analisis beban pajak tangguhan dan akrual dalam mendeteksi

advertisement
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
ISBN 978-602-70083-4-2
ANALISIS BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN AKRUAL
DALAM MENDETEKSI MANAJEMEN LABA
Sakina Sumbari1, Yetty Murni2, Indah Masri3
(Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pancasila, Jakarta)
ABSTRACT: This research aimed to analyze effect of deferred tax expense, accruals and
other factors that explain the deferred tax expense is better than the accrual in detecting
earnings management. The object of this research are manufacturing base companies,
chemical industry and various industrial manufacturing company listed in indonesia stock
exchange (BEI) with the observation period between 2013 and 2015. Data in this research
based on annual financial reports obtained through the site www.idx.co.id. The sampling
method used purposive sampling and analysis of data using multiple linear regression
method.
The results showed that the deferred tax expense had a negative influence, and significant
earnings management with the goal of profit decline while the accrual have effect positive
and significant impact on the company in earnings management in order to increase profits.
The deferred tax expense is better than the accrual in detecting earnings management.
Keywords: Tax, Deferred Tax Expense, Accrual, Earnings Management.
PENDAHULUAN
Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk menyampaikan informasi
mengenai kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan pada periode tertentu. Informasi tentang Laba
(earnings) mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah perusahaan karena laba perusahaan
merupakan alat ukur untuk mengukur keberhasilan dalam suatu usaha. Laba (earnings) perusahaan
dapat mempertahankan hidupnya dan melakukan berbagai pengembangan demi kemajuan usahanya,
selain itu laba juga sering digunakan sebagai dasar untuk pembuatan keputusan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan. Oleh karena itu, kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi
investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi, dan pemerintah (dalam hal ini adalah Direktorat
Jendral Pajak). Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba
(sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya
(Djamaluddin, 2007).
Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan selama beberapa
dekade terakhir ini adalah manajemen laba. Alasannya, pertama, manajemen laba seolah-olah telah
menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang dipraktikan semua perusahaan di dunia. Sebab
aktivitas ini tidak hanya di Negara-negara dengan sistem bisnis yang belum tertera, namun juga
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Negara yang sistem bisnisnya telah tertera, seperti halnya
Amerika Serikat.
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Kedua, sebab dan akibat yang ditimbulkan aktivitas rekayasa manajerial ini tidak hanya
menghancurkan tatanan ekonomi, namun juga tatanan etika dan moral. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika publik mempertanyakan etika, moral, dan tanggung jawab pelaku bisnis yang
seharusnya menciptakan kehidupan bisnis yang bersih dan sehat. Bahkan, dibeberapa Negara, publik
juga mempertanyakan dan meragukan integritas dan kredibilitas para akuntan yang seharusnya
menjadi garda terdepan dalam mendeteksi manajemen laba dan regulator yang seharusnya
mempersiapkan regulasi yang memadai untuk menciptakan kehidupan bisnis yang bersih dan sehat.
(Sulistyanto, 2014 :1-2).
Manajemen laba dapat dilakukan dengan menggunakan basis yang ada pada akuntansi. Transaksi
akrual memberikan kebebasan pada manajer untuk menentukan jumlah transaksi secara fleksibel yaitu
dengan menaikan atau menurunkan porsi laba rugi dan neraca. Dari sisi efisiensi beban pajak lebih
menguntungkan memilih basis akrual kerena biaya administrasi dan umum dibebankan pada saat
timbulnya kewajiban (Suandy, 2006 :134 Dalam Hamza, 2010).
Pada penelitian terdahulu, deteksi terhadap manajemen laba dilakukan dengan menggunakan
berbagai ukuran akrual seperti abnormal akrual dan total akrual (penjumlahan normal akrual dan
abnormal akrual). Namun, ditemukan fakta bahwa akrual ternyata memiliki kelemahan. Penelitian
yang dilakukan Guay (1996) dalam Yuliati (2005), menunjukan bahwa penggunaan discretionary
accrual menyebabkan terjadinya kesalahan dalam prediksi manajemen laba. Kesalahan ini disebabkan
karena adanya kesalahan dalam pengklasifikasian total accrual ke dalam bentuk discretionary accrual
dan non sidcretionary accrual sehingga model akrual yang digunakan tidak lagi tepat. Sedangkan
menurut Heally dan Wahlen (1999) dalam Yulianti (2005), akrual dalam memprediksi dilakukannya
manajemen laba oleh perusahaan akan mempengaruhi penilaian stakeholders atas kinerja perusahaan.
Berbagai penelitian mencoba mengatasi kelemahan model akrual dengan mencari faktor
alternatif yang dapat digunakan dalam mendeteksi manajemen laba. Phillips, Pincus dan Rego (2003)
dalam Yuianti (2005), menyatakan bahwa kesalahan pengukuran model akrual dapat dikurangi
dengan menfokuskan pada beban pajak tangguhan (deffered tax expense) dibandingkan dengan
membagi total accrual perusahaan menjadi komponen discretionary dan non discretionary.
Beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba
fiskal. Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan
keuangan, dimana standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam
menentukan prinsip dan asumsi akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan pajak.
Perbedaan temporer muncul dari komponen akrual dan arus kas operasi. Karena adanya perbedaan
temporer itulah beban pajak tangguhan berpengaruh dalam usaha untuk mendeteksi pengaruh
rekayasa akrual untuk meminimalkan pajak dalam manajemen laba (Yulianti, 2005).
Banyak faktor yang memungkinkan terjadinya manajemen laba, yang dalam penelitian ini
peneliti ingin menguji variabel beban pajak tangguhan, dan akrual serta faktor-faktor yang dapat
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
menjelakan beban pajak tangguhan lebih baik dari pada akrual dalam mendeteksi manajemen laba.
Secara lebih rinci perumusan masalah ini dibuat dalam tiga pertanyaan berikut:
1.
Apakah Beban Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap Manajemen Laba ?
2.
Apakah Total Akrual berpengaruh terhadap Manajemen Laba ?
3.
Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Laba dapat menjelaskan Beban Pajak
Tangguhan lebih baik dari pada Total Akrual ?
KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Manajemen Laba yaitu langkah tertentu yang disengaja untuk mengatur laba (Davidson,
Stickney, dan Weil), campur tangan dalam penyusunan laporn keuangan (Svhipper), kesalahan atau
kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan keuangan (National Association of Fraud
Examiners), tindakan untuk mengatur laba (Fisher dan Rosenzwing), fleksibelitas yang mendorong
penyalahgunaan laba (Lewitt), serta menggunakan keputusan tertentu untuk mengubah laporan
keuangan (Healy dan Wehlen).
