PENERAPAN STRATEGI BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) UNTUK PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI DALAM PELAJARAN EKONOMI DI SMA IT YAPIRA MEDANG KABUPATEN BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Ilmi Suciana NIM 109015000095 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ILMI SUCIANA NIM : 109015000095 Jurusan/Prodi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Alamat : Jl. Jl. Raya LAPAN komplek LAPAN blok B no 22 Rumpin - Bogor MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa Skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi Di SMA IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing : Moch. Noviadi Nugroho, M. Pd NIP : 1976111820110111006 Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 29 Juli 2016 Yang menyatakan Ilmi Suciana NIM.109015000095 ABSTRAK Ilmi Suciana (109015000095) Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi Di SMA IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi belajar tuntas (mastery learning) pada pelajaran ekonomi dan apa saja kelemahan dan kekuatan dalam melaksanakan strategi ini di SMA IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tindakan tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada strategi belajar tuntas (mastery learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi belajar tuntas (mastery learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi dinyatakan berhasil. Keberhasilan tersebut dapat dilihat melalui peningkatan siklus atau pertemuan yang telah dilakukan. Pada siklus I hasil evaluasi pretest dan postest dari analisis N-Gain dengan nilai rendah 62,5%. Sedangkan pada siklus II hasil evaluasi pretest dan postest dari analisis N-Gain dengan nilai rendah 0%. Pengertiannya adalah bila adanya nilai N-Gain yang sedang dan tinggi mencapai 75% maka dikatakan strategi belajar tuntas (mastery learning) berhasil. Tidak adanya N-Gain rendah pada siklus II menyebabkan ketuntasan 100%. Dengan demikian dapat dikatakan penerapan strategi belajar tuntas (mastery learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi di SMA IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor ini berpengaruh dalam ketuntasan belajar siswa. Kata Kunci : Belajar Tuntas, Mastery Learning ABSTRACT Ilmi Suciana (109015000095) Completed Learning Strategy Implementation (Mastery Learning) For Competency Standards Achievement In Economics Lesson In School IT YAPIRA Medang Bogor Regency. This study aims to determine how the mastery learning strategies (mastery learning) on economic subjects and what are the strengths and weaknesses in implementing this strategy in SMA IT YAPIRA Medang Bogor Regency. The method used in this research is a classroom action research (CAR). CAR implemented in an attempt to overcome the problems that arise in the classroom. This method involves four stages, namely planning, action, observation and reflection. The fourth action is the present cycle repeatedly and carried out with the same measures and focused on mastery learning strategies (mastery learning) for achieving the standard of competence in economic subjects. The results showed that the complete learning strategy (mastery learning) for achieving the standard of competence in economic subjects declared successful. The success can be seen through the increase in cycle or meetings that have been conducted. In the first cycle pretest and posttest evaluation results from the analysis of N-Gain with low value of 62.5%. While on the second cycle pretest and posttest evaluation results from the analysis of N-Gain with low value 0%. The sense is that if the value of N-Gain medium and high reaches 75%, it said complete learning strategy (mastery learning) successfully. The absence of N-Low Gain on the second cycle causes completeness 100%. Thus it can be said to be complete learning strategy implementation (mastery learning) for achieving the standard of competence in economic subjects in high school IT YAPIRA Medang Bogor Regency is influential in students' mastery learning. Keywords: Learning though, Mastery Learning KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas izin dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW pembawa rahmat dan teladan bagi seluruh umat manusia. Skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi di SMAIT Yapira Medang Kabupaten Bogor”. ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pendidikan Strata 1, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosialm, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari pihak lain, penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA; selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd; selaku Ketua Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan, terimakasih atas segala bentuk dukungan bapak kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di fakultas. 3. Syaripulloh M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan, terimakasih atas segala bentuk dukungan bapak kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di fakultas. 4. Cut Dhien Nourwahida, MA selaku disen pembimbing akademik, yang telah mendampingi dan membimbing penulis selama masa studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd selaku Dosen Pembimbing i 6. yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingannya selama menyelesaikan Skripsi ini; 7. Ibu dan Bapak , kedua Orang tuaku yang senantiasa mendo’akan aku, menyemangatiku dalam menjalani proses perkuliahan ini. 8. Segenap dosen jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial, terimakasih atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis semoga menjadi amal jariyah di akhirat kelak. 9. Teman-teman Pendidikan IPS Angkatan 2009 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa hormat penulis yang telah membantu dukungan moril hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat, terutama pada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga bantuan, dukungan dan partisipasi baik secara moril maupun materil yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah SWT, amin. Jakarta, 20 Juli 2016 Penulis Ilmi Suciana NIM. 109015000095 ii DAFTAR ISI Halaman SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ABSTRAK KATA PENGANTAR ........................................................................................i DAFTAR ISI …………………………………………………………….........iii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..v DAFTAR BAGAN...…………………………………………………….........vi DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………vii DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………….viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah...............................................................................3 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Kajian teori…. .........................................................................…….. 5 1. Landasan Konseptual Pembelajaran.........……………………….. 5 2. a. Pengertian Pembelajaran………...…………………………. 5 b. Unsur-unsur Pembelajaran .................................................... 6 c. Teori-teori Belajar ................................................................ 10 Mastery Learning a. Pengertian dan Konsep dasar Mastery Learning (belajar tuntas) .................................................................................... iii 12 b. Karakteristik Mastery Learning ............................................... 14 c. Asumsi Dasar Mastery Learning .............................................. 15 d. Prinsip - Prinsip Mastery Learning .......................................... 17 e. Strategi Pelaksanaan Mastery Learning ................................... 19 f. Pola dan Prosedur Mastery Learning ........................................ 20 g. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mastery Learning ......... 24 h. Kelebihan dan Kekurangan Mastery Learning ........................ 27 3. Mastery Learning Dalam Pembelajaran Ekonomi a. Metode Pembelajaran .............................................................. 29 b. Peran Guru .............................................................................. 30 c. Peran Siswa ............................................................................. 31 d. Evaluasi (Penilaian) ................................................................ 31 4. Pengertian Standar Kompetensi ............…................................... 32 B. Hasil Penelitian yang Relevan……………..………………………. 33 C. Kerangka Berfikir………………………………………………...…35 D. Hipotesis Tindakan ………………………………………………... 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……………………....................…….................… 37 B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………...……………... 38 C. Subjek Penelitian…….……………………………………………. 39 D. Fokus Penelitian ............………………………………………….. 40 E. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian ......................................................................................... 40 F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………...... 41 G. Teknik Analisis Data ……………………………………………... 45 H. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis …………………….. 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMAIT YAPIRA ............................................... 51 iv B. Mastery learning dan Pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA .................................................................................…....... 54 C. Penerapan Mastery Learning dalam Pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA .......................................................................................... 59 D. Rencana Tindakan ........................................................................... 61 E. Interpretasi Data .............................................................................. 68 1. Data Awal Observasi ..........................................….….……….. 68 2. Hasil Penelitian Siklus I ............................................................... 69 3. Hasil Penelitian Siklus II …..……………………..…………….. 78 F. Pembahasan …………………………………………………….… 85 1. Analisis Perbandingan Siklus I dan Siklus II ...……...................... 85 2. Analisis Penerapan Strategi Mastery Learning dalam Pembelajarann Ekonomi di SMAIT YAPIRA ......................................................... 89 3. Analisis Kelemahan dan Kekuatan Pelaksanaan Mastery Learning di SMAIT YAPIRA ............................................................................. 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………....96 B. Saran ………………………………………………………………..97 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v DAFTAR TABEL TABEL 2.1 Penelitian Relevan ..........................................…....…..... 33 TABEL 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...........................…......... 38 TABEL 4.1 SK dan KD Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI/I ..…...... 56 TABEL 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Ekonomi pada siswa kelas XI SMA IT YAPIRA ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 ...... 68 TABEL 4.3 Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I ..........……………........ 70 TABEL 4.4 Hasil pengamatan aktifitas siswa dalam pembelajaran Pada siklus I pertemuan 1 .................……............................... 72 TABEL 4.5 N-Gain Siklus I .......................…….............................. 74 TABEL 4.6 Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus I ...77 TABEL 4.7 Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran Pada Siklus II Pertemuan 1...........………....................... 79 TABEL 4.8 Hasil N-gain Siklus II ....................…………................. 81 TABEL 4.9 Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus II .......……………………………………………........... 83 TABEL 4.10 Rekapitulasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Dan Siklus II ....……………………………………………….......... 85 TABEL 4.11 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Dan Siklus II ....………………………………………….... 87 v DAFTAR BAGAN GAMBAR 2.1 GAMBAR 3.1 Bagan Kerangka Berpikir ..............……...................... 36 Bagan Siklus PTK .........……….................................. 37 vi DAFTAR GRAFIK GAMBAR 4.1 Grafik Nilai Awal Siswa .................…………............... 6 GAMBAR 4.2 Grafik diagram batang hasil kegiatan Pre Test siklus I ……………………………………………….. 71 GAMBAR 4.3 Grafik batang hasil pengamatan aktifitas siswa pada pembelajaran siklus I pertemuan 1 ......................…..... 73 GAMBAR 4.4 Grafik Hasil persentase N-Gain Siklus I ...................... 76 GAMBAR 4.5 Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I …. 77 GAMBAR 4.6 Grafik Diagram Batang Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ...….. 80 GAMBAR 4.7 Grafik N-Gain Siklus II .......………………………..... 84 GAMBAR 4.8 Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II … 86 GAMBAR 4.9 Grafik Perbandingan Aktifitas Siswa di Kelas pada Siklus I Dan Siklus II ..............……………………................ 88 vii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Uji Referensi Lampiran 2 Pedoman Observasi Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi Lampiran 4 Pedoman Wawancara Lampiran 5 Hasil Wawancara Lampiran 6 Surat Keterangan Izin Observasi Lampiran 7 Surat Keterangan Izin Penelitian Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian di SMA IT YAPIRA Lampiran 9 RPP Siklus I dan Siklus II Lampiran 10 Soal Pretest dan Postest Siklus I dan Siklus II Lampiran 11 Dokumentasi Lampiran 12 Profil Sekolah viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sebagai profesi yang berperan penting dalam peningkatan mutu, diharapkan mampu mengembangkan dan memilih strategi yang tepat demi tercapainya tujuan. Suasana belajar siswa sangat tergantung pada kondisi pembelajaran dan kesanggupan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Suasana belajar yang diharapkan adalah yang mengarah ke suasana berkembang, mengarah ke kondisi meaningful learning. Kualitas pembelajaran pada suatu sekolah dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil pembelajaran pada sekolah tersebut.1 Kualitas pembelajaran dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis pengajar, anak didik, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Kualitas pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat baik buruknya suatu pembelajaran yang dapat dilihat sebagai suatu proses dan hasil. Sebagai suatu proses, pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru yang menumbuhkan aktifitas belajar. Jadi, semakin sering siswa dilibatkan dalam pembelajaran atau semakin aktif siswa maka semakin baik (berkualitas) pembelajaran yang diselenggarakan. Sementara itu sebagai suatu hasil, pembelajaran dikatakan berkualitas baik jika pencapaian hasil belajar sesuai dengan indikator keberhasilan. Dalam bukunya Sardiman menggunakan beberapa indikator yang memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran siswa dan mutu proses yang 1 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15. 1 2 terjadi. Indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) antusias menerima pelajaran, (2) konsentrasi dalam belajar, (3) kerja sama dalam kelompok, (4) keaktifan bertanya (5) ketepatan jawaban, (6) keaktifan menjawab pertanyaan guru atau siswa lainnya, (7) kemampuan memberikan penjelasan.1 Dalam praktek, pengajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan guru perlu mempertimbangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Ali menyatakan ada dua macam pendekatan dalam strategi mengajar dapat dipilih, yaitu 1) strategi mengajar pendekatan kelompok dan 2) strategi mengajar pendekatan individual.2 Strategi mengajar pendekatan kelompok berkenaan dengan pengajaran suatu bahan pelajaran sama dalam waktu bersamaan untuk sekelompok siswa. Fokus pembahasan tentang strategi ini berkaitan dengan: 1) bagaimana melakukan entry behavior yaitu mengenal kemampuan awal siswa sebelum berlangsungnya proses belajar mengajar; 2) bagaimana memilih metode yang efektif; 3) bagaimana memilih alat pelajaran yang relevan; 4) bagaimana melakukan pengendalian waktu. Bila diinginkan hasil belajar pada seluruh siswa (tanpa kecuali) dapat mencapai taraf penguasaan penuh (mastery), harus diterapkan konsep belajar tuntas (mastery learning). Dengan konsep ini, bahan pengajaran diharapkan dapat diserap secara mastery oleh seluruh siswa. Konsep tentang belajar tuntas pada dasarnya merupakan landasan bagi strategi belajar mengajar dengan pendekatan individual. Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar (pengajaran klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Belajar tuntas diharapkan 2 Sardiman h. 83. A.M., Interaksi dan Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), Cet. 20, Mohamad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 33. 3 3 mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang melekat pada pembelajaran klasikal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi di SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor banyak siswa merasa malas di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya frekuensi tanya jawab, kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran, kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, dan siswa pasif. Selain itu juga teramatinya minat yang kurang pada siswa saat mengikuti pembelajaran, motivasi belajar siswa yang rendah sehingga siswa hanya belajar jika ada tugas atau menjelang ujian bahkan ada sebagian yang tidak belajar sama sekali, kegiatan kelompok yang tidak berjalan, dan belum ada kerjasama yang baik antar anggota kelompok sehingga menyebabkan masih ada sebagian siswa yang memiliki nilai rendah. Atas dasar inilah peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Dari latar belakang diatas peneliti sangat tertarik untuk mengangkat judul ‘’Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi di SMA IT Yapira Medang Kab. Bogor’’ B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan yang menjadi kajian ini adalah sebagai berikut : “Apa saja kelemahan dan kekuatan yang dihadapi dalam pelaksanaan mastery learning pada pembelajaran Ekonomi di SMA IT YAPIRA Medang Kab. Bogor?’’ C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor 2. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran tuntas (mastery learning) 4 dalam pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor 3. Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan mastery learning di SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan. 2. Manfaat praktis Dengan dilaksanakannya mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi diharapkan dapat membawa manfaat secara praktis , di antaranya adalah: 1. Bagi guru: dengan dilaksanakan penelitian ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran dengan mastery learning untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas, sehingga permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru, peserta didik dan materi pembelajaran dapat diminimalkan. 2. Bagi lembaga pendidikan SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor : memberi masukan kepada para guru SMAIT YAPIRA agar lebih meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Ekonomi melalui strategi mastery learning. 3. Bagi peserta didik : dengan adanya strategi mastery learning ini peserta didik akan lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran serta menguasai materi yang dipelajari secara tuntas. BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Landasan Konseptual Pembelajaran a. Pengertian pembelajaran Menurut Mohamad Ali, pembelajaran adalah suatu upaya memberi rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan agar terjadi proses belajar mengajar.1 Pengertian ini mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran ada aktifitas belajar dan mengajar yang melibatkan guru dan peserta didik. Upaya ini juga mengandung tujuan agar peserta didik secara sadar mau belajar mandiri. Istilah pembelajaran merupakan pengganti dari istilah mengajar yang telah melembaga pada dunia pendidikan. Namun dalam prakteknya, mengajar lebih berpusat pada guru (teacher centered), karena guru harus mempersiapkan diri secara administratif serta harus menguasai materi dan metode mengajar, serta evaluasi belajar tanpa harus memperhatikan apakah peserta didik mampu menguasai materi pelajaran atau tidak. Proses pembelajaran yang demikian peserta didik lebih ditempatkan sebagai obyek pendidikan, padahal peserta didik adalah subyek pendidikan. Max Darsono secara umum mendefinisikan pembelajaran sebagai upaya untuk membangkitkan prakarsa belajar peserta didik untuk mencapai hasil yang optimal.2 Dengan istilah pembelajaran, maka fungsi dan tugas guru adalah membelajarkan peserta didik untuk mencapai hasil yang optimal, yakni perubahan tingkah laku secara keseluruhan.3 Dalam hal ini telah terjadi transformasi model pembelajaran dari “teacher centered” menjadi “student centered”, dimana peran 1 Mohamad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 13. 2 Max Darsono, Belajar Dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2000), h. 24. 3 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.2 5 6 guru adalah sebagai motivator, dinamisator dan mitra belajar peserta didik yang bertugas menyiapkan materi dan media pembelajaran, serta menciptakan kondisi peserta didik untuk aktif mengikuti pembelajaran secara total, baik fisik maupun psikologis. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pembelajaran secara konsepsional mengandung pengertian yang konstruktif, yakni titik tekannya adalah membangun dan mengupayakan keaktifan siswa untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. b. Unsur-unsur pembelajaran Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan pembelajaran mengandung sejumlah unsur-unsur yang meliputi: 1) Tujuan pembelajaran Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, sebagai unsur penting untuk suatu kegiatan maka dalam kegiatan suatu apapun tujuan tidak bisa diabaikan. Demikian halnya dengan kegiatan pembelajaran.1 Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:2 a) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi belajar. b) Tujuan mendefinisikan tingkah laku dalam bentuk dapat diukur dan diamati. c) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki. 2) Peserta didik Dalam didik adalah UU Sisdiknas “anggota No. 20 masyarakat tahun yang 2003 disebutkan berusaha peserta mengembangkan 4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet. 4, h. 42. 5 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. 3, h. 77. 7 potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam pandangan modern, peserta didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pembelajaran, melainkan juga harus diperhatikan sebagai subyek dalam pembelajaran.3 Dasar peserta didik sebagai obyek sekaligus subyek dalam wilayah keilmuan harus dikaji dan dikembangkan secara optimal. Perpaduan pengembangan keilmuan peserta didik ditinjau sebagai obyek maupun subyek dalam jangka panjang dapat menghindarkan terjadinya perpecahan kepribadian dalam peserta didik.4 3) Pendidik Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Semula kata pendidik mengacu pada seseorang yang memberikan pengetahuan, ketrampilan, atau pengalaman kepada orang lain. Sejalan perkembangan keilmuan pendidikan, muncul konsep bahwa mendidik bukan hanya mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu kepada orang yang belum tahu, tetapi suatu proses membantu seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri.5 Dalam pembelajaran, salah satu tugas yang dilaksanakan oleh pendidik ialah memberikan pelayanan kepada peserta didik agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan itu. Selain itu pendidik juga sebagai pembimbing, yaitu proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap keluarga, sekolah serta masyarakat.6 3 h. 133. 4 5 6 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Ibid., h. 134. Ibid., h. 142. Ibid., h. 33. 8 4) Bahan pelajaran Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan pelajaran ini peserta didik diantarkan kepada tujuan pembelajaran. Bahan pelajaran pada hakikatnya adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada peserta didik sesuai kurikulum yang digunakannya.7 Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pembelajaran, sebab bahan pelajaran adalah inti dalam proses pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik. 5) Sumber pembelajaran Sumber pembelajaran dalam arti sempit misalnya, buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainnya. Pengertian tersebut masih sama sempitnya bila diartikan sebagai sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan secara auditif maupun visual saja, misal OHP, slides, video, film dan perangkat keras lainnya. Pengertian yang lebih luas tentang sumber pembelajaran adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan dalam proses pembelajaran.8Yang dimaksud dengan sumber disini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan.9 6) Alat peraga Alat peraga disebut dengan audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah difahami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran alat peraga dipergunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 43. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), Cet. 4, h. 76. 9 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 48.. 7 8 9 pembelajaran lebih efektif dan efisien.10 7) Metode Metode pembelajaran adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.11 Metode-metode yang sampai saat ini masih digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, eksperimen, demonstrasi, pemberian tugas dan resitasi, sosio drama, drill (latihan), kerja kelompok, metode proyek, problem solving, karya wisata, resource person, survey masyarakat, dan metode simulasi.12 8) Strategi Secara umum strategi mempunyai pengertian “suatu garis-garis besar haluan” untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru peserta didik, dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.13 Kalau metode merupakan cara untuk melakukan suatu pembelajaran agar lebih tepat dan sesuai situasi peserta didik, maka perlu juga diatur ketepatan penggunaan metode, tehnik dan strategi penerapan metode. Andai saja metode itu sebenarnya sudah baik tetapi karena kurang tepatnya penerapan metode maka hasil pembelajarannya pun akan kurang maksimal.14 Jadi bisa disimpulkan bahwa strategi disini berbeda dengan metode. Kalau metode itu terkait langsung dengan pembelajaran, maksudnya terkait langsung antar guru dengan siswa dalam suatu pembelajaran, maka strategi disini berfungsi mengatur ketepatan penggunaan berbagai metode dalam pembelajaran tersebut. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, .…, h. 99. Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Median Group, 2008), h. 8. 12 Ibid., h. 19-24. 13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 5. 14 IIsmail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, …, h. 24 10 11 10 c. Teori-teori Belajar Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu: 1) Teori disiplin mental Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan ilmiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara ilmiah. Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan perkembangan ilmiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.15 2) Teori Behaviorisme Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu: mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. 15 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 41. 11 Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Harley dan Davis yang banyak dipakai adalah: proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.16 3) Teori Cognitive Gestalt Teori belajar Gestalt meneliti pengamatan dan problem solving, dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.27 Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.17 Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktifitas belajar akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, …, h. 43. Ibid., h. 47. 16 17 12 2. Mastery Learning a. Pengertian dan Konsep dasar Mastery Learning (belajar tuntas) Secara bahasa, “keunggulan”.19Sedang kata “mastery” “learning” sering berarti“penguasaan” diartikan “belajar” atau atau “pengetahuan”.20 Sehingga kalau digabung dua kata tersebut “mastery learning” berarti “penguasaan pengetahuan” atau “penguasaan penuh”. Namun dalam dalam dunia pendidikan “mastery learning” bisa diartikan dengan “belajar tuntas” atau “pembelajaran tuntas.” Mastery learning (belajar tuntas) dalam KTSP adalah pendekatan pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.21 Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mastery learning merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan tujuan agar sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran (kompetensi) secara tuntas.22 Mastery learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar (klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of progress). Pendekatan ini bersifat individual dan diharapkan mampu mengatasi kelemahan-kelemahan pembelajaran yang bersifat klasikal. Artinya, mastery learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar, dengan tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar, yakni tingkat kemampuan siswa orang perorang, bukan per kelas dalam John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 374 20 Ibid., h.374 21 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 327. 22 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan inovasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 53. 19 13 mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran individual (individualized instruction) merupakan ciri khas dari mastery learning ini. Secara konseptual, mastery learning ini merupakan strategi atau model pembelajaran yang telah lama digagas oleh Carrol dalam bukunya “model of school learning”. Teori Carrol tersebut kemudian dimodifikasi secara operasional oleh Bloom, lalu dikembangkan lagi oleh Block.23 Namun demikian, model ini tetap masih relevan dan baik, apalagi diterapkan dalam upaya pencapaian standar kompetensi siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi dalam KTSP sebagai kurikulum yang berbasis kompetensi. Artinya mastery learning merupakan suatu keniscayaan dan bagian integral yang tak dapat dipisahkan. Pendekatan/strategi pembelajaran ini lebih menekankan pencapaian kompetensi dan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning). Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan KTSP merupakan suatu pola pembelajaran yang menggunakan pendekatan diagnostic/preskriptif (mengetahui kesulitan belajar siswa) dan ketuntasan secara individual. Hal ini diperlukan pemberian kebebasan belajar serta berupaya mengurangi kegagalan siswa dalam belajar. Pada sisi lain, strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada kelompok siswa (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual siswa, sehingga potensi masing-masing siswa berkembang secara optimal. Dasar pemikiran dari mastery learning dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing.24 23 84. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,, h. 327 24 14 b. Karakteristik Mastery Learning Adapun karakteristik mastery learning, sebagai berikut:25 1) Pada dasarnyanya strategi mastery learning adalah jika kepada para siswa diberikan waktu yang cukup, dan mereka diperlakukan secara tepat, maka mereka akan mampu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan kompetensi yang diharapkan. 