penerapan strategi belajar tuntas (mastery learning )

advertisement
PENERAPAN STRATEGI BELAJAR TUNTAS
(MASTERY LEARNING) UNTUK PENCAPAIAN STANDAR
KOMPETENSI DALAM PELAJARAN EKONOMI
DI SMA IT YAPIRA MEDANG KABUPATEN BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ilmi Suciana
NIM 109015000095
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: ILMI SUCIANA
NIM
: 109015000095
Jurusan/Prodi
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Alamat
: Jl. Jl. Raya LAPAN komplek LAPAN blok B no 22
Rumpin - Bogor
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa Skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi Di SMA IT
YAPIRA Medang Kabupaten Bogor” adalah benar hasil karya sendiri di bawah
bimbingan dosen:
Nama Pembimbing
: Moch. Noviadi Nugroho, M. Pd
NIP
: 1976111820110111006
Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 29 Juli 2016
Yang menyatakan
Ilmi Suciana
NIM.109015000095
ABSTRAK
Ilmi Suciana (109015000095) Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery
Learning) Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi
Di SMA IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi belajar tuntas
(mastery learning) pada pelajaran ekonomi dan apa saja kelemahan dan kekuatan
dalam melaksanakan strategi ini di SMA IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat
tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tindakan
tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan
dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada strategi belajar tuntas
(mastery learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran
ekonomi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi belajar tuntas (mastery learning)
untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi dinyatakan
berhasil. Keberhasilan tersebut dapat dilihat melalui peningkatan siklus atau
pertemuan yang telah dilakukan. Pada siklus I hasil evaluasi pretest dan postest
dari analisis N-Gain dengan nilai rendah 62,5%. Sedangkan pada siklus II hasil
evaluasi pretest dan postest dari analisis N-Gain dengan nilai rendah 0%.
Pengertiannya adalah bila adanya nilai N-Gain yang sedang dan tinggi mencapai
75% maka dikatakan strategi belajar tuntas (mastery learning) berhasil. Tidak
adanya N-Gain rendah pada siklus II menyebabkan ketuntasan 100%.
Dengan demikian dapat dikatakan penerapan strategi belajar tuntas (mastery
learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi di SMA
IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor ini berpengaruh dalam ketuntasan belajar
siswa.
Kata Kunci : Belajar Tuntas, Mastery Learning
ABSTRACT
Ilmi Suciana (109015000095) Completed Learning Strategy Implementation
(Mastery Learning) For Competency Standards Achievement In Economics
Lesson In School IT YAPIRA Medang Bogor Regency.
This study aims to determine how the mastery learning strategies (mastery
learning) on economic subjects and what are the strengths and weaknesses in
implementing this strategy in SMA IT YAPIRA Medang Bogor Regency.
The method used in this research is a classroom action research (CAR). CAR
implemented in an attempt to overcome the problems that arise in the classroom.
This method involves four stages, namely planning, action, observation and
reflection. The fourth action is the present cycle repeatedly and carried out with
the same measures and focused on mastery learning strategies (mastery learning)
for achieving the standard of competence in economic subjects.
The results showed that the complete learning strategy (mastery learning) for
achieving the standard of competence in economic subjects declared successful.
The success can be seen through the increase in cycle or meetings that have been
conducted. In the first cycle pretest and posttest evaluation results from the
analysis of N-Gain with low value of 62.5%. While on the second cycle pretest
and posttest evaluation results from the analysis of N-Gain with low value 0%.
The sense is that if the value of N-Gain medium and high reaches 75%, it said
complete learning strategy (mastery learning) successfully. The absence of N-Low
Gain on the second cycle causes completeness 100%.
Thus it can be said to be complete learning strategy implementation (mastery
learning) for achieving the standard of competence in economic subjects in high
school IT YAPIRA Medang Bogor Regency is influential in students' mastery
learning.
Keywords: Learning though, Mastery Learning
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas izin dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad
SAW pembawa rahmat dan teladan bagi seluruh umat manusia.
Skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi di SMAIT
Yapira Medang Kabupaten Bogor”. ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pendidikan
Strata 1, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosialm, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari pihak lain,
penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA; selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd; selaku Ketua Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan, terimakasih atas segala
bentuk dukungan bapak kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di
fakultas.
3. Syaripulloh M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan, terimakasih atas segala
bentuk dukungan bapak kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di
fakultas.
4. Cut Dhien Nourwahida, MA selaku disen pembimbing akademik, yang
telah mendampingi dan membimbing penulis selama masa studi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd selaku Dosen Pembimbing
i
6. yang
senantiasa
memberikan
arahan
dan
bimbingannya
selama
menyelesaikan Skripsi ini;
7. Ibu dan Bapak , kedua Orang tuaku yang senantiasa mendo’akan aku,
menyemangatiku dalam menjalani proses perkuliahan ini.
8. Segenap dosen jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial, terimakasih
atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis semoga
menjadi amal jariyah di akhirat kelak.
9. Teman-teman Pendidikan IPS Angkatan 2009 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa hormat penulis yang
telah membantu dukungan moril hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat, terutama pada penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga bantuan, dukungan dan
partisipasi baik secara moril maupun materil yang telah mereka berikan
mendapat balasan dari Allah SWT, amin.
Jakarta,
20 Juli 2016
Penulis
Ilmi Suciana
NIM. 109015000095
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….........iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..v
DAFTAR BAGAN...…………………………………………………….........vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………vii
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………….viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Kajian teori…. .........................................................................…….. 5
1. Landasan Konseptual Pembelajaran.........……………………….. 5
2.
a. Pengertian Pembelajaran………...………………………….
5
b. Unsur-unsur Pembelajaran ....................................................
6
c. Teori-teori Belajar ................................................................
10
Mastery Learning
a. Pengertian dan Konsep dasar Mastery Learning (belajar
tuntas) ....................................................................................
iii
12
b. Karakteristik Mastery Learning ............................................... 14
c. Asumsi Dasar Mastery Learning .............................................. 15
d. Prinsip - Prinsip Mastery Learning .......................................... 17
e. Strategi Pelaksanaan Mastery Learning ................................... 19
f. Pola dan Prosedur Mastery Learning ........................................ 20
g. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mastery Learning ......... 24
h. Kelebihan dan Kekurangan Mastery Learning ........................ 27
3.
Mastery Learning Dalam Pembelajaran Ekonomi
a. Metode Pembelajaran .............................................................. 29
b. Peran Guru .............................................................................. 30
c. Peran Siswa ............................................................................. 31
d. Evaluasi (Penilaian) ................................................................ 31
4.
Pengertian Standar Kompetensi ............…................................... 32
B. Hasil Penelitian yang Relevan……………..………………………. 33
C. Kerangka Berfikir………………………………………………...…35
D. Hipotesis Tindakan ………………………………………………... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………………....................…….................… 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………...……………... 38
C. Subjek Penelitian…….……………………………………………. 39
D. Fokus Penelitian ............………………………………………….. 40
E. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus
Penelitian ......................................................................................... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………...... 41
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………... 45
H. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis …………………….. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMAIT YAPIRA ............................................... 51
iv
B. Mastery learning dan Pembelajaran Ekonomi di SMAIT
YAPIRA .................................................................................…....... 54
C. Penerapan Mastery Learning dalam Pembelajaran Ekonomi di SMAIT
YAPIRA ..........................................................................................
59
D. Rencana Tindakan ........................................................................... 61
E. Interpretasi Data ..............................................................................
68
1. Data Awal Observasi ..........................................….….………..
68
2. Hasil Penelitian Siklus I ............................................................... 69
3. Hasil Penelitian Siklus II …..……………………..…………….. 78
F. Pembahasan
…………………………………………………….… 85
1. Analisis Perbandingan Siklus I dan Siklus II ...……...................... 85
2. Analisis Penerapan Strategi Mastery Learning dalam Pembelajarann
Ekonomi di SMAIT YAPIRA ......................................................... 89
3. Analisis Kelemahan dan Kekuatan Pelaksanaan Mastery Learning di
SMAIT YAPIRA ............................................................................. 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………....96
B. Saran ………………………………………………………………..97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1
Penelitian Relevan ..........................................…....…..... 33
TABEL 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...........................…......... 38
TABEL 4.1
SK dan KD Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI/I ..…...... 56
TABEL 4.2
Rekapitulasi Hasil Belajar Ekonomi pada siswa kelas XI
SMA IT YAPIRA ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 ...... 68
TABEL 4.3
Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I ..........……………........ 70
TABEL 4.4
Hasil pengamatan aktifitas siswa dalam pembelajaran Pada
siklus I pertemuan 1 .................……............................... 72
TABEL 4.5
N-Gain Siklus I .......................…….............................. 74
TABEL 4.6
Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus I ...77
TABEL 4.7
Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran
Pada Siklus II Pertemuan 1...........………....................... 79
TABEL 4.8
Hasil N-gain Siklus II ....................…………................. 81
TABEL 4.9
Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus
II .......……………………………………………........... 83
TABEL 4.10
Rekapitulasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Dan Siklus
II ....……………………………………………….......... 85
TABEL 4.11
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Dan
Siklus II ....………………………………………….... 87
v
DAFTAR BAGAN
GAMBAR 2.1
GAMBAR 3.1
Bagan Kerangka Berpikir ..............……...................... 36
Bagan Siklus PTK .........……….................................. 37
vi
DAFTAR GRAFIK
GAMBAR 4.1
Grafik Nilai Awal Siswa .................…………............... 6
GAMBAR 4.2
Grafik diagram batang hasil kegiatan Pre Test
siklus I ……………………………………………….. 71
GAMBAR 4.3
Grafik batang hasil pengamatan aktifitas siswa pada
pembelajaran siklus I pertemuan 1 ......................…..... 73
GAMBAR 4.4
Grafik Hasil persentase N-Gain Siklus I ...................... 76
GAMBAR 4.5
Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I …. 77
GAMBAR 4.6
Grafik Diagram Batang Hasil Pengamatan Aktifitas
Siswa Pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ...….. 80
GAMBAR 4.7
Grafik N-Gain Siklus II .......………………………..... 84
GAMBAR 4.8
Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II … 86
GAMBAR 4.9
Grafik Perbandingan Aktifitas Siswa di Kelas pada Siklus
I Dan Siklus II ..............……………………................ 88
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Uji Referensi
Lampiran 2
Pedoman Observasi
Lampiran 3
Pedoman Dokumentasi
Lampiran 4
Pedoman Wawancara
Lampiran 5
Hasil Wawancara
Lampiran 6
Surat Keterangan Izin Observasi
Lampiran 7
Surat Keterangan Izin Penelitian
Lampiran 8
Surat Keterangan Penelitian di SMA IT YAPIRA
Lampiran 9
RPP Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10
Soal Pretest dan Postest Siklus I dan Siklus II
Lampiran 11
Dokumentasi
Lampiran 12
Profil Sekolah
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah
melalui proses pembelajaran. Guru sebagai profesi yang berperan penting dalam
peningkatan mutu, diharapkan mampu mengembangkan dan memilih strategi
yang tepat demi tercapainya tujuan. Suasana belajar siswa sangat tergantung pada
kondisi pembelajaran dan kesanggupan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Suasana belajar yang diharapkan adalah yang mengarah ke suasana
berkembang, mengarah ke kondisi meaningful learning. Kualitas pembelajaran
pada suatu sekolah dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil pembelajaran pada
sekolah tersebut.1
Kualitas pembelajaran dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik
dan sinergis pengajar, anak didik, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan
sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal
sesuai dengan tuntutan kurikuler.
Kualitas pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat
baik buruknya suatu pembelajaran yang dapat dilihat sebagai suatu proses dan
hasil. Sebagai suatu proses, pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari
interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru yang menumbuhkan aktifitas
belajar. Jadi, semakin sering siswa dilibatkan dalam pembelajaran atau semakin
aktif siswa maka semakin baik (berkualitas) pembelajaran yang diselenggarakan.
Sementara itu sebagai suatu hasil, pembelajaran dikatakan berkualitas baik jika
pencapaian hasil belajar sesuai dengan indikator keberhasilan.
Dalam
bukunya
Sardiman
menggunakan
beberapa
indikator
yang
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran siswa dan mutu proses yang
1
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15.
1
2
terjadi. Indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut: (1)
antusias menerima pelajaran, (2) konsentrasi dalam belajar, (3) kerja sama dalam
kelompok, (4) keaktifan bertanya (5) ketepatan jawaban, (6) keaktifan menjawab
pertanyaan guru atau siswa lainnya, (7) kemampuan memberikan penjelasan.1
Dalam praktek, pengajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks.
Agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan
guru perlu mempertimbangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Ali
menyatakan ada dua macam pendekatan dalam strategi mengajar dapat dipilih,
yaitu 1) strategi mengajar pendekatan kelompok dan 2) strategi mengajar
pendekatan individual.2
Strategi mengajar pendekatan kelompok berkenaan dengan pengajaran suatu
bahan pelajaran sama dalam waktu bersamaan untuk sekelompok siswa. Fokus
pembahasan tentang strategi ini berkaitan dengan: 1) bagaimana melakukan entry
behavior yaitu mengenal kemampuan awal siswa sebelum berlangsungnya proses
belajar mengajar; 2) bagaimana memilih metode yang efektif; 3) bagaimana
memilih alat pelajaran yang relevan; 4) bagaimana melakukan pengendalian
waktu.
Bila diinginkan hasil belajar pada seluruh siswa (tanpa kecuali) dapat
mencapai taraf penguasaan penuh (mastery), harus diterapkan konsep belajar
tuntas (mastery learning). Dengan konsep ini, bahan pengajaran diharapkan dapat
diserap secara mastery oleh seluruh siswa. Konsep tentang belajar tuntas pada
dasarnya merupakan landasan bagi strategi belajar mengajar dengan pendekatan
individual.
Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses pembelajaran yang
dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan
pembelajaran pada siswa kelompok besar (pengajaran klasikal), membantu
mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk
menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Belajar tuntas diharapkan
2 Sardiman
h. 83.
A.M., Interaksi dan Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), Cet. 20,
Mohamad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2000), h. 33.
3
3
mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang melekat pada pembelajaran
klasikal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi di
SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor banyak siswa merasa malas di dalam kelas,
tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru
mereka. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya frekuensi tanya jawab, kurangnya
perhatian siswa terhadap pembelajaran, kurangnya keberanian siswa untuk
mengemukakan pendapat, dan siswa pasif. Selain itu juga teramatinya minat yang
kurang pada siswa saat mengikuti pembelajaran, motivasi belajar siswa yang
rendah sehingga siswa hanya belajar jika ada tugas atau menjelang ujian bahkan
ada sebagian yang tidak belajar sama sekali, kegiatan kelompok yang tidak
berjalan, dan belum ada kerjasama yang baik antar anggota kelompok sehingga
menyebabkan masih ada sebagian siswa yang memiliki nilai rendah. Atas dasar
inilah peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut.
Dari latar belakang diatas peneliti sangat tertarik untuk mengangkat judul
‘’Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) Untuk Pencapaian
Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi di SMA IT Yapira Medang
Kab. Bogor’’
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan yang
menjadi kajian ini adalah sebagai berikut :
“Apa saja kelemahan dan kekuatan yang dihadapi dalam pelaksanaan mastery
learning pada pembelajaran Ekonomi di SMA IT YAPIRA Medang Kab.
Bogor?’’
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA Medang
Kab. Bogor
2. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran tuntas (mastery learning)
4
dalam pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor
3. Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan mastery
learning di SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia
pendidikan.
2. Manfaat praktis
Dengan dilaksanakannya mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi
diharapkan dapat membawa manfaat secara praktis , di antaranya adalah:
1. Bagi guru: dengan dilaksanakan penelitian ini guru dapat mengetahui
strategi pembelajaran dengan mastery learning untuk memperbaiki dan
meningkatkan
sistem
pembelajaran
di
kelas,
sehingga
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru, peserta didik dan
materi pembelajaran dapat diminimalkan.
2. Bagi lembaga pendidikan SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor :
memberi masukan kepada para guru SMAIT YAPIRA agar lebih
meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Ekonomi melalui strategi
mastery learning.
3. Bagi peserta didik : dengan adanya strategi mastery learning ini peserta
didik akan lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran serta
menguasai materi yang dipelajari secara tuntas.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Landasan Konseptual Pembelajaran
a. Pengertian pembelajaran
Menurut Mohamad Ali, pembelajaran adalah suatu upaya memberi
rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan agar terjadi proses belajar
mengajar.1 Pengertian ini mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran ada
aktifitas belajar dan mengajar yang melibatkan guru dan peserta didik. Upaya ini
juga mengandung tujuan agar peserta didik secara sadar mau belajar mandiri.
Istilah pembelajaran merupakan pengganti dari istilah mengajar yang telah
melembaga pada dunia pendidikan. Namun dalam prakteknya, mengajar lebih
berpusat pada guru (teacher centered), karena guru harus mempersiapkan diri
secara administratif serta harus menguasai materi dan metode mengajar, serta
evaluasi belajar tanpa harus memperhatikan apakah peserta didik mampu
menguasai materi pelajaran atau tidak. Proses pembelajaran yang demikian
peserta didik lebih ditempatkan sebagai obyek pendidikan, padahal peserta didik
adalah subyek pendidikan.
Max Darsono secara umum mendefinisikan pembelajaran sebagai upaya untuk
membangkitkan prakarsa belajar peserta didik untuk mencapai hasil yang
optimal.2 Dengan istilah pembelajaran, maka fungsi dan tugas guru adalah
membelajarkan peserta didik untuk mencapai hasil yang optimal, yakni perubahan
tingkah laku secara keseluruhan.3 Dalam hal ini telah terjadi transformasi model
pembelajaran dari “teacher centered” menjadi “student centered”, dimana peran
1
Mohamad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2000), h. 13.
2
Max Darsono, Belajar Dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2000), h. 24.
3
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h.2
5
6
guru adalah sebagai motivator, dinamisator dan mitra belajar peserta didik
yang bertugas menyiapkan materi dan media pembelajaran, serta menciptakan
kondisi peserta didik untuk aktif mengikuti pembelajaran secara total, baik fisik
maupun psikologis.
Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pembelajaran secara
konsepsional mengandung pengertian yang konstruktif, yakni titik tekannya
adalah membangun dan mengupayakan keaktifan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diinginkan.
b. Unsur-unsur pembelajaran
Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan pembelajaran mengandung
sejumlah unsur-unsur yang meliputi:
1) Tujuan pembelajaran
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, sebagai unsur penting
untuk suatu kegiatan maka dalam kegiatan suatu apapun tujuan tidak bisa
diabaikan. Demikian halnya dengan kegiatan pembelajaran.1 Suatu tujuan
pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:2
a) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi belajar.
b) Tujuan mendefinisikan tingkah laku dalam bentuk dapat diukur dan
diamati.
c) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.
2) Peserta didik
Dalam
didik adalah
UU
Sisdiknas
“anggota
No.
20
masyarakat
tahun
yang
2003
disebutkan
berusaha
peserta
mengembangkan
4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), Cet. 4, h. 42.
5 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. 3, h.
77.
7
potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Dalam pandangan modern, peserta didik tidak hanya
dianggap sebagai obyek atau sasaran pembelajaran, melainkan juga harus
diperhatikan sebagai subyek dalam pembelajaran.3 Dasar peserta didik sebagai
obyek
sekaligus
subyek
dalam
wilayah
keilmuan
harus
dikaji
dan
dikembangkan secara optimal. Perpaduan pengembangan keilmuan peserta didik
ditinjau
sebagai
obyek
maupun
subyek
dalam
jangka
panjang
dapat
menghindarkan terjadinya perpecahan kepribadian dalam peserta didik.4
3) Pendidik
Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan pendidikan. Semula kata pendidik mengacu pada seseorang yang
memberikan pengetahuan, ketrampilan, atau pengalaman kepada orang lain.
