BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Proses belajar mengajar Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. 2.1.1 Pendekatan pembelajaran Makmun (2003) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered). 2.1.2 Strategi pembelajaran Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Dalam Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu : 1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran atau target yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. 2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. 4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (Kriteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Sementara itu, Kemp (Dalam Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 2.1.3 Metode pembelajaran Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Senjaya, 2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. 2.1.4 Teknik dan taktik pembelajaran Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat) (Senjaya, 2008). Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru (Senjaya, 2008). 2.2 Cara mengajar yang efektif Mengajar adalah hal yang kompleks dan murid - murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz dalam Santrock, 2008). Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama : (1) pengetahuan dan keahlian profesional, dan (2) komitmen dan motivasi. 2.2.1 Pengetahuan dan keahlian profesional Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari beragam latar belakang kultural. Mereka juga memahami cara menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas (Santrock, 2008). Dalam pengetahuan dan keahlian profesional terdapat penjabaran bahwa seorang guru yang efektif dapat memiliki kriteria tersebut, yaitu: 1. Penguasaan materi pelajaran; menguasai pengetahuan subjek materi, mengaitkan berbagai gagasan, cara berfikir dan berargumen, pola perubahan dalam satu mata pelajaran, dan kemampuan untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disiplin ilmu lainnya. 2. Strategi pengajaran; Menurut Dewey (dalam Santrock 2008) dalam strategi kontruktivisme yang biasa disebut dengan learner centered, menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Menurut padangan ini, guru bukan sekedar memberi informasi kepikiran anak, tetapi guru harus mendorong anak untuk mengesplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berfikir kritis. 3. Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional; menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan, menyusun rencana instruksional, mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil maksimal dari kegiatan belajar. 4. Keahlian manajemen kelas; menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas, membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. 5. Keahlian motivasional; mempunyai strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar, memberikan kesempatan murid untuk berfikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri. 6. Keahlian komunikasi; keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid, dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. 7. Bekerja secara efektif dengan murid dari luar dari latar belakang kultural yang berlainan; mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap kebutuhan mereka, mendorong murid untuk menjalin hubungan positif dengan murid yang berbeda, membimbing murid untuk berfikir kritis tentang isu kultural dan etnis, dan mereka berusaha mengurangi bias, menanamkan sikap paling menerima dan bertindak sebagai mediator kultural. 8. Keahlian teknologi; mengembangkan keahlian teknologi dan mengintegrasikan komputer ke dalam proses belajar di kelas, menggunakan komputer untuk menulis dan berkreasi, memahami dengan baik berbagai perangkat penting lainnya untuk mendukung pembelajaran murid. 2.2.2 Komitmen dan motivasi Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi, aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid. Komitmen dan motivasi dapat membantu guru untuk melewati masa-masa yang sulit dan melelahkan dalam mengajar, punya kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka. Guru yang efektif sangat memperhatikan murid-muridnya, berusaha mencari cara untuk membantu murid agar bisa memperhatikan perasaan sesama teman dan saling memberi perhatian antara sesama murid. 2.3 Pendekatan pembelajaran Teacher centered Teacher centered adalah pembelajaran di kelas yang perencanaan dan instruksi berpusat pada guru. Dalam metode ini seorang pengajar (baik guru maupun dosen) sangatlah berperan dalam memberikan bahan ajar untuk murid-muridnya. Ada tiga alat umum di sekolah untuk melaksanakan teacher centered, yaitu menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi intruksional. Disini diartikan bahwa gurulah yang lebih berperan untuk kelancaran proses belajar mengajar dalam kelas (Santrock, 2008). Sementara itu terdapat teori yang sama dengan teacher centered dikemukakan oleh Santrock, Sudjana (2001) mengemukakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya aktivitas dalam mengajar atau membelajarkan peserta didik. Perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses serat hasil pembelajaran dilakukan dan dikendalikan oleh pendidik. Dari kedua teori diatas dapat diartikan bahwa pendekatan pembelajaran teacher centered adalah pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang berpusat pada guru. Guru sebagai satu – satunya pusat informasi dan siswa menerima informasi secara baku dari guru dan mengikuti semua yang diperintahkan oleh guru. 2.3.1 Alat umum pendekatan Teacher centered Tiga alat umum sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher centered adalah menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional (Santrock, 2008). 