walikota bima

advertisement
WALIKOTA BIMA
KOTA BIMA
KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA)
TAHUN ANGGARAN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Berpedoman pada amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 17
ayat (2), dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 25 ayat (1),
menjelaskan bahwa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan
pedoman untuk penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Walikota, merupakan dokumen perencanaan daerah yang menetapkan
prioritas program dan kegiatan pembangunan daerah untuk jangka waktu satu
tahun anggaran yang diuraikan secara berurut berdasarkan urusan Pemerintah
Daerah baik urusan Wajib maupun urusan Pilihan. Dengan demikian Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan pedoman dasar untuk menjadi acuan
bagi stakeholders pembangunan daerah Kota Bima, baik dalam penyusunan
dokumen rencana anggaran, pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan
evaluasi.
Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2010 memiliki suatu alur
tahapan yang berdasarkan jangka waktu perencanaan maupun siklus proses
perencanaan dalam setiap jangka waktu tertentu. Tahapan yang diselenggarakan
secara berkesinambungan dan membentuk siklus perencanaan yang utuh
dimaksud meliputi : (1) Penyusunan Rencana, adalah suatu proses awal yang
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
1
dilakukan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang akan
ditetapkan; (2) Penetapan Rencana, adalah menyiapkan rancangan rencana
menjadi produk hukum yang mengikat semua pihak untuk melaksanakannya; (3)
Pengendalian Pelaksanaan Rencana Pembangunan adalah untuk memastikan agar
tujuan dan sasaran serta target pembangunan yang tertuang dalam rencana dapat
tercapai dengan melakukan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana
tersebut; dan (4) Evaluasi Pelaksanaan Rencana adalah bagian dari kegiatan
perencanaan
pembangunan
yang
secara
sistematis
mengumpulkan
dan
menganalisis data dan informasi untuk menilai/mengukur pencapaian sasaran,
tujuan dan kinerja pembangunan.
Proses penganggaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
perencanaan, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 pasal 83 menjelaskan bahwa Kepala daerah
perlu menyusun KUA (Kebijakan Umum APBD) dan PPAS berdasarkan RKPD dan
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri) pada setiap tahunnya. Kebijakan Umum APBD (KUA) adalah
dokumen yang memuat kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta
asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Dokumen Kebijakan
Umum APBD (KUA) memuat: (1) Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk
perkembangan indikator ekonomi makro daerah; (2) Asumsi dasar penyusunan
Rancangan APBD Tahun Anggaran 2016 termasuk laju inflasi, pertumbuhan PDRB
dan asumsi lainnya terkait dengan kondisi ekonomi daerah; (3) Kebijakan
pendapatan daerah yang menggambarkan prakiraan rencana sumber dan besaran
pendapatan daerah untuk Tahun Anggaran 2016 serta strategi pencapaiannya; (4)
Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah kebijakan
dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang merupakan manifestasi dari
sinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan pemerintah serta strategi
pencapaiannya; (e) Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan
surplus anggaran daerah sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah
dalam
rangka
menyikapi
tuntutan
pembangunan
daerah
serta
strategi
pencapaiannya.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
2
Dokumen Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(KUA) Kota Bima Tahun 2016 merupakan pedoman dalam penyusunan dokumen
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun 2016 yang akan
dijabarkan lebih lanjut oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dalam dokumen Recana Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKASKPD), yang selanjutnya digabungkan dalam dokumen Rancangan Anggaran,
Pendapatan, dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota Bima Tahun 2016.
1.2. Tujuan Penyusunan KUA
Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (KUA) Kota Bima Tahun Anggaran 2016 adalah :
a.
Pedoman kebijakan pendapatan dan belanja daerah dalam pelaksanaan
pelayanan publik dan pembangunan daerah dalam kurun waktu satu tahun
2016, dan selanjut merupakan sumber referensi dalam penyusunan Prioritas
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) tahun anggaran 2016;
b.
Menjelaskan arah kebijakan umum yang akan ditempuh oleh pemerintah
daerah dalam upaya mencapai target pembangunan tahun 2016 melalui
program dan kegiatan prioritas, yang dijabarkan pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD);
c.
Memaparkan asumsi-asumsi dasar dalam pencapain target, pendapatan dan
belanja daerah tahun 2016.
1.3. Dasar Hukum Penyusunan KUA
Landasan hukum penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (KUA) Kota Bima Tahun 2016, sebagai berikut:
1.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Daerah Kota
Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4188;
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
3
3.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
5.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
7.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
8.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
9.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
4
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015– 2019;
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor …….. Tahun 2015 tentang
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015;
18. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2003 tentang Kewenangan Kota
Bima;
19. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 9 Tahun 2003 tentang Kedudukan
Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
20. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan,
Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan dan Kelurahan;
21. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan,
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Bima;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
5
22. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah;
23. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 9 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2010
Nomor 106);
24. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan,
Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima serta Staf Ahli
Walikota;
25. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan,
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kota Bima;
26. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 9 Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bima Tahun 2013 - 2018;
27. Peraturan Walikota Bima Nomor 26 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja
Pembangunan Daerah Kota Bima Tahun 2016.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
6
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
Kerangka ekonomi makro daerah dalam Kebijakan Umum APBD tahun
2016 memberikan gambaran mengenai perkembangan ekonomi daerah meliputi
pertumbuhan ekonomi, PDRB, dan Inflasi. Selain itu juga memberikan gambara
mengenai rencana target makro ekonomi daerah tahun 2016 yang meliputi
perkiraan pertumbuhan ekonomi dan perkiraan laju inflasi.
2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2016
Perkembangan beberapa indikator tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Data Perekonomian Umum Daerah 5 Tahun Terakhir
Indikator
2009
2010
2011
2012
2013
PDRB Atas Dasar Harga
Konstan (Juta Rp.)
435.961,34
460.999,33
485.578,99
513.825,11
539.982,38
Nilai PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku
(Juta Rp)
886.646,62 1.000.121,69 1.126.503,11 1.250.380,48 1.394.673,13
Jumlah Penduduk (jiwa)
132.292
142.579
144.018
146.308
148.645
PDRB Perkapita Atas
Dasar Harga Konstan
(Rp.)
3,295
3,234
3,372
3.512
3,633
PDRB perkapita Atas Dasar
Harga Berlaku (Juta
Rp/jiwa)
6,702
7,016
7,822
8,546
9,383
4,09
6,35
7,19
3,61
10,42
5,74
5,33
5,82
5,46
Inflasi
Laju Pertumbuhan
6,38
Ekonomi (%)
Sumber Data : Kota Bima Dalam Angka
2.1.1. Produk Domestik Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi
perkembangan/ kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode
tertentu. Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil,
maka digunakan angka Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
7
Angka Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari perubahan nilai Produk
Domestik Bruto (PDRB) pada harga konstan tahun sekarang dengan tahun
sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Kota Bima untuk tahun 2013 sedikit lebih rendah
dibanding dengan pertumbuhan ekonomi NTB yaitu sebesar 5,69 dan sedikit lebih
rendah dibanding pertumbuhan ekonomi secara nasional sebesar 5,78.
Pertumbuhan ekonomi kota Bima selama periode 2009-2013 mengalami
fluktuasi antara 5,33 s.d 6,38 persen dan rata-rata mencapai 5,75 per tahun. Hal ini
menunjukan bahwa dalam kurun waktu yang sama terjadi peningkatan kegiatan
ekonomi di wilyah Kota Bima. Adanya pertumbuhan ekonomi berarti ada
peningkatan produksi dari berbagai kegiatan ekonomi yang ada di Kota Bima.
Kontributor PDRB terbesar adalah sektor jasa-jasa dan sekor perdagangan, hotel
dan restoran. Majunya sektor tersebut tidak lepas dari komitmen pemerintah Kota
Bima untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk seluruh warga kota
menyebabkan kegitan jasa menjadi salah satu kontributor PDRB terbesar.
Tabel 2.2. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bima Tahun 2009 - 2013 Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000
2009
No
Sektor
1
Pertanian
2
Pertambangan &
Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Listrik,Gas & Air bersih
5
Rp (dalam
juta)
2010
Rp (dalam
juta)
%
90.687,22 20,80
2011
%
Rp (dalam
juta)
2013
2012
%
92.341,04
20,03
95.996,98
19,77
Rp (dalam
juta)
%
100.090,84 19,48
Rp (dalam
juta)
%
101.348,68
18,77
564,71
0,13
596,95
0,13
634,14
0,13
669,55
0,13
635,14
0,12
14.275,76
3,27
14.869,64
3,23
15.636,91
3,22
16.489,07
3,21
17.466,87
3,23
3.587,16
0,82
3.894,68
0,84
4.120,00
0,87
4.366,24
0,85
4.753,28
0,88
Konstruksi
31.160,83
7,15
33.749,36
7,32
36.407,71
7,50
39.804,47
7,75
40.360,09
7,47
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran
81.222,12 18,63
87.143,80
18,90
93.520,43
19,26
101.118,46 19,68
110.438,75
20,45
7
Pengangkutan &
Komunikasi
75.497,06 17,32
80.216,84
17,40
84.227,34
17,35
88.066,07
17,14
92.593,91
17,15
8
Keuangan, sewa, & Js
Perusahaan
24.204,06
5,55
26.043,15
5,65
27.681,87
5,70
29.395,36
5,72
31.358,88
5,81
9
Jasa-jasa
114.762,43 26,32
122.143,87
26,50
127.353,62
26,23
133.825,06 26,04
141.026,78
26,12
435.961,34 100
460.999,33
100
485.578,99
100
513.825,11
539.982,38
100
PDRB
100
Sumber : BPS Kota Bima, 2014
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
8
Tabel 2.3. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bima Tahun 2009- 2013 Atas Dasar
Harga Berlaku
2009
N
o
Sektor
Rp (dalam
juta)
2010
2011
%
Rp (dalam
juta)
%
157.679,83
17,78
170.041,88
17,00
1
Pertanian
2
Pertambanga
n&
Penggalian
1.129,58
0,13
1.272,16
0,13
3
Industri
Pengolahan
25.395,23
2,86
27.885,62
2,79
4
Listrik,Gas &
Air bersih
8.193,42
0,92
9.290,48
5
Konstruksi
58.269,51
6,57
6
Perdagangan,
Hotel &
Restoran
175.652,34
7
Pengangkutan
& Komunikasi
8
9
Rp (dalam
juta)
197.697,22
17,55
2013
Rp (dalam
juta)
%
213.893,47 17,11
%
227.404,53 16,31
0,13
1.597,89
0,13
1.569,65
0,11
30.550,68
2,71
34.157,75
2,73
38.186,28
2,74
0,93
10.171,30
0,90
11.031,29
0,88
12.540,21
0,90
67.746,64
6,77
76.908,91
6,83
88.197,34
7,05
96.754,06
6,94
19,81
202.731,06
20,27
232.804,73
20,67
267.845,75 21,42
296.084,20 21,23
162.881,82
18,37
178.458,37
17,84
190.061,36
16,87
199.779,19 15,98
225.090,09 16,14
Keuangan,
sewa, & Js
Perusahaan
44.879,09
5,06
51.599,43
5,16
57.799,49
5,13
Jasa-jasa
252.565,81
28,49
291.096,05
29,11
329.093,77
29,21
886.646,62
100
1.000.121,69
100
1.126.503,11
100
PDRB
1.415,66
%
2012
Rp (dalam
juta)
64.402,69
5,15
71.480,82
369.475,12 29,55
1.250.380,48
5,13
425.563,29 30,51
100 1.394.673,13 100
Sumber : BPS Kota Bima, 2014
Tabel 2.4. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bima ahun 2009 - 2013 Atas
Dasar Harga Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk)
2009
No
Sektor
2010
2011
2012
2013
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
1
Pertanian
9,71
3,68
7,84
1,82
16,26
3,96
8,19
4,26
3,21
1,40
2
Pertambangan &
Penggalian
13,58
4,33
12,62
5,71
11,28
6,23
12,87
5,58
-0,56
-5,90
3
Industri Pengolahan
10,92
3,90
9,81
4,16
9,56
5,16
11,81
5,45
11,79
5,93
4
Listrik,Gas & Air bersih
8,55
3,82
13,39
8,57
9,48
5,79
8,46
5,98
13,68
8,86
5
Konstruksi
14,54
6,97
16,26
8,31
13,52
7,88
14,68
9,33
14,54
5,86
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran
15,76
6,10
15,42
7,29
14,83
7,32
15,05
8,12
10,53
9,22
5,84
5,85
9,56
6,25
6,50
5,00
5,11
4,56
12,47
5,14
14,30
7,68
14,97
7,60
12,02
6,29
11,42
6,19
10,94
6,63
Jasa-jasa
25,78
9,20
15,26
6,43
13,05
4,27
12,27
5,08
15,18
5,38
PDRB
14,89
6,39
12,80
5,74
12,64
5,33
11,00
5,82
11,26
5,46
7
8
9
Pengangkutan &
Komunikasi
Keuangan, sewa, & Js.
Perusahaan
Sumber : BPS Kota Bima, 2014
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
9
Gambar 2.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bima Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013
Tabel 2.5. Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Kota Bima Atas Dasar Harga Berlaku
(Hb) dan harga Konstan (Hk) Tahun 2013
No
Sektor
Pertumbuhan
Hb (%)
Hk (%)
1
Pertanian
44,22
11,76
2
Pertambangan & Penggalian
38,96
12,47
3
Industri Pengolahan
50,37
22,35
4
Listrik,Gas & Air bersih
53,05
32,51
5
Konstruksi
66,05
29,52
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
68,56
35,97
7
Pengangkutan & Komunikasi
38,19
22,65
8
Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan
59,27
29,56
9
Jasa-jasa
68,50
22,89
57,30
23,86
PDRB
Sumber : BPS Kota Bima, 2014
2.1.2. PDRB Perkapita
Tingkat kesejahteraan penduduk dapat ditunjukan dengan PDRB per kapita,
meskipun angka ini tidak menjelaskan adanya tingkat distribusi pendapatan
penduduk. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Kota Bima selama periode
2009-2013 tumbuh rata-rata sebesar 7,89% per tahun, sedangkan pertumbuhan
rata-rata PDRB per kapita atas dasar harga konstan dalam periode yang sama
sebesar 3,41% per tahun. Kenaikan PDRB perkapita ini menunjukan adanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Bima.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
10
9,383
10,000
8,546
9,000
PDRB Per Kapita
(Juta Rp/Jiwa)
8,000
7,000
7,822
6,702
7,015
6,000
Atas dasar Harga Konstan
5,000
4,000
3,295
3,233
3,372
3,512
3,633
2009
2010
2011
2012
2013
Atas dasar Harga Berlaku
3,000
2,000
1,000
-
Gambar 22.. PDRB Per Kapita Tahun 2009-2013
2.1.3. Inlasi
Laju inflasi merupakan indikator yang menggambarkan kenaikan harga
dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap memampuan daya
beli masyarakat. Rata-rata pertumbuhan inflasi di Kota Bima selama periode tahun
2008-2013 adalah sebesar 6,33 pertahun. Angka ini sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan inflasi propinsi NTB sebesar 6,76 per
tahun.