Sejalan perkembangan keilmuan pendidikan, muncul konsep bahwa mendidik
bukan hanya mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu kepada orang
yang belum tahu, tetapi suatu proses membantu seseorang untuk membentuk
pengetahuannya sendiri.5
Dalam pembelajaran, salah satu tugas yang dilaksanakan oleh pendidik ialah
memberikan pelayanan kepada peserta didik agar mereka menjadi peserta didik
yang selaras dengan tujuan itu. Selain itu pendidik juga sebagai pembimbing,
yaitu proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman
dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum terhadap keluarga, sekolah serta masyarakat.6
3
h. 133.
4
5
6
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
Ibid., h. 134.
Ibid., h. 142.
Ibid., h. 33.
8
4) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan kepada siswa pada
saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan pelajaran ini peserta
didik diantarkan kepada tujuan pembelajaran. Bahan pelajaran pada hakikatnya
adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada peserta
didik sesuai kurikulum yang digunakannya.7 Dengan demikian, bahan pelajaran
merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pembelajaran, sebab
bahan pelajaran adalah inti dalam proses pembelajaran yang akan disampaikan
pada peserta didik.
5) Sumber pembelajaran
Sumber pembelajaran dalam arti sempit misalnya, buku-buku atau
bahan-bahan tercetak lainnya. Pengertian tersebut masih sama sempitnya bila
diartikan sebagai sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan secara auditif
maupun visual saja, misal OHP, slides, video, film dan perangkat keras lainnya.
Pengertian yang lebih luas tentang sumber pembelajaran adalah segala daya yang
dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan dalam proses pembelajaran.8Yang
dimaksud dengan sumber disini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan atau materi
untuk menambah ilmu pengetahuan.9
6) Alat peraga
Alat peraga disebut dengan audio visual, dari pengertian alat yang dapat
diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang
disampaikan guru lebih mudah difahami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran
alat peraga dipergunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 43.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2003), Cet. 4, h. 76.
9
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 48..
7
8
9
pembelajaran lebih efektif dan efisien.10
7) Metode
Metode pembelajaran adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh yang sesuai
dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.11
Metode-metode yang sampai saat ini masih digunakan dalam pembelajaran
adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, eksperimen, demonstrasi,
pemberian tugas dan resitasi, sosio drama, drill (latihan), kerja kelompok, metode
proyek, problem solving, karya wisata, resource person, survey masyarakat, dan
metode simulasi.12
8) Strategi
Secara umum strategi mempunyai pengertian “suatu garis-garis besar haluan”
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola umum
kegiatan guru peserta didik, dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan.13
Kalau metode merupakan cara untuk melakukan suatu pembelajaran agar
lebih tepat dan sesuai situasi peserta didik, maka perlu juga diatur ketepatan
penggunaan metode, tehnik dan strategi penerapan metode. Andai saja metode itu
sebenarnya sudah baik tetapi karena kurang tepatnya penerapan metode maka
hasil pembelajarannya pun akan kurang maksimal.14
Jadi bisa disimpulkan bahwa strategi disini berbeda dengan metode. Kalau
metode itu terkait langsung dengan pembelajaran, maksudnya terkait langsung
antar guru dengan siswa dalam suatu pembelajaran, maka strategi disini berfungsi
mengatur ketepatan penggunaan berbagai metode dalam pembelajaran tersebut.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, .…, h. 99.
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail
Median Group, 2008), h. 8.
12
Ibid., h. 19-24.
13
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 5.
14
IIsmail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, …, h. 24
10
11
10
c. Teori-teori Belajar
Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan
psikologi yaitu:
1) Teori disiplin mental
Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar
orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam
belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali
dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan ilmiah. Menurut teori ini,
anak itu akan berkembang secara ilmiah.
Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan perkembangan
ilmiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang
dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan
sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut
teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan
baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.15
2) Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu: mengutamakan unsur-unsur atau
bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan
latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang
mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil
apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar
akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat
apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
15
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 41.
11
Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Harley
dan Davis yang banyak dipakai adalah: proses belajar dapat terjadi dengan baik
apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan
dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu
memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik
secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon
yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa
memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.16
3) Teori Cognitive Gestalt
Teori belajar Gestalt meneliti pengamatan dan problem solving, dari
pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan
menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.27
Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight
yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan
antara
bagian-bagian
dalam
situasi
permasalahan.
Dalam
pelaksanaan
pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan
atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.17 Menurut
teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung
berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktifitas belajar akan
menimbulkan makna yang berarti. Sebab dalam proses belajar, makin lama akan
timbul suatu pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari.
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, …, h. 43.
Ibid., h. 47.
16
17
12
2.
Mastery Learning
a. Pengertian dan Konsep dasar Mastery Learning (belajar tuntas)
Secara
bahasa,
“keunggulan”.19Sedang
kata
“mastery”
“learning”
sering
berarti“penguasaan”
diartikan
“belajar”
atau
atau
“pengetahuan”.20 Sehingga kalau digabung dua kata tersebut “mastery learning”
berarti “penguasaan pengetahuan” atau “penguasaan penuh”. Namun dalam dalam
dunia pendidikan “mastery learning” bisa diartikan dengan “belajar tuntas” atau
“pembelajaran tuntas.” Mastery learning (belajar tuntas) dalam KTSP adalah
pendekatan pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas
seluruh standar
kompetensi
maupun
kompetensi
dasar
mata
pelajaran
tertentu.21 Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mastery learning merupakan
strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan tujuan agar
sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran (kompetensi) secara
tuntas.22
Mastery learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara
sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada
siswa kelompok besar (klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang
terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of
progress). Pendekatan ini bersifat individual dan diharapkan mampu mengatasi
kelemahan-kelemahan pembelajaran yang bersifat klasikal. Artinya, mastery
learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menganut azas
ketuntasan belajar, dengan tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil
belajar, yakni tingkat kemampuan siswa orang perorang, bukan per kelas dalam
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1996), h. 374
20
Ibid., h.374
21
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 327.
22
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan
inovasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 53.
19
13
mencapai
kompetensi
yang
telah
ditetapkan.
Pembelajaran
individual
(individualized instruction) merupakan ciri khas dari mastery learning ini. Secara
konseptual, mastery learning ini merupakan strategi atau model pembelajaran
yang telah lama digagas oleh Carrol dalam bukunya “model of school learning”.
Teori Carrol tersebut kemudian dimodifikasi secara operasional oleh Bloom, lalu
dikembangkan lagi oleh Block.23 Namun demikian, model ini tetap masih relevan
dan baik, apalagi diterapkan dalam upaya pencapaian standar kompetensi siswa,
terutama dalam pembelajaran ekonomi dalam KTSP sebagai kurikulum yang
berbasis kompetensi. Artinya mastery learning merupakan suatu keniscayaan dan
bagian integral yang tak dapat dipisahkan. Pendekatan/strategi pembelajaran ini
lebih menekankan pencapaian kompetensi dan hasil belajar siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran, sehingga memberikan pengalaman belajar yang
bermakna (meaningful learning). Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam
pelaksanaan KTSP merupakan suatu pola pembelajaran yang menggunakan
pendekatan diagnostic/preskriptif (mengetahui kesulitan belajar siswa) dan
ketuntasan secara individual. Hal ini diperlukan pemberian kebebasan belajar
serta berupaya mengurangi kegagalan siswa dalam belajar. Pada sisi lain, strategi
pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti
meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada kelompok siswa (klasikal), tetapi
juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan
individual siswa, sehingga potensi masing-masing siswa berkembang secara
optimal. Dasar pemikiran dari mastery learning dengan pendekatan individual
ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing.24
23
84.
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,, h. 327
24
14
b. Karakteristik Mastery Learning
Adapun karakteristik mastery learning, sebagai berikut:25
1) Pada dasarnyanya strategi mastery learning adalah jika kepada para siswa
diberikan waktu yang cukup, dan mereka diperlakukan secara tepat, maka
mereka akan mampu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan kompetensi
yang diharapkan.
2) Belajar atas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yang ditentukan
terlebih dahulu.
Tujuan pembelajaran memberi arah balik kepada guru dan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran, ini berarti bahwa tujuan strategi pembelajaran
adalah agar hampir atau semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan
pendidikan. Jadi, baik sarana, metode, materi pelajaran maupun evaluasi yang
digunakan untuk keberhasilan siswa berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai.
3) Memperhatikan perbedaan individu (individual difference)
Suatu kenyataan bahwa individu mempunyai perbedaan antara yang satu
dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena faktor-faktor
intern maupun ekstern. Terutama faktor ekstern melalui indra dan kecepatan
belajar siswa. Untuk itu pelaksanaan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kepekaan indra siswa. Jadi, proses pembelajaran yang tepat adalah menggunakan
multimedia dan multi metode yang sesuai dengan tujuan dan keadaan individu
siswa.
4) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif (active learning)
Belajar aktif (active learning) memungkinkan para siswa memperoleh
pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan berdasarkan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan sendiri. Cara belajar yang demikian memungkinkan siswa untuk
25
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, ..., h. 86.
15
bertanya
apabila
mengalami
kesulitan
dalam
mencari
buku-buku
atau
sumber-sumber lain dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
5) Menggunakan satuan pelajaran terkecil (RPP)
Satuan-satuan pelajaran dengan unit terkecil disusun secara sistematis,
berurutan dari yang mudah ke yang sukar. Pembagian unit pelajaran menjadi yang
kecil-kecil (cremental units) sangat diperlukan guna memperoleh umpan balik
(feedback) secepat mungkin, sehingga perbaikan dapat segera dilakukan sedini
mungkin dan untuk memberikan layanan yang terbaik.
6) Menggunakan sistem evaluasi yang kontinyu dan berdasar atas
kriteria.
Evaluasi secara kontinu berarti evaluasi dilaksanakan terus menerus yaitu
pada awal, selama dan pada akhir proses belajar mengajar. Evaluasi ini dilakukan
agar guru memperoleh umpan balik dengan segera, sering dan sistematis. Sedang
evaluasi berdasar atas kriteria berarti evaluasi berdasar keberhasilan belajar siswa,
tidak berdasar atas norma dibandingkan dengan siswa lain dalam satu kelas.
Evaluasi yang digunakan bisa melalui tes (misalnya tes formatif dan sumatif) atau
non tes (misalnya unjuk kerja/performance dan portofolio).26
c. Asumsi dasar Mastery Learning
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mastery learning dalam
KTSP berbasis kompetensi merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang
mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi
maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, dalam model
yang paling sederhana, Carrol dalam Winkel mengemukakan bahwa jika setiap
siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu
tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka
besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi
jika siswa tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu
26
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, …, h. 87.
16
yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa
tersebut belum optimal.27 Block dalam Winkel menyatakan tingkat penguasaan
kompetensi siswa sebagai berikut:
Degree of learning = f ( time actually spent : time needed)
Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of
learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan
(time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time
needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.28 Mastery learning berasumsi
bahwa di dalam kondisi yang tepat, semua siswa mampu belajar dengan baik dan
memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar
semua siswa memperoleh hasil yang maksimal pembelajaran harus dilaksanakan
dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi yang dilaksanakan,
terutama dalam mengorganisasi tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi
dan memberikan bimbingan terhadap siswa yang lambat mencapai tujuan
(kompetensi) yang telah ditetapkan.
Mastery learning dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, teori yang mengatakan
bahwa adanya hubungan antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensi
yang dimiliki (bakat). Hal ini sesuai dengan teori bakat menurut Carrol dalam
Mulyasa, yang menyatakan bahwa apabila siswa didistribusikan secara normal
dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang
pengajaran, kemudian mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah
pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang
dicapai akan tersebar secara normal pula. Hal ini berarti bahwa siswa yang
berbakat cenderung untuk memperoleh nilai yang tinggi atau dapat dikatakan
bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi.29
Kedua, apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis, semua siswa
27
28
29
W.S Winkel,, Psikologi Pengajaran , …, h. 268.
Ibid., h. 270.
Ibid., h. 53-54
17
akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya.Mulyasa menyatakan
bahwa pada dasarnya bakat bukanlah merupakan indeks kemampuan seseorang,
melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar (measure of learning rate). Artinya
orang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif lebih sedikit untuk
mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan siswa yang memiliki
bakat rendah. Sehingga dengan demikian, siswa dapat mencapai penguasaan
penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan
waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Oleh
karena itu, implikasinya dalam kegiatan belajar harus diberikan waktu belajar
yang berbeda-beda untuk masing-masing siswa.30
d. Prinsip-prinsip Mastery Learning
Pada dasarnya mastery learning akan menciptakan siswa memiliki
kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan
perbedaan antara anak cerdas dengan anak kurang cerdas atau anak yang berbakat
dengan anak yang tidak berbakat.31 Secara tegas dapat dikatakan bahwa sistem
pembelajaran yang menggunakan prinsip mastery learning adalah tidak menerima
perbedaan prestasi belajar siswa sebagai konsekuensi perbedaan bakat.32
Sebagaimana yang telah dikemukakan Carrol tentang teori bakat pada penjelasan
sebelumnya. Pada posisi ini, prinsip mastery learning adalah menciptakan siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi). Sehingga dengan demikian, di
dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua kompetensi,
sementara anak yang kurang cerdas mencapai sebagian kompetensi atau tidak
mencapai sama sekali kompetensi yang diharapkan. Melalui prinsip mastery
learning semua siswa akan mencapai kompetensi, hanya saja waktu yang
diperlukan berbeda.
E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, …, h 54
Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2007), h. 121
32
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), h. 84.
30
31
18
Argumentasi tersebut sangat sejalan dengan pendapat Winkel yang
mengemukakan bahwa bilamana siswa tidak mencapai tingkat keberhasilan yang
dituju, hal ini karena tidak disediakan waktu yang cukup, sesuai dengan
kebutuhan siswa atau karena waktu yang disediakan dan sebenarnya cukup itu,
tidak digunakan dengan sungguh-sungguh. Artinya tingkat penguasaan bahan
(kompetensi) dalam pembelajaran sangat tergantung pada jumlah waktu yang
disediakan.33
Berdasarkan konsep tersebut, dapat dipahami bahwa harapan dari proses
pembelajaran dengan pendekatan mastery learning adalah untuk mempertinggi
rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran
yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus siswa yang lambat belajar (slow
learners) agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar.34 Hal
tersebut mencerminkan adanya variasi penguasaan materi pembelajaran sekaligus
juga mengakui adanya perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai
kompetensi.
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa prinsip mastery
learning adalah: Pertama, ditetapkan batas minimal tingkat kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa. Kedua, menggunakan pendekatan penilaian acuan
patokan (PAP) untuk menilai keberhasilan belajar siswa mencapai standar
ketuntasan minimal (KKM). Ketiga, siswa tidak diperbolehkan pindah ke topik
atau tugas berikutnya, jika topik atau tugas yang sedang dipelajarinya belum
dikuasai sampai standar minimal. Keempat ,memberikan kemampuan yang utuh,
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kelima, setiap peserta
diberi kesempatan untuk mencapai standar minimal, sesuai dengan irama dan
kemampuan belajarnya masing-masing (individualized learning). Keenam,
W.S Winkel,, Psikologi Pengajaran , …, h. 268.
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) …, h. 327.
33
34
19
disediakan program bimbingan remedial bagi peserta yang lambat (slow learner),
dan program pengayaan bagi peserta yang lebih cepat (fast learner) menguasai
kompetensi serta percepatan (acceleration) bagi anak yang superior dan istimewa.
e.
Strategi Pelaksanaan Mastery Learning
Pendekatan mastery learning apabila dilakukan pada kondisi yang tepat, maka
semua siswa akan mampu belajar dengan baik dan dapat mencapai hasil yang
maksimal. Agar semua siswa memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran
harus dilakukan secara sistematis terstruktur, yakni tercermin dalam strategi
pembelajaran tuntas yang dilaksanakan. Strategi mastery learning menurut
Hamalik adalah suatu strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan
menggunakan pendekatan kelompok (group based approach). Pendekatan ini
memungkinkan para siswa belajar bersama-sama berdasarkan pembatasan bahan
pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, sampai tingkat tertentu, penyediaan
waktu belajar yang cukup, dan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar.35
Strategi mastery learning dapat diterapkan secara tuntas sebagai upaya untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan,
terutama
dalam
level
mikro
yaitu
mengembangkan individu dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Mulyasa
strategi mastery learning dapat dibedakan dari pembelajaran non-mastery
learning terutama dalam hal-hal berikut:36
1) Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan
yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic
progress test).
2) Siswa baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar
menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan.
35
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi
CBSA, …, h. 85.
36
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004,., h. 55.
Belajar
Mengajar
Berdasarkan
20
3) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang gagal mencapai
taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif yang menurut Marrison
merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi kegiatan
belajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar siswa, sesuai
dengan waktu yang diperlukan masing-masing.
Sementara strategi mastery learning yang dikembangkan oleh Bloom
meliputi tiga bagian, yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur
operasional dan hasil belajar. Selanjutnya diimplementasikan dalam pembelajaran
klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan
individual yang meliputi:
1)
Corrective technique, semacam pengajaran remedial yang dilakukan
dengan pemberian terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh siswa, dengan
prosedur dan metode sebelumnya.
2)
Memberikan tambahan waktu kepada siswa yang membutuhkan atau
belum menguasai bahan dan kompetensi secara tuntas.37
f. Pola dan Prosedur Mastery Learning
Sebagai upaya menciptakan suatu pembelajaran yang baik dan berhasil,
Bloom mengembangkan suatu pola dan prosedur pembelajaran yang dapat
diterapkan pada satuan kelas termasuk mastery learning. Secara operasional,
Bloom dan Winkel mempersiapkan langkah-langkah praktis dalam implementasi
mastery learning sebagai berikut:38
1) Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, baik yang bersifat
umum maupun khusus (sekarang dikenal dengan istilah standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator).
Menurut Sanjaya ada beberapa alasan tujuan pembelajaran perlu dirumuskan
37
38
Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, …, h. 125.
Ibid., h.126.
21
dalam merancang suatu program pembelajaran, yaitu:39
Pertama, perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi
efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran
dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal.
Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
Kedua, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan
kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa
dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan itu guru juga dapat
merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk
membantu siswa.
Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem
pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dan tepat dapat membantu guru
dalam menentukan materi pembelajaran, strategi, alat, media dan sumber belajar,
serta menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar
siswa.
Keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam
menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya melalui penetapan
tujuan,
guru
dapat
mengontrol
seberapa
jauh
siswa
telah
menguasai
kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang
berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas
suatu sekolah/madrasah.
2) Menjabarkan
materi
pembelajaran
(bahan
ajar)
atas
sejumlah
unit
pembelajaran (sekarang disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/ RPP).
Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran,
berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku (KTSP). Agar rencana pembelajaran
membantu guru dalam pembelajaran, rincian pokok-pokok materi hendaknya
39
Wina Sanjaya, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, …, h. 99.
22
dicantumkan
secara
cermat
dalam
rencana
pembelajaran.
Dalam
mengorganisasikan materi, guru dapat menempuh berbagai cara. Guru dapat
menyusunnya dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, atau yang ada disekitar siswa.40
Pemilihan
materi
pembelajaran
(bahan
ajar)
harus
sejalan
dengan
kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang, yaitu: 1)
akurat dan up to date, sasarannya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
penemuan baru dalam bidang teknologi; 2) kemudahan, sasarannya untuk
memenuhi prinsip, generalisasi dan memperoleh data; 3) kerasionalan, sasarannya
mengembangkan kemampuan berfikir rasional, bebas dan logis; 4) esensial,
sasarannya untuk mengembangkan moralitas penggunaan pengetahuan; 5)
kemaknaan, sasarannya bermakna bagi siswa dan perubahan sosial; 6)
keberhasilan, sasarannya keberhasilan untuk mempengaruhi perubahan tingkah
laku siswa; 7) keseimbangan, sasarannya mengembangkan pribadi siswa secara
seimbang dan menyeluruh; 8) kepraktisan, sasarannya mengarahkan tindakan
sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya.41
3) Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pembelajaran yang
sedang dipelajari.
