Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro & Informatika SNTEI 2015 PNUP, Makassar, 11 Juni 2015 TL20 Analisis Switching Capacitor Bank Tegangan Tinggi terhadap Kinerja Pemutus Tenaga Sarma Thaha1), Nadjamuddin Harun2), Salama Manjang3) 1 Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang email: [email protected] 2 Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin 3 Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin email: [email protected] Abstrak Pemasangan capacitor bank pada suatu sistem tenaga listrik bertujuan salah satunya untuk menaikkan tegangan sistem ke (mendekati) nilai tegangan nominal. Namun proses penutupan pemutus tenaga - PMT (circuit breaker – CB) untuk energized capacitor bank dapat menghasilkan tegangan transient dan arus transient. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan pada sistem tenaga listrik, mengurangi waktu operasi (lifetime) capasitor serta kerusakan pada peralatan switching. Dalam penelitian ini pengaruh tegangan transient dan arus transient tersebut dianalisa khusus terhadap pemutus tenaga. Data yang dibutuhkan diperoleh dari pengambilan data di lapangan - GI Sanur, dan pengumpulan data-data terkait penelitian melalui kajian pustaka. Analisa kondisi transient pada saat switching capacitor bank ini dilakukan dengan bantuan software Alternative Transient Program (ATP). Dengan membuat simulasi penutupan kontak utama pemutus tenaga secara serempak dan tidak serempak pada ke-tiga fase PMT melalui suatu controller. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penutupan secara serempak akan menghasilkan tegangan transient dan arus transient yang tinggi terutama ketika penutupan kontak pemutus tenaga mendekati atau tepat berada di puncak gelombang tegangan, sedangkan switching yang dilakukan dengan controller menghasilkan transient yang tidak begitu besar di ketiga fasenya, namun transient tertinggi yang tercapai untuk kedua kondisi penutupan PMT, masih berada di bawah ketahanan dari PMT. Sehingga switching capacitor bank dapat juga dilakukan tanpa harus menggunakan controller. Kata Kunci : PMT, controller, capacitor bank, transient, ATP I. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan kebutuhan listrik maka sistem tenaga listrik, khusus PLN sebagai pemasok daya listrik, menjadi semakin berkembang. Sehingga menghasilkan sistem yang semakin kompleks dan memunculkan beberapa permasalahan yang harus diatasi. Kondisi kapasitas pembangkitan yang tidak mampu mengikuti kecepatan laju pertumbuhan beban, serta letak beban-beban besar yang jauh dari pusat pembangkit, menyebabkan dibutuhkannya transmisi panjang yang dapat mengakibatkan kondisi penurunan tegangan sistem di luar batas toleransi yang telah diatur. Salah satu daerah yang mengalami masalah ini adalah Bali. Karena sebagian besar, lebih dari 50%, kebutuhan listrik Bali diperoleh dari pulau Jawa. Salah satu cara yang dilakukan oleh PLN, dalam hal ini wilayah Bali, adalah dengan pemasangan capacitor bank tegangan tinggi [1][2] yang bertujuan menaikkan level tegangan sistem mendekati tegangan nominal- ISBN: 978-602-18168-0-6 nya, yakni 150 kV. Beberapa lokasi gardu induk di Bali yang dipasang capacitor bank antara lain, GI Nusa Dua, GI Sanur, GI Amlapura dan beberapa GI lainnya. Namun penambahan capacitor bank juga menimbulkan masalah baru pada saat dilakukan proses switching, yakni tegangan transient dan arus transient yang boleh jadi merusak peralatan sistem [3][4][5]. Oleh karenanya dikembangkan