2) Belajar atas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yang ditentukan terlebih dahulu. Tujuan pembelajaran memberi arah balik kepada guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, ini berarti bahwa tujuan strategi pembelajaran adalah agar hampir atau semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan. Jadi, baik sarana, metode, materi pelajaran maupun evaluasi yang digunakan untuk keberhasilan siswa berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 3) Memperhatikan perbedaan individu (individual difference) Suatu kenyataan bahwa individu mempunyai perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena faktor-faktor intern maupun ekstern. Terutama faktor ekstern melalui indra dan kecepatan belajar siswa. Untuk itu pelaksanaan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kepekaan indra siswa. Jadi, proses pembelajaran yang tepat adalah menggunakan multimedia dan multi metode yang sesuai dengan tujuan dan keadaan individu siswa. 4) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif (active learning) Belajar aktif (active learning) memungkinkan para siswa memperoleh pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Cara belajar yang demikian memungkinkan siswa untuk 25 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, ..., h. 86. 15 bertanya apabila mengalami kesulitan dalam mencari buku-buku atau sumber-sumber lain dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya. 5) Menggunakan satuan pelajaran terkecil (RPP) Satuan-satuan pelajaran dengan unit terkecil disusun secara sistematis, berurutan dari yang mudah ke yang sukar. Pembagian unit pelajaran menjadi yang kecil-kecil (cremental units) sangat diperlukan guna memperoleh umpan balik (feedback) secepat mungkin, sehingga perbaikan dapat segera dilakukan sedini mungkin dan untuk memberikan layanan yang terbaik. 6) Menggunakan sistem evaluasi yang kontinyu dan berdasar atas kriteria. Evaluasi secara kontinu berarti evaluasi dilaksanakan terus menerus yaitu pada awal, selama dan pada akhir proses belajar mengajar. Evaluasi ini dilakukan agar guru memperoleh umpan balik dengan segera, sering dan sistematis. Sedang evaluasi berdasar atas kriteria berarti evaluasi berdasar keberhasilan belajar siswa, tidak berdasar atas norma dibandingkan dengan siswa lain dalam satu kelas. Evaluasi yang digunakan bisa melalui tes (misalnya tes formatif dan sumatif) atau non tes (misalnya unjuk kerja/performance dan portofolio).26 c. Asumsi dasar Mastery Learning Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mastery learning dalam KTSP berbasis kompetensi merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, dalam model yang paling sederhana, Carrol dalam Winkel mengemukakan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu 26 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, …, h. 87. 16 yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa tersebut belum optimal.27 Block dalam Winkel menyatakan tingkat penguasaan kompetensi siswa sebagai berikut: Degree of learning = f ( time actually spent : time needed) Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.28 Mastery learning berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat, semua siswa mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua siswa memperoleh hasil yang maksimal pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisasi tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap siswa yang lambat mencapai tujuan (kompetensi) yang telah ditetapkan. Mastery learning dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, teori yang mengatakan bahwa adanya hubungan antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensi yang dimiliki (bakat). Hal ini sesuai dengan teori bakat menurut Carrol dalam Mulyasa, yang menyatakan bahwa apabila siswa didistribusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Hal ini berarti bahwa siswa yang berbakat cenderung untuk memperoleh nilai yang tinggi atau dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi.29 Kedua, apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis, semua siswa 27 28 29 W.S Winkel,, Psikologi Pengajaran , …, h. 268. Ibid., h. 270. Ibid., h. 53-54 17 akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya.Mulyasa menyatakan bahwa pada dasarnya bakat bukanlah merupakan indeks kemampuan seseorang, melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar (measure of learning rate). Artinya orang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif lebih sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan siswa yang memiliki bakat rendah. Sehingga dengan demikian, siswa dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Oleh karena itu, implikasinya dalam kegiatan belajar harus diberikan waktu belajar yang berbeda-beda untuk masing-masing siswa.30 d. Prinsip-prinsip Mastery Learning Pada dasarnya mastery learning akan menciptakan siswa memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan antara anak cerdas dengan anak kurang cerdas atau anak yang berbakat dengan anak yang tidak berbakat.31 Secara tegas dapat dikatakan bahwa sistem pembelajaran yang menggunakan prinsip mastery learning adalah tidak menerima perbedaan prestasi belajar siswa sebagai konsekuensi perbedaan bakat.32 Sebagaimana yang telah dikemukakan Carrol tentang teori bakat pada penjelasan sebelumnya. Pada posisi ini, prinsip mastery learning adalah menciptakan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi). Sehingga dengan demikian, di dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua kompetensi, sementara anak yang kurang cerdas mencapai sebagian kompetensi atau tidak mencapai sama sekali kompetensi yang diharapkan. Melalui prinsip mastery learning semua siswa akan mencapai kompetensi, hanya saja waktu yang diperlukan berbeda. E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, …, h 54 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 121 32 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), h. 84. 30 31 18 Argumentasi tersebut sangat sejalan dengan pendapat Winkel yang mengemukakan bahwa bilamana siswa tidak mencapai tingkat keberhasilan yang dituju, hal ini karena tidak disediakan waktu yang cukup, sesuai dengan kebutuhan siswa atau karena waktu yang disediakan dan sebenarnya cukup itu, tidak digunakan dengan sungguh-sungguh. Artinya tingkat penguasaan bahan (kompetensi) dalam pembelajaran sangat tergantung pada jumlah waktu yang disediakan.33 Berdasarkan konsep tersebut, dapat dipahami bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan mastery learning adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus siswa yang lambat belajar (slow learners) agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar.34 Hal tersebut mencerminkan adanya variasi penguasaan materi pembelajaran sekaligus juga mengakui adanya perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi. Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa prinsip mastery learning adalah: Pertama, ditetapkan batas minimal tingkat kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Kedua, menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP) untuk menilai keberhasilan belajar siswa mencapai standar ketuntasan minimal (KKM). Ketiga, siswa tidak diperbolehkan pindah ke topik atau tugas berikutnya, jika topik atau tugas yang sedang dipelajarinya belum dikuasai sampai standar minimal. Keempat ,memberikan kemampuan yang utuh, mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kelima, setiap peserta diberi kesempatan untuk mencapai standar minimal, sesuai dengan irama dan kemampuan belajarnya masing-masing (individualized learning). Keenam, W.S Winkel,, Psikologi Pengajaran , …, h. 268. Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) …, h. 327. 33 34 19 disediakan program bimbingan remedial bagi peserta yang lambat (slow learner), dan program pengayaan bagi peserta yang lebih cepat (fast learner) menguasai kompetensi serta percepatan (acceleration) bagi anak yang superior dan istimewa. e. Strategi Pelaksanaan Mastery Learning Pendekatan mastery learning apabila dilakukan pada kondisi yang tepat, maka semua siswa akan mampu belajar dengan baik dan dapat mencapai hasil yang maksimal. Agar semua siswa memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran harus dilakukan secara sistematis terstruktur, yakni tercermin dalam strategi pembelajaran tuntas yang dilaksanakan. Strategi mastery learning menurut Hamalik adalah suatu strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (group based approach). Pendekatan ini memungkinkan para siswa belajar bersama-sama berdasarkan pembatasan bahan pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, sampai tingkat tertentu, penyediaan waktu belajar yang cukup, dan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.35 Strategi mastery learning dapat diterapkan secara tuntas sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam level mikro yaitu mengembangkan individu dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Mulyasa strategi mastery learning dapat dibedakan dari pembelajaran non-mastery learning terutama dalam hal-hal berikut:36 1) Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test). 2) Siswa baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan. 35 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi CBSA, …, h. 85. 36 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004,., h. 55. Belajar Mengajar Berdasarkan 20 3) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif yang menurut Marrison merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi kegiatan belajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar siswa, sesuai dengan waktu yang diperlukan masing-masing. Sementara strategi mastery learning yang dikembangkan oleh Bloom meliputi tiga bagian, yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar. Selanjutnya diimplementasikan dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual yang meliputi: 1) Corrective technique, semacam pengajaran remedial yang dilakukan dengan pemberian terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh siswa, dengan prosedur dan metode sebelumnya. 2) Memberikan tambahan waktu kepada siswa yang membutuhkan atau belum menguasai bahan dan kompetensi secara tuntas.37 f. Pola dan Prosedur Mastery Learning Sebagai upaya menciptakan suatu pembelajaran yang baik dan berhasil, Bloom mengembangkan suatu pola dan prosedur pembelajaran yang dapat diterapkan pada satuan kelas termasuk mastery learning. Secara operasional, Bloom dan Winkel mempersiapkan langkah-langkah praktis dalam implementasi mastery learning sebagai berikut:38 1) Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, baik yang bersifat umum maupun khusus (sekarang dikenal dengan istilah standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator). Menurut Sanjaya ada beberapa alasan tujuan pembelajaran perlu dirumuskan 37 38 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, …, h. 125. Ibid., h.126. 21 dalam merancang suatu program pembelajaran, yaitu:39 Pertama, perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Kedua, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan itu guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa. Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dan tepat dapat membantu guru dalam menentukan materi pembelajaran, strategi, alat, media dan sumber belajar, serta menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol seberapa jauh siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah/madrasah. 2) Menjabarkan materi pembelajaran (bahan ajar) atas sejumlah unit pembelajaran (sekarang disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/ RPP). Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran, berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku (KTSP). Agar rencana pembelajaran membantu guru dalam pembelajaran, rincian pokok-pokok materi hendaknya 39 Wina Sanjaya, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, …, h. 99. 22 dicantumkan secara cermat dalam rencana pembelajaran. Dalam mengorganisasikan materi, guru dapat menempuh berbagai cara. Guru dapat menyusunnya dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, atau yang ada disekitar siswa.40 Pemilihan materi pembelajaran (bahan ajar) harus sejalan dengan kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang, yaitu: 1) akurat dan up to date, sasarannya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan baru dalam bidang teknologi; 2) kemudahan, sasarannya untuk memenuhi prinsip, generalisasi dan memperoleh data; 3) kerasionalan, sasarannya mengembangkan kemampuan berfikir rasional, bebas dan logis; 4) esensial, sasarannya untuk mengembangkan moralitas penggunaan pengetahuan; 5) kemaknaan, sasarannya bermakna bagi siswa dan perubahan sosial; 6) keberhasilan, sasarannya keberhasilan untuk mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa; 7) keseimbangan, sasarannya mengembangkan pribadi siswa secara seimbang dan menyeluruh; 8) kepraktisan, sasarannya mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya.41 3) Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pembelajaran yang sedang dipelajari. Proses pembelajaran menurut Muslich dikelompokkan ke dalam tiga kegiatan besar, yaitu: 1) kegiatan awal, biasanya diisi dengan mengemukakan hal-hal yang menarik minat siswa untuk belajar, membahas ulang pengetahuan prasyarat atau menyampaikan informasi awal atau penjelasan tugas secara klasikal. Pengetahuan prasyarat yang dibahas hendaknya betul-betul yang dekat dengan konsep baru yang dipelajari, tidak terlalu jauh sehingga waktu yang digunakan menjadi singkat; 2) kegiatan inti, disediakan untuk siswa mengalami kegiatan seperti melakukan percobaan, bermain peran, kegiatan pemecahan 40 Wardani, Pemantapan Kemampuan Guru Mengajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), h. 8. 41 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 223. 23 masalah, atau simulasi yang sebaiknya dilakukan secara berpasangan atau kelompok. Apabila kegiatan ini dilakukan siswa secara perorangan maka harus diikuti dengan kegiatan yang melibatkan lebih dari satu orang, misalnya saling menjelaskan proses dan hasil belajar kepada temannya. Hal ini dimaksudkan agar tercipta interaksi diantara mereka sehingga hasil belajar mereka menjadi mantap; 3) kegiatan penutup, biasanya diisi dengan rangkuman hasil belajar secara klasikal. Alokasi waktu untuk kegiatan awal dan penutup sebaiknya tidak lebih dari 10-15 menit sehingga sisanya untuk kegiatan inti.42 4) Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pembelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi pembelajaran. Tes itu bersifat formatif, yaitu bertujuan mengetahui sampai seberapa jauh siswa dalam pengolahan materi pembelajaran (diagnostic progress test). Menurut Yamin dalam test formatif ini, ditetapkan norma yang tetap dan pasti, misalnya 80% dari jumlah pertanyaan dalam tes itu harus dijawab betul, supaya siswa dinyatakan berhasil atau telah menguasai tujuan pembelajaran.43 5) Siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan pertolongan khusus, misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak sebagai tutor sebaya, mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh mempelajari buku bidang lain dan mengambil unit pelajaran yang telah diprogramkan. 6) Setelah semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pembelajaran yang bersangkutan barulah guru mulai mengajarkan unit berikutnya. 7) Setelah siswa paling sedikit kebanyakannya, mencapai tingkat keberhasilan yang dituntut guru mulai mengajar unit pelajaran ketiga. Jadi seluruh siswa dalam kelas selalu mulai mempelajari suatu unit pelajaran baru secara bersama-sama. 42 Masnur Muslich, KTSP:Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 60. 43 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, …, h. 127. 24 8) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lain, sampai seluruh rangkaian pembelajaran selesai. 9) Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes yang mencakup seluruh rangkaian unit pembelajaran. Tes akhir ini bersifat sumatif, yaitu bertujuan mengevaluasi taraf keberhasilan masing-masing siswa terhadap semua tujuan pembelajaran.44 g. