BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Guru Guru

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORETIS
2.1 Hakikat Guru
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus
yang memenuhi berbagai kriteria sebagai profesi. Namun yang dimaksudkan adalah
guru yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam
arti memberi bimbingan dan pengajaran kepada para siswa.
Secara etimologi (asal-usul kata), guru berasal dari bahasa India yang artinya
“orang yang mengajarkan tentang kelepasan dan kesengsaraan” (Shamsudin,
Republika, 25 Nopember 1997), Selanjutnya dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud
dan Kepala BAKN No. 57686)/MPK/1989 menyatakan bahwa “guru adalah pegawai
negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanggungjawab oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah. (dalam
Samsudin,
2011).
Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah (UU tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1 ayat 1). Dari
pengertian di atas jelas bahwa guru itu memiliki peranan yang strategis dan
merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan kelembagaan sekolah, karena
guru adalah pengelola KBM bagi para siswanya. Kegiatan belajar mengajar akan
5
efektif apabila tersedia guru yang sesuai dengan kebutuhan sekolah baik jumlah,
kualifikasi maupun bidang keahliannya. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam
bentuk melaksanakan pembinaan kuikulum, menuntut para siswa belajar, membina
peribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisa kesulitan belajar, serta menilai
kemajuan belajar para siswa.
Hamalik (2004:40) agar guru mampu mengemban dan melaksanakan
tanggung jawabnya ini, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang
relevan dengan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. Dalam proses belajar
mengajar guru adalah orang yang memberikan pelajaran. Dalam kamus bahasa
Indonesia, guru diartikan “orang yang kerjanya mengajar” Hamalik (2004:40). senada
dengan itu Purwanarminta (1984: 335) mengungkapkan guru adalah salah satu
komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan serta dalam
usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Menurut Sardiman, (2001:123) Guru adalah semua orang yang berwenang
dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual
maupun secara klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah”. Pada sisi lain,
Djamarah (2000:32). berpendapat “guru adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara
individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah”
Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (2000:24) merumuskan sepuluh
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru; a) Menguasai bahan, b)
Mengelola program mengajar, c) Menggunakan media/sumber belajar dan mengelola
kelas, d) Menguasai landasan pendidikan, e) Mengelola interaksi belajar mengajar, f)
Menilai prestasi belajar mengajar, g) Mengenal fungsi dan layanan bimbingan serta
penyuluhan, h) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, i) Memahami
dan menafsirkan hasil penelitian.
Pada hakikatnya guru dalam tugasnya sebagai pengajar dan pendidikan harus
memenuhi kebutuhan itu merupakan tugas guru yang tidak ringan dan jika terpenuhi
akan sulitlah dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, hal
seperti itu tidak dihadapi oleh profesi lainnya. Kehadiran guru sangat bermanfaat
untuk membentuk watak generasi Indonesia. Guru dituntut untuk lebih profesional
dalam memberikan kaidah-kaidah keilmuan,
2.2 Tugas dan Peran Guru
Yoesoef (2010:45) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas
pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic
mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama
berkaitan dengan logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
1. Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui
anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
2. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas
manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian
tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian
bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya
seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan
kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya
dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan
daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta
secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi
perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
3. Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang
baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh
bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas
saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator
pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus
memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa
yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan
yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada
akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu
membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh
karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara
manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat
juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui
warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui
simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu
mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi
manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau
(pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian
menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk
manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan
berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya,
artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi
guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi
manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang
menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya
menjadi manusia yang berbudaya. (Yoesoef, 2010:45)
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau
terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya
berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di
satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat
mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu
dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh karena
pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi
melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya
juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung
3 elemen pokok, pertama logika dan estetika, kedua dan ketiga berkaitan dengan
etika:
Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training)
harus mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di
sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin
seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu
bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini
bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat
menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi
sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of
teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan
pantas dianggap menjadi guru. (Yoesoef, 2010:45)
Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang
harus dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang
mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk
mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat
menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan
dasar pendidikan umum, (Hamalik 2004:40)
Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya
merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam
dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan.
Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah
seni, (Yoesoef, 2010:45).
Connell (dalam Winataputra 2006:80) membedakan tujuh peran seorang guru
yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar
(learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi,
serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang
berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugastugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan
dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan
sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan
dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas
dari orang
tua,
dan
orang
dewasa yang
lain,
moralitas
tanggungjawab
kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan
dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan
spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak.
Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas
anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan
guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku
pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan
norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai
dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik
harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar.
Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di
luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil
belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di
masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku
sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki
pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya,
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan
pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu
menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan
yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang
dikuasai
tidak
hanya
terbatas
pada
pengetahuan
yang
berkaitan
dengan
pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas
kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru
diharapkan
dapat
membantu
kawannya
yang
memerlukan
bantuan
dalam
mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuanpertemuan resmi maupun pertemuan insidental. Peranan guru sebagai komunikator
pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam
pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan
pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran.
Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara
baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar,
mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia
telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru
khususnya ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula
dengan seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia
belajar memersosialisasikan sikap keguruan yang diperlukannya. Seorang yang
berpribadi khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap danm keterampilan keguruan
yang akan ditransformasikan kepada anak didik.
Seorang Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan,
dengan memposisikan diri sebagai :1. Orang tua, yang penuh kasih sayang pada
peserta didiknya.2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para
peserta didik. 3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani
peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya. 4. Memberikan sumbangan
pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi
anak dan memberikan saran pemecahannya. 5. Memupuk rasa percaya diri, berani
dan bertanggung jawab. 6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan
dengan orang lain secara wajar. 7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar
antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya. 8. Mengembangkan kreativitas. 9.
Menjadi pembantu ketika diperlukan, (Winataputra 2006:80)
Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Guru yang memahami
fungsi dan tugasnya tidak hanya sebatas dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai
penghubung sekolah dengan masyarakat yang juga memiliki beberapa tugas. Menurut
Rostiyah (dalam Djamarah, 2000 : 36) mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru
profesional adalah :
1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan
dan pengalaman-pengalaman
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara
kita Pancasila
3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai dengan UndangUndang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 2 Tahun 1983
4. Sebagai prantara dalam belajar
5. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah
kedewasaan. Pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak
menurut kehendak hatinya
6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
7. Sebagai penegak disiplin. Guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib
dapat berjalan apabila guru menjalaninya terlebih dahulu
8. Sebagai adminstrator dan manajerGuru sebagai perencana kurikulum
9. Guru sebagai pemimpin
10. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak
Seorang guru baru dikatakan sempurna jika fungsinya sebagai pendidik dan
juga berfungsi sebagai pembimbing. Dalam hal ini pembimbing yang memiliki sarana
dan serangkaian usaha dalam memajukan pendidikan. Seorang guru menjadi pendidik
yang sekaligus sebagai seorang pembimbing. Contohnya guru sebagai pendidik dan
pengajar sering kali akan melakukan pekerjaan bimbingan, seperti bimbingan belajar
tentang keterampilan dan sebagainya dan untuk lebih jelasnya proses pendidikan
kegiatan mendidik, mengajar dan membimbing sebagai yang tak dapat dipisahkan,
Rostiyah (dalam Djamarah, 2000 : 39).
Rostiyah (dalam Djamarah, 2000 : 36) mengemukakan membimbing dalam
hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembanganya
dengan jelas dmemberikan langkah dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Sebagai pendidik guru harus berlaku membimbing dalam arti menuntun sesuai
dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan
tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini yang terpenting ikut memecahkan
persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan
demikian diharapkan menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri anak, baik
perkembangan fisik maupun mental.
Program pembelajaran di kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan
menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya
sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas . Secara etimologi
atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban mewujudkan suatu program kelas
adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau
kelas. Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai
kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang
yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan
tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kratif
dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya. Untuk menjadi anggota
masyarakat sebagai orang dewasa. peran guru kelas Setiap guru harus memahami
fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat
dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di sekolah maupun di kelas.