Tahun 2013 inflasi di Kota Bima lebih disebabkan oleh naiknya biaya
transportasi akibat dari kenaikan BBM, hal ini terlihat dari meningkatnya biaya
angkutan dalam kota dan luar kota yang berimbas pada kenaikan harga barang
lain. Komponen transportasi memegang peranan cukup penting dalam
meningkatkan inflasi di Kota Bima dikarenakan kondisi pasokan komoditas
konsumsi yang relatif tergantung dengan daerah lain seperti Pulau Lombok dan
daerah lain dalam hal ketersediaan pasokan. Sehingga, kenaikan BBM memiliki
dampak langsung dan tidak langsung yang cukup besar, yang selanjutnya diikuti
oleh kenaikan beberapa komoditas lainnya. Kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah merupakan kelompok penduduk yang rentan terhadap perubahan harga
ini.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
11
Tabel 2.6. Inflasi Kota Bima Tahun 2008 - 2013
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
Provinsi NTB
3,34
10,08
6,55
3,99
9,85
Rata-rata
Pertumbuhan
6,76
Inflasi Kota Bima
4,09
6,35
7,19
3,61
10,42
6,33
Sumber : BPS Kota Bima, 2014
12
Inflasi Provinsi NTB
Tingkat Inflasi
10
8
Inflasi Kota Bima
6
4
Rata-rata inflasi
Provinsi NTB
2
Rata-rata inflasi Kota
Bima
0
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 2.3. Laju Inflasi Kota Bima dan Provinsi NTB Tahun 2009-2013
2.2. Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun Perencanaan
2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi tahun 2016, disebabkan keterbatasan SDA yang
dimiliki, diperkirakan tetap akan mengandalkan sektor-sektor ekonomi unggulan
yaitu pada sektor-sektor perdagangan dan jasa serta sektor andalan lain. Sektor
andalan lain yaitu jasa, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi.
Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan memberikan dorongan positif pada
pertumbuhan di Kota Bima adalah:
a. Proyek pembangunan infrastruktur dan investasi, baik yang dilakukan
pemerintah maupun swasta masih akan berjalan sesuai dengan yang
direncanakan antra lain percepatan perwujudan pembangunan dan penataan
kawasan Niu-Lawata-Amahami dan Kolo sebagai kota tepian air yang memiliki
potensi ekonomis, sosiologis maupun ekologis yang cukup tinggi. Disamping
itu arah pembangunan ekonomi juga diarahkan dalam rangka pengembangan
klaster-klaster ekonomi lokal bagi tumbuh kembangnya produk unggulan
daerah.
b.
Terjaganya kestabilan harga minyak dunia.
Berdasarkan kondisi pada tahun 2014 dan perkiraan tahun 2015, maka
tahun 2016 Kota Bima diestimasikan tumbuh sebesar 8,1 persen dan tingkat
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
12
pengangguran 4,8 persen sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi Nusa
Tenggara Barat yang ditetapkan dalam RPJM Nasional 2015-2019.
2.2.2. Inflasi pada tahun 2016 diharapkan berada pada kisaran 3,1 – 3,7 jika tidak
ada kenaikan permintaan maupun penurunan penawaran yang signifikan maka
inflasi dapt dijaga untuk tetap berada dibawah 5 %.
2.2.3. Tingkat pengangguran diharapkan dapat ditekan sampai dengan angka 4,8
persen, dengan asumsi kegiatan ekonomi daerah mampu menyerap tenaga kerja
dengan efektif. Sektor yang diperkirakan mampu mengurangi pengangguran
adalah sektor perdagangan, industri dan jasa. Penataan dan pembangunan
kawasan Niu-Lawata-Amahami dan Kolo. Kegiatan investasi dan ekonomi secara
makro diharapkan berjalan terutama dengan mulai beroperasinya pasar Amahami
dan pasar penaraga akan menambah aktifitas perdagangan di Kota Bima.
2.2.4. Untuk tahun 2016 penduduk miskin diperkirakan 9,16 asumsi yan
mendasari adalah pertumbuhan ekonomi berdampak langsung pada pengurangan
tingkat kemiskina (jumlah penduduk miskin) di Kota Bima. Program pemerataan
kesempatan usaha yang digulirkan pemerintah mampu menciptakan lapangan
kerja baru dan menyentuh masyarakat berpendapatan rendah.. Disamping itu
kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran berupa pemberian
bantuan sosial,
pemberdayaan asyarakat
miskin memiliki
potensi,
dan
pemberdayaan masyarakat yang potensi ekonominya bisa tumbuh dan
berkembang.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
13
BAB III
ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN
RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
(RAPBD)
2.3. Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBN
Sebagai bahan dari kesatuan penganggaran pembangunan secara nasional,
asumsi-asumsi dalam penetapan APBN memiliki pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kondisi penganggaran di daerah khususnya Kota
Bima. Kuatnya pengaruh langsung dari kebijakan APBN akan lebih dirasakan oleh
daerah-daerah yang struktur APBD-nya secara relatif didominasi oleh dana
perimbangan termasuk Kota Bima.
Dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
Tahun 2016 digunakan beberapa asumsi makro yaitu:
a.
Laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada angka 6,0% - 6,6%.
b.
Laju inflasi diperkirakan berada pada kisaran 3%-5%. Upaya menjaga inflasi
ini didukung dengan menjamin pasokan kebutuhan masyarakat, dukungan
perbaikan distribusi barang kebutuhan ke seluruh pelosok, serta optimalisasi
instrumen moneter dan fiskal dalam rangka menjaga stabilitas harga.
c.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US$ masih akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari luar dan dalam negeri. Dengan
memperhitungkan berbagai resiko dan peluang di faktor eksternal, perkiraan
penguatan neraca pembayaran, dan langkah kebijakan makro prudensial yang
terkoordinasi antara pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), nilai tukar rupiah di diperkirakan bergerak relatif stabil pada
kisaran Rp. 12.700 – Rp 13.100/US$.
d.
Tingkat suku bunga SPN (Surat Perbendaharaan Negara) tiga bulan,
diperkirakan akan berada pada rentang 4,0% hingga 5,0%.
e.
Harga rata-rata minyak Indonesia (ICP) diperkirakan pada kisaran 60 US$
hingga 80 US$ per barel.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
14
f.
Lifting minyak diperkirakan mencapai 830 ribu barel per hari hingga 850 ribu
barel per hari.
2.4. Laju Inflasi
Laju inflasi di Kota Bima diprediksi akan mencapai 5% - 6% pada tahun
2016. Penetapan laju inflasi yang demikian merupakan perkiraan optimis,
sebagaimana penetapan laju inflasi nasional berkisar antara 6% – 6,5%. Laju
inflasi terkendali nilai barang dan jasa stabil sehingga secara akumulasi
pertumbuhan ekonomi akan terasa dampaknya.
Secara umum terdapat beberapa hal yang dapat menekan laju inflasi yaitu
tingkat konsumsi masyarakat dan penyediaan pasokan komoditi pangan,
meningkatnya jumlah investasi/modal (capital inflow) di wilayah Kota Bima,
penetapan harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah seperti tarif dasar
energi listrik, BBM dan elpiji. Pengendalian laju inflasi tidak dapat dilakukan
secara lokal atau regional oleh karena perkembangan suatu daerah akan berimbas
pada daerah sekitarnya.
Peningkatan konsumsi dalam negeri oleh masyarakat dan pemerintah,
terlaksananya perdagangan lokal dalam negeri secara baik serta terjaminnya
ketersediaan bahan pangan sehingga tidak terjadi fluktuasi harga menjadikan
kondisi deflasi. Keseimbangan inflasi dan deflasi dalam bulan ke bulan untuk
jangka waktu satu tahun sangat penting. Hal ini akan menjadikan pertumbuhan
ekonomi yang signifikan hasilnya oleh karena tingkat inflasi yang tinggi akan
menyebabkan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi.
2.5. Pertumbuhan PDRB (Migas dan Non Migas)
PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam
menghasilkan pendapatan/balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut
berpartisipasi dalam proses produksi di daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan laju inflasi yang terkendali sebagaimana asumsi diatas diharapkan akan
mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat Kota Bima.
Peningkatan
pendapatan
per
kapita
menunjukkan
peningkatan
kesejahteraan masyarakat Kota Bima. Sementara itu dilihat dari kontribusi PDRB,
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
15
sektor paling besar yang menopang tetap pada sektor jasa-jasa sebesar 28.27 %
serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18.22%. Sektor jasa-jasa
diprediksikan meningkat pada tahun 2015. PDRB ADHK
adalah sebesar Rp.
513.825,11 (juta rupiah) sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)
sebesar Rp. 1.250.380,48 (juta rupiah). Secara detail PDRB ADHK dan
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Bima Tahun 2015 sebagaimana tersaji pada Tabel
3.1 berikut ini :
Tabel 3.1. PDRB ADHK, Kontribusi dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bima
Tahun 2015
PROYEKSI 2015**
NO
SEKTOR
PDRB ADHK
Kontribusi
(Rp.000)
(%)
1 Pertanian
100.756.669
19.60
2 Pertambangan & Penggalian
66.743
0.01
3 Industri Pengolahan
16.692.566
3.24
4 Listrik, Gas dan Air Minum
4.052.224
0.78
5 Bangunan
41.576.694
8.09
6 Perdagangan, Restoran & Hotel
105.040.954
18.22
7 Pengangkutan & Komunikasi
93.659.241
17.26
8 Bank & Lembaga Keuangan
32.488.949
6.32
9 Jasa Jasa
148.372.793
28.27
TOTAL
513.825,11
100
Pertumbuhan Ekonomi
6%
Sumber: ** Hasil Proyeksi sementara
2.6. Lain-lain asumsi
a. Kebijakan Pemerintah Pusat terhadap peningkatan gaji PNS, TNI dan Polri
dilaksanakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Kenaikan gaji pokok
diasumsikan sebesar rata-rata 6%, demikian juga dengan pemberian gaji ke-13.
b. Keterlibatan pihak ketiga dalam pembiayaan merupakan salah satu bentuk
stakeholders dalam pembangunan di Kota Bima. Bentuk keterlibatannya yang
dimaksud adalah penyediaan kredit oleh pihak perbankan kepada aktifitas
masyarakat yang produktif, sehingga akan mampu mendorong pergerakan
ekonomi. Demikian juga dengan beberapa perusahaan swasta nasional maupun
BUMN yang memberikan program pendampingan kepada masyarakat.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
16
c. Lembaga ekonomi (koperasi dan lembaga keuangan mikro lainnya) saat ini
sesungguhnya menjadi salah satu pelaku pembangunan yang perannya masih
belum optimal dalam pengembangan perekonomian di perdesaan. Untuk itu,
kegiatan pengembangan ekonomi lokal akan dilaksanakan tidak saja melalui
peningkatan kapasitas kegiatan yang telah ada, akan tetapi juga merangsang
masyarakat untuk dapat membuka usaha menengah dan mikro sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran dan angka kemiskinan di Kota Bima.
Secara umum upaya pengembangan ekonomi lokal akan dilakukan dengan cara:
1) Tetap melanjutkan kegiatan pemberian kredit dana bergulir bagi usaha
menengah dan mikro sebagaimana telah berjalan selama ini;
2) Melakukan pembinaan dan pengawasan secara rutin dan intensif terhadap
kegiatan usaha menengah dan mikro yang telah mendapat bantuan kredit
dana bergulir.
d. Rehabilitasi lingkungan akan menjadi salah satu fokus penting dalam
pelaksanaan pembangunan Kota Bima pada beberapa tahun mendatang yang
dilakukan secara bertahap, konsisten dan berkelanjutan. Pemanfaatan sumber
daya alam perlu dikelola secara baik untuk menghindari terjadinya degradasi
lingkungan yang akan berdampak pada krisis pangan dan krisis air. Pada tahun
2015 fokus rehabilitasi lingkungan akan dilakukan melalui kegiatan
pengendalian pembangunan fisik yang berpotensi terhadap kerusakan
lingkungan, kegiatan pengawasan dan pengamanan hutan, pengendalian
terhadap eksploitasi sumber daya alam dan pemulihan kembali lahan yang
mengalami deforestasi melalui kegiatan penghijauan dengan melibatkan
seluruh komponen masyarakat.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
17
BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
4.1.
PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Daerah adalah salah satu komponen dalam struktur APBD dan
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk
setiap sumbernya, yang terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan,
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Kemampuan pendapatan daerah sangat
menentukan pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah daerah, untuk
itu perlu ketepatan dalam perencanaan, kebijakan, target dan strategi dalam
pencapaian target pendapatan daerah.
4.1.1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah
Pengelolaan
pendapatan
daerah
menjadi
sangat
penting
dalam
perencanaan pembangunan di daerah mengingat terbatasnya sumber pendapatan
daerah dan tingginya ketergantungan daerah atas penerimaan dari pemerintah
atasan, khususnya pemerintah pusat. Pengelolaan pendapatan daerah meliputi
pula Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber keuangan daerah berdasarkan
potensi dan kemandirian daerah. Karena itu kebijakan pendapatan daerah,
khususnya PAD memegang peran penting dalam perencanaan pembangunan
daerah.
Perencanaan
pendapatan
daerah
dilakukan
melalui
optimalisasi
pendapatan daerah dengan tetap memperhatikan efektifitas dan efisiensi
pelaksanaannya serta mendapat dukungan dari masyarakat yang dilakukan secara
terencana, dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian dan
segala aspek, potensi dan cakupan pelayanan yang ada sehingga tidak membebani
masyarakat dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini
dilaksanakan dalam rangka peningkatan kemandirian daerah dalam penyediaan
anggaran. Penyediaan anggaran daerah setiap tahunnya atau pembiayaan mandiri
(Self Financing) diharapkan semakin meningkat, sehingga tingkat ketergantungan
terhadap dana perimbangan setiap tahun semakin berkurang. Peningkatan
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
18
kemandirian dalam penyediaan anggaran daerah merupakan kebijakan dalam
perencanaan pendapatan daerah.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan penguatan kapasitas fiskal
daerah, Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih besar untuk
mewujudkan kemandirian keuangan melalui desentralisasi fiskal yang diatur
dengan peraturan perundangundangan. Beberapa peraturan yang terkait langsung
dengan hal tersebut adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Kemandirian keuangan daerah menjadi sangat penting agar Pemerintah
Daerah memiliki kemampuan yang lebih kuat untuk mendesain dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang bersifat stimulan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat
sesuai dengan aspirasi dan karakteristik masyarakatnya masingmasing.
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Bima terus menerus
menggiatkan upaya mengoptimalkan peningkatan pendapatan daerah, khususnya
Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena menajemen pemungutan PAD berada di
dalam ranah kebijakan pemerintah daerah sendiri, berbeda dengan dana
perimbangan yang kebijakannya merupakan domain Pemerintahan Pusat. Hal ini
diarahkan pada upaya peningkatan pendapatan daerah melalui optimalisasi
pengelolaan pendapatan daerah sesuai potensi dan kewenangan yang ada
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan
tetap mengedepankan pertimbangan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.
Optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah dilakukan dengan mensinergikan
program intensifikasi dan ekstensikasi sumber-sumber pendapatan daerah.
Intensifikasi difokuskan pada upaya peningkatan kualitas pelayanan pajak dan
retribusi daerah, penyederhanaan birokrasi, peningkatan tertib administrasi,
penegakan sanksi, peningkatan komunikasi dan informasi kepada masyarakat.
Kebijakan perencanaan pendapatan daerah tahun anggaran 2015
senantiasa terus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan APBD sebagaimana
yang diamanatkan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah
dirubah terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
19
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Perencanaan pendapatan daerah adalah
bersumber dari :
a.
b.
c.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
1)
Pajak daerah;
2)
Retribusi daerah;
3)
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
4)
Lain-lain PAD yang sah.
