flora rawa pengendali hama serangga ramah

advertisement
AgroinovasI
12
FLORA RAWA PENGENDALI HAMA SERANGGA
RAMAH LINGKUNGAN
I
nsektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk
mengendalikan hama serangga karena hasilnya cepat terlihat dan mudah
diperoleh di pasar. Namun demikian penggunaannya sering menimbulkan
masalah seperti pencemaran lingkungan, keracunan terhadap manusia dan
hewan peliharaan dan dapat mengakibatkan kekebalan bagi hama serangga target.
Oleh karena itu, penggunaan insektisida sintetik perlu dikurangi, salahsatunya
adalah menggantinya dengan insektisida dari bahan tumbuhan atau sering disebut
insektisida nabati.
Insektisida nabati adalah racun serangga yang bahan aktifnya berasal dari
tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahanbahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain berbentuk tepung, ekstrak
atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian
tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan
sebagai insektisida.
Insektisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah
lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian
masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa
memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan
bahan nabati sebagai insektisida, di antaranya menggunakan daun sirsak untuk
mengendalikan hama belalang dan penggerek batang padi. Sedangkan petani di
India, menggunakan biji mimba sebagai insektisida untuk mengendalikan hama
serangga. Namun setelah ditemukannya pestisida sintetik pada awal abad ke-20,
pestisida dari bahan tumbuhan atau bahan alami lainnya semakin dilupakan.
Pada tahun 1960-an telah ditemukan beberapa insektisida dari bahan tumbuhan
yang memiliki cara kerja spesifik, seperti azadirakhtin dan senyawa lain dari
tanaman meliaceae yang menghambat aktivitas makan dan perkembangan hama
serangga. Sediaan insektisida dari tumbuhan mimba juga telah diketahui efektif
menekan populasi hama serangga dan relatif aman terhadap lebah dan beberapa
musuh alami. Pada umumnya insektisida berbahan nabati bersifat sebagai racun
perut sehingga tidak membahayakan terhadap serangga bukan sasaran termasuk
musuh alami, dengan demikian pengendalian yang menggunakan insektisida
berbahan nabati dapat dikombinasikan dengan musuh alami.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bagian tanaman ada yang
bersifat meracun terhadap hama. Sedikitnya 2.000 jenis tumbuhan dari berbagai
famili telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap organisme pengganggu
tanaman (OPT), di antaranya terdapat paling sedikit 850 jenis tumbuhan yang aktif
terhadap serangga.
Edisi 17-23 Oktober 2012 No.3478 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 13
Potensi Flora Rawa
Hasil eksplorasi Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Badan Litbang Pertanian
mengidentifikasi tidak kurang dari 103 jenis tumbuhan rawa yang berpotensi
dijadikan bahan baku pembuatan insektisida nabati. Koleksi tumbuhan mengandung
bahan bioaktif (refelen, atrraktan atau berdaya racun) dan banyak ditemukan
tumbuh liar di Kalimantan Selatan dan Tengah. Hasil koleksi terdiri dari golongan
rumput, teki dan berdaun lebar serta tanaman tahunan. Sebagian nama-nama
tumbuhan yang dikoleksi belum diketahui bahasa umumnya (bahasa Indonesia),
sehingga masih menggunakan bahasa daerah setempat, terutama bahasa Banjar dan
Dayak. Tumbuhan yang dikoleksi pada umumnya berkhasiat sebagai obat, namun
ada juga yang dapat meracun terutama pada kulit dan sebagian lagi mempunyai
bau yang menyengat.
Hasil penelitian terhadap 3 jenis tumbuhan rawa (Gambar 1, 2, 3, 4 dan 5) seperti
Gelam (Melaleuca leucandra), Krinyu (Chromolaena odorata) dan Kepayang (Pangium
edule) terbukti mampu mengendalikan ulat jengkal, grayak, plutela dan penggerek
padi. Aplikasi insektisida nabati dari ketiga jenis tumbuhan rawa tersebut dapat
membunuh ulat grayak dan plutela dengan mortalitas masing-masing 50-65% dan
60-70%. Sedangkan tingkat kerusakan daun kedelai dapat berkurang >40% jika
disemprot dengan insektisida nabati dibanding tanpa disemprot.