Jenis atau pola manajemen laba yang dipilih oleh manajemen sangat tergantung pada motif atau
tujuan manajemen laba itu sendiri (Resmi, 2003 : 114). Pola manajemen laba dikelompokan sebagai
berikut:
a.
Taking a bath
Taking a bath dilakukan manajer dengan cara menggeser biaya akrual discretionary periode
mendatang ke periode kini dan atau menggeser pendapatan akrual discretionary periode kini ke
periode mendatang. Pola ini dilakukan oleh manajer untuk memaksimumkan kompensasi atau
bonus yang akan diterimanya pada tahun berikutnya karena menghadapi kenyataan bahwa bonus
tahun ini tidak dapat diterima.
b.
Income minimization (minimisasi laba)
Income minimization dimaksudkan untuk keperluan pertimbangan pajak yaitu meminimumkan
kewajiban pajak perusahaan.
c.
Income maximization (maksimisasi laba)
Income maximization dimaksudkan untuk memaksimumkan bonus manajer, menciptakan kinerja
perusahaan yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (pertimbangan pasar
modal), menunda pelanggaran perjanjian utang, dan manajer dapat memperoleh kendali atas
perusahaan.
d.
Income smoothing (perataan laba)
Income smooting adalah tindakan dimana manajemen memperhalus fluktuasi laba dari periode ke
periode dengan cara memindahkan laba dari periode yang memiliki laba tinggi ke periode yang
memiliki laba rendah. Income smooting dapat diterapkan untuk setiap tujuan yang dikehendaki
tetapi secara tidak ekstrim.
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba
akuntansi (yaitu laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal
(laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak) Phillips, Pincus and Rego (2003). Pengakuan
pajak penghasilan dalam PSAK No.46 telah menerapkan metode akuntansi pajak penghasilan secara
komprehensif dengan pendekatan aktiva kewajiban atau balance-sheet approach, Wijayanti (2006).
Metode akuntasi pajak penghasilan yang berorientasi pada neraca mengakui kewajiban dan aktiva
pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan yang disebabkan oleh adanya perbedaan
temporer dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan. Untuk itu, perbedaan temporer yang dapat
menambah jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan
harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deferred tax expense), yang berarti bahwa kenaikan
utang pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau
menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak.
Sebaliknya, perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak dimasa depan akan diakui
sebagai aktiva pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya keuntungan atau manfaat
pajak tangguhan (deferred tax benefit), yang berarti bahwa kenaikan aktiva pajak tangguhan konsisten
dengan perusahaan yang mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan
pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Wijayanti:2006). Yulianti (2005) menyimpulkan
bahwa beban pajak tangguhan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap probabilitas
perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian. Ardi Hamza (2008)
menyimpulkan beban pajak tangguhan signifikan terhadap manajemen laba menghindari pelaporan
penurunan laba tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba saat menghindari melaporkan
kerugian. Hipotesis yang digunakan adalah melihat peran Beban Pajak Tangguhan untuk
mempengaruhi perusahaan melakukan Manajemen Laba
H1 : Beban Pajak Tangguhan dapat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan manajemen
laba.
Manajemen laba dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan
keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan
keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun laporan keuangan. Alasannya,
komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya
mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau
dikeluarkan perusahaan. Oleh sebab itu, upaya awal untuk memahami manajemen laba adalah dengan
memahami dasar akuntansi yang selama ini digunakan dan diakui secara luas, yaitu akuntansi berbasis
akrual. Basis akuntansi ini merupakan dasar pencatatan akuntansi yang mewajibkan perusahaan
mengakui hak dan kewajiban tanpa memperhatikan kapan kas akan diterima atau dikeluarkan.
Total akrual terdiri dari dua komponen yaitu discretionary accrual dan non discretionary accrual.
Discretionary accruals merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajerial dengan memanfaatkan
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar akuntansi. Sementara itu,
nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar
pencatatan akrual dengan mengikuti standar akuntansi yang diterima secara umum, misalkan metode
depresiasi dan penetuan persediaan yang dipilih harus mengikuti metode yang diakui dalam prinsip
akuntansi.
Yulianti (2005) menyimpulkan bahwa akrual memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian. Satwika dan
Damayanti (2005) menyimpulkan bahwa akrual secara signifikan tidak berpengaruh dalam
mendeteksi manajemen laba berbeda dengan Zulaikha Suranggane (2007) menyimpulkan bahwa
variabel akrual signifikan dalam mendeteksi manajemen laba. Dilihat dari hasil penelitian terdahulu,
maka Hipotesis yang digunakan adalah melihat peran Total Akrual untuk mempengaruhi perusahaan
melakukan Manajemen Laba.
H2 : Total Akrual dapat mempengaruhi Perusahaan untuk melakukan manajemen laba.
Faktor-faktor yang dapat menjelaskan beban pajak tangguhan sebagai pengukur manajemen laba
lebih baik dibandingkan kemampuan model akrual yang digunakan sebagai pengukur manajemen laba
merupakan pengujian tambahan untuk memperoleh kesimpulan yang lebih kuat. Penelitian ini
merupakan replika dari penelitian Yulianti (2005) yang menyimpulkan bahwa variabel beban pajak
tangguhan dapat menjelaskan probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba.
H3 : Faktor-faktor yang menyebabkan Manajemen Laba dapat menjelaskan Beban pajak
tangguhan sebagai pengukur Manajemen Laba secara lebih baik dibandingkan Total Akrual.
METODOLOGI PENELITIAN
Sumber dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dalam bentuk jadi, telah dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah
dalam bentuk publikasi, berupa data-data variabel bebas. Data sekunder yang digunakan berupa
laporan keungan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2013-2015. Data tersebut diperoleh dari situs resmi BEI www.idx.co.id dan pojok Bursa Efek
Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila.
Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur Industri Dasar & Kimia dan
Perusahaan Manufaktur Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun
2013-2015. Teknik pengambilan sampel dari data yang ada dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling, yang bertujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai kriteria yang
ditentukan. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu
yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria yang digunakan untuk pemilihan
sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan Manufaktur Industri Dasar & Kimia Dan Perusahaan
Manufaktur Aneka Industri (2) Perusahaan Manufaktur Industri Dasar & Kimia dan Perusahaan
Manufaktur Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan
laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
(3) Perusahaan Manufaktur Industri Dasar & Kimia dan Perusahaan Manufaktur Aneka Industri yang
melaporkan laporan keuangan dalam satuan mata uang Rupiah (IDR) (4) Perusahaan Manufaktur
Industri Dasar & Kimia dan Perusahaan Manufaktur Aneka Industri yang mencantumkan beban pajak
tangguhan dalam laporan keuangan.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis pertama sekali dilakukan analisis deskriptif untuk
memberikan gambaran umum mengenai data penelitian. Statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standard
deviasi. Hasil pengujian menunjukkan jumlah sampel yang digunakan apakah ada data yang hilang
(missing cases) ataupun data yang tidak terseleksi (unselected cases). Selanjutnya dilakukan analisis
uji klasik yang terdiri dari uji normalitas data dimana uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi, variabel independen dan variabel dependen keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak, uji multikolinearitas yang bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel bebas (independen), uji autokorelasi yang bertujuan menguji apakah
suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya), uji heteroskedastisitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain,
uji koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen, uji signifikasi simultas (uji F) digunakan untuk menguji
apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi belanja modal, uji signifikasi parameter
individual (uji t) digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi
variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen atau variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Manajemen Laba.
Manajemen Laba merupakan bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi bagian
komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan yang dapat diukur dengan beban pajak
tangguhan dan akrual. Manajemen Laba dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan model
jones (Sulistyanto, 2014:221-225) sebagai berikut :
EM = ε DTA
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Dimana :
DTA = TACC – NDTA
Langkah pertama menghitung nilai total akrual (TAC) yang merupakan selisih dari pendapan bersih
(net income) dengan arus kas operasi untuk setiap perusahaan dan setiap tahun pengamatan. Langkah
kedua menghitung nilai discretionary accruals sesuai dengan rumus diatas dengan terlebih dahulu
melakukan regresi linier sederhana terhadap TACCi,t / TAi,t-1 sebagai variabel dependen serta [1/TAi,t1]
+ b1 [ΔSalesi,t/ TAi,t-1] + b2 [PPEi,t/ TAi,t-1] sebagai variabel independennya.
TACCi,t / TAi,t-1 = b0 [1/TAi,t-1] + b1 [ΔSalesi,t/ TAi,t-1] + b2 [PPEi,t/ TAi,t-1] +ε
Selanjutnya menghitung NDA nondiscretionary total accruals dengan NDAi,t = = b0 [1/TAi,t-1] + b1
[ΔSalesi,t + ΔTRi,t/ TAi,t-1] + b2 [PPEi,t/ TAi,t-1] Dan terakhir menghitung nilai discretionary accruals,
yaitu selisih antara total akrual (TAC) dengan nondiscretionary total accruals (NDA). Discretionary
accruals merupakan proksi manajemen laba.
.Keterangan
:
TACCi,t : NI (Net Income) – CFO (Arus Kas Operasi Perusahaan i pada tahun t)
TAi,t-1 : Total Assets perusahaan i pada tahun t-1
ΔSalesi,t : Selisih Sale perusahaan i pada tahun t terhadap Sale perusahaan i pada tahun t-1
ΔTRi,t : Selisih Piutang Dagang perusahaan i pada tahun t terhadap Piutang Dagang i pada tahun t-1
PPEi,t : Gross property, plant, and equipment
Variabel Independen
Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen, yaitu variabel bebas, variabel yang
mempengaruhi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat). Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah beban pajak tanguhan dan akrual serta faktor-faktor yang
menjelaskan beban pajak tangguhan lebih baik dari pada akrual dalam mendeteksi manajemen laba.
Beban Pajak Tanguhan
Beban pajak tangguhan (X1) merupakan beban pajak tangguhan yang timbul akibat perbedaan
temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perhitungan tentang beban pajak tangguhan
dihitung dengan cara membobot beban pajak tangguhan dengan total aktiva (total asset).
DTEit = (beban pajak tangguhant) / (total assetst-1)
Akrual
Akrual (X2) digunakan untuk menentukan penghasilan pada saat diperoleh dan untuk mengakui
beban yang sepadan dengan revenue pada periode yang sama, tanpa memperhatikan waktu
penerimaan kas dari penghasilan bersangkutan.
Total akrual dihitung dengan mengunakan model sebagai berikut :
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
TACCit =NIit – CFOit / (total assetst-1)
Dimana :
TACCit : Total akrual perusahaan i pada tahun t.
NIit : Laba bersih setelah pajak perusahaan i pada tahun t.
CFOit : Cash flow from operation perusahaan i pada tahun t.
Faktor-faktor yang menjelaskan beban pajak tangguhan lebih baik dari pada akrual dalam mendeteksi
manajemen laba. (Profitabilitas, Debt, Size, Growth dan Kualitas Audit)
Profitabilitas
Berdasarkan Hipotesis bonus plan; insentif manajer pada umumnya didasarkan pada profitabilitas
perusahaan. Karenanya profitabilitas dapat dijadikan indikasi dilakukannya manajemen laba dalam
perusahaan. Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan pengukur ROA (Return on Asset)
Yulianti (2005).
ROA = EBIT / (Total Assets) x 100%
Debt
Berdasarkan Hipotesis debt covenant, perusahaan akan melakukan manajemen laba secara agresif
untuk mencegah pelanggaran terhadap kontrak hutang (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Yulianti
2005). Karenanya besarnya hutang perusahaan akan berpengaruh terhadap motovasi manajemen
untuk melakukan manajemen laba. Variabel hutang dalam persamaan ini diukur dengan Interestbearing Debt. Interest-bearning Debt diukur dengan hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek
yang berbunga dibagi dengan total asset tahun sebelumnya.
Interest-bearning Debt = Hutang jangka panjang + Hutang jangka pendek yang berbunga / (total
assetst-1)
Size
Berdasarkan Hipotesis political cost, Watts dan Zimmerman (1986) dalam Yulianti (2005)
menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan melakukan lebih banyak kebijakan yang akan
menyebabkan laba menurun (income-decreasing earnings management) dengan maksud mengurangi
efek politis. Size dalam persamaan ini diukur dengan natural logaritma dari total assets.
Size = Ln Total assets.
Growth
Me Nichols (2000) dalam Yulianti (2005) menyebutkan bahwa besarnya Discretionary Accrual
terkait dengan growth perusahaan, karenanya variabel growth harus dimasukkan ke dalam model yang
menggunakan Discretionary Accrual. Hal ini disebabkan perusahaan pada umumnya ingin
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
memperlihatkan growth yang konstan sehingga akan memberikan motivasi untuk melakukan
incomeincreasing earnings management. Growth diukur dengan sales growth.