Dana Perimbangan
1)
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak;
2)
Dana Alokasi Umum;
3)
Dana Alokasi Khusus.
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
1)
Hibah;
2)
Dana darurat;
3)
Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya;
4)
Dana penyesuaian dan otonomi khusus;
5)
Bantuan keuangan dari pemerintah daeah lainnya.
4.1.2. Target Pendapatan Daerah
Penyediaan
anggaran
melalui
pendapatan
daerah
untuk
dipergunakan dalam belanja daerah (belanja tidak langsung dan belanja langsung),
merupakan salah satu indikator kemampuan daerah dalam mengalokasikan
anggaran yang tersusun dalam program dan kegiatan. Penetapan Pendapatan
daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah diproyeksikan dengan memperhatikan pada kondisi
saat ini dan potensi yang dimiliki serta realisasi tahun sebelumnya dengan tetap
memperhatikan kondisi real yang tengah dihadapi sehingga merupakan
perencanaan yang terukur dan dapat dicapai.
Pendapatan Daerah Kota Bima Tahun Anggaran 2016 diproyeksikan akan
mencapai Rp. 723.936.600.816,00 Bila dibandingkan dengan target pendapatan
daerah Tahun 2015 sebesar Rp. 652.574.098.188,78 terdapat kenaikan sebesar Rp.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
20
71.362.502.627,00 atau 10,94%. Target pendapatan daerah Kota Bima tahun 2016
terdiri dari:
a.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Bima pada tahun 2016
diproyeksikan akan mencapai Rp. 31.108.192.868,00, Jumlah ini meningkat
sebesar Rp. 2.715.752.868,00 atau 9,57% jika dibandingkan dengan target tahun
2015 sebesar Rp. 28.392.440.000,00 yang terdiri dari :
1) Pajak
Daerah,
diproyeksikan
akan
mencapai
sebesar
Rp.
12.631.800.000,00. Proyeksi ini lebih besar 18,73% atau sebesar Rp.
1.993.000.000,00 jika dibandingkan dengan target tahun 2015 yaitu
sebesar Rp. 10.638.800.000,00;
2) Retribusi
Daerah,
diproyeksikan
akan
mencapai
sebesar
Rp.
6.480.172.868,00. Proyeksi ini bertambah 12,55% atau sebesar Rp.
722.752.868,00 jika dibandingkan dengan target tahun 2015 yaitu sebesar
Rp. 5.757.420.000,00.
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, diproyeksikan
sebesar Rp. 900.000.000,00 atau tidak mengalami perubahan dibandingkan
dengan target tahun 2015.
4) Lain-lain PAD yang Sah, diproyeksikan sebesar Rp. 11.096.220,000,00
mengalami peningkatan sebesar Rp. 11.096.220.,000,00 atau tidak
mengalami perubahan jika dibandingkan dengan target pada tahun 2015.
b. Dana Perimbangan
Penerimaan Dana Perimbangan atau dana transfer dari pemerintah pusat yang
diterima Pemerintah Kota Bima pada Tahun Anggaran 2016 diproyeksikan dengan
target sebesar Rp. 546.973.548.563,00. Jumlah target ini mengalami peningkatan
sebesar Rp. 48.093.339.446,00 atau 9,64% jika dibandingkan dengan target
penerimaan pada tahun anggaran 2015 yang sebesar Rp. 498.880.209.117,00.
Peningkatan target ini terjadi pada Dana Alokasi Umum yang meningkat seiring
dengan asumsi peningkatan gaji pegawai.
Kenaikan dana perimbangan sebagaimana tersebut diatas terdiri dari :
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
21
1) Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak.
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak diproyeksikan sebesar Rp.
23.890.065.663,00, bertambah 23,62% atau sebesar Rp. 4.565.415.546,00
dibanding tahun 2015.
2) Dana
Alokasi
Umum,
diproyeksikan
akan
mencapai
sebesar
Rp. 478.807.162.900,00 atau terjadi peningkatan target penerimaan
sebesar 10,97% atau Rp. 43.527.923.900,00 dibanding tahun 2015 yang
sebesar
Rp.
435.279.239.000,00
Peningkatan
ini
disebabkan
meningkatnya gaji PNS, bertambahnya jumlah PNS.
3) Dana Alokasi Khusus, diproyeksikan dengan target sebesar Rp.
44.276.320.000,00 yaitu sama dengan penetapan dalam target APBD
Tahun Anggaran2015.
c.
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Pendapatan daerah yang berasal dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pada Tahun 2016 diproyeksikanakan mencapai Rp. 145.854.859.385,00.
Jumlah ini meningkat sebesar Rp. 20.553.410.313,22 atau 16,40% jika
dibandingkan dengan target tahun 2015 sebesar Rp. 125.301.449.071,78.
Proyeksi target penerimaan yang berasal dari Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah pada tahun 2016 berasal dari :
1) Dana Bagi
Hasil Pajak
dari
Provinsi
dan Pemda
Lainnya,
diproyeksikan dengan target sebesar Rp. 34.611.386.685,00. Jumlah ini
meningkat sebesar Rp. 6.726.094.613,25 atau 24,12 % jika dibandingkan
dengan target tahun 2015 sebesar Rp. 27.885.292.071,78.
2) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, diproyeksikan dengan target
sebesar Rp. 111.243.472.700,00. Jumlah ini meningkat sebesar Rp.
13.827.315.700,00 atau 14,19% dibanding alokasi target yang ditargetkan
dalam APBD tahun anggaran 2015.
Penetapan
target
pendapatan
sebagaimana
dimaksud
diatas
dengan
memperhatikan sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran
2015. Penetapan Pendapatan Asli Daerah dilaksanakan dengan menggunakan
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
22
ketentuan Peraturan Daerah yang baru sebagaimana diamanatkan dalam Undangundang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Rincian masing-masing sumber pendapatan daerah di atas yang meliputi
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.1. Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah
NO
TAHUN ANGGARAN
JENIS PENDAPATAN
DAERAH
2014
Pert.
(%)
2016 (PAGU
INDIKATIF)
2015
1.1.
Pendapatan Asli Daerah
23.665.602.709
28.392.440.000
31.108.192.868
9,57
1.1.1.
Pajak daerah
8.727.233.964
10.638.800.000
12.631.800.000
18,7
1.1.2.
Retribusi daerah
6.853.073.462
5.757.420.000
6.480.172.868
12,6
1.1.3.
Hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan
872.003.922
900.000.000
900.000.000
0
1.1.4.
Lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah
7.213.291.361
11.096.220.000
11.096.220.000
0
1.2.
Dana Perimbangan
467.723.303.692
498.880.209.117
546.973.548.563
9,64
1.2.1.
Dana bagi hasil pajak / bukan
pajak
23.247.903.692
19.324.650.117
23.890.065.663
23,6
1.2.2.
Dana Alokasi Umum
410.483.310.000
435.279.239.000
478.807.162.900
10
1.2.3.
Dana Alokasi Khusus
33.992.090.000
44.276.320.000
44.276.320.000
0
1.3.
Lain-lain pendapatan
daerah yang sah
109.190.674.060
125.301.449.072
145.854.859.385
1.3.1.
Hibah
0
0
-
1.3.2.
Dana darurat
0
0
-
1.3.3.
Bagi hasil pajak dari provinsi
dan dari pemerintah daerah
lainnya
31.096.456.060
27.885.292.072
34.611.386.685
24,1
1.3.4.
Dana penyesuaian dan
otonomi khusus
78.094.218.000
97.416.157.000
111.243.472.700
14,2
1.3.5.
Bantuan keuangan dari
pemerintah daerah lainnya
-
0
-
600.579.580.461
652.574.098.188
723.936.600.816
JUMLAH PENDAPATAN
DAERAH (1.1+1.2+1.3)
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
16,4
10,9
23
4.1.3. Upaya-Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target.
Upaya-upaya yang perlu dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bima dalam
mencapai target pendapatan daerah sebagaimana diproyeksikan diatas yaitu
dengan melaksanakan beberapa langkah kebijakan yang bersifat terpadu dengan
melibatkan seluruh komponen dalam pendapatan dan pengelolaan keuangan
daerah dengan tetap tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha guna
menjaga tingkat konsumsi masyarakat dan pemerintah sehingga mampu
mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan laju inflasi daerah.
Adapun langkah-langkah yang direncanakan sebagaimana dimaksud
diatas antara lain adalah :
a.
Optimalisasi target Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sumber-sumber pendapatan asli
komponen masyarakat
melalui ekstensifikasi
daerah dengan mendorong seluruh
serta berupaya mendorong peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi;
b.
Optimalisasi target Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui
intensifikasi
sumber-sumber pendapatan asli daerah dengan meningkatkan manajemen
pengelolaan, peningkatan SDM Aparatur, estimasi potensi yang memadai,
penyusunan basis data potensi, dan peningkatan kesadaran wajib pajak dan
wajib retribusi;
c.
Penyiapan serta implementasi yang memadai dari Peraturan Daerah (Perda)
maupun Keputusan Kepala Daerah yang menjadi payung hukum dalam
pungutan PAD;
d.
Melaksanakan penataan pengelolaan potensi pendapatan daerah serta
peningkatkan kualitas layanan dengan memanfaatkan sistem informasi
manajemen pendapatan daerah melalui teknologi informasi yang memadai;
e.
Peningkatan alokasi dana perimbangan dan lain lain pendapatan daerah yang
sah melalui pemberian informasi yang tepat dan data yang akurat kepada
pemerintah pusat maupun provinsi;
f.
Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Pusat maupun Provinsi dalam
rangka perolehan alokasi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang
sah;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
24
g.
Mendorong peningkatan pendapatan asli daerah melalui penyertaan modal
pada
lembaga
manajemen
keuangan/perbankan,
kas
yang
memadai
efisiensi
dan
penggunaan
peningkatan
anggaran,
pengelolaan
aset
daerahsehingga meningkatkan PAD dari jasa giro, bunga deposito, pengelolaan
aset daerah, pajak dan retribusi daerah;
h.
Pengembangan sistem dan prosedur pemungutan dalam pembayaran pajak,
retribusi dan pendapatan yang lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
i.
Melakukan audit atas pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, pelaksanaan
program kegiatan guna mendorong transparasi dan akuntabilitas.
4.2.
Belanja Daerah
4.2.1. Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah
Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah
yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Secara
umum, belanja daerah harus disusun berdasarkan pendekatan anggaran berbasis
kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan
dengan
memperhatikan
pelaksanaan
urusan
pemerintah
yang
menjadi
kewenangan daerah berdasarkan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam peraturan pemerintah tersebut telah
ditetapkan urusan wajib dan urusan pilihan serta urusan yang penanganannya
dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara
pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan
dengan ketentuan perundang-undangan.
Untuk menjamin pelaksanaan pembangunan daerah yang berkelanjutan,
pendekatan yang digunakan dalam RKPD Kota Bima Tahun 2015 secara umum
masih
mengikuti
tahun-tahun
sebelumnya.
Penyusunan
belanja
daerah
diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan
Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan bidang kewenangan/urusan
pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya baik urusan wajib maupun
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
25
urusan pilihan. Oleh karena itu peningkatan alokasi anggaran belanja pada setiap
Satuan Kerja Perangkat Daerah harus sejalan dengan
peningkatan kinerja
pelayanan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakatyang tercermin dalam
prestasi kerja masing-masing SKPD.
Adapun secara khusus, tujuan substantif yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan pembangunan Kota Bima pada tahun 2016 adalah berdasarkan tema
RKPD Kota Bima Tahun 2016: “Memperkokoh pilar ekonomi daerah melalui
pengelolaan
sumberdaya
alam
yang
berkelanjutan
dan
percepatan
pembangunan kota tepian air (waterfront city)”. Oleh karenanya, program dan
prioritas pembangunan Kota bima telah dijabarkan dalam RKPD telah
diformulasikan untuk mendukung tercapainya tujuan substantif diatas serta
target-target pembangunan yang strategis lainnya.
kebijakan perencanaan belanja daerah pemerintah Kota Bima pada tahun
2016, antara lain :
a.
Belanja daerah untuk penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya
memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum
yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial dimana dalam
pelaksanaannya harus berdasarkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM)
yang telah ditetapkan.
b.
Target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja
perangkat daerah, maupun program dan kegiatan harus ditetapkan untuk
meningkatkan
akuntabilitas
perencanaan
anggaran
dan
memperjelas
efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran, sehinggan dengan demikian
program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur
serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari
program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan
target kinerjanya.
c.
Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja pada tahun
anggaran berjalan dan tahun-tahun sebelumnya yang berorientasi pada
pencapaian hasil output dan outcome yang dinilai secara kuantitatif.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
26
d.
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah
memberikan perhatian yang maksimal terhadap upaya peningkatan investasi
di daerah yang bersifat produktif, termasuk investasi pemanfaatan sumber
daya alam.hal ini dilaksanakan dengan memberikan ruananggaran yang
memadai bagi upaya peningkatan produksi hasil suber daya alam melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi, mendorong inovasi bagi kegiatan pengolahan
dan pemasaran serta peningkatan keragaman komoditi yang dihasilkan.
e.
Dalam rangka mendorong upaya peningkatan pelayanan publik, penyiapan
dan sinkronisasi instrumen perangkat peraturan pendukung perlu dilakukan
disamping penyiapan sumber daya manusia pendukung, pemanfaatan sistem
teknologi komunikasi dan informasi serta sosialisasi secara intensif dan masif.
f.
Penggunaan dana perimbangan diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai
berikut:
1) Penerimaan dana bagi hasil pajak diprioritaskan untuk mendanai
perbaikan lingkungan pemukiman, pembangunan irigasi, jaringan jalan
dan jembatan;
2) Penerimaan
dana
bagi
hasil
sumber
daya
alam
diutamakan
pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan hidup dan
peningkatan fasilitas umum, sosial, pelayanan kesehatan dan pendidikan
untuk tercapainya standar pelayanan minimal yang ditetapkan peraturan
perundang - undangan;
3) Dana Alokasi Umum (DAU) ditujukan untuk mendanai kebutuhan belanja
Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) dan urusan wajib dalam rangka
peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum;
4) Dana alokasi khusus (DAK) dialokasikan kepada daerah tertentu untuk
mendanai kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi
urusan daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatan
dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh menteri
teknis terkait sesuai dengan peraturan perundang - undangan;
5) Pemerintah
daerah
menyediakan
dana
pendamping
pada
program/kegiatan yang berasal dari pusat maupun Provinsi sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
27
Secara keseluruhan total perencanaan belanja daerah Kota Bima pada tahun 2016
sebesar Rp. 753.197.274.194,00. Jumlah ini mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan target belanja daerah tahun anggaran 2015 yang berjumlah
Rp. 684.097.311.429,73. Peningkatan antara lain disebabkan kenaikan pada jenis
belanja pegawai seiring dengan adanya kebijakan Pemerintah pusat tentang
kenaikan gaji PNS dan pembayaran gaji bulan ke-13.
Komposisi perkiraan total belanja daerah terdiri atas :
a.
Belanja Tidak Langsung, dialokasikan sebesar Rp. 452.815.927.699,07
mengalami kenaikan sebesar Rp. 28.371.054.151,34 atau 6,68% jika
dibandingkan
dengan
alokasi
tahun
2015
yang
sebesar
Rp.
424.444.873.547,73.
