. Nugent RP, Krohn MA, Hillier SL. Reliability of diagnosing bacterial vaginosis is
improved by a standardized method of gram stain interpretation. J. Clin. Microbiol. 29 (2):
297–30, 1991. PMC 269757. PMID 1706728
[11]. Gazi H, Degerli K, Kurt O, et al. (2006). "Use of DNA hybridization test for diagnosing
bacterial vaginosis in women with symptoms suggestive of infection". APMIS 114 (11):
784–7. doi:10.1111/j.1600-0463.2006.apm_485.x. PMID 17078859.
[12]. Oduyebo OO, Anorlu RI, Ogunsola FT. The effects of antimicrobial therapy on bacterial
vaginosis in non-pregnant women. Cochrane Database Syst Rev (3): CD006055, 2009.
doi:10.1002/14651858.CD006055.pub2. PMID 19588379.
[13]. Bradshaw CS, Morton AN, Hocking J, et al. High recurrence rates of bacterial vaginosis
over the course of 12 months after oral metronidazole therapy and factors associated with
recurrence. J. Infect. Dis. 193 (11): 1478–86, 2006. doi:10.1086/503780. PMID 16652274.
[14]. http://www.cdc.gov/std/treatment/2006/vaginal-discharge.htm
[15]. Turovskiy Y, NollKS, Chikindas ML. The aetology of bacterial vaginosis. J App Micro.
110 (5): 1105-28, 2011
[16]. Rosen T. Gonorrhea, mycoplasma, vaginosis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ, Wolf K, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th
ed. New York: Mc Graw Hill. p. 3587-91, 2012
[17]. M Karo, et al., International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR)
(2016) Volume 28, No 2, pp 233-242
[18]. Karo M, Salma WO, Kamelia E, Patellogi I, Natzir R, Bintang M, Hatta M. Effects of
ethanolic extract of Miana (Coleus scutellariodes [L] Benth) leaf on IgM profile in Balb/c
mice with systemic of vulvovaginal candidiasis.
Download