Sales growth = (Salest – Salest-1 ) / Salest-1
Kualitas Audit
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengukur Kualitas Audit di perusahaan adalah
dengan menilai kualitas auditor. De Angelo (1981) dalam Yulianti (2005) menyebutkan bahwa
kualitas audit adalah probabilitas auditor perusahaan akan menemukan pelanggaran dalam sistem
akuntansi dan melaporkan pelanggaran tersebut. Lebih lanjut, De Angelo (1981) dan Watts &
Zimmerman dalam Yulianti 2005 menyebutkan bahwa semakin besar ukuran KAP akan semakin baik
kualitas audit perusahaan. Dalam penelitian ini, auditor independen dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu kantor akuntan publik big four (Deloitte Touche Tohmatsu, Ernst & Young,
Klynveld Peat Marwick Goerdeler, dan Pricewaterhouse Cooper), dan kantor akuntan publik non big
four.
Dimana :
1 = Untuk perusahaan yang di audit oleh KAP Big Four
0 = Untuk perusahaan yang tidak di audit oleh KAP Big Four
Model regresi linier berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis linier berganda digunakan untuk
menguji pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen.
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan kedua adalah sebagai berikut :
EMit = α + β1 DTEit + β2 TACCit + β3 Indi + β4 Dyear + εit
Dimana :
EMit : ε Discretionary Total Accrual
DTEit : Deferred Tax Expense (Beban Pajak Tangguhan) perusahaan i pada tahun t dibagi dengan
Total Asset pada akhir tahun t-1
TACCit : Net Income perusahaan i pada tahun t dikurangi Cash Flow Operation perusahaan i pada
tahun t dibagi Total Asset pada akhir tahun t-1
Indi : Klasifikasi perusahaan, 1 bila berada dalam perusahaan manufaktur sub industri dasar & kimia,
0 jika berada dalam perusahaan manufaktur sub aneka industri.
Dyear : Dummy tahun untuk sampel penelitian.
εit : error term.
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis tiga adalah sebagai berikut :
Model 1 untuk menguji beban pajak tangguhan.
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
DTEit = α + β1 Sizeit + β2 Debtit + β3 ROAit + β4 Growthit + β5 Aud1it
+ β6 Indi + β7 Dyear + εit
Model 2 untuk menguji akrual.
TACCit = α + β1 Sizeit + β2 Debtit + β3 ROAit + β4 Growthit + β5 Aud1it
+ β6 Indi + β7 Dyear + εit
Dimana :
DTEit : Deferred Tax Expense (Beban Pajak Tangguhan) perusahaan pada tahun t dibagi dengan Total
Assets t-1
TACCit : Net Income perusahaan i pada tahun t dikurangi Cash Flow Operation perusahaan i pada
tahun t dibagi Total Asset pada akhir tahun t-1.
Sizeit : Natural logaritma dari total asset perusahaan i pada tahun t.
Debtit : Rasio Interest bearing Debt to Tatal Asset perusahaan i pada tahun t.
ROAit : Return on Asset perusahaan i pada tahun t.
Growthit : Sales Growth perusahaan i pada tahun t.
Aud1it : Klasifikasi Auditor, 1 bila Big Four, 0 jika non Big Four
Indi : Klasifikasi perusahaan, 1 bila berada dalam perusahaan manufaktur sub industri dasar & kimia,
0 jika berada dalam perusahaan manufaktur sub aneka industri.
Dyear : Dummy tahun untuk sampel penelitian.
εit : error term.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2013–2015. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan motode
purposive sampling, sehingga sampel yang didapat merupakan representasi dari populasi sampel yang
ada serta sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan metode tersebut, diperoleh 93 sampel
perusahaan yang memenuhi kriteria dengan rincian pada Tabel 1.
1.
Statistik Deskriptif
Bedasarkan tabel 2, menampilkan hasil pengujian statistik deskriptif untuk variabel-variabel
dalam penelitian, baik variabel independen yaitu beban pajak tangguhan, Akrual, Dummy
Industri, ROA, Debt, Growth, Size, Dummy Kualitas Audit maupun variabel dependen yaitu
Manajemen Laba. Hasil pengujian menunjukkan jumlah sampel (N) penelitian sebanyak 93
perusahaan yang merupakan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur industri dasar &
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
kimia dan perusahaan manufaktur aneka industri yang terdaftar di BEI selama periode 2013-2015
dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel Manajemen Laba yaitu ε dari
discretionary accruals menunjukan nilai rata-rata sebesar 0,000000 dengan standar deviasi
0,1284383 yang artinya bahwa sampel penelitian lebih banyak melakukan manajemen laba dari
93 sampel yang diteliti. Nilai minimum sebesar -0,5663 terdapat pada PT. Alumindo Light Metal
Industri Tbk tahun 2015 serta nilai maksimum sebesar 0,4580 pada PT. Alumindo Light Metal
Industri Tbk tahun 2013. Untuk hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel beban pajak
tangguhan menunjukkan nilai rata-rata beban pajak tangguhan sebesar 0,000717, dengan standar
deviasi sebesar 0.0126859 yang berarti beban pajak tangguhan dari 93 perusahaan cenderung
memiliki nilai yang cukup relative besar. Nilai minimum variabel beban pajak tangguhan adalah
-0,0753 terdapat pada PT. Duta Pratiwi Nusantara Tbk pada tahun 2013, dan nilai maksimum
variabel beban pajak tangguhan adalah 0,536 pada PT. Primarindo Asia Infrastucture Tbk pada
tahun 2013.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel akrual menunjukkan nilai rata-rata sebesar
-0,009478 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,1340954. Artinya dari 93 responden perusahaan
mempunyai nilai akrual yang relative besar. Nilai minimum variabel akrual adalah sebesar 0,5613 terdapat pada PT. Alumindo Light Metal Industri Tbk tahun 2015 dan nilai maksimum
variabel akrual adalah sebesar 0,4195 pada PT. Alumindo Light Metal Industri Tbk tahun 2015.
Hasil analisis statistik terhadap variabel dummy industri menunjukan nilai rata-rata 0,77
dengan standar deviasi 0,420 dan nilai minimum 0 serta nilai maksimum 1. Dalam variabel
dummy industri angka 1 menunjukan perusahaan berada dalam kategori perusahaan manufaktur
industri dasar & kimia dan angka 0 menunjukan perusahaan berada dalam kategori perusahaan
manufaktur aneka industri. Dalam penelitian ini ada terdapat 72 perusahaan manufaktur industri
dasar & kimia serta 21 perusahaan manufaktur aneka industri.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel ROA menunjukan nilai rata-rata sebesar
0,046953 dengan standar deviasi 0,0899749 yang berarti profitabilitas perusahaan relative besar.
