TALREV Volume 2 Issue 1, June 2017: pp. 25-37. Copyright ©2017 TALREV. Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia. ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985. Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR MODEL PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DESA MELALUI JALUR NON LITIGASI THE DISPUTE RESOLUTION MODEL OF VILLAGE HEAD ELECTION THROUGH NON LITIGATION Sri Praptianingsih Fauziyah Faculty Of Law Jember Muhammadiyah University JL. Karimata 49 Jember, East Java, Indonesia Telp./Fax: +62-331-336728 Email: [email protected] Faculty Of Law Jember Muhammadiyah University JL. Karimata 49 Jember, East Java, Indonesia Telp./Fax: +62-331-336728 Email: [email protected] Submitted: Feb 27, 2017; Reviewed: Jun 05, 2016; Accepted: Jun 19, 2017 Abstrak UU 6/2014 Pasal 37 ayat (5) dan (6) menentukan bahwa Bupati wajib menyelesaikan sengketa hasil pemilihan kepala desa dalam tenggang waktu 30 hari. Di tingkat Kabupaten, sudah berlaku Peraturan tingkat Daerah yang mengatur penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa dan peraturan tersebut efektif berlaku dalam penanganan sengketa yang terjadi. Namun, baik undang-undang maupun peraturan ditingkat daerah/kabupaten belum menentukan dengan tegas bentuk/format luaran penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa. Tujuan khusus penelitian ini adalah merumuskan bentuk model dalam upaya penyelesaian sengketa Pemilihan Kepala Desa dengan melakukan sinkretisme strategi yang ada. Urgensi penelitian ini yaitu (a) perlu dibangun sistem yuridis dalam penanganan sengketa pemilihan kepala desa; (b) sinkronisasi peraturan daerah kabupaten yang mengatur penanganan sengketa pemilihan kepala Desa baik secara vertikal maupun horisontal (c.) perlu strategi penyelesaian sengketa dengan mengembangkan model penyelesaian yang memberikan perlindungan hak konstitusional dan menjamin tetap terselenggaranya agenda pemerintahan. Kegiatan penelitian di Kabupaten Jember, Bondowoso dan Lumajang, dengan total Sampel sebanyak 150 orang. Teknik pengumpulan data mempergunakan metode Participatory Action Research (PAR) dan Focus Group Discussion (FGD). Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian adalah kebijakan penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa dituangkan dalam instrumen juridis di tingkat daerah, hasil penyelesaian dituangkan dalam bentuk kesepakatan perdamaian. Kesepakatan ini kemudian diajukan kepada Peradilan untuk diterbitkan Akta Perdamaian agar terdapat kepastian kekuatan hukum berlakunya bagi para pihak. Kata Kunci: Akta Perdamaian; Penyelesaian Sengketa □ 25 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 Abstract The purpose of the establishment of the Republic of Indonesia is to protect and realize the welfare of citizens. Therefore, the main responsibility of the government is to provide protection and guarantee to every citizen to get a job and a decent living for humanity. Limitations of domestic employment, as well as the public's desire to work overseas, should be responded positively by the government, by formulating regulations both at the central and regional levels. This study will examine the roles and responsibilities of local governments as an effort the law protection against Indonesian Migrant Worker working abroad.This research is a normative legal research with approach of legislation and concept approach and analyzed qualitatively to give perspective on legal issue to the object of this research study. The results show that the responsibility of local government, especially in the pre-placement, post-placement, and empowerment phase of placement of migrant workers, while the placement of migrant workers is the responsibility