BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Instagram merupakan media sosial yang sangat berkembang pesat di dunia Internet, banyak sekali yang menggunakan media sosial dari berbagai kalangan untuk keperluanya masing-masing baik berkomunikasi, berbagi informasi juga tempat untuk melakukan aktifitas bersosialisasi berbaur dan bergabung dengan orang lain. Dengan Instagram kita mampu berbagi tentang segala hal dalam bentuk visual dan audio (foto dan video) dan tidak ada batasan ruang waktu karena mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan di manapun mereka berada. Di awal kemunculannya Instagram sudah mencuri perhatian para penggunanya, menurut kompas.com jumlah pengguna Instagram semakin banyak meskipun usianya belum sampai lima tahun, tapi media sosial berbagi foto itu sudah memiliki 400 juta orang pengguna aktif. Para anggota baru Instagram sebagian besar berasal dari Eropa dan Asia. Lebih spesifik lagi kebanyakan anggota barunya berasal dari Indonesia, Jepang serta Brazil. Hal ini tentu menjadi tolak ukur bagaimana antusiasime masyarakat Indonesia terhadap media sosial Instagram.1 Nama Instagram sendiri berasal dari insta dan gram, “insta” yang berasal dari kata instant dan “gram” yang berasal dari telegram, dapat disimpulkan dari namanya yang berarti menginformasikan atau membagikan foto kepada orang lain 1 (http://tekno.kompas.com/read/2015/09/24/09160067/Instagram.Diserbu.400.Juta.Pengguna.Term asuk.Indonesia) 1 repository.unisba.ac.id 2 dengan cepat. Kemampuan dan fitur yang disediakan oleh Instagram untuk saling berbagi nampak tidak terbatas. Melalui media sosial seperti Instagram ini pemilik akun dapat berbagi mengenai aktivitas apa yang dilakukan dan mangabadikanya dengan foto dan video, lokasi di mana kita berada, dan lainya dengan kreatifitas pemilik akun sendiri. Sebuah aplikasi untuk berbagi, Instagram memiliki dampak besar pada kehidupan saat ini karena dapat dilihat dari banyaknya orang yang mulai merasa sangat penting untuk menampilkan sosok dirinya untuk dikenal orang lain. Seseorang yang asalnya “kecil” bisa seketika menjadi besar, begitupun sebaliknya orang “besar” dalam sedetik bisa menjadi “kecil”. Apabila penggunanya dapat memanfaatkan media sosial banyak sekali manfaat yang kita dapat sebagai media pemasaran seperti mencari koneksi, memperluas pertemanan, dll. Kemunculan Instagram juga membuat pengaruh yang cukup besar terhadap gaya hidup penggunanya dengan berbagai alasan mengapa seseorang harus membuat sebuah akun Instgram, salah satunya adalah menunjukkan eksistensi diri yang pada akhirnya anggapan ini akan membentuk kesan krisis pengakuan atas dasar citra diri. Eksistensi di media sosial bukanlah keberadaan seseorang di hadapan dirinya, namun di hadapan orang lain karena keberadaan seseorang akan berarti atau bernilai jika keberadaannya tersebut diakui oleh pihak lain. Tak jarang sebagian dari pengguna media sosial Instagram menjadi dramatis dan terus membuat pencitraan atas dirinya. Media sosial Instagram telah banyak merubah kehidupan sosial para penggunanya menjadi semakin konsumtif yang menyebabkan pengguna repository.unisba.ac.id 3 Instagram yaitu persaingan kehidupan mewah. Dalam hal ini para pelaku Instagram selalu mengikuti trend yang sedang berlangsung di dunia dan di kalangan mereka karena tidak mau dibilang ketinggalan zaman oleh temantemannya dan dianggap populer dalam mengikuti zaman. Seperti halnya kasus yang rela menghabiskan uang mereka untuk membeli pakaian branded yang sedang trend digunakan pada saat ini. Semakin high class foto yang mereka unggah di akun Instagram yang mereka miliki, maka di situlah tingkat kelevelan bergaul dan kepopuleran mereka diukur. Pemilik akun Instagram yang memilki banyak followers akan dikenal dengan sebutan Selebgram, singkatan dari Selebritis Instagram. Ada banyak faktor yang mempenggaruhi seseorang dikatakan sebagai Selebgram, bisa jadi dari keindahan fotografi yang diunggahnya, kecantikan