I. JUDUL Sintesis Asetanilida II. TUJUAN Mahasiswa dapat memahami pembuatan asetanilida III. ALAT DAN BAHAN : A. Alat No. Nama Alat Jumlah 1. Timbangan Elektrik 1 2. Corong Kaca 1 3. Labu Alas Bulat 1 4 Spatula 1 5 Refluks 1 6 Corong Buchner 1 7 Kaca Arloji 1 8 Pipet Tetes 3 9 Hotplate 1 10 Gelas Beker 1 11 Statif dan Klem 1 12 Selang 2 13 Eksikator 1 14 Gelas Ukur 1 15 Pompa Air 1 16 Ember 1 17 Kertas Saring 1 1 B. Bahan No IV. Nama Jumlah 1 Anilin 10,25 mL 2 Asam Asetat Anhidrat 10,75 mL 3 Asam Asetat Glasial 10,5 mL 4 Serbuk Zink 5 Air Dingin Secukupnya 6 Es Batu Secukupnya 0,05 gram BAGAN KERJA DAN RANGKAIAN ALAT A. Bagan Kerja 2 B. Rangkaian Alat Alat Refluks Keterangan : 1. Statif 2. Klem 3. Kondensor Refluks 4. Water Out 5. Water In 6. Labu Alas Bulat 7. Penangas 8. Mantel Heater 9. Ember 10. Generator air Corong Buchner Keterangan : 1. Generator 2. Corong Buchner 3. Labu Penampung 4. Penghisap Air 3 V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN A. Data Pengamatan No 1. Perlakuan Hasil Pengamatan Memasukkan 10,25ml Anilin Warna anilin : Cokelat ditambah 10,75ml asam asetat Warna asam asetat anhidrat anhidrat ditambah 10,5ml asam asetat glacial ke dalam labu alas : kuning bening bulat 2. Menambahkan 0,5g serbuk Zn dan :kuning bening 1 buah stirer 3. Warna asam asetat glacial Warna serbuk zn : abu-abu Merangkai alat-alat selama 30 Hasil refluks menit dengan suhu 130C dan hasil Massa kertas saring : 0,54 gr Warna larutan hablur : cokelat refluks dimasukkan dalam gelas beker 4. Memasukkan gelas beker ke dalam penangas yang berisi es batu yang telah dihancurkan 5. Mendiamkan dan sambil diaduk sampai menjadi hablur 6. Memasukkan larutan hablur dalam kertas saring dan menyaringnya muda Warna filtrat hablur : cokelat muda dengan corong bunchner 7. Mencuci hablur dengan Aquades dingin sambil disaring dengan corong bunchner 8. Memasukkan endapan kedalam Warna Endapan = Putih kecokelatan eksikator dan mendiamkan selama 3 hari 4 9. Menimbang endapan setelah Massa Total : 19,54 g kering Warna Kristal = Putih B. Perhitungan Massa Asetanilida = (Massa kertas saring + massa asetanilida) – massa kertas saring = 19,54 g – 0,54 g = 19 g VI. PEMBAHASAN Percobaan yang berjudul “Sintesis Asetanilida” memiliki tujuan yaitu mahasiswa dapat memahami pembuatan Asetanilida. Prinsip dasar asetanilida adalah Asetanilida merupakan senyawa benzene yang umum. Asetanilida termasuk senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amina primer dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida atau sering disebut Fenil Asetanilida, mempunyai rumus molekul C6H3NHCOCH3 dengan berat molekul (Mr) sebesar 135,16 g/mol. Rumus struktur asetanilida adalah Asetanilida banyak digunakan dalam Industri Kimia , antara lain : a. Sebagai zat awal pembentukan Penicilium b. Sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan c. Bahan pembantu dalam industri cat dan karet d. Bahan Intermediet pada sulfon dan asetil klorida 5 Gugus pelindung diperlukan jika dalam senyawa terdapat lebih dari satu gugus fungsional yang mempunyai reaktifitas sama terhadap suatu pereaksi, tetapi yang dikehendaki hanyalah satu gugus fungsional saja yang bereaksi dengan pereaksi tertentu. Untuk tetap mempertahankan gugus fungsional yang lain maka dilakukan dengan langkah perlindungan terhadap gugus fongsional tersebut. Reaksi-reaksi yang dipaparkan pada percobaan ini tidak langsusng memberikan contoh pemakaian gugus pelindung tetapi menyajikan reaksi-reaksi umum tentang perubahan gugus