berbagai teknologi untuk mengatasi hal ini. Ada beberapa cara yang digunakan untuk meredam transient tersebut, antara lain pemasangan induktor (reactor), pemasangan pre insertion, swithing controller, dll. Di Indonesia, dalam hal ini sistem kelistrikan PLN, ada pola capacitor switching yang berbeda antara wilayah PLN. Pada PLN Wilayah Jawa Bali dan Sumatera digunakan Switching Controller meskipun telah dilengkapi dengan reactor, sebagai limiting current transient, dikenal juga dengan istilah 19 TL20 Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro & Informatika SNTEI 2015 PNUP, Makassar, 11 Juni 2015 Point on Wave Controller, sementara wilayah lain tidak menggunakan switching controller tetapi hanya melengkapi capacitor bank dengan reactor. Wilayah yang menggunakan dikarenakan ada pendapat bahwa transient inrush current oleh proses switching capacitor itu akan menyebabkan transient overvoltage yang bisa merusak peralatan. Karena latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang perlu tidaknya penambahan switching controller pada capacitor bank yang telah dilengkapi dengan reactor pada bay-nya dengan menggunakan ATPDraw software [6]. Lokasi penelitian di lakukan di Gardu induk Sanur, Bali. Karena pada kondisi beban puncak bisa tegangan bisa turun mencapai 140 kV. Sehingga dilakukan penambahan satu capacitor bank bay, 25 MVAR, untuk mengatasi permasalahan penurunan tegangan tersebut. II. TEORI DAN KAJIAN LITERATUR II.1 Capacitor bank Capacitor bank adalah sekelompok unit kapasitor dengan rating tegangan dan rating kVAR tertentu yang diserikan dan atau diparalelkan untuk mencapai tegangan sistem dimana capacitor tersebut akan dipasang serta mendapatkan jumlah kVAR sesuai kebutuhan. Jumlah unit yang dibutuhkan (parallel dan seri) per-fase-nya dibuat sedemikian rupa, agar jika 1 unit capacitor mengalami masalah dalam satu grup, tidak akan menghasilkan ketidakseimbangan tegangan (unbalanced voltage) lebih dari 110% dari rating tegangan capacitor group yang tersisa [2]. Capasitor Bank kapasitas besar dapat dihubungkan bintang (Y) tidak ditanahkan (wye ungrounded), Y ditanahkan (wye grounded) atau pun delta '. Untuk yang capacitor bank yang terpasang di GI Sanur menggunakan hubung double Y ungrounded, seperti terlihat pada gambar 1. ISBN: 978-602-18168-0-6 R S T C1 C7 C1 C7 C1 C7 C2 C8 C2 C8 C2 C8 C3 C9 C3 C9 C3 C9 C4 C10 C4 C10 C4 C10 C5 C11 C5 C11 C5 C11 C6 C12 C6 C12 C6 C12 CT 1/1 60N Gambar 1. Multiple units ungrounded double Wye Suatu capasitor bank dapat di-switch sekaligus ke dalam sistem dan adapula dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan sistem. II.2 Current Limiting Reactor Induktor dan kapasitor biasa digunakan di gardu-gardu induk maupun saluran transmisi. Salah satu contoh penggunaan induktor adalah current limiting reactor. Reaktor jenis ini dihubungkan seri dengan saluran transmisi atau feeder. Hal ini bertujuan untuk membatasi arus pada saat sistem mengalami gangguan. Pada penggunaan current limiting reactor di capacitor bank, reaktor diserikan dengan capacitor bank, dimaksudkan untuk membatasi inrush current pada saat switching. Reaktor dapat dipasang pada sistem sampai dengan 765 kV. Nilai reactor yang terpasang pada setiap fase pada cabacitor bay dalam penelitian ini adalah sebesar 0.5 Ohm atau induktansi sebesar 1.592 mH. II.3 Pemutus Tenaga – PMT (CB) Circuit breaker (CB) atau pemutus tenaga (PMT) adalah peralatan mekanis yang memiliki kemampuan untuk menghantarkan atau