atau ketampanan dari pemilik akun tersebut, atau bahkan selera dalam memadu padankan pakaian Selebgram dianggap baik dan bagus, sehingga memberikan inspirasi untuk para followers-nya. Selebgram Identik dengan endorsement. Di era modern saat ini Selebgram menjadi sebuah sarana dalam media promosi dengan tujuan untuk menaikan suatu lembaga atau perusahaan. Dengan memberikan produk serta tarif tertentu agar dapat beriklan (paid promote) dalam akun seorang Selebgram, lalu kemudian diunggah oleh pemilik akun Instagram di situlah proses endorsement berlangsung. Dengan zaman yang sudah semakin canggih pasti sudah tidak ada hambatan lagi untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Caranya repository.unisba.ac.id 4 adalah menggunakannya dengan baik agar mendapatkan kesan yang positif dari orang lain sesama pengguna media sosial. Menurut Goffman, wilayah depan ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage) yang ditonton khalayak penonton, sedangkan wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back stage) atau kamar rias tempat pemain sandiwara mempersiapkan dirinya (Mulyana, 2008: 114). Begitupun dengan panggung depan (front stage) dan panggung belakang (backstage) seorang selebgram yang akan diteliti oleh peneliti di sini ialah pembahasan mengenai panggung depan (front stage) yaitu aktifitas yang dilakukan objek di dalam akun Instagramnya meliputi postingan-postingan yang ia upload, dan mengenai panggung belakang (back stage) yaitu ketika ia di dalam kehidupan sehari-hari di luar media sosial Instagram. Dalam mengembangkan mencapai tujuannya, perilaku-perilaku para yang pelaku mendukung instagram peran berusaha sesuai yang diinginkanya di Instagram. Aktor juga harus memperhitungkan setting (tempat foto), kostum (pakaian yang digunakan), penggunaan kata (caption pendukung) dan lainnya untuk meninggalkan kesan baik pada lawan interaksi dan memudahkan jalan untuk mencapai tujuan yang oleh Goffman disebut manajemen daya tarik (impression management). Tentu setiap orang memiliki latar belakang masing-masing dalam memenuhi kebutuhannya dan juga alasan utama yang sering kita gunakan adalah untuk membangun kesan pertama yang baik, sehingga orang lain mampu menilai sebagaimana yang kita inginkan di mata publik. Peneliti mengira poin inilah yang menjadi bagian sangat penting untuk seorang Selebgram yang sering repository.unisba.ac.id 5 menampilkan dirinya di hadapan publik dengan berpenampilan menarik yang akan berpengaruh cukup besar terhadap citra diri di mata pengguna Instagram lainya. Tidak dipungkiri bahwa media sosial Instagram juga mempunyai nilai plus yang ternyata mampu memberikan efek yang cukup besar dalam kehidupan Selebgram. Objek penelitian pertama yang akan peniliti teliti adalah seorang mahasiswi yang berkuliah di salah satu universitas swasta di kota Bandung yang juga memiliki profesi sebagai model bernama LP. Objek penelitian kedua adalah EP yang juga memilki profesi sebagai model namun dalam kategori dewasa. Kemudian objek penelitian ketiga adalah seorang ilustrator bernama NT. Mereka aktif menggunakan media sosial Instagram sehingga memiliki followers dan likers dalam jumlah yang cukup banyak dalam setiap foto yang diunggahnya dan hal itu menandakan bahwa mereka banyak disukai oleh pengguna Instagram lainya. Peneliti melihat ada upaya-upaya pengembangan citra diri yang dimunculkan agar orang lain memandang dirinya sesuai dengan apa yang diinginkan. Di sini terjadilah komunikasi nonverbal yang terjadi saat mereka mengupload sebuah foto atau video di dalam akun instagramnya karena dalam setiap foto atau video yang diunggah memperhitungkan detail yang akan menunjang citra kepada akun Instagram lainya. Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang diterima orang lain. Ia menyebut upaya itu sebagai “pengelolaan kesan” (impression management), yakni teknik- repository.unisba.ac.id 6 teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Pencitraan yang ditampilkan di media sosial tidak selalu menggambarkan pribadi orang tersebut. Ini sesuai dengan teori dramaturgi dari Erving Goffman yang menyatakan bahwa kehidupan sosial seseorang merupakan serangkaian penampilan dramatik seperti halnya orang-orang yang melakukan pertunjukan di panggung teater, di mana seseorang berusaha membentuk kesan yang mereka inginkan untuk dilihat orang lain. Hal senada juga dikemukakan oleh Mulyana (2006: 112) bahwa: Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut sebagai pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Impression management bisa dengan mudah dilakukan di media sosial Instagram karena mempunyai kemampuan untuk menyebarkan suatu pesan atau informasi secara tepat dan luas. Sebuah image di hadapan publik melalui media sosial Instagram merupakan bahasan yang menarik karena berkaitan dengan bentuk interaksi baru yang tentu saja mempunyai aturan yang berbeda dengan dunia nyata. Setelah sukses menjadi aplikasi yang diminati banyak penggunanya, Instagram menjadi sosial media yang mempunyai banyak peluang untuk berbisnis bagi para penggunanya. Salah satunya adalah kepintaran seorang selebgram yang bisa memanfaatkan dan menjadikan Instagram sebagai penyalur media komunikasi pemasaran. Seperti yang dilakukan oleh para objek penelitian yang repository.unisba.ac.id 7 peneliti teliti, mereka menerima endorsement dari berbagai prodak brand ternama yang juga sama menggunakan sosial media Instagram. Banyak sekali keuntungan yang didapatkan pengendors karena banyak followers yang memudahkan untuk pengguna Instagram lainya atau konsumen melihat produk yang dijual oleh brand tersebut. Banyaknya minat brand yang ingin mengendors selebgram, para Selebgram mematok rate mulai dari Rp. 200.000,- hingga Rp.500.000,- /item dalam satu kali posting di akun Instagram milikinya. Impression management atau pengelolaan kesan ditemukan dan dikembangkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959, dan telah dipaparkan dalam bukunya yang berjudul “The Presentation of Self in Everyday Life”. Pengelolaan kesan juga secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik presentasi diri yang didasarkan pada tindakan mengontrol persepsi orang lain dengan cepat dengan mengungkapkan aspek yang dapat menguntungkan diri sendiri atau tim. Pada akhirnya, penulis menggunakan pendekatan dramaturgis Ervin Goffman. Goffman pun menilai bahwa konsep dramaturgi tidak jauh berbeda dengan pertunjukan teater yang selalu memiliki panggung depan dan panggung belakang. Di mana “ada citra yang coba dibangun saat seseorang menampilkan panggung depannya kepada lawan interaksinya, tanpa harus menunjukkan hal-hal yang terjadi di belakang panggung” (Mulyana, 2010: 114). Di mana pendekatan ini termasuk kepada paradigma konstruktivis, yang memandang bahwa realita tidak menunjukkan dirinya dalam bentuk yang kasar, repository.unisba.ac.id 8 tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (Morrisan, 2013: 107). Penulis memfokuskan masalah yang menjadi daya tarik untuk diteliti yaitu “Bagaimana impression management seorang selebgram sebagai eksistensi diri melalui media sosial Instagram”. Dalam hal ini, penulis menggunakan teori dramaturgi Goffman, untuk mengetahui front stage dari seorang selebgram yaitu bagaimana seorang selebgram menampilkan dirinya di depan publik melalui akun media sosial Instagram milikinya serta untuk mengetahui impression management yang dilakukan dalam hal upaya-upaya apa saja yang dipersiapkan seoarang selebgram untuk mendukung peran yang dimainkanya sebagai seorang selebgram. Kemudian juga untuk mengetahui back stage yang meliputi kegiatan sehariharinya di luar peran yang ia lakukan sebagai seorang Selebgram. Sikap seperti itu penting dimiliki oleh seorang selebgram karena itulah salah satu cara yang akan menunjang mereka dalam mempromosikan diri. Bagaimana cara mereka membentuk citra diri dengan menggunakan media sosial sehingga berpengaruh terhadap