of the central government. Implementation of local government responsibilities should be supported by regulations established by local governments. Keywords: Deed Ofreconciliation; Dispute Resolution PENDAHULUAN Salah satu konsekuensi berlakunya lum serasi dengan peraturan perundangan UU 23/2014, yang menggantikan UU yang lain, untuk itu perlu dikembangkan 32/2004, dan UU 6/2014 adalah adanya instrumen yuridis di tingkat kabupaten kewenangan Pemerintah Kabupaten untuk yang taat asas, serasi dengan peraturan menentukan perundangan sendiri mekanisme yang lain, membawa penyelesaian masalah/sengketa yang ter- manfaat bagi penyelenggaraan pemerinta- jadi pada masyarakat dalam lingkup han dan masyarakat, memberikan perlin- pemerintahan daerahnya masing-masing. dungan hak konstitusional dan menjamin Urgensi penelitian ini adalah pertama ter- tetap terselenggaranya agenda pemerinta- dapat strategi penyelesaian sengketa pem- han. ilihan kepala desa yang berbeda di setiap Penelitian sebelumnya dalam topik kabupaten. Secara umum belum terbangun ini adalah : sistem penyelesaian sengketa pemilihan 1. Penelitian tentang Identifikasi kepala desa, untuk itu perlu dibangun sis- sengketa pemilihan kepala desa di tem yuridis dalam penanganan sengketa Kabupaten Jember (Amira Paripurna pemilihan kepala desa. Kedua, peraturan dan Pramukhtiko, 2009-2010) menun- daerah kabupaten yang mengatur jukkan pe- bahwa pola sengketa yang nanganan sengketa pemilihan kepala desa ada didasarkan atas sengketa yang masih mengandung kekurangan dan be- berkait dengan proses pemilihan itu □ 26 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 2. sendiri. Dengan pola ini menunjukkan bahwa ada tiga embrio sengketa pem- bahwa seharusnya sengketa yang ter- ilihan kepala desa tetapi dapat di- jadi tersebut dapat diselesaikan seba- selesaikan oleh tim ad hoc yang di- gaimana mekanisme dan prosedur sebut panitia pengawas pemilihan yang telah ditentukan dalam Perda kepala desa sebagai lembaga tingkat No. 6/2006 jo. Perda No. 9/ 20121, pertama dan tim penyelesaian penye- tanpa harus melalui jalur litigasi lenggaraaan pemerintahan desa apabi- (Pengadilan Negeri Jember) karena la masalah tidak dapat diselesaikan menurut fungsi dan kewenangannya ditingkat pertama. Panitia pengawas badan peradilan tidak bertugas dan didanai oleh APBdesa yang berasal berwenang untuk menjadi pengawas dari dana APBD sebesar Rp. 2 juta dan memutus sengketa yang didasar- untuk setiap desa. Ada satu sengketa kan atas proses pemilihan itu sendiri yang masuk ke pengadilan negeri seperti Lumajang tetapi ditolak kemudian di- persoalan kampanye dan penghitungan suara. ajukan Penelitian tentang pola penyelesaian dikabulkan ditingkat pertama tetapi sengketa Pemilihan kepala desa di ditolak Kabupaten Bondowoso (Fauziyah dan penelitian dilaksanakan salinan pu- Sri tusan belum diperoleh. Praptianingsih, menunjukkan bahwa 2012-2013) tidak sengketa disebabkan oleh ketidak puasan calon yang kalah dalam pemilihan kepala desa yang berhasil diselesaikan oleh tim pengawas yang berdasarkan perda dibentuk untuk penyelesaian ditingkat Surabaya, banding hingga Mekanisme Yuridis Penyelesaian Sengketa Litigasi Mekanisme sengketa litigasi yuridis penyelesaian menyangkut proses beracara melalui jalur peradilan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. kepentingan tersebut. Penelitian PTUN ada sengketa yang ada hanya embrio 3. ke sengketa pemilihan kepala desa di Kabupaten Lumajang (Fauziyah dan Sri Praptianingsih, 2013-2014) menunjukkan Peradilan diselenggarakan oleh kekuasaan kehakiman. Kekuasaan Kehakiman berdasar UUD NRI 1945 Pasal 24 ayat (2) jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (selanjut- 1 Amira hasil penelitian sengketa