1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, pada pria menempati peringkat pertama dengan insidensi sebanyak 16,5% dan 8,5% pada wanita (peringkat keempat setelah kanker kolorektum, kanker servick dan kanker payudara) (Globocanb, 2008). Di Indonesia kanker paru menempati urutan pertama pada pria dengan insidensi 19,4% dan 7,4% pada wanita (peringkat keempat setelah kanker servick, kanker kolorektum dan kanker payudara) (Globocana, 2008). Hasil survei penyakit tidak menular yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker paru sebesar 30% (Depkes RI, 2004). Menurut laporan program Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 terdapat 13.277 kasus kanker dan terjadi peningkatan pada tahun 2011 sebanyak 19.637 kasus dimana pada tahun 2010 terdapat 954 kasus (4,86%) kanker paru per 1.000 penduduk (Anonim, 2011). Hal ini cukup menggambarkan bahwa kasus kejadian kanker paru di Provinsi Jawa Tengah cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, trend kunjungan penderita kanker paru rawat inap tahun 2004-2008 di RSUP tersebut mengalami peningkatan. Proporsi tertinggi pada umur 4060 tahun 37,0% dengan proporsi laki-laki 38,0% dan perempuan 9,5%, wiraswasta 33,0%, 76,0% pasien tersebut memiliki riwayat merokok, sensitivitas keluhan batuk 71,5%, tingkat keparahan paling banyak yaitu stadium III 63,0%, bukan biaya sendiri 88,0%, lama rawatan rata-rata 14,5 hari, dan Pulang Berobat Jalan 75,0% (Ginting, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Spira et al, 2004, pengobatan untuk kanker paru stadium I meliputi pembedahan dan 1 Analisis Biaya Pasien..., Rakhmat Aji Saputra, Farmasi UMP, 2013 2 kemoterapi dengan tingkat ketahanan hidup lebih dari 60-70%. Untuk stadium II meliputi pembedahan, kemoterapi, dan dengan atau tanpa radioterapi dengan tingkat ketahanan hidup lebih dari 40-50%. Untuk stadium IIIA (resectable) meliputi preoperative kemoterapi diikuti dengan pembedahan dan radioterapi dengan kemoterapi atau tanpa kemoterapi dengan tingkat ketahanan hidup 15-30%. Untuk stadium IIIA (unresectable) atau IIIB (involvement of contralateral or supraclavicular lymph nodes) meliputi kemoterapi dan radioterapi (preferable) atau kemoterapi diikuti dengan radioterapi. Sedangkan untuk stadium IIIB (pleural effusion) atau IV meliputi kemoterapi dengan 2 agen untuk 3 atau 4 siklus (preferable) dan pembedahan metastase otak serta pembedahan lesi primer dengan ketahanan hidup 8-10 bulan. Pasien kanker paru memerlukan perhatian dalam penggunaan atau pemilihan terapi sesuai dengan stadium yang dialami oleh pasien. Pemilihan terapi juga mempengaruhi besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalani suatu pengobatan. Banyak negara yang telah melakukan penelitian mengenai biaya yang dikeluarkan untuk terapi kanker paru. Menurut penelitian di Rumah Sakit Pendidikan Jakarta menunjukkan rerata biaya yang dikeluarkan pertahun untuk kanker paru sebesar Rp. 51.600.000 yang meliputi biaya diagnostik Rp. 8.592.971, biaya pengobatan Rp. 27.900.000, biaya rawat inap Rp. 15.200.000 (Sutrisna et al, 2009). Sedangkan berdasarkan penelitian lain di Rumah Sakit Siloam Hospitals Lippo Karawaci, Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dan Siloam Hospitals Lippo Cikarang, rerata biaya pertahun yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.827.909 yang meliputi biaya diagnostik Rp. 3.841.625, biaya pengobatan Rp. 2.964.409, dan biaya rawat inap Rp. 3.021.875 (Puspitasari et al, 2010). Melihat rerata biaya kedua penelitian tersebut terdapat perbedaan rerata biaya yang cukup signifikan dimana Rumah Sakit Pendidikan Jakarta yang merupakan Rumah Sakit Negeri cenderung lebih mahal dari Rumah Sakit Siloam Hospitals yang merupakan Rumah Sakit Swasta. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah perbedaan rerata biaya tersebut terletak pada stadium, Analisis Biaya Pasien..., Rakhmat Aji Saputra, Farmasi UMP, 2013 3 sumber pembiayaan, atau kelas ruang perawatan serta adakah hubungannya dengan rerata biaya tersebut. Selain itu, dari kedua penelitian tersebut menggambarkan bahwa biaya untuk terapi pasien kanker paru sangat tinggi. Melihat dari Pendapatan Daerah Regional Bruto masyarakat Banyumas yang hanya Rp. 7.318.902 pertahun (Badan Pusat Statistika, 2011) tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk terapi kanker paru, sehingga perlu adanya perhatian khusus untuk penderita kanker paru secara farmakoekonomi maupun secara terapi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis biaya kanker paru rawat inap di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada tahun 2012. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian analitik mengenai: 1. Berapakah biaya pengeluaran perstadium, sumber pembiayaan, dan kelas perawatan pasien kanker paru (Direct Cost & Indirect Cost rata-rata) di instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto periode 1 Januari 2009-31 Desember 2012? 2. Apakah ada perbedaan serta hubungan Direct Cost & Indirect Cost ratarata yang dikeluarkan pasien kanker paru berdasarkan karakteristik pasien yang meliputi stadium klinik, sumber pembiayaan, dan kelas ruang perawatan di instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto? C. Tujuan Penelitian 1. Menghitung biaya pengeluaran pasien kanker paru (Direct Cost & Indirect Cost rata-rata) berdasarkan stadium, sumber pembiayaan, dan kelas perawatan di instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto periode 1 Januari 2009-31 Desember 2012. 2. Menganalisis perbedaan serta hubungan Direct Cost & Indirect Cost ratarata yang dikeluarkan pasien kanker paru berdasarkan karakteristik pasien Analisis Biaya Pasien..., Rakhmat Aji Saputra, Farmasi UMP, 2013 4 yang meliputi stadium klinik, sumber pembiayaan, dan kelas ruang perawatan di instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Pemerintah Memberikan informasi mengenai gambaran biaya pengobatan pasien kanker paru perstadium, sehingga pengalokasian dana tepat untuk pasien yang tergolong jamkesmas maupun askes. 2. Manfaat bagi Rumah Sakit Membantu pengambilan keputusan klinik dalam penggunaan obat yang rasional, karena penggunaan obat yang rasional tidak hanya mempertimbangkan khasiat, tetapi juga harus mempertimbangkan nilai ekonominya. 3. Manfaat bagi Pasien Mengetahui komponen dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan kanker paru perstadium, serta memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam deteksi dini dan pencegahan terhadap kanker paru. 4. Manfaat bagi Mahasiswa Farmasi Dapat dijadikan bahan pembanding dan pelengkap untuk penelitian selanjutnya. 5. Manfaat bagi Penulis Menambah wawasan penulis serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Analisis Biaya Pasien..., Rakhmat Aji Saputra, Farmasi UMP, 2013