memutuskan aliran arus baik dalam kondisi normal ataupun kondisi tidak normal. PMT dapat diklasifikasikan berdasarkan tegangan kerja, beban switching (switching duty), lokasi pemasangan dan media pemutusnya (interruption medium). Berdasarkan tegangan kerja, maka pada industry standard, PMT dibagi menjadi di bawah 72.5 kV dan di atas 121 kV [4]. Untuk klasifikasi berdasarkan bebannya, maka terdapat PMT untuk beban resistif, induktif dan kapasitif. Sedangkan berdasarkan lokasi 20 Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro & Informatika SNTEI 2015 PNUP, Makassar, 11 Juni 2015 pemasangannya dibagi menjadi PMT untuk pemasangan dalam ruangan (indoor CB) dan di luar ruangan (outdoor CB). Outdoor CB dibagi lagi menjadi dead tank CB dan live tank CB. Bila dilihat dari media pemutusnya (interrupting medium), maka terdapat air CB (ACB) , Oil CB, Vacuum CB (VCB) dan SF6 CB/ Gas CB (GCB). High voltage CB yang umum digunakan di Indonesia adalah GCB, dan begitupula yang terpasang di GI Sanur. II.4 Pemasangan Capacitor Bank pada sistem Pemasangan Capasitor bank pada suatu Power system dapat memberikan beberapa pengaruh kepada sistem [1][7], yakni: - Meningkatkan tegangan sistem - Memperbaiki regulasi tegangan - Menurunkan rugi-rugi daya I2R karena dapat mengurangi besar arus yang ditransmisikan. - Memperbaiki power factor - Menurunkan beban kVA dari pembangkit atau meurunkan permintaan beban kVA Shunt Capacitor dapat mempengaruhi semua peralatan listrik dan rangkaian di sisi sumber dimana shunt capacitor dipasang, terutama dalam ukuran kVAR yang besar. Dimana dia dapat mempengaruhi masingmasing bagian sistem termasuk diantaranya pembangkit. Besaran kVAR yang diperlukan dalam sistem dipengaruhi oleh peningkatan lagging kVAR (beban induktif) akibat arus ekstasi dari transformator dan motor-motor yang ada dalam sistem. Kondisi lagging kVAR ini yang menyebabkan dibutuhkannya capacitor bank yang dapat memperbaiki power factor. Proses switching dari shunt capacitor bank pada gardu induk ataupun pada feeder distribusi pada dasarnya adalah kondisi normal pada suatu sistem tenaga listrik. Meskipun kenyataannya dapat menghasilkan transient current dan transient voltage pada sistem tenaga listrik. Transient ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan jika besarnya melampaui ketahanan peralatan atau sebaliknya. Adanya kondisi transient pada proses capacitor bank switching ini, menjadi tantangan tersendiri bagi para engineer untuk ISBN: 978-602-18168-0-6 TL20 mengontrol atau membatasi besarnya transient current dan transient voltage. II.5 Metode Pengontrolan Capacitor Switching Beberapa metode pengontrolan capacitor switching yang dapat dilakukan, yaitu: - Capasitor bank switching tanpa menggunakan pembatas untuk mengurangi transient current dan transient voltage yang melewati peralatan switching. Metode ini banyak digunakan pada capacitor bank berkapasitas kecil, seperti capacitor yang dipasang pada penyulang (feeder) distribusi. - Pemasangan induktor (reactor) pada capacitor bank [8], dimana induktor akan terus di-energize selama capacitor bank dioperasikan. Penambahan induktor ini bertujuan untuk membatasi inrush current di bawah level dari peralatan switching. Namun karena energizing terus menerus maka akan menghasilkan rugi-rugi (panas) karena hadirnya resistansi. - Pre-Insertion Inductor adalah salah satu metode untuk mengurangi transient dimana induktor hanya dimasukkan sesaat, selanjutnya induktor di-bypass [8]. Metode