Nilai minimum variabel ROA sebesar –0,2798 terdapat pada PT. Inti Keramik Alam Asri
Industri Tbk tahun 2015 serta nilai maksimum variabel ROA sebesar 0,03406 pada PT. Duta
Pratiwi Nusantara Tbk tahun 2013.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel debt menunjukan nilai rata-rata 0,0349734
dengan standar deviasi sebesar 0,3955268 yang menunjukan tingkat pinjaman perusahaan
relative besar. Nilai minimum variabel debt sebesar –0,0149 terdapat pada PT. Gunawan
Dianjaya Steel Tbk tahun 2013 serta nilai maksimum variabel debt sebesar 2,4342 pada PT.
Primarindo Asia Infrastucture Tbk tahun 2015.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel growth menunjukan nilai rata-rata
0,050217 dengan standar deviasi sebesar 0,1609115 yang artinya dari 93 sampel perusahaan
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
memiliki tingkat pertumbuhan yang relative besar. Nilai minimum variabel growth sebesar 0,4617 terdapat pada PT. Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk tahun 2015 dan nilai maksimum
variabel growth sebesar 0,4834 pada PT. Indal Alumunium Industri Tbk tahun 2015.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel size menunjukan nilai rata-rata 27,578168
dengan standar deviasi sebesar 1,2402838 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan dalam
penjualan relative kecil. Nilai minimum variabel size sebesar 25,3240 terdapat pada PT.
Primarindo Asia Infrastucture Tbk tahun 2015 dan nilai maksimum variabel size sebesar 30,4830
pada PT. Holcim Indonesia Tbk tahun 2015.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel dummy kualitas audit menunjukan nilai
rata-rata 0,16 dengan standar deviasi sebesar 0,370. Dimana nilai minimum menunjukan angka 0
yang berarti perusahaan di audit oleh KAP Non Big Four sedangkan nilai maksimum
menunjukan angka 1 yang berarti perusahaan di audit oleh KAP Big Four. Dalam penelitian ini
menunjukan perusahaan lebih banyak di audit oleh KAP Non Big Four dimana terdapat 78
perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four sengankan KAP Big Four hanya 15
perusahaan.
2.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah data bersifat normal atau tidak maka peneliti menggunakan analisa
Kolmogrov-Smirnov dan P-P Plot .Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi, variabel independen dan variabel dependen keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2016). Sehingga apabila data kontinue telah berdistribusi normal maka bisa
dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni uji validitas, uji-t, korelasi dan regresi dapat
dilaksanakan.
Dari Tabel 3, One Sample Kolmogrof-Smirnov Test diperoleh angka signifikan atau asymp.
Sig. (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 (dalam kasus ini menggunakan taraf
signifikansi sebesar 5% atau α = 5%). Sehingga apabila dikaitkan dari penelitian di atas maka
nilai angka signifikan atau asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 lebih dari 0,05 yang artinya
bahwa seluruh data berdistribusi normal.
Pengujian normalitas yang kedua yakni menggunakan pengujian normal P-P Plot. Pada
normalitas data dengan menggunakan normal P-P Plot, dengan kriteria suatu variabel
dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar disekitar garis
diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Berdasarkan Tabel 3
dan Gambar 1 dalam lampiran, dapat disimpulkan bahwa Kolmogrov-Smirnov dan P-P Plots
menunjukkan pola distribusi normal. Pada gambar diatas juga dapat dilihat bahwa titik-titik
yang terbentuk menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
grafik histogramnya yang menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
b. Uji Multikolonieritas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika
variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal. Pengujian
ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilakukan dengan melihat
nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF) (Ghozali, 2016).
Dari Table 4 menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki tolerance kurang dari
0,10. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang
sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Berdasarkan
Coefficients pada gambar diatas maka dapat diketahui bahwa nilai VIF adalah 1,216 (variabel
beban pajak tangguhan), sebesar 1,272 (variabel akrual), sebesar 1,031 (variabel dummy
industri), serta sebesar 1,3385 dan 1.449 (variabel dummi tahun 2014 dan tahun 2015).
Sehingga kesimpulannya bahwa variabel independen terbebas dari asumsi klasik
multikoloniaritas karena hasilnya lebih kecil dari pada 10.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode DurbinWatson. Dilihat dari Tabel 5 dengan nilai tabel pada tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel
93 (N) dan jumlah variabel independen 3 (k=3), Nilai Durbin Watson (DW Statistik) dari
hasil analisis regresi sebesar 1,715 dengan demikian nilai Durbin Watson tersebut berada
pada interval 1,602 sampai dengan 1,732 (1,602 < 1,715 < 1,732), sehingga dapat dipastikan
bahwa model regresi linier berganda tersebut tidak terjadi gejala autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Dari Gambar 2 dapat dilihat grafik scatterplots titik-titik menyebar secara acak serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk
memprediksi manajemen laba berdasarkan masukan variabel independen beban pajak
tangguhan, akrual, dummy industri dan dummy tahun.
3.
Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisienn determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016). Dilihat dari table 5 besarnya angka
R Square (R2) adalah 0,925. Hasil perhitungan statistik ini berarti bahwa kemampuan
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
variabel independen dalam menerangkan variasinya perubahan variabel dependen sebesar
92,5%, sedangkan sisanya sebesar 7,5% (100 – 92,5%) diterangkan oleh faktor-faktor lain di
luar model regresi yang dianalisis.
b. Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F menunjukan apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 6 di lampiran di dapat F hitung sebesar
213.894 dengan signifikan sebesar 0,000 yang nilainya dibawah 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa semua variabel independen yaitu beban pajak tangguhan, akrual, dummy industri, dan
dummy tahun berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap manajemen laba.
c. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2016) pengujian signifikansi parameter individual ini digunakan untuk
mengetahui apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi variabel terikat dengan
asumsi variabel independen lainnya konstan. Pengujian ini yaitu dengan membandingkan
nilai signifikan atau value (sig-t) dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai value lebih kecil
dari 0,05 maka variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel
dependen, dan sebaliknya jika value lebih besar dari 0,05 maka variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hasil uji t diatas dapat disimpulkan bahwa pada variabel beban pajak tangguhan, X1 seperti
pada Tabel 4 dilampiran diperoleh t hitung sebesar -2,386 dengan signifikan sebesar 0,019
yang nilainya dibawah 0,05. Dengan demikian H1 diterima, yang artinya beban pajak
tangguhan berpengaruh secara parsial terhadap Manajemen Laba (Y) dimana variabel beban
pajak tangguhan memiliki hubungan negative dan signifikan terhadap manajemen laba
dengan tujuan untuk penurunan laba. Semakin besar beban pajak tangguhan maka semakin
besar perusahaan melakukan manajemen laba untuk mempengaruhi penurunan laba.