1. Menciptakan sasaran behavioral adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. 2. Sasaran behavioral harus spesifik. Mager (Dalam Santrock, 2008), percaya bahwa sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian: Perilaku murid fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid, kondisi di mana perilaku terjadi menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites, kriteria kinerja menentukan level kinerja yang dapat diterima. 3. Menganalisis tugas alat lain dalam perencanaan teacher centered adalah analisis tugas, yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen. Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar (Moyer & Dardig dalam Santrok, 2008); menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas, mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator, dan sebagainya. Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan. 4. Menyusun taksonomi instruksional juga membantu pendekatan teacher centered. Taksonomi bloom dikembangkan oleh Benjamin Bloom dan kawan-kawannya (1956). Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor. 2.3.2 Strategi instruksional Teacher centered Ada lima strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan teacher centered (Santrock, 2007). 1. Pengajaran, penjelasan, dan demonstrasi Aktivitas yang biasa dilakukan guru dalam pendekatan instruksi langsung. Penelitian telah menemukan bahwa guru yang efektif menghabiskan lebih banyak waktu untuk menerangkan dan mendemonstrasikan materi baru (Rosenshine dalam Santrock, 1985). 2. Pertanyaan dan diskusi Penting untuk merespon setiap kebutuhan pembelajaran murid sambil menjaga minat dan perhatian kelompok. Yang menjadi persoalan adalah murid laki-laki biasanya lebih mendominasi diskusi ketimbang murid perempuan. 3. Mastery learning Pembelajaran satu konsep atau topik secara menyeluruh sebelum pindah ke topik yang lebih sulit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mastery learning efektif dalam meningkatkan waktu yang dihabiskan murid untuk mempelajari suatu tugas (Kulik, Kulik, & Bangert-Drowns, 1990), tetapi peneliti lain tidak banyak mendapat bukti untuk mendukung pendeketan mastery learning ini (Bangert, Kulik, & Kulik, 1983). Hasildari mastery learning tergantung pada keahlian guru dalam merencanakan dan melaksanakan strateginya. 4. Seatwork Menyuruh semua murid atau sebagian besar murid untuk belajar sendiri-sendiri di bangku mereka. Guru berbeda-beda dalam menggunakan pendekatan ini. Beberapa guru menggunakannya setiap hari, tapi ada juga yang jarang. 5. Pekerjaan rumah Keputusan instruksional penting lainnya adalah seberapa banyak dan apa jenis pekerjaan rumah yang harus diberikan kepada murid. 2.3.3 Ciri-ciri pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (Teacher centered) Menurut Sudjana (2001), ciri-ciri pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah: 1. Adanya dominasi pendidik dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta didik relatif pasif dan hanya melakukan kegiatan melalui pembuatan pendidik. 2. Bahan belajar terdiri atas konsep-konsep dasar atau materi belajar yang baru dan peserta didik membutuhkan informasi yang tuntas dan gamblang dari pendidik. 3. Jumlah peserta didik cukup banyak sehingga pelaksanaan pembelajaran tidak memungkinkan dilakukan oleh perorangan atau kelompok kecil. 4. Terbatasnya sarana pembelajaran sehingga peserta didik tidak dapat melakukan kegiatan belajar yang dialami secara langsung melalui penerapan atau kegiatan belajar yang dialami secara langsung melalui penerapan atau kegiatan percobaan di lapangan. 2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (Teacher centered) Keunggulan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah : 1. Bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas oleh pendidik sesuai dengan program pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya. 2. Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah yang besar. 3. Waktu yang digunakan akan tepat sesuai dengan jadwal waktu pembelajaran yang telah ditetapkan. 4. Target materi pembelajaran yang telah direncakan relatif mudah tercapai. Sedangkan pendekatan pembelajaran ini adalah : 1. Mudah menimbulkan rasa bosan pada diri peserta didik sehingga hal ini dapat mengurangi motivasi, perhatian dan konsentrasi peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran. 2. Keberhasilan pembelajaran, dalam hal ini perubahan sikap dan perilaku peserta didik, relatif sulit untuk diukur karena yang diinformasikan kepada peserta didik pada umumnya lebih banyak menyentuh ranah kognisi. 3. Kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan adalah relatif rendah karena pendidik sering hanya mengejar target waktu untuk menghabiskan materi pembelajaran. Metode pembelajaran kelompok besar atau massal relatif cocok digunakan dalam strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik. Tehnik-tehnik yang digunakan antara lain adalah ceramah atau kuliah, tanya-jawab, ceramah bervariasi, demonstrasi proses atau demonstrasi hasil dan tehnik lainnya yang berkaitan dengan tehnik pembelajaran melalui media massa (Sudjana, 2001). 