ini juga bertujuan membatasi transient pada proses switching capacitor. Namun tetap menghasilkan rugi-rugi panas sampai dengan induktor di lepas. - Pre-Insertion Resistor [3][9], metode ini mirip dengan pre-insertion inductor yang juga dapat membatasi inrush pada proses switching. Suatu resistor dipasang parallel pada saat switching. Setelah proses switching, resistor dilepas dengan membuka saklar bantu (auxiliary switch). - Switching Controller [10], dalam aplikasinya dikenal juga sebagai point to wave atau Synchronous Switching atau Zero-Crossing Breaker. Metode Zerocrossing breaker ini mengatur proses close dari setiap pole (fase) Circuit breaker. Dimana proses close CB dilakukan pada saat gelombang tegangan berada pada titik nol, sehingga tidak dihasilkan transient current. Namun metode ini membutuhkan ketepatan waktu dan pengontrolan. Saat ini, aplikasi high voltage Capacitor bank di Gardu Induk PLN disertai dengan pemasangan Induktor (reactor). Dan khusus 21 TL20 Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro & Informatika SNTEI 2015 PNUP, Makassar, 11 Juni 2015 untuk wilayah Jawa dan Sumatera dilengkapi dengan switching controller. Hasil penelitian [8] pada 150 kV capacitor bank switching, nominal untuk penutupan kontak PMT ketika tepat berada di puncak yang adalah mencapai 1.612 kali nilai tegangan fase. Hal ini terjadi karena perbedaan sistem dan alat bantu simulasi yang digunakan. Sistem yang digunakan pada penelitian ini memasang beberapa capacitor bank di beberapa titik sistem tegangan dan menggunakan alat bantu simulasi simulink. Adapun hasil penelitian [4] untuk proses switching capacitor bank mendekati puncak gelombang tegangan adalah mencapai 2.04 kali. Capacitor bank yang diteliti adalah pada pemasangan di sistem distribusi 22 kV yang berfungsi untuk memperbaiki power factor dari sistem. Hasil penelitian lainnya [8], mendapatkan puncak overvoltages mencapai 1.55 dari tegangan nominal. Hasil ini adalah switching pada 10.8 MVAR capacitor bank dengan tegangan 34.5 kV. Dan untuk membatasi overvoltages akibat switching, ditambahkan pre-insertion inductor dan high resistance senilai tertentu pada sistem yang ditelitinya, dan hasilnya nilai overvoltages sama dengan tegangan nominal sistem tersebut. Pada penelitian [7] dengan menggunakan switching controller, tidak teramati terjadinya transient pada saat switching dilakukan mendekati titik nol gelombang tegangan. Demikian pula hasil penelitian dengan melakukan pengaturan penutupan kontak mendekati nol, tidak mendapatkan tegangan transient. Sedangkan penelitian [9], melakukan penelitian pada 115 kV capacitor bank switching sebesar 20 MVAR dengan koneksi grounded wye. Penelitiannya membandingkan metode capacitor bank switching dengan menggunakan pre-insertion inductor dan zero crossing breaker (seperti fungsi switching controller), menunjukkan tegangan transient tertinggi yang dicapai sebesar 1.21 kali dari tegangan fase nominal untuk pre-insertion inductor dan 1.28 kali dari tegangan fase nominal untuk metode crossing breaker. ISBN: 978-602-18168-0-6 III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, seperti diperlihatkan pada gambar 2, pertama dilakukan pengumpulkan literatur dan melakukan studi pustaka. Pengambilan data dilakukan di GI Sanur – Bali, antara lain single line diagram (SLD) GI Bali, beban rata-rata GI Sanur, kapasitas dan data capacitor bank terpasang yaitu 25 MVAR, spesifikasi PMT dan pengukuran waktu penutupan kontak-kontak switching controller dll. Data tersebut selanjutnya dianalisa dengan menggunakan ATP, dengan membuat model GI Sanur dalam ATP. Bus GI Sanur dibuat sebagai infine bus dimodelkan oleh komponen sumber tiga fase dalam ATP. Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder Pemodelan Sistem Dengan ATP Menjalankan model ATP untuk tiga kondisi: - Switching tanpa controller, Tc = 40ms (mendekati puncak gelombang tegangan referensi) - Switching tanpa controller, Tc = 24.9ms (mendekati titik nol gelombang tegangan referensi) - Switching dengan controller Analisa Hasil Simulasi Kesimpulan Gambar 2. Blok diagram langkah-langkah simulasi Ke-empat trafo terpasang dibuat menjadi satu dalam ideal transformer (transformator ideal). Beban 20 kV diwakili oleh model RLC. PMT dibuat dari tiga buah single phase switch yang dapat dikontrol waktu tutup dan bukanya. Reaktor dan kapasitor masing dimodelkan oleh komponen induktor dan kapasitor. Capacitor bank terhubung dalam double wye (Y) ungrounded. Nilai reactor per fase adalah 1.592 mH sedangkan nilai capacitor per fase Model koneksi capacitor dibuat seperti kondisi capacitor bank terpasang yakni ungrounded double wye system. Selanjutnya komponen-komponen tersebut digabungkan sehingga diperoleh gambar 3. 22 TL20 Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro & Informatika SNTEI 2015 PNUP, Makassar, 11 Juni 2015 U Gambar 3. Model Simulasi GI Sanur Selanjutnya gambar simulasi dijalankan sesuai prosedur dalam ATPDraw untuk melihat kondisi transient pada saat capacitor bank switching dengan dan tanpa switching controller. Simulasi capacitor bank switching tanpa switching controller dibuat dengan waktu penutupan ketiga fase (R, S dan T atau A, B dan C) dari PMT secara serempak, sedangkan simulasi dengan switching controller dibuat dengan mengatur waktu tutup dari kontakkontak PMT secara tidak serempak. Pengaturan waktu tutup kontak-kontak PMT tersebut dimaksudkan agar tidak ada kontak dari PMT menutup pada saat gelombang tegangan berada di titik puncak. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data sld GI Sanur - Bali, data capacitor bank, data beban, data PMT dll. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka berupa pengumpulan materi, artikel, jurnal, buku, dan laporan kerja, atau dari makalah yang berkaitan dengan penelitian capacitor bank switching. Metode analisa yang digunakan adalah metode simulasi dengan mengatur penutupan kontak-kontak PMT secara serempak dan tidak serempak. Dilakukan dengan mengatur waktu penutupan switch (mewakili PMT) pada setiap fase. Dengan melihat karakter gelombang tegangan referensi (dalam hal ini tegangan fase R), maka penutupan kontak-kontak PMT secara serempak dibuat dalam dua kondisi. Yakni pada saat tegangan fase R tepat berada di puncak gelombang dan saat mendekati nilai ISBN: 978-602-18168-0-6 nol. Waktu penutupan kontak-kontak PMT pada saat berada di puncak adalah Tc = 0.0400 detik setelah waktu simulasi dimulai. Sedangkan waktu penutupan kontak-kontak PMT saat mendekati nol adalah Tc = 0.0249 detik. Untuk simulasi dengan penggunaan switching controller, waktu penutupannya sesuai dengan hasil pengukuran di lapangan, gambar 5, adalah fase R Tc = 0.1639 detik, fase S Tc = 0.1687 detik dan fase T sama waktunya dengan waktu penutupan fase R yakni Tc = 0.1639 detik. Alat bantu untuk pengukuran waktu penutupan kontak dari switching controller yang digunakan adalah power simulator dan DOBLE tipe F6150, dengan rangkaian seperti pada gambar 