proses pembentukan konsep diri dan kesan yang ingin mereka sampaikan kepada orang lain. Penulis telah menentukan, bahwa panggung depan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua hal yang mencangkup apa saja yang ditampilkan di dalam akun Instagram mereka, meliputi gaya berbusana dan konten lainya dari Instagram masing-masing Selebgram yang penulis amati secara personal dan juga mencari penilaian khalayak yang memfollow akun terhadap Selebgram yang penulis teliti. Sedangkan panggung belakang meliputi hal-hal yang tidak diketahui repository.unisba.ac.id 9 oleh followers di dalam akun Instagram masing-masing Selebgram, seperti hal hal yang di persiapkan untuk melakukan Impression Management yang secara tidak langsung mengungkapankan seberapa penting menampilkan sosok dirinya agar dikenal orang lain dalam media sosial Instagram, juga kegiatan sehari-hari, dan karakter personal atas dasar pengakuan mereka, pengamatan peneliti dan pengakuan orang terdekat. Poin inti yang akan peneliti teliti lebih jauh untuk mengetahui proses penentuan setiap foto yang akan diunggah seperti setting tempat atau background foto yang diambil, kostum dan semua atribut yang dikenakan sangat diperhatikan serta penggunaan kata pendukung atau caption yang dituahkan untuk memperjelas setiap foto yang diunggah agar terciptanya kesan positif kepada followers atau sesama pengguna Instagram lainya. Tentunya di sini ada proses impression management yang ingin disampaikan kepada followers di dalam akunnya sebagai cara agar dapat mempersuasi pengguna Instagram lainya agar bertindak sesuai dengan yang diinginkannya. Kemudian nantinya peneliti akan membandingkan hasil dari apa yang peneliti dapatkan di lapangan baik itu panggung depan maupun panggung belakang dalam kesuksesan ketiga objek dalam membuat impression management di hadapan khalayak atau pengguna akun Instagram lainya. repository.unisba.ac.id 10 1.2 Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian 1.2.1 Fokus Penelitian Dari uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang di atas, maka penulis memfokuskan masalahnya menjadi, “Bagaimana impression management seorang selebgram sebagai eksistensi diri melalui sosial media Instagram?” 1.2.2 Pertanyaan Penelitian Melalui perumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan sebagai masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana impression management di kehidupan panggung depan (front stage) seorang selebgram? 2. Bagaimana kehidupan panggung belakang (back stage) dari seorang selebgram? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam pertanyaan penelitian. Terlebih penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena “permainan karakter” yang dilakukan oleh subjek penelitian. Sehingga tujuan yang spesifik dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui impression management di kehidupan panggung depan (front stage) seorang Selebgram. repository.unisba.ac.id 11 2. Untuk mengetahui kehidupan panggung belakang (back stage) Selebgram. 1.4 Kegunaan penelitian 1.4.1 Kegunaan Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi penelitian dalam bidang ilmu komunikasi, khususnya dalam pemahaman mengenai pendekatan dramaturgi Selebgram yang memiliki panggung depan dan panggung belakang dalam perannya. Selain itu juga penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang sama-sama mengkaji dengan metodologi dan pendeketan yang sama, seperti apa yang dilakukan oleh penulis. 1.4.2 Kegunaan Secara Praktis Melalui penelitian ini, penulis hendak menyumbangkan pemikiran yang telah dikombinasikan dengan informasi dan teori-teori terdahulu terhadap perkembangan ilmu komunikasi terutama dalam pendekatan dramaturgi. Selain itu, nantinya pembaca dapat mengetahui impression management dari panggung depan serta panggung belakang seorang Selebgram yang akan menjadi narasumber dari penelitian ini. 1.5 Setting Penelitian Agar penelitian ini lebih fokus terhadap rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah dikemukan di atas, di sini penulis hendak memberikan batasan-batasan dalam penelitian sebagai berikut: repository.unisba.ac.id 12 1. Key Informan dalam penelitian ini adalah Selebgram yang memiliki followers diatas 40.000 followers, dan informan berdomisili di Kota Bandung. 