Pemilihan kepala desa di Kabupaten Jember, 2010 nya disebut UU 4/2004) dilakukan oleh □ 27 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 sebuah Mahkamah Agung, yang mem- perkara tertentu. Kompetensi absolute bawahi empat lingkungan peradilan yaitu (wewenang mutlak) menjawab pertan- peradilan umum, peradilan agama, peradi- yaan lingkungan peradilan apa yang lan militer dan peradilan Tata Usaha berwenang Negara, dan oleh Mahkamah Konstitusi. sengketa/perkara4. mengadili suatu Tiap-tiap pemegang kekuasaan peradilan Kompetensi relative, disebut juga dan lembaga peradilan di bawahnya distribusi kekuasaan peradilan, adalah mempunyai semua kompetensi. Penyelesaian ketentuan tentang pembagian persoalan hukum melalui lembaga peradi- kekuasaan antara badan-badan pengadilan lan harus ada kesesuaian antara masalah dari tiap-tiap jenis peradilan atau berhub- dengan kompetensi lembaga peradilan ungan dengan kewenangan pengadilan yang mengadili. untuk mengadili suatu perkara menurut wilayah hukumnya. Kewenangan relative Pengertian dan ruang lingkup Kompetensi dili antar pengadilan serupa, tergantung Kompetensi dalam penulisan ini berarti kewenangan mengadili perkara oleh suatu pengadilan2. Dalam hukum acara dikenal adanya kompetensi absolute dan kompetensi relative. Kompetensi absolut, kekuasaan mengatur pembagian kekuasaan menga- disebut juga 3 peradilan , atribusi tempat tinggal tergugat. Kewenangan relative menjawab pertanyaan pengadilan mana yang mengadili perkara/sengketa. Asasnya adalah ‘yang berwenang adalah pengadilan tempat tinggal tergugat’ (actor sequitur forum rei)5. adalah kewenangan peradilan untuk mengadili Lingkungan Peradilan dan Kompe- suatu perkara menurut obyek, materi tensinya atau pokok undang-undang. Kompetensi Mahkamah Agung dan Mahkamah absolute Konstitusi menyangkut pembagian kekuasaan antar badan-badan peradilan, Mahkamah Agung sebagai salah sa- dilihat dari jenis pengadilan menyangkut tu pemberian kekuasaan mengadili, memu- merupakan pengadilan Negara tertinggi tuskan dan melaksanakan suatu jenis dari 2 Periksa M. Nasir, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Jambatan, Jakarta, 2003, hlm. 23 3 Ibid. pemegang empat kekuasaan lingkungan kehakiman, peradilan di 4 Periksa Retnowulan Sutanto, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, cet. Ke 10, Mandar Maju, Jakarta, 2005, hlm.11. 5 Ibid. □ 28 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 bawahnya, berdasar Pasal 11 ayat (2) UU Selain wewenang Mahkamah Kon- 4/2004 mempunyai kewenangan : stitusi berdasar Pasal 12 ayat (2) UU 4 a. Mengadili pada tingkat kasasi ter- Tahun 2004 , Mahkamah Konstitusi juga hadap putusan yang diberikan pada mempunyai kewajiban untuk memberikan tingkat terakhir oleh pengadilan di putusan atas pendapat Dewan Perwakilan semua lingkungan peradilan yang be- Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil rada di bawah mahkamah Agung. Presiden diduga telah melakukan pelang- b. Menguji peraturan perundang- garan hukum berupa penghianatan ter- undangan di bawah undang-undang hadap negara, korupsi, penyuapan, tindak terhadap undang-undang; dan pidana berat lainnya atau perbuatan terce- c. Wewenangan lainnya yang diberikan undang-undang. la, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. Pemegang kekuasaan kehakiman lainnya adalah Mahkamah Konstitusi. Peradilan Umum Berdasarkan Amandemen UUD 1945 Peradilan Umum diatur dalam Un- Pasal 24c ayat (1) dan (2) jo. UU 4/2004 dang-undang Nomor 2 Tahun 1986 ten- Pasal 12 ayat (1), Mahkamah Konsitusi tang Peradilan Umum (LNRI tahun 1986 berwenang mengadili pada tingkat per- nomor 20, TLNRI Nomor 3327) (selan- tama dan terakhir yang putusannya bersi- jutnya disebut UU 2/86) dan Undang- fat final