Hasil uji t pada variabel Akrual, X2 seperti pada Tabel 4 dilampiran diperoleh t hitung
sebesar 28,437 dengan signifikan sebesar 0,000 yang nilainya dibawah 0,05. Dengan
demikian H2 diterima, yang artinya akrual berpengaruh secara parsial terhadap Manajemen
Laba (Y) dimana variabel akrual memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
manajemen laba dengan tujuan untuk menaikan laba. Semakin besar akrual maka semakin
besar perusahaan melakukan manajemen laba untuk menaikan laba.
Hasil uji t pada variabel dummy industri seperti pada Tabel 4 dilampiran diperoleh t hitung
sebesar -0,719 dengan signifikan sebesar 0,474 yang nilainya diatas 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan dummy industri tidak berpengaruh secara parsial terhadap manajemen
laba (Y).
Hasil uji t pada variabel dummy tahun seperti pada Tabel 4 dilampiran diperoleh t hitung
sebesar 0,320 untuh tahun 2014 dan 1,633 untuk tahun 2015 dengan signifikan sebesar 0,750
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
dan 0,106 yang nilainya diatas 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dummy
tahun tidak berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba (Y).
4.
Metode Analisis Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis linier berganda digunakan
untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen dimana akan
diuji secara empirik untuk mencari hubungan fungsional dua atau lebih variabel bebas dengan
variabel terikat, atau untuk meramalkan dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat.
Hasil uji linier berganda dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4 dilampiran.
Berdasarkan hasil dari coefficients di atas dapat dikembangkan dengan menggunakan model
persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
EM = a + b1 DTE + b2 ACC + b3 Ind + b4 Y_2014 + b5 Y_2015
apabila nilai pada Tabel 4 dilampiran disubsitusikan maka akan diperoleh nilai sebagai berikut:
EM = 0,008 - 0,783 DTE + 0,903 ACC - 0,007 Ind
+ 0,003 Y_2014 + 0,016 Y_2015
1. Konstanta sebesar 0,008 artinya jika beban pajak tangguhan, akrual, dummy industry dan
dummy tahun tidak ada maka manajemen laba sebesar 0,008.
2. Koefisien Regresi X1 sebesar -0,783 artinya setiap kenaikan satu satuan beban
pajaktangguhan menurunkan manajemen laba sebesar 0,783 dan sebaliknya setiap penurunan
satu satuan beban pajak tangguhan meningkatkan manajemen laba sebesar 0,783, dengan
anggapan bahwa beban pajak tangguhan, dummy industri, dummy tahun tetap.
3. Koefisien Regresi X2 sebesar 0,903 artinya setiap kenaikan satu satuan akrual meningkatkan
manajemen laba sebesar 0,903 dan sebaliknya setiap penurunan satu satuan akrual
menurunkan manajemen laba sebesar 0,903, dengan anggapan bahwa beban pajak tangguhan,
dummy industri, dummy tahun tetap.
4. Koefisien Regresi dummy industri sebesar -0,007 artinya setiap kenaikan satu satuan dummy
industri menurunkan manajemen laba sebesar 0,007 dan sebaliknya setiap penurunan satu
satuan dummy industri meningkatkan manajemen laba sebesar 0,007, dengan anggapan
bahwa beban pajak tangguhan, akrual, dummy tahun tetap.
5. Koefisien Regresi dummy tahun sebesar 0,003 tahun 2014 dan 0,016 tahun 2015 artinya setiap
kenaikan satu satuan dummy tahun meningkatkan manajemen laba, dan sebaliknya setiap
penurunan satu satuan dummy tahun menurunkan manajemen laba dengan anggapan bahwa
beban pajak tangguhan, akrual, dummy industri tetap.
5.
Hasil Analisis Linier Berganda Beban Pajak Tangguhan dan Akrual
Hasil regresi linier berganda untuk model beban pajak tangguhan dan model akrual telah
memenuhi Uji Normalitas, Uji Multikolonieritas, Uji Autokorelitas, Uji Heteroskedastisitas
(berikut terlampirkan hasil output spss di dalam Lampiran ). Hasil regresi linier berganda diatas
dalam Tabel 7 menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab manajemen laba, yaitu ROA, debt,
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
growth, size, kualitas audit, dummy industri dan dummy tahun dapat menjelaskan bahwa beban
pajak tangguhan lebih baik dari pada akrual dalam mendeteksi manajemen laba. Sehingga
Hipotesis Tiga (H3) diterima. Pada Tabel 7 beban pajak tangguhan menunjukan R Square sebesar
30,9 % lebih besar dibandingkan akrual 20,3%. Dengan demikian apabila penentuan pengukuran
terbaik manajemen laba ditentukan berdasarkan kemampuan faktor-faktor yang menyebabkan
manajemen laba menjelaskan variabel yang dijadikan pengukur manajemen laba, model terbaik
adalah model dengan R Square terbesar, yaitu beban pajak tangguhan.
Faktor-faktor yang menjelaskan beban pajak tangguhan lebih baik dari pada akrual dalam
mendeteksi manajemen laba diantaranya variabel ROA yang diperoleh dari penjumlahan EBIT
(Earning Before Income Tax) dibagi dengan TA (Total Assets) t-1 yang menunjukan nilai
signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari pada 0,005 yang berarti ROA merupakan faktor yang
sangat dapat menjelaskan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh dalam mendeteksi
manajemen laba, Variabel selanjutnya yang menjelaskan beban pajak tangguhan berpengaruh
dalam mendeteksi manajemen laba adalah growth dengan nilai signifikan sebesar 0,012.
Sedangkan faktor-faktor yang menjelaskan akrual dalam mendeteksi manajemen laba
diantaranya adalah variabel ROA dengan nilai signifikan sebesar 0,005 yang artinya variabel
ROA cukup dapat menjelaskan bahwa akrual dapat mempengaruhi manajemen laba.
Berdasarkan Tabel 7 di lampiran, di dapat F hitung sebesar 4.704 untuk beban pajak tangguhan
dengan signifikan sebesar 0,000 yang nilainya dibawah 0,05. Hal ini menunjukan bahwa beban
pajak tangguhan berpengaruh dalam mendeteksi manajemen laba. Sedangkan F hitung akrual
sebesar 2.681 dengan signifikan sebesar 0,011 yang nilainya dibawah 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa semua variabel independen yaitu beban pajak tangguhan, dan akrual berpengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap manajemen laba
Pembahasan
a.
Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa beban pajak tangguhan (Deferred
Tax Expense) berpengaruh signifikan terhadap perusahaan dalam melakukan manajemen laba
dengan arah yang negatif. Hasil ini menunjukan bahwa beban pajak tangguhan dapat dijadikan
indikator dalam mendeteksi manajemen laba atau menerima hipotesis (H1) yang menyatakan
beban pajak tangguhan dapat mempengaruhi manajemen laba untuk tujuan penurunan laba.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Philips, Pincus, & Rego (2003), Yulianti (2005),
Subekti Djamaluddin, Rahmawati,
Handayani Tri Wijayanti (2008), dan Thomas Junior
Sibarani, Nur Hidayat, Surtikanti (2015) tetapi tidak sejalan dengan penelitian Satwika dan
Damayanti (2005), Ardi Hamza (2008), Jayanto dan Kiswanto (2009), Wiryandari dan Yulianti
(2009).
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
b.
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Pengaruh Akrual terhadap Manajemen Laba
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa akrual berpengaruh secara
signifikan terhadap perusahaan dalam melakukan manajemen laba dengan arah positif. Hasil ini
menunjukan bahwa akrual dapat dijadikan indikator dalam mendeteksi manajemen laba atau
menerima hipotesis (H2) yang menyatakan total akrual dapat mempengaruhi manajemen laba
untuk meningkatkan laba.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Philips, Pincus, & Rego (2003), Yulianti (2005),
Subekti Djamaluddin, Rahmawati, Handayani Tri Wijayanti (2008), dan Thomas Junior Sibarani,
Nur Hidayat, Surtikanti (2015), tetapi tidak sejalan dengan penelitian Satwika dan Damayanti
(2005), dan Ardi Hamza (2008).
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Earning Management dalam mengukur Beban Pajak
Tangguhan dan Akrual
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa beban pajak tangguhan lebih baik
dalam mendeteksi manajemen laba (Earnings Management) dari pada akrual. Hasil ini
menunjukan bahwa beban pajak tangguhan dapat dijadikan indikator dalam mendeteksi
manajemen laba atau menerima hipotesis (H3) yang menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan
manajemen laba dapat menjelaskan beban pajak tangguhan sebagai pengukur manajemen laba
lebih baik dibandingkan akrual.
Pada dasarnya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya manajemen laba diharapkan
menjelaskan variabel yang dijadikan pengukuran manajemen laba. Dalam hasil penelitian ini
ditemukan bahwa faktor-faktor yang dapat menjelaskan variabel beban pajak tangguhan adalah
ROA dan growth, sedangkan akrual factor-faktor yang dapat menjelaskannya hanya variabel
ROA. Oleh karena itu penggunaan beban pajak tangguhan dapat digunakan sebagai pengukur
manajemen laba lebih baik dari pada akrual.
KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Beban Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap deteksi Manajemen Laba untuk tujuan penurunan
laba.
2.
Akrual berpengaruh terhadap deteksi Manajemen Laba untuk tujuan meningkatkan laba.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi deteksi Manajemen Laba menjelaskan Beban Pajak
Tangguhan lebih baik dari pada Akrual dalam mendeteksi Manajemen Laba.
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Saran
1.
Penggunaan beban pajak tangguhan dalam menjelaskan fenomena manajemen laba belum
dilakukan di Indonesia sebelumnya, karenanya perlu dilakukan penyempurnaan model, misalnya
dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besaran beban pajak tangguhan tadi
sehingga dapat dikelompokkan sebagai komponen diskresioner dan non diskresioner.
2.
Korelasi yang rendah antara kedua pengukur manajemen laba yaitu beban pajak tangguhan
dengan model akrual dianggap disebabkan oleh kedua variabel ini mengukur aspek yang berbeda
dari diskresi manajemen. Penelitian selanjutnya dapat melihat perbedaan aspek yang mungkin
teijadi antara kedua variabel ini, walaupun untuk keperluan itu dibutuhkan informasi yang lebih
rinci mengenai penyebab timbulnya Beban pajak tangguhan.
3.
Pada penelitian selanjutnya perlu diidentifikasi lebih rinci mengenai factor-faktor yang
digunakan dalam menguji model terbaik sebagai pengukur manajemen laba. Penentuan faktorfaktor ini sebaiknya dikaitkan dengan tujuan manajemen laba tertentu yang ingin diteliti dalam
penelitian yang dilakukan tersebut. Sebagai contoh, untuk perusahaan yang dianggap melakukan
manajemen laba untuk menghindari default, faktor-faktor yang digunakan adalah yang terkait
dengan kondisi likuiditas perusahaan.
Keterbatasan
Penelitian ini disadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasilnya.
Keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:
1.
Sampel penelitian ini hanya meneliti perusahaan-perusahaan yang bergerak pada industri
manufaktur saja sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai dasar generalisasi.
2.
Periode pengamatan dalam penelitian ini hanya selama 3 tahun yaitu dari tahun 2013-2015.
Diharapkan penelitian berikutnya dapat memperluas atau menambah sampel penelitian dari
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan yang
lebih panjang.
3.
Variabel independen hanya dua, yaitu beban pajak tangguhan dan akrual sehingga lingkup
penelitian hanya mencari hubungan antara beban pajak tangguhan dan akrual dalam mendeteksi
manajemen laba saja.
REFERENSI
Djamaluddin, Subekti, Handayani Tri Wijayanti dan Rahmawati. 2007. “Analisis Perubahan
Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan Untuk Mendeteksi
Manajemen Laba”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Ghozali, Imam, 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23 Update
PLS Regresi, Edisi Kedelapan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Hamzah, Ardi. 2010. “Deteksi Earnings Management Melalui Beban Pajak Tangguhan,
Akrual, dan Arus Kas Operasi”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Jayanto, Prabowo Yud dan Kiswanto, 2009, “Deferred Tax And Accruals Dalam
Memprediksi Earning Management (Penelitian Empiris pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia)”. Simposium Nasional Perpajakan.
Phillips, John., M. Pincus and S. Rego, 2003, “Earnings Management: New Evidence Based
on Deferred Tax Expense”. The Accounting Review, vol 78 (2003), pp.491 – 521.
Resmi, Siti, 2003, Penerapan Manajemen Laba Dalam Perpajakan. Kajian Bisnis STIE
Widya Wiwahana Yogyakarta No. 29, hal 111-125.
Satwika, Anisa dan Damayanti, Theresia Woro, 2005, “Deteksi Manajemen Laba melalui
Beban Pajak Tangguhan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. XI, No.2, (2005) : 101-118.