2. Informan penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Selebgram yang aktif menggunakan media sosial Instagram. 3. Analisis dalam penelitian ini dibatasi pada metode penelitian komunikasi kualitatif dengan pendekatan dramaturgi. 4. Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan September 2015. 1.5.1 Pengertian Istilah 1. Dramaturgi adalah suatu pendekatan yang memusatkan perhatian pada pandangan atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama yang mirip dengan pertunjukan drama di panggung (Mulyana, 2008: 106). 2. Impression management adalah teknik-teknik yang digunakan aktoruntuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. 3. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi tentang segala hal dalam bentuk visual dan audio (foto dan video) berbasis iPhone dan Android, yang memungkinkan penggunanya mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial. 4. Seleb berasal dari kata selebriti orang yang terkenal atau masyhur, dalam hal ini selebgram adalah seseorang yang terkenal atau mashur di jejaring sosial Instagram repository.unisba.ac.id 13 5. Follower adalah teman sesama pengguna akun Instagram yang secara langsung mengikuti kegiatan dari pemilik akun yang sudah difollownya. 6. Endorsment adalah kegiatan promosi barang dagangan (brand atau onlineshop) melalui orang-orang terkenal. 1.6 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran di sini bukanlah untuk menguji teori, akan tetapi dijadikan panduan atau landasan agar penelitian ini lebih terarah dan lebih fokus kepada masalah yang akan diteliti. Seorang individu seringkali peduli terhadap self image yang ditampilkannya terhadap orang lain. Kepedulian tersebut akan menuntun individu tersebut untuk senantiasa berusaha mengontrol tentang apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya tersebut. Self image yang dicoba ditampilkan ini dapat berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lainnya, yang kembali kepada dari tujuannya itu sendiri. Self image yang dicoba untuk ditampilkan tersebut dapat dianalogikan seperti seorang aktor yang sedang bermain peran. Layaknya seorang aktor dalam pementasan teater, setiap individu akan berusaha untuk dapat menampilkan image tertentu dengan menggunakan suatu setting tingkah laku verbal maupun nonverbal secara hati-hati untuk dapat mencerminkan image tersebut. Usaha tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah impression management atau pengelolaan kesan (Rakhmat, 2008: 96). Berbicara mengenai impression management tentu tidak terlepas dari kajian dramaturgi. Pada perkembanganya, dramaturgi begitu banyak dikenal dan dijadikan sebagai bentuk komunikasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari manusia. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dengan siapa interaksi terjadi. Di sinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita menguasai interaksi repository.unisba.ac.id 14 tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Dalam penelitian ini, peneliti akan berpedoman pada perspektif teori dari Erving Goffman, tokoh sosiolog asal Amerika yang terkenal dengan pendekatan dramaturgi. Erving Goffman menyebutkan bahwa “dramaturgi adalah kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama yang mirip dengan pertunjukan teater” (Mulyana, 2010: 106). Di samping itu juga terdapat teori-teori pendukung dari tokoh-tokoh sosiolog lainnya. Manusia adalah makhluk sosial, selalu ingin berinteraksi dengan manusia lainnya sebagai suatu kebutuhan. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy, 2003:11). Orang lain menilai kita berdasarkan petunjuk-petunjuk yang kita berikan dan dari penilaian itu mereka memperlakukan kita untuk itu, kita secara sengaja menampilkan diri kita (self presentation) seperti yang kita kehendaki. Kajian dramaturgi membagi dua wilayah yang biasa digunakan seorang individu dalam memainkan peran. Wilayah tersebut ialah: 1. Front stage (panggung depan) merupakan suatu panggung yang terdiri dari bagian pertunjukan atas penampilan (appearance) dan gaya (manner). Pada lingkungan yang menjadi front stage inilah dimunculkan identitas palsu oleh individu tersebut guna memaksimalkan peran yang dimainkannya dalam area front stage tersebut di mana ia dapat menyesuaikan diri dengan situasi followersnya. Penampilan di sini repository.unisba.ac.id 15 meliputi petunjuk artifaktual seperti pakaian, make up, dan sebagainya. Sedangkan gaya meliputi cara berbicara, berjalan dan sebagainya 2. Back stage (panggung belakang) merupakan bagian dari individu di mana individu tersebut memperlihatkan gambaran sesungguhnya dari dirinya. Back Stage ini juga merupakan panggung persiapan aktor yang disesuaikan dengan apa yang akan dihadapi di lapangan, untuk selanjutnya menutupi identitas aslinya. Panggung ini disebut juga panggung pribadi yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Selain membawakan peran secara individu selebgram sebagai aktor sosial juga mengelola kesan lain terhadap kelompoknya. Kelompok yang di sini yaitu followers. Mereka menjadi satu kesatuan tim dalam menggapai citra diri selebgram itu sendiri. Setiap anggota tim memegang rahasia tersembunyi bagi khalayak yang memungkinkan kewibawaan tim tetap terjaga (Mulyana, 2007:106). Dalam interaksinya, manusia ingin menunjukkan suatu gambaran diri berupa petunjuk-petunjuk tertentu yang akan diterima orang lain. Upaya ini dinamakan Pengelolaan Kesan (impression management), yakni teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Pada prinsipnya Dramaturgi merupakan bagian dari kajian ilmu komunikasi yang mana terdapat dalam pembahasan mengenai diri seorang komunikator yang berperan penting dalam proses penyampaian pesan kepada komunikan. Dramaturgi memaparkan bagaimana seorang komunikator dalam hal ini seorang selebgram memainkan peran dalam dua bagian kehidupan mereka repository.unisba.ac.id 16 yakni front stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang) yang semata-mata agar menimbulkan suatu kesan di hadapan para followersnya. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya di mana dramaturgi membagi dua wilayah yakni front stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang). Impression management sendiri merupakan bagian dari kajian dramaturgi yang sama-sama dikembangkan oleh Goffman. Impression management atau pengelolaan kesan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang individu dalam menciptakan kesan atau persepsi tertentu atas dirinya di hadapan khalayaknya. Pengelolaan kesan tersebut baik terhadap simbol verbal maupun simbol nonverbal yang melekat di dirinya. Penelitian ini mengkaji bagaimana impression management di kehidupan front stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang) pada diri seorang selebgram di media sosial instagram. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada kerangka teoritis bahwasannya Goffman membagi dua wilayah dari aktor yang diibaratkan memainkan peran tersebut. Hal yang akan dilakukan penulis saat ini, penulis akan meneliti lebih jauh panggung belakang yang dimaksud karena nantinya hal tersebut akan muncul ketika observasi dan wawancara sudah berjalan, mengingat Selebritis Instagram dalam penelitian ini memiliki status yang berbeda, sehingga nilai yang nanti akan ditekankan sebagai panggung belakang adalah cara mereka berkomunikasi di kehidupan sosial yang nyata, di luar dari media sosial Instagram yang digunakan. repository.unisba.ac.id 17 Selebgram Impression Front Stage Back Stage Management Dramaturgi Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran repository.unisba.ac.id