Proses pembelajaran menurut Muslich dikelompokkan ke dalam tiga
kegiatan besar, yaitu: 1) kegiatan awal, biasanya diisi dengan mengemukakan
hal-hal yang menarik minat siswa untuk belajar, membahas ulang pengetahuan
prasyarat atau menyampaikan informasi awal atau penjelasan tugas secara
klasikal. Pengetahuan prasyarat yang dibahas hendaknya betul-betul yang dekat
dengan konsep baru yang dipelajari, tidak terlalu jauh sehingga waktu yang
digunakan menjadi singkat; 2) kegiatan inti, disediakan untuk siswa mengalami
kegiatan seperti melakukan percobaan, bermain peran, kegiatan pemecahan
40
Wardani, Pemantapan Kemampuan Guru Mengajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2004), h. 8.
41
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 223.
23
masalah, atau simulasi yang sebaiknya dilakukan secara berpasangan atau
kelompok. Apabila kegiatan ini dilakukan siswa secara perorangan maka harus
diikuti dengan kegiatan yang melibatkan lebih dari satu orang, misalnya saling
menjelaskan proses dan hasil belajar kepada temannya. Hal ini dimaksudkan agar
tercipta interaksi diantara mereka sehingga hasil belajar mereka menjadi mantap;
3) kegiatan penutup, biasanya diisi dengan rangkuman hasil belajar secara
klasikal. Alokasi waktu untuk kegiatan awal dan penutup sebaiknya tidak lebih
dari 10-15 menit sehingga sisanya untuk kegiatan inti.42
4) Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pembelajaran,
untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi
pembelajaran. Tes itu bersifat formatif, yaitu bertujuan mengetahui sampai
seberapa jauh siswa dalam pengolahan materi pembelajaran (diagnostic
progress test). Menurut Yamin dalam test formatif ini, ditetapkan norma yang
tetap dan pasti, misalnya 80% dari jumlah pertanyaan dalam tes itu harus
dijawab betul, supaya siswa dinyatakan berhasil atau telah menguasai tujuan
pembelajaran.43
5) Siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan
pertolongan khusus, misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak
sebagai tutor sebaya, mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh
mempelajari buku bidang lain dan mengambil unit pelajaran yang telah
diprogramkan.
6)
Setelah semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pembelajaran
yang bersangkutan barulah guru mulai mengajarkan unit berikutnya.
7)
Setelah siswa paling sedikit kebanyakannya, mencapai tingkat keberhasilan
yang dituntut guru mulai mengajar unit pelajaran ketiga. Jadi seluruh siswa
dalam kelas selalu mulai mempelajari suatu unit pelajaran baru secara
bersama-sama.
42
Masnur Muslich, KTSP:Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 60.
43
Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, …, h. 127.
24
8) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lain,
sampai seluruh rangkaian pembelajaran selesai.
9) Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes
yang mencakup seluruh rangkaian unit pembelajaran. Tes akhir ini bersifat
sumatif, yaitu bertujuan mengevaluasi taraf keberhasilan masing-masing
siswa terhadap semua tujuan pembelajaran.44
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mastery Learning
Para pakar pendidikan berkeyakinan bahwa sebagian besar bahkan semua
siswa mampu menguasai bahan
pelajaran tertentu sepenuhnya
dengan
syarat-syarat tertentu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan
teori Carrol, Bloom, Block dan yang lainnya dapatlah diidentifikasi dan
dielaborasikan bahwa mastery learning dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1) Bakat (aptitude)
Bakat sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih juga sangat berpengaruh bagi tercapainya prestasi
seseorang. Ada korelasi antara bakat yang tinggi dengan prestasi belajar. Korelasi
antara bakat, misalnya untuk pelajaran matematika dan prestasi untuk bidang itu
setinggi 70. Hasil itu akan tampak bila kepada siswa dalam satu kelas diberikan
metode yang sama dalam waktu yang sama. Namun menurut Carrol adanya
perbedaan bakat dipandang sebagai perbedaan waktu yang diperlukan untuk
menguasai sesuatu. Jadi perbedaan bakat tidak menentukan tingkat penguasaan
atau jenis bahan yang dipelajari. Jadi setiap orang dapat menguasai bidang studi
apapun hingga penguasaan yang tinggi asal diberi waktu yang cukup.
2) Ketekunan belajar (perseverance)
Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk
belajar mempelajari sesuatu memerlukan jumlah waktu tertentu. Carrol
44
Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, …, h. 127.
25
mendefinisikan ketekunan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk
belajar.45 Bila siswa membutuhkan sejumlah waktu untuk mempelajari bahan
pelajaran tetapi ia hanya mendapat waktu kurang dari apa yang ia butuhkan untuk
mempelajari suatu bahan, maka ia tidak akan menguasai bahan sepenuhnya.
Waktu belajar yang dimaksudkan adalah jumlah waktu yang digunakan untuk
kegiatan belajar, yaitu mempelajari sesuatu secara aktif.
3) Kualitas pembelajaran (quality of instruction)
Implementasi KTSP berbasis kompetensi, menurut dukungan tenaga
kependidikan yang terampil dan berkualitas, agar dapat membangkitkan motivasi
kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas setempat, serta
mengefisienkan sistem dan mengendorkan birokrasi yang tumpang tindih. Dalam
pada itu, dituntut kemandirian dan kreatifitas sekolah dalam mengembangkan
kurikulum dan pembelajaran beserta perangkat evaluasinya. Implementasi KTSP
disekolah merupakan pengembangan kurikulum pada tingkat lembaga (institusi)
yang akan bermuara pada pengembangan kurikulum pada tingkat bidang studi .
Melalui pendidikan akan terbentuk sikap dan perilaku siswa. Guru sebagai
seorang pendidik yaitu orang yang berusaha mewujudkan budi pekerti yang baik
atau akhlakul karimah, atau sebagai pembentukan nilai-nilai moral (transfer of
values). Sedangkan guru sebagai pengajar (muallim) adalah orang yang
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa mengerti,
menghayati, memahami, dan dapat mengamalkan berbagai ilmu pengetahuan
yang disebut sebagai transfer of knowledge.46
Kegiatan pembelajaran di kelas dapat dilihat dari sisi guru yang dapat
dicermati dari dua sudut pandang. Pertama, menyatakan bahwa mengajar adalah
proses transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan pada siswa. Kedua,
menyatakan bahwa pembelajaran bukan hanya mengendalikan kelas sehingga
Moh.Uzer Usman dan Lilis Setyawati, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1998), h.96.
46
Suyanto dan Abbas, Wajah Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta: Adicita Karya
Nusa, 2001), h. 66.
45
26
menghilangkan sebagian besar peran serta yang seharusnya dilakukan siswa.
Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan bekerja secara profesional,
mengajar secara sistematis dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang
berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien), artinya guru dapat
merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis dalam penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran aktif.47
Jadi kualitas pengajaran ditentukan oleh kualitas pengujian, penjelasan dan
pengaturan unsur-unsur belajar dengan memperhatikan metode-metode mengajar
yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa secara Individual. Karena
pada dasarnya setiap anak belajar tidak secara kelompok, akan tetapi secara
individual, menurut caranya masing-masing meskipun berada dalam satu
kelompok (kelas). Artinya, meskipun dilaksanakan secara klasikal tetapi sangat
individual pendekatan yang digunakan dalam implementasinya.
4) Kesanggupan untuk menerima pelajaran (ability to learn).
Kesanggupan belajar siswa terkait erat dengan intelegensi. Salah satu definisi
intelegensi antara lain menyebutkan bahwa intelegensi adalah ability to learn
(kemampuan untuk belajar). Artinya, intelegensi yang tinggi diharapkan akan
dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula begitu juga yang terjadi
sebaliknya. Intelegensi merupakan bakal potensial yang akan memudahkan dalam
belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan performansi yang optimal.48
5) Kesempatan waktu untuk belajar
Alokasi waktu tiap bidang studi telah ditentukan dalam kurikulum yang
tentunya telah disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar siswa dan
perkembangan jiwanya. Untuk itu, para guru pula mengantisipasi agar waktu
belajar yang tersedia sesuai dengan kebutuhan, sehingga waktu belajar untuk
mempelajari materi pelajaran tersebut benar-benar efektif. Dalam hal ini peranan
47
48
h.163.
Dimyati Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 117-118.
Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
27
strategi dan metode pembelajaran yang digunakan para guru sangat besar dan
peranan kealiman guru dalam pemecahan masalah ini juga sangat menentukan.49
h. Kelebihan dan Kekurangan Mastery Learning
Suatu strategi pembelajaran ada kelebihan dan kekurangannya, seperti juga
strategi mastery learning yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Strategi
mastery learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, oleh
karena itu strategi ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:50
1) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang
berpegang pada prinsip perbedaan individual, belajar kelompok.
2) Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana
disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan diri sendiri dengan menemukan dan
bekerja sendiri.
3) Dalam strategi ini, guru dan siswa diminta bekerja sama secara
partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam
proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
4) Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar,
yakni siswa yang menguasai bahan pelajaran secara tuntas,
menyeluruh dan utuh.
5) Pada hakikatnya, strategi ini tidak mengenal siswa yang gagal belajar
atau tidak naik kelas karena siswa yang ternyata mendapat hasil yang
kurang memuaskan atau masih dibawah target hasil yang diharapkan,
terus menerus dibantu oleh rekannya dan oleh guru.
Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung
unsur objektivitas yang tinggi sebab penilaian dilakukan oleh guru. rekan
Moh.Uzer Usman dan Lilis Setyawati, Menjadi Guru Profesional, …, h. 99.
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
CBSA, …, h. 86-87.
49
50
28
sekelas, dan oleh diri sendiri dan berlangsung secara berlanjut serta
berdasarkan ukuran keberhasilan (standar perilaku) yang jelas dan
spesifik.
6) Pengajaran tuntas berdasarkan suatu perencanaan yang sistemik, yang
memiliki derajat koherensi yang tinggi dengan Garis-garis Besar
Program Pengajaran Bidang studi.
7) Strategi ini menyediakan waktu belajar yang cukup sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan masing-masing individu siswa sehingga
memungkinkan mereka belajar secara lebih leluasa.
8) Strategi ini mengaktifkan guru-guru sebagai suatu regu yang harus
bekerja sama secara efektif sehingga kelangsungan proses belajar
siswa dapat terjamin dan berhasil optimal.
9) Strategi belajar tuntas berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang
terdapat pada strategi belajar-mengajar lainnya, yang berdasarkan
pendekatan kelas saja, atau individualisasi saja.
Disamping memiliki kelebihan, strategi mastery learning juga mempunya
kelemahan, di antaranya:51
1) Guru-guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat
perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu
semester di samping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap
dan menyeluruh.
2) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai
kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang
memadai.
3) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami
hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit
51
Oemar Hamalik,
CBSA, …, h. 87-88.
Pendekatan
Baru
Strategi
Belajar Mengajar Berdasarkan
29
dan masih baru.
4) Strategi ini sudah tentu meminta berbagai fasilitas, perlengkapan, alat,
dana, dan waktu yang cukup besar, sedangkan sekolah-sekolah kita
umumnya masih langka dalam segi sumber-sumber teknis seperti yang
diharapkan.
5) Untuk melaksanakan strategi ini yang mengacu kepada penguasaan
materi belajar secara tuntas pada gilirannya menuntut para guru agar
menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih
lengkap. Hal itu menuntut para guru agar lebih banyak dan
menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.
3. Mastery Learning Dalam Pembelajaran Ekonomi
Pada prinsipnya pelaksanaan strategi mastery learning dalam pembelajaran
Ekonomi sama saja dengan strategi lain yang digunakan dalam pembelajaran
Ekonomi. Hanya saja ada karakteristik yang menjadi ciri khas dan indikator
pelaksanaannya, yaitu:
a.
Metode Pembelajaran
Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan diagnostik deskriptif
(mengetahui kesulitan belajar siswa dan bagaimana cara memberikan layanan
terbaik). Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan
individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok
siswa (kelas), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual (individual differences) siswa sedemikian rupa,
sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing
secara optimal. Mastery learning sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial
dengan session-session kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran
terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer.52
52
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , …, h. 331.
30
Pembelajaran tuntas diorientasikan bagaimana siswa mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan, artinya tujuan pembelajaran Ekonomi di arahkan pada
penguasaan kompetensi-kompetensi tertentu. Jika itu telah tercapai, maka
dikatakan siswa telah kompeten, dan jika belum maka siswa dapat dikatakan
belum atau bahkan tidak kompeten tentang bahan yang dipelajarinya. Oleh karena
itu, kalau siswa harus kompeten, maka gurunya harus lebih dahulu kompeten
dalam bidangnya, artinya ia memiliki kompetensi guru yang dipersyaratkan
padanya, agar tujuan pembelajaran terkondisikan dengan baik, kreatif,
menyenangkan, dan bermakna.
b. Peran guru
Strategi pembelajaran tuntas (mastery learning) menekankan pada peran atau
tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan siswa secara individual.
Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System Of Instruction
(PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi
siswa dengan materi/objek belajar.53 Karena itu, peran guru dalam pelaksanaan
mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi lebih diintensifkan dalam hal-hal
berikut: (a) menjabarkan/memecahkan Kompetensi Dasar ke dalam satuan-satuan
yang lebih kecil (cremental units) dengan memperhatikan pengetahuan
prasyaratnya, (b) mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD, (c) menyajikan
materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi, (d) memonitor seluruh
pekerjaan siswa, (e) menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi,
(f) menggunakan teknik diagnostik, dan (g) menyediakan sejumlah alternatif
strategi pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar (disability to
learn).
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), …, h. 331
53
31
c.
Peran
siswa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berorientasi pada
kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran siswa sebagai
subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “guru dan yang akan
dikerjakannya” melainkan pada “siswa dan yang akan dikerjakannya”. Oleh sebab
itu, pembelajaran tuntas (mastery learning) memungkinkan siswa lebih leluasa
dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan.54 Artinya, siswa diberi
kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan
siswa sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara individual dalam
mengikuti pembelajaran Ekonomi.
d. Evaluasi (penilaian)
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar (mastery learning) dalam
KTSP ditetapkan dengan penilaian acuan patokan pada setiap kompetensi dasar
dan tidak ditetapkan berdasarkan norma. Dalam hal ini batas ketuntasan belajar
harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah siswa harus mencapai nilai 75,65,55,
atau sampai nilai berapa seorang siswa dinyatakan mencapai ketuntasan dalam
belajar.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam
pembelajaran tuntas, tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat
diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik
yang dirancang secara baik, siswa dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil
tesnya, termasuk mengenali dimana ia mengalami kesulitan dengan segera,
sehingga dapat mencapai ketuntasan minimal yang telah ditentukan.55
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), …, h. 332
55
Ibid., h. 332
54
32
4. Pengertian Standar Kompetensi
Standar
Kompetensi
mata
pelajaran
adalah
deskripsi
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata
pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.56 Menurut Abdul Majid
Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan
program pembelajaran yang terstruktur.57 Pada setiap mata pelajaran, standar
kompetensi sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum, yang dapat kita
lihat dari standar isi. Jika sekolah memandang perlu mengembangkan mata
pelajaran tertentu misalnya pengembangan kurikulum muatan local, maka perlu
dirumuskan standar kompetensinya sesuai dengan nama mata pelajaran dalam
muatan lokal tersebut.
SK yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran
tertentu seperti Kewarganegaraan, Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris. SK yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan
tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik.
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa SK memiliki dua penafsiran,
yaitu:
a. Pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui peserta
didik dan kemampuan melakukan sesuatu dalam mempelajari suatu
mata pelajaran.
b. Spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan kategori
pencapaian seperti lulus atau memiliki keahlian
56
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), h. 170
57
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.
42
33
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penerapan belajar tuntas (Mastery Learning) sebelumnya pernah diterapkan
oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah :
Tabel 2.1
Penelitian Relevan
No
.
1.
Peneliti
Judul
Hasil
(Tahun)
Penelitian
Penelitian
Ratana
Peningkatan
Pratiwi
Belajar
(2011)
Pecahan Melalui Model belajar siswa adalah 60%, atau
Mastery
Hasil Berdasarkan data siklus 1 dapat
Penjumlahan dipaparkan
bahwa
ketuntasan
Learning ketuntasan sejumlah 12 siswa dari
(Belajar Tuntas) Siswa 20
siswa.
Sedangkan
yang
Kelas IV SD Islam mengalami ketidaktuntasan belajar
Hasanul
Kabupaten Blitar
Amin sebanyak 40%, sebanyak 8 siswa
dari 20 siswa. Nilai rata-rata yang
diperoleh 67,5. Berdasarkan data
pada siklus 2 dapat dipaparkan
bahwa ketuntasan belajar siswa
85%, atau ketuntasan sejumlah 17
siswa dari 20 siswa. Sedangkan
yang mengalami ketidaktuntasan
belajar sebanyak 15%, berarti 3
siswa dari 20 siswa. Nilai rata-rata
34
yang diperoleh 81,25. Dari hasil
penelitian yang didapat, peneliti
menyatakan
bahwa
penerapan
model Mastery learning (belajar
tuntas) yang dilaksanakan dapat
meningkatkan hasil belajar dalam
pembelajaran
penjumlahan
pecahan siswa kelas IV SD Islam
Hasanul Amin Kabupaten Blitar.
2.
Tony
(2009)
Upaya
Peningkatan Dalam penelitiannya ini siswa
Hasil
Belajar banyak mengalami peningkatan,
Matematika
Melalui diantaranya
Model Belajar Tuntas siswa
keaktifan
belajar
meningkat
76,92%,
(Mastery Learning) di pemahaman
materi
Kelas V SDN 3 Keden
meningkat
87,18%
dan
kemandirian
belajar
siswa
siswa
meningkat 79,49%. Dari hasil
yang didapat, Tony menyatakan
bahwa
pembelajaran
didasarkan
pembelajaran
pada
melalui
yang
penerapan
Model
Belajar Tuntas dengan kombinasi
35
pembelajaran klasikal, kelompok,
dan individual serta pemecahan
masalah dapat membuat siswa
semakin kreatif.
3
Dafid
Armawan
(2011)
Belajar Tuntas (Mastery Dalam penelitian ini terdapat
Learning) Sebagai
hubungan positif yang signifikan
Upaya Meningkatkan
padan kegiatan tindakan pada
Kualitas Pembelajaran
proses dimana terjadi peningkatan
Siswa Kelas XI-2
kualitas pembelajaran. Dimana
Jurusan TKR SMKN 1
besarnya
Seyegan
nampak pada hasil penelitian
peningkatan
tersebut
dimana ditunjukkan oleh selisih
nilai rata-rata pre-test dengan nilai
post test sebesar 2.33. Rata-rata
nilai pre test sebesar 5.38 dan
nilai post test sebesar 7.71.
Penelitian-penelitian di atas digunakan untuk mendukung terlaksananya
penelitian tentang strategi belajar tuntas (Mastery Learning) yang dilakukan
peneliti. Yang membedakan antara penelitian kali ini dengan penelitian
sebelumnya adalah peneliti menerapkan strategi belajar tuntas (Mastery Learning)
untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi.
36
C .Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Berpikir
1.
2.
3.