fungsional yang biasanya terlihat sebagai gugus pelindung. Pemilihan gugus fungsional yang digunakan sebagai gugus pelindung sangat tergantung pada target molekul yang diinginkan dengan memperhatikan reakstifitas gugus pelindung terhadap pereaksi maumpun sistem reaksi. Syarat sebuah senyawa gugus pelindung : 1. Mudah dimasukkan dan dihilangkan 2. Resisten terhadap reagen yang akan menyerang gugus fungsional yang tidak terlindungi 3. Sedapat mungkin resisten terhadap varietas yang lebih luas dari reagen lain Rekristalisasi merupakan proses pengulangan kristalisasi agar diperoleh zat murni atau kristal yang lebih teratur/murni. Senyawa organik berbentuk kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni. Mereka masih terkontaminasi sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama reaksi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Senyawa ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai. Ada dua kemungkinan keadaan dalam rekristalisasi yaitu pengotor lebih larut daripada senyawa yang dimurnikan, atau kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa yang dimurnikan. Pada dasarnya proses rekristalisasi adalah: - Melarutkan senyawa yang akan dimurnikan kedalam pelarut yang sesuai pada atau dekat titik didihnya. - Menyaring larutan panas dari molekul atau partikel tidak larut 6 - Biarkan larutan panas menjadi dingin hingga terbentuk kristal. - Memisahkan kristal dari larutan berair. Kristal yang terjadi dikeringkan dan ditentukan kemurniannya dengan penentuan titik lebur, kromatografi dan metode spektroskopi. Langkah penentuan pelarut dalam rekristalisasi merupakan langkah penentu keberhasilan pemisahan. Jika senyawa larut dalam keadaan panas maka penyaringan harus dilakukan dalam keadaan panas. Senyawa organik sering mengandung senyawa berwarna. Senyawa tersebut dapat dimurnikan dengan penambahan karbon aktif penghilang warna seperti norit (Damtith, 1994). Prinsip kerja pada percobaan ini adalah pertama memasukkan 10,25 ml anilin yang berwarna coklat ditambah 10,74 ml asam asam asetat anhidrat yang berwarna kuning dan juga ditambah dengan 10,5 ml asam asetat glasial juga berwarna kuning bering, dan terakhir ditambah serbuk Zn yang berwarna abu-abu. Campuran larutan tadi mengahsilkan warna coklat tua. Anilin disini berfungsi sebagai bahan baku pembuatan asetanilida, asam asetat anhidrat sebagai pusat rekasi yang mensubtitusikan gugus CH3COO dengan H pada anlilin, asam asetat glaisal sebagai gugus pelindung yang akan melindungi asam asetat, dan serbuk Zn sebagai katalisator. Setelah itu merangkai alat refluks, dan kemudian merefluks larutan campuran tersebut selama ±30 mnit dengan suhu ±100o C yang sebelumnya diberi batu didih atau magnetic stirrer yang berfungsi untuk meratakan pemanasan. Refluks merupakan suatu proses pencampuran senyawa-senyawa yang dilakukan dengan pemanasan dalam suatu labu alas bulat dimana pada tabung refluks yang dilengkapi dengan pendingin. Fungsi refluks adalah unutk mereaksikan senyawa yang dapat bereaksi diatas suhu ruang dan senyawa yang mudah menguap. Refluks dipilih karena dilengkapi dengan adana pendinginan, sehingga uap yang terbentuk akan mengembun kembali dan masuk kedalam labu alas bulat, hal ini dapat mengurangi konentrasi senyawa yang menghilang akibat pemanasan. Pemanasan sendiri berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. 