Sulistyanto, H Sri. 2014. “ Manajemen Laba Teori dan Model Empiris”. Edisi Kedua,
Jakarta: Kompas Gramedia.
Suranggane, Zulaikha. 2006. “Analisis Aktiva Pajak Tangguhan dan Akrual sebagai Predictor
Manajemen Laba: Kajian Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.4, No 1:77-94.
Surtikanti, Nur Hidayani, Thomas JS. 2015. “Analisis Pengaruh Beban Pajak Tangguhan,
Discretionary Accruals, dan Arus Kas Operasi terhadap Manajemen Laba”. Jurnal
Riset Akuntansi dan Perpajakan Vol. 2, No 1: 19-31.
Wiryandari, Santi Aryn dan Yulianti, 2009, “Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba
Pajak Dengan Perilaku Manajemen Laba Dan Persistensi Laba”. Simposium Nasional
Akuntansi XII. Palembang.
Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia. Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat.
Yulianti, 2005. “Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Dalam Mendeteksi Manajemen Laba”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.2, No, 1:107-129.
Zain, Muhammad. (2014). Manajemen Perpajakan. Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN
Tabel 1
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
Kriteria
Perusahaan Manufaktur Industri Dasar & Kimia dan Perusahaan
Manufaktur Aneka Industri yang terdaftar di BEI selama tahun
2013 – 2015
Perusahaan terdaftar sebelum 1 Januari 2013.
Perusahaan memiliki laporan keuangan lengkap selama periode
pengamatan.
Perusahaan menggunakan mata uang rupiah dalam laporan
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
Jumlah
112
96
87
61
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
keuangannya.
Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini.
(Beban Pajak Tangguhan)
Total unit of analysis (3 tahun pengamatan)
31
93
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Manajemen Laba
93
-.5663
.4580
.000000
.1284383
Beban Pajak Tangguhan
93
-.0753
.0536
.000717
.0126859
Akrual
93
-.5613
.4195
-.009478
.1340954
Dummy Industri
93
0
1
.77
.420
ROA
93
-.2798
.3406
.046953
.0899749
Debt
93
.0149
2.4342
.349734
.3955268
Growth
93
-.4617
.4834
.050217
.1609115
Size
93
25.3240
30.4830
27.578168
1.2402838
Kualitas Audit
93
0
1
.16
.370
Valid N (listwise)
93
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Tabel 3
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N
93
a,b
Normal Parameters
Mean
Std. Deviation
.0000000
.03522794
Most Extreme
Absolute
.075
Differences
Positive
.075
Negative
-.054
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
.075
.200c,d
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Gambar 1
Uji Normalitas P-P Plot
Tabel 4
Uji Multikolonieritas, Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t), Analisis
Linier Berganda Manajemen Laba
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.783
.328
.903
Sig.
Tolerance
VIF
.409
-.077
-2.386
.019
.822
1.216
.032
.943
28.437
.000
.786
1.272
-.007
.009
-.021
-.719
.474
.970
1.031
Dummy 2014
.003
.009
.011
.320
.750
.748
1.338
Dummy 2015
.016
.010
.058
1.633
.106
.690
1.449
Tangguhan
.010
t
.829
Beban Pajak
.008
Beta
Collinearity Statistics
Akrual
Dummy Industri
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Tabel 5
Uji Autokorelasi, Uji Koefisien Determinasi (R2 ),
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.962
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.925
.920
Durbin-Watson
.0362261
1.715
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Gambar 2
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 6
Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Sum of
Model
Squares
1
Regression
1.403
Residual
.114
Total
1.518
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
df
5
87
92
Mean
Square
F
.281 213.894
.001
Sig.
.000b
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Tabel 7
Analisis Linier Berganda Beban Pajak Tangguhan dan Akrual
Beban Pajak
Tangguhan
T
Sig
C
-0,148
0,882
ROA
-5,210
0,000
Debt
-1,174
0,244
Growth
2,580
0,012
Size
0,375
0,709
Kualitas Audit
0,423
0,674
Ind
-1,441
0,153
Y-2014
0,080
0,936
Y-2015
0,631
0,530
F Stat
4,703
F Sig
0.000
R Square
30,9%
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Akrual
t
Sig
-1,541
0,127
2,899
0,005
-0,674
0,502
0,265
0,792
1,602
0,113
-1,654
0,102
-1,001
0,320
-0,353
0,725
-1,824
0,072
2.681
0,011
20,3%
Uji Normalitas P-P Plot
Beban Pajak Tangguhan
Uji Normalitas P-P Plot Akrual
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Uji Multikolonieritas Beban Pajak Tangguhan
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
-.005
.031
ROA
-.081
.015
Debt
-.004
Growth
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.148
.882
-.571
-5.210
.000
.684
1.463
.003
-.117
-1.174
.244
.822
1.217
.020
.008
.259
2.580
.012
.815
1.227
Size
.000
.001
.042
.374
.709
.658
1.520
Kualitas Audit
.002
.004
.047
.423
.674
.676
1.479
-.004
.003
-.147
-1.441
.153
.792
1.263
Dummy 2014
.000
.003
.008
.080
.936
.745
1.342
Dummy 2015
.002
.003
.070
.631
.530
.659
1.517
Dummy Industri
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Uji Multikolonieritas Akrual
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-.537
.348
ROA
.509
.176
Debt
-.025
Growth
Size
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.541
.127
.341
2.899
.005
.684
1.463
.036
-.072
-.674
.502
.822
1.217
.024
.090
.029
.265
.792
.815
1.227
.021
.013
.192
1.602
.113
.658
1.520
Kualitas Audit
-.071
.043
-.196
-1.654
.102
.676
1.479
Dummy Industri
-.035
.035
-.110
-1.001
.320
.792
1.263
Dummy 2014
-.011
.032
-.040
-.353
.725
.745
1.342
Dummy 2015
-.062
.034
-.219
-1.824
.072
.659
1.517
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Konferensi Ilmiah Akuntansi IV
2-3 Maret 2017
Uji Autokorelasi Beban Pajak Tangguhan
Model Summaryb
Model
R
R Square
.556a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.309
.244
Durbin-Watson
.0110330
2.121
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Uji Autokorelasi Akrual
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.451
a
.203
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.128
Durbin-Watson
.1252546
1.968
(Sumber: Data Olah SPSS 22.0)
Uji Heteroskedastisitas
Beban Pajak Tangguhan
Jl. SrengsengSawahJagakarsa, Jakarta 12640
Phone: 021-7873710
Email: [email protected]
Heteroskedastisitas Akrual
www.kia4pancasila.com
ekonomi.univpancasila.ac.id
Download