Kreativitas dan inisiatif guru kurang
Pemahaman siswa terhadap materi lemah
Hasil belajar siswa menurun
Penelitian Tindakan
Proses pembelajaran menggunakan Strategi
Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Siswa memahami materi pelajaran Ekonomi
Tercapainya standar kompetensi melalui
penerapan stategi Belajar Tuntas
(Mastery Learning)
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Tercapainya
standar kompetensi melalui strategi belajar tuntas (Mastery Learning) dalam
pelajaran ekonomi di SMAIT Yapira Medang Kab. Bogor
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitan yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. ”Penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.
1
Permasalahan
SIKLUS I
Permasalahan
Baru Hasil
Refleksi
SIKLUS II
Gambar 3.1 : Bagan Siklus PTK
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Refleksi
I
Pengamatan
Tindakan I
Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Refleksi
II
BilaPermasalahan
Belum
Terpecahkan
Pengamatan
Tindakan II
Dilanjutkan kesiklus
berikutnya
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
Cet.ke-9, h.58
1
37
38
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMAIT YAPIRA terletak di jl. Kp.
Medang RT.01/08 Ds. Sukamulya Kec. Rumpin Kab. Bogor.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dimulai pada
tanggal 18 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 3 November 2015. Akan
tetapi penelitian tidak dilakukan secara terus menerus dalam hari tersebut
hanya pada hari-hari tertentu. Adapun tahap-tahap yang peneliti lakukan
adalah:
a. Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah untuk mengajukan
permohonan izin observasi dan penelitian.
b. Melakukan survey awal bertujuan untuk mencari gambaran umum tentang
obyek yang akan diteliti.
c. Melakukan penelitian dengan observasi serta wawancara tentang obyek
penelitian.
d. Melakukan analisis data dan menyimpulkannya.
C. Subjek Penelitian
Informasi data yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini diambil
dari berbagai sumber, di antaranya: sumber informasi dari Kepala sekolah SMAIT
YAPIRA dan guru Ekonomi. Kepala sekolah dalam penelitian ini memberikan
data tentang kondisi dan profil SMAIT YAPIRA, sedangkan guru Ekonomi
memberikan data tentang data jumlah siswa dan nama siswa SMAIT YAPIRA
serta informasi tentang pelaksanaan mastery learning dalam pembelajaran
Ekonomi.
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMAIT YAPIRA, yang
berjumlah 40 orang, terdiri dari 29 siswa laki-laki dan 9 siswi perempuan, pada
39
materi pelajaran ekonomi dengan menggunakan pendekatan/strategi Mastery
Learning. Sedangkan proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari
perencanaan persiapan instrumen, ujicoba instrument penelitian yang dilanjutkan
dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian.
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
1
Tanggal
18 Agustus 2015
Kegiatan
Konsultasi instrument penelitian
1. Observasi
2. Draft pedoman wawancara
2
25 Agustus2015
Ujicoba Instrumen
3
28 Agustus 2015
Konsultasi Observasi ke dosen
4
2 September 2015
Pemantapan
Instrumen
penelitian
dengan
berkonsultasi kepada dosen
5
3 September 2015 s/d
Pengumpulan data, Pengolahan Data, Analisis
11 September 2015
Data
(Pelaksanaan KBM Siklus I dan II)
6
20 Oktpber 2015
Laporan ke dosen tentang hasil pengolahan data
7.
3 November 2015
Finalisasi Hasil Analisis data
Untuk mendapatkan data awal, Proses pengumpulan data yang dilakukan
dibagi menjadi tiga tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan
tahap penentuan obyek penelitian.
Pertama, tahap persiapan penelitian, peneliti harus mempersiapkan instrumen
penelitian, lembar panduan observasi, dan lembar panduan wawancara.
Kedua, tahap pengumpulan data dan pengolahan data yaitu peneliti
melakukan wawancara, mencari berbagai informasi yang berhubungan dengan
fokus dan permasalahan penelitian mengenai pembelajaran dengan media gambar
40
terhadap hasil belajar siswa kelas XI di SMAIT YAPIRA. Tahap pengumpulan
data dan pengolahan data ini dilaksanakan sejak 18 Agustus s.d. 11 September
2015.
Ketiga tahap pengecekan data, yaitu mengadakan check recheck data dengan
metode Triangulasi dengan tujuan memperkuat hasil penelitian. Tahap ini
dilaksanakan setelah data yang diperlukan sudah terkumpul kemudian
didiskusikan kembali mengenai kesimpulan akhir dari penelitian ini. 3 November
2015 Finalisasi hasil Penelitian.
D. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada pelaksanaan
mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi pada kelas XI (Sebelas) di
SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor. Pada standar kompetensi memahami
kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi.
E. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. ”Penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.1
Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam model penelitian tindakan
kelas ini yaitu :
1. Rencana (Planning)pada komponen ini, guru sebagai peneliti
merumuskan rencana tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi
belajar siswa.
2. Tindakan (Action) pada komponen ini, guru melaksanakan tindakan,
berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya
2
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, …, h. 58
41
perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran,
perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.
3. Pengamatan (Observasi) pada komponen ini, guru mengamati dampak
atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap
siswa.
Apakah
berdasarkan
tindakan
yang
dilaksanakan
itu
memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.
4. Refleksi (Reflection) pada komponen ini, guru mengkaji dan
mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasarkan pada berbagai
kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat
melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika
masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak
perbaikan dan peningkatan yang meyakinkan.2
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpul data yang tepat dapat memungkinkan
diperolehnya data yang obyektif. Di bawah ini peneliti akan menguraikan
beberapa teknik penelitian yang digunakan sebagai cara yang ditempuh untuk
mengumpulkan data, Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes Hasil Belajar
Tes diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau
sejumlah pernyataan baik Pre test di saat awal sebelum pembelajaran dimulai.
Post Test yang dilaksanakan di akhir siklus, yang harus diberikan tanggapan
dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek
tertentu dari orang yang dikenai tes. Tes hasil belajar dalam penelitian ini adalah
3
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, …, h. 58
42
pertanyaan-pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang
berfungsi untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar Ekonomi
pada siswa Kelas XI dalam proses pembelajaran dibuktikan dengan nilai dari tes.
2.
Metode Observasi (pengamatan)
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang
ada pada objek penelitian. Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi terhadap keaktifan dan kerjasama siswa dalam berdiskusi secara
sistematis yang dilakukan pengamat pada saat pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan pedoman lembar observasi sebagai instrumen pengamatan.
Observasi, secara umum dapat diartikan secara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dengan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan.
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
observasi adalah :
Adapun yang di
Aktifitas Guru, Aktifitas siswa, dan Proses Kegiatan Belajar
Mengajar di dalam kelas.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap
subjek dan obyek penelitian. Adapun yang diamati dalam penelitian ini yaitu:
a. Ruang / tempat
Dalam hal ini peneliti mengamati ruang atau gambar untuk dicatat atau
digambar.
b. Pelaku Kegiatan
Peneliti mengamati ciri pelaku yang ada diruang atau tempat, dalam hal ini
pelaku adalah Aktifitas Guru Ekonomi dan Aktifitas Siswa SMAIT YAPIRA,
serta proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi mastery
43
learning dalam pembelajaran ekonomi.
c. Benda (Alat)
Peneliti mencatat semua benda atau alat yang digunakan oleh pelaku (guru dan
siswa) untuk berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan
kegiatan pelaku dalam Catatan Lapangan (Field Notes)
d. Waktu
Peneliti mencatat setiap tahapan-tahapan waktu dari sebuah kegiatan
Penelitian Tindakan Kelas berlangsung. PTK ini dilaksanakan dalam 2 (dua)
siklus, setiap siklusnya terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan.
e. Peristiwa
Peneliti
mencatat
peristiwa-peristiwa
yang
terjadi
selama
kegiatan
berlangsung. Antusiasme, sikap, perilaku, motivasi, keaktifan siswa dalam
berdiskusi, keaktifan bertanya, memberi pemecahan masalah dalam diskusi
f. Tujuan
Peneliti mencatat tujuan dari setiap kegiatan-kegiatan yang ada. Yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah “Ketuntasan” tercapainya Standar Kompetensi
(SK) dan peningkatan hasil belajar siswa.
g. Aktifitas, Sikap dan Perilaku Siswa
Peneliti mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap peserta sikap,
perilaku,motivasi, antusiasme eaktifan dalam berdiskusi, kerjasama tim, dan
aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengaar, baik dalam bahasa verbal
maupun non verbal yang berkaitan dengan perasaan, motivasi atau emosi.
3.
Metode Interview (Wawancara)
Wawancara di sini adalah wawancara secara langsung dengan guru
Ekonomi di SMAIT YAPIRA yang memegang peranan penting dalam
pelaksanaan pengajaran terutama dalam penerapan pembelajaran mastery
learning (belajar tuntas). Wawancara digunakan untuk menggali data tentang
pelaksanaan kegiatan pembelajaran Ekonomi dengan menerapkan mastery
44
learning (belajar tuntas).
Wawancara yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan
lisan.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil.
Wawancara yaitu suatu
cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan
bertanya sepihak dan dari jawaban yang diberikan responden kepada
pewawancara untuk dijadikan informasi melalui pedoman wawancara.
Adapun
yang diwawancara adalah siswa Kelas XI SMAIT YAPIRA Kabupaten Bogor
sebelum dan setelah tindakan.
4.
Catatan Lapangan (Field Notes)
Cara pengumpulan data dengan menghimpun data-data primer dan
skunder, serta catatan-catatan peristiwa, kejadian, kendala-kendala, aktifitas guru
dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas dan mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti di lapangan.
5.
Studi Dokumentasi
Menghimpun bahan-bahan keterangan (data) dan fakta yang dilakukan
dengan mengadakan kajian literasi dan studi dokumentasi dengan pencatatan
secara sistematis terhadap data-data yang dapat dijadikan dokumen pendukung
dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari data dari berbagai
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan, catatan
harian, dan sebagainya, sehingga dapat dijadikan sebagai informasi untuk
melengkapi data-data primer maupun sekunder. Dari sumber data tersebut,
peneliti dapat memanfaatkan untuk menguji dan manafsirkan berbagai hal yang
berkaitan dengan kegiatan pembelajaran Ekonomi di SMA YAPIRA Medang Kab.
Bogor dengan menggunakan pendekatan mastery learning.
45
G. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh arti dari data yang sudah tersedia melalui interpretasi
data, maka peneliti mengadakan pengolahan dan penafsiran data melalui teknik
analisis kualitatif yaitu data yang dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif, yaitu peneliti dalam meneliti menggunakan fakta empiris.3
Analisis data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu analisis data ketika peneliti masih di lapangan dan analisis data setelah
kembali dari lapangan. Analisis data di lapangan terkait dengan memperbaiki atau
mengubah asumsi teoritis yang digunakan, serta memperbaiki pertanyaan yang
menjadi fokus penelitian. Sedangkan analisis data pasca mendapatkan data di
lapangan terkait dengan perumusan penemuan penelitian.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menganalisis data
adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data, yaitu proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan,
mengabstrasi, dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan.
2. Sajian data, yaitu suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang
memudahkan untuk memberikan kesimpulan atau tindakan yang diusulkan.
3. Verifikasi atau penyimpulan data, yaitu penjelasan tentang makna data dalam
suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kausalnya sehingga
dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya.4
Sebelum digunakan tes tersebut terlebih dahulu diujicobakan untuk
mengukur validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal.
1. Uji Validitas
Validitas yang digunakan dalam instrument ini adalah dengan
menggunakan rumus korelasi poin biserial.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), cet. 2,
hlm. 167.
4
Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Angkasa, 1993), Cet. 1,
hlm. 167.
3
46
Keterangan:
rpbi
: koefisien korelasi poin biserial yang dianggap sebagai
koefisien validitas item.
Mp
: Skor rata-rata hitung yang dijawab dengan benar.
Mt
: Skor rata-rata total.
SDt
: Standar DeXIasi Total.
p
: Proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item.
q
: Proporsi siswa yang menjawab salahterhadap butir item.5
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil
perhitungan rpbi dibandingkan dengan rtabel product moment yaitu 0,361.
Jika hasil perhitungan rpbi lebihbesar atau perhitungan rtabel, maka soal tersebut
dinyatakan valid. Tetapi jika hasil perhitungan rpbi lebih kecil dari rtabel, maka
soal tersebut dinyatakan tidak valid.
2. Reliabilitas
Untuk mengukur reliabilitas menggunakan rumus K-R 20
(Kuder-Ricardson 20), yaitu:
Keterangan:
pi
:
Reliabilitas tes secara keseluruhan
:
Proporsi subyek yang menjawab benar dari suatu butir
soal
qi
:
1 - pi
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), Cet. III,
hlm. 185.
5
47
k
:
jumlah item dalam instrumen
:
Jumlah hasil perkalian antara pi dan qi
:
Varians total
Keterangan:
n
=
Banyaknya siswa.
=
Jumlah kuadrat skor.
=
Jumlah skor.6
Klasifikasi koefisien reliabilitas, sebagai berikut:
0,91 – 1,00
:
sangat tinggi
0,71 – 0,90
:
tinggi
0,41 – 0,70
:
cukup
0,21 – 0,40
:
rendah
Kurang dari 0,20 :
sangat rendah
3. Taraf Kesukaran Soal
Pengujian taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang
sukar, sedang, dan mudah. Rumus yang digunakan:
Keterangan:
I
:
indeks kesulitan untuk setiap butir soal.
B
:
banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal.
N
:
banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksudkan.7
6
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. II,
hlm. 263.
7
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
48
Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah:
0
- 0,30
= soal kategori sukar
0,31 - 0,70
= soal kategori sedang
0,71 - 1,00
= soal kategori mudah
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
pandai (berkemampuan rendah).
Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah:
Keterangan:
D
= Daya pembeda soal.
PA
= Proporsi kelas atas.
PB
= Proporsi kelas bawah.
BA
= Banyak siswa kelas atas yang menjawab benar.
BB
= Banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar.
JA
= Banyak siswa kelas atas.
JB
= Banyak siswa kelas bawah.
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
D
:
0,70 - 1,00
= sangat baik.
D
:
0,40 – 0,70
= baik.
D
:
0,20 – 0,40
= cukup.
D
:
kurang dari 0,20 = buruk.8
2001), hlm. 137.
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 213.
49
5.
Pengujian Prasyarat Analisis
a) Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Lilliefors dengan taraf
signifikan α = 0,05
Hipotesis:
H0
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian:
Terima H0, jikaLhitung<Ltabel
Tolak H0, jikaLhitung>Ltabel
b) Uji N-Gain (Nilai Capaian Peningkatan Hasil Belajar)
Untuk mengetahui N-Gain dapat ditentukan dengan rumus:
Terdapat tiga kategori perolehan skor N-Gain ternormalisasi:
G – Tinggi
: Nilai> 0,7
G – Sedang
: Nilai 0,3 – 0,7
G – Rendah
: Nilai< 0,3
H. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
1. Data hasil belajar siswa terhadap Penerapan Mastery Learning
Pengolahan data hasil belajar siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Teknik pengolahan data
2. Teknik analisa data
2. Tes Hasil Belajar
Dalam menganalisa data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan
konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus.
50
3. Data Observasi
a. Data Observasi Kegiatan Guru
b.Data Observasi Kegiatan Siswa
c. Data Observasi kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMAIT YAPIRA
1.
Tinjauan Historis SMAIT YAPIRA
Sekolah Menegah Atas Islam Terpadu YAPIRA berdiri pada tahun 2012.
SMA Islam Terpadu YAPIRA adalah sebuah sekolah yang terletak di desa medang
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Jawa Barat.1 Dengan lokasi yang jauh dari
keramaian kota menjadikan sekolah ini lebih tenang dalam melaksanakan proses
kegiatan belajar mengajar.
Adapun kepala sekolah sejak berdirinya SMAIT YAPIRA sampai
sekarang mengalami 2 kali pergantian yaitu :
A. Tahun 2012-2014
: Hj.Lelih Muhlisoh S.Ag
B. Tahun 2014-sekarang : Dodih Damhudi, S.Pd
2. Visi, Misi dan Tujuan SMAIT YAPIRA
Sebagaimana lembaga pendidikan yang lain, SMAIT YAPIRA juga
memiliki Visi, misi dan tujuan yang sejalan dan mendukung bagi tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. Adapun Visi, misi dan tujuan SMAIT YAPIRA
adalah sebagai berikut:
Visi SMAIT YAPIRA adalah: “ Terwujudnya akhlakul karimah, unggul
dalam berprestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur
sesuai dengan ajaran agama”.
Untuk mewujudkan Visi tersebut diperlukan misi yang jelas. Adapun misi
SMAIT YAPIRA adalah:
a. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.
b. Mengembangkan pengetahuan dibidang iptek, bahasa, olahraga dan seni
budaya sesuai bakat, minat dan potensi siswa.
c. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan
lingkungan. Sementara tujuan SMAIT YAPIRA sebagai berikut:
51
52
1. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran
2. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
3. Menjadi sekolah pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekitar.
4. Menjadi sekolah yang diminati di masyarakat.
3.
Letak Geografis SMAIT YAPIRA
SMAIT YAPIRA terletak di Jl. Kp. Medang RT.01/08 Ds. Sukamulya Kec.
Rumpin Kab. Bogor. Lokasi tersebut berada di tengah-tengah perkampungan
warga dan termasuk jauh dari hiruk pikuk keramaian jalan raya sehingga
mendukung proses belajar mengajar. Sekolah yang berstatus swasta didirikan
diatas tanah seluas +-5000 m2 dan status bangunan milik yayasan Raudhatut
Tauhid, merupakan suatu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Dinas
Pendidikan dan bukan lembaga pendidikan yang bercorak agama.
4.
Struktur Organisasi Sekolah
Agar sebuah lembaga sekolah mekanisme kerja lancar dan tertib, maka
diperlukan adanya orang-orang yang bertanggungjawab dalam bidangnya
masing-masing. Sehingga roda organisasi ini dapat berjalan kearah yang lebih
baik serta tujuan pendidikan yang diharapkan dapat dengan mudah tercapai.
Adapun struktur organisasi SMAIT YAPIRA terlampir.
5.
a.
Keadaan Guru Dan Murid
Keadaan Guru
Guru adalah salah satu komponen penting dalam pendidikan yang memegang
peranan penting. Guru inilah yang bertanggung jawab dalam pengoperasian
nilai-nilai yang telah diterapkan oleh suatu lembaga pendidikan.
Keberhasilan dalam pengajaran banyak tergantung pada pendidik/guru dalam
mengemban kependidikannya. Untuk itu diperlukan guru yang mampu
mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada oleh anak didik.
53
Pada saat diadakan penelitian jumlah guru yang ada di SMAIT YAPIRA
berjumlah 24 orang dengan perincian 14 orang guru laki-laki, 10 orang guru
perempuan.6 Daftar nama guru dan mata pelajaran yang diampu serta tugas
terdapat dalam lampiran.
b. Keadaan Murid
Siswa yang dimaksud disini adalah siswa yang mengikuti program
pendidikan di SMAIT YAPIRA yang bertujuan untuk belajar ilmu yang diajarkan
di SMAIT YAPIRA.
Pada saat diadakan penelitian, jumlah murid SMAIT YAPIRA pada tahun
ajaran 2015/2016 yaitu sebanyak 207 anak yang terdiri dari 97 siswa putra dan
110 siswi putri.
c. Fasilitas Sekolah
Fasilitas yang ada di SMAIT YAPIRA sangatlah mendukung berjalannya
proses kegiatan belajar mengajar sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai
dengan keinginan dan harapan. Kegiatan belajar tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya tanpa keberadaan sarana dan prasarana yang memadai.