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mastery Learning Para pakar pendidikan berkeyakinan bahwa sebagian besar bahkan semua siswa mampu menguasai bahan pelajaran tertentu sepenuhnya dengan syarat-syarat tertentu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan teori Carrol, Bloom, Block dan yang lainnya dapatlah diidentifikasi dan dielaborasikan bahwa mastery learning dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: 1) Bakat (aptitude) Bakat sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih juga sangat berpengaruh bagi tercapainya prestasi seseorang. Ada korelasi antara bakat yang tinggi dengan prestasi belajar. Korelasi antara bakat, misalnya untuk pelajaran matematika dan prestasi untuk bidang itu setinggi 70. Hasil itu akan tampak bila kepada siswa dalam satu kelas diberikan metode yang sama dalam waktu yang sama. Namun menurut Carrol adanya perbedaan bakat dipandang sebagai perbedaan waktu yang diperlukan untuk menguasai sesuatu. Jadi perbedaan bakat tidak menentukan tingkat penguasaan atau jenis bahan yang dipelajari. Jadi setiap orang dapat menguasai bidang studi apapun hingga penguasaan yang tinggi asal diberi waktu yang cukup. 2) Ketekunan belajar (perseverance) Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk belajar mempelajari sesuatu memerlukan jumlah waktu tertentu. Carrol 44 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, …, h. 127. 25 mendefinisikan ketekunan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk belajar.45 Bila siswa membutuhkan sejumlah waktu untuk mempelajari bahan pelajaran tetapi ia hanya mendapat waktu kurang dari apa yang ia butuhkan untuk mempelajari suatu bahan, maka ia tidak akan menguasai bahan sepenuhnya. Waktu belajar yang dimaksudkan adalah jumlah waktu yang digunakan untuk kegiatan belajar, yaitu mempelajari sesuatu secara aktif. 3) Kualitas pembelajaran (quality of instruction) Implementasi KTSP berbasis kompetensi, menurut dukungan tenaga kependidikan yang terampil dan berkualitas, agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas setempat, serta mengefisienkan sistem dan mengendorkan birokrasi yang tumpang tindih. Dalam pada itu, dituntut kemandirian dan kreatifitas sekolah dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran beserta perangkat evaluasinya. Implementasi KTSP disekolah merupakan pengembangan kurikulum pada tingkat lembaga (institusi) yang akan bermuara pada pengembangan kurikulum pada tingkat bidang studi . Melalui pendidikan akan terbentuk sikap dan perilaku siswa. Guru sebagai seorang pendidik yaitu orang yang berusaha mewujudkan budi pekerti yang baik atau akhlakul karimah, atau sebagai pembentukan nilai-nilai moral (transfer of values). Sedangkan guru sebagai pengajar (muallim) adalah orang yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa mengerti, menghayati, memahami, dan dapat mengamalkan berbagai ilmu pengetahuan yang disebut sebagai transfer of knowledge.46 Kegiatan pembelajaran di kelas dapat dilihat dari sisi guru yang dapat dicermati dari dua sudut pandang. Pertama, menyatakan bahwa mengajar adalah proses transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan pada siswa. Kedua, menyatakan bahwa pembelajaran bukan hanya mengendalikan kelas sehingga Moh.Uzer Usman dan Lilis Setyawati, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h.96. 46 Suyanto dan Abbas, Wajah Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta: Adicita Karya Nusa, 2001), h. 66. 45 26 menghilangkan sebagian besar peran serta yang seharusnya dilakukan siswa. Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien), artinya guru dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran aktif.47 Jadi kualitas pengajaran ditentukan oleh kualitas pengujian, penjelasan dan pengaturan unsur-unsur belajar dengan memperhatikan metode-metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa secara Individual. Karena pada dasarnya setiap anak belajar tidak secara kelompok, akan tetapi secara individual, menurut caranya masing-masing meskipun berada dalam satu kelompok (kelas). Artinya, meskipun dilaksanakan secara klasikal tetapi sangat individual pendekatan yang digunakan dalam implementasinya. 4) Kesanggupan untuk menerima pelajaran (ability to learn). Kesanggupan belajar siswa terkait erat dengan intelegensi. Salah satu definisi intelegensi antara lain menyebutkan bahwa intelegensi adalah ability to learn (kemampuan untuk belajar). Artinya, intelegensi yang tinggi diharapkan akan dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula begitu juga yang terjadi sebaliknya. Intelegensi merupakan bakal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan performansi yang optimal.48 5) Kesempatan waktu untuk belajar Alokasi waktu tiap bidang studi telah ditentukan dalam kurikulum yang tentunya telah disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar siswa dan perkembangan jiwanya. Untuk itu, para guru pula mengantisipasi agar waktu belajar yang tersedia sesuai dengan kebutuhan, sehingga waktu belajar untuk mempelajari materi pelajaran tersebut benar-benar efektif. Dalam hal ini peranan 47 48 h.163. Dimyati Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 117-118. Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 27 strategi dan metode pembelajaran yang digunakan para guru sangat besar dan peranan kealiman guru dalam pemecahan masalah ini juga sangat menentukan.49 h. Kelebihan dan Kekurangan Mastery Learning Suatu strategi pembelajaran ada kelebihan dan kekurangannya, seperti juga strategi mastery learning yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Strategi mastery learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, oleh karena itu strategi ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:50 1) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual, belajar kelompok. 2) Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri. 3) Dalam strategi ini, guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya. 4) Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar, yakni siswa yang menguasai bahan pelajaran secara tuntas, menyeluruh dan utuh. 5) Pada hakikatnya, strategi ini tidak mengenal siswa yang gagal belajar atau tidak naik kelas karena siswa yang ternyata mendapat hasil yang kurang memuaskan atau masih dibawah target hasil yang diharapkan, terus menerus dibantu oleh rekannya dan oleh guru. Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi sebab penilaian dilakukan oleh guru. rekan Moh.Uzer Usman dan Lilis Setyawati, Menjadi Guru Profesional, …, h. 99. Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, …, h. 86-87. 49 50 28 sekelas, dan oleh diri sendiri dan berlangsung secara berlanjut serta berdasarkan ukuran keberhasilan (standar perilaku) yang jelas dan spesifik. 6) Pengajaran tuntas berdasarkan suatu perencanaan yang sistemik, yang memiliki derajat koherensi yang tinggi dengan Garis-garis Besar Program Pengajaran Bidang studi. 7) Strategi ini menyediakan waktu belajar yang cukup sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masing-masing individu siswa sehingga memungkinkan mereka belajar secara lebih leluasa. 8) Strategi ini mengaktifkan guru-guru sebagai suatu regu yang harus bekerja sama secara efektif sehingga kelangsungan proses belajar siswa dapat terjamin dan berhasil optimal. 9) Strategi belajar tuntas berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada strategi belajar-mengajar lainnya, yang berdasarkan pendekatan kelas saja, atau individualisasi saja. Disamping memiliki kelebihan, strategi mastery learning juga mempunya kelemahan, di antaranya:51 1) Guru-guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester di samping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh. 2) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai. 3) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit 51 Oemar Hamalik, CBSA, …, h. 87-88. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan 29 dan masih baru. 4) Strategi ini sudah tentu meminta berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan waktu yang cukup besar, sedangkan sekolah-sekolah kita umumnya masih langka dalam segi sumber-sumber teknis seperti yang diharapkan. 5) Untuk melaksanakan strategi ini yang mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas pada gilirannya menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Hal itu menuntut para guru agar lebih banyak dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas. 3. Mastery Learning Dalam Pembelajaran Ekonomi Pada prinsipnya pelaksanaan strategi mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi sama saja dengan strategi lain yang digunakan dalam pembelajaran Ekonomi. Hanya saja ada karakteristik yang menjadi ciri khas dan indikator pelaksanaannya, yaitu: a. Metode Pembelajaran Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan diagnostik deskriptif (mengetahui kesulitan belajar siswa dan bagaimana cara memberikan layanan terbaik). Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok siswa (kelas), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual (individual differences) siswa sedemikian rupa, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing secara optimal. Mastery learning sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan session-session kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer.52 52 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , …, h. 331. 30 Pembelajaran tuntas diorientasikan bagaimana siswa mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, artinya tujuan pembelajaran Ekonomi di arahkan pada penguasaan kompetensi-kompetensi tertentu. Jika itu telah tercapai, maka dikatakan siswa telah kompeten, dan jika belum maka siswa dapat dikatakan belum atau bahkan tidak kompeten tentang bahan yang dipelajarinya. Oleh karena itu, kalau siswa harus kompeten, maka gurunya harus lebih dahulu kompeten dalam bidangnya, artinya ia memiliki kompetensi guru yang dipersyaratkan padanya, agar tujuan pembelajaran terkondisikan dengan baik, kreatif, menyenangkan, dan bermakna. b. Peran guru Strategi pembelajaran tuntas (mastery learning) menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan siswa secara individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System Of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi siswa dengan materi/objek belajar.53 Karena itu, peran guru dalam pelaksanaan mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi lebih diintensifkan dalam hal-hal berikut: (a) menjabarkan/memecahkan Kompetensi Dasar ke dalam satuan-satuan yang lebih kecil (cremental units) dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya, (b) mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD, (c) menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi, (d) memonitor seluruh pekerjaan siswa, (e) menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi, (f) menggunakan teknik diagnostik, dan (g) menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar (disability to learn). Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), …, h. 331 53 31 c. Peran siswa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berorientasi pada kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran siswa sebagai subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “guru dan yang akan dikerjakannya” melainkan pada “siswa dan yang akan dikerjakannya”. Oleh sebab itu, pembelajaran tuntas (mastery learning) memungkinkan siswa lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan.54 Artinya, siswa diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan siswa sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara individual dalam mengikuti pembelajaran Ekonomi. d. Evaluasi (penilaian) Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar (mastery learning) dalam KTSP ditetapkan dengan penilaian acuan patokan pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma. Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah siswa harus mencapai nilai 75,65,55, atau sampai nilai berapa seorang siswa dinyatakan mencapai ketuntasan dalam belajar. Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas, tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara baik, siswa dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali dimana ia mengalami kesulitan dengan segera, sehingga dapat mencapai ketuntasan minimal yang telah ditentukan.55 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), …, h. 332 55 Ibid., h. 332 54 32 4. Pengertian Standar Kompetensi Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.56 Menurut Abdul Majid Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur.57 Pada setiap mata pelajaran, standar kompetensi sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum, yang dapat kita lihat dari standar isi. Jika sekolah memandang perlu mengembangkan mata pelajaran tertentu misalnya pengembangan kurikulum muatan local, maka perlu dirumuskan standar kompetensinya sesuai dengan nama mata pelajaran dalam muatan lokal tersebut. SK yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu seperti Kewarganegaraan, Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. SK yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa SK memiliki dua penafsiran, yaitu: a. Pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui peserta didik dan kemampuan melakukan sesuatu dalam mempelajari suatu mata pelajaran. b. Spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan kategori pencapaian seperti lulus atau memiliki keahlian 56 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 170 57 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 42 33 B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penerapan belajar tuntas (Mastery Learning) sebelumnya pernah diterapkan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah : Tabel 2.1 Penelitian Relevan No . 1. Peneliti Judul Hasil (Tahun) Penelitian Penelitian Ratana Peningkatan Pratiwi Belajar (2011) Pecahan Melalui Model belajar siswa adalah 60%, atau Mastery Hasil Berdasarkan data siklus 1 dapat Penjumlahan dipaparkan bahwa ketuntasan Learning ketuntasan sejumlah 12 siswa dari (Belajar Tuntas) Siswa 20 siswa. Sedangkan yang Kelas IV SD Islam mengalami ketidaktuntasan belajar Hasanul Kabupaten Blitar Amin sebanyak 40%, sebanyak 8 siswa dari 20 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh 67,5. Berdasarkan data pada siklus 2 dapat dipaparkan bahwa ketuntasan belajar siswa 85%, atau ketuntasan sejumlah 17 siswa dari 20 siswa. Sedangkan yang mengalami ketidaktuntasan belajar sebanyak 15%, berarti 3 siswa dari 20 siswa. Nilai rata-rata 34 yang diperoleh 81,25. Dari hasil penelitian yang didapat, peneliti menyatakan bahwa penerapan model Mastery learning (belajar tuntas) yang dilaksanakan dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran penjumlahan pecahan siswa kelas IV SD Islam Hasanul Amin Kabupaten Blitar. 2. Tony (2009) Upaya Peningkatan Dalam penelitiannya ini siswa Hasil Belajar banyak mengalami peningkatan, Matematika Melalui diantaranya Model Belajar Tuntas siswa keaktifan belajar meningkat 76,92%, (Mastery Learning) di pemahaman materi Kelas V SDN 3 Keden meningkat 87,18% dan kemandirian belajar siswa siswa meningkat 79,49%. Dari hasil yang didapat, Tony menyatakan bahwa pembelajaran didasarkan pembelajaran pada melalui yang penerapan Model Belajar Tuntas dengan kombinasi 35 pembelajaran klasikal, kelompok, dan individual serta pemecahan masalah dapat membuat siswa semakin kreatif. 3 Dafid Armawan (2011) Belajar Tuntas (Mastery Dalam penelitian ini terdapat Learning) Sebagai hubungan positif yang signifikan Upaya Meningkatkan padan kegiatan tindakan pada Kualitas Pembelajaran proses dimana terjadi peningkatan Siswa Kelas XI-2 kualitas pembelajaran. Dimana Jurusan TKR SMKN 1 besarnya Seyegan nampak pada hasil penelitian peningkatan tersebut dimana ditunjukkan oleh selisih nilai rata-rata pre-test dengan nilai post test sebesar 2.33. Rata-rata nilai pre test sebesar 5.38 dan nilai post test sebesar 7.71. Penelitian-penelitian di atas digunakan untuk mendukung terlaksananya penelitian tentang strategi belajar tuntas (Mastery Learning) yang dilakukan peneliti. Yang membedakan antara penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti menerapkan strategi belajar tuntas (Mastery Learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi. 36 C .Kerangka Berfikir Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Berpikir 1. 