Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 TOKSISITAS INSEKTISIDA NABATI MINYAK BIJI JARAK KEPYAR (Ricinus communis L.) TERHADAP THRIPS Selenothrips rubrocinctus Giard. Andi Muhammad Amir dan Joko Hartono Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang ABSTRAK Keanekaragaman hayati alam Indonesia berpotensi sebagai sumber insektisida nabati untuk alternatif pengendalian serangga hama. Penelitian toksisitas insektisida nabati minyak jarak kepyar (Ricinus communis L.) terhadap thrips Selenohrips rubrocinctus Giard, yang dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Pemanis Dan Serat (BALITTAS) Malang mulai bulan Februari sampai dengan April 2011, bertujuan untuk mengetahui konsentrasi insektisida nabati minyak jarak kepyar terhadap mortalitas thrips S. rubrocinctus. Perlakuan terdiri atas 5 (lima) tingkat konsentrasi yaitu 2,50; 5,00; 10,00; 15,00; 20,00 ml /l air, dan kontrol (tanpa perlakuan) dan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) diulang 4 (empat) kali menggunakan metode kontak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa insektisida nabati minyak biji jarak kepyar efektif mengendalikan thrips S. rubrocinctus pada konsentrasi 5 - 15 ml/ l air dengan nilai LC50 dan LC95 adalah 7,89 ml/l air dan 25,13 ml/l air pada waktu 24 jam setelah aplikasi. Kata kunci: insektisida nabati minyak jarak kepyar, thrips PENDAHULUAN Sejak beberapa tahun terakhir, perhatian, pemanfaatan dan aplikasi insektisida nabati dan hayati dalam proses produksi pertanian, khususnya untuk menekan populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menimbulkan kerugian hasil merupakan dambaan untuk memenuhi tuntutan masyarakat modern tentang produk pertanian yang sehat, berkualitas, ekonomis (murah) dan ramah terhadap lingkungan. Indonesia yang terletak di wilayah tropis, dengan keanekaragaman hayati yang berlimpah, ketersediaan tanaman penghasil insektisida pengendali OPT sangat menjanjikan untuk dimanfaatkan. Jarak kepyar (Ricinus communis L.) merupakan tanaman yang tumbuh subur di daerah tropis. Tanaman ini menghasilkan biji yang mengandung minyak ± 40-60% yang terdiri atas bermacam-macam trigliserida, asam palmitat, asam risinoleat, asam isorisinoleat dan beberapa macam toksalbumim yang dinamakan risin yang bersifat toksik (beracun) terhadap serangga (Sinaga 2010), yang mana mekanismenya menyerupai juvenil hormone yang mempengaruhi pergantian kulit serangga dan menyebabkan pertumbuhan serangga yang abnormal hingga serangga hama dapat 441 Andi Muhammad Amir dan Joko Hartono: Toksisitas Insektisida Nabati …. steril (tidak dapat berkembang biak) (Solsoloy and Morallo-Rejesus 1993 dalam Deciyanto 2007). Hasil survei dan inventarisasi Asbani et al. (2007) di pertanaman jarak pagar, beberapa jenis serangga yang dominan ditemukan antara lain, Selenothrips rubrocinctus Giard. tungau Polyphagustarsonemus latus Banks., tungau Eriophydae, tungau merah, kutu putih (Ferisia virgata Coekerell), rayap, dan hama-hama lainnya yang dapat menurunkan produksi buah. Jenis-jenis serangga hama tersebut umumnya menyerang pucuk dan daun-daun muda dengan gejala yang sama. S. rubrocinctus hidup dipermukaan daun bagian bawah dan memakan tanaman dengan cara mengisap cairan tanaman, dan selanjutnya Karmawati (2007) menambahkan S. rubrocinctus juga dapat menyerang buah tanaman. Gejala yang ditimbulkan berupa lapisan keperakan pada permukaan bawah daun