untuk : Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Pe- a. b. terhadap rubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Undang-Undang Dasar Negara Re- Tahun 1986 tentang Peradilan Umum publik Indonesia Tahun 1945; (LNRI tahun 2004 Nomor 34, TLNRI Memutus sengketa kewenangan lem- Nomor baga Negara yang kewenangannya 8/2004). Menguji undang-undang diberikan oleh UUD Negara Republik c. d. 4379) (selanjutnya disebut UU Lingkungan peradilan umum meli- Indonesia Tahun 1945; puti Pengadilan Negeri sebagai pengadi- Memutus pembubaran partai politik; lan tingkat pertama, yang berkedudukan dan di ibukota Kabupaten/Kota dan Pengadi- Memutus perselisihan tentang hasil lan Tinggi sebagai pengadilan tingkat pemilihan umum. banding, yang berkedudukan di ibukota propinsi. Kompetensi absolute Peradilan □ 29 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 Umum adalah memeriksa, memutus dan jadinya peristiwa pemilihan kepala desa menyelesaikan perkara pidana dan perka- diadili pada lembaga peradilan ini. ra perdata. Peradilan Militer Kompetensi Peradilan Militer Peradilan Tata Usaha Negara meliputi perkara-perkara yang melibat- Kompetensi Peradilan Tata Usaha kan anggota militer. Oleh karenanya, Negara mengadili sengketa antara Ba- sengketa yang timbul sebagai akibat ter- dan/Pejabat Tata Usaha Negara dengan jadinya pemilihan kepala desa sangat orang atau badan hukum perdata yang kecil oleh timbul akibat dikeluarkannya Keputusan peradilan militer. Kecuali apabila ter- Tata Usaha Negara. Keputusan Tata dapat hal atau peristiwa yang sangat is- Usaha timewa yang di dalamnya melibatkan hukum pemerintahan yang dilakukan anggota militer. Hal ini pun dapat apabi- oleh badan atau Pejabat Tata Usaha kemungkinannya diadili la kemudian menjadi sengketa/perkara Negara merupakan tindakan Negara dalam lapangan hukum publik, militer apabila melanggar ketentuan da- yang bersifat konkrit, individual dan fi- lam hukum militer dan dilakukan oleh nal serta menimbulkan akibat hukum. militer, Peradilan Tata Usaha Negara merupakan bukan semata pelanggaran hukum mengenai pemilihan kepala desa. lembaga peradilan yang bertugas mengawasi tindakan hukum publik yang Peradilan Agama dilakukan oleh pemerintah, dengan per- Kompetensi Peradilan Agama adalah mengadili perkara antara orangorang yang beragama Islam di bidang (a) perkawinan; (b) kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan kataan lain melindungi warga masyarakat dari kesewenangan pemerintah dalam tindakan-tindakannya ketika menjalankan tugas pemerintahan. berdasarkan hukum Islam; (c) wakaf dan shadaqah Penyelesaian Sengketa Non Litigasi (vide Passal 49 UU 7/1989 tentang Secara normatif lembaga ini dise- Peradilan Agama, LNRI Nomor 49 Ta- diakan bagi badan-badan usaha yang ter- hun 1989, TLNRI Nomor 3400). Ber- libat dasarkan ketentuan tersebut tidak mungkin sengketa yang timbul akibat ter- persoalan keperdataan. Dengan berbagai pertimbangan, maka disediakan lembaga penyelesaian sengketa non litigasi, yang berupa arbitrase, negosiasi, □ 30 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 atau mediasi. Konsep mengenai model lan kampanye, penghitungan suara; penyelesaian sengketa yang demikian sengketa demikian tidak termasuk da- dapat diadopsi oleh masyarakat, sepan- lam hukum perdata maupun hukum jang persoalan yang harus diselesaikan pidana. tidak termasuk tindak pidana kejahatan atau pelanggaran. Keempat model sengketa tersebut sangat mungkin muncul ketika pemilihan Sengketa Pemilihan Kepala Desa dan kepala desa berakhir. Setiap pemilihan kepala desa berpotensi memunculkan Penyelesaiannya Terdapat empat (4) model sengketa sengketa. Sengketa pemilihan kepala desa berkait dengan dilakukannya pemilihan akan menjadi