2.4 Pembelajaran Learner centered Learner centered adalah instruksi dan perencanaan kelas yang menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Dalam sebuah studi, persepsi murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid (McCombs; McCombs & Quiat dalam Santrock, 2008). Di dalam pendekatan learner centered guru berfungsi sebagai fasilitator, yaitu guru memfasilitasi kebutuhan belajar siswa dan sebagai pendamping siswa. Dalam learner centered juga siswa dapat berperan aktif karena guru tidak memberikan aturanaturan yang kaku sehingga siswa dapat mengembangkan dan menggali kemampuannya sendiri (Santrock, 2008). Tantangan bagi guru sebagai pendamping pembelajaran siswa, untuk dapat menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa perlu memahami tentang konsep, pola pikir, filosofi, komitmen metode, dan strategi pembelajaran. Untuk menunjang kompetensi guru dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa maka diperlukan peningkatan pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran berpusat pada siswa. Sementara itu terdapat teori yang sama dengan learner center dikemukakan oleh Santrock, Sudjana (2001) mengemukakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Pendekatan ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidikan berfungsi untuk memfasilitasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dari kedua teori diatas dapat diartikan bahwa pendekatan pembelajaran learner centered adalah pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator yang bertugas menggali dan mengarahkan kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki siswa. Siswa secara aktif mengembangkan pengetahuan serta kemampuannya agar dapat mengertikan dan menemukan pemahamannya sendiri, hal tersebut biasanya berlangsung dengan diskusi dan kerja kelompok. 2.4.1 Prinsip proses pembelajaran learner centered Pendekatan pembelajaran learner centered memiliki enam prinsip yakni, proses pembelajaran, tujuan proses pembelajaran, konstruksi pengetahuan, pemikiran strategis, metakognisi, dan konteks pembelajaran (Santrock, 2008). 1. Sifat proses pembelajaran Pembelajaran subjek materi yang kompleks akan sangat efektif jika dilakukan dengan melalui proses pengkonstruksian makna dari informasi dan pengalaman. Pelajar yang sukses adalah pelajar yang aktif, punya tujuan, dan mampu mengatur diri sendiri. 2. Tujuan proses pembelajaran Pelajar yang sukses, dengan bantuan dan dalam instruksional, dapat menciptakan representasi pengetahuan yang bermakna dan koheren. 3. Konstruksi pengetahuan Pelajar yang sukses bisa menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan cara yang mengandung makna tertentu. Pengetahuan akan bertambah luas dan makin mendalam jika murid terus membangun hubungan antara informasi baru dengan pengalaman dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. 4. Pemikiran strategis Pelajar yang sukses dapat menciptakan dan menggunakan berbagai strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mereka terus-menerus mengembangkan keterampilan secara strategis mereka dengan mendalami ulang strategi yang sukses, dengan menerima petunjuk dan tanggapan (feedback), dan dengan mengobservasi atau berinteraksi dengan model yang tepat. 5. Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi). Pelajar yang sukses adalah pelajar metakognitif. Mereka merenungkan cara mereka belajar dan berpikir, menentukan tujuan pembelajaran yang reasonable, memilih strategi yang tepat, dan memantau kemajuan mereka menuju tujuan pembelajran. 6. Konteks pembelajaran. Pembelajaran tidak terjadi dalam ruang hampa pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kultur, teknologi, dan praktik instruksional. 2.4.2 Strategi instruksional Learner centered Ada tiga strategi yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan Student centered (Santrock, 2008). 1. Pembelajaran berbasis problem Dimana guru memberikan masalah yang harus dipecahkan oleh murid. 2. Pertanyaan esensial Dimana guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang dimana pertanyaan tersebut menunjukkan isi keseluruhan dari topik yang akan dipelajari. 3. Pembelajaran penemuan Pembelajaran dimana murid mencari tahu sendiri pengetahuan tersebut dan membangun pemahaman sendiri. 2.4.3 Ciri-ciri pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Learner centered) Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut adalah bahwa pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar relatif tinggi, pendidik hanya berperan sebagai pembantu (fasilitator) peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar, memerlukan waktu yang memadai (relatif lama) dan memerlukan dukungan saran belajar yang lengkap. Ciri lainnya adalah bahwa pendekatan pembelajaran ini akan cocok untuk pembelajaran lanjutan tentang konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya, belajar dari pengalaman peserta didik dalam kehidupannya, dan untuk pemecahan masalah yang dihadapi bersama dalam kehidupan (Sudjana, 2001). 2.4.4 Keunggulan dan Kelemahan pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (Learner centered) Pendekatan pembelajaran ini memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Keunggulannya antara lain (Sudjana, 2010): 1. Peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. 2. Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran 3. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan diantara peserta didik. 4. Dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena suatu yang dialami dan disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui oleh pendidik. Adapun kelamahan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik antara lain : 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya. 2. Aktifitas dan pembicaraan dalam pembelajaran cenderung akan didominasi oleh peserta didik yang biasa atau yang senang berbicara sehingga peserta didik lainya banyak mengikuti jalan pikiran peserta didik yang senang berbicara. 3. Pembicaraan dapat menyimpang dari arahan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik pada dasarnya dapat diterapkan dalam semua metode pembelajaran yaitu metode pembelajaran perorangan, metode pembelajaran kelompok dan metode pembelajaran komunitas atau massal. Namun penggunaan strategi pembelajaran ini akan lebih efektif dalam metode pembelajaran kelompok, seperti yang sering dilakukan pada satuan-satuan pendidikan sekolah dan satuan-satuan pendidikan luar sekolah seperti kelompok belajar, kursus dan panti pelatihan. Tehnik-tehnik pembelajaran, seperti tehnik diskusi, demonstrasi, studi kasus, pemecahan masalah kritis dan kunjungan lapangan akan cocok diterapkan dalam metode pembelajaran kelompok melalui strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Sudjana, 2001). 2.5 Matematika 2.5.1 Perubahan Developmental Nasional Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) telah mendeskripsikan prinsip dasar dan standar untuk matematika pada level grade yang berada. Kita mulai dengan prinsip dan standar untuk anak TK sampai grade 2. Grade 3 sampai 5. Tiga tema utama dari matematika di grade 3 sampai 5 adalah: • Penalaran multiplikatif (multiplicative reasoning); penekanan pada penalaran ini akan membantu mengembangan pengetahuan yang diperoleh murid saat mereka akan masuk ke grade pertengahan, di mana fokusnya adalah pada penalaran proporsional. Dalam penalaran multiplikatif, anak perlu mengembangkan pemahaman mereka tentang fraksi sebagai bagian dari keseluruhan dan sebagai sebuh divisi atau bagian. • Ekuivalensi (equivalence); konsep ekuivalensi membantu murid untuk mempelajari representasi matematika yang berbeda – beda dan memberi kesempatan untuk mengeksplorasi ide – ide aljabar. • Kelancaran perhitungan (computational fluency); murid harus mempelajari metode berhitung yang efisien dan akurat yang didasarkan pada pemahaman yang benar terhadap properti dan hubungan angka. Misalnya, 298 x 42 bisa dilihat sebagai (300 x 42) – (2 x 42) x 16 adalah sama dengan mengalihkan 41 x 8 = 328 lalu dikalikan 2 sehingga diperoleh 656. 2.5.2 Prinsip konstruktivis dalam pelajaran matematika Dari perspektif konstruktivis, prinsip yang didiskusikan di bawah ini harus diikuti untuk mengajarkan matematika (Middleton & Goepfert, dalam Santrock 2008). 1. Menjadikan matematika realistis dan menarik; melakukan pengajaran matematika di seputar problem yang realistis dan menarik. Problem ini mungkin melibatkan sejumlah konflik, ketegangan, atau krisis yang memotivasi minat murid. 2. Mempertimbangkan pengetahuan murid yang sudah ada; evaluasi pengetahuan yang dibawa murid dan konteks di mana instruksi dilakukan. Beri informasi yang cukup untuk murid agar mereka mampu menguasai metode untuk memecahkan soal matematika. 3. Buatlah kurikulum matematika interaktif secara sosial; menyusun proyek atau tugas matematika yang mensyaratkan agar murid bekerja sama untuk mendapatkan solusi. Memberikan kesempatan murid untuk menggunakan dan meningkatkan keahlian komunikasi mereka. Membuat matematika yang memicu diskusi, argumen dan kompromi. proyek 4. Proyek matematika inovatif; minat untuk membuat pelajaran matematika lebih konstruktivis telah memunculkan sejumlah program inovatif. 2.4 Perkembangan Anak SD Anak usia SD masih memasuki tahap perkembangan yang sangat pesat. Berbagai otot dan tulang mengalami penguatan sehingga anak cenderung aktif dalam melakukan kegiatan fisik seperti bergerak, berlari dan tidak pernah diam ditempat. Secara kognitif, pemikiran anak SD sedang mengalami pertumbuhan sangat cepat. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2007), perkembangan kognitif merupakan suaru proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan makin meningkat kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kulitatif untuk itu perlu perlakuan dan dukungan yang berbeda. Perkembangan kognitif anak SD dalam fase operasional konkrit (6-12 tahun), anak memiliki pengetahuan melalui operasi benda-benda konkrit. Pembelajaran dengan menggunakan referensi benda konkrit sangat membantu anak memahami simbol-simbol abstrak. Perkembangan intelektual anak sebagaian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Ketika anak-anak beradaptasi dengan lingkungan, mereka menambah informasi baru tentang pengalaman mereka, yang mengharuskan mereka memperbesar kategori yang ada atau membuat kategori baru (dalam Santrock, 2007). 2.6 Kerangka Berfikir Kemungkinan dalam pemilihan strategi pembelajaran kurang teapat Anak kesulitan belajar Matematika Strategi pembelajaran (Santrock) TC LC Evaluasi pembelajaran matematika Strategi pembelajaran yang tepat