7 Setelah selesai merefluks warna larutan yang dihasilkan tetap coklat tua, kemudian larutan tersebut dituangkan ke dalam gelas beker yang dimasukkan dalam penangas berisi es batu yang dihancurkan. Kemudian didiamkan didalamnya sambil diaduk sampai terbentul hablur. Fungsi dari dimasukkan dalam es batu yaitu sebagai proses pendinginan dimana fungsi pendinginan sendiri adalah untuk mempercepat proses pengkristalan, begitu pula dengan pengadukan. Setelah hablur terbentuk dimana hablur yang didapatkan berwarna coklat muda, selanjutnya menyaring hablur tersebut dengan corong Buchner. Dan selama proses penyaringan tersebut, sambil mencuci hablur dengan cara meneteskan akuades dingin sedikit demi sedikit . Fungsi pencucian dengan akuades dingin disini adalah agar CH3COOH mudah larut dalam akuades dan kemudian akan meresap melalui pori-pori kertas saring pada corong Buchner, sehingga diperoleh Kristal tanpa zat pengotor. Setelah penyaringan, didapatkan residu yang berwarna coklat kental. Residu yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam eksikator selama 2 hari dengan tujuan agar air yang masih terkandung dalam krital benar-benar hilang. Setelah dimasukkan eksikator berwarna coklat muda, kemudian ditimbang mendapatkan massa sebesar 13,54 gram. Untuk mendapatkan massa asetanilida yaitu dengan mengurangkan hasilnya dengan massa kertas saring yaitu 0,5 gram. Sehingga massa asetanilida adalah 13,04 gram. Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa percobaan tidak sesuai dengan teori. Karena dapat dilihat dari warna asetanilida yang dihasilkan adalah coklat muda, sedangkan menurut teori warna asetanilida adalah putih. Ketidaksesuian teori ini mungkin terjadi karena didalam asetanlilida masih terkandung zat pengotor seperti air dan asam asetat. Reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah: 8 VII. KESIMPULAN 1. Asetanilida adalah senyawa turunan asetil amina aromatis yang digoogkan sebagai amdia primer, dimana satu atom hydrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil. 2. Asetanilida bisa terbentuk dari reakis antara anilin dengan asam asetat anhidrat dengam menggunakan larutan asam asetat glasial sebagai gugus pelindung dan serbuk Zn sebagai katalisnya. 3. Reaksi yang terjadi adalah: 4. Fungsi penambahan zat dan perlakuan: a. Anilin : sebagai bahan dasar pembuatan asetanilida b. Asam asetat anhidrat : sebagai pusat reaksi c. Asam asetat glasial : sebagai gugus pelindung d. Serbuk Zn : sebagai katalisator e. Es batu : mempercepat proses pengkristalan f. Akuades dingin : melarutkan CH3CHOOH saat penyaringan g. Akuades : mencuci kristal yang terbentuk h. Refluks : untuk melakukan reaksi kimia dalam larutan yang memerlukan suhu tinggi diatas suhu kamar. i. Pendinginan dan pengadukan : mempercepat proses pembentukan hablur/kriatla. j. Penyaringan : menghasilkan Kristal yang bebas air. k. Penyimpanan dalam eksikator : agar Kristal bersih atau bebas dari zar pengotor. 5. Asetanilida yang dihasilkan berupa padatan berwarna coklat muda dengan massanya yaitu 13,04 gram. Menurut teori asetanilida berwarna putih. 9 DAFTAR PUSTAKA Fessenden dan Fessenden. 1987. Kimia Organik Edisi Kedua Jilid I. Jakarta: Erlangga Stanley, H. Fine. 1988. Kimia Organik II. Bandung: ITB Press Struart, Warlen. 1994. Sintesis Organik Pendekatan Diskoneksi. Yogyakarta: UGM Press Suminar. 1987. Kimia Dasar dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga Susanti, Elfi VH, dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Surakarta: Laboratorium Kimia Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS 10 LAMPIRAN JAWABAN PERTANYAAN 1. Tulis reaksi pembuatan asetanilida 11