kompetensi PTUN apabila langsung termasuk pemilihan kepala desa, sudah yaitu; mengenai hal tersebut. Namun, apabila 1. Sengketa yang disebabkan adanya on- objeknya tentang segala sesuatu yang rechtmatige daad, yang menimbulkan berkait dengan proses pemilihan sejak tuntutan ganti kerugian; sengketa demikian tunduk kepada hukum terdapat keputusan Bupati pembentukan panitia, pendaftaran pemilih hingga hasil penghitungan suara yang didalamnya melibatkan calon dan panitia perdata; 2. Sengketa yang disebabkan adanya pemilihan, sepanjang di dalamnya tidak menimbulkan mengandung unsur pidana dan kerugian tuntutan pemidanaan; hal demikian materiil, maka sengketa pemilihan kepala tunduk kepada hukum pidana; desa tidak/bukan menjadi kompetensi ab- strafbar feit, yang 3. Sengketa yang disebabkan adanya Keputusan Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berkait dengan penye- solut pengadilan negeri. Pendekatan Penelitian Pendekatan deskriptif lenggaraan dan atau hasil Pemilihan Pendekatan ini difokuskan untuk Kepala Desa, menimbulkan gugatan mendapatkan gambaran mengenai pola pembatalan Keputusan Tata usaha sengketa pemilihan kepala desa dan Negara; hal demikian merupakan penyelesainnya. wewenang Peradilan Tata Usaha Negara; Participatory Action Research (PAR) Pendekatan peneliti yang kedua yai- 4. Sengketa yang berkait dengan proses pemilihan itu sendiri, seperti persoa- tu kegiatan untuk menyusun model □ 31 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 Penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa melalui jalur Non litigasi. Peserta berdasarkan pada pengalaman empirisnya menawarkan solusi sebagai berikut: a. Setiap masalah yang muncul harus PEMBAHASAN Focus Group Discussion selesai pada tahap itu juga. Untuk Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dilakukan untuk memenuhi target tahun pertama, merumuskan bentuk model dalam upaya penyelesaian sengketa Pemilihan Kepala Desa dengan melakukan sinkretisme strategi yang ada. Pendekatan deskriptif dipergunakan dengan tujuan mendapatkan gambaran mengenai pola sengketa pemilihan kepala desa dan penyelesaian. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Jember, Lumajang dan mencegah terjadinya sengketa masalah harus tuntas sebelum proses pemungutan dan penghitungan suara dil- aksanakan. Pada periode ini calon maupun Timses lebih mudah ‘dikendalikan’. b. Panitia Pemilihan kepala desa merupakan pihak yang rentan menjadi tergugat. Gugatan terhadap panitia biasanya berkait dengan mekanisme dan kecurangan dalam proses. Oleh karena itu pembentukan Panitia Pemilihan Bondowoso Dalam FGD di Kabupaten Jember peserta menyampaikan pengalamannya dalam penyelenggaraan pemilihan kepala Kepala Desa harus dilakukan dengan mempertimbangkan hal berikut : Kompetensi calon anggota panitia desa. Fakta yang diperoleh peneliti bahwa - Kewibawaan calon dalam setiap tahapan pemilihan kepala - Keterwakilan seluruh golongan da- desa mempunyai potensi masalah yang dapat berkembang menjadi sengketa. lam masyarakat, baik ‘putih’ maupun ‘hitam’ Tahapan dalam pemilihan kepala desa c. Tata tertib pemilihan kepala desa dan dimulai sejak pembentukan panitia, pen- persyaratan calon harus rinci dan jelas dataan pemilih, pencalonan hingga proses d. Penyelesaian masalah dalam pemilihan pemilihan yang merupakan rangkaian kepala desa dilakukan melalui jalur lit- kegiatan kampanye, hari tenang, un- igasi maupun non litigasi. Jalur litigasi dangan, pemilihan, dan penghitungan juga suara. memberikan pilihan untuk penyelesaian dengan akta perdamaian. Untuk mendapatkan hasil yang maksi- □ 32 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 mal melalui jalur non litigasi, harus Di Kabupaten Jember sudah terdapat memperhatikan syarat