Adapun fasilitas/sarana dan prasarana yang ada di lingkungan SMAIT
YAPIRA yang dapat menunjang berjalannya program pendidikan adalah sebagai
berikut:
Alat bantu pendidikan yang terdiri dari 500 bahan pustaka, 7 bahan/alat
media pendidikan, 4 jenis peralatan kesenian, 4 jenis peralatan olahraga, 1
peralatan laboratorium. Gedung pendidikan yang terdiri dari 6 ruang kelas, 1
ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 lapangan upacara, 1 lapangan olahraga, 4
taman sekolah. Alat perkantoran sekolah yang terdiri dari 1 mesin ketik, 3
komputer, 16 meja kursi, 5 lemari kerja, 1 meja belajar dan 6 papan tulis.1
1
Dokumentasi SMAIT YAPIRA
54
B. Mastery learning dan Pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA
1.
Mastery learning di SMAIT YAPIRA
Mastery learning yang biasa diartikan sebagai proses pembelajaran yang
dilakukan secara sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan
pembelajaran pada siswa kelompok besar (klasikal), membantu mengatasi
perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan
kecepatan belajar (rate of progress). Artinya, mastery learning merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar, dengan tolok
ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar, yakni tingkat kemampuan
siswa orang perorang, bukan perkelas dalam mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan. Dengan cara ini, guru akan memberikan layanan sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual siswa, sehingga potensi masing-masing siswa
berkembang secara optimal.
Pendekatan ini berawal dari asumsi, bahwa di dalam kondisi yang tepat,
semua siswa mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal
terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua siswa memperoleh hasil yang
maksimal pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis.
Kesistematisan akan tercermin dari strategi yang dilaksanakan, terutama
dalam mengorganisasi tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan
memberikan
bimbingan
terhadap
siswa
yang
lambat
mencapai
tujuan
(kompetensi) yang telah ditetapkan.
Belajar tuntas merupakan suatu upaya belajar dengan penekanan siswa harus
menguasai seluruh bahan ajar. Karena menguasai 100% bahan ajar amat sukar,
maka yang dijadikan ukuran biasanya menguasai 75% tujuan atau kompetensi
yang harus dicapai. SMAIT YAPIRA pada tiap jenis mata pelajaran menetapkan
tingkat ketuntasan yang berbeda sesuai dengan persepsi terhadap tingkat
kesukaran dan kedalaman mata pelajaran tersebut. Dalam konsep KTSP kriteria
55
ini disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk materi Ekonomi adalah minimal
peserta didik harus memperoleh nilai 70. Jika dibawah 70 belum dianggap tuntas
dan harus mengulang. Menurut Bapak cecep selaku gguru matapelajara ekonomi,
standar kompetensi atau standar ketuntasan Ekonomi yang berlaku di SMAIT
YAPIRA
adalah
ditetapkan
sendiri
oleh
sekolah
dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Antara lain, melihat kemampuan para
peserta didik. Penetapan standar oleh pihak sekolah sesuai dengan Peraturan
Departemen Pendidikan Nasional tentang penetapan standar ketuntasan minimal
bahwa sekolah dapat menetapkan sendiri standar ketuntasan minimal yang
dipakainya.2
Pada pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan strategi mastery learning,
siswa-siswa yang mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan akan mendapatkan pelajaran tambahan (remedial) agar mereka juga
bisa sukses melewati kajian itu. Sedangkan bagi siswa yang berhasil tuntas
menguasai kajian tersebut dapat diberikan program pengayaan (enrichment).
Ada beberapa hal penting kaitannya dengan penerapan mastery learning di
SMAIT YAPIRA, antara lain:
a. Guru mengukur tingkat ketuntasan. Tingkat ketuntasan ini diukur dari
kemampuan siswa dalam setiap unit ( SK atau KD ).
b. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan
pembelajaran dibuat untuk satu minggu pembelajaran dan dipakai sebagai
pedoman guru serta diberikan kepada siswa.
c. Guru membentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau
kemampuan dasar dan dilaksanakan melalui pendekatan klasikal,
kelompok dan individual.
d. Guru menyiapkan metode pembelajaran dalam setiap standar kompetensi
2
Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara
18 Agustus 2015
56
atau kompetensi dasar. Pembelajaran ini dilakukan melalui penjelasan
guru (lecture), membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi dan
belajar secara individual.
e. Guru melakukan orientasi pembelajaran pada terminal kompetensi atau
kemampuan dasar siswa secara individual.
f. Guru menyiapkan instrumen umpan balik dengan menggunakan berbagai
jenis tagihan serta bentuk tagihan secara berkelanjutan.
g. Guru membantu siswa dengan menggunakan sistem tutor dalam diskusi
kelompok dan tutor yang dilakukan secara individual.3
2.
Pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA
Di SMAIT YAPIRA pembelajaran Ekonomi tertuang dalam beberapa
komponen utama yang berperan dalam proses pembelajaran Ekonomi, yakni:
a.
Tujuan pembelajaran Ekonomi
Tujuan yang dirumuskan dalam pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA
telah disesuaikan dengan Standar Nasional. Manfaat dari perumusan tujuan
pembelajaran Ekonomi sebelum proses pembelajaran yaitu dapat mengukur
tingkat keberhasilan atau prestasi seseorang. Dalam perumusan pambelajaran
Ekonomi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar itu mencakup tiga ranah,
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal inilah yang ingin dicapai oleh
pihak sekolah bersama guru Ekonomi terhadap siswa-siswa di SMAIT YAPIRA..
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran Ekonomi yaitu
terbentuknya peserta didik yang memiliki sikap bijak, rasional, dan bertanggung
jawabdengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen
dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendii, rumah tangga, masyarakat dan
negara.
3
Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 2015
57
b. Materi Pembelajaran Ekonomi
Ini merupakan salah satu komponen operasional pendidikan, sebagai suatu
sistem materi juga disebut kurikulum. Jika dikatakan kurikulum, maka
mengandung pengertian bahwa materi yang diajarkan telah tersusun secara
sistematis dengan yang hendak dicapai telah ditetapkan.
Berikut peneliti paparkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Ekonomi kelas XI yang tercantum dalam Standar Isi mata pelajaran Ekonomi
SMA YAPIRA:
Tabel 4.1
SK dan KD Kelas XI/I
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami kondisi
1.1. Mengklasifikasikan ketenagakerjaan
ketenagakerjaan dan dampaknya
1.2. Mendeskripsikan tujuan pembangunan
terhadap pembangunan ekonomi
ekonomi
1.3.
Mendeskripsikan
proses
pertumbuhan
ekonomi
1.4.
Mendeskripsi
dampaknya
pengangguran
terhadap
beserta
pembangunan
nasional
2. Memahami APBN dan APBD
2.1.Menjelaskan
pengertian,
fungsi,
tujuan
APBN dan APBD.
2.2.Mengidentifikasi
penerimaan
sumber-sumber
pemerintah
pusat
dan
pemerintah daerah.
2.3.Mendeskripsikan
kebijakan
pemerintah
jenis-jenis
pengeluaran
dibidang fiskal.
2.4.Mengidentifikasi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
58
3. Mengenal pasar modal
3.1. Mengenal jenis produk dalam bursa efek
3.2. Mendeskripsikan mekanisme kerja bursa
efek
4. Memahami perekonomian
4.1 Memahami perekonomian terbuka
terbuka
4.2 Mengidentifikasi kurs tukar valuta asing
dan neraca pembayaran
4.3 Menjelaskan konsep tarif, kuota, larangan
ekspor, larangan impor, subtitusi, premi,
diskriminasi harga dan dumping.
4.4 Menjelaskan pengertian devisa, fungsi
sumber-sumber
devisa,
dan
tujuan
penggunaannya.
c.
Metode Pembelajaran Ekonomi
Selanjutnya adalah metode, penggunaan metode dalam strategi pembelajaran
ekonomi, seorang guru harus pandai mempertimbangkan ciri dan karakterisitik
materi pembelajaran. Berikut penulis paparkan materi serta metode pembelajaran
di SMAIT YAPIRA.
Mata pelajaran ekonomi adalah bagian dari mata pelajaran yang mempelajari
perilaku individu dan masyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya
yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas jumlahnya. Materi
pembelajaran ekonomi pada kelas XI (sebelas) berkenaan dengan ketenagakerjaan
dan pembangunan ekonomi berupa pengklasifikasian, mengartikan atau
mendeskripsikan dan menyimpulkan. Metode yang digunakan berupa tutor
sebaya, diskusi kelompok.
d. Media Pembelajaran Ekonomi
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyampaikan materi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
59
dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang baik.
Adapun media yang digunakan oleh guru ekonomi di SMAIT YAPIRA adalah
sebagai berikut:4
1) Buku-buku paket dan LKS yang relevan
Media ini digunakan ketika siswa mencari referensi yang mendukung materi
pelajaran sekaligus menambah pengetahuan dan wacana dari berbagai macam
buku dan penerbit. Koleksi ini bisa diperoleh di perpustakaan sekolah.
2) Papan Tulis dan Kapur
Media ini digunakan dalam menyampaikan materi-materi ekonomi di kelas.
3) Lingkungan
Dengan menggunakan media yang ada berarti memberikan pengalaman
belajar kepada siswa mulai dari sesuatu yang abstrak menuju kepada yang
konkrit. Akan tetapi tidak selamanya media pembelajaran tersebut dapat
digunakan secara tepat untuk berbagai situasi. Seorang guru benar-benar
dituntut untuk mampu dan cermat memilih media pembelajaran agar
pembelajaran bisa dilakukan seefektif mungkin.
C. Penerapan Mastery Learning dalam Pembelajaran Ekonomi di SMAIT
YAPIRA
Strategi mastery learning dalam pembelajaran ekonomi dikelas XI (sebelas)
terimplementasi pada metode yaitu NHT dan diskusi kelompok. Namun agar
metode
yang
diterapkan
dan
langkah-langkah
yang
ditempuh
dalam
pembelajaran mastery learning dapat mencapai hasil yang diinginkan haruslah
memperhatikan komponen-komponen pembelajaran berikut ini:5
1. Tujuan
Tujuan pembelajaran mastery learning di SMAIT YAPIRA yaitu agar
4
5
Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 2015
Data Observasi, Tanggal 18 Agustus 2015
60
sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran (kompetensi) secara
tuntas.
2.
Materi
Materi yang diajarkan dalam pembelajaran mastery learning yaitu
Ketenagakerjaan dan Pembangunan Ekonomi.
Materi
yang
ditekankan
pada
bab
ini
yaitu
mengenaiklasifikasi
ketenagakerjaan, tujuan pembangunan, proses pertumbuhan dan dampak
pengangguran terhadap pembangunan nasional. Atau bila disimpulkan dampak
ketenaga kerjaan terhadap pembanguan nasional.
3. Metode
Materi ekonomi bersifat kompleks. Sehingga metode yang digunakan bisa
bermacam-macam sesuai dengan tujuan dan karakteristik dari materi tersebut.
Menurut Bapak Cece bahwa tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan
segala kelebihan dan kelemahan masing-masing, sehingga seorang guru harus bisa
memahami masing-masing metode untuk bisa diterapkan secara tepat dalam
pembelajaran.6
Seorang guru dapat menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan
suatu pokok bahasan tertentu. Pada awal pengajaran guru menyampaikan suatu
uraian
dengan
menggunakan
metode
ceramah,
kemudian
memberikan
contoh-contoh dengan menggunakan metode peragaan dan dapat diakhiri dengan
tanya jawab.
Ditegaskan oleh peneliti bahwa metode yang digunakan disesuaikan dengan
kemampuan dasar dan tujuan yang hendak dicapai materi yang akan disampaikan.
Dengan demikian penggunaan metode telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum
proses pembelajaran dilaksanakan sebagaimana tercantum dalam pembelajaran.7
Diskusi kelompok adalah dua bentuk metode sebagai wujud dari penerapan
strategi mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi di kelas XI.
6
7
Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 2015
Membaca materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional
61
Diskusi kelompok dalam pembelajaran Ekonomi di kelas XI SMAIT
YAPIRA digunakan
ketika
materi
berupa
pemahaman
klasifikasi,
dan
mendeskripsikan.
Ada tiga tahapan yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan mastery learning
pada materi ketenagakerjaan dan pembangunan ekonomi dengan menggunakan
metode ceramah, tanya-jawab, NHT dan diskusi kelompok yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
D. Rencana Tindakan
Prosedur penelitian ini dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 ada 2
kali pertemuan. Pertemuan 1 untuk praktek pembelajaran sedangkan pertemuan 2
untuk praktek dan tes evaluasi siklus 1. Pada siklus 2 pembelajaran sama seperti
pada siklus 1 yaitu ada 2 kali pertemuan.
1. Siklus 1
Pada siklus 1 prosedur penelitian terdiri atas tahap persiapan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Berikut ini rincian prosedur penelitian siklus 1:
a. Tahap perencanaan
1) Menyusun RPP sesuai dengan materi pada masing-masing
pertemuan
2) Membuat papan kelompok selama siklus 1
3) Menyiapkan lembar observasi siklus 1.
4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
5) Menyiapkan soal tes Pretest dan posttes pada awal dan akhir siklusI
b. Pelaksanaan tindakan
Pertemuan ke- 1
1) Kegiatan awal
a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan
dipelajari yaitu klasifikasi ketenagakerjaan
b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan
62
dengan materi klasifikasi ketenagakerjaan .
c) Guru
menghubungkan
apersepsi
dengan
materi
yang
akan
disampaikan.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2) Kegiatan inti
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi klasifikasi
ketenagakerjaan
(eksplorasi).
b) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari
pada pertemuan hari ini (eksplorasi).
c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan
(eksplorasi).
d) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala sesuai nomor
anggota tiap kelompok (elaborasi).
e) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok (elaborasi).
f) Guru membimbing siswa dalam kelompok, jika kesulitan dalam
mengerjakan
dan
diskusi
antar
teman
dalam
kelompoknya
(elaborasi).
g) Guru mengundi kelompok dan mengundi nomor kepala secara acak
untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya
(elaborasi).
h) Guru memanggil nomor kepala dan nomor yang dipanggil siap maju
ke depan kelas untuk mempresentasikan (elaborasi).
i) Kelompok lain dengan nomor kepala sama mengangkat tangan dan
siap menanggapi (elaborasi).
j) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang
salah (konfirmasi).
k) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada
pertemuan hari ini (konfirmasi).
63
3) Kegiatan Penutup
a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.
b) Guru bersama siswa melakukan refleksi.
c) Guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya.
Pertemuan ke- 2
1) Kegiatan awal
a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan dipelajari
yaitu mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi..
b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan dengan
materi merangkai kata menjadi kalimat.
c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
2) Kegiatan inti
a)
Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini
(ekplorasi).
b)
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan
(eksplorasi).
c)
Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala sesuai nomor
anggota tiap kelompok (elaborasi).
d)
Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok (elaborasi).
e)
Guru membimbing siswa dalam kelompok, jika kesulitan dalam
mengerjakan dan diskusi antar teman dalam kelompoknya (elaborasi)
f)
Guru mengundi kelompok dan mengundi nomor kepala secara acak
kelompok yang akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan
jawabannya (elaborasi).
g)
Guru memanggil nomor kepala dan nomor kepala yang dipanggil untuk
maju ke depan kelas untuk mempresentasikan (elaborasi).
h)
Kelompok lain dengan nomor kepala yang sama mengangkat tangan dan
64
siap menanggapi kelompok lain yang maju mempresentasikan (elaborasi),
i)
Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang salah
(konfirmasi).
j)
Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada
pertemuan hari ini (konfirmasi).
3) Kegiatan akhir
a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.
b) Guru bersama siswa melakukan refleksi.
c) Guru memberikan tes akhir siklus 1 kepada siswa
d) Guru meminta lembar jawab siswa.
C. Observasi
Pada siklus 1 dilakukan observasi untuk mengetahui aktivitas siswa, guru
dalam mengajar selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi guru
dalam mengajar.
d. Refleksi
Pada siklus I dilakukan refleksi untuk mengulas secara kritis perubahan
siswa dan guru dalam mengajar. Hasil pengamatan yang diperoleh selama proses
belajar mengajar menunjukkan bahwa peneliti menganggap masih diperlukan
suatu perbaikan karena hasil belajar yang didapat belum sesuai harapan. Tahap
refleksi ini dilakukan untuk memperbaiki segala kekurangan-kekurangan yang
masih terdapat pada siklus 1 agar kekurangan-kekurangan tersebut tidak terjadi
pada siklus selanjutnya yaitu pada siklus 2, sehingga pembelajarannya pun dapat
menjadi lebih baik dan hasil belajar siswa meningkat.
2. Siklus 2
Prosedur penelitian pada siklus 2 dimaksudkan sebagai perbaikan terhadap
pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1. Perencanaan tindakan pada siklus 2 dilakukan
oleh peneliti berdasarkan pada refleksi pada siklus 1. Pelaksanaan pembelajaran pada
65
siklus 2 sama dengan siklus 1 yaitu diawali dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan,
observasi dan refleksi. Berikut ini rincian prosedur penelitian siklus 2:
a. Tahap perencanaan
1) Menyusun RPP sesuai dengan materi pada masing-masing pertemuan
2) Menyiapkan papan kelompok selama siklus 2
3) Menyiapkan nomor kepala siswa untuk setiap siswa dalam kelompok
selama
4) Menyiapkan lembar observasi selama siklus 2.
5) Menyiapkan tugas berupa lembar kerja siswa (LKS) sesuai materi pada
masing-masing pertemuan.
6) Menyiapkan soal tes akhir siklus 2
b. Pelaksanaan tindakan
Pertemuan ke-I
1) Kegiatan awal
a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan dipelajari
yaitu proses pertumbuhan ekonomi..
b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan dengan
materi proses pertumbuhan ekonomi.
c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2) Kegiatan inti
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi proses
pertumbuhan ekonomi (eksplorasi).
b) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari pada
pertemuan hari ini (eksplorasi).
c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan
(eksplorasi).
d) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala siswa sesuai
nomor anggota tiap kelompok (elaborasi).
66
e) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok (elaborasi).
f) Guru membimbing siswa dalam kelompok, jika kesulitan dalam
mengerjakan dan diskusi antarteman dalam kelompoknya (elaborasi).
g) Guru mengundi kelompok dan nomor kepala secara acak yang akan maju
ke depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya (elaborasi).
h) Guru memanggil nomor kepala dan nomor kepala yang dipanggil untuk
maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
(elaborasi).
i) Kelompok lain dengan nomor kepala yang sama mengangkat tangan dan
siap untuk menanggapi siswa yang maju mempresentasikan (elaborasi).
j) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang
benar/salah (konfirmasi),
k) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada
pertemuan hari ini (konfirmasi).
3) Kegiatan akhir
a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.
b) Guru bersama siswa melakukan refleksi.
c) Guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya.
Pertemuan ke- 2
1) Kegiatan awal
a) Guru mengondisikan siswa dan menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu
pengangguran beserta dampaknya terhadap pembangunan nasional.
b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab dengan menghubungkan
materi yang akan disampaikan.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2) Kegiatan inti
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang melengkapi cerita
berdasarkan gambar (eksplorasi).
67
b) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini
(eksplorasi).
c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan
(eksplorasi).
d) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala sesuai nomor
anggota tiap kelompok (elaborasi).
e) Guru memberikan tugas LKS kepada setiap kelompok untuk didiskusikan
bersama (elaborasi).
f)
Guru membimbing siswa dalam diskusi, jika kesulitan dalam mengerjakan
dan diskusi antarteman dalam kelompoknya (elaborasi).
g) Guru mengundi kelompok dan nomor kepala secara acak yang akan maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya (elaborasi).
h) Guru memanggil nomor kepala dan nomor kepala yang dipanggil untuk
maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (elaborasi).
i) Kelompok lain dengan nomor kepala yang sama mengangkat tangan dan
siap menanggapi siswa yang maju mempresentasikan (elaborasi).
j) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang salah
(konfirmasi).
k) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada
pertemuan hari ini (konfirmasi).
