BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri musik di Indonesia saat ini telah berkembang sangat pesat, bermula dari berkembangnya berbagai genre atau aliran musik, hingga lahirnya banyak musisi, baik grup maupun perorangan (solo). Perkembangan ini membuat industri musik menjadi suatu hal yang sangat menguntungkan dan menjanjikan, tidak hanya bagi para musisi tetapi juga bagi para penyelenggara event musik. Pelaku bisnis industri musik mengembangkan bisnis musik dengan menciptakan lahan baru yang dapat mendatangkan keuntungan besar bagi para musisi, salah satunya adalah pertunjukkan langsung atau live concert. (bandungmagazine.com/2014). Berdasarkan fakta bahwa penyelengga-raan event musik merupakan salah satu penyumbang keuntungan terbesar dalam industri musik, tidak sedikit pelaku bisnis industri musik yang mulai melirik peluang menjadi promotor atau penyelenggara event musik. Beberapa tahun belakangan, event musik Indonesia diramaikan dengan datangnya musisi internasional dari berbagai genre musik. Sepanjang tahun 2011, sudah puluhan musisi internasional yang beraksi di panggung hiburan musik Indonesia. Bahkan beberapa musisi yang konon sulit didatangkan, pada akhirnya bersedia tampil di Jakarta, sebut saja Justin Bieber, Kylie diselenggarakan Minoque, oleh Santana para telah promotor menggelar musik konser di yang Indonesia. (sp.beritasatu.com/2011) Mendatangkan musisi internasional sudah dilakukan sejak tahun 1970-an, dimana Majalah Aktuil dan Buena Ventura Group yang bertindak sebagai promotor mendatangkan Deep Purple, band legendaris asal Inggris. Hingga kini, sudah banyak promotor musik Indonesia yang telah mendatangkan musisi luar negeri, diantaranya adalah Java Festival Production (JFP), Big Daddy, Berlian Entertainment, Java Musikindo, dan Showmaxx Entertainment. (merdeka.com/2012) 1 2 Dari berbagai macam konser musik serta banyaknya penyelenggara event musik, Java Festival Production merupakan promotor musik yang masih bertahan dan setiap tahunnya tidak pernah melewatkan untuk menyelenggarakan event utamanya yaitu Java Jazz Festival. Hingga saat ini, Java Festival Production (JFP) adalah salah satu promotor musik Indonesia yang masih bertahan. JFP telah menyelenggarakan event musik dari berbagai genre, antara lain rock, jazz, dan soul. Event musik tahunan yang pertama kali digelar oleh Java Festival Production adalah Java Jazz Festival (JJF) pada tahun 2005 dan masih berlangsung hingga saat ini. (javafestivalproduction/2015) Java Festival Production didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan Indonesia pada dunia internasional melalui event musik, sekaligus mendatangkan musisi dunia ke Indonesia. Selain Java Jazz Festival, Java Festival Production juga menyelenggarakan event musik tahunan antara lain Java Soulnation tahun 2008, Java Rockin’ Land 2009, dan Soundsfair tahun 2014. Jakarta telah menjadi tuan rumah Jakarta International Java Jazz Festival selama 11 tahun. Festival yang digelar setiap bulan Maret tersebut digadang-gadang sebagai salah satu festival jazz terbaik dan terakbar di tingkat internasional dan telah membuktikan daya magnetisnya, menarik banyak musisi dari berbagai penjuru dunia serta mampu mempertahankan eksistensinya dengan jumlah pengunjung yang kian meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut terbukti ketika tahun 2010, para musisi jazz dari Timur Tengah dan Amerika Latin telah bergabung dengan para musisi jazz dari Eropa, Amerika Utara, Australia, Jepang, India, dan juga Asia Tenggara, untuk tampil bersama dengan para musisi Indonesia. Ketika itu, Java Jazz Festival memperoleh gelar dari MURI sebagai “Festival Jazz Terbesar di Dunia” pada 6 Maret 2010, ketika Java Jazz Festival berpindah tempat penyelenggaraannya di JIExpo Kemayoran. Tercatat ada lebih dari 1.300 musisi asing dan Indonesia yang bermain di 21 panggung dalam satu kawasan selama tiga hari penyelenggaraan Java Jazz Festival 2010, dan ditonton oleh lebih dari 105.000 pencinta jazz dari Indonesia dan luar negeri. 3 Keberhasilan JFP dalam mengadakan event Java Jazz Festival secara konsisten dalam kurun waktu 11 tahun, tidak hanya ditunjukkan melalui event musik. JFP juga banyak terlibat dalam berbagai acara lain di luar perannya sebagai penyelenggara event musik. Kecenderungan perkembangan pemasaran di masa mendatang kerap menimbulkan persaingan agar brand dapat menempati posisi teratas dan mengalahkan brand lainnya. Brand merupakan aset perusahaan yang paling bernilai. Oleh sebab itu, brand perlu untuk dikelola, dikembangkan, diperkuat, dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. Mengelola berbagai brand dalam sebuah payung bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Perusahaan dengan banyak brand harus memiliki strategi yang tepat agar brand yang ada di bawahnya dapat hidup dengan harmonis dan tumbuh besar bersama. Hal tersebut sangat penting karena brand adalah aset besar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. (Keller, 2013) Keberhasilan eksistensi suatu brand tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan perusahaan dalam mengkomunikasikan budaya dan nilai-nilai yang dimiliki perusahaan kepada anggota organisaai. Keberadaan atau eksistensi suatu brand merupakan wujud nyata dari hasil kinerja perusahaan dalam mengelola brand-nya. Kinerja karyawan yang baik dipengaruhi oleh budaya organisasi yang kuat. Semakin tinggi budaya organisasi maka, semakin meningkat kinerja anggota organisasi yang diberikan terhadap perusahaannya. (Susanto & Himawan, 2004) Eksistensi Java Jazz Festival bila dilihat secara grafik mengalami fluktuasi, dimana jumlah pengunjung, penampil, dan panggung mengalami naik dan turun. Namun, kondisi fluktuasi ini tidak signifikan, karena masih diambang batas normal terutama bagi suatu event musik. Hal tersebut yang membuat Java Jazz Festival masih bertahan dan eksis walaupun tren pasar−khususnya anak muda sekarang−sudah mulai bergeser dari musik jazz ke arah EDM (Electro Dance Music). Keterangan di atas diperjelas dalam gambar 1.1 yaitu grafik panggung, penampil, dan pengunjung JJF di tiga tahun terakhir. 