Pengetahuan dan pemahamannya tentang kompetensi guru akan mendasari
pola kegiatannya dalam menunaikan profesi sebagai guru. Menurut Mulyasa
(2000:56) Kompetensi guru yang dimaksud
antara lain mengenai kompetensi-
komptensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi
itu berkenaan dengan kemampuan dasar teknis edukatif dan administratif sebagai
berikut:
Penguasaan bahan pengelolaan program belajar mengajar mengelola kelas
penggunaan media/sumber mampu mengelola dan mempergunakan intraksi belajar
mengajar Memiliki kemampuan melakukan penilaian prestasi belajar anak secara
obyektif. Memahami fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di
sekolah. Setiap guru sebagai petugas profesional ikut bertanggung jawab pada
tercapainya tujuan pendidikan secara efektif. Oleh karena itu guru harus ikut dalam
menentukan kebijakan kependidikan di kelas/sekolah.
Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik
profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan
perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidik persiapan yang telah diterimanya.
Dan sebagai pernyataan dari kesadarannya terhadap perkembangan dan kemajuan
bidang tugasnya yang harus diikuti, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Murid merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam
mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang
sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka
mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan formal, khusus nya
berupa sekolah. Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang
sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid harus
memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta
dalam kegiatan kelas. Kelas merupakan unit tersendiri yang pengelolaannya secara
maksimal harus dilakukan dengan mengikutsertakan murid. Pengelolaan kelas yang
berhasil akan menumbuhkan kebanggaan kelas sehingga meningkatkan rasa
solidaritas dan keinginan untuk ikut berpartisipasi di kalangan murid di kelas.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru
yang harus dilakoni Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh
Pullias dan Young, Manan serta Yelon dan Weinstein (dalam Mulyasa. 2000:56).
Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
Guru sebagai pendidik , adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri
dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku
anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Guru sebagai pengajar Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam
kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor
di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil
dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis,
Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan
pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar,
Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. (Mulyasa.
2000:56)
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah
dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
Guru sebagai pembimbing guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab
atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan
spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi
untuk melaksanakan empat hal berikut. Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan
mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa
peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi
mereka harus terlibat secara psikologis.Ketiga, guru harus memaknai kegiatan
belajar.Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
Guru sebagai Pemimpin Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu
pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
Guru sebagai pengelola pembelajaran Guru harus mampu menguasai berbagai
metode pembelajaran. Selain itu ,guru juga dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang
dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
Guru Sebagai Model dan Teladan, guru merupakan model atau teladan bagi
para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat
kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk
ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan
guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja,
Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses
berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan
dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
Guru Sebagai anggota masyarakat, peranan guru sebagai komunikator
pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam
pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain
melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang
bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Guru sebagai administrator, seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan
pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran.
Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu
seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam
kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab
administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil
belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Guru Sebagai Penasehat, guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik
juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan
dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya
sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami
psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
Guru Sebagai Pembaharu (Inovator), Guru menerjemahkan pengalaman yang
telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,
terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain,
demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek
kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga
ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik.
Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas, kreativitas merupakan hal yang sangat
penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat
universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas
ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan
tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan
sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang
lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya
bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari
yang telah dikerjakan sebelumnya.
Guru Sebagai Emansipator, dengan kecerdikannya, guru mampu memahami
potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan
insan
merupakan
“budak” stagnasi
kebudayaan.
Guru
mengetahui
bahwa
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari
“self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan
rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik
yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan
kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
Guru Sebagai Evaluator, evaluasi atau penilaian merupakan aspek
pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan
hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan
konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang
jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Guru Sebagai Kulminator, guru adalah orang yang mengarahkan proses
belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya
peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap
peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu
dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu.
Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara
yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik. Begitu banyak peran yang
harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru
hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peranperan tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus
menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak,
maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan
akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran
2.3 Kompetensi Guru
“Kompetensi berasal dari bahasa inggris, yakni “Competency” yang berarti
kecakapan, kemampuan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompetensi adalah
kewenangan (kekuasaan)
untuk menentukan
(memutuskan)
sesuatu” Kalau
kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan, maka hal ini eratkaitannya dengan
pemilikan pengetahuan, kecakapan atau keterampilan sebagai guru. (Djamarah,
1994 : 33). Dengan demikian, tidaklah berbeda dengan kemampuan kompetensi yang
dikemukakan oleh abdul kadir Munsyi (1994 : 33).Yang mengatakan bahwa
“Kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai atau memiliki pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang”
Terkait dengan pendapat di atas, Ametembun (1994 :33) megemukakan
bahwa “Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah
maupun luar sekolah”. Ini berarti bahwa seorang guru, minimal harus memiliki dasardasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas.
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa kompetensi guru merupakan
suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh seorang guru, baik dari segi
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan serta tanggung jawab terhadap muridmurid yang di asuhnya,sehingga tugasnya sebagai seorang pendidik dapat terlaksana
dengan baik.
Untuk mendapat pengertian dan pengetahuan mengenai kompetensi guru ini,
pembahasan berikut akan membahas sepuluh kompetensi propesional guru yang
harus dimiliki dan bahkan dikuasi dalam dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai
pengajar.
Dalam hal inilah guru perlu mengetahui dan memahami kompetensi sebagai
guru dengan segala seluk beluknya. Kompetensi guru yang dikatan sebagai modal
dalam pengelolaan pendidikan dan pengajaran banyak macamnya. Secara garis besar
dapat di lihat dari dua segi yaitu dari segi kompetensi pribadi dan dari kompetensi
professional. Adapun macam-macam kompetensi tersebut ialah:
1. Mengembangkan kepribadian
2. Berintraksi dan berkomunikasi
3. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
4. Melaksanakan administrasi sekolah
5. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
6. Menguasi landasan kependidikan
7. Menguasi bahan pengajaran
8. Menyusun program pengajaran
9. Melaksanakan program pengajaran
10. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan (Usman,
1999: 16).
Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat
kompentensi, antara lain:
1) Kompetensi Padegogik, a) - Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial, cultural, emosional, dan intelektual, b) Menguasai teori
belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik,
c)
Mengembangkan
kurikulum yang terkait mata pelajaran yang diampu. d) Menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, e) Memanfaatkan TIK untuk kepentingan
pembelajaran, f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, g)
Berkomunikasi
efektif,
empatik,
dan
santun
ke
peserta
didik.
h)
Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar.
2) Kompentensi Keahlian, a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
social dan budaya bangsa, b) Penampilan yang jujur, berakhlak mulia, teladan
bagi peserta didik dan masyarakat. c) Menampilkan dirisebagai pribadi yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, d) Menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri,
e) Menjunjjung tinggi kode etik profesi guru.
3) Kompentensi Sosial, (1)
bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak
diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agara, raskondisifisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial keluarga. (2) Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua dan masyarakat. (3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh
wilayah RI yang memiliki keragaman social budaya, (4) Berkomunikasi
dengan lisan maupun tulisan.
4) Kompentensi Profesional, (1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang dimampu, (2) Mengusai
standar
kompentensi
dan
kompetensi
dasar
mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang dimampu, (3) Mengembangkan materi pembelajaran
yang dimampu secara kreatif, (4) Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. (5) Memanfaatkan TIK
untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.
2.4 Hakikat Cinta Tanah Air
Cinta tanah air ialah perasaan cinta terhadap bangsa dan negaranya
sendiri.Usaha membela bangsa dari serangan penjajahan. Dalam cinta tanah air
terdapat nilai-nilai kepahlawanan ialah:Rela dengan sepenuh hati berkorban untuk
bangsa dan Negara.
Rasa cinta tanah air adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai,
rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat
dimana ia tinggal, yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan
melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya,
mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan
melestarikan alam dan lingkungan.
Cinta Tanah Air merupakan pengalaman dan wujud dari sila Persatuan
Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah
dan masyarakat. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara, syarat-syarat pembelaan negara diatur dalam Undang - Undang.
Kesadaran cinta tanah air itu pada hakikatnya berbakti kepada negara dan kesediaan
berkorban membela negara.