3) Kegiatan akhir
a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.
b) Guru bersama siswa melakukan refleksi.
c) Guru memberikan tes akhir siklus 2 kepada siswa
d) Guru meminta lembar jawab siswa
c. Observasi
Pada siklus 2 dilakukan observasi untuk mengetahui aktivitas siswa, guru
dalam mengajar selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa
68
d. Refleksi
Pada siklus 2 dilakukan refleksi untuk mengulas secara kritis perubahan
siswa dan guru. Hasil pengamatan yang diperoleh selama proses belajar mengajar
berlangsung dianalisis, kemudian dari hasil analisis ini peneliti melakukan refleksi
diri untuk menentukan keberhasilan penelitian dan merencanakan tindakan.
Apabila Penelitian tindakan kelas ini berhasil dan telah tercapai ketuntasan belajar
secara individual dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran,
yaitu apabila sekurang-kurangnya 75% siswa memenuhi kriteria baik. Jika hal itu
telah tercapai, maka penelitian ini cukup sampai siklus 2 saja.
c. Tahap Evaluasi
Adapun pelaksanaan evaluasi menggunakan dua penilaian yaitu Nilai Pre
Test pada saat awal siklus dimulai dan Nilai Post Test pada akhir siklus. Pada
observasi aktifitas siswa, penilaian dilakukan oleh guru adalah siswa diminta
menuliskan hasil ringkasan selama KBM berlangsung. Penilaian terhadap
aktifitas siswa, penilaian ini dilakukan pada saat diskusi berlangsung, dengan
melihat peran dan keaktifan siswa dalam kelompok diskusi.
d. Hasil Evaluasi
Hasil belajar siswa pada bidang studi Ekonomi ditunjukkan berdasarkan
standar ketuntasan yang dicapai oleh siswa. Dalam pembelajaran Ekonomi di
SMAIT YAPIRA yang menerapkan strategi mastery learning siswa yang sudah
tuntas adalah siswa yang dapat mencapai taraf penguasaaan materi 75 % dari
kompetensi dan satu kelas sudah tuntas apabila dalam proses belajar mengajar
Ekonomi minimal 75% dari seluruh peserta didik yang mencapai ketuntasan.
Dan standar ketuntasan untuk pelajaran di SMAIT YAPIRA adalah minimal
siswa harus dapat mencapai nilai 70.
Dari transkip nilai yang penulis peroleh dapat penulis sajikan hasil evaluasi
siswa kelas XI pada pelaksanaan mastery learning yaitu sebagai berikut
69
C. Interpretasi Data
1. Data Awal Observasi
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas XI SMAIT
YAPIRA .
Penelitian tindakan kelas dilakukan selama dua bulan yang dimulai
dari bulan September sampai dengan oktober Tahun 2015. Subyek penelitian
terdiri dari 40 siswa putra dan putri.
Sebelum dilakukan tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti menganalisa
penyebab-penyebab apa saja yang menyebabkan rendahnya nilai rata-rata hasil
belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada siswa kelas XI SMAIT YAPIRA . Salah
satu tindakan yang dilakukan adalah dengan menganalisis hasil belajar yang sudah
dicapai siswa sebelumnya diantaranya nilai rata-rata evaluasi kesatu pada
semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. seperti ditunjukkan pada
tabel 4.2 di
bawah ini:
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Belajar Ekonomi pada siswa kelas XI SMAIT YAPIRA
ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016
No
Rata-rata
Evaluasi
1
1
62.4
Rata-rata
Rata-rata nilai
Evaluasi 2
Evaluasi
64
KKM
63.2
Dari tabel tersebut dapat digambarkan grafik sebagai berikut:
70
70
Gambar 4.1 : Grafik Nilai Awal Siswa
Adapun metode yang digunakan peneliti sebelum tindakan kelas adalah
model pembelajaran stude center approach dengan metode ceramah.
Dikarenakan penelitian ini dilaksanakan di awal semester ganjil tahun
pelajaran 2015 /2016, maka sebagai data awal adalah nilai rata-rata evaluasi
siswa ke satu pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 . Berdasarkan
data yang diperoleh siswa pada ulangan semester kedua, nilai rata-rata Nilai
Mata Pelajaran Ekonomi kelas XI sangat rendah di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah di tentukan sekolah. Selain motivasi
belajar yang kurang, siswa juga kesulitan untuk memahami materi pelajaran
Ekonomi, karena sebelumnya hanya sebatas diajarkan teori-teori tentang
Materi
ketenagakerjaan
dan
pembangunan
nasional,
belum
pada
pembelajaran yang menyenangkan.
2. Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I
pada
dilaksanakan
dalam
2
kali
pertemuan
yaitu
hari Rabu tanggal 3 September 2015 , Kamis 4 September 2015 setiap
kali pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Subyek penelitian adalah
kelas XI semester genap Tahun Pelajaran 2015/ 2016
orang.
yang berjumlah 40
71
Pertemuan pertama siklus 1 pada hari Rabu tanggal 3 September 2015
penelitian tindakan kelas dilakukan selama 90 menit. Lima menit pertama
peneliti menjelaskan Materi klasifikasi ketenagakerjaan. Seluruh siswa dibagi
ke dalam beberapa kelompok agar masing-masing siswa berkesempatan
belajar aktif secara merata.
Mengawali kegiatan inti pembelajaran guru mengadakan test yaitu pre
test untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
dilaksanakan secara tertib tanpa membuka buku, dengan hasil pre test sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I
No
Nilai Rata-Rata
Daya Serap
KKM
Ketuntasan
1
62.75
46
70
32.5 %
Dari hasil pre test ini jelas tergambar bahwa siswa hanya sebagian kecil
menguasai kompetensi Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional dalam
Ekonomi hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan 32.5%
Berdasarkan tabel di atas, data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk
diagram batang seperti gambar di bawah ini.
72
Gambar 4.2 : Grafik diagram batang hasil kegiatan Pre Test siklus1
Dari grafik diatas tergambar jelas bahwa terjadinya nilai ketidak tuntasan
yang rendah jika di bandingkan dengan standar KKM yang telah ditentukan
dengan gambaran grafik yang cukup tinggi.
Selanjutnya
kegiatan
inti
pembelajaran,
setelah
pre
tes,
guru
menyampaikan pokok-pokok materi, menganalisis Materi ketenagakerjaan dan
pembangunan nasional pada pelajaran Ekonomi.
Dari hasil observasi selama pertemuan satu siklus 1 didapatkan
data aktifitas siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran yaitu ada
24
o r a n g siswa yan g ak t i f atau 65 %, sangat antusias
15
38 %, bertanya
11 orang
dan
teman
siswa atau 58%, dan bekerjasama dalam kelompoknya 18
23 orang
orang siswa atau 45%.
siswa
atau
28%,
orang siswa atau
ngobrol dengan
73
Tabel 4.4
Hasil pengamatan aktifitas siswa dalam pembelajaran
Pada siklus I pertemuan 1.
No
Komponen Yang Diamati
Jumlah
Prosentase
1
Aktif
24
60%
2
Sangat antusias
12
30%
3
Menghayati
8
20%
4
Cepat memahami
20
50%
5
Berani berpendapat
13
32.5%
Berdasarkan data tersebut, ternyata pada siklus 1 menunjukkan siswa
cukup
aktif
pembelajaran
dan
selalu
memberikan
respon
positif dalam
setiap
yang dikembangkan dalam penelitian ini. Dilihat
dari
ketepatan menganalisis Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional
yang dijelaskan oleh guru menunjukkan bahwa
minat, motivasi belajar
dan keinginan un tuk belaj ar siswa sangat tinggi. Ketepatan mengumpulkan
tugas ditentukan melalui ketepatan waktu, yaitu pada saat masuk kelas sebelum
pembelajaran dimulai tugas harus sudah dikumpulkan.
Dalam bentuk grafik batang, data tersebut di atas dapat disajikan seperti
gambar 4.3
grafik berikut ini:
74
Gambar 4.3 :
Grafik batang
hasil pengamatan aktifitas siswa pada pembelajaran siklus 1 pertemuan 1
Pertemuan kedua siklus 1 yaitu pada hari kamis 4 September 2015
dilakukan selama 2 x 45 menit. Kegiatan inti yang dilakukan adalah sama
seperti yang dilakukan pada pertemuan kesatu, hanya materi bergeser pada
upaya memahami Materi tujuan pembangunan ekonomi
Kegiatan
pembelajaran
yang
dilakukan
oleh
siswa
dengan
mengeksplorasi materi melalui belajar berkelompok dengan menempatkan
anggota ahli untuk masing-masing group. Pengalaman yang diperoleh dalam
pembelajaran dengan strategi Mastery Learning Materi ketenagakerjaan dan
pembangunan nasional pada pelajaran Ekonomi. Pada pertemuan akhir siklus I
ini kegiatan inti pembelajarannya adalah kegiatan tes tertulis. Bentuk soal
adalah
mengklasifikasikan
ketenagakerjaan
dan
mendeskrisikan
tujuan
pembangunan ekonomi.. Tes berlangsung dengan tertib.
1. Perhitungan NilaiI N-Gain
Dengan menggunakan nilai-nilai dari hasil pretest dan postest Siklus I,
dapat dicari nilai rata-rata N-Gain, dengan rumus sebagai berikut :
75
Tabel 4.5
N-Gain Siklus I
Siklus I
No
.
Responden
Postest
Ideal
-
-
Pretest
Postest
Pretest
Pretest
N-Gain
Keterangan
1
Adi Firdaus
70
80
10
30
0.33
Tinggi
2
Aenun Safaah
60
70
10
40
0.25
Sedang
3
Agus Irawan
60
70
10
40
0.25
Sedang
4
Agus Ma'sum
60
65
5
40
0.12
Sedang
5
A. Zaki Siraj
50
60
10
50
0.2
Rendah
70
72
2
30
40
50
10
60
65
70
5
35
70
75
5
30
50
62
12
50
0.24
Rendah
6
7
8
Asia Nurul
Islam
Bagus
Mahendra
Dadi Sukardi
0.06
0.16
0.14
Sedang
Rendah
Sedang
10
Dandi
Priatama
Diki Padilah
11
Diki Wahyudi
60
62
12
50
0.24
Rendah
12
Dinda Arini
60
65
5
40
0.12
Rendah
13
Haerul Abidin
60
75
15
40
0.37
Sedang
14
Hayati
70
75
5
30
0.16
Sedang
15
Ilyas Prayoga
50
60
10
50
0.2
Rendah
70
72
2
30
50
55
5
50
70
72
2
30
9
16
17
18
Inas Nabilatul
M
Khoerunnisa
Lili
Nurkhasanah
0.16
0.06
0.1
0.06
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
76
19
Lia Aprilia
50
55
5
50
0.1
Rendah
20
Mirnawati
56
65
9
44
0.20
Rendah
21
M. Wildan B.A
55
65
10
45
0.22
Rendah
65
60
5
35
80
82
2
20
0.1
Tinggi
23
Nia Fitriah
Sari
Nurdianah
24
Nurkaya
50
60
10
50
0.2
Rendah
25
Nurlita Putri A
70
80
10
30
0.33
Tinggi
26
Peri Supriyadi
50
60
10
50
0.2
Rendah
27
Rafifah T.S
50
60
10
50
0.2
Rendah
50
60
10
50
80
82
2
20
75
80
5
25
50
55
5
50
0.1
Rendah
22
28
29
Ridwan
Maulana
Rismayanti
0.14
0.2
0.1
Rendah
Rendah
Tinggi
31
Salman
Alfarisi
Shandika
32
Siska Pionita
50
60
10
50
0.2
Rendah
33
Siti Asnawiyah
50
60
10
50
0.2
Rendah
60
65
5
40
60
62
2
40
60
62
2
40
50
62
12
50
0.24
Rendah
30
34
35
Siti Nurmaya
Sari
Siti Rofikoh
0.2
0.12
0.05
Tinggi
Rendah
Rendah
37
Siti
Khoirunnisa
Tiara Selviana
38
Yogi Pujianto
50
65
15
50
0.3
Rendah
39
Yandi Jatmiko
50
60
10
50
0.2
Rendah
40
Zaenal Abidin
60
65
5
40
0.12
Rendah
Jumlah
2356
2658
-
Rata-rata
58.9
66.45
-
36
% N-Gain Rendah
62.5
0.05
Rendah
77
% N-Gain Sedang
25
% N-Gain Tinggi
12.5
Berdasarkan Tabel 4.5 sebagai hasil analisis N-Gain Siklus I, dapat dibuat grafik
seperti di bawah ini.
Gambar 4.4 : Grafik Hasil persentase N-Gain Siklus I
Untuk hasil belajar siklus I diperoleh rata-rata N-Gain 0,29 dengan kategori
rendah, ini berarti kemampuan siswa dalam menerapkan pembelajaran klasikal
dengan menggunakan metode ceramah yang digunakan belum efektif dalam
meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian indikator keberhasilan penelitian ini
belum mencapai standar. Untuk itu penelitian dilanjutkan ke siklus II untuk
mencoba memperbaiki hasil dari siklus I.
Hasil belajar yang dicapai siswa setelah siklus ini berakhir memperlihatkan
perolehan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum
penelitian dilakukan. Data nilai rata-rata hasil belajar dapat ditunjukkan seperti
tabel 10 di bawah ini:
78
Tabel 4.6
Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus I
No
1
Nilai
Daya Serap
Rata-rata
(%)
70,5
75
KKM
Ketuntasan
N-Gain
(%)
70
62,5
0,34
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata hasil
belajar yang diperoleh adalah 70.5 dengan nilai maksimum 90 dan nilai
minimum 60. Meski secara klasikal belum mencapai tarap “ketuntasan”, jumlah
siswa yang sudah mencapai taraf itu sebanyak 29 dari 40 siswa atau ketuntasan
belajar pada siklus ini sebesar 75 %, masih terdapat beberapa siswa yang belum
tuntas dan harus melakukan remedial untuk kompetensi dasar yang belum
tuntas. Sedangkan nilai N-gain diperoleh 0,34. Data di atas dapat disajikan
dalam bentuk gambar grafik diagram batang seperti di bawah ini:
Gambar 4.5 : Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Dari
grafik di atas jelas tergambar bahwa siswa telah berhasil untuk
mencapai ketuntasan hasil belajar dengan baik jika dibandingkan dengan pada
79
awal kegiatan pre test dilakukan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan
kompetensi siswa dalam bentuk pemahaman terhadap Materi ketenagakerjaan
dan pembangunan nasional.
3. Hasil Penelitian Siklus II
Siklus I I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu hari Rabu 10 September
2015 , kamis 11 September 2015. Setiap kali pertemuan berlangsung selama 2 x 45
menit. Subyek penelitian
adalah
siswa kelas XI SMAIT YAPIRA
semester
ganjil Tahun Pelajaran 2015 / 2016 yang berjumlah 40 orang.
Pertemuan kesatu siklus II pada hari Rabu 10 September 2015, penelitian
tindakan kelas dilakukan selama 2 x 45 menit. Lima menit pertama guru
mengevaluasi bersama-sama dengan siswa mengenai hasil tes siklus kesatu. Guru
memotivasi beberapa siswa yang belum memperoleh nilai yang bagus. Sedangkan
terhadap siswa yang memperoleh nilai bagus, guru memberikan reward dalam
bentuk pujian atas prestasi yang sudah diperolehnya. Bagi siswa yang kurang
nilainya dianjurkan untuk mengulang kembali materi yang belum dikuasai di
rumah.
Dari hasil observasi selama pertemuan satu siklus II didapatkan data
aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran yang terdiri dari 40 or a n g siswa
ya ng ak t i f atau 75 %, sangat antusias 35 orang siswa atau 87.5 %, bertanya 26
orang siswa atau 65%, ngobrol dengan teman 10 orang siswa atau 25 %, dan
berani mengemukakan pendapat sebanyak 28 orang siswa atau 70%. Rekapitulasi
data hasil pengamatan aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran dapat disajikan
seperti pada tabel 11 di bawah ini:
80
Tabel 4.7
Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran
Pada Siklus II Pertemuan 1.
No
Komponen yang diamati
Jumlah
Prosentase
1
Aktif
30
75 %
2
Berani berpendapat
35
87.5%
3
Bertanya
26
65%
4
Cepat memahami
10
25 %
5
Kerjasama
28
70 %
Berdasarkan data tersebut di atas, ternyata pada siklus I I menunjukkan
bahwa aspek antusiasme siswa dalam upaya memahami Materi ketenagakerjaan
dan pembangunan nasional paling dominan yaitu 87.5%, jika dibandingkan pada
siklus 1 aktifitas ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sedangkan
dalam aspek lain aktifitas siswa juga mengalami kenaikan, seperti siswa aktif
(75%), berani berpendapat (87,5%), kerjasama (70%) kenaikan ini sudah
mencapai nilai
prosentase
rata-rata di atas 70 % yaitu dalam setiap
pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini. Aktifitas siswa yang
mengalami penurunan adalah ngobrol dengan teman (25%)
Dilihat dari ketepatan mengumpulkan tugas pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru menunjukkan bahwa minat, motivasi belajar dan
keinginan untu k belaj ar siswa sangat antusias. Ketepatan mengumpulkan tugas
ditentukan melalui ketepatan waktu, yaitu pada saat masuk kelas sebelum
pembelajaran dimulai tugas harus sudah dikumpulkan. Kesiapan dalam
mempersiapkan alat-alat pembelajaran baik buku maupun alat tulis di atas meja
siswa.
Dalam bentuk gambar diagram batang, data tersebut di atas dapat disajikan
seperti di bawah ini :
81
Gambar 4.6 : Grafik Diagram Batang Hasil Pengamatan Aktifitas
Siswa Pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1
Dari grafik diatas terlihat jelas bahwa semua siswa sudah terlibat dalam
setiap kelompok untuk melakukan kerja sama baik dalam hal penarapan
Mastery Learning maupun dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan guru
Pertemuan kedua siklus II yaitu pada hari Kamis 11 September 2015
dilakukan selama 2 x 45 menit. Kegiatan inti yang dilakukan adalah sama
seperti yang dilakukan pada pertemuan kesatu, hanya materi bergeser
membahas pengangguran beserta dampaknya terhadap pembangunan. Dalam
kegiatan pembelajaran ini siswa mengeksplor materi dari pengalaman yang
diperoleh melalui model kooperatif Mastery Learning. Pada pertemuan akhir
siklus II ini kegiatan inti pembelajarannya adalah kegiatan tes tertulis. Bentuk
tes adalah mengerjakan soal pilihan ganda dengan jumlah soal 20 butir.
Berikut adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel
4.8 berikut ini:
82
Tabel 4.8
Hasil N-gain Siklus II
No
.