2. 3. Kreativitas dan inisiatif guru kurang Pemahaman siswa terhadap materi lemah Hasil belajar siswa menurun Penelitian Tindakan Proses pembelajaran menggunakan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) Siswa memahami materi pelajaran Ekonomi Tercapainya standar kompetensi melalui penerapan stategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Tercapainya standar kompetensi melalui strategi belajar tuntas (Mastery Learning) dalam pelajaran ekonomi di SMAIT Yapira Medang Kab. Bogor BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitan yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. ”Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”. 1 Permasalahan SIKLUS I Permasalahan Baru Hasil Refleksi SIKLUS II Gambar 3.1 : Bagan Siklus PTK Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Refleksi I Pengamatan Tindakan I Perencanaan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Refleksi II BilaPermasalahan Belum Terpecahkan Pengamatan Tindakan II Dilanjutkan kesiklus berikutnya Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.ke-9, h.58 1 37 38 B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di SMAIT YAPIRA terletak di jl. Kp. Medang RT.01/08 Ds. Sukamulya Kec. Rumpin Kab. Bogor. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dimulai pada tanggal 18 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 3 November 2015. Akan tetapi penelitian tidak dilakukan secara terus menerus dalam hari tersebut hanya pada hari-hari tertentu. Adapun tahap-tahap yang peneliti lakukan adalah: a. Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah untuk mengajukan permohonan izin observasi dan penelitian. b. Melakukan survey awal bertujuan untuk mencari gambaran umum tentang obyek yang akan diteliti. c. Melakukan penelitian dengan observasi serta wawancara tentang obyek penelitian. d. Melakukan analisis data dan menyimpulkannya. C. Subjek Penelitian Informasi data yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini diambil dari berbagai sumber, di antaranya: sumber informasi dari Kepala sekolah SMAIT YAPIRA dan guru Ekonomi. Kepala sekolah dalam penelitian ini memberikan data tentang kondisi dan profil SMAIT YAPIRA, sedangkan guru Ekonomi memberikan data tentang data jumlah siswa dan nama siswa SMAIT YAPIRA serta informasi tentang pelaksanaan mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMAIT YAPIRA, yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 29 siswa laki-laki dan 9 siswi perempuan, pada 39 materi pelajaran ekonomi dengan menggunakan pendekatan/strategi Mastery Learning. Sedangkan proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan persiapan instrumen, ujicoba instrument penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No 1 Tanggal 18 Agustus 2015 Kegiatan Konsultasi instrument penelitian 1. Observasi 2. Draft pedoman wawancara 2 25 Agustus2015 Ujicoba Instrumen 3 28 Agustus 2015 Konsultasi Observasi ke dosen 4 2 September 2015 Pemantapan Instrumen penelitian dengan berkonsultasi kepada dosen 5 3 September 2015 s/d Pengumpulan data, Pengolahan Data, Analisis 11 September 2015 Data (Pelaksanaan KBM Siklus I dan II) 6 20 Oktpber 2015 Laporan ke dosen tentang hasil pengolahan data 7. 3 November 2015 Finalisasi Hasil Analisis data Untuk mendapatkan data awal, Proses pengumpulan data yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap penentuan obyek penelitian. Pertama, tahap persiapan penelitian, peneliti harus mempersiapkan instrumen penelitian, lembar panduan observasi, dan lembar panduan wawancara. Kedua, tahap pengumpulan data dan pengolahan data yaitu peneliti melakukan wawancara, mencari berbagai informasi yang berhubungan dengan fokus dan permasalahan penelitian mengenai pembelajaran dengan media gambar 40 terhadap hasil belajar siswa kelas XI di SMAIT YAPIRA. Tahap pengumpulan data dan pengolahan data ini dilaksanakan sejak 18 Agustus s.d. 11 September 2015. Ketiga tahap pengecekan data, yaitu mengadakan check recheck data dengan metode Triangulasi dengan tujuan memperkuat hasil penelitian. Tahap ini dilaksanakan setelah data yang diperlukan sudah terkumpul kemudian didiskusikan kembali mengenai kesimpulan akhir dari penelitian ini. 3 November 2015 Finalisasi hasil Penelitian. D. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada pelaksanaan mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi pada kelas XI (Sebelas) di SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor. Pada standar kompetensi memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi. E. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. ”Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.1 Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam model penelitian tindakan kelas ini yaitu : 1. Rencana (Planning)pada komponen ini, guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa. 2. Tindakan (Action) pada komponen ini, guru melaksanakan tindakan, berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya 2 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, …, h. 58 41 perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa yang diinginkan. 3. Pengamatan (Observasi) pada komponen ini, guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak. 4. Refleksi (Reflection) pada komponen ini, guru mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasarkan pada berbagai kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak perbaikan dan peningkatan yang meyakinkan.2 F. Teknik Pengumpulan Data Teknik dan alat pengumpul data yang tepat dapat memungkinkan diperolehnya data yang obyektif. Di bawah ini peneliti akan menguraikan beberapa teknik penelitian yang digunakan sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data, Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes Hasil Belajar Tes diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan baik Pre test di saat awal sebelum pembelajaran dimulai. Post Test yang dilaksanakan di akhir siklus, yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Tes hasil belajar dalam penelitian ini adalah 3 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, …, h. 58 42 pertanyaan-pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar Ekonomi pada siswa Kelas XI dalam proses pembelajaran dibuktikan dengan nilai dari tes. 2. Metode Observasi (pengamatan) Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi terhadap keaktifan dan kerjasama siswa dalam berdiskusi secara sistematis yang dilakukan pengamat pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman lembar observasi sebagai instrumen pengamatan. Observasi, secara umum dapat diartikan secara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dengan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. observasi adalah : Adapun yang di Aktifitas Guru, Aktifitas siswa, dan Proses Kegiatan Belajar Mengajar di dalam kelas. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap subjek dan obyek penelitian. Adapun yang diamati dalam penelitian ini yaitu: a. Ruang / tempat Dalam hal ini peneliti mengamati ruang atau gambar untuk dicatat atau digambar. b. Pelaku Kegiatan Peneliti mengamati ciri pelaku yang ada diruang atau tempat, dalam hal ini pelaku adalah Aktifitas Guru Ekonomi dan Aktifitas Siswa SMAIT YAPIRA, serta proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi mastery 43 learning dalam pembelajaran ekonomi. c. Benda (Alat) Peneliti mencatat semua benda atau alat yang digunakan oleh pelaku (guru dan siswa) untuk berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan kegiatan pelaku dalam Catatan Lapangan (Field Notes) d. Waktu Peneliti mencatat setiap tahapan-tahapan waktu dari sebuah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas berlangsung. PTK ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, setiap siklusnya terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan. e. Peristiwa Peneliti mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama kegiatan berlangsung. Antusiasme, sikap, perilaku, motivasi, keaktifan siswa dalam berdiskusi, keaktifan bertanya, memberi pemecahan masalah dalam diskusi f. Tujuan Peneliti mencatat tujuan dari setiap kegiatan-kegiatan yang ada. Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “Ketuntasan” tercapainya Standar Kompetensi (SK) dan peningkatan hasil belajar siswa. g. Aktifitas, Sikap dan Perilaku Siswa Peneliti mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap peserta sikap, perilaku,motivasi, antusiasme eaktifan dalam berdiskusi, kerjasama tim, dan aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengaar, baik dalam bahasa verbal maupun non verbal yang berkaitan dengan perasaan, motivasi atau emosi. 3. Metode Interview (Wawancara) Wawancara di sini adalah wawancara secara langsung dengan guru Ekonomi di SMAIT YAPIRA yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pengajaran terutama dalam penerapan pembelajaran mastery learning (belajar tuntas). Wawancara digunakan untuk menggali data tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran Ekonomi dengan menerapkan mastery 44 learning (belajar tuntas). Wawancara yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan lisan. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Wawancara yaitu suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan bertanya sepihak dan dari jawaban yang diberikan responden kepada pewawancara untuk dijadikan informasi melalui pedoman wawancara. Adapun yang diwawancara adalah siswa Kelas XI SMAIT YAPIRA Kabupaten Bogor sebelum dan setelah tindakan. 4. Catatan Lapangan (Field Notes) Cara pengumpulan data dengan menghimpun data-data primer dan skunder, serta catatan-catatan peristiwa, kejadian, kendala-kendala, aktifitas guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas dan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti di lapangan. 5. Studi Dokumentasi Menghimpun bahan-bahan keterangan (data) dan fakta yang dilakukan dengan mengadakan kajian literasi dan studi dokumentasi dengan pencatatan secara sistematis terhadap data-data yang dapat dijadikan dokumen pendukung dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari data dari berbagai benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan, catatan harian, dan sebagainya, sehingga dapat dijadikan sebagai informasi untuk melengkapi data-data primer maupun sekunder. Dari sumber data tersebut, peneliti dapat memanfaatkan untuk menguji dan manafsirkan berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran Ekonomi di SMA YAPIRA Medang Kab. Bogor dengan menggunakan pendekatan mastery learning. 45 G. Teknik Analisis Data Untuk memperoleh arti dari data yang sudah tersedia melalui interpretasi data, maka peneliti mengadakan pengolahan dan penafsiran data melalui teknik analisis kualitatif yaitu data yang dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu peneliti dalam meneliti menggunakan fakta empiris.3 Analisis data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis data ketika peneliti masih di lapangan dan analisis data setelah kembali dari lapangan. Analisis data di lapangan terkait dengan memperbaiki atau mengubah asumsi teoritis yang digunakan, serta memperbaiki pertanyaan yang menjadi fokus penelitian. Sedangkan analisis data pasca mendapatkan data di lapangan terkait dengan perumusan penemuan penelitian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Reduksi data, yaitu proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstrasi, dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan. 2. Sajian data, yaitu suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk memberikan kesimpulan atau tindakan yang diusulkan. 3. Verifikasi atau penyimpulan data, yaitu penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kausalnya sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya.4 Sebelum digunakan tes tersebut terlebih dahulu diujicobakan untuk mengukur validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal. 1. Uji Validitas Validitas yang digunakan dalam instrument ini adalah dengan menggunakan rumus korelasi poin biserial. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), cet. 2, hlm. 167. 4 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Angkasa, 1993), Cet. 1, hlm. 167. 3 46 Keterangan: rpbi : koefisien korelasi poin biserial yang dianggap sebagai koefisien validitas item. Mp : Skor rata-rata hitung yang dijawab dengan benar. Mt : Skor rata-rata total. SDt : Standar DeXIasi Total. p : Proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item. q : Proporsi siswa yang menjawab salahterhadap butir item.5 Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan rpbi dibandingkan dengan rtabel product moment yaitu 0,361. Jika hasil perhitungan rpbi lebihbesar atau perhitungan rtabel, maka soal tersebut dinyatakan valid. Tetapi jika hasil perhitungan rpbi lebih kecil dari rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. 2. Reliabilitas Untuk mengukur reliabilitas menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Ricardson 20), yaitu: Keterangan: pi : Reliabilitas tes secara keseluruhan : Proporsi subyek yang menjawab benar dari suatu butir soal qi : 1 - pi Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), Cet. III, hlm. 185. 5 47 k : jumlah item dalam instrumen : Jumlah hasil perkalian antara pi dan qi : Varians total Keterangan: n = Banyaknya siswa. = Jumlah kuadrat skor. = Jumlah skor.6 Klasifikasi koefisien reliabilitas, sebagai berikut: 0,91 – 1,00 : sangat tinggi 0,71 – 0,90 : tinggi 0,41 – 0,70 : cukup 0,21 – 0,40 : rendah Kurang dari 0,20 : sangat rendah 3. Taraf Kesukaran Soal Pengujian taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang sukar, sedang, dan mudah. Rumus yang digunakan: Keterangan: I : indeks kesulitan untuk setiap butir soal. B : banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal. N : banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan.7 6 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. II, hlm. 263. 7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 48 Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah: 0 - 0,30 = soal kategori sukar 0,31 - 0,70 = soal kategori sedang 0,71 - 1,00 = soal kategori mudah 4. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah: Keterangan: D = Daya pembeda soal. PA = Proporsi kelas atas. PB = Proporsi kelas bawah. BA = Banyak siswa kelas atas yang menjawab benar. BB = Banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar. JA = Banyak siswa kelas atas. JB = Banyak siswa kelas bawah. Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut: D : 0,70 - 1,00 = sangat baik. D : 0,40 – 0,70 = baik. D : 0,20 – 0,40 = cukup. D : kurang dari 0,20 = buruk.8 2001), hlm. 137. 8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 213. 49 5. Pengujian Prasyarat Analisis a) Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah uji Lilliefors dengan taraf signifikan α = 0,05 Hipotesis: H0 : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian: Terima H0, jikaLhitung<Ltabel Tolak H0, jikaLhitung>Ltabel b) Uji N-Gain (Nilai Capaian Peningkatan Hasil Belajar) Untuk mengetahui N-Gain dapat ditentukan dengan rumus: Terdapat tiga kategori perolehan skor N-Gain ternormalisasi: G – Tinggi : Nilai> 0,7 G – Sedang : Nilai 0,3 – 0,7 G – Rendah : Nilai< 0,3 H. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis 1. Data hasil belajar siswa terhadap Penerapan Mastery Learning Pengolahan data hasil belajar siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Teknik pengolahan data 2. Teknik analisa data 2. Tes Hasil Belajar Dalam menganalisa data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus. 50 3. Data Observasi a. Data Observasi Kegiatan Guru b.Data Observasi Kegiatan Siswa c. Data Observasi kegiatan Belajar Mengajar (KBM) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMAIT YAPIRA 1. Tinjauan Historis SMAIT YAPIRA Sekolah Menegah Atas Islam Terpadu YAPIRA berdiri pada tahun 2012. SMA Islam Terpadu YAPIRA adalah sebuah sekolah yang terletak di desa medang Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Jawa Barat.1 Dengan lokasi yang jauh dari keramaian kota menjadikan sekolah ini lebih tenang dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Adapun kepala sekolah sejak berdirinya SMAIT YAPIRA sampai sekarang mengalami 2 kali pergantian yaitu : A. Tahun 2012-2014 : Hj.Lelih Muhlisoh S.Ag B. Tahun 2014-sekarang : Dodih Damhudi, S.Pd 2. Visi, Misi dan Tujuan SMAIT YAPIRA Sebagaimana lembaga pendidikan yang lain, SMAIT YAPIRA juga memiliki Visi, misi dan tujuan yang sejalan dan mendukung bagi tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Adapun Visi, misi dan tujuan SMAIT YAPIRA adalah sebagai berikut: Visi SMAIT YAPIRA adalah: “ Terwujudnya akhlakul karimah, unggul dalam berprestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur sesuai dengan ajaran agama”. Untuk mewujudkan Visi tersebut diperlukan misi yang jelas. Adapun misi SMAIT YAPIRA adalah: a. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan. b. Mengembangkan pengetahuan dibidang iptek, bahasa, olahraga dan seni budaya sesuai bakat, minat dan potensi siswa. c. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan. Sementara tujuan SMAIT YAPIRA sebagai berikut: 51 52 1. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran 2. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. 3. Menjadi sekolah pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekitar. 4. Menjadi sekolah yang diminati di masyarakat. 3. Letak Geografis SMAIT YAPIRA SMAIT YAPIRA terletak di Jl. Kp. Medang RT.01/08 Ds. Sukamulya Kec. Rumpin Kab. Bogor. Lokasi tersebut berada di tengah-tengah perkampungan warga dan termasuk jauh dari hiruk pikuk keramaian jalan raya sehingga mendukung proses belajar mengajar. Sekolah yang berstatus swasta didirikan diatas tanah seluas +-5000 m2 dan status bangunan milik yayasan Raudhatut Tauhid, merupakan suatu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Dinas Pendidikan dan bukan lembaga pendidikan yang bercorak agama. 4. Struktur Organisasi Sekolah Agar sebuah lembaga sekolah mekanisme kerja lancar dan tertib, maka diperlukan adanya orang-orang yang bertanggungjawab dalam bidangnya masing-masing. Sehingga roda organisasi ini dapat berjalan kearah yang lebih baik serta tujuan pendidikan yang diharapkan dapat dengan mudah tercapai. Adapun struktur organisasi SMAIT YAPIRA terlampir. 5. a. Keadaan Guru Dan Murid Keadaan Guru Guru adalah salah satu komponen penting dalam pendidikan yang memegang peranan penting. Guru inilah yang bertanggung jawab dalam pengoperasian nilai-nilai yang telah diterapkan oleh suatu lembaga pendidikan. Keberhasilan dalam pengajaran banyak tergantung pada pendidik/guru dalam mengemban kependidikannya. Untuk itu diperlukan guru yang mampu mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada oleh anak didik. 53 Pada saat diadakan penelitian jumlah guru yang ada di SMAIT YAPIRA berjumlah 24 orang dengan perincian 14 orang guru laki-laki, 10 orang guru perempuan.6 Daftar nama guru dan mata pelajaran yang diampu serta tugas terdapat dalam lampiran. b. Keadaan Murid Siswa yang dimaksud disini adalah siswa yang mengikuti program pendidikan di SMAIT YAPIRA yang bertujuan untuk belajar ilmu yang diajarkan di SMAIT YAPIRA. Pada saat diadakan penelitian, jumlah murid SMAIT YAPIRA pada tahun ajaran 2015/2016 yaitu sebanyak 207 anak yang terdiri dari 97 siswa putra dan 110 siswi putri. c. Fasilitas Sekolah Fasilitas yang ada di SMAIT YAPIRA sangatlah mendukung berjalannya proses kegiatan belajar mengajar sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan harapan. Kegiatan belajar tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa keberadaan sarana dan prasarana yang memadai. Adapun fasilitas/sarana dan prasarana yang ada di lingkungan SMAIT YAPIRA yang dapat menunjang berjalannya program pendidikan adalah sebagai berikut: Alat bantu pendidikan yang terdiri dari 500 bahan pustaka, 7 bahan/alat media pendidikan, 4 jenis peralatan kesenian, 4 jenis peralatan olahraga, 1 peralatan laboratorium. Gedung pendidikan yang terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 lapangan upacara, 1 lapangan olahraga, 4 taman sekolah. Alat perkantoran sekolah yang terdiri dari 1 mesin ketik, 3 komputer, 16 meja kursi, 5 lemari kerja, 1 meja belajar dan 6 papan tulis.1 1 Dokumentasi SMAIT YAPIRA 54 B. Mastery learning dan Pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA 1. Mastery learning di SMAIT YAPIRA Mastery learning yang biasa diartikan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar (klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of progress). Artinya, mastery learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar, dengan tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar, yakni tingkat kemampuan siswa orang perorang, bukan perkelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan cara ini, guru akan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual siswa, sehingga potensi masing-masing siswa berkembang secara optimal. Pendekatan ini berawal dari asumsi, bahwa di dalam kondisi yang tepat, semua siswa mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua siswa memperoleh hasil yang maksimal pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisasi tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap siswa yang lambat mencapai tujuan (kompetensi) yang telah ditetapkan. Belajar tuntas merupakan suatu upaya belajar dengan penekanan siswa harus menguasai seluruh bahan ajar. Karena menguasai 100% bahan ajar amat sukar, maka yang dijadikan ukuran biasanya menguasai 75% tujuan atau kompetensi yang harus dicapai. SMAIT YAPIRA pada tiap jenis mata pelajaran menetapkan tingkat ketuntasan yang berbeda sesuai dengan persepsi terhadap tingkat kesukaran dan kedalaman mata pelajaran tersebut. Dalam konsep KTSP kriteria 55 ini disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk materi Ekonomi adalah minimal peserta didik harus memperoleh nilai 70. Jika dibawah 70 belum dianggap tuntas dan harus mengulang. Menurut Bapak cecep selaku gguru matapelajara ekonomi, standar kompetensi atau standar ketuntasan Ekonomi yang berlaku di SMAIT YAPIRA adalah ditetapkan sendiri oleh sekolah dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Antara lain, melihat kemampuan para peserta didik. Penetapan standar oleh pihak sekolah sesuai dengan Peraturan Departemen Pendidikan Nasional tentang penetapan standar ketuntasan minimal bahwa sekolah dapat menetapkan sendiri standar ketuntasan minimal yang dipakainya.2 Pada pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan strategi mastery learning, siswa-siswa yang mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan mendapatkan pelajaran tambahan (remedial) agar mereka juga bisa sukses melewati kajian itu. Sedangkan bagi siswa yang berhasil tuntas menguasai kajian tersebut dapat diberikan program pengayaan (enrichment). Ada beberapa hal penting kaitannya dengan penerapan mastery learning di SMAIT YAPIRA, antara lain: a. Guru mengukur tingkat ketuntasan. Tingkat ketuntasan ini diukur dari kemampuan siswa dalam setiap unit ( SK atau KD ). b. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat untuk satu minggu pembelajaran dan dipakai sebagai pedoman guru serta diberikan kepada siswa. c. Guru membentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau kemampuan dasar dan dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok dan individual. d. Guru menyiapkan metode pembelajaran dalam setiap standar kompetensi 2 Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 2015 56 atau kompetensi dasar. Pembelajaran ini dilakukan melalui penjelasan guru (lecture), membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi dan belajar secara individual. e. Guru melakukan orientasi pembelajaran pada terminal kompetensi atau kemampuan dasar siswa secara individual. f. Guru menyiapkan instrumen umpan balik dengan menggunakan berbagai jenis tagihan serta bentuk tagihan secara berkelanjutan. g. Guru membantu siswa dengan menggunakan sistem tutor dalam diskusi kelompok dan tutor yang dilakukan secara individual.3 2. Pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA Di SMAIT YAPIRA pembelajaran Ekonomi tertuang dalam beberapa komponen utama yang berperan dalam proses pembelajaran Ekonomi, yakni: a. Tujuan pembelajaran Ekonomi Tujuan yang dirumuskan dalam pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA telah disesuaikan dengan Standar Nasional. Manfaat dari perumusan tujuan pembelajaran Ekonomi sebelum proses pembelajaran yaitu dapat mengukur tingkat keberhasilan atau prestasi seseorang. Dalam perumusan pambelajaran Ekonomi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar itu mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal inilah yang ingin dicapai oleh pihak sekolah bersama guru Ekonomi terhadap siswa-siswa di SMAIT YAPIRA.. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran Ekonomi yaitu terbentuknya peserta didik yang memiliki sikap bijak, rasional, dan bertanggung jawabdengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendii, rumah tangga, masyarakat dan negara. 3 Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 2015 57 b. Materi Pembelajaran Ekonomi Ini merupakan salah satu komponen operasional pendidikan, sebagai suatu sistem materi juga disebut kurikulum. Jika dikatakan kurikulum, maka mengandung pengertian bahwa materi yang diajarkan telah tersusun secara sistematis dengan yang hendak dicapai telah ditetapkan. Berikut peneliti paparkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ekonomi kelas XI yang tercantum dalam Standar Isi mata pelajaran Ekonomi SMA YAPIRA: Tabel 4.1 SK dan KD Kelas XI/I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami kondisi 1.1. Mengklasifikasikan ketenagakerjaan ketenagakerjaan dan dampaknya 1.2. Mendeskripsikan tujuan pembangunan terhadap pembangunan ekonomi ekonomi 1.3. Mendeskripsikan proses pertumbuhan ekonomi 1.4. Mendeskripsi dampaknya pengangguran terhadap beserta pembangunan nasional 2. Memahami APBN dan APBD 2.1.Menjelaskan pengertian, fungsi, tujuan APBN dan APBD. 2.2.Mengidentifikasi penerimaan sumber-sumber pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2.3.Mendeskripsikan kebijakan pemerintah jenis-jenis pengeluaran dibidang fiskal. 2.4.Mengidentifikasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 58 3. Mengenal pasar modal 3.1. Mengenal jenis produk dalam bursa efek 3.2. Mendeskripsikan mekanisme kerja bursa efek 4. Memahami perekonomian 4.1 Memahami perekonomian terbuka terbuka 4.2 Mengidentifikasi kurs tukar valuta asing dan neraca pembayaran 4.3 Menjelaskan konsep tarif, kuota, larangan ekspor, larangan impor, subtitusi, premi, diskriminasi harga dan dumping. 4.4 Menjelaskan pengertian devisa, fungsi sumber-sumber devisa, dan tujuan penggunaannya. c. Metode Pembelajaran Ekonomi Selanjutnya adalah metode, penggunaan metode dalam strategi pembelajaran ekonomi, seorang guru harus pandai mempertimbangkan ciri dan karakterisitik materi pembelajaran. Berikut penulis paparkan materi serta metode pembelajaran di SMAIT YAPIRA. Mata pelajaran ekonomi adalah bagian dari mata pelajaran yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas jumlahnya. Materi pembelajaran ekonomi pada kelas XI (sebelas) berkenaan dengan ketenagakerjaan dan pembangunan ekonomi berupa pengklasifikasian, mengartikan atau mendeskripsikan dan menyimpulkan. Metode yang digunakan berupa tutor sebaya, diskusi kelompok. d. Media Pembelajaran Ekonomi Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, 59 dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Adapun media yang digunakan oleh guru ekonomi di SMAIT YAPIRA adalah sebagai berikut:4 1) Buku-buku paket dan LKS yang relevan Media ini digunakan ketika siswa mencari referensi yang mendukung materi pelajaran sekaligus menambah pengetahuan dan wacana dari berbagai macam buku dan penerbit. Koleksi ini bisa diperoleh di perpustakaan sekolah. 2) Papan Tulis dan Kapur Media ini digunakan dalam menyampaikan materi-materi ekonomi di kelas. 3) Lingkungan Dengan menggunakan media yang ada berarti memberikan pengalaman belajar kepada siswa mulai dari sesuatu yang abstrak menuju kepada yang konkrit. Akan tetapi tidak selamanya media pembelajaran tersebut dapat digunakan secara tepat untuk berbagai situasi. Seorang guru benar-benar dituntut untuk mampu dan cermat memilih media pembelajaran agar pembelajaran bisa dilakukan seefektif mungkin. C. Penerapan Mastery Learning dalam Pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA Strategi mastery learning dalam pembelajaran ekonomi dikelas XI (sebelas) terimplementasi pada metode yaitu NHT dan diskusi kelompok. Namun agar metode yang diterapkan dan langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran mastery learning dapat mencapai hasil yang diinginkan haruslah memperhatikan komponen-komponen pembelajaran berikut ini:5 1. Tujuan Tujuan pembelajaran mastery learning di SMAIT YAPIRA yaitu agar 4 5 Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 2015 Data Observasi, Tanggal 18 Agustus 2015 60 sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran (kompetensi) secara tuntas. 2. Materi Materi yang diajarkan dalam pembelajaran mastery learning yaitu Ketenagakerjaan dan Pembangunan Ekonomi. Materi yang ditekankan pada bab ini yaitu mengenaiklasifikasi ketenagakerjaan, tujuan pembangunan, proses pertumbuhan dan dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional. Atau bila disimpulkan dampak ketenaga kerjaan terhadap pembanguan nasional. 3. Metode Materi ekonomi bersifat kompleks. Sehingga metode yang digunakan bisa bermacam-macam sesuai dengan tujuan dan karakteristik dari materi tersebut. Menurut Bapak Cece bahwa tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing, sehingga seorang guru harus bisa memahami masing-masing metode untuk bisa diterapkan secara tepat dalam pembelajaran.6 Seorang guru dapat menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu. Pada awal pengajaran guru menyampaikan suatu uraian dengan menggunakan metode ceramah, kemudian memberikan contoh-contoh dengan menggunakan metode peragaan dan dapat diakhiri dengan tanya jawab. Ditegaskan oleh peneliti bahwa metode yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan dasar dan tujuan yang hendak dicapai materi yang akan disampaikan. Dengan demikian penggunaan metode telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dilaksanakan sebagaimana tercantum dalam pembelajaran.7 Diskusi kelompok adalah dua bentuk metode sebagai wujud dari penerapan strategi mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi di kelas XI. 6 7 Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 2015 Membaca materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional 61 Diskusi kelompok dalam pembelajaran Ekonomi di kelas XI SMAIT YAPIRA digunakan ketika materi berupa pemahaman klasifikasi, dan mendeskripsikan. Ada tiga tahapan yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan mastery learning pada materi ketenagakerjaan dan pembangunan ekonomi dengan menggunakan metode ceramah, tanya-jawab, NHT dan diskusi kelompok yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. D. Rencana Tindakan Prosedur penelitian ini dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 ada 2 kali pertemuan. Pertemuan 1 untuk praktek pembelajaran sedangkan pertemuan 2 untuk praktek dan tes evaluasi siklus 1. Pada siklus 2 pembelajaran sama seperti pada siklus 1 yaitu ada 2 kali pertemuan. 