Suratna (2008:23) mengemukakan bahwa untuk menumbuhkar rasa cinta
tanah air perlu kembangkan dalam jiwa setiap individu sejak usia dini yang menjadi
warga dari sebuah negara atau bangsa agar tujuan hidup bersama dapat tercapai.
Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air adalah dengan
menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah airnya melalui proses pendidikan. Rasa
bangga terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan dan
dengan membagi dan berbagi nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh
karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya dapat dijadikan sebagai sebuah
alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi munculnya
rasa cinta tanah air.
Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air adalah
dengan menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah airnya melalui proses pendidikan.
Rasa bangga terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan
dan dengan membagi dan berbagi nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh
karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya dapat dijadikan sebagai sebuah
alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi munculnya
rasa cinta tanah air. (Winataputra2006:79)
Menurut Sutan (2007:34) bahwa cinta Tanah Air merupakan pengalaman dan
wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan seharihari di keluarga, sekolah dan masyarakat. selanjutnya Rudian, (2007:34) menjelaskan
bahwa cinta tanah air adalah sama saja rela berkorban demi kepentingan Negara.
Memajukan kehidupan bangsa, mencerdaskan diri demi ikut berpartisipasi dalam
rangka proses pembangunan tanah air atau negaranya dari Negara yang kecil,
berkembang sampai menjadi Negara yang maju. Menghayati arti dari cinta tanah air
memanglah bukan masalah yang mudah, perlu kesabaran dan kerendahan hati untuk
menjalankan hal tersebut, dikarenakan banyak ancaman dan tantangan yang dapat
datang dari mana saja, baik itu dalam diri kita maupun dari luar diri kita, baik itu
datang dari dalam negri maupun datang dari luar negri, tetapi asal kita mempunyai
tekad yang kuat untuk mencintai tanah air kita tanah air Indonesia dengan sepenuh
hati, pastilah kita akan di mudahkan oleh yang Maha Kuasa dalam segala halnya
terutama dalam tindakan yang positif. Perlu diingat bahwa mencintai dan menjaga
tanah air Indonesia negaranya sendiri dengan sepenuh hati adalah bentuk perbuatan
yang merupakan bagian dari iman.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Cinta tanah air
ialah perasaan cinta terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Usaha membela bangsa
dari serangan penjajahan. Dalam cinta tanah air terdapat nilai-nilai kepahlawanan
ialah, rela dengan sepenuh hati berkorban untuk bangsa dan Negara.
2.5 Manfaat Cinta Tanah Air
Manfaat cinta terhadap tanah air itu sendiri menurut Winataputra (2006:78)
adalah :
a. Kita dapat memperbaiki negara yang kita cintai ini agar menjadi semakin baik
lagi.
b. Agar negara kita dapat bersaing dengan negara-negara maju yang lain.
c. Anak akan mempunyai sikap tanggung jawab, memahami kewajibannya untuk
melakukan sesuatu sepenuh hati tanpa merasa terpaksa atau terbebani, seperti
anak mengakui tindakannya jika berbuat kesalahan dan menyelesaikan tugas
hingga tuntas.
d. Jujur dalam perbuatan, anak akan bersikap tulus untuk berbuat benar.
e. Tertanam disiplin yang berkaiatan dengan ketertiban dan ketaatan pada peraturan,
seperti mengantri, meletakkan sesuatu pada tempatnya atau mengikuti aturan
yang ditetapkan.
f. cinta dan kasih sayang adalah suatu keadaan seseorang memiliki rasa suka pada
sesuatu, dalam lingkup ini anak akan mencintai oranglain, anak akan berbagi
dengan orang lain, bermain bersama dengan temannya dan anak mau membantu
kesulitan orang lain.
2.6 Wujud Cinta Tanah Air
Perwujudan rasa persatuan dan cinta tanah air harus kita laksanakan di
lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal kita, bahkan di manapun kita berada.
Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya kita dapat mewujudkan sikap dan
tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat yang merugikan diri
sendiri atau masyarakat. Sebagai generasi mudak kita juga harusnya dapat berperan
seperti para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Para pahlawan berani
mengorbankan diri karena mereka mencintai tanah airnya. Mereka mencintai rakyat,
bangsa, dan negara Indonesia.