sebagai berikut: Peraturan Daerah tentang Desa yang Upaya penyelesaian dengan meli- di menentukan penyelesaian sengketa hasil pemilihan ses/pendukungnya. ditangani oleh Tim yang dibentuk un- pengawas dari tan/kabupaten tuk kepentingan tersebut. kecama- FGD memfasilitasi di Kabupaten Lumajang dibangunnya komunikasi antara para menemukan fakta sebagai berikut: pihak yang bersengketa untuk dapat a. Peraturan daerah sudah berdasarkan mempertemukan ‘kehendak’ para UU 6/2014 yaitu Perda 1/2015 tentang pihak dalam kesepakatan yang me- Pedoman Pemilihan kepala desa namun menangkan semuanya. tidak mengatur sengketa pemilihan Keterlibatan Pemerintah Kabupat- kepala desa dan penyelesaian. en/kecamatan menjadi keharusan, Pengaturan oleh karena itu kompetensi atas reg- pemilihan kepala desa dituangkan da- ulasi pemilihan kepala desa bagi pe- lam Peraturan Bupati 23/2015 tentang jabat pemerintah yang bersangkutan Juklak Perda 1/2015. penyelesaian sengketa b. Peraturan Bupati kabupaten Lumajang menjadi keharusan. Banyak masalah bahkan sengketa Nomor berhasil diselesaikan tanpa harus me- penyelesaian lalui kepala desa menentukan hal sebagai jalur litigasi; penyelesaian sengketa sebagai produk hukum Bu- berikut: pati dituangkan dalam bentuk Surat 23 tahun 2015 sengketa dalam pemilihan Bupati membentuk Panitia Pemili- Edaran. Surat edaran merupakan pili- han han yang diambil, karena produk dengan keputusan Bupati (Pasal 6 hukum ini tidak dapat digugat ke ayat (1)) yang salah satu tugasnya PTUN karena tidak memenuhi krite- adalah memfasilitasi penyelesaian ria KTUN yang dapat digugat se- permasalahan bagaimana desa tingkat kabupaten (Pasal 6 ketentuan Undang- Belum ada standar penyelesaian sengketa. dokumen Kabupaten di kabupaten Pemilihan kepala ayat (2) huruf f) Undang Peradilan Tata Usaha negara. f. dalamnya batkan baik calon maupun tim Tim e. g. Camat, dengan keputusan camat, membentuk panitia Pengawas yang □ 33 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 bertugas melakukan pemantauan dan pengawasan pemilihan kepala hadap setiap situasi dan kondisi yang desa. Camat berkedudukan sebagai terjadi dalam tahapan-tahapan pem- Ketua Panitia Pengawas, dibantu ilihan kepala desa; seorang sekretaris dan beberapa anggota ( Pasal 7). Panitia Pengawas harus cermat ter- Panitia Pengawas Perlu ada pakta integritas untuk anti politik uang; melakukan Belum ada format baku untuk menu- pengawasan dan pemantauan pem- angkan hasil penyelesaian sengketa ilihan kepala desa pada semua pemilihan kepala desa, oleh karena itu tahapan kegiatan pemilihan, terma- perlu ada ketentuan mengenai hal ini. suk fasilitas terhadap penyelesaian FGD di Kabupaten Bondowoso awal adanya perselisihan hasil mengemukakan fakta sebagai berikut: pemilihan kepala desa. Secara normatif, Penyelesaian Berdasarkan Perda dan Perbup ter- sengketa hasil pemilihan kepala desa, sebut pemilihan kepala desa serentak di sudah diatur dalam perda; baik Perda Kabupaten Lumajang relatif sukses, kare- sebelum maupun sesudah UU 6/2014, na setiap masalah dapat diselesaikan oleh namun belum diatur bentuk/format Panitia Pengawas dengan baik. Meskipun penyelesaian, apakah dalam kepu- demikian, peserta FGD menyampaikan tusan atau akta perdamaian. gagasan untuk mencegah terjadinya Secara empiris keberhasilan penye- sengketa pemilihan kepala desa adalah lenggaraan pemilihan kepala desa sebagai berikut: yang ditunjukkan dengan dipenuhinya Perlu adanya aturan yang rinci untuk semua tahap pemilihan hingga pelan- mengurangi potensi masalah sebelum tikan pada semua desa peserta pem- dan sesudah pemilihan kepala desa; ilihan adalah berkat kerjasama dan Perlu adanya kerja sama antara calon, kerjabersama antara Pemerintah Ka- Panitia Pemilihan