Belanja tidak langsung ini terdiri atas :
1) Belanja Pegawai;
2) Belanja hibah;
3) Belanja bantuan sosial;
4) Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah provinsi/kabupaten/kota
dan pemerintah desa serta Partai Politik; dan
5) Belanja tidak terduga.
b. Belanja Langsung, dialokasikan sebesar Rp. 300.381.346.496,00 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 40.728.908.614,00 atau 15,69%, jika dibandingkan
dengan alokasi tahun 2015 sebesar Rp.
259.652.437.882,00.
Belanja
Langsung terdiri atas : 1.Belanja Pegawai; 2.Belanja Barang dan Jasa; dan
3.Belanja Modal.
Kebijakan belanja pegawai tahun 2016 adalah:
a. Dasar penghitungan besaran honorarium pagi PNSD disesuaikan dengan
standar yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota Bima, dengan tetap
memperhatikan aspek kewajaran dan beban kerja;
b. Penganggaran honorarium Non PNSD hanya dapat disediakan bagi
pegawai tidak tetap yang benar-benar memiliki peranan dan kontribusi
serta yang terkait langsung dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan di
masing-masing SKPD, termasuk narasumber/tenaga ahli di luar instansi
Pemerintah.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
28
Sedangkan kebijakan belanja barang dan jasa adalah:
a. Penganggaran upah tenaga kerja dan tenaga lainnya yang terkait dengan
jasa pemeliharaan atau jasa konsultansi baik yang dilakukan secara
swakelola maupun dengan pihak ketiga agar dianggarkan pada belanja
barang dan jasa;
b. Dalam menetapkan jumlah anggaran untuk belanja barang pakai habis
agar disesuaikan dengan kebutuhan riil dan dikurangi dengan sisa
persediaan barang Tahun Anggaran 2015. Untuk menghitung kebutuhan
riil disesuaikan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, dengan
mempertimbangkan jumlah pegawai dan beban pekerjaan;
c. Penganggaran belanja perjalanan dinas daerah, baik perjalanan dinas luar
negeri maupun perjalanan dinas dalam negeri, agar dilakukan secara
selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi;
d. Untuk perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding
agar dibatasi frekuensi dan jumlah pesertanya serta dilakukan sesuai
dengan substansi kebijakan yang sedang dirumuskan, yang hasilnya
dilaporkan secara transparan dan akuntabel;
e. Penganggaran untuk penyelenggaraan rapat-rapat yang dilaksanakan di
luar kantor, workshop, seminar dan lokakarya agar dibatasi;
f. Penganggaran untuk menghadiri pelatihan terkait dengan peningkatan
SDM hanya diperkenankan untuk pelatihan yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah atau lembaga non pemerintah yang bekerjasama dan
telah mendapat akreditasi dari Instansi Pembina (Lembaga Administrasi
Negara), sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000
tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Adapun kebijakan belanja modal adalah:
a. Dalam menetapkan anggaran untuk pengadaan barang inventaris agar
dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan masing-masing SKPD. Oleh
karena itu sebelum merencanakan anggaran terlebih dahulu dilakukan
evaluasi dan pengkajian terhadap barang-barang inventaris yang tersedia
baik dari segi kondisi maupun umur ekonomisnya;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
29
b. Penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli/bangun aset
tetap, tetapi harus ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan aset tetap tersebut sampai siap digunakan.
Tabel 4.2. Rekapitulasi Rencana Belanja Daerah Kota Bima Tahun 2015 – 2016
SELISIH
No
KOMPONEN
Tahun 2015
Tahun 2016
Bertambah/
(Berkurang)
(%)
2.
BELANJA DAERAH
2.1
Belanja Tidak Langsung
424.444.873.547
452.815.927.699,07
28.371.054.151,34
6,68
2.1.1
Belanja Pegawai
400.563.176.891
433.609.231.043,07
33.046.054.151,34
8,25
2.1.2
Belanja Bunga
2.1.3
Belanja Subsidi
2.1.4
Belanja Hibah
16.868.400.000
11.493.400.000
-5.375.000.000
-31,9
2.1.5
Belanja Bantuan Sosial
5.190.885.000
4.390.885.000
-1.800.000.000
-15,4
2.1.6
Belanja bagi hasil kepada
pemeritah
provinsi/kabupaten/kota dan
pemerintah desa
2.1.7
Belanja bantuan keuangan kepada
pemeritah
provinsi/kabupaten/kota,
pemerintah desa dan Partai
Politik
822.411.656
822.411.656
0
0
2.1.8
Belanja Tidak Terduga
1.000.000.000
2.500.000.000
1.500.000.000
150
2.2
Belanja Langsung
259.652.437.882
300.381.346.496,00
40.728.908.614,00
15,7
2.2.1
Belanja Pegawai
25.448.602.800
2.2.2
Belanja Barang dan Jasa
85.828.551.497
2.2.3
Belanja Modal
753.197.274.194,63
69.099.962.764,90
10,1
-
-
116.985.172.946
Jumlah Belanja
684.097.311.429
Sumber: Dokumen APBD Kota Bima Tahun 2015, RKPD Kota Bima Tahun 2016 dan Hasil Proyeksi
4.2.2. Kebijakan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan; dan belanja tidak terduga
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
30
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada dasarnya belanja daerah terbagi atas belanja
tidak langsung dan belanja langsung.
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan, dianggarkan untuk membiayai belanja
pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja
bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota/pemerintah desa dan partai
polotik, serta belanja tak terduga.
Kebijakan belanja tidak langsung akan diarahkan sebagai berikut :
a.
Belanja Pegawai.
Belanja pegawai adalah belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan,
serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil Daerah yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja pegawai pada
tahun 2016 dialokasikan sebesar Rp. 433.609.231.043,07 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 33.046.054.151,34 atau 8,25% jika dibandingkan dengan alokasi tahun
2015 yang sebesar Rp. 400.563.176.891,73.
Adapun kebijakan belanja pegawai pada tahun anggaran 2016 antara lain :
1) Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD
disesuaikan
dengan
hasil
rekonsiliasi
jumlah
pegawai
dengan
memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD
sebesar 6% (asumsi sesuai dengan kebijakan belanja tahun sebelumnya
atau tahun anggaran 2015);
2) Untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga,
mutasi dan penambahan PNSD telah diperhitungkan acress yang besarnya
dibatasi maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok
dan tunjangan, serta estimasi alokasi untuk pembayaran gaji ke 13 PNSD
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan;
3) Untuk mengantisipasi kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai
formasi pegawai tahun anggaran berjalan dan formasi pegawai tahun
2016 serta pengangkatan CPNSD alumni STPDN tahun 2015.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
31
4) Penyediaan dana untuk membiayai penyelenggaraan jaminan kesehatan
(ASKES) bagi PNSD dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
5) Penganggaran belanja pegawai untuk Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah sebesar 5% dari target pajak daerah dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang
Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
6) Penganggaran belanja pegawai untuk pembayaran tunjangan profesi guru
PNSD dan tambahan penghasilan guru PNSD.
7) Pemberian tambahan penghasilan bagi PNSD/CPNSD dalam upaya
peningkatan prestasi kerja sesuai dengan kemampuan keuangan daerah,
yang didasarkan pada pertimbangan beban kerja, prestasi kerja, kondisi
kerja, tempat bertugas, dan kelangkaan profesi.
b. Belanja Bunga.
Penganggaran belanja bunga di alokasikan untuk memenuhi kewajiban
pembayaran bunga pinjaman yang dihitung atas kewajiban pokok pinjaman
berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang. Pada tahun 2016 belanja bunga tidak dialokasikan karena
pemerintah Kota Bima tidak memiliki kewajiban apapun kepada pihak ketiga,
dan belum memiliki rencana untuk melakukan pinjaman daerah apapun.
c.
Belanja Subsidi.
Penganggaran belanja subsidi di alokasikan untuk bantuan biaya
produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa
yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Sebagaimana
tahun-tahun sebelumnya pemerintah Kota Bima pada tahun 2016 tidak
mengalokasikan belanja subsidi, karena Pemerintah Kota Bima belum
berencana untuk memberikan subsidi kepada perusahaan/lembaga tertentu.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
32
d. Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial
Kebijakan belanja hibah dan belanja bantuan sosial antara lain :
1) Penganggaran belanja hibah di alokasikan untuk mendukung fungsi
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan oleh Pemerintah,
semi Pemerintah (seperti PMI, KONI, Pramuka, KORPRI, dan PKK),
perusahaan daerah, dan masyarakat serta organisasi kemasyarakatan,
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya;
2) Dalam menentukan organisasi atau lembaga yang akan diberikan hibah,
dilakukan secara selektif, akuntabel, transparan dan berkeadilan dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku;
3) Pemberian bantuan sosial
kepada
kelompok/anggota masyarakat
dilakukan sesuai dengan ketentuan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber
dari APBD sebagaimana telah dirubah dengan Permendagri Nomor 39
Tahun 2012. Disamping itu, penetapan besaran bantuan tidak melebihi
batas toleransi untuk penunjukan langsung sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
telah dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012;
4) Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pengelolaan anggaran daerah,
telah diupayakan pembatasan terhadap jumlah alokasi anggaran belanja
hibah dan bantuan sosial dan format pertanggungjawabannya telah
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5) Pada
tahun 2016 Pemerintah
Kota Bima merencanakan
untuk
mengalokasikan anggaran belanja hibah sebesar Rp. 11.493.400.000,00.
Sedangkan
belanja
bantuan
sosial
direncanakan
sebesar
Rp. 4.390.885.000,00.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
33
e.
Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah
desa.
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil
yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau
pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Pada tahun 2016 sebagaimana tahun-tahun
sebelumnya pemerintah Kota Bima tidak mengalokasikan anggaran untuk
belanja bagi hasil.
f.
Belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan
pemerintah desa serta partai politik.
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah kabupaten/kota kepada
pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya serta partai politik dalam
rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. bersifat
umum artinya peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya
kepada pemerintah daerah/pemerintah desa dan partai politik penerima
bantuan, dan bersifat khusus artinya peruntukan dan pengelolaannya
diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan. Pada tahun
2016 pemerintah Kota Bima mengalokasikan anggaran belanja bantuan
keuangan kepada partai politik yang anggotanya duduk sebagai anggota DPRD
sebesar Rp. 822.411.656,00.
g.
Belanja tak terduga
Penetapan anggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional
dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2015 dan estimasi
kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan
pengaruh pemerintah daerah, serta tidak biasa/tanggap darurat, yang
mendesak, dan tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada
Tahun Anggaran 2016 (penanggulangan bencana alam dan bencana sosial).
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
34
Pada tahun anggaran 2016 pemerintah Kota Bima merencanakan alokasi
anggaran sebesar Rp. 2.500.000.000,- untuk jenis belanja tak terduga.
Tabel 4.3 Proyeksi Belanja Tidak Langsung Tahun 2015 s.d Tahun 2016
Jumlah
NO
URAIAN
Tahun Berjalan
2015
Proyeksi /Target
pada Tahun
Rencana 2016
(1)
(2)
(4)
(5)
2
Belanja Daerah
2.1
Belanja Tidak Langsung
2.1.1
Belanja pegawai
2.1.2
Belanja bunga
2.1.3
Belanja subsidi
2.1.4
Belanja hibah
2.1.5
Belanja bantuan sosial
2.1.6
2.1.7
2.1.8
Belanja bagi hasil kepada
Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah
Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/kota/Pemerintahan
Desa dan Partai Politik
Belanja tidak terduga
JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG
400.563.176.891,73
433.609.231.043,07
16.868.400.000,00
11.493.400.000,00
5.190.885.000,00
4.390.885.000,00
822.411.656,00
822.411.656,00
1.000.000.000
2.500.000.000,00
424.444.873.547,73
452.815.927.699,07
Sumber : APBD Kota Bima tahun 2015, RKPD Tahun 2016 dan Hasil Proyeksi
4.2.3. Kebijakan Pembangunan Daerah, Kendala yang Dihadapi, Strategi dan
Prioritas Pembangunan Daerah.
4.2.3.1. Kebijakan Pembangunan Daerah
Tema pembangunan daerah Kota Bima tahun anggaran 2016 sebagaimana
telah ditetapkan dalam RKPD Kota Bima Tahun 2016 adalah: “Memperkokoh pilar
ekonomi daerah melalui pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan
dan percepatan pembangunan kota tepian air (waterfront city)”.
4.2.3.2. Kendala Yang Dihadapi
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
35
Sebagaimana telah dijelaskan dalam dokumen RKPD Kota Bima tahun
2016, kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Bima dalam melaksanakan
pembangunan secara umum adalah sebagai berikut:
a. Bidang Sosial Budaya
1) Pelayanan kesehatan masih sangat terbatas sehingga banyak sekali pasien
dan masyarakat yang harus dirujuk ke Kota Mataram maupun Denpasar.
Hal ini disebabkan oleh minimnya ketersediaan sarana dan prasarana
maupun fasilitas pelayanan kesehatan yang baik serta kurang tersedianya
tenaga medis khususnya dokter spesialis yang memadai di Kota Bima;
2) Mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang terasuransi
kesehatan (Jamkesmas, Jamkesda dan ASKES) masih harus ditingkatkan;
dan perlu diberikan perhatian pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat
yang belum terasuransi;
3) Pemerataan pelayanan kesehatan belum menjangkau ke seluruh wilayah
Kota Bima terutama pada pelayanan penyakit tertentu antara lain HIV AIDS,
gangguan kejiwaan dan TB Paru;
4) Advokasi terhadap perilaku hidup sehat masih cukup lemah sehingga PHBS
belum menjadi budaya hidup warga Kota Bima;
5) Angka/prosentase jumlah rumah sehat di Kota Bima masih cukup rendah
yang diindikasikan dengan masih tingginya prosentase masyarakat yang
tidak memiliki sanitasi rumahtangga dan sumber air bersih;
6) Partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan dan
pelayanan publik masih rendah;
7) Akses dan layanan pendidikan yang bermutu dalam berbagai jenjang
pendidikan masih belum optimal;
8) Masih rendahnya pengarusutamaan gender (PUG) dalam pembangunan dan
upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak;
9) Pengembangan dan pemanfaatan potensi pariwisata dan budaya lokal
belum optimal;
10) Masih adanya konflik sosial, kenakalan remaja dan penyakit masyarakat
seperti minuman keras;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
36
11) Belum optimalnya reformasi birokrasi dan tatakelola pemerintahan.
b. Bidang ekonomi
1) Angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin yang masih relatif tinggi
2) Tumbuhnya wirausaha baru belum didukung oleh penguatan kapasitas
yang memadai baik dari aspek lokasi usaha, permodalan, ketrampilan,
maupun jaringan dan informasi pemasaran;
3) Masih rendahnya pemanfaatan sumber daya lokal dalam pengembangan
industri rumah tangga dan industri kecil menengah;
4) Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan penggunaan lainnya dalam
kawasan perkotaan belum diantisipasi dengan program intensifikasi pada
lahan-lahan pertanian berkelanjutan;
5) Pengelolaan jaringan irigasi tersier dalam rangka ketahanan pangan belum
dikelola secara optimal;
6) Pengembangan industri olahan berbasis pertanian dan perikanan masih
kurang diperhatikan baik perencanaan maupun pendanaannya;
7) Bantuan modal usaha bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum
merata akibat tersendatnya pergerakan dana bergulir pada masyarakat.
8) Keberadaan Pedagangan Kaki Lima (Lima) belum dikelola dan ditata secara
optimal.