Menurut Winataputra (2006:78) rasa cinta tanah air bisa diwujudkan dengan
berbagai macam cara antara lain adalah:
1) Sebagai pelajar kita harus bertanggung jawab. Dengan belajar sungguh –
sungguh dan tekun.
2) Mencintai produk-produk dalam negeri. Karena sekarang ini banyak sekali
produk asing. Untuk itu sebagai warga negara yang cinta tanah air tetap
mencintai produk dalam negeri.
3) Bangga sebagai bangsa Indonesia. Kebanggaan itu antara lain diwujudkan
dengan menggunakan bahasa Indonesia, mencintai dan mempertahankan
budaya Indonesia.
4) Upacara setiap hari senin dan hari – hari besar Negara.
Mengenang kembali jasa pahlawan/pejuang kemerdekaan dan melakukan
intropeksi pada diri kita mengenai kontribusi yang diberikan untuk mengisi
kemerdekaan, merupakan cara yang dapat kita lakukan sebagai bangsa Indonesia
yang mempunyai rasa cinta Tanah Air dalam memaknai kemerdekaan. Mengenang
jasa pejuang kemerdekaan bukan hanya mengetahui sejarah perjuangan mereka. Kita
harus bisa menjadikan perjuangan mereka sebagai motivasi untuk berjuang
memberikan sesuatu yang terbaik bagi bangsa Indonesia. (Winataputra2006:79)
Cara memaknai kemerdekaan Indonesia yang diraih dengan susah payah oleh
pahlawan kemerdekaan dengan membuktikan rasa cinta Tanah Air kita, yaitu dengan
ikut berpartisipasi dalam kegiatan negara, mencintai produk dalam negeri, dan belajar
dengan tekun.
2.7 Peran Guru dalam Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air
Sikap cinta tanah air harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar
dapat menjadi manusia yang dapat menghargai bangsa dan negaranya misalnya
dengan upacara sederhana setiap hari Senin dengan menghormat bendera Merah
Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengucapkan Pancasila. Meskipun
lagu Indonesia Raya masih sulit dan panjang untuk ukuran anak usia dini, tetapi
dengan membiasakan mengajak menyanyikannya setiap hari Senin, maka anak akan
hafal dan bisa memahami isi lagu.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah memperingati hari besar
nasional dengan kegiatan lomba atau pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan
bangsa secara sederhana dengan menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya,
gambar rumah dan pakaian adat, mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta
mengunjungi museum terdekat, mengenal para pahlawan melalui bercerita atau
bermain peran.
Menciptakan kedamaian bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air.
Sehingga suatu saat nanti, dan saat tumbuh dewasa mereka dapat menghargai betapa
pentingnya mencintai tahan air ini, negeri ini, khusnya bagi bangsa dan negara, dan
bisa berwarganegara dengan baik, mempunyai rasa cinta yang tinggi terhadap
negaranya, dan sekaligus bisa mengharumkan bangsa dan negaranya.
Diharapkan bahwasaanya menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan
negara. dan tidak terpelosok ke dalam lubang salah slama ini, banyak sekali saat ini
kejadian - kejadian yang mencengangkan bagi kita, yang menurtnya tidak layak
menjadi layak, ini dikarnakan mempunyai pengetahuan yang kurang cukup baik di
dalam lingkungan sekitar oleh karna itu kita harus bisa menanamkan rasa cinta tanah
air, yang tidak kalah menariknya adalah menanamkan rasa cinta tanah air melalui
lagu. Dengan menyanyi apalagi jika diiringi dengan musik, anak akan merasa senang,
gembira, serta lebih mudah hafal dan memahami pesan yang akan disampaikan guru.
Jika lagu wajib nasional dianggap masih terlalu sulit untuk anak, maka guru bisa
menciptakan lagu sendiri yang sesuai untuk anak usia dini.
Guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya di sekolah
termasuk dalam menciptakan lagu. Lagu untuk anak usia dini biasanya dengan
kalimat yang sederhana, mudah diucapkan, mudah dipahami dan dihafalkan. Lagu
sebaiknya yang bernada riang gembira, karena hal ini akan merangsang
perkembangan otak anak, anak terbiasa untuk selalu riang dalam bekerja, cepat dalam
menghadapi dan memutuskan masalah, tidak cepat putus asa, sedangkan jika
tujuannya hanya untuk memperdengarkan musik pada anak, bisa dengan lagu atau
instrumen musik yang lebih halus dan tenang. Misalnya, lagu Kebangsaan Indonesia
Pusaka, Syukur, Tanah Air dan Bagimu Negeri.
Selain itu keluarga juga berperan dalam menanamkan rasa cinta tanah air
karena keluarga adalah fondasi utama dalam pengasuhan, perawatan, dan pendidikan
anak (pembentukan karakter anak dan manusia) sangatlah penting. Ketika ibu
mengandung, kemudian melahirkan anak, anak sudah mulai melihat dunia ini secara
global. Anak sudah dibekali kemampuan fisik dan psikis sejak dini. Kemampuan
dalam diri anak itu perlu dikembangkan. Untuk mengembangkannya anak
membutuhkan lingkungan yang dapat memberi stimulasi pada semua aspek
perkembangannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik dan
lingkungan sosial.
Keluarga merupakan unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat
dimana hubungan-hubungan yang terdapat didalamnya, sebagian besarnya bersifat
langsung dan disitulah berkembang individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap
awal proses sosialisasi bagi anak-anak. Orang-orang yang berada dalam sebuah
keluarga termasuk dalam lingkungan sosial. Interaksi yang terjadi di dalam keluarga
menjadi suatu pergaulan yang dapat mendidik atau tidak mendidik bagi anak. Jadi
pergaulan di dalam keluarga merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Lingkungan fisik menyangkut
fasilitas, sarana/ prasarana, sandang, pangan dan papan yang disediakan orang tua. Ini
juga menjadi kebutuhan dasar bagi anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Cara menanamkan rasa cinta tanah air kepada anak dapat dilakukan dengan
cara, menanamkan nilai-nilai kebudayaan kepada anak, menceritakan sejarah dan
tokoh-tokoh pahlawan/Pejuang Indonesia agar anak dapat menghargai dan
mempunyai rasa cinta yang tinggi terhadap negara serta menjadikan perjuangan
mereka sebagai motivasi untuk berjuang memberikan sesuatu yang terbaik bagi
bangsa Indonesia, mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan, menyayangi sesama penganut agama, menyanyangi sesama dan makhluk
Tuhan yang lain, tenggang rasa dan menghormati orang lain, mengamalkan sikap dan
tingkah laku hemat, disiplin dan bertanggung jawab dalam mewujudkan keutuhan dan
kebersamaan agar tercapai kebahagiaan lahir batin Menciptakan kedamaian bangsa
adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air.
Selanjutnya masyarakat juga berperan untuk mewujudkan atau menanamkan
sikap cinta tanah air pada anak TK dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatankegiatan nasionalisme. Salah satu contohnya adalah seperti upacara pada hari senin,
upacara hari-hari besar Negara, memperingati hari Kemerdekaan, lomba dan
sebagainya, memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau pentas
budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan
menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat,
mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat,
mengenal para pahlawan, mengenalkan semangat persatuan dan kesatuan di
lingkungan masyarakat kepada anak melalui kegiatan-kegiatan seperti siskamling,
kerjabakti dll.
Mengenalkan anak mengenai berbagai macam suku, agama ,ras, budaya,
dan golongan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Namun hal itu bukan menjadi
suatu perbedaan di dalam bangsa Indonesia untuk kehidupan bermasyarakat seperti
semboyan Bhineka Tunggal Ika. meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai luhur
budaya bangsa kepada anak adalah sarana untuk membangkitkan semangat
nasionalisme dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan dengan senantiasa memupuk
rasa
persatuan
dan
kesatuan
bangsa
dan
bernegara
bermasyarakat.Serta untuk mewujudkan nasionalisme nasional.
dalam
kehidupan
Download