kepala desa dan bupaten dan Kecamatan dengan BPD Tim was menentukan keberhasilan dan panitia pemilihan, sejak pemben- untuk proses pemilihan kepala desa tukan Panitia, Pelaksanaan hingga tanpa masalah; Penghitungan suara dan Penetapan Pembentukan Panitia Pemilihan sey- hasil, serta penanganan masalah yang ogyanya mencakup semua unsur; muncul dalam setiap tahapan. Semua □ 34 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 komponen focus pada pencapaian strumen hukum di daerah, khususnya di tahapan pelantikan calon kades. kabupaten Jember, Bondowoso, Luma- Upaya berkem- jang dan Situbondo. Akan tetapi belum bangnya masalah menjadi sengketa ada ketentuan tegas produk yuridis dari pemilihan kepala desa dilakukan un- hasil penyelesaian apakah dalam ben- tuk meminimalkan ruang konflik an- tuk keputusan ataukah kesepakatan. tara lain dengan: Perbedaan kedua instrumen ini sebagai Aturan yang tegas dan rinci baik yang berikut. Keputusan dibuat oleh Bupati mengatur calon sebagai kepala pemerintahan kabupat- kepala desa. Dalam praktek, meski en. Keputusan menunjukkan adanya upaya membuat aturan jelas dan rinci hubungan hukum sepihak antara pen- sudah dilaksanakan sebaik mungkin, guasa dan rakyat, merupakan tindakan praktek tetap saja ditemukan celah, hukum pemerintahan dan oleh karena sehingga potensi masalah selalu ada. itu dapat menjadi obyek gugatan me- Seleksi bakal calon kepala desa dil- lalui PTUN. Sedangkan ‘kesepakatan’ akukan dengan lebih ketat, dengan menempatkan kualifikasi persyaratan yang semakin kedudukan setara. antara para pihak meningkat. yang ‘bersengketa’ dalam hal ini antara pembinaan kepada panitia pemilihan pihak yang merasa dirugikan (biasanya agar menguasai peraturan pemilihan calon kalah) dengan panitia pemilihan kepala desa dengan baik. dan/atau calon yang mendapatkan suara melakukan evaluasi atas setiap taha- terbanyak pan yang telah direncanakan. merupakan bentuk tindakan hukum untuk mencegah panitia maupun tuk pihak (menang). perdata. Seminar Nasional para dalam Kesepakatan Kesepakatan mengenai penyelesaian sengketa lazim disebut Dalam kegiatan yang bertujuan un- dengan mensosialisasikan hasil penelitian, kemudian dapat dituangkan dalam akta sekaligus menjaring pendapat dari praktisi dan stakeholder, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Secara normatif, penyelesaian sengketa hasil penghitungan suara dalam pemili- kesepakatan damai, yang perdamaian. 2. Penyelesaian yang dilakukan oleh Bupati untuk melaksanakan amanat UU 6/2014 dapat dirumuskan dalam bentuk kesepakatan perdamaian. Untuk men- han kepala desa sudah diatur dalam in□ 35 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 jadi akta perdamaian yang dapat diakui desa tanpa menentukan siapakah calon kekuatan hukumnya oleh lembaga yang menjadi kepala desa/terpilih. Ke- peradilan, maka kesepakatan perdama- tentuan terpilih tidaknya calon bukan ian harus dimohonkan putusan hakim kewenangan panitia, tetapi merupakan pengadilan yang berwenang. Pengadi- standar norma yang ditentukan dalam lan, melalui hakim akan menjatuhkan Perda, bahwa calon terpilih adalah putusan yang berisi ‘akta perdamaian’ calon dengan suara terbanyak. Dengan yang dimohonkan tersebut, dengan perkataan irah-irah ‘demi keadilan yang ber- kepala desa tidak pernah membuat dasarkan ketuhanan Yang Maha Esa’. keputusan Dengan kesepakatan kepala desa, tetapi sekedar menyam- kekuatan paikan hasil perolehan suara masing- hukum yang diakui oleh badan yudisiil, masing calon. Selain itu secara norma- oleh karenanya tidak dapat digugat tiaf, UU PTUN menentukan bahwa lagi. hasil penghitungan suara oleh panitia perdamaian demikian, mempunyai lain, Panitia tentang hasil Pemilihan pemilihan 3. Persoalan lebih lanjut