9) Prasarana dan sarana ekonomi masih terbatas dalam rangka mendukung
peran dan fungsi
Kota Bima sebagai kawasan strategis nasional dan
kawasan strategis Propinsi NTB.
c. Bidang Infrastruktur, Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
1) Pertumbuhan kawasan yang tidak terkendali dan tertata dengan baik telah
menimbulkan kawasan-kawasan kumuh (slump area) disamping hunian
liar (squatter settlement) yang pada umumnya menempati lokasi di daerah
pesisir pantai dan bantaran sungai. Kawasan-kawasan ini pada dasarnya
juga merupakan kantong-kantong kemiskinan Kota yang memiliki akses
yang sangat baik dengan kawasan perdagangan dan jasa pada pusat Kota.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
37
2) Penyediaan air bersih melalui jaringan perpipaan di Kota Bima masih
dilaksanakan oleh PDAM Kabupaten Bima. Hingga saat ini tingkat
pelayanan PDAM baru mencapai kurang dari 30 persen, bahkan
menunjukan indikasi makin menurun pencapaiannya yang antara lain
disebabkan oleh masih kurang baiknya manajemen pengelolaanya. Hal ini
berdampak pada terjadinya eksploitasi air tanah secara masif oleh
masyarakat secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
3) Akibat penggundulan hutan dimasa lalu dan masih rendahnya upaya-upaya
rehabilitasi hutan dan lahan pada saat ini menyebabkan daerah tangkapan
hujan di hulu dapat mengganggu daur hidrologi kota. Hal ini menyebabkan
jika terjadi intensitas hujan yang tinggi di daerah hulu dalam beberapa saat
menyebabkan banjir kiriman pada daerah hilir kota yang bermuara di
sungai Padolo (kelurahan Paruga dan Dara) dan sungai Melayu (Kelurahan
Melayu).
4) Beberapa wilayah yang berlokasi di dataran tinggiseperti Kelurahan Oi Fo'O
dan Nitu justru mengalami kekeringan dan kesulitan air baku baik untuk
memenuhi kebutuhan air minum maupun irigasi.
5) Pengembangan Kawasan Pesisir Kota Bima dimulai dari Pintu gerbang Ni'u
(kelurahan Dara) hingga pantai Kolo/So Ati (Kelurahan Kolo) dengan
konsep Kota Tepian Air (waterfront city) Kota Bima perlu mendapat
dukungan yang berarti baik dalam hal perencanaan maupun dalam
implementasi melalui pembiayaan APBD maupun APBN.
6) Parkir merupakan permasalahan tersendiri yang telah terjadi cukup lama
tanpa ada penyelesaian yang berarti. Permasalahan parkir kota yang masih
semrawut terutama pada sepanjang koridor jalan utama kawasan pusat
perdagangan dan jasa telah menyebabkan kemacetan pada jam-jam
tertentu yang menjadi puncak kesibukan masyarakat kota. Manajemen
pengelolaan parkir belum tertata dengan baik, khusus pada aspek finansial
juga memiliki permasalahan yang sama dimana pendapatan asli daerah dari
sektor parkir masih jauh dari potensi yang dimilikinya.
7) Kebutuhan wilayah akan tersedianya terminal AKAP type A sudah semakin
mendesak.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
38
8) Optimalisasi fungsi jaringan irigasi pada daerah irigasi yang ada belum
menjadi perhatian yang sungguh-sungguh dalam rangka penciptaan
ketahanan pangan daerah.
9) Pembukaan jalan ekonomi dan atau jalan usaha tani dengan dukungan
pemeliharaan jalan dan jembatan Kota Bima sangat dibutuhkan untuk
memberikan akses kegiatan ekonomi masyarakat.
10) Tingginya pertumbuhan fasilitas perumahan di Kota Bima baik secara
swadaya mandiri maupun oleh pengembang (developer) perumahan belum
di dukung dengan dokumen master plan perumahan yang ditindaklanjuti
dengan Peraturan Daerah yang mengatur tentang ijin dan persyaratan
pengadaan perumahan oleh masyarakat dan swasta.
11) Sejalan dengan diselesaikannya PERDA No. 04 tahun 2012 tentang RTRW
Kota Bima Tahun 2011-2031, maka perlu diikuti segera dengan percepatan
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) pada tiap Kecamatan
maupun kawasan strategis sehingga dapat menjadi dasar bagi pemanfaatan
tata ruang dan pengendaliannya.
12) Upaya perbaikan pelayanan pemberian ijin mendirikan bangunan (IMB)
sebagai salah satu instrumen pengendalian pemanfaatan ruang sangat
diperlukan mengingat Kota Bima termasuk salah satu dari 16 Kota se
Indonesia dengan pelayanan publik paling rendah, termasuk diantaranya
adalah belum optimalnya pelayanan pemberian IMB.
Masih rendahnya kondisi sanitasi lingkungan dan perumahan
4.2.3.3. Strategi dan Prioritas Pembangunan Daerah
Prioritas pembangunan tahun 2016 merupakan hasil sinkronisasi antara
prioritas RPJMD Kota Bima Tahun 2013-2018 dengan agenda prioritas
pembangunan nasional (Nawacita) serta arah kebijakan nasional dalam RPJMN
2015 – 2019 berdasarkan 3 (tiga) dimensi pembangunan nasional yang telah
ditetapkan, yaitu meliputi :
Prioritas 1
:
Meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
39
Prioritas 2
:
Mempercepat pembangunan infastruktur untuk pertumbuhan
dan pemerataan
Prioritas 3
:
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan
rakyat yang berkeadilan
Prioritas 4
:
Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam
serta penguatan penguatan ekonomi lokal
Prioritas 5
:
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan
penanganan perubahan iklim
Prioritas 6
:
Meningkatkan pelayanan publik yang prima dan tata kelola
pemerintahan yang baik
Prioritas 7
:
Meningkatkan program penanggulangan kemiskinan
Lebih lanjut, sebagaimana arahan Menteri Dalam Negeri melalui Surat
Nomor: 050/1848/SJ Tanggal 14 April 2015, maka skala prioritas penyusunan
RKPD Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
a. Tercapainya
peningkatan
pelayanan
pendidikan,
pelayanan
kesehatan,
tersedianya perumahan layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan
jaminan sosial, serta pembentukan mental/karakter bangsa, budi pekerti, nilainilai patriotisme dan cinta tanah air serta semangat bela negara;
b. Mendukung terwujudnya stabilitas dan kedaulatan pangan melalui reformasi
agraria, untuk pengendalian pemanfaatan lahan pertanian, pendistribusian bibit
dan pupuk, peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan irigasi dalam upaya
peningkatan produktivitas pertanian dan nilai tambah petani untuk hidup layak
dan lebih sejahtera;
c. Tercipatanya
pemerataan
pendapatan
antar
kelompok
masyarakat,
antarwilayah, antardesa dan pinggiran serta antarkawasan. Hal tersebut
bertujuan agar tercapai pemerataan pembangunan antarwilayah yang
seimbang, yang dapat mengurangi kesenjangan pembangunan di masingmasing wilayah;
d. Terpelihara dan terbangunnya jaringan infrastruktur perhubungan baik di
bidang maritim, energi, pariwisata, maupun stabilitas dan kedaulatan pangan.
Hal tersebut bertujuan agar tersedia jaringan infastruktur perhubungan dengan
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
40
berbagai moda transportasi yang mengedepankan pelayanan cepat, tepat,
murah dan aman, sehingga akan mendorong efisiensi dan efektivitas kelancaran
arus orang dan distribusi barang serta jasa yang dapat mengurangi ekonomi
biaya tinggi dan menekan angka inflasi.
e. Penguatan dan peningkatan kapasitas aparatur daerah antara lain melalui
pendidikan, pelatihan, pendampingan dan sosialisasi regulasi dalam upaya
peningkatan kinerja sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing-masing
Dengan memperhatikan kebijakan pembangunan daerah serta kendala yang
dihadapi sebagaimana diuraikan diatas, maka prioritas pembangunan serta
program pendukung yang perlu di dorong untuk dilaksanakan oleh SKPD pada
tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. Prioritas Pembangunan Kota Bima Tahun 2016
No
1
1.1.
Program Prioritas Tahun 2016 (RPJMD)
Berdasarkan Bidang Urusan Pemerintahan
URUSAN WAJIB
Prioritas Pembangunan Kota Bima
Tahun 2016 (RKPD)
Pendidikan
Program Pendidikan Anak Usia Dini
Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan
tahun
Program pendidikan menengah
Program pendidikan non formal
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan
Program manajemen pelayanan pendidikan
1.2.
Kesehatan
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat.
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program pengembangan lingkungan sehat
Program pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular
Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan
sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas
pembantu dan jaringannya.
Program pengadaan, peningkatan sarana dan
prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah
sakit paru-paru/rumah sakit mata.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
41
No
1.3.
Program Prioritas Tahun 2016 (RPJMD)
Berdasarkan Bidang Urusan Pemerintahan
Program kemitraan peningkatan pelayanan
kesehatan
Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan
dan anak
Pekerjaan Umum
Prioritas Pembangunan Kota Bima
Tahun 2016 (RKPD)
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan
Jembatan
Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan
Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku
1.4.
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air
Minum dan Air Limbah
Perumahan
Program Pengembangan Perumahan
Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan
Bahaya Kebakaran
1.5.
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
Meningkatkan kualitas lingkungan
hidup, mitigasi bencana dan
penanganan perubahan iklim
Penataan Ruang
Program Perencanaan Tata Ruang
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
1.6.
Mempercepat pembangunan
infastruktur untuk pertumbuhan dan
pemerataan
Mempercepat pembangunan
infastruktur untuk pertumbuhan dan
pemerataan
Perencanaan Pembangunan
Program Perencanaan Pengembangan Kota-kota
menengah dan besar
Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Perencanaan Pembangunan Daerah
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
"Prioritas Pembangunan Lintas
Sektor"
Program Perencanaan Sosial Budaya
1.7.
1.8.
Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan
Sumber Daya Alam
Perhubungan
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas
Perhubungan
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana
Perhubungan
Lingkungan Hidup
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Persampahan
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber
Daya Alam
Program Peningkatan Kualitas dan Akses
Informasi SDA dan Lingkungan Hidup
Mempercepat pembangunan
infastruktur untuk pertumbuhan dan
pemerataan
Meningkatkan kualitas lingkungan
hidup, mitigasi bencana dan
penanganan perubahan iklim
Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
1.9.
Urusan Wajib Pertanahan
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
42
No
Program Prioritas Tahun 2016 (RPJMD)
Berdasarkan Bidang Urusan Pemerintahan
Program Penataan Penguasaan, pemilikan,
pengunaan dan pemanfaatan tanah
Prioritas Pembangunan Kota Bima
Tahun 2016 (RKPD)
Mempercepat pembangunan
infastruktur untuk pertumbuhan dan
pemerataan
1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil
Program Penataan Administrasi Kependudukan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
Program Penguatan Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender dan Anak
Program Peningkatan Kualitas Hidup dan
Perlindungan Perempuan
1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Meningkatkan pelayanan publik yang
prima dan tata kelola pemerintahan
yang baik
1.11.
Program Keluarga Berencana
Program Pelayanan Kontrasepsi
Program Peningkatan Penanggulangan Narkoba,
PMS Termasuk HV/AIDS
1.13. Sosial
Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas
Adat Terpencil (KAT) Dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (Pmks) Lainnya
Program Pelayanan Dan Rehabilitasi
Kesejahteraan Sosial
1.14. Ketenagakerjaan
Program Peningkatan Kualitas Dan Produktivitas
Tenaga Kerja
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
1.15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Program Pengembangan Kewirausahaan Dan
Keunggulan Kompetitif UKM
Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha
Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
1.16. Penanaman Modal Daerah
Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana
Dan Prasarana Daerah
1.17. Kebudayaan
Program Pengembangan Nilai Budaya
Program Pengelolaan Keragaman Budaya
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang inklusif dan berkelanjutan
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang inklusif dan berkelanjutan
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
1.18. Kepemudaan dan Olahraga
Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
1.19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Program Peningkatan Keamanan Dan Kenyamanan
Lingkungan
Meningkatkan kualitas sumber daya
Program Pemeliharaan Kantrantibmas Dan
manusia dan kesejahteraan rakyat
Pencegahan Tindak Kriminal
yang berkeadilan
Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
43
No
Program Prioritas Tahun 2016 (RPJMD)
Berdasarkan Bidang Urusan Pemerintahan
Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk
Menjaga Ketertiban Dan Keamanan
Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit
Masyarakat (PEKAT)
Prioritas Pembangunan Kota Bima
Tahun 2016 (RKPD)
Program Pendidikan Politik Masyarakat
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
1.20. Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian, dan Persandian
Program Peningkatan dan Pengembangan
Pengelolaan Keuangan Daerah
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal
dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
Program Penataan Peraturan Perundangundangan
Program Pembinaan dan Peningkatan Pelayanan
Publik
Program Penyuluhan dan Penanggulangan
Bencana
Program Pendidikan Kedinasan
Meningkatkan pelayanan publik yang
prima dan tata kelola pemerintahan
yang baik
Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya
Aparatur
Program Pembinaan dan Peningkatan Pelayanan
Keagamaan dan Sosial Kemasyarakatan
Program Peningkatan Pelayanan
Perizinan
1.21. Ketahanan Pangan
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
(Pertanian/Perkebunan)
Program Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan
1.22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Pedesaan/Kelurahan
Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembangunan
1.23. Statistik
Program pengembangan data/informasi/ statistic
daerah
1.24. Kearsipan
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan
Informasi Kearsipan
1.25. Komunikasi dan Informatika
Program Pengembangan Komunikasi, Informasi
dan Media Massa
Program Kerjasama Informasi Dan Media Massa
Meningkatkan pengelolaan dan nilai
tambah sumber daya alam serta
penguatan penguatan ekonomi lokal
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan
Meningkatkan pelayanan publik yang
prima dan tata kelola pemerintahan
yang baik
Meningkatkan pelayanan publik yang
prima dan tata kelola pemerintahan
yang baik
Meningkatkan pelayanan publik yang
prima dan tata kelola pemerintahan
yang baik
1.26. Perpustakaan
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
44
No
2
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
Program Prioritas Tahun 2016 (RPJMD)
Berdasarkan Bidang Urusan Pemerintahan
Program Pengembangan Budaya Baca dan
Pembinaan Perpustakaan
URUSAN PILIHAN
Pertanian
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan
Program Peningkatan Produksi
Pertanian/Perkebunan
Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
Kehutanan
Program Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
Program Perlindungan Dan Konservasi Sumber
Daya Hutan
Energi dan Sumberdaya Mineral
Program Pengawasan Dan Penertiban Kegiatan
Rakyat Yang Berpotensi Merusak Lingkungan
Program Pembinaan dan pengembangan bidang
ketenaga listrikan
Pariwisata
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Kelautan Perikanan
Program Pengembangan Budidaya Perikanan
Program Pengembangan Perikanan Tangkap
2.6.
2.7.
