BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Republik Indonesi Pasal 1 Ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Hal tersebut sesuai dengan simpulan Crow and Crow (Rachmat, 2009: 26), bahwa pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang. Dalam pendidikan terjadi interaksi antara kehendak, pikiran, perhatian, perasaan dan sebagainya, pada diri anak didik. Interaksi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik. Salah satu tuntutan dan tantangan yang dihadapi dunia pendidikan adalah pendidikan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang utuh, yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang terintegrasi. Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat menjawab tantangan yang dihadapi dunia pendidikan. Penerapan pendekatan saintifik dapat membangun dan mengintegrasikan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Majid dan Rochman yang menyatakan bahwa “Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan” (2014: 1-2). Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum dapat menjawab tantangan pendidikan dengan menghasilkan output siswa yg lengkap kompetensinya. 1 2 Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik dirancang sedemikian rupa agar peserta didik aktif mengonstruk konsep melalui keterampilan proses dengan tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/ menganalisis, dan mengomunikasikan (Hosnan, 2014 :34). Keterampilan proses jika dijabarkan lebih lanjut sangat luas. Oleh karena itu peneliti hanya akan memfokuskan pada satu keterampilan proses yaitu keterampilan mengomunikasikan. Hal ini dikarenakan, keterampilan mengomunikasikan merupakan hal yang sangat penting. Menurut Bundu (2006: 26), komunikasi merupakan dasar bagi pemecahan masalah, artinya komunikasi sangat diperlukan, karena semua orang perlu untuk mengomunikasikan ide, gagasan dan kebutuhannya kepada orang lain, agar dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Agar dapat mengembangkan komunikasi yang baik maka para peserta didik perlu diberikan kesempatan untuk mempraktekkan komunikasi yang efektif kepada orang lain. Kesempatan ini perlu difasilitasi dengan baik karena pada saat melakukan komunikasi, para peserta didik akan menemukan cara-cara baru untuk mengkonstruksi pemikiran mereka, sehingga pembelajaran di SD akan lebih bermakna bagi peserta didik. Komunikasi merupakan kemampuan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Bentuknya bisa berupa laporan, grafik, gambar, diagram, atau tabel yang dapat disampaikan kepada orang lain. Menurut Majid dan Rochman, “Keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektivitas proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut” (2014: 196). Lebih lanjut Majid dan Rochman menjelaskan bahwa efektivitas proses komunikasi yang dimaksud adalah proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik, dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku. Namun di kelas IV B SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun ajaran 2015/2016 pemahaman dan 3 umpan balik yang positif dari siswa masih kurang. Masih banyak peserta didik yang belum mampu mengomunikasikan hasil pembelajaran dengan tepat. sehingga keterampilan mengomunikasikan pada peserta didik masih kurang efektif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Majid dan Rochman (2014: 202), bahwa komunikasi dikatakan efektif jika pesan dapat diterima, dipahami, dan menimbulkan umpan balik positif dari siswa. Berdasarkan observasi awal penelitian mengenai pembelajaran di kelas IV B SDIT Nur Hidayah, Surakarta tahun ajaran 2015/2016, ditemukan bahwa peserta didik mengalami kegiatan belajar mengajar yang kurang baik dalam menghadapi tantangan pendidikan. Sumber belajar peserta didik hanya dari buku dan guru saja. Penggunaan media pembelajaran berupa gambar yang ditempel di depan kelas dan video. Pemanfaatan media tersebut kurang maksimal karena tidak dapat mencakup semua peserta didik , masih ada peserta didik yang tidak fokus terhadap kegiatan belajar mengajar. Kegiatan mengomunikasikan hasil belajar secara lisan dan tertulis belum terlihat maksimal, sehingga untuk kegiatan mengomunikasikan peserta didik kurang memenuhi kriteria indikator. Sebagai tindak lanjut kegiatan observasi awal, wawancara pada bulan Desember 2015 dengan tema keterampilan mengomunikasikan pada proses pembelajaran terhadap guru dan peserta didik kelas IV B SDIT Nur Hidayah Surakarta peneliti laksanakan untuk melengkapi data. Dari hasil observasi selama peneliti melaksanakan PPL di SDIT Nur Hidayah dan hasil wawancara terbuka dengan guru kelas, guru menyatakan bahwa kemandirian peserta didik kurang, peserta didik masih harus dituntun untuk mengungkapkan ide, gagasan, maupun pendapat, dan menjelaskan sesuatu secara lisan. Peserta didik cenderung menghafalkan/membacakan saat mengomunikasikan hasil belajar di depan kelas. Peserta didik jarang memberikan tanggapan terhadap apa yang disampaikan temannya di depan kelas. Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam 4 pemilihan kosa kata. Peserta didik kurang terampil dalam mengomunikasikan hasil belajar dalam bentuk gambar atau grafik. Melalui hasil wawancara terhadap peserta didik yang telah peneliti laksanakan dengan tema keterampilan mengomunikasikan pada proses pembelajaran pada bulan Desember 2015, peneliti memperoleh beberapa informasi yang menjadi hambatan peserta didik dalam keterampilan mengomunikasikan. Hambatan itu adalah: (1) peserta didik jarang memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran, (2) peserta didik jarang membuat sebuah catatan laporan sederhana, (3) peserta didik jarang mengomunikasikan hasil pembelajaran dalam bentuk gambar atau grafik, (4) peserta didik mengalami kesulitan pemilihan kosa kata dalam mengomunikasikan secara lisan, (5) peserta didik lebih terbiasa dengan metode menghafal, daripada memahami apa yang akan dikomunikasikan kepada orang lain, (6) peserta didik merasa bosan jika guru hanya berceramah. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang sudah dijelaskan di atas, peneliti menganalisis bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam keterampilan mengomunikasikan pada proses pembelajaran baik secara lisan maupun tertulis. Hal tersebut diperkuat dengan nilai tes pratindakan mengomunikasikan secara lisan, dari 37 siswa hanya 15 siswa atau 41% yang tuntas dengan KKM ≥75, sedangkan untuk keterampilan mengomunikasikan secara tertulis dari 37 siswa hanya 16 siswa atau 43% yang tuntas dengan KKM ≥ 75. Berdasarkan hasil tes pratindakan dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan mengomunikasikan siswa kelas IV B SDIT Nur Hidayah Surakarta masih kurang. Berdasarkan hasil observasi awal, wawancara, dan hasil tes pratindakan yang terurai di atas, penyebab kurangnya keterampilan mengomunikasikan pada proses pembelajaran ini terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi: (1) pembelajaran masih berpusat pada 5 guru, (2) sarana dan prasarana yang ada kurang memadai (3) guru belum menerapkan model pembelajaran yang aktif, (4) kurangnya waktu untuk melakukan kegiatan keterampilan mengomunikasikan, (5) lingkungan sekolah belum dimaksimalkan untuk mendukung pembelajaran keterampilan mengomunikasikan. Faktor internal meliputi: (1) siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, (2) siswa merasa keterampilan mengomunikasikan adalah hal yang sulit, (3) kurangnya rasa percaya diri pada siswa. Pembelajaran dengan permasalahan-permasalahan di atas sudah tidak lagi mendukung keterampilan mengomunikasikan pada proses pembelajaran. Pembelajaran tersebut perlu mendapat penanganan mengingat keterampilan mengomunikasikan penting sebagai dasar pemecahan masalah dan perkembangan peserta didik. Oleh karena itu untuk meningkatkan keterampilan mengomunikasikan pada proses pembelajaran, guru perlu menggunakan model pembelajaran yang efektif, menarik minat dan perhatian belajar peserta didik, memperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Menurut Warsono (2012: 154), model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang dapat memusatkan diri terhadap adanya sejumlah masalah yang mampu memotivasi, serta mendorong peserta didik berhadapan dengan konsep-konsep dan pengalaman tangan pertama (hands-on experience). Pernyataan tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Warsono, yang menyatakan “PjBL meningkatkan kebiasaan belajar peserta didik yang khas serta praktik pembelajaran yang baru. Dalam pelaksanaan PjBL, peserta didik mencoba mengomunikasikan masalah yang khas atau tidak umum dengan cara mengomunikasikan gagasannya kepada orang lain, terutama rekan satu timnya” (2012: 155). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Majid dan Rochman dan Rochman, yang menyatakan “Penerapan pembelajaran berbasis proyek memiliki 6 kelebihan yaitu mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi” (2014: 164). Pemilihan model pembelajaran berbasis proyek sebagai solusi atas permasalahan yang dialami peserta didik kelas IV B SDIT Nur Hidayah Surakarta didasari atas alasan model pembelajaran berbasis proyek dapat mengarahkan peserta didik untuk berkomunikasi. Peserta didik dapat merasakan dan mempertanyakan secara mendalam keberadaan masalah dalam pembelajaran. Berawal dari hal tersebut peserta didik dapat diarahkan aktif dan mampu mengomunikasikan hasil belajarnya. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran akan memberikan kebermaknaan dalam kegiatan belajar peserta didik karena peserta didik terlibat secara langsung. Oleh sebab itu peserta didik akan lebih mudah mengomunikasikan hasil belajarnya pada proses pembelajaran di hadapan orang lain. Berdasarkan latar belakang masalah dilakukan penelitian dengan judul: ”Peningkatan Keterampilan Mengomunikasikan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada Siswa Kelas IV SDIT Nur Hidayah Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian adalah: Apakah Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan keterampilan mengomunikasikan siswa kelas IV SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah untuk meningkatkan keterampilan mengomunikasikan melalui penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) di kelas IV SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun ajaran 2015/2016. 7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru tentang keterampilan mengomunikasikan pada proses pembelajaran melalui model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik 1) Peserta didik dapat termotivasi dalam kegiatan mengomunikasikan secara lisan dan tertulis. 2) Peserta didik memperoleh suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat lebih aktif dalam pembelajaran. 3) Penerapan model pembelajaran dapat menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. b. Bagi Guru 1) Pengalaman dan Keterampilan dalam PjBL dapat menjadi masukan yang tepat bagi guru dalam pemilihan model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan keterampilan mengomunikasikan peserta didik. 2) Pengalaman dan Keterampilan PjBL dapat menambah alternatif solusi dalam melatih keterampilan pembelajaran peserta didik. c. Bagi Sekolah mengomunikasikan pada proses 8 1) Penelitian ini dapat memberikan masukan pada kepala sekolah dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran yang baik. 2) Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara menigkatkan mutu kinerja guru. 3) Penelitian ini dapat membantu sekolah dalam rangka mewujufkan pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan mengomunikasikan peserta didik sehingga menghasilkan output yang berkualitas baik dan berdaya saing tinggi.