yang ditemukan pemilihan bukan termasuk kompetensi dalam penelitian ini adalah sengketa PTUN. Oleh karena itu, demi adanya hasil pemilihan kepala desa bukan ter- kepastian penyelesaian sengketa hasil masuk kompetensi peradilan umum pemilihan kepala desa oleh Bupati 6 maupun peradilan tata usaha Negara , yang dituangkan dalam kesepakatan karena proses pemilihan kepala desa damai harus diajukan ke PTUN atau adalah kegiatan dalam bidang tata PN untuk mendapatkan putusan hakim Negara, dilaksanakan oleh panitia pem- sehingga menjadi akta perdamaian, ilihan kepala desa yang bukan dan tid- maka perlu ada fatwa Mahkamah ak dibentuk oleh Badan Tata Usaha Agung yang menentukan termasuk Negara. Panitia pemilihan kepala desa kewenangan dibentuk oleh Badan Perwakilan Desa. sengketa hasil pemilihan kepala desa, Alasan lain, hasil kerja Panitia Pemili- PN atau PTUN. atas ‘kesepakatan han Kepala Desa tidak bersifat final, damai penyelesaian sengketa hasil tetapi sebatas melaporkan hasil penghi- pemilihan kepala desa yang ditanda- tungan suara dalam pemilihan kepala tangani oleh Bupati’. 6 Jurnal Penelitian FH UM Jember tahun 2007 peradilan manakah PENUTUP □ 36 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 Model penyelesaian sengketa pem- disahkan oleh Kepala Pemerintahan baik ilihan kepala desa melalui jalur non liti- Kepala Desa, atau Camat atau Bupati. gasi dituangkan dalam bentuk kesepakatan Kepastian kekuatan hukum kesepakatan damai, yang ditandatangani oleh para damai pihak yang para bersengketa, pihak saksi, diperoleh dan dengan mengajukan permohonan kepada Peradilan untuk diterbitkan sebagai Akta Perdamaian dengan irah-irah ‘Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa’. Dengan demikian, Kesepakatan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang diakui oleh lembaga peradilan, dan oleh karena itu tidak dapat digugat. Pemerintah menyusun Kabupaten regulasi perlu menyangkut penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa, yang didalamnya bagi menentukan lembaga yang berwenang menyelesaikan sengketa beserta mekanismenya. BIBLIOGRAFI Abraham Amos, Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Dari Orla, Orba sampai Reformasi) Telaah Sosiologis Yuridis dan Yuridis Pragmatis Krisis Jati Diri Hukum tata Negara Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005 Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Haji Masagung, cet. Kesembilan, 1990, Jakarta Ter Haar, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983 Amira Paripurna, Penyelesaian sengketa Pemilihan kepala desa Di Kabupa- ten Jember, Fairness and justice Volume 1 nomor 8 Tahun 2010 Amandemen UUD Negara Republik Indonesia 1945 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum (LNRI Tahun 2004 Nomor 8, TLN nomor 4379) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (LNRI th 1986 Nomor 77 TLN nomor 3344) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (LNRI th 1999 Nomor 138 TLN nomor 3872) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (LNRI th 2003 Nomor 98 TLN nomor 4316 ) Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaaan Kehakiman (LNRI th 2004 Nomor 8, TLN nomor 4358) Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (LNRI th 2004 Nomor 35, TLN nomor 4380) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (LNRI Tahun 2004 Nomor 115, TLN Nomor 4437) Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kab. Jember Nomor 6 Tahun 2006) Ensiklopedi Nasional Indonesia, Buku 4, Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1989 □ 37 Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017 Ensiklopedi Indonesia, Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta, 1980, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990 *** □ 38