Program Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran
Produksi Perikanan
Perdagangan
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan
Dalam Negri
Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima Dan
Asongan
Perindustrian
Program Pengembangan Industri Kecil dan
Menengah
Prioritas Pembangunan Kota Bima
Tahun 2016 (RKPD)
Meningkatkan pelayanan publik yang
prima dan tata kelola pemerintahan
yang baik
Meningkatkan pengelolaan dan nilai
tambah sumber daya alam serta
penguatan penguatan ekonomi local
Meningkatkan kualitas lingkungan
hidup, mitigasi bencana dan
penanganan perubahan iklim
Meningkatkan kualitas lingkungan
hidup, mitigasi bencana dan
penanganan perubahan iklim
Meningkatkan pengelolaan dan nilai
tambah sumber daya alam serta
penguatan penguatan ekonomi lokal
Meningkatkan pengelolaan dan nilai
tambah sumber daya alam serta
penguatan penguatan ekonomi lokal ;
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang inklusif dan berkelanjutan
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang inklusif dan berkelanjutan
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang inklusif dan berkelanjutan
Sumber: RKPD Kota Bima Tahun 2016
Selain prioritas pembangunan sebagaimana diuraikan diatas, terdapat
beberapa sasaran pembangunan yang harus dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan sosial, politik dan kemasyarakatan, yaitu
Program peningkatan kualitas kehidupan politik, pembinaan organisasi sosial
kemasyarakatan,
peningkatan
pembinaan
generasi
muda
dan
olahraga,
peningkatan pelestarian seni dan budaya. Selanjutnya terdapat pula beberapa
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
45
program dan kegiatan yang harus dilaksanakan sehubungan pelaksanaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
4.2.4.
Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pada dasarnya belanja daerah terbagi atas belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa
belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Sedangkan, Belanja langsung merupakan
belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Belanja langsung dianggarkan untuk belanja pegawai dalam bentuk
honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan belanja modal.
Kebijakan belanja tidak langsung dan belanja langsung pemerintah kota
bima pada tahun 2016 dapat diuraikan berdasarkan urusan pemerintahan daerah
maupun berdasarkan satuan kerja perangkat daerah.
4.2.4.1. Kebijakan belanja berdasarkan urusan pemerintah daerah
Kebijakan belanja daerah berdasarkan urusan pemerintah daerah
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan berpedoman pada
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah dirubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
terbagi dalam 2 (dua) Urusan yaitu Urusan Wajib sebanyak 26 (dua puluh enam)
Urusan dan Urusan Pilihan sebanyak 8 (delapan) Urusan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintah Kota Bima telah menetapkan Peraturan
Daerah tentang Struktur Organisasi Daerah sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik daerah dalam upaya memenuhi pelayanan prima pada masyarakat.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
46
Berikut
tabel
pembagian
urusan
pemerintahan
daerah
berdasarkan
PERMENDAGRI Nomor 21 Tahun 2011 dan berdasarkan PERDA Struktur
Organisasi Pemerintah Kota Bima.
Tabel 4.3 Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan
Permendagri Nomor 21 Thn 2011 dan PERDA Struktur Pemerintah Kota
Bima Tahun 2012
PERDA STRUKTUR ORGANISASI KOTA BIMA
TAHUN 2012
PERMENDAGRI NO. 21 TAHUN 2011
KODE
URUSAN
URUSAN / SKPD
1
1
01
.
1
01
01
1
02
.
1
02
01
1
03
.
1
03
01
1
04
.
1
04
01
1
05
.
1
05
01
1
06
1
06
1
07
1
07
1
08
1
08
1
09
1
09
1
10
1
10
01
01
01
KODE URUSAN
URUSAN / SKPD
URUSAN WAJIB
1
URUSAN WAJIB
Pendidikan
1
01
.
Dinas/Badan/Kantor
1
01
01
Kesehatan
1
02
.
Dinas/Badan/Kantor
1
02
01
Pekerjaan Umum
1
03
.
Dinas/Badan/Kantor
1
03
01
Penataan Ruang
1
05
.
Dinas/Badan/Kantor
1
05
01
Perencanaan Pembangunan
1
06
Dinas/Badan/Kantor
1
06
Perhubungan
1
07
Dinas/Badan/Kantor
1
07
Lingkungan Hidup
1
08
Dinas/Badan/Kantor
1
08
01
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
Pemakaman
1
08
02
Badan Lingkungan Hidup
Kependudukan dan Catatan Sipil
1
10
Dinas/Badan/Kantor
1
10
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
(1.18)
Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga
Kesehatan
Dinas Kesehatan
Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan Umumdan
Pertambangan
Perumahan
Dinas/Badan/Kantor
Penataan Ruang
Dinas Tata Kota dan Perumahan
Perencanaan Pembangunan
01
BAPPEDA
Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika (1.25)
01
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika
Lingkungan Hidup
Pertanahan
01
01
Dinas/Badan/Kantor
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
Kependudukan dan Catatan Sipil
01
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
47
PERDA STRUKTUR ORGANISASI KOTA BIMA
TAHUN 2012
PERMENDAGRI NO. 21 TAHUN 2011
KODE
URUSAN
1
11
1
11
1
12
1
12
1
13
1
13
1
14
1
14
1
15
1
15
1
16
1
16
1
17
1
17
1
18
1
18
1
19
1
19
1
20
1
20
01
URUSAN / SKPD
KODE URUSAN
URUSAN / SKPD
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera
(1.12)
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
1
11
Dinas/Badan/Kantor
1
11
Sosial
1
13
Dinas/Badan/Kantor
1
13
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
1
15
Dinas/Badan/Kantor
1
15
Kebudayaan
1
17
Dinas/Badan/Kantor
1
17
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri
1
19
Dinas/Badan/Kantor
1
19
01
Badan Kesatuan Bangsa
1
19
02
Satuan Polisi Pamong Praja dan
Linmas
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan
Persandian
1
20
Dinas/Badan/Kantor
1
20
01
DPRD
1
20
02
Walikota dan Wakil Walikota
1
20
03
Sekretariat Daerah
1
20
04
Sekretariat DPRD
1
20
05
Inspektorat
1
20
06
Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuanga dan, Asset Daerah
01
Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana
Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera
01
01
Dinas/Badan/Kantor
Sosial dan Ketenagakerjaan (1.14)
01
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan,
Transmigrasi
Ketenagakerjaan
01
01
Dinas/Badan/Kantor
Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah, Perdagangan (2.06), dan
Perindustrian (2.07)
01
Dinas KOPERINDAG
Penanaman Modal
01
01
Dinas/Badan/Kantor
Kebudayaan dan Pariwisata (2.04)
01
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga
01
01
01
Dinas/Badan/Kantor
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri
Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian, dan Persandian
48
PERDA STRUKTUR ORGANISASI KOTA BIMA
TAHUN 2012
PERMENDAGRI NO. 21 TAHUN 2011
KODE
URUSAN
URUSAN / SKPD
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
KODE URUSAN
URUSAN / SKPD
1
20
07
Badan Kepegawaian Daerah
1
20
08
Kecamatan RasanaE Barat
1
20
09
Kecamatan RasanaE Timur
1
20
10
Kecamatan Asakota
1
20
11
Kecamatan Mpunda
1
20
12
Kecamatan Raba
1
20
13
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
1
20
14
Kelurahan Dara
1
20
15
Kelurahan Paruga
1
20
16
Kelurahan Tanjung
1
20
17
Kelurahan SaraE
1
20
18
Kelurahan Na'E
1
20
19
Kelurahan Pane
1
20
20
Kelurahan Nungga
1
20
21
Kelurahan Lelamase
1
20
22
Kelurahan Dodu
1
20
23
Kelurahan Lampe
1
20
24
Kelurahan Kodo
1
20
25
Kelurahan Kumbe
1
20
26
Kelurahan Oi Fo'o
1
20
27
Kelurahan Melayu
1
20
28
Kelurahan Jatiwangi
1
20
29
Kelurahan Jatibaru
1
20
30
Kelurahan Kolo
1
20
31
Kelurahan Penatoi
1
20
32
Kelurahan Lewirato
1
20
33
Kelurahan Sadia
1
20
34
Kelurahan Mande
1
20
35
Kelurahan Monggonao
1
20
36
Kelurahan Manggemaci
1
20
37
Kelurahan Santi
49
PERDA STRUKTUR ORGANISASI KOTA BIMA
TAHUN 2012
PERMENDAGRI NO. 21 TAHUN 2011
KODE
URUSAN
URUSAN / SKPD
KODE URUSAN
URUSAN / SKPD
1
20
38
Kelurahan Matakando
1
20
39
Kelurahan SambinaE
1
20
40
Kelurahan Panggi
1
20
41
Kelurahan Rabadompu Timur
1
20
42
Kelurahan Rabadompu Barat
1
20
43
Kelurahan Rabangodu Utara
1
20
44
Kelurahan Rabangodu Selatan
1
20
45
Kelurahan Rontu
1
20
46
Kelurahan Penaraga
1
20
47
Kelurahan PenanaE
1
20
48
Kelurahan Rite
1
20
49
Kelurahan Kendo
1
20
50
Kelurahan Ntobo
1
20
51
Kelurahan Nitu
1
20
52
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah
Ketahanan Pangan
1
21
Dinas/Badan/Kantor
1
21
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
1
22
Dinas/Badan/Kantor
1
22
Kearsipan
1
24
Dinas/Badan/Kantor
1
24
01
1
21
1
21
1
22
1
22
1
23
1
23
1
24
1
24
1
25
1
25
1
26
1
26
01
2
.
.
URUSAN PILIHAN
2
.
.
URUSAN PILIHAN
2
01
.
Pertanian
2
01
.
Pertanian
2
01
01
Dinas/Badan/Kantor
2
01
01
01
01
Ketahanan Pangan
01
01
Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan
Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Kelurahan
Statistik
01
01
Dinas/Badan/Kantor
Kearsipan dan Perpustakaan( 1.26)
Kantor Arsip dan Perpustakaan
Komunikasi dan Informatika
01
Dinas/Badan/Kantor
Perpustakaan
Dinas/Badan/Kantor
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Peternakan
50
PERDA STRUKTUR ORGANISASI KOTA BIMA
TAHUN 2012
PERMENDAGRI NO. 21 TAHUN 2011
KODE
URUSAN
2
02
2
02
2
03
2
03
2
04
2
04
2
05
2
05
2
06
2
06
2
07
2
07
2
08
2
08
01
URUSAN / SKPD
KODE URUSAN
Kehutanan
2
02
Dinas/Badan/Kantor
2
02
Kelautan dan Perikanan
2
05
Dinas/Badan/Kantor
2
05
URUSAN / SKPD
Kehutanan
01
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Energi dan Sumberdaya Mineral
01
Dinas/Badan/Kantor
Energi dan Sumberdaya Mineral
01
01
Dinas/Badan/Kantor
Kelautan dan Perikanan
01
Dinas Kelautan dan Perikanan
Perdagangan
01
Dinas/Badan/Kantor
Industri
01
Dinas/Badan/Kantor
Transmigrasi
01
Dinas/Badan/Kantor
Sumber: Permendagri 21 Tahun 2011 dan Perda Struktur Organisasi Kota Bima 2012
Urusan Wajib diselenggarakan untuk melindungi dan meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem
jaminan sosial.
Kebijakan belanja Pemerintah Kota Bima tahun 2016 dialokasikan berdasarkan
urusan pemerintah daerah yang terbagi dalam dua urusan yaitu:
a.
Urusan Wajib, di proyeksikan sebesar Rp. 723.299.568.845 dengan rincian
belanja tidak langsung sebesar Rp. 444.940.838.849,00 dan belanja langsung
sebesar Rp. 278.358.729.996,00dan
b.
Urusan Pilihan, di proyeksikan sebesar Rp. 29.897.705.350,00 dengan rincian
belanja tidak langsung sebesar Rp. 7.875.088.850,00 dan belanja langsung
sebesar Rp. 22.022.616.500,00.
Adapun alokasi anggaran belanja langsung pada masing-masing jenis
urusan akan dijelaskan sebagai berikut:
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
51
1) Urusan Wajib Pendidikan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 24.936.712.000,00.
Kebijakan Umum :
•
Penurunan angka drop out pada jenjang pendidikan sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama;
•
Peningkatan kualitas dan mutu peserta didik;
•
Peningkatan kualitas dan mutu pendidik melalui pendidikan formal
dan non formal;
•
Pemberian beasiswa miskin (BSM) dan beasiswa berprestasi serta
pencanangan sekolah gratis;
•
Peningkatan sarana dan prasana untuk semua pelayanan pendidikan
dalam rangka wajardikdas 12 tahun.
2) Urusan Wajib Kesehatan, dengan rencana alokasi anggaran belanja langsung
sebesar Rp. 22.382.500.000,00.
Kebijakan Umum :
•
Pencegahan dan penanganan gizi kurang dan gizi buruk, melalui
peningkatan pelayanan pada unit pelayanan kesehatan (Poskesdes/
polindes dan posyandu) dan peningkatan kerjasama/koordinasi
dengan SKPD terkait dalam rangka pemenuhan gizi yang cukup yang
dikhususkan pada Balita (Akses pelayanan kesehatan dan gizi yang
berkualitas bagi ibu dan anak);
•
Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan
•
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat berperilaku hidup
bersih dan sehat;
•
Menjaga ketersediaan obat dan pengawasan dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular dan wabah;
•
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh warga
masyarakat;
•
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
52
•
Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kepesertaan jaminan
kesehatan.
3) Urusan Wajib Pekerjaan Umum, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 55.878.760.000,00.
Kebijakan Umum :
a) Optimalisasi pembukaan jalan ekonomi serta rehabilitasi jalan dan
jembatan, sesuai perkembangan wilayah dan tata ruang dengan
melibatkan peran serta masyarakat;
b) Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP);
c) Peningkatan
pengendalian
pengelolaan
sumber
banjir,
penanganan
daya
air
utamanya
konservasi,
untuk
peningkatan
kondisi baik jaringan irigasi dan peningkatan ketersediaan air baku
dengan melibatkan peran serta masyarakat;
d) Penyediaan air bersih melalui jaringan perpipaan.
4) Urusan Wajib Perumahan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 2.072.615.000.
Kebijakan Umum :
a) Menjaga dan meningkatkan kualitas prasarana dan sarana dasar
perumahan dan permukiman melalui peran serta masyarakat;
b) Meningkatkan upaya rehabilitasi rumah tidak layak huni bagi
masyarakat miskin;
c) Meningkatkan fasilitasi rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
5) Urusan Wajib Penataan Ruang, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 2.477.100.000.
Kebijakan Umum :
a) Meningkatkan cakupan dan kualitas perencanaan tata ruang dengan
melibatkan peran serta masyarakat;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
53
b) Meningkatkan pengendalian tata ruang dengan melibatkan peran
serta masyarakat untuk menjaga pelestarian fungsi lingkungan;
6) Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan, dengan rencana alokasi
anggaran belanja langsung sebesar Rp. 5.514.799.183,00.
Kebijakan Umum :
•
Meningkatkan
kualitas
perencanaan
pembangunan
melalui
peningkatan partisipasi masyarakat;
•
Meningkatkan
fungsi
dokumen
perencanaan
sebagai
acuan
penelitian
untuk
pelaksanaan pembangunan;
•
Mengoptimalkan
pemanfaatan
hasil-hasil
perencanaan pembangunan;
•
Meningkatkan kualitas pengendalian perencanaan pembangunan
untuk mengefektifkan siklus pembangunan.
7) Urusan Wajib Perhubungan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 2.869.752.000.
Kebijakan Umum :
a) Menjaga dan meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan
dengan melibatkan peran serta masyarakat;
b) Meningkatkan manajemen lalu lintas;
c) Meningkatkan tertib berlalu lintas untuk mengurangi tingkat
kecelakaan.
8) Urusan Wajib Lingkungan Hidup, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 14.230.474.000.
Kebijakan Umum :
a) Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara
berkelanjutan melalui peran serta masyarakat;
b) Peningkatan
peran
serta
masyarakat
dalam
pengembangan
pengelolaan persampahan yang berkelanjutan sehingga terwujud
masyarakat yang bersih, sehat dan kreatif.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
54
c) Menjaga
kuantitas
dan
kualitas
sumberdaya
alam
secara
berkelanjutan melalui rehabilitasi, konservasi dan peran serta
masyarakat;
d) Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan.