Siklus II
Responden
Pretest
Postest
Postest
Ideal
-
-
Pretest
Pretest
N-Gain
Keterangan
1
Adi Firdaus
60
72
12
40
0.3
Sedang
2
Aenun Safaah
70
73
3
30
0.1
Sedang
3
Agus Irawan
60
70
11
40
0.27
Sedang
4
Agus Ma'sum
70
72
2
30
0.06
Sedang
5
A. Zaki Siraj
70
75
5
30
0.16
Sedang
6
Asia Nurul
Islam
Bagus
Mahendra
Dadi Sukardi
85
90
5
15
0.33
Tinggi
65
72
7
35
0.2
Sedang
70
75
5
30
0.16
Sedang
72
76
4
28
0.14
Sedang
10
Dandi
Priatama
Diki Padilah
70
72
2
30
0.06
Sedang
11
Diki Wahyudi
65
72
7
35
0.2
Sedang
12
Dinda Arini
70
75
5
30
0.16
Sedang
13
Haerul Abidin
60
73
13
40
0.32
Sedang
14
Hayati
80
82
2
20
0.32
Tinggi
15
Ilyas Prayoga
60
75
15
40
0.37
Sedang
16
Inas Nabilatul
M
Khoerunnisa
80
85
5
20
0.25
Tinggi
70
72
2
30
0.06
Sedang
60
75
15
40
0.37
Sedang
19
Lili
Nurkhasanah
Lia Aprilia
70
80
10
30
0.33
Tinggi
20
Mirnawati
80
90
10
20
0.5
Tinggi
7
8
9
17
18
83
80
95
15
20
0.75
Tinggi
60
75
15
40
0.37
Sedang
23
M. Wildan
B.A
Nia Fitriah
Sari
Nurdianah
70
80
10
30
0.33
Tinggi
24
Nurkaya
80
85
50
20
0.25
Tinggi
25
Nurlita Putri A
85
90
5
15
0.33
Tinggi
26
Peri Supriyadi
70
80
10
30
0.33
Tinggi
27
Rafifah T.S
85
80
5
15
0.33
Tinggi
28
Ridwan
Maulana
Rismayanti
80
85
5
20
0.25
Tinggi
70
75
5
30
0.16
Sedang
70
75
5
30
0.16
Sedang
31
Salman
Alfarisi
Shandika
80
82
2
20
0.1
Tinggi
32
Siska Pionita
80
100
20
20
1
Tinggi
33
Siti Asnawiyah
70
75
5
30
0.16
Sedang
34
Siti Nurmaya
Sari
Siti Rofikoh
80
100
20
20
1
Tinggi
70
72
2
30
0.06
Sedang
80
90
10
20
0.5
Tinggi
37
Siti
Khoirunnisa
Tiara Selviana
80
85
5
20
0.25
Tinggi
38
Yogi Pujianto
80
90
10
20
0.5
Tinggi
39
Yandi Jatmiko
70
72
2
30
0.06
Sedang
40
Zaenal Abidin
70
75
5
30
0.16
Sedang
21
22
29
30
35
36
Jumlah
-
Rata-rata
-
% N-Gain Rendah
0
% N-Gain Sedang
57.5
% N-Gain Tinggi
42.5
84
Berdasarkan Tabel 4.8 sebagai hasil analisis N-Gain Siklus II, dapat dibuat grafik
seperti di bawah ini.
Grafik 1.
Hasil persentase N-Gain Siklus II
Tabel 12
Gambar 4.7 : Grafik N-Gain Siklus II
Tabel 4.9
Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus II
No
1.
Nilai
Daya
Rata-rata
Serap
81.3
92%
Ketuntasan
N-Gain
KKM
(Prosentase)
70
100%
0,53
Dari tabel diatas diperoleh nilai rata-rata prestasi hasil belajar siswa pada
siklus ke-dua ini adalah
81.3
dengan ketuntasan belajarnya 100% atau ada 40
siswa sudah tuntas belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa setelah siklus ini
menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, perolehan nilai sangat baik jika
dibandingkan dengan kondisi awal sebelum penelitian dilakukan dan pada siklus I
Secara klasikal sudah
mencapai tarap “ketuntasan”, jumlah siswa yang sudah
85
mencapai taraf itu sebanyak 100 siswa dari 40 siswa atau ketuntasan belajar pada
siklus ini sebesar 100%. Sedangkan nilai N-gain diperoleh 0,53.
Dalam bentuk gambar diagram batang, data tersebut di atas dapat disajikan
sperti di bawah ini :
Gambar 4.8 : Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
Dari gambar grafik diatas tergambar jelas bahwa nilai ketuntasan yang
dicapai siswa pada siklus II menunjukkan prosentase 100% artinya bahwa setelah
dilakukan tindakan kelas pada siklus kedua keberhasilan hasil belajar
menunjukkan nilai cukup
signifikan, jika dibandingkan pada kegiatan siklus
pertama.
Dengan demikian adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan
tindakan kelas menunjukkan
adanya
tingkat
keberhasilan guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif Mastery Learning tentang Materi
ketenagakerjaan dan pembangunan nasional.
86
B. PEMBAHASAN
1. Analisis Perbandingan Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
metode Mastery Learning pada pelajaran Ekonomi pokok bahasan Materi
ketenagakerjaan
dan
pembangunan
nasional,
diperoleh
peningkatan
antusiasme siswa, dari angka 7,5% sampai 62,5%. Ini terjadi peningkatan
antusiasme siswa yang sangat signifikan. Begitu pula dengan pencapaian hasil
belajar Ekonomi juga menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Pada Siklus II, nampak terlihat jelas bahwa
kondisi kegiatan proses belajar
mengajar tersebut mengalami perbaikan, perubahan, dan mengalami peningkatan
yang cukup memuaskan jika dibandingkan dengan kondisi awal pada Siklus I.
Rekapitulasi perbadingan data hasil pegamatan siswa pada siklus I dan siklus II
terlihat seperti pada tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10
Rekapitulasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Dan Siklus II.
No
Komponen yang diamati
Siklus I
Siklus II
Jml
Prosentase
Jml
Prosentase
1
Aktif
24
60%
30
75 %
2
Berani berpendapat
12
30%
35
87.5%
3
Bertanya
8
20%
26
65%
4
Cepat memahami
20
50%
30
75 %
5
Kerjasama
13
32.5%
28
70 %
Dari tabel 4.9 di atas, terlihat bahwa siswa yang aktif, antusias, dan bertanya
mengalami
berani
kenaikan yang signifikan, dan kenaikan yang paling dominan adalah
berpendapat
dalam
proses
pembelajaran
tentang
materi
Materi
ketenagakerjaan dan pembangunan nasional pada siswa kelas XI SMAIT
YAPIRA , mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu menjadi 87,5%,
87
hanya komponen bertanya yang mengalami peningkatan paling rendah yaitu
sebesar 65%. Jadi dapat dikatakan bahwa siswa dikategorikan sangat aktif pada
siklus II. Artinya siswa sudah mulai berani berbicara dalam Ekonomi di depan
kelas yang dia ekplor sendiri baik dari pengalamannya maupun dalam ekperimen
atau percobaan dalam proses pembelajaran.
Kondisi kelas sangat kondusif dengan diterapkannya metode praktik pada
alat-alat sederhana pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan
nasional kondisi kelas pada model pembelajaran ceramah dengan model
pembelajaran
yang
berorientasi
pada
guru
(teacher
centered)
menjadi
pembelajaran yang berpusat kepada siswa (students centered). Dalam bentuk
diagram batang, data tersebut dapat disajikan seperti di bawah ini
Gambar 4.9 : Grafik Perbandingan Aktifitas Siswa di Kelas pada
Siklus I Dan Siklus II.
Untuk menangani siswa yang belum terbiasa dalam belajar Mastery Learning maka
guru mempraktikkan diri sebagai tim ahli dalam kelompok tertentu. Kemudian berpindah
pada kelompok lain untuk memberikan penjelasan yang sama sesuai kelompok pertama,
begitu seterusnya. Adapun hasil belajar yang diperoleh siswa selama siklus I dan siklus II
dapat di buat rekapitulasi perbandingannya sebagai berikut:
88
Tabel 4.11
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Dan Siklus II
No
Kriteria
Siklus
Siklus I
Siklus II
1
Rata-rata nilai
73.75
81.5
2
Daya serap
72%
92%
3
Ketuntasan
75%
100%
Berdasarkan tabel di atas rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I ke siklus II
mengalami kenaikan 7,75 point yaitu dari 73.75
pada siklus I dan 81.5 pada siklus II.
Kenaikan nilai hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh penguasaan dan pemahaman
materi, hal ini terjadi jika proses pembelajaran di kelas berhasil. Dimungkinkan dalam proses
pembelajaran siswa sudah terbiasa untuk belajar bersama secara berkelompok. Faktor lain
yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran di kelas berhasil dengan adanya teman
kelompok lain yang lebih dulu mengerti untuk menjelaskan materi kepada kelompok yang
belum mengerti tentang suatu materi. Artinya, memberikan dampak signifikan pada
pemahaman siswa tentang pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan
nasional. Data di atas akan lebih kelihatan kenaikan prosentasenya dengan grafik diagram
batang di bawah ini:
89
Gambar 4.9 : Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siklus I Dan Siklus II
Dengan demikian maka dapat disimpulkan dari grafik batang di atas jelas terlihat
baik nilai rata-rata, daya serap serta ketuntasan hasil belajar atau ketercapaian standar
kompetensi telihat lebih tinggi jika bandingkan antara siklus I dan siklus II, artinya siswa
sudah dapat menguasai materi dengan baik.
Model pembelajaran kooperatif Mastery Learning yang dilaksanakan
pada pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional ternyata dapat
menciptakan suasana belajar yang bergairah dan memotivasi siswa serta memancing
kreativitas siswa untuk menguasai materi tersebut sebaik mungkin. Selain kelebihan model
pembelajaran mastery learning ini tidak juga lepas dari beberapa point kelemahan seperti
dalam penggunaan waktu yang lebih lama, kesulitan guru mengatur aktifitas perputaran
kelompok untuk masing-masing tim ahli yang belum berjalan maksimal dan nampak
kegaduhan sehingga mengganggu aktifitas belajar kelas lain. Selain mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa juga guru harus lebih banyak ide dan kreatifitasnya dalam
mengoptimalkan teman yang lebih cerdas dibandingkan siswa lain melalui belajar metode
pembelajaran kooperatif type Mastery Learning, hal ini sangat sangat membantu siswa dan
90
sebagai daya tarik bagi siswa dalam belajar, terutama dalam memanfaatkan kecerdasan
teman sekelas siswa lain.
e. Tahap Tindak Lanjut
Siswa yang sudah tuntas diberikan program pengayaan, program pengayaan
ini dalam bentuk tugas untuk membaca dan mempelajari materi selanjutnya.21
4.
Media
Media atau sumber belajar yang dipakai dalam penerapan strategi mastery
learning dalam pembelajaran Ekonomi di kelas XI yaitu: papan tulis, spidol, buku
paket, LKS, infocus, pulpen dan kertas folio.
2. Analisis Penerapan Strategi Mastery Learning dalam Pembelajarann
Ekonomi di SMAIT YAPIRA
a. Tujuan
Tujuan pembelajaran mastery learning di SMAIT YAPIRA yaitu agar
sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran (standar kompetensi)
secara tuntas. Perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi
efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran
dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal.
Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat
digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang
jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar.
Berkaitan dengan itu guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan
apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa.
2.
Materi
Bahan atau materi pelajaran pada hakekatnya adalah isi dari materi
pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan kurikulum
yang digunakan. Materi atau bahan yang diajarkan dalam pembelajaran ekonomi
sudah seharusnya menyesuaikan dengan tujuan yang sudah direncanakan dari
91
awal pelaksanaan. Materi pelajaran yang dipilih haruslah dapat memberikan
kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan
pengetahuan
(kognitif),
sikap
(afektif)
dan
ketrampilan
(psikomotorik) yang telah dipelajarinya.
Hal yang diperlukan dalam menetapkan bahan pelajaran adalah
kemampuan guru memilih bahan yang akan diberikan kepada siswa. Guru harus
memilih bahan yang akan diberikan kepada siswa. Guru harus memilih bahan
mana yang perlu diberikan dan mana yang tidak perlu. Sehingga dalam
menyampaikan bahan atau materi pelajaran perlu memperhatikan dasar atau
landasan sebelum menetapkan bahan pelajaran.
Kemudian agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak
meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi
yang akan dijabarkan. Kriteria tersebut antara lain:
a. Shahih, materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji
kebenarannya dan keshahihannya.
b. Tingkat kepentingan, sejauh mana materi tersebut penting dipelajari.
c. Kebermanfaatan, manfaat dari segi akademis (memberikan dasar pengetahuan
dan ketrampilan) dari segi non akademis (mengembangkan kecakapan hidup).
d. Layak dipelajari, memungkinkan untuk dipelajari.
e. Menarik minat, dapat menarik minat dan memotivasi siswa untuk mempelajari
lebih lanjut.
Oleh karena itu perlu kiranya diadakan suatu pengorganisasian materi
(merancang materi), maksudnya adalah mensiasati proses pembelajaran dengan
rekayasa terhadap unsur-unsur instrumental melalui upaya pengorganisasian yang
rasional dan menyeluruh.
3.
Metode
Metode merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa saat berlangsungnya pengajaran. Oleh
karena, itu peranan metode mengajar diharapkan tumbuh berbagai kegiatan
92
belajar siswa, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Oleh karenanya
metode yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar
siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi.
Sebelum metode tersebut diterapkan terlebih dahulu seorang guru harus
benar-benar
menyelidiki
apakah
materi
yang
akan
disampaikan
tepat
menggunakan metode tertentu, dan apakah situasi yang terjadi saat itu
mendukung untuk menggunakan metode tertentu. Karena bagaimanapun juga
sehebat apapun metode yang diterapkan, tetapi kalau materi dan situai serta
kondisi belajar tidak memungkinkan, maka metode yang digunakan tidak akan
berhasil dengan maksimal.
Seorang guru dalam proses belajar mengajar di kelas harus menggunakan
metode dan pendekatan-pendekatan belajar agama yang lebih tepat guna dan
berhasil guna, tepat pada sasaran pembentukan nilai-nilai dan moral agama
peserta didik.
Dalam menggunakan metode pembelajaran ekonomi, itu tidak terlepas
dari bahan/materi yang disampaikan. Apabila materinya bersifat pengetahuan,
maka metode yang tepat digunakan adalah ceramah, tetapi kalau materi yang
disampaikan bersifat praktik, maka metode yang tepat digunakan adalah metode
demonstrasi dan eksperimen.
Dengan demikian metode yang digunakan dalam penyampaian materi atau
bahan kepada peserta didik benar-benar disesuaikan dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar mata pelajaran ekonomi itu sendiri.
Jadi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran umat haruslah
dengan cara didaktis metodis, artinya harus dengan cara yang tepat, bijaksana,
disesuaikan dengan materi, potensi anak didik dan pengalaman pembelajaran di
kelas.
Selanjutnya peneliti paparkan analisis atas metode mastery learning yang
diterapkan dalam pembelajaran ekonomi di kelas XI SMAIT YAPIRA, yakni
sebagai berikut:
93
a. Model Pembelajaran NHT
Dalam melaksanakan model NHT, guru terlebih dahulu memilih materi mana
yang cocok atau sesuai dengan metode ini guna keefektifan penyampaian materi.
Metode ini lebih baik diterapkan untuk mempelajari materi ketenagakerjaan dan
pembangunan nasional,.
Menurut peneliti, pelaksanaan metode telah sesuai dengan unsur-unsur
mastery learning dimana siswa belajar adanya kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran
yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar
aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran
serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Selanjutnya analisis evaluasi. Dalam hal evaluasi, guru melakukan evaluasi
dengan cara evaluasi individu agar tiap individu dapat diketahui sejauh mana
pengetahuan dan kecakapan yang harus dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh
siswa khususnya pada standar kompetensi memahami kondisi ketenagakerjaan
dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi.
b. Diskusi kelompok
Dalam melaksanakan diskusi, guru terlebih dahulu merumuskan masalah
yang akan menjadi pokok bahasan dalam diskusi di setiap kelompok. Penentuan
pokok bahasan ini dilakukan sebelum hari pelaksanaan diskusi, dengan harapan
siswa dapat terlebih dahulu mencari referensi tentang masalah yang akan dikaji
melalui buku-buku di perpustakaan sekolah, buku koleksi perpustakaan kelas dan
sumber-sumber yang lain.
Pada saat diskusi berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa
diberi kebebasan untuk berargumen dan memberikan tanggapan disetiap
94
presentasi kelompok. Setelah diskusi usai, guru kemudian bertindak sebagai
evaluator dari argumen-argumen yang telah terkumpul untuk kemudian
mengevaluasi dan merumuskan jawaban yang lebih sempurna terhadap
permasalahan yang dibahas secara bersama-sama dengan siswa.
Dalam metode diskusi, unsur ketrampilan sosial mendapat porsi yang lebih.
Siswa diajarkan bagaimana saling menghargai pendapat orang lain,segaimana
menyampaikan ide dengan baik, dan bagaimana mengambil keputusan bersama.
4.
Media
Peran media sangatlah penting dalam proses pembelajaran mastery
learning karena tujuan media itu yang terpenting adalah agar siswa mampu
menangkap materi dengan lebih mudah, selain itu media juga mampu merangsang
minat belajar siswa. Dalam pembelajaran tuntas dibutuhkan bahan serta informasi
yang memadai, semakin banyak informasi yang memadai, semakin banyak
informasi yang didapatkan semakin efektif dalam berdiskusi dan bertambah pula
wawasan para siswa. Selain juga dapat mendorong siswa untuk belajar, media
juga memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan
lingkungan dan kenyataan, dengan demikian pembelajaran mampu menciptakan
suatu kelas yang dinamis dan sehat, dimana terjadi interaksi yang bersifat
simbiosis mutualisme.
Disini setiap individu dapat memahami suatu materi dari setiap individu
yang ahli tanpa suatu tujuan yang merugikan. Dengan terjadinya interaksi tersebut
akan menciptakan kelas yang dinamis yang merangsang siswa untuk menyadari
perannya masing-masing baik dalam kelompok maupun individu.
Media atau sumber belajar yang dipakai dalam penerapan strategi
pembelajaran tuntas agama Islam di SMAIT YAPIRA yaitu papan tulis, spidol,
buku paket, infocus, pulpen dan kertas folio.
Dengan media yang telah tersedia diharapkan mampu mengasah pola pikir
mereka untuk berfikir kreatif dan inovatif dalam penguasaan materi pelajaran
yang harus dikuasainya.
95
C. Analisis Kelemahan dan Kekuatan Pelaksanaan Mastery Learning di
SMAIT YAPIRA
Setiap pelaksanaan strategi dalam pembelajaran tidak terlepas dari
kelemahan dan kekuatan, begitu juga pada pelaksanaan strategi mastery learning
di SMAIT YAPIRA terdapat beberapa kelemahan dan kekuatannya.
Kelemahan pelaksanaan mastery learning ini disebabkan karena beberapa
faktor, antara lain:
1.
Faktor Guru
Guru
belum
optimal
melaksanakan
mastery
learning
dalam
mengimplementasikannya disebabkan karena: (1) kekurangan waktu, (2) lebih
banyak mengejar target daripada penguasaan kompetensi, (3) pemahaman guru
Ekonomi sendiri yang belum merata tentang mastery learning, (4) kurang respek
dalam membuat perangkat pembelajaran dengan alasan yang penting “siswa bisa”
(5) program tindak lanjut yang dilakukan hanya terfokus pada remedial,
sementara pengayaan dan percepatan belum tersentuh dan mendapatkan porsi
secara optimal dan memadai
2.
Faktor Siswa
Yaitu kemampuan rata-rata (intake) siswa yang heterogen terutama
kemampuan memahami materi
3.
Faktor Waktu
Yaitu waktu 2 jam pelajaran perminggu meskipun tidak prinsip dirasa masih
kurang mengingat beban kompetensi yang harus dicapai siswa terlalu banyak.
4.
Faktor Materi Pelajaran
Yakni (1) bahan ajar yang terlalu banyak. Hal ini karena memuat lima aspek
sekaligus. (2) belum tersedianya modul yang dibuat oleh guru, sehingga
menghambat untuk memfasilitasi siswa yang memiliki kecepatan belajar.