1. Siklus 1 Pada siklus 1 prosedur penelitian terdiri atas tahap persiapan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Berikut ini rincian prosedur penelitian siklus 1: a. Tahap perencanaan 1) Menyusun RPP sesuai dengan materi pada masing-masing pertemuan 2) Membuat papan kelompok selama siklus 1 3) Menyiapkan lembar observasi siklus 1. 4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) 5) Menyiapkan soal tes Pretest dan posttes pada awal dan akhir siklusI b. Pelaksanaan tindakan Pertemuan ke- 1 1) Kegiatan awal a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu klasifikasi ketenagakerjaan b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan 62 dengan materi klasifikasi ketenagakerjaan . c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 2) Kegiatan inti a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi klasifikasi ketenagakerjaan (eksplorasi). b) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini (eksplorasi). c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan (eksplorasi). d) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala sesuai nomor anggota tiap kelompok (elaborasi). e) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok (elaborasi). f) Guru membimbing siswa dalam kelompok, jika kesulitan dalam mengerjakan dan diskusi antar teman dalam kelompoknya (elaborasi). g) Guru mengundi kelompok dan mengundi nomor kepala secara acak untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya (elaborasi). h) Guru memanggil nomor kepala dan nomor yang dipanggil siap maju ke depan kelas untuk mempresentasikan (elaborasi). i) Kelompok lain dengan nomor kepala sama mengangkat tangan dan siap menanggapi (elaborasi). j) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang salah (konfirmasi). k) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada pertemuan hari ini (konfirmasi). 63 3) Kegiatan Penutup a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. b) Guru bersama siswa melakukan refleksi. c) Guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan ke- 2 1) Kegiatan awal a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi.. b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan dengan materi merangkai kata menjadi kalimat. c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 2) Kegiatan inti a) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini (ekplorasi). b) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan (eksplorasi). c) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala sesuai nomor anggota tiap kelompok (elaborasi). d) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok (elaborasi). e) Guru membimbing siswa dalam kelompok, jika kesulitan dalam mengerjakan dan diskusi antar teman dalam kelompoknya (elaborasi) f) Guru mengundi kelompok dan mengundi nomor kepala secara acak kelompok yang akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya (elaborasi). g) Guru memanggil nomor kepala dan nomor kepala yang dipanggil untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan (elaborasi). h) Kelompok lain dengan nomor kepala yang sama mengangkat tangan dan 64 siap menanggapi kelompok lain yang maju mempresentasikan (elaborasi), i) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang salah (konfirmasi). j) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada pertemuan hari ini (konfirmasi). 3) Kegiatan akhir a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. b) Guru bersama siswa melakukan refleksi. c) Guru memberikan tes akhir siklus 1 kepada siswa d) Guru meminta lembar jawab siswa. C. Observasi Pada siklus 1 dilakukan observasi untuk mengetahui aktivitas siswa, guru dalam mengajar selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi guru dalam mengajar. d. Refleksi Pada siklus I dilakukan refleksi untuk mengulas secara kritis perubahan siswa dan guru dalam mengajar. Hasil pengamatan yang diperoleh selama proses belajar mengajar menunjukkan bahwa peneliti menganggap masih diperlukan suatu perbaikan karena hasil belajar yang didapat belum sesuai harapan. Tahap refleksi ini dilakukan untuk memperbaiki segala kekurangan-kekurangan yang masih terdapat pada siklus 1 agar kekurangan-kekurangan tersebut tidak terjadi pada siklus selanjutnya yaitu pada siklus 2, sehingga pembelajarannya pun dapat menjadi lebih baik dan hasil belajar siswa meningkat. 2. Siklus 2 Prosedur penelitian pada siklus 2 dimaksudkan sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1. Perencanaan tindakan pada siklus 2 dilakukan oleh peneliti berdasarkan pada refleksi pada siklus 1. Pelaksanaan pembelajaran pada 65 siklus 2 sama dengan siklus 1 yaitu diawali dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, observasi dan refleksi. Berikut ini rincian prosedur penelitian siklus 2: a. Tahap perencanaan 1) Menyusun RPP sesuai dengan materi pada masing-masing pertemuan 2) Menyiapkan papan kelompok selama siklus 2 3) Menyiapkan nomor kepala siswa untuk setiap siswa dalam kelompok selama 4) Menyiapkan lembar observasi selama siklus 2. 5) Menyiapkan tugas berupa lembar kerja siswa (LKS) sesuai materi pada masing-masing pertemuan. 6) Menyiapkan soal tes akhir siklus 2 b. Pelaksanaan tindakan Pertemuan ke-I 1) Kegiatan awal a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu proses pertumbuhan ekonomi.. b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan dengan materi proses pertumbuhan ekonomi. c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 2) Kegiatan inti a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi proses pertumbuhan ekonomi (eksplorasi). b) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini (eksplorasi). c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan (eksplorasi). d) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala siswa sesuai nomor anggota tiap kelompok (elaborasi). 66 e) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok (elaborasi). f) Guru membimbing siswa dalam kelompok, jika kesulitan dalam mengerjakan dan diskusi antarteman dalam kelompoknya (elaborasi). g) Guru mengundi kelompok dan nomor kepala secara acak yang akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya (elaborasi). h) Guru memanggil nomor kepala dan nomor kepala yang dipanggil untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (elaborasi). i) Kelompok lain dengan nomor kepala yang sama mengangkat tangan dan siap untuk menanggapi siswa yang maju mempresentasikan (elaborasi). j) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang benar/salah (konfirmasi), k) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada pertemuan hari ini (konfirmasi). 3) Kegiatan akhir a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. b) Guru bersama siswa melakukan refleksi. c) Guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan ke- 2 1) Kegiatan awal a) Guru mengondisikan siswa dan menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu pengangguran beserta dampaknya terhadap pembangunan nasional. b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab dengan menghubungkan materi yang akan disampaikan. c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 2) Kegiatan inti a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang melengkapi cerita berdasarkan gambar (eksplorasi). 67 b) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini (eksplorasi). c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan (eksplorasi). d) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala sesuai nomor anggota tiap kelompok (elaborasi). e) Guru memberikan tugas LKS kepada setiap kelompok untuk didiskusikan bersama (elaborasi). f) Guru membimbing siswa dalam diskusi, jika kesulitan dalam mengerjakan dan diskusi antarteman dalam kelompoknya (elaborasi). g) Guru mengundi kelompok dan nomor kepala secara acak yang akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya (elaborasi). h) Guru memanggil nomor kepala dan nomor kepala yang dipanggil untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (elaborasi). i) Kelompok lain dengan nomor kepala yang sama mengangkat tangan dan siap menanggapi siswa yang maju mempresentasikan (elaborasi). j) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang salah (konfirmasi). k) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada pertemuan hari ini (konfirmasi). 3) Kegiatan akhir a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. b) Guru bersama siswa melakukan refleksi. c) Guru memberikan tes akhir siklus 2 kepada siswa d) Guru meminta lembar jawab siswa c. Observasi Pada siklus 2 dilakukan observasi untuk mengetahui aktivitas siswa, guru dalam mengajar selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa 68 d. Refleksi Pada siklus 2 dilakukan refleksi untuk mengulas secara kritis perubahan siswa dan guru. Hasil pengamatan yang diperoleh selama proses belajar mengajar berlangsung dianalisis, kemudian dari hasil analisis ini peneliti melakukan refleksi diri untuk menentukan keberhasilan penelitian dan merencanakan tindakan. Apabila Penelitian tindakan kelas ini berhasil dan telah tercapai ketuntasan belajar secara individual dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, yaitu apabila sekurang-kurangnya 75% siswa memenuhi kriteria baik. Jika hal itu telah tercapai, maka penelitian ini cukup sampai siklus 2 saja. c. Tahap Evaluasi Adapun pelaksanaan evaluasi menggunakan dua penilaian yaitu Nilai Pre Test pada saat awal siklus dimulai dan Nilai Post Test pada akhir siklus. Pada observasi aktifitas siswa, penilaian dilakukan oleh guru adalah siswa diminta menuliskan hasil ringkasan selama KBM berlangsung. Penilaian terhadap aktifitas siswa, penilaian ini dilakukan pada saat diskusi berlangsung, dengan melihat peran dan keaktifan siswa dalam kelompok diskusi. d. Hasil Evaluasi Hasil belajar siswa pada bidang studi Ekonomi ditunjukkan berdasarkan standar ketuntasan yang dicapai oleh siswa. Dalam pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA yang menerapkan strategi mastery learning siswa yang sudah tuntas adalah siswa yang dapat mencapai taraf penguasaaan materi 75 % dari kompetensi dan satu kelas sudah tuntas apabila dalam proses belajar mengajar Ekonomi minimal 75% dari seluruh peserta didik yang mencapai ketuntasan. Dan standar ketuntasan untuk pelajaran di SMAIT YAPIRA adalah minimal siswa harus dapat mencapai nilai 70. Dari transkip nilai yang penulis peroleh dapat penulis sajikan hasil evaluasi siswa kelas XI pada pelaksanaan mastery learning yaitu sebagai berikut 69 C. Interpretasi Data 1. Data Awal Observasi Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas XI SMAIT YAPIRA . Penelitian tindakan kelas dilakukan selama dua bulan yang dimulai dari bulan September sampai dengan oktober Tahun 2015. Subyek penelitian terdiri dari 40 siswa putra dan putri. Sebelum dilakukan tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti menganalisa penyebab-penyebab apa saja yang menyebabkan rendahnya nilai rata-rata hasil belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada siswa kelas XI SMAIT YAPIRA . Salah satu tindakan yang dilakukan adalah dengan menganalisis hasil belajar yang sudah dicapai siswa sebelumnya diantaranya nilai rata-rata evaluasi kesatu pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. seperti ditunjukkan pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Ekonomi pada siswa kelas XI SMAIT YAPIRA ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 No Rata-rata Evaluasi 1 1 62.4 Rata-rata Rata-rata nilai Evaluasi 2 Evaluasi 64 KKM 63.2 Dari tabel tersebut dapat digambarkan grafik sebagai berikut: 70 70 Gambar 4.1 : Grafik Nilai Awal Siswa Adapun metode yang digunakan peneliti sebelum tindakan kelas adalah model pembelajaran stude center approach dengan metode ceramah. Dikarenakan penelitian ini dilaksanakan di awal semester ganjil tahun pelajaran 2015 /2016, maka sebagai data awal adalah nilai rata-rata evaluasi siswa ke satu pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 . Berdasarkan data yang diperoleh siswa pada ulangan semester kedua, nilai rata-rata Nilai Mata Pelajaran Ekonomi kelas XI sangat rendah di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah di tentukan sekolah. Selain motivasi belajar yang kurang, siswa juga kesulitan untuk memahami materi pelajaran Ekonomi, karena sebelumnya hanya sebatas diajarkan teori-teori tentang Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional, belum pada pembelajaran yang menyenangkan. 2. Hasil Penelitian Siklus I Siklus I pada dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu hari Rabu tanggal 3 September 2015 , Kamis 4 September 2015 setiap kali pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Subyek penelitian adalah kelas XI semester genap Tahun Pelajaran 2015/ 2016 orang. yang berjumlah 40 71 Pertemuan pertama siklus 1 pada hari Rabu tanggal 3 September 2015 penelitian tindakan kelas dilakukan selama 90 menit. Lima menit pertama peneliti menjelaskan Materi klasifikasi ketenagakerjaan. Seluruh siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok agar masing-masing siswa berkesempatan belajar aktif secara merata. Mengawali kegiatan inti pembelajaran guru mengadakan test yaitu pre test untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, dilaksanakan secara tertib tanpa membuka buku, dengan hasil pre test sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I No Nilai Rata-Rata Daya Serap KKM Ketuntasan 1 62.75 46 70 32.5 % Dari hasil pre test ini jelas tergambar bahwa siswa hanya sebagian kecil menguasai kompetensi Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional dalam Ekonomi hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan 32.5% Berdasarkan tabel di atas, data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk diagram batang seperti gambar di bawah ini. 72 Gambar 4.2 : Grafik diagram batang hasil kegiatan Pre Test siklus1 Dari grafik diatas tergambar jelas bahwa terjadinya nilai ketidak tuntasan yang rendah jika di bandingkan dengan standar KKM yang telah ditentukan dengan gambaran grafik yang cukup tinggi. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, setelah pre tes, guru menyampaikan pokok-pokok materi, menganalisis Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional pada pelajaran Ekonomi. Dari hasil observasi selama pertemuan satu siklus 1 didapatkan data aktifitas siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran yaitu ada 24 o r a n g siswa yan g ak t i f atau 65 %, sangat antusias 15 38 %, bertanya 11 orang dan teman siswa atau 58%, dan bekerjasama dalam kelompoknya 18 23 orang orang siswa atau 45%. siswa atau 28%, orang siswa atau ngobrol dengan 73 Tabel 4.4 Hasil pengamatan aktifitas siswa dalam pembelajaran Pada siklus I pertemuan 1. No Komponen Yang Diamati Jumlah Prosentase 1 Aktif 24 60% 2 Sangat antusias 12 30% 3 Menghayati 8 20% 4 Cepat memahami 20 50% 5 Berani berpendapat 13 32.5% Berdasarkan data tersebut, ternyata pada siklus 1 menunjukkan siswa cukup aktif pembelajaran dan selalu memberikan respon positif dalam setiap yang dikembangkan dalam penelitian ini. Dilihat dari ketepatan menganalisis Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional yang dijelaskan oleh guru menunjukkan bahwa minat, motivasi belajar dan keinginan un tuk belaj ar siswa sangat tinggi. Ketepatan mengumpulkan tugas ditentukan melalui ketepatan waktu, yaitu pada saat masuk kelas sebelum pembelajaran dimulai tugas harus sudah dikumpulkan. Dalam bentuk grafik batang, data tersebut di atas dapat disajikan seperti gambar 4.3 grafik berikut ini: 74 Gambar 4.3 : Grafik batang hasil pengamatan aktifitas siswa pada pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 Pertemuan kedua siklus 1 yaitu pada hari kamis 4 September 2015 dilakukan selama 2 x 45 menit. Kegiatan inti yang dilakukan adalah sama seperti yang dilakukan pada pertemuan kesatu, hanya materi bergeser pada upaya memahami Materi tujuan pembangunan ekonomi Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan mengeksplorasi materi melalui belajar berkelompok dengan menempatkan anggota ahli untuk masing-masing group. Pengalaman yang diperoleh dalam pembelajaran dengan strategi Mastery Learning Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional pada pelajaran Ekonomi. Pada pertemuan akhir siklus I ini kegiatan inti pembelajarannya adalah kegiatan tes tertulis. Bentuk soal adalah mengklasifikasikan ketenagakerjaan dan mendeskrisikan tujuan pembangunan ekonomi.. Tes berlangsung dengan tertib. 