4. M A S/S 27 UVR 150/Ö3 kV 0.11/3 kV Fase R F236 Power Simulator Cap. Bank 25 MVAR Gambar 4. Rangkaian pengetesan waktu kerja kontak switching controller Gambar 5. Hasil pengukuran waktu penutupan controller 23 TL20 Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro & Informatika SNTEI 2015 PNUP, Makassar, 11 Juni 2015 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 HASIL Hasil simulasi dari tiga kondisi penutupan kontak-kontak PMT dirangkum dalam tabel 1. Untuk waktu penutupan kontak-kontak PMT secara serempak (Tc = 0.0400 detik) maka diperoleh gambar transient tegangan (gambar 6). Dimana puncak tegangan transient terjadi pada fase R atau fase A yang mencapai 208.24 kV, atau 1.7 kali nilai puncak pada kondisi tegangan fase nominal (150x2/3 kV). Sedangkan nilai tegangan transient tertinggi pada fase S (fase B) dan T (fase C) berturutturut adalah 149.84 kV dan -157.37 kV. Adapun nilai arus transient untuk masingmasing fase R, S dan T adalah 1539.46 Ampere, -746 Ampere dan -822.93 Ampere. 250 [kV] 160 70 -20 -110 -200 0.00 0.02 0.04 (file ATP_012_Final_tc004s.pl4; x-var t) v:X0001A 0.06 v:X0001B 0.08 [s] 0.10 v:X0001C 200 [kV] 150 100 50 0 -50 -100 -150 -200 0.00 0.02 0.04 (file ATP_012_Final_tc00249.pl4; x-var t) v:X0001A 0.06 v:X0001B 0.08 [s] 0.10 v:X0001C Gambar 7. Tegangan Transient fase R, S dan T tanpa switching controller dengan Tc = 0.0249 s Hasil simulasi tegangan transient yang terjadi untuk kondisi penggunaan switching controller adalah seperti pada gambar 8. Gelombang tegangan fase R, hampir tidak terlihat kondisi transient, karena penutupan kontak PMT-nya mendekati titik nol dari gelombang tegangan. Sedangkan pada fase S, tegangan transient mencapai 134.19 kV atau 1.1 kali dari tegangan fase nominal. Tegangan transient fase T adalah 138.14 kV atau 1.13 kali dari tegangan fase nominal. Sedangkan nilai masing-masing arus transient fase R, S dan T yang terjadi adalah 134.86 Ampere, 500 Ampere dan 522.70 Ampere. 150 [kV] 100 Gambar 6. Tegangan Transient fase R, S dan T tanpa switching controller dengan Tc = 0.0400 s Untuk hasil simulasi tegangan dengan penutupan kontak PMT mendekati nilai nol (Tc = 0.0249) dari referensi tegangan fase R, dapat dilihat pada gambar 7. Pada fase R bisa dikatakan tidak terjadi transient tegangan dengan nilai 120.13 kV. Tegangan transient tertinggi hasil penelitian ini terjadi pada fase S (196.93 kV atau 1.61 kali tegangan fase nominal) karena kontak PMT fase S tepat menutup mendekati titik puncak positif dari gelombang tegangan fase S. Transient tegangan pada fase T juga cukup tinggi meskipun masih di bawah nilai tegangan transient pada fase S, yaitu 170.45 kV atau 1.39 kali dari tegangan fase normal. Nilai arus transient fase R, S dan T untuk simulasi ke dua ini berturut-turut adalah 183.25 Ampere, 1363.93 Ampere dan -1305.27 Ampere. ISBN: 978-602-18168-0-6 50 0 -50 -100 -150 0.0 0.1 0.2 (file ATP_012_Final_F236.pl4; x-var t) v:X0001A 0.3 v:X0001B 0.4 [s ] 0.5 v:X0001C Gambar 8. Tegangan Transient fase R, S dan T dengan switching controller Tabel 1. Hasil Simulasi penutupan PMT secara serempak & tak serempak Tc (ms) _Tegangan Transient _ (kV) R S 40 208.24 149.84 157.37 24.9 122.47 4 113.70 196.93 170.45 163.9 168.7 163.9 T _Arus Transient_ (A) R 1539.4 6 183.25 S T 746 822.93 1363.9 3 1305.2 7 134.86 134.19 500.00 138.14 522.70 24 TL20 Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro & Informatika SNTEI 2015 PNUP, Makassar, 11 Juni 2015 IV.2 PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa tegangan transient tertinggi yang tercapai adalah 208.24 kV, atau 1.7 kali nilai puncak pada kondisi tegangan fase nominal, sewaktu penutupan kontak PMT tepat berada di puncak gelombang tegangan fase, sedangkan transient arus terbesar adalah 1539.46 Ampere. Nilai tegangan transient dan arus transient tertinggi tersebut terjadi untuk kondisi penutupan PMT dilakukan tanpa switching controller. Jika dilihat dari spesifikasi PMT yang terpasang maka nilai ini masih di bawah kemampuan PMT yakni power frequency withstand voltage 325 kV dan arus nominal 3150 Ampere dengan withstand capacity 40 kA selama 3 detik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa swithing controller pada sistem ini tidak perlu digunakan. Hasil simulasi dalam penelitian penulis selanjunya dengan menggunakan switching controller, memperlihatkan penurunan nilai tegangan transient dan arus transient. Hal ini dikarenakan penutupan kontak-kontak PMT dibuat sehingga tidak akan menutup pada saat mendekati ataupun tepat di puncak gelombang tegangan. Tegangan transient tertinggi hanya mencapai 1.13 kali da!!ri tegangan fase nominal dengan arus transient terbesar adalah 522.70 Ampere. V. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tegangan transient dan arus transient tertinggi pada kondisi !capacitor bank switching tanpa penggunaan switching controller masih berada di bawah ketahanan dari PMT yang terpasang. Sehingga penggunaan switching controller untuk mengurangi transient tegangan dan transient arus dapat dipertimbangkan kembali. Meskipun hasil simulasi menunjukkan switching controller jauh lebih baik. Untuk penelitian selanjutnya dapat meninjau pengaruhnya capacitor bank ini terhadap sistem (tegangan tinggi dan distribusi), atau melakukan perbandingan hasil dengan menggunakan software yang berbeda. ISBN: 978-602-18168-0-6 UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dalam penelitian ini, antara lain: keluarga penulis, pimpinan dan seluruh staf Sen Engineering Co., dan Seluruh staf engineering APP Bali. REFERENSI [1] Ramasamy Natarajan, Power System Capacitor; Taylor & Francis Group, 2005, p. 97-122. [2] Gustavo Brunello, Bogdan Kasztenny and Craig Wester, “Shunt Capacitor Bank Fundamentals and Protection”, Conference for Protective Relay Engineers - Texas A&M University, USA, April 2003 [3] S.J. Kulas, “Capacitor Switching Techniques,” International Conference on Renewable Energies and Power”, Valencia, Spain, April 2009 [4] Shehab Abdulwadood Ali, “Capacitor Banks Switching Transients in Power Systems”, CS Canada Energy Science and Technology, Vol. 2, No. 2, pp. 62-73, 2011. [5] C.D. Tsirekis and N.D. Hatziargyriou , “Control of Shunt Capacitors and Shunt Reactors Energization Transients,” International Conference on Power Systems Transients, New Orleans, USA, 2003. [6] László Prikler and Hans Kr. Høidalen, “ATPDraw for Windows 3.1x/95/NT version 1.0.1 User’s Manual”, 1998. [7] Durga Bhavani Mupparty, “Capacitor Switching Transient Modeling and Analysis on An Electrical Utility Distribution System Using Simulink Software”, Master Thesis, Kentucky University, 2011. [8] Camm, E.H., “Shunt Capacitor Overvoltages and a Reduction Technique”, S&C Electric Company, Chicago, Illinois, 1999. [9] Michael Beanland, Thomas Speas, Joe Rostron, “Pre-insertion Resistors in High Voltage Capacitor Bank Switching”, 2004 [10] ABB, “Controlled Switching – Buyer’s and Application Guide”. Ludvika, Swedia, ABB AB, 2010 25