4 180 160 140 120 100 2013 80 2014 60 2015 40 20 0 Panggung Penampil Pengunjung Gambar 1.1 Grafik Panggung, Penampil, dan Pengunjung JJF (tiga tahun terakhir) (Sumber: Data Internal Java Festival Production) Jakarta International Java Jazz Festival atau yang biasa disebut Java Jazz Festival (JJF) ini merupakan festival musik jazz tahunan pertama yang diselenggarakan selama tiga hari yang digelar sejak tahun 2005 oleh PT Java Festival Production. Pertama kali JJF diadakan di Jakarta Convention Center, Senayan, dan mulai dari tahun 2010, diselenggarakan di tempat yang berbeda yaitu JIExpo Kemayoran. Alasan utamanya adalah menyadari panggung, penampil serta pengunjung yang kian meningkat pada masa itu. Keunikan suatu brand dapat muncul ketika perusahaan dapat berhasil mengkomunikasikan nilai-nilai yang dipercayai di perusahaan. Nilai-nilai ini lahir ketika perusahaan membuat sebuah visi organisasi. Oleh karena itu, nilai inti (core values) ini yang nantinya menjadi pedoman bagi perusahaan dalam mempertahankan dan mengembangkan perusahaannya. (Susanto & Himawan, 2004) Nilai yang dipercayai tersebut dipahami dan diterapkan oleh setiap anggota organisasi, yang nantinya akan membentuk budaya tersendiri dari sebuah perusahaan. Kemudian, budaya organisasi tersebut yang menjadi pedoman anggota organisasi dalam bertindak dan berpikir yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku dan cara kerja anggota organisasi dalam berdedikasi terhadap perusahaan dan brand-nya. 5 1.2 Fokus Penelitian Keberhasilan suatu brand sangat dipengaruhi oleh reputasi baik yang dimiliki perusahaan. Tidak hanya reputasi yang baik tetapi juga, culture yang dimiliki oleh perusahaan dapat memberikan pengaruh dalam mengelola eksistensi suatu brand. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini akan berfokus pada bagaimana proses komunikasi budaya organisasi Java Festival Production dalam mengelola eksistensi Java Jazz Festival. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berkaitan dengan fokus penelitian yang telah disebutkan, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini, adalah: 1. Bagaimana budaya organisasi Java Festival Production pada brand Java Jazz Festival? 2. Bagaimana proses Java Festival Production dalam mengkomunikasikan budaya organisasi sebagai bentuk pengelolaan eksistensi brand Java Jazz Festival? 3. Bagaimana hambatan dan solusi dalam proses mengkomunikasikan budaya organisasi PT Java Festival Production? 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui budaya organisasi Java Festival Production pada brand Java Jazz Festival. 2. Mengetahui proses Java Festival Production dalam mengkomunikasikan budaya organisasi sebagai bentuk pengelolaan eksistensi brand Java Jazz Festival. 3. Mengetahui hambatan dan solusi dalam proses mengkomunikasikan budaya organisasi PT Java Festival Production. 1.4.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara akademis, praktis, dan umum, antara lain: 6 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi akademis dalam ilmu komunikasi pemasaran bidang public relations untuk melengkapi penelitian atau studi mengenai pelaksanaan pemenuhan konsep brand yang difokuskan pada pengelolaan brand. 2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukkan dan referensi kepada Java Festival Production dalam hal pengelolaan Java Jazz Festival khususnya untuk kegiatan branding serta implementasi budaya organisasi di internal perusahaan sebagai bentuk pengelolaan brand. Selain itu, dengan diketahuinya hambatan atau kendala-kendala maka diharapkan Java Festival Production dapat menemukan solusi terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. 3. Manfaat Umum Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau bahan informasi untuk penelitian lain dalam mengembangkan dan menelaah secara mendalam tentang budaya organisasi dan brand serta menambah pengetahuan dan wawasan mengenai public relations. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu: BAB 1 Pendahuluan Bab ini peneliti memaparkan pendahuluan pentitian yang terdiri atas latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 Kajian Pustaka Bab ini memaparkan sejumlah teori dan konsep yang terkait dengan permasalahan yang peniliti angkat, antara lain state of the art, landasan konseptual dan kerangka pemikiran penelitian. 7 BAB 3 Metode Penelitian Bab ini memaparkan metodologi penelitian kualitatif yang digunakan peneliti, meliputi cara penelitian menggunakan metode wawancara, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data. BAB 4 Hasil Penelitian Pada bab ini, peneliti menganalisis peran strategi internal dalam mengelola dan mengembangkan brand oleh perusahaan. Bab ini memaparkan penyajian data, pengolahan data hasil analisis serta keterkaitan teori terhadap permasalahan yang peneliti angkat. BAB 5 Penutup Pada bab ini peneliti mengemukakan kesimpulan dan saran dari hasil analisis tentang strategi komunikasi budaya perusahaan pada pengelolaan brand. 8