9) Urusan Wajib Pertanahan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 5.223.462.600,00.
Kebijakan Umum :
• Meningkatkan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang;
• Meningkatkan pengendalian pemanfaatan dan penggunaan tanah untuk
mengurangi alih fungsi lahan pertanian;
10) Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil, dengan rencana alokasi
anggaran belanja langsung sebesar Rp. 2.129.608.000,00.
Kebijakan Umum :
• Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan;
• Meningkatkan kualitas
pengelolaan
dokumen,
data dan informasi
kependudukan;
• Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
untuk
mewujudkan
tertib
administrasi kependudukan.
11) Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dengan
rencana alokasi anggaran belanja langsung sebesar Rp. 1.329.573.000,00.
Kebijakan Umum :
•
Meningkatkan peran perempuan dalam segala aspek pembangunan
melalui peningkatan akses ekonomi, sosial, dan budaya;
•
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya perempuan dalam
pembangunan;
•
Meningkatkan kualitas
perlindungan dan pelayanan terhadap
perempuan dan anak.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
55
12) Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, dengan
rencana alokasi anggaran belanja langsung sebesar Rp. 1.073.040.000,Kebijakan Umum :
•
Mengendalikan pertumbuhan
penduduk untuk mewujudkan
keluarga kecil yang sejahtera;
•
Meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga dalam upaya
mewujudkan keluarga sejahtera;
•
Meningkatkan jaringan pelayanan dan partisipasi masyarakat
dalam program Keluarga Berencana.
13) Urusan Wajib Sosial, dengan rencana alokasi anggaran belanja langsung
sebesar Rp. 1.793.000.000,00.
Kebijakan Umum :
•
Meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan keluarga miskin;
•
Meningkatkan jejaring dan pembinaan organisasi social masyarakat
dalam kepedulian kesejahteraan sosial;
•
Meningkatkan pembinaan PMKS melalui pemberdayaan dan peran
aktif masyarakat dalam pendampingan;
•
Meningkatkan pencegahan penyalahgunaan napza melalui kesadaran
dan partisipasi masyarakat.
14) Urusan Wajib Ketenagakerjaan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 603.000.000,00
Kebijakan Umum :
•
Meningkatkan
kesempatan
kerja
dengan
menciptakan
dan
memperluas lapangan kerja melalui peran serta masyarakat dan
swasta;
•
Meningkatkan daya saing, perlindungan tenaga kerja dan keserasian
hubungan industrial.
15) Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dengan rencana alokasi
anggaran belanja langsung sebesar Rp. 1.911.000.000,00
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
56
Kebijakan Umum :
Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah ini dalam rangka
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan juga
mendukung keberhasilan misi 4 RPJMD 2013-2018 (Menjadikan
masyarakat SEJAHTERA berbasiskan pembangunan ekonomi lokal dengan
penyediaan infrastruktur yang memadai dan diikuti perluasan akses
ekonomi dalam upaya penguatan struktur ekonomi lokal yang berdaya
saing dengan dukungan stabilitas sosial politik dan keamanan), dengan
strategi Fasilitasi permodalan, promosi, kerjasama usaha, ketrampilan dan
informasi usaha melalui:
a) Meningkatkan akses modal, kualitas SDM,
kualitas kelembagaan
koperasi dan kesejahteraan anggota;
b) Mengembangkan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM.
c) Mengembangkan system pendukung usaha bagi Usaha Mikro Kecil.
16)
Urusan Wajib Kebudayaan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 2.196.546.920,00.
Kebijakan Umum :
a) Mengembangkan dan melestarikan nilai–nilai budaya dan kearifan
lokal;
b) Meningkatkan pengelolaan dan pelestarian cagar budaya;
c) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelestarian budaya dan
nilai-nilai kearifan lokal.
17) Urusan Wajib Kepemudaan dan Olahraga, dengan rencana alokasi anggaran
belanja langsung sebesar Rp. 1.115.000.000,00
Kebijakan Umum :
•
Mengembangkan
potensi
generasi
muda melalui
peningkatan
kesempatan pendidikan, ketrampilan, dan kewirausahaan;
•
Meningkatkan wawasan kebangsaan dan budi pekerti bagi generasi
muda;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
57
•
Meningkatkan prestasi dan prasarana dan sarana olah raga melalui
peran serta masyarakat dan swasta.
18) Urusan Wajib Penanaman Modal Daerah,dengan rencana alokasi anggaran
belanja langsung sebesar Rp. 120.000.000,Kebijakan Umum :
• Meningkatkan minat investasi melalui promosi;
• Optimalisasi sistem dan prosedur pelayanan perizinan investasi;
• Meningkatkan jejaring investasi di tingkat lokal, regional, nasional dan
internasional.
19) Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Plotik Dalam Negeri,dengan rencana
alokasi anggaran belanja langsung sebesar Rp. 8.519.962.780,00.
Kebijakan Umum :
• Mendukung stabilitas daerah melalui peran serta masyarakat dalam
menjaga ketentraman dan ketertiban;
• Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan
penyakit masyarakat;
• Meningkatkan semangat nasionalisme dan wawasan kebangsaan di
masyarakat;
20) Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian,
dengan
rencana
alokasi
anggaran
belanja
langsung
sebesar
Rp. 107.008.144.833,00.
Kebijakan Umum :
• Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme aparatur pemerintah;
• Meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah
sesuai peraturan perundang-undangan sehingga status Wajar Tanpa
Pengecualian dapat diperoleh.
• Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah;
• Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
58
• Meningkatkan partisipasi, transparansi dan akuntabilitas pemerintah
daerah;
• Meningkatkan
pengawasan
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pembangunan;
• Meningkatkan kesadaran dan penegakan hukum bagi aparat dan
masyarakat;
• Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana;
• Menjaga dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penanggulangan
bencana alam melalui peran serta masyarakat untuk mengurangi resiko
bencana.
20)
Urusan Wajib Ketahanan Pangan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 2.479.000.000,00.
Kebijakan Umum :
Urusan Wajib Ketahanan Pangan ini dalam rangka mewujudkan kedaulatan
pangan yang meliputi ketersediaan dan kecukupan konsumsi energi dan
protein untuk masyarakat. Disamping itu prioritas ini juga mendukung
keberhasilan misi 4 RPJMD 2013-2018 (Menjadikan masyarakat SEJAHTERA
berbasiskan pembangunan ekonomi lokal dengan penyediaan infrastruktur
yang memadai dan diikuti perluasan akses ekonomi dalam upaya penguatan
struktur ekonomi lokal yang berdaya saing dengan dukungan stabilitas sosial
politik dan keamanan), meliputi :
a) Meningkatkan ketersediaan pangan, kelancaran distribusi pangan dan
mengoptimalkan sistem pengamanan pangan.
21) Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa/Kelurahan, dengan
rencana alokasi anggaran belanja langsung sebesar Rp. 6.280.079.680,00.
Kebijakan Umum :
• Meningkatkan penguatan kelembagaan masyarakat desa;
• Meningkatkan peran kelembagaan masyarakat desa dalam pembangunan;
• Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan;
• Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah kelurahan.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
59
23) Urusan Wajib Statistik, dengan rencana alokasi anggaran belanja langsung
sebesar Rp. 50.000.000,Kebijakan Umum :
• Meningkatkan kuantitas dan kualitas data dan informasi untuk mendukung
pembangunan;
• Meningkatkan pelayanan data (numerik dan spasial) kepada masyarakat.
24) Urusan Wajib Kearsipan, dengan rencana alokasi anggaran belanja langsung
sebesar Rp. 587.713.768,00.
Kebijakan Umum :
• Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan arsip;
• Meningkatkan kesadaran birokrasi dalam pengelolaan arsip;
• Meningkatkan pengelolaan arsip menuju sistem kearsipan secara baku;
25) Urusan Wajib Komunikasi Dan Informatika, dengan rencana alokasi
anggaran belanja langsung sebesar Rp. 3.851.600.000.
Kebijakan Umum :
a) Meningkatkan aksessibilitas data dan informasi bagi seluruh instansi dan
masyarakat;
b) Mengembangkan e-Gov untuk meningkatkan pelayanan pemerintahan,
masyarakat dan dunia usaha;
c) Optimalisasi kebijakan dan fasilitasi sarana prasarana bidang teknologi
informasi dan komunikasi bagi pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
dalam mendukung pembangunan.
26) Urusan Wajib Perpustakaan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 340.286.232,00
Kebijakan Umum :
Meningkatkan minat baca masyarakat dan sarana dan
prasarana perpustakaan
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
60
27) Urusan Pilihan Pertanian, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 6.584.985.000,00.
Kebijakan Umum :
Urusan pilihan pertanian ini dalam rangka peningkatan produksi pertanian
Kota Bima di samping itu urusan wajib pertanian ini juga mendukung
keberhasilan misi 4 RPJMD 2013-2018 (Menjadikan masyarakat SEJAHTERA
berbasiskan pembangunan ekonomi lokal dengan penyediaan infrastruktur
yang memadai dan diikuti perluasan akses ekonomi dalam upaya penguatan
struktur ekonomi lokal yang berdaya saing dengan dukungan stabilitas sosial
politik dan keamanan), dengan strategi Pengembangan potensi ekonomi
daerah melalui Intensifikasi dan ekstensifikasi meliputi :
a) Meningkatkan produksi dan produktifitas pertanian tanaman pangan,
hortikultura, dan peternakan.
b) Meningkatkan
kualitas
budidaya,
pengelolaan
pasca
panen
dan
pengembangan jaringan pemasaran hasil pertanian
c) Meningkatkan pemberdayaan kelompok tani tanaman pangan, dan
peternakan dengan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan inovasi
petani tanaman pangan, dan peternakan;
28) Urusan Pilihan Kehutanan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 3.700.350,00.
Kebijakan Umum :
Urusan pilihan kehutanan ini dalam rangka peningkatan produksi hasil hutan
dan perkebunan Kota Bima di samping itu juga mendukung keberhasilan misi
4 RPJMD 2013-2018 (Menjadikan masyarakat SEJAHTERA berbasiskan
pembangunan ekonomi lokal dengan penyediaan infrastruktur yang memadai
dan diikuti perluasan akses ekonomi dalam upaya penguatan struktur
ekonomi lokal yang berdaya saing dengan dukungan stabilitas sosial politik
dan keamanan), dengan strategi Pengembangan potensi ekonomi daerah
melalui Intensifikasi dan ekstensifikasi meliputi :
a) Meningkatkan produksi dan produktifitas hutan dan perkebunan
b) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan kelompok tani hutan;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
61
c) Meningkatkan fungsi hutan sebagai wilayah penyangga air.
29) Urusan Pilihan Energi Dan Sumber Daya Mineral, dengan rencana alokasi
anggaran belanja langsung sebesar Rp. 1.423.131.500.
Kebijakan Umum :
a) Meningkatkan pengendalian pemanfaatan sumberdaya mineral
dengan peran serta masyarakat;
b) Meningkatkan
pengelolaan
Sumber
Daya
Mineral
dengan
memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan;
c) Meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan;
d) Meningkatkan cakupan pelayanan energi.
30) Urusan Pilihan Pariwisata, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp1.930.000.000,00.
31) Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan, dengan rencana alokasi anggaran
belanja langsung sebesar Rp. 4.827.150.000,00.
Kebijakan Umum :
Urusan pilihan kelautan dan perikanan ini dalam rangka peningkatan produksi
dan produktifitas hasil perikanan dan kelautan Kota Bima di samping itu juga
mendukung keberhasilan misi 4 RPJMD 2013-2018 (Menjadikan masyarakat
SEJAHTERA berbasiskan pembangunan ekonomi lokal dengan penyediaan
infrastruktur yang memadai dan diikuti perluasan akses ekonomi dalam upaya
penguatan struktur ekonomi lokal yang berdaya saing dengan dukungan
stabilitas sosial politik dan keamanan), dengan strategi Pengembangan potensi
ekonomi daerah melalui Intensifikasi dan ekstensifikasi meliputi :
a) Meningkatkan pemberdayaan kelompok tani ikan;
b) Meningkatkan produksi dan pemasaran hasil-hasil perikanan.
32) Urusan Pilihan Perdagangan, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 2.675.000,00.
Kebijakan Umum :
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
62
Urusan perdagangan ini dalam rangka tersedianya sarana dan prasarana
perekonomian yang memadai, pelaku usaha yang professional
juga
mendukung keberhasilan misi 4 RPJMD 2013-2018 (Menjadikan masyarakat
SEJAHTERA berbasiskan pembangunan ekonomi lokal dengan penyediaan
infrastruktur yang memadai dan diikuti perluasan akses ekonomi dalam upaya
penguatan struktur ekonomi lokal yang berdaya saing dengan dukungan
stabilitas sosial politik dan keamanan), dengan strategi optimalisasi potensi
ekonomi Kota Bima sebagai upaya memperkuat struktur ekonomi melalui:
a) Optimalisasi Pembangunan pasar baru dan pengembangan serta penataan
sarana dan prasarana perdagangan pada kawasan strategis ekonomi
b) Pembangunan lapak dan penataan kawasan kaki lima.
c) Meningkatkan kewirausahaan dengan fasilitasi pengembangan usaha bagi
pedagang/usaha informal;
d) Mengembangkan manajemen usaha perdagangan, pengendalian distribusi,
promosi, kerjasama usaha, informasi usaha.
e) Meningkatkan perlindungan konsumen dan meningkatkan perlindungan
terhadap pedagang tradisional;
33) Urusan Pilihan Perindustrian, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 902.000.000,00.
Kebijakan Umum :
Urusan perindustrian ini dalam rangka tersedianya sarana dan prasarana
perekonomian yang memadai, pelaku IKM yang professional juga mendukung
keberhasilan misi 4 RPJMD 2013-2018 (Menjadikan masyarakat SEJAHTERA
berbasiskan pembangunan ekonomi lokal dengan penyediaan infrastruktur
yang memadai dan diikuti perluasan akses ekonomi dalam upaya penguatan
struktur ekonomi lokal yang berdaya saing dengan dukungan stabilitas sosial
politik dan keamanan), dengan strategi optimalisasi potensi ekonomi Kota
Bima sebagai upaya memperkuat struktur ekonomi melalui:
a) Mengembangkan sentra industri dengan mengutamakan potensi sumber
daya lokal;
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
63
b) Meningkatkan
penguasaan,
pengembangan
dan
penerapan
ilmu
pengetahuan dan teknologi IKM;
c) Meningkatkan akses permodalan bagi usaha industri mikro dan kecil serta
perluasan jaringan pemasaran.
34) Urusan Pilihan Ketransmigrasian, dengan rencana alokasi anggaran belanja
langsung sebesar Rp. 30.000.000,Kebijakan belanja berdasarkan bidang urusan pemerintahan daerah pada tahun
2016 dapat diuraikan secara jelas pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4.