sebagai akibat tergantikannya cairan sel yang diisap oleh udara (Fung et al. 2001 dalam Asbani 2009) dan selanjutnya jika serangannya parah akan menyebabkan kelayuan dan mati sebelum waktunya. Pengendalian thrips S. rubrocinctus belum intensif dilakukan baik secara kiimiawi maupun nonkimiawi. Pengendalain secara kimiawi tidak dianjurkan karena disamping harga yang mahal, juga berdampak buruk terhadap lingkungan dan mahluk lainnya yang bukan sasaran dan juga akan mengakibatkan terjadinya resistensi dan resurgensi, sedangkan secara nonkimiawi yang ramah lingkungan, mudah terurai, tidak menimbulkan residu pada tanaman dan mahluk lainnya, bekerja secara sistemik sehingga sangat kompatibel digunakan dalam pengendalian hama terpadu (PHT) (Kasumbogo 1996). Salah satu insektisida nonkimiawi yang berasal dari bahan tumbuhan untuk mengendalikan serangga hama ini adalah minyak jarak kepyar (R. communis) . Salah satu variabel yang digunakan sebagai indikator toksisitas suatu insentisida baik kimawi maupun nonkimiawi terhadap serangga hama sasaran adalah mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas insektisida nabati minyak jarak kepyar (R. communis) terhadap mortalitas thrips S. rubrocinctus. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Pemanis Dan Serat (BALITTAS) Malang, mulai bulan Februari sampai dengan April 2011. Perlakuan terdiri atas 5 (lima) tingat konsentrasi, yaitu 2,50; 5,00; 10,00; 15,00; 442 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 20,00 ml/l air dan kontrol (tanpa perlakuan) disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dan diulang 4 (empat) kali dengan munggunakan metode kontak. S. rubrocinctus yang diuji berasal dari pertanaman jarak pagar di KP. Karangploso, yang telah lama/belum pernah disemprot dengan insektisida, kemudian dipelihara/diperbanyak di dalam tabung-tabung yang terbuat dari kaca dan diberi pakan pucuk-pucuk daun/daun jarak muda selama 24 jam (disterilkan). Prosedur pembuatan insektisida nabati minyak jarak pagar melalui proses penyabunan atau saponifikasi. Proses tersebut berfungsi untuk memudahkan terjadinya pencampuran antara minyak dan air. Proses penyabunan di sajikan pada skema: NaOH Minyak jarak kepyar Timbang 62,5 gram Larutkan dengan 250 ml aquades Ambil 125 ml Masukkan ke dalam beaker glas Tambahkan 500 ml etanol Minyak jarak kepyar Larutan NaOH Dipanaskan Aduk -aduk hingga kental dan menjadi padat. Sabun minyak jarak kepyar Reaksi yang terjadi antara minyak jarak pagar dengan basa NaOH yang menghasilkan sabun dan produk samping gliserol sebagai berikut: H2CO C(O)(CH2)7 CH=CH CH2 CH(OH) (CH2)5 CH3 NaO-C(O)(CH2)7 CH=CH CH2 CH(OH) (CH2)5 CH3 CH2 -- OH l I i HCO C(O) (CH2)7 CH=CH CH2 CH(OH) (CH2)5 CH3 + 3NaOH NaO-C(O)(CH2)7 CH=CH CH2 CH(OH) (CH2)5 CH3 + CH -- OH Il I i H2CO C(O)(CH2)7 CH=CH CH2 CH(OH) (CH2)5 CH3 NaO-C(O)(CH2)7 CH=CH CH2 CH(OH) (CH2)5 CH2 -- OH (minyak jarak kepyar) (basa alkali) (sabun minyak jarak kepyar) gliserol Thrips S. rubrocinctus yang telah disterilkan selama 24 jam dipindahkan ke petridish tertutup yang telah diberi daun jarak pagar muda, dengan menggunakan kuas lembut dengan bantuan mikroskop/loupe sebanyak 25 ekor per petridish. Insektisida nabati minyak jarak kepyar yang telah diencerkan sesuai dengan perlakuan konsentrasi yang dicoba dimasukkan ke dalam spayer plastik kemudian disemprotkan 443 Andi Muhammad Amir dan Joko Hartono: Toksisitas Insektisida Nabati …. pada daun dengan kabut halus ke arah dalam petridish dengan jarak ± 20 cm. Setelah 24 jam dari waktu penyemprotan, thrips S. rubrocinctus yang masih hidup dihitung dengan menggunakan hand counter. Parameter pengamatan meliputi mortalitas thrips S. rubrocinctus selama 24, 48 dan 72 jam setelah aplikasi (JSA) dan nilai lethal concentration (LC) dengan menggunakan analisis probit “Mini tab vr 12”. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa insektisida nabati minyak jarak kepyar berpengaruh terhadap mortalitas thrips S. rubrocinctus. Semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi tingkat kematian thrips S. rubrocinctus. Rata-rata persentase mortalitas thrips S. rubrocinctus pada berbagai konsentrasi disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Rata-rata persentase mortalitas thrips S. rubrocinctus. Dari Gambar 1, terlihat bahwa rata-rata persentase mortalitas thrips S. rubrocinctus pada pengamatan 24 jam setelah aplikasi (JSA) pada semua tingkat konsentrasi bervariasi mulai dari 31% pada tingkat konsentrasi 2,50 ml/l air kemudian meningkat seiring dengan makin tingginya tingkat konsentrasi yang dicoba yaitu, 43% pada tingkat konsentrasi 5,00 ml/l air selanjutnya 67% pada tingkat konsentrasi 10,00 ml/l air, kemudian mengalami penurunan hingga mencapai 63% pada tingkat konsentrasi 15,00 ml/l air tertinggi yaitu 91% pada tingkat konsentrasi 20,00 ml/l air, sedangkan kontrol (tanpa perlakuan) rata-rata mortalitas thrips S. rubrocinctus hanya 18%. Seperti halnya pada pengamatan sebelumnya, pengamatan 48 dan 72 JSA, rata-rata mortalitas thrips S. rubrocinctus pada semua tingkat konsentrasi mengalami penurunan. Pada tingkat konsentrasi rendah yaitu 2.50 ml/l air 8%, tingkat konsentrasi 444 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 5,00 ml/l air 27%%, tingkat konsentrasi 10,00 ml/l air 22%, tingkat konsentrasi 15,00 ml/l air 27%, tingkat konsentrasi 20,00 ml/l air 32% dan kontrol (tanpa perlakuan) 8%. Pengamatan 72 JSA, rata-rata mortalitas thrips S. rubrocinctus pada semua tingkat konsentrasi mengalami penurunan. Pada tingkat konsentrasi rendah yaitu 2.50 ml/l air 27%, tingkat konsentrasi 5,00 ml/l air 27%%, tingkat konsentrasi 10,00 ml/l air 20%, tingkat konsentrasi 15,00 ml/l air 20%, tingkat konsentrasi 20,00 ml/l air 37% dan kontrol (tanpa perlakuan) 3%. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa minyak jarak kepyar dapat dijadikan sebagai insektisida alternatif untuk menekan populasi serangga hama khususnya serangga hama thrips S. rubrocinctus yang menyerang tanaman jarak pagar dan tanaman inang lainnya yang dibudidayakan. Dalam minyak jarak kepyar terkandung asam lemak yang pada proses penyabunan atau saponifikasi asam lemak tersebut bereaksi dengan basa (NaOH). Asam alkanoat atau asam karboksilat adalah golongan asam organik alifatik yang memiliki gugus karboksil (biasa dilambangkan dengan -COOH). Semua asam alkanoat adalah asam lemah. Dalam pelarut air, sebagian molekulnya terionisasi dengan melepas atom hidrogen menjadi ion H+. Asam karboksilat dengan banyak atom karbon (berantai banyak) lebih umum disebut sebagai asam lemak (http://id.wikipedia. org/wiki/asam_alkanoat). Cara kerja sabun dalam meracuni serangga adalah terlihat pada gangguan fisik pada tubuh serangga bagian luar (kutikula), yakni mencuci lapisan lilin yang melindungi tubuh serangga sehingga serangga akan kehilangan banyak cairan tubuh (dehidrasi) dan disamping itu sabun mempunyai tegangan permukaan yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kematian. Selanjutnya beberapa kasus menunjukkan bahwa sabun dapat menetrasi melalui organ pernafasan dan menyebabkan kerusakan membran sel atau mengganggu proses metabolisme (Novizan 2002). Hubungan konsentrasi, mortalitas, dan waktu pengamatan terhadap thrips S.rubrocinctus yang di aplikasikan secara kontak digunakan untuk menentukan LC50 dan LC95. 