Selain pada tanaman kedelai dan padi, insektisida nabati juga efektif
mengendalikan ulat plutela pada tanaman sawi. Penggunaan insektisida nabati
dapat mengurangi tingkat kerusakan tanaman sawi sebesar 60%. Melihat potensi
tanaman rawa tersebut untuk dijadikan sebagai insektisida nabati, tidak hanya
menguntungkan dari sisi biaya penyemprotan, tetapi yang tidak kalah pentingnya
adalah mengurangi dampak penggunaan obat-obatan pertanian terhadap kesehatan
manusia dan pencemaran lingkungan.
Cara Membuat Insektisida Nabati
Insektisida nabati yang dibuat dalam bentuk ekstrak yang biasanya dibuat
menggunakan pelarut organik seperti etanol, metanol, aseton, dan triton. Hasil yang
diperoleh dengan menggunakan pelarut organik ini biasanya efektif, namun selain
sulit diperoleh juga harganya mahal. Walaupun demikian, pelarut organik tersebut
dapat diganti dengan detergen. Berikut ini diuraikan contoh cara membuat ekstrak
bahan tumbuhan yang murah dan mudah serta efektif sebagai insektisida nabati.
a. Gelam dan Krinyu
Bahannya terdiri dari 500 gram daun gelam atau krinyu segar yang ditumbuk
hingga halus (bisa menggunakan blender) dan dilarutkan dalam 5 liter air, dicampur
dengan 5 gram detergen, kemudian diendapkan kurang lebih 24 jam dan disaring
dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan diencerkan dengan 50 liter air, maka
bahan tersebut sudah siap digunakan.
Badan Litbang Pertanian
Edisi 17-23 Januari 2012 No.3478 Tahun XLI
14 AgroinovasI
b. Kepayang
Kulit batang kepayang diserut sampai halus sebanyak 500 gram dicampur
dengan 10 liter air dan 5 gram detergen kemudian endapkan selama 24 jam.
Cairannya disaring dengan kain halus, hasil penyaringan tersebut dicampur dengan
50 liter air, maka bahan tersebut sudah dapat digunakan.
Cara Kerja Insektsida Nabati
Insektisida nabati memiliki aksi yang tergolong cepat, terutama dalam
menghentikan nafsu makan serangga atau mencegah kerusakan lebih banyak
walaupun jarang mengakibatkan kematian segera pada serangga. Selain itu residu
bahan nabati tidak berdampak negatif terhadap lingkungan karena pada umumnya
mudah terurai di alam. Namun persistensi yang singkat kadang-kadang kurang
menguntungkan dari segi ekonomi, karena untuk mencapai keefektifan pengendalian
yang maksimum pada tingkat populasi tinggi diperlukan aplikasi yang berulangulang. Walaupun demikian, insektisida atau pestisida nabati memungkinkan untuk
digunakan pada saat menjelang panen.
Selain memiliki senyawa aktif utama di dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat
senyawa lain yang kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan
aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Serangga tidak mudah menjadi resisten
terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa bahan aktif, karena kemampuan
serangga untuk membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa yang
berbeda sekaligus lebih kecil daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain
itu cara kerja senyawa dari bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga
kecil kemungkinannya terjadi resistensi silang.
Pada umumnya insektisida sintetik dapat membunuh langsung organisme
sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan insektisida dari bahan nabati yang
pada umumnya tidak mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi seperti
berikut:
1. Refelen, yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang
menyengat.
2. Antifidan, menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya
disebabkan rasa yang pahit.
3. Mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan
telur.
4. Racun syaraf.
5. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.
6. Araktan, sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai
perangkap.
M. Thamrin, S.Asikin dan D. Cahyana
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
Jl. Kebun Karet - Loktabat Utara, Banjarbaru, Kalsel
Edisi 17-23 Oktober 2012 No.3478 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
Pohon gelam
Krinyu
15
Daun kepayang
4. Daun gelam
Badan Litbang Pertanian
Edisi 17-23 Oktober 2012 No.3478 Tahun XLIII
16
AgroinovasI
5. Bunga krinyu
Gambar 6. Bibit kepayang
Petunjuk Cara Melipat:
Cover
r
ve
Co
Cover
1. Ambil dua Lembar halaman
tengah tabloid
2. Lipat sehingga cover buku
(halaman warna) ada di depan.
Edisi 17-23 Oktober 2012 No.3478 Tahun XLIII
3. Lipat lagi sehingga dua
melintang ke dalam
kembali
Cover
Cover
4. Lipat dua membujur ke dalam
sehingga cover buku ada
di depan
5. Potong bagian bawah
buku sehingga
menjadi sebuah buku
Badan Litbang Pertanian
Download