Selain mempunyai kelemahan dalam pelaksanaan mastery learning juga
terdapat kekuatan yang bisa mengantarkan keberhasilan dalam pelaksanaan
mastery learning. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan
96
bahwa SMAIT YAPIRA telah memenuhi faktor keberhasilan tersebut dengan
cukup representativ, yaitu: (a) tujuan pendidikan yang sudah jelas dan
dikembangkan melalui silabus dan RPP, (b) telah menggunakan metode yang
bervariasi dan tepat sesuai dengan kompetensi dan bahan yang diajarkan, dengan
prinsip PAIKEM, (c) input siswa yang bagus dan intake ( kemampuan rata-rata
siswa ) bagus, dan mayoritas siswanya adalah muslim, (d) sarana prasarana
representativ, (e) penilaian telah terencana dengan baik, proses maupun hasil,
serta didukung oleh lingkungan dan suasana yang religius.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada deskripsi hasil informasi dan temuan yang telah peneliti
sajikan pada bagian sebelumnya, baik berasal dari data-data literatur yang terkait
dengan penelitian ini, maupun data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di
lapangan dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Proses pelaksanaan mastery learning dalam pembelajaran ekonomi di kelas XI
SMAIT YAPIRA terwujud dalam bentuk strategi mastery learning yaitu
dengan metode diskusi kelompok (group discussion) dan model pembelajaran
NHT. Namun pelaksanaan tersebut tetap berlandaskan pada empat komponen
sebagai acuannya yaitu: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pemilihan
metode dan media pembelajaran. Dengan pelaksanaan metode diskusi
kelompok (group discussion) dengan model pembelajaran NHT. tersebut
mampu menghasilkan siswa yang saling asah, asih dan asuh antar siswa.
2. Dalam pelaksanaan mastery learning di SMAIT YAPIRA terdapat kelemahan
dan kekuatan, kelemahan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain,
faktor guru, faktor siswa, faktor waktu, dan faktor materi pelajaran. Sedangkan
kekuatan dalam pelaksanaan mastery learning antara lain, tujuan pendidikan
yang sudah jelas, guru ekonomi
yang telah profesional dan telah memenuhi
kualifikasi akademik, telah menggunakan metode yang bervariasi dan tepat
sesuai dengan kompetensi, kemampuan rata-rata siswa yang bagus, sarana
prasarana representative dan penilaian telah terencana dengan baik, baik dari
segi proses maupun hasil.
97
98
B.
Saran-saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan, kiranya dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1.
Bagi seorang guru terutama guru ekonomi diharapkan selalu meningkatkan
kompetensinya dan selalu mencari inovasi dalam setiap proses pembelajaran agar
penerapan mastery learning semakin dapat dirasakan peserta didik
2.
Bagi peserta didik hendaknya selalu mengembangkan prestasi dengan tetap
belajar yang rajin dan terus mengembangkan sikap hormat pada guru.
3.
Bagi pihak sekolah hendaknya meningkatkan manajemen pengelolaan sekolah
dengan melibatkan semua pihak, sehingga proses pembelajaran dapat sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan
4.
Bagi semua praktisi pendidikan terutama para kaum elit pemegang kekuasaan
pendidikan
meningkatkan
kualitas
pendidikan
dengan
mementingkan
kepentingan pendidikan di atas segalanya, karena pendidikan merupakan tonggak
kehidupan bagi bangsa kedepan.
C. Penutup
Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi
yang sederhana ini dapat terselesaikan. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi
ini sudah barang tentu masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal demikian
disebabkan keterbatasan kemampuan peneliti. Untuk itu peneliti, mengharapkan
saran, kritik yang konstruktif dari para pembaca demi perbaikan karya mendatang.
Akhirnya semoga skripsi ini merupakan salah satu amal shaleh peneliti dan dapat
bermanfaat bagi pembaca semua. Amin.
Daftar Pustaka
Ali, Mohammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Angkasa, 1993.
. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo,
2000.
A.M, Sardiman. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo, 2011.
Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. II,
2010.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Azwar, Saifudin. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Darsono, Max. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press, 2000.
Djamarah, Syaiful Bahri., Dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.
Rineka Cipta, Cet. 4, 2010.
Echol, John., dan Shadily Hasan. Kamus Inggris - Indonesia. Jakarta: Gramedia,
1996.
Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. 3,
2001.
. Pendekatan
Baru
Strategi
Belajar
Mengajar
Berdasarkan
CBSA.
Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003.
Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Kunandar. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 2,
2000.
Mujiono, Dimyati. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Muliawan, Jasa Ungguh. Pendidikan Islam Intregratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005.
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan
inovasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
Muslich, Masnur. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Sagala, Syaiful. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2003.
Sanjaya, Wina. Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia, 2007.
Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta,
2003.
SM, Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang:
Rasail Media Group, 2008.
Sudjana, Nana., dan Rivai, Ahmad. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo, Cet: 4, 2003.
. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001.
Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, Cet. III,
2001.
Suyanto., dan Abbas. Wajah Dinamika Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: Adicita
Karya Nusa, 2001.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Usman, Uzer Mohammad., dan Setyawati, Lilis. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1998.
Wardani. Pemantapan Kemampuan Guru Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2004.
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2004.
LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
Nama Sekolah
: SMAIT YAPIRA
Mata Pelajaran
: Ekonomi
Standar Kompetensi
: Memahami kondisi ketenagakerjaan dan
dampaknya terhadap pembangunan ekonomi
Nama Guru
No
1.
: Bapak Cecep Sutendi, S.E.
Yang Diamati
Ya
Persiapan dalam pembelajaran :
a. Guru membuat renca pengajaran
Tidak
Keterangan
RPP
√
FOTO
sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran
2
b. Guru mempersiapkan anak didik
√
c. Guru mengadakan tes awal
√
d. Guru menyampaikan materi
√
Pelaksanaan kegiatan belajar :
a. Guru menggunakan beberapa
pendekatan berupa:
1. Pendekatan individual
2. Pendekatan kelompok
3. Pendekatan Pembiasaan
b. Guru menyampaikan materi dengan
Metode :
1. Ceramah
2. Dril
3. Diskusi kelompok
4. Pemberian tugas
c. Guru mengadakan evaluasi
1. Pretest
2. Postest
d. Hasil nilai yang telah diperoleh siswa
disajikan dalam bentuk raport
RPP
FOTO
√
√
√
√
√
√
√
√
PEDOMAN DOKUMENTASI
PENERAPAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS)
UNTUK PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI SISWA
DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMAIT YAPIRA
A. Untuk Kepala Sekolah
1. Kapan SMAIT YAPIRA didirikan?
2. Bagaimanakah perkembangan SMAIT YAPIRA sejak berdiri hingga saat ini
baik secara historis maupun akademis?
3. Bagaimana visi, misi dan tujuan SMAIT YAPIRA?
4. Bagaimana kebijakan sekolah dalam mewujudkan visi dan misi melalui
pembelajaran
Ekonomi?
5. Bagaimana daya dukung (sarpras) untuk mempermudah KBM Ekonomi ?
6. Bagaimana kondisi guru, siswa, karyawan serta sarana dan prasarana
pendidikan SMAIT YAPIRA?
PEDOMAN WAWANCARA
PENERAPAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS)
UNTUK PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI SISWA
DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMAIT YAPIRA
B. Untuk Guru Ekonomi
1. Apa tujuan pembelajaran mastery learning di SMAIT YAPIRA?
2. Apa saja komponen-komponen yang berperan dalam proses pembelajaran
Ekonomi di SMAIT YAPIRA?
3. Standar apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi siswa?
4. Bagaimana cara penetapan KKM yang Bapak lakukan?
5. Bagaimana pelaksanaan program tindak lanjut (remedial, pengayaan dan
percepatan) dalam pembelajaran Ekonomi?
6. Kendala apa yang banyak dihadapi guru dan siswa dalam melaksanakan
KBM ?
7. Bagaimana sistem penilaian yang Bapak terapkan dalam evaluasi mata
pelajaran Ekonomi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa?
8. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam ketuntasan belajar siswa itu?
HASIL WAWANCARA
A. Hari/Tanggal
1.
: Senin, 6 Oktober 2016
Tempat
: SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor
Waktu
: 10.00 - 12.00
Narasumber
: Bapak Cecep Sutendi, S.E. (Guru Ekonomi)
Peneliti : Apa saja komponen-komponen yang lerperan dalam proses
pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA
Guru Ekonomi : ada empat komponen utama yang berperan dalam proses
pembelajaran Ekonomi, diantaranya adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode pembelajaran dan media pembelajaran. Komponen tersebut saling berkaitan
dan saling mempengaruhi.
2. Peneliti : apa tujuan umum dalam pembelajaran Ekonomi ?
Guru Ekonomi : Tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran ekonomi
adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki sikap bijak, rasional, dan
bertanggung jawabdengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi,
manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendii, rumah tangga, masyarakat
dan negara.
3. Peneliti : berapa standar ketuntasan (KKM) untuk mata pelajaran Ekonomi?
Guru Ekonomi : Standar
ketuntasan
mata
pelajaran
Ekonomi adalah
minimal peserta didik memperoleh nilai 73 jika dibawah 73 belum dianggap tuntas
dan harus mengulang (remedi)
4. Peneliti : Bagaimana cara penetapan KKM yang bapak lakukan ?
Guru Ekonomi : standar ketuntasan ekonomi yang berlaku di SMAIT YAPIRA
ditetapkan sendiri oleh sekolah dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, antara
lain : melihat kemampuan peserta didik dan tingkat kedalaman materi
5. Peneliti : bagaimana pelaksanaan program tingkat lanjut (remedial dan
pengayaan) dalam pembelajaran ekonomi?
Guru Ekonomi : Pelaksanaan
program
remidi
bersangkutan mendapat nilai
dibawah
dilakukan
mengulang materi
dengan
memberikan tugas,
cara
kuis,
belajar
dilakukan apabila siswa yang
KKM,
dengan
teman
adapun
yang
kegiatan remidi
belum
dikuasai,
(tutor sebaya) sedangkan
untuk program pengayaan dilakukan dengan cara memberikan tugas seperti
mengerjakan soal-soal yang lebih sulit
6. Peneliti : kendala apa yang bapak hadapi dalam KBM?
Guru Ekonomi :
kendala
yang
dihadapi
guru
antara
lain guru
kekurangan waktu karena materi yang disampaikan dalam pembelajaran beban
kompetensinya
terlalu banyak.
Sedangkan kendala
pada
siswa
adalah
kemampuan
rata-rata siswa yang berbeda-beda terutama dalam pemahaman materi.
7. Peneliti : Bagaimana sistem penilaian yang Bapak terapkan dalam evaluasi
mata pelajaran ekonomi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa?
Guru Ekonomi : Ketuntasan belajar siswa diukur dengan standar
pelajaran
Ekonomi,
pembelajaran.
Siswa
pada dasarnya
yang
tidak
tuntas adalah
semua
siswa
bisa
KKM
mata
tuntas dalam
siswa yang sudah mencpai 75%dari
standar kompetensi dan mendapatkan nilai minimal 60
8. Peneliti : Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam ketuntasan KBM?
Guru Ekonomi: Memberikan waktu yang lebih banyak dan memberikan materi
ulangan kepada siswa yang belum tuntas sehingga siswa yang belum tuntas tidak akan
tertinggal dalam mencapai standar kompetensi. Dan akan memulai standar
kompetensi yang baru bersama-sama dengan siswa yang sudah tuntas mencapai
standar kompetensi.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah
: SMAIT YAPIRA
Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas / Semester : XI (sebelas) / 1
Standar Kompetensi : 1. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya
terhadap pembangunan ekonomi
Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Menjelaskan pengertian pembangunan ekonomi.
2. Menilai kondisi perekonomian Indonesia dan
menjelaskan tujuan pembangunan ekonomi di
Indonesia.
3. Mengidentifikasi permasalahan pembangunan ekonomi
di Indonesia.
4. Mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan
pembangunan ekonomi Indonesia.
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
A. Tujuan Pembelajaran
a) Siswa dapat menjelaskan pengertian pembangunan ekonomi.
b) Siswa dapat menilai kondisi perekonomian Indonesia dan menjelaskan
tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia.
c) Siswa dapat mengidentifikasi permasalahan pembangunan ekonomi di
Indonesia.
d) Siswa dapat mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan pembangunan
ekonomi Indonesia.
 Karakter siswa yang diharapkan :
 Kerja keras, Jujur, saling menghargai.
 Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
 Kerja keras, jujur, saling menghargai orang lain,
B. Materi Pokok
Pembangunan ekonomi
C. Uraian Materi
a) Pengertian pembangunan ekonomi
b) Pengertian dan tujuan pembangunan nasional
, inovatif,
c) Pola dan tahapan pembangunan nasional
d) Keberhasilan dan kegagalan pembangunan ekonomi Indonesia
D. Pendekatan
Kontekstual
E. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok dan studi kepustakaan
Strategi Pembelajaran
Tatap Muka
 Memahami kondisi
ketenagakerjaan dan
dampaknya terhadap
pembangunan
ekonomi.
Terstruktur
Mandiri
 Mencari informasi tentang  Siswa dapat Mendiskusikan
pola dan tahapan
keberhasilan dan kegagalan
pembangunan nasional.
pembangunan ekonomi
Indonesia.
F. Skenario Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Guru mengulas kembali pembahasan materi yang lalu tentang ketenagakerjaan.
Kondisi ketenagakerjaan sangat berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan
pembangunan ekonomi Indonesia. Kemudian guru mempersilahkan siswa
memasuki ruang audio visual untuk melihat tayangan yang berhubungan
dengan pembangunan nasional. Selama kegiatan tersebut, guru menghimbau
siswa untuk mencatat hal-hal yang penting.
b. Motivasi
Setiap negara secara berkesinambungan melakukan pembangunan ekonomi
untuk menciptakan kesejahteraan rakyatnya.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. Siswa dapat Mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi. (nilai yang
ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a. Siswa dikelompokkan menjadi empat kelompok, di mana masing-masing
kelompok terdiri dari 7 orang (disesuaikan dengan jumlah siswa). (nilai
yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
b. Kelompok pertama diberi tugas untuk menjelaskan pengertian pembangunan
ekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
c. Kelompok kedua diberi tugas untuk menilai kondisi perekonomian
Indonesia dan menjelaskan tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia.
d.
e.
f.
g.
(nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
Kelompok ketiga diberi tugas untuk mengidentifikasi permasalahan
pembangunan ekonomi di Indonesia. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras,
Jujur, saling menghargai.);
Kelompok keempat diberi tugas untuk mengidentifikasi keberhasilan dan
kegagalan pembangunan ekonomi Indonesia. (nilai yang ditanamkan:
Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
Masing-masing kelompok mempersentasikan tugasnya di depan kelas,
sedangkan kelompok yang lain menanggapi. (nilai yang ditanamkan: Kerja
keras, Jujur, saling menghargai.);
Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan. (nilai yang
ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
a. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang
ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
b. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan:
Kerja keras, Jujur, saling menghargai.)
3. Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa melakukan refleksi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras,
Jujur, saling menghargai.);
b. Penilaian (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
 Hasil kerja kelompok (kognitif)
 Lembar pengamatan (afektif)
 Lembar pengamatan (psiko motorik)
c. Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada buku teks
Ekonomi
(nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling
menghargai.);.
d. Siswa diberi tugas untuk mencari artikel koran dan majalah yang berkaitan
dengan pembangunan nasional. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur,
saling menghargai.);
G. Sumber dan Alat
Buku teks, infocus, spidol
Mengetahui
Kepala Sekolah
Dodi Damhudi S.Pd
Bogor, Agustus 2015
Guru MaPel Ekonomi
Cecep Sutendi, S.E
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah
: SMAIT YAPIRA
Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas / Semester : XI (sebelas) / 1
Standar Kompetensi : 1. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya
terhadap pembangunan ekonomi
Kompetensi Dasar : 1.3 Mendeskripsikan proses pertumbuhan ekonomi
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
A. Tujuan Pembelajaran
a) Siswa dapat mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi.
b) Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
pertumbuhan ekonomi.
 Karakter siswa yang diharapkan :
 Kerja keras, Jujur, saling menghargai.
 Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
 Kerja keras, jujur, saling menghargai orang lain,
B. Materi Pokok
Pertumbuhan ekonomi
C. Uraian Materi
a) Arti pertumbuhan ekonomi
b) Teori pertumbuhan ekonomi
c) Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
D. Pendekatan
Kontekstual
E. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok dan studi kepustakaan
Strategi Pembelajaran
memengaruhi
, inovatif,
Tatap Muka
 Memahami kondisi
ketenagakerjaan dan
dampaknya terhadap
pembangunan
ekonomi.
Terstruktur
 Mengumpulkan
informasi tentang
pengertian dan teori
pertumbuhan ekonomi
Mandiri
 Siswa dapat Mendiskusikan
faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan
ekonomi.
F. Skenario Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Guru mengulas kembali pembahasan materi yang lalu tentang pembangunan
ekonomi. Kemudian guru mengaitkan dan menjelaskan perbedaan antara
pembangunan ekonomi tersebut dengan pertumbuhan ekonomi serta memberi
penjelasan yang singkat dan jelas tentang materi yang baru dan kompetensi
yang harus dikuasai.
b. Motivasi
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan Indikator Pencapaian Kompetensi
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. Siswa dapat Mendeskripsikan proses pertumbuhan ekonomi. (nilai yang
ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a. Siswa dikelompokkan menjadi empat kelompok, di mana masing-masing
kelompok terdiri dari 7 orang (disesuaikan dengan jumlah siswa). (nilai
yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
b. Kelompok pertama diberi tugas untuk mendeskripsikan pertumbuhan
ekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
c. Kelompok kedua diberi tugas untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras,
Jujur, saling menghargai.);
d. Masing-masing kelompok mempersentasikan tugasnya di depan kelas,
sedangkan kelompok yang lain menanggapi. (nilai yang ditanamkan: Kerja
keras, Jujur, saling menghargai.);
e. Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan. (nilai yang
ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
a. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang
ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
b. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan:
Kerja keras, Jujur, saling menghargai.)
3. Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa melakukan refleksi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras,
Jujur, saling menghargai.);
b. Penilaian (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);
 Tes lisan dengan beberapa pertanyaan (kognitif)
 Lembar pengamatan (afektif)
 Lembar pengamatan (psiko motorik)
c. Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada buku teks
Ekonomi
(nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling
menghargai.);.
G. Sumber dan Alat
Buku teks dan spidol
Mengetahui
Kepala Sekolah
Dodi Damhudi S.Pd
Bogor, Agustus 2015
Guru MaPel Ekonomi
Cecep Sutendi, S.E
LAMPIRAN DOKUMENTASI
PROFIL SEKOLAH
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM RAUDHATUT TAUHID (YAPIRA)
SMA IT YAPIRA
Dodih Damhudi, S.Pd.
Muhamad Rizki, S.Pd
Ahmad Faruq, S.Pd.I.
Dodih Damhudi, S.Pd.
Gustina Aida Puteri, S.Pd.
Rohayati, S.Pd.
Indryani Marta Puspita, S.Pd
Jamal Abdullah, S.Pd.I.
Cecep Sutendi, S.E.
Yudho Ariyoko, S.Pd.I.
Haris Muhamad Rijal,
S.Pd.I.
Sari Meilia, S.S
Linda Rusdiana, S.Pd
Annisa, S.Pd.I.
Titis Maretyaning W, S.Si.
Akhmad Tarmuji, S.Kom.
Ahmad Bachtiar Rifai,S.Si
Pendidikan Agama Islam (PAI) & BUDI
PEKERTI
MATEMATIKA
SEJARAH
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN)
FISIKA
FISIKA
A. Geografi
B. Ekonomi
Bahasa Inggris
A. Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (PJOK)
B. Sosiologi
Bahasa Indonesia
Matematika
A. Biologi
B. PLH
Kimia
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
A. Bahasa Arab
B. Pendidikan Agama Islam (PAI) & Budi
Pekerti
Wahyudin
Ilmi Suciana, S.Pd.I
Muhamad Rizki, S.Pd
Dora Sahertian, S.Pd.
Yunanto Guntomo, S.Pd
Suheri, S.S
Marwan Khan, S.Pd.
Endang Damyati
Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
Ekonomi
Prakarya & Kewirausahaan (Kwh)
Sosiologi
Matematika
Bahasa Indonesia
PMR
Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)
Download