445 Andi Muhammad Amir dan Joko Hartono: Toksisitas Insektisida Nabati …. Tabel 2. Nilai LC50 dan LC95 insektisida nabati jarak kepyar pada berbagai waktu dan persamaan hubungan antara konsentrasi (X) dan mortalitas (Y). Waktu (JSA) 24 48 72 LC50 (ml/l air) 7,89832 4,10635 4,02806 LC95 (ml/l air) 25,1343 22,4168 22,4638 Persamaan Y = 4,2463 + 0,0954 X Y = 4,6311 + 0,0898 X Y = 4,6406 + 0,0892 X Keterangan: JSA = jam setelah aplikasi Berdasarkan data mortalitas selanjutnya dicari model persamaan hubungan antara konsentrasi dan mortalitas. Pada 24 JSA didapatkan persamaan Y = 4,2463 + 0,0954 X, dan selanjutnya pada 48 JSA, Y = 4,6311 + 0,0898 X, pada 72 JSA, Y = 4,6406 + 0,0892 X. dari persamaan-persamaan tersebut, didapatkan persamaan hubungan positif antara konsentrasi dan mortalitas, positif yang berarti bahwa semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi mortalitas thrips S.rubrocinctus. Pada tabel 2, terlihat bahwa tinggi rendahnya nilai LC dari insektisida nabati minyak biji jarak kepyar berkaitan erat dengan lamanya waktu pengamatan. Hal tersebut tampak jelas bahwa semakin lama waktu pengamatan nilai LC semakin rendah. Artinya untuk mematikan thrips S.rubrocinctus secara cepat diperlukan jumlah konsentrasi yang tinggi, demikian pula sebaliknya. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa insektisida nabati minyak biji jarak kepyar (R. communis) efektif mengendalikan thrips S. rubrocinctus pada konsentrasi 5 - 15 ml/ l air dengan nilai LC50 dan LC95 adalah 7,89 ml/l air dan 25,13 ml/l air pada waktu 24 jam setelah aplikasi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada sdr. Nita Purnamasari, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi atas bantuan yang diberikan. 446 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 DAFTAR PUSTAKA Asbani, N., A.M. Amir, dan Subiyakto. 2007. Inventarisasi hama tanaman jarak pagar (Jatropha curcas. L.). Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Puslitbangbun, Bogor. P.83-90. Deciyanto, S. 2007. Potensi Jarak pagar (Jatropha curcas L.) Sebagai Bahan Pestisida Nabati. Prosiding Lokakraya Nasional III Inovasi Teknologi Jarak Pagar Untuk mendukung Program Desa Mandiri Energi. Balai Penelitian Tanaman tembakau dan serat Malang. Hal. 290-293. Karmawati, E. 2006. Alternative Energi for Better Life. PT Kreatif Indonesia. Diakses dari http://www.google.co.id/search?hl=id tanggal 3 Pebruari 2011 Kasumbogo, U. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press. 273 hal. Novizan. 2002. Membuat dan memanfaatkan pestisida ramah lingkungan. Depok : Agromedia pustaka Sinaga, Ernawati Apt. Ricinus comunnis L. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat UNAS/ P3TO UNAS) Diakses dari http://tanaman.Ricinus .comunnis.wikipedia.org Tanggal 29 Desember 2010 Soenardi, M. Romli, Djumali, dan Suhadi. 2000. System tanam tumpang sari jarak dan palawija. Laporan hasil penelitian. Balittas, malang. 18 hal. 447