Kebijakan Belanja Berdasarkan Bidang Urusan Pemerintahan Daerah
KODE
BIDANG URUSAN
PEMERINTAH DAERAH
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
BELANJA LANGSUNG
TOTAL BELANJA
1
2
3
4
5
1
URUSAN WAJIB
1
1
Pendidikan
261.652.625.226,00
24.936.712.000,00
286.589.337.226,00
1
2
Kesehatan
29.786.648.224,00
22.797.500.000,00
52.584.148.224,00
1
3
Pekerjaan Umum
3.622.409.594,00
55.878.760.000,00
59.501.169.594,00
1
4
Perumahan
0,00
2.072.615.000,00
2.072.615.000,00
1
5
Penataan Ruang
2.034.146.897,00
2.477.100.000,00
4.511.246.897,00
1
6
Perencanaan Pembangunan
2.740.711.438,00
5.514.799.183,00
8.255.510.621,00
1
7
Perhubungan
3.346.588.981,00
2.869.752.000,00
6.216.340.981,00
1
8
Lingkungan Hidup
9.455.450.842,00
15.200.474.000,00
24.655.924.842,00
1
9
0,00
5.223.462.600,00
5.223.462.600,00
1
10
Pertanahan
Kependudukan dan Catatan
Sipil
2.799.372.541,00
2.129.608.000,00
4.928.980.541,00
1
11
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
3.274.258.488,00
1.329.573.000,00
4.603.831.488,00
1
12
Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera
0,00
1.073.040.000,00
1.073.040.000,00
1
13
Sosial
2.105.469.960,00
1.793.000.000,00
3.898.469.960,00
1
14
Ketenagakerjaan
0,00
603.000.000,00
603.000.000,00
1
15
Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah
2.057.183.777,00
1.911.000.000,00
3.968.183.777,00
1
16
Penanaman Modal Daerah
0,00
120.000.000,00
120.000.000,00
1
17
Kebudayaan
1.824.331.379,00
2.196.546.920,00
4.020.878.299,00
1
18
Kepemudaan dan Olahraga
0,00
1.115.000.000,00
1.115.000.000,00
1
19
Kesatuan Bangsa dan Politik
Dalam Negeri
5.228.977.840,00
8.519.962.780,00
13.748.940.620,00
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
64
KODE
BIDANG URUSAN
PEMERINTAH DAERAH
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
BELANJA LANGSUNG
TOTAL BELANJA
1
2
3
4
5
1
20
Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian, dan Persandian
1
21
1
1
107.579.080.015,00
107.008.144.833,00
214.587.224.848,00
Ketahanan Pangan
4.626.700.111,00
2.479.000.000,00
7.105.700.111,00
22
Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Kelurahan
2.144.490.819,00
6.280.079.680,00
8.424.570.499,00
23
Statistik
0,00
50.000.000,00
50.000.000,00
1
24
Kearsipan
662.392.717,00
587.713.768,00
1.250.106.485,00
1
25
Komunikasi dan Informatika
0,00
3.851.600.000,00
3.851.600.000,00
1
26
Perpustakaan
0,00
340.286.232,00
340.286.232,00
444.940.838.849,00
278.358.729.996,00
723.299.568.845,00
JUMLAH URUSAN WAJIB(1)
2
URUSAN PILIHAN
2
1
Pertanian
3.400.235.541,00
6.534.985.000,00
9.935.220.541,00
2
2
2.277.677.731,00
3.700.350.000,00
5.978.027.731,00
2
3
Kehutanan
Energi Dan Sumber Daya
Mineral
0,00
1.423.131.500,00
1.423.131.500,00
2
4
Pariwisata
0,00
1.930.000.000,00
1.930.000.000,00
2
5
Kelautan Dan Perikanan
2.197.175.578,00
4.827.150.000,00
7.024.325.578,00
2
6
Perdagangan
0,00
2.675.000.000,00
2.675.000.000,00
2
7
Perindustrian
0,00
902.000.000,00
902.000.000,00
2
8
Ketransmigrasian
JUMLAH URUSAN PILIHAN
(2)
0,00
30.000.000,00
30.000.000,00
7.875.088.850,00
22.022.616.500,00
29.897.705.350,00
452.815.927.699,00
300.381.346.496,00
753.197.274.195,00
TOTAL BELANJA ( 1 + 2 )
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
4.2.4.2. Kebijakan belanja berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).
Penyusunan
Program
kegiatan
didasarkan
pada
nomenklatur
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Permendagri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Selanjutnya berdasarkan ketentuan
perundangan yang ada, kodefikasi program dan kegiatan dimaksud merupakan
pilihan bukan acuan baku, yang mana kodefikasi program dan kegiatan dimaksud
dapat
mengalami
penambahan
sesuai
dengan
kebutuhan
obyektif
dan
karakteristik daerah.
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
65
Kebijakan belanja yang dialokasikan pada masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah pada tahun 2016 tetap berpedoman pada Peraturan Walikota
Nomor 26 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota
Bima Tahun 2016 yang telah menetapkan 7 (tujuh) prioritas pembangunan daerah
pada tahun 2016. Adapun kebijakan alokasi belanja daerah berdasarkan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah sebagaimana terlihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4.5
Kebijakan Alokasi Belanja Berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD)
PLAFON ANGGARAN 2016
KODE
SKPD
1
2
1
1
1
Dinas Pendidikan,
Pemuda Dan Olahraga
1
2
1
Dinas Kesehatan
1
3
1
Dinas Pekerjaan Umum
1
5
1
1
6
6
1
7
7
1
8
8
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
BELANJA LANGSUNG
TOTAL PAGU
3
4
5
261.652.625.226,00
26.051.712.000,00
287.704.337.226,00
29.786.648.224,00
22.382.500.000,00
52.169.148.224,00
3.622.409.594,00
57.301.891.500,00
60.924.301.094,00
2.034.146.897,00
3.074.715.000,00
5.108.861.897,00
2.740.711.438,00
5.684.799.183,00
8.425.510.621,00
3.346.588.981,00
4.365.352.000,00
7.711.940.981,00
7.591.509.987,00
12.148.474.000,00
19.739.983.987,00
Badan Lingkungan Hidup
1.863.940.855,00
2.657.000.000,00
4.520.940.855,00
2.799.372.541,00
2.129.608.000,00
4.928.980.541,00
Dinas Tata Kota Dan
Perumahan
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika
Dinas Kebersihan,
Pertamanan Dan
Pemakaman
1
10
10
Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil
1
11
11
Badan Pemberdayaan
Perempuan dan KB
3.274.258.488,00
2.402.613.000,00
5.676.871.488,00
1
13
13
Dinas Sosial, Tenaga Kerja
dan Transmigrasi
2.105.469.960,00
2.426.000.000,00
4.531.469.960,00
1
15
15
Dinas Koperasi,
Perindustrian Dan
Perdagangan
2.057.183.777,00
5.368.000.000,00
7.425.183.777,00
1
17
17
1.824.331.379,00
4.126.546.920,00
5.950.878.299,00
1
19
1
1.691.515.179,00
1.849.962.780,00
3.541.477.959,00
1
19
2
3.537.462.661,00
6.000.000.000,00
9.537.462.661,00
1
20
1
1
20
2
1
20
3
Sekretariat Daerah
1
19
4
Sekretariat Dprd
Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata
Badan Kesatuan Bangsa
dan Perlindungan
Masyarakat
Kantor Satuan Polisi
Pamong Praja
Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah
Walikota & Wakil
Walikota
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
4.629.661.680,00
4.629.661.680,00
419.478.761,00
419.478.761,00
10.184.400.824,00
69.803.384.540,00
79.987.785.364,00
2.570.033.118,00
12.137.700.000,00
14.707.733.118,00
66
PLAFON ANGGARAN 2016
KODE
SKPD
1
1
20
2
5
Inspektorat
Dinas Pendapatan, Peng.
Keuangan & Aset Daerah
Badan Kepegawaian
Daerah
Kantor Kec. Rasanae
Barat
Kantor Kec. Rasanae
Timur
Kantor Kecamatan
Asakota
Kantor Kecamatan
Mpunda
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
BELANJA LANGSUNG
TOTAL PAGU
3
4
5
2.995.707.895,00
2.630.686.958,00
5.626.394.853,00
54.455.354.485,00
12.900.285.199,00
67.355.639.684,00
2.302.130.377,00
6.632.373.000,00
8.934.503.377,00
3.944.697.936,00
616.842.000,00
4.561.539.936,00
4.619.276.404,00
615.994.682,00
5.235.271.086,00
3.150.252.849,00
606.799.000,00
3.757.051.849,00
6.146.392.236,00
617.281.654,00
6.763.673.890,00
7.048.615.896,00
626.197.000,00
7.674.812.896,00
1
19
6
1
20
7
1
20
8
1
20
9
1
20
10
1
20
11
1
20
12
Kantor Kecamatan Raba
1
20
13
Kantor Pelayanan Izin
Terpadu
976.506.292,00
932.850.000,00
1.909.356.292,00
1
20
14
Kantor Kelurahan Dara
41.400.000,00
251.500.000,00
292.900.000,00
1
20
15
Kantor Kelurahan Paruga
41.400.000,00
251.000.000,00
292.400.000,00
1
20
16
Kantor Kelurahan
Tanjung
41.400.000,00
244.900.000,00
286.300.000,00
1
20
17
Kantor Kelurahan Sarae
41.400.000,00
250.800.000,00
292.200.000,00
1
20
18
Kantor Kelurahan Na'e
41.400.000,00
268.900.000,00
310.300.000,00
1
20
19
Kantor Kelurahan Pane
41.400.000,00
217.916.000,00
259.316.000,00
1
20
20
Kantor Kelurahan Nungga
47.400.000,00
219.000.000,00
266.400.000,00
1
20
21
Kantor Kelurahan
Lelamase
47.400.000,00
221.900.000,00
269.300.000,00
1
20
22
Kantor Kelurahan Dodu
47.400.000,00
221.200.000,00
268.600.000,00
1
20
23
Kantor Kelurahan Lampe
41.400.000,00
215.400.000,00
256.800.000,00
1
20
24
Kantor Kelurahan Kodo
41.400.000,00
220.200.000,00
261.600.000,00
1
20
25
Kantor Kelurahan Kumbe
41.400.000,00
232.200.000,00
273.600.000,00
1
20
26
Kantor Kelurahan Oi Fo'o
47.400.000,00
211.900.000,00
259.300.000,00
1
20
27
Kantor Kelurahan Melayu
41.400.000,00
252.300.000,00
293.700.000,00
41.400.000,00
313.900.000,00
355.300.000,00
41.400.000,00
314.500.000,00
355.900.000,00
Kantor Kelurahan
Jatiwangi
Kantor Kelurahan
Jatibaru
1
20
28
1
20
29
1
20
30
Kantor Kelurahan Kolo**
47.400.000,00
243.200.000,00
290.600.000,00
1
20
31
Kantor Kelurahan Penatoi
41.400.000,00
218.600.000,00
260.000.000,00
1
20
32
Kantor Kelurahan
Lewirato
41.400.000,00
212.100.000,00
253.500.000,00
1
20
33
Kantor Kelurahan Sadia
41.400.000,00
217.100.000,00
258.500.000,00
1
20
34
Kantor Kelurahan Mande
41.400.000,00
219.900.000,00
261.300.000,00
1
20
35
41.400.000,00
219.200.000,00
260.600.000,00
1
20
36
41.400.000,00
267.400.000,00
308.800.000,00
1
20
37
41.400.000,00
219.200.000,00
260.600.000,00
41.400.000,00
222.500.000,00
263.900.000,00
41.400.000,00
216.200.000,00
257.600.000,00
1
20
38
1
20
39
Kantor Kelurahan
Monggonao
Kantor Kelurahan
Manggemaci
Kantor Kelurahan Santi
Kantor Kelurahan
Matakando
Kantor Kelurahan
Sambinae
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
67
PLAFON ANGGARAN 2016
KODE
SKPD
1
1
20
2
40
Kantor Kelurahan Panggi
Kantor Kelurahan
Rabadompu Timur
Kantor Kelurahan
Rabadompu Barat
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
BELANJA LANGSUNG
TOTAL PAGU
3
4
5
41.400.000,00
216.200.000,00
257.600.000,00
41.400.000,00
226.000.000,00
267.400.000,00
41.400.000,00
228.700.000,00
270.100.000,00
1
20
41
1
20
42
1
20
43
Kantor Kelurahan
Rabangodu Utara
41.400.000,00
229.500.000,00
270.900.000,00
1
20
44
Kantor Kelurahan
Rabangodu Selatan
41.400.000,00
220.400.000,00
261.800.000,00
1
20
45
Kantor Kelurahan Rontu
41.400.000,00
266.200.000,00
307.600.000,00
41.400.000,00
219.400.000,00
260.800.000,00
41.400.000,00
222.000.000,00
263.400.000,00
Kantor Kelurahan
Penaraga
Kantor Kelurahan
Penanae
1
20
46
1
20
47
1
20
48
Kantor Kelurahan Rite
41.400.000,00
217.200.000,00
258.600.000,00
1
20
49
Kantor Kelurahan Kendo
41.400.000,00
217.100.000,00
258.500.000,00
1
20
50
Kantor Kelurahan Ntobo
47.400.000,00
230.000.000,00
277.400.000,00
1
20
51
Kantor Kelurahan Nitu
47.400.000,00
210.000.000,00
257.400.000,00
2.521.371.262,00
4.521.765.400,00
7.043.136.662,00
4.626.700.111,00
2.479.000.000,00
7.105.700.111,00
2.144.490.819,00
2.434.911.680,00
4.579.402.499,00
662.392.717,00
928.000.000,00
1.590.392.717,00
3.400.235.541
6.534.985.000,00
9.935.220.541,00
2.277.677.731
3.700.350.000,00
5.978.027.731,00
2.197.175.578
4.827.150.000,00
7.024.325.578,00
452.815.927.699,00
300.381.346.496,00
753.197.274.195,00
1
20
52
Badan Penanggulangan
Bencana Daerah
1
21
21
Badan Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan
1
22
22
1
24
24
2
1
1
2
2
2
2
3
3
Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan
Pemerintahan Kelurahan
Kantor Arsip dan
Perpustakaan
Dinas Pertanian,
Tanaman Pangan dan
Peternakan
Dinas Kehutanan dan
Perkebunan
Dinas Kelautan dan
Perikanan
JUMLAH
Sumber: RKPD Kota Bima 2016 dan Hasil Proyeksi 2016
4.3.
Pembiayaan Daerah
4.3.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pemerintah Kota Bima pada Tahun Anggaran 2016 merumuskan kebijakan
penerimaan pembiayaan dengan estimasi sebesar Rp. 32.610.673.378,60. Sumber
pembiayaan yang dialokasikan tersebut terbagi dalam jenis peneriman
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
68
pembiayaan yang berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya (SiLPA).
Sumber penerimaan pembiyaan dari SiLPA direncanakan untuk :
a.
menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada
realisasi belanja;
b.
mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung; dan
c.
mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
diselesaikan.
4.3.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan.
Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Pemerintah Kota Bima Tahun
Anggaran 2016 diperkirakan sebesar Rp. 3.350.000.000,-. Dari alokasi pengeluaran
pembiayaan
tersebut
direncanakan
untuk
penyertaan
modal
(investasi)
pemerintah daerah dengan rincian alokasi sebagai berikut :
a. Investasi Pemerintah Daerah pada PT. Bank NTB sebesar Rp. 3.000.000.000,b. Investasi Pemerintah Daerah pada Bank BPR NTB sebesar Rp. 250.000.000,c. Investasi Pemerintah Daerah pada Koperasi Kasabua Ade sebesar Rp.
100.000.000,-
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
69
BAB V
PENUTUP
Kebijakan Umum Anggaran APBD ini dibuat untuk menjadi pedoman
dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran 2016.
Raba – Bima, 22 Juni 2015
WAKIL WALIKOTA BIMA,
H. ARAHMAN. H. ABIDIN
Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
70
Download