1. Perhitungan NilaiI N-Gain Dengan menggunakan nilai-nilai dari hasil pretest dan postest Siklus I, dapat dicari nilai rata-rata N-Gain, dengan rumus sebagai berikut : 75 Tabel 4.5 N-Gain Siklus I Siklus I No . Responden Postest Ideal - - Pretest Postest Pretest Pretest N-Gain Keterangan 1 Adi Firdaus 70 80 10 30 0.33 Tinggi 2 Aenun Safaah 60 70 10 40 0.25 Sedang 3 Agus Irawan 60 70 10 40 0.25 Sedang 4 Agus Ma'sum 60 65 5 40 0.12 Sedang 5 A. Zaki Siraj 50 60 10 50 0.2 Rendah 70 72 2 30 40 50 10 60 65 70 5 35 70 75 5 30 50 62 12 50 0.24 Rendah 6 7 8 Asia Nurul Islam Bagus Mahendra Dadi Sukardi 0.06 0.16 0.14 Sedang Rendah Sedang 10 Dandi Priatama Diki Padilah 11 Diki Wahyudi 60 62 12 50 0.24 Rendah 12 Dinda Arini 60 65 5 40 0.12 Rendah 13 Haerul Abidin 60 75 15 40 0.37 Sedang 14 Hayati 70 75 5 30 0.16 Sedang 15 Ilyas Prayoga 50 60 10 50 0.2 Rendah 70 72 2 30 50 55 5 50 70 72 2 30 9 16 17 18 Inas Nabilatul M Khoerunnisa Lili Nurkhasanah 0.16 0.06 0.1 0.06 Sedang Sedang Rendah Sedang 76 19 Lia Aprilia 50 55 5 50 0.1 Rendah 20 Mirnawati 56 65 9 44 0.20 Rendah 21 M. Wildan B.A 55 65 10 45 0.22 Rendah 65 60 5 35 80 82 2 20 0.1 Tinggi 23 Nia Fitriah Sari Nurdianah 24 Nurkaya 50 60 10 50 0.2 Rendah 25 Nurlita Putri A 70 80 10 30 0.33 Tinggi 26 Peri Supriyadi 50 60 10 50 0.2 Rendah 27 Rafifah T.S 50 60 10 50 0.2 Rendah 50 60 10 50 80 82 2 20 75 80 5 25 50 55 5 50 0.1 Rendah 22 28 29 Ridwan Maulana Rismayanti 0.14 0.2 0.1 Rendah Rendah Tinggi 31 Salman Alfarisi Shandika 32 Siska Pionita 50 60 10 50 0.2 Rendah 33 Siti Asnawiyah 50 60 10 50 0.2 Rendah 60 65 5 40 60 62 2 40 60 62 2 40 50 62 12 50 0.24 Rendah 30 34 35 Siti Nurmaya Sari Siti Rofikoh 0.2 0.12 0.05 Tinggi Rendah Rendah 37 Siti Khoirunnisa Tiara Selviana 38 Yogi Pujianto 50 65 15 50 0.3 Rendah 39 Yandi Jatmiko 50 60 10 50 0.2 Rendah 40 Zaenal Abidin 60 65 5 40 0.12 Rendah Jumlah 2356 2658 - Rata-rata 58.9 66.45 - 36 % N-Gain Rendah 62.5 0.05 Rendah 77 % N-Gain Sedang 25 % N-Gain Tinggi 12.5 Berdasarkan Tabel 4.5 sebagai hasil analisis N-Gain Siklus I, dapat dibuat grafik seperti di bawah ini. Gambar 4.4 : Grafik Hasil persentase N-Gain Siklus I Untuk hasil belajar siklus I diperoleh rata-rata N-Gain 0,29 dengan kategori rendah, ini berarti kemampuan siswa dalam menerapkan pembelajaran klasikal dengan menggunakan metode ceramah yang digunakan belum efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian indikator keberhasilan penelitian ini belum mencapai standar. Untuk itu penelitian dilanjutkan ke siklus II untuk mencoba memperbaiki hasil dari siklus I. Hasil belajar yang dicapai siswa setelah siklus ini berakhir memperlihatkan perolehan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum penelitian dilakukan. Data nilai rata-rata hasil belajar dapat ditunjukkan seperti tabel 10 di bawah ini: 78 Tabel 4.6 Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus I No 1 Nilai Daya Serap Rata-rata (%) 70,5 75 KKM Ketuntasan N-Gain (%) 70 62,5 0,34 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh adalah 70.5 dengan nilai maksimum 90 dan nilai minimum 60. Meski secara klasikal belum mencapai tarap “ketuntasan”, jumlah siswa yang sudah mencapai taraf itu sebanyak 29 dari 40 siswa atau ketuntasan belajar pada siklus ini sebesar 75 %, masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas dan harus melakukan remedial untuk kompetensi dasar yang belum tuntas. Sedangkan nilai N-gain diperoleh 0,34. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk gambar grafik diagram batang seperti di bawah ini: Gambar 4.5 : Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Dari grafik di atas jelas tergambar bahwa siswa telah berhasil untuk mencapai ketuntasan hasil belajar dengan baik jika dibandingkan dengan pada 79 awal kegiatan pre test dilakukan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan kompetensi siswa dalam bentuk pemahaman terhadap Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional. 3. Hasil Penelitian Siklus II Siklus I I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu hari Rabu 10 September 2015 , kamis 11 September 2015. Setiap kali pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI SMAIT YAPIRA semester ganjil Tahun Pelajaran 2015 / 2016 yang berjumlah 40 orang. Pertemuan kesatu siklus II pada hari Rabu 10 September 2015, penelitian tindakan kelas dilakukan selama 2 x 45 menit. Lima menit pertama guru mengevaluasi bersama-sama dengan siswa mengenai hasil tes siklus kesatu. Guru memotivasi beberapa siswa yang belum memperoleh nilai yang bagus. Sedangkan terhadap siswa yang memperoleh nilai bagus, guru memberikan reward dalam bentuk pujian atas prestasi yang sudah diperolehnya. Bagi siswa yang kurang nilainya dianjurkan untuk mengulang kembali materi yang belum dikuasai di rumah. Dari hasil observasi selama pertemuan satu siklus II didapatkan data aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran yang terdiri dari 40 or a n g siswa ya ng ak t i f atau 75 %, sangat antusias 35 orang siswa atau 87.5 %, bertanya 26 orang siswa atau 65%, ngobrol dengan teman 10 orang siswa atau 25 %, dan berani mengemukakan pendapat sebanyak 28 orang siswa atau 70%. Rekapitulasi data hasil pengamatan aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran dapat disajikan seperti pada tabel 11 di bawah ini: 80 Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran Pada Siklus II Pertemuan 1. No Komponen yang diamati Jumlah Prosentase 1 Aktif 30 75 % 2 Berani berpendapat 35 87.5% 3 Bertanya 26 65% 4 Cepat memahami 10 25 % 5 Kerjasama 28 70 % Berdasarkan data tersebut di atas, ternyata pada siklus I I menunjukkan bahwa aspek antusiasme siswa dalam upaya memahami Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional paling dominan yaitu 87.5%, jika dibandingkan pada siklus 1 aktifitas ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sedangkan dalam aspek lain aktifitas siswa juga mengalami kenaikan, seperti siswa aktif (75%), berani berpendapat (87,5%), kerjasama (70%) kenaikan ini sudah mencapai nilai prosentase rata-rata di atas 70 % yaitu dalam setiap pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini. Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah ngobrol dengan teman (25%) Dilihat dari ketepatan mengumpulkan tugas pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru menunjukkan bahwa minat, motivasi belajar dan keinginan untu k belaj ar siswa sangat antusias. Ketepatan mengumpulkan tugas ditentukan melalui ketepatan waktu, yaitu pada saat masuk kelas sebelum pembelajaran dimulai tugas harus sudah dikumpulkan. Kesiapan dalam mempersiapkan alat-alat pembelajaran baik buku maupun alat tulis di atas meja siswa. Dalam bentuk gambar diagram batang, data tersebut di atas dapat disajikan seperti di bawah ini : 81 Gambar 4.6 : Grafik Diagram Batang Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 Dari grafik diatas terlihat jelas bahwa semua siswa sudah terlibat dalam setiap kelompok untuk melakukan kerja sama baik dalam hal penarapan Mastery Learning maupun dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan guru Pertemuan kedua siklus II yaitu pada hari Kamis 11 September 2015 dilakukan selama 2 x 45 menit. Kegiatan inti yang dilakukan adalah sama seperti yang dilakukan pada pertemuan kesatu, hanya materi bergeser membahas pengangguran beserta dampaknya terhadap pembangunan. Dalam kegiatan pembelajaran ini siswa mengeksplor materi dari pengalaman yang diperoleh melalui model kooperatif Mastery Learning. Pada pertemuan akhir siklus II ini kegiatan inti pembelajarannya adalah kegiatan tes tertulis. Bentuk tes adalah mengerjakan soal pilihan ganda dengan jumlah soal 20 butir. Berikut adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel 4.8 berikut ini: 82 Tabel 4.8 Hasil N-gain Siklus II No . Siklus II Responden Pretest Postest Postest Ideal - - Pretest Pretest N-Gain Keterangan 1 Adi Firdaus 60 72 12 40 0.3 Sedang 2 Aenun Safaah 70 73 3 30 0.1 Sedang 3 Agus Irawan 60 70 11 40 0.27 Sedang 4 Agus Ma'sum 70 72 2 30 0.06 Sedang 5 A. Zaki Siraj 70 75 5 30 0.16 Sedang 6 Asia Nurul Islam Bagus Mahendra Dadi Sukardi 85 90 5 15 0.33 Tinggi 65 72 7 35 0.2 Sedang 70 75 5 30 0.16 Sedang 72 76 4 28 0.14 Sedang 10 Dandi Priatama Diki Padilah 70 72 2 30 0.06 Sedang 11 Diki Wahyudi 65 72 7 35 0.2 Sedang 12 Dinda Arini 70 75 5 30 0.16 Sedang 13 Haerul Abidin 60 73 13 40 0.32 Sedang 14 Hayati 80 82 2 20 0.32 Tinggi 15 Ilyas Prayoga 60 75 15 40 0.37 Sedang 16 Inas Nabilatul M Khoerunnisa 80 85 5 20 0.25 Tinggi 70 72 2 30 0.06 Sedang 60 75 15 40 0.37 Sedang 19 Lili Nurkhasanah Lia Aprilia 70 80 10 30 0.33 Tinggi 20 Mirnawati 80 90 10 20 0.5 Tinggi 7 8 9 17 18 83 80 95 15 20 0.75 Tinggi 60 75 15 40 0.37 Sedang 23 M. Wildan B.A Nia Fitriah Sari Nurdianah 70 80 10 30 0.33 Tinggi 24 Nurkaya 80 85 50 20 0.25 Tinggi 25 Nurlita Putri A 85 90 5 15 0.33 Tinggi 26 Peri Supriyadi 70 80 10 30 0.33 Tinggi 27 Rafifah T.S 85 80 5 15 0.33 Tinggi 28 Ridwan Maulana Rismayanti 80 85 5 20 0.25 Tinggi 70 75 5 30 0.16 Sedang 70 75 5 30 0.16 Sedang 31 Salman Alfarisi Shandika 80 82 2 20 0.1 Tinggi 32 Siska Pionita 80 100 20 20 1 Tinggi 33 Siti Asnawiyah 70 75 5 30 0.16 Sedang 34 Siti Nurmaya Sari Siti Rofikoh 80 100 20 20 1 Tinggi 70 72 2 30 0.06 Sedang 80 90 10 20 0.5 Tinggi 37 Siti Khoirunnisa Tiara Selviana 80 85 5 20 0.25 Tinggi 38 Yogi Pujianto 80 90 10 20 0.5 Tinggi 39 Yandi Jatmiko 70 72 2 30 0.06 Sedang 40 Zaenal Abidin 70 75 5 30 0.16 Sedang 21 22 29 30 35 36 Jumlah - Rata-rata - % N-Gain Rendah 0 % N-Gain Sedang 57.5 % N-Gain Tinggi 42.5 84 Berdasarkan Tabel 4.8 sebagai hasil analisis N-Gain Siklus II, dapat dibuat grafik seperti di bawah ini. Grafik 1. Hasil persentase N-Gain Siklus II Tabel 12 Gambar 4.7 : Grafik N-Gain Siklus II Tabel 4.9 Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus II No 1. Nilai Daya Rata-rata Serap 81.3 92% Ketuntasan N-Gain KKM (Prosentase) 70 100% 0,53 Dari tabel diatas diperoleh nilai rata-rata prestasi hasil belajar siswa pada siklus ke-dua ini adalah 81.3 dengan ketuntasan belajarnya 100% atau ada 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa setelah siklus ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, perolehan nilai sangat baik jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum penelitian dilakukan dan pada siklus I Secara klasikal sudah mencapai tarap “ketuntasan”, jumlah siswa yang sudah 85 mencapai taraf itu sebanyak 100 siswa dari 40 siswa atau ketuntasan belajar pada siklus ini sebesar 100%. Sedangkan nilai N-gain diperoleh 0,53. Dalam bentuk gambar diagram batang, data tersebut di atas dapat disajikan sperti di bawah ini : Gambar 4.8 : Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Dari gambar grafik diatas tergambar jelas bahwa nilai ketuntasan yang dicapai siswa pada siklus II menunjukkan prosentase 100% artinya bahwa setelah dilakukan tindakan kelas pada siklus kedua keberhasilan hasil belajar menunjukkan nilai cukup signifikan, jika dibandingkan pada kegiatan siklus pertama. Dengan demikian adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan kelas menunjukkan adanya tingkat keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif Mastery Learning tentang Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional. 86 B. PEMBAHASAN 1. Analisis Perbandingan Siklus I dan Siklus II Berdasarkan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan metode Mastery Learning pada pelajaran Ekonomi pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional, diperoleh peningkatan antusiasme siswa, dari angka 7,5% sampai 62,5%. Ini terjadi peningkatan antusiasme siswa yang sangat signifikan. Begitu pula dengan pencapaian hasil belajar Ekonomi juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada Siklus II, nampak terlihat jelas bahwa kondisi kegiatan proses belajar mengajar tersebut mengalami perbaikan, perubahan, dan mengalami peningkatan yang cukup memuaskan jika dibandingkan dengan kondisi awal pada Siklus I. Rekapitulasi perbadingan data hasil pegamatan siswa pada siklus I dan siklus II terlihat seperti pada tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.10 Rekapitulasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Dan Siklus II. No Komponen yang diamati Siklus I Siklus II Jml Prosentase Jml Prosentase 1 Aktif 24 60% 30 75 % 2 Berani berpendapat 12 30% 35 87.5% 3 Bertanya 8 20% 26 65% 4 Cepat memahami 20 50% 30 75 % 5 Kerjasama 13 32.5% 28 70 % Dari tabel 4.9 di atas, terlihat bahwa siswa yang aktif, antusias, dan bertanya mengalami berani kenaikan yang signifikan, dan kenaikan yang paling dominan adalah berpendapat dalam proses pembelajaran tentang materi Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional pada siswa kelas XI SMAIT YAPIRA , mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu menjadi 87,5%, 87 hanya komponen bertanya yang mengalami peningkatan paling rendah yaitu sebesar 65%. Jadi dapat dikatakan bahwa siswa dikategorikan sangat aktif pada siklus II. Artinya siswa sudah mulai berani berbicara dalam Ekonomi di depan kelas yang dia ekplor sendiri baik dari pengalamannya maupun dalam ekperimen atau percobaan dalam proses pembelajaran. Kondisi kelas sangat kondusif dengan diterapkannya metode praktik pada alat-alat sederhana pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional kondisi kelas pada model pembelajaran ceramah dengan model pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa (students centered). Dalam bentuk diagram batang, data tersebut dapat disajikan seperti di bawah ini Gambar 4.9 : Grafik Perbandingan Aktifitas Siswa di Kelas pada Siklus I Dan Siklus II. Untuk menangani siswa yang belum terbiasa dalam belajar Mastery Learning maka guru mempraktikkan diri sebagai tim ahli dalam kelompok tertentu. Kemudian berpindah pada kelompok lain untuk memberikan penjelasan yang sama sesuai kelompok pertama, begitu seterusnya. Adapun hasil belajar yang diperoleh siswa selama siklus I dan siklus II dapat di buat rekapitulasi perbandingannya sebagai berikut: 88 Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Dan Siklus II No Kriteria Siklus Siklus I Siklus II 1 Rata-rata nilai 73.75 81.5 2 Daya serap 72% 92% 3 Ketuntasan 75% 100% Berdasarkan tabel di atas rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I ke siklus II mengalami kenaikan 7,75 point yaitu dari 73.75 pada siklus I dan 81.5 pada siklus II. Kenaikan nilai hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh penguasaan dan pemahaman materi, hal ini terjadi jika proses pembelajaran di kelas berhasil. Dimungkinkan dalam proses pembelajaran siswa sudah terbiasa untuk belajar bersama secara berkelompok. Faktor lain yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran di kelas berhasil dengan adanya teman kelompok lain yang lebih dulu mengerti untuk menjelaskan materi kepada kelompok yang belum mengerti tentang suatu materi. Artinya, memberikan dampak signifikan pada pemahaman siswa tentang pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional. Data di atas akan lebih kelihatan kenaikan prosentasenya dengan grafik diagram batang di bawah ini: 89 Gambar 4.9 : Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siklus I Dan Siklus II Dengan demikian maka dapat disimpulkan dari grafik batang di atas jelas terlihat baik nilai rata-rata, daya serap serta ketuntasan hasil belajar atau ketercapaian standar kompetensi telihat lebih tinggi jika bandingkan antara siklus I dan siklus II, artinya siswa sudah dapat menguasai materi dengan baik. Model pembelajaran kooperatif Mastery Learning yang dilaksanakan pada pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional ternyata dapat menciptakan suasana belajar yang bergairah dan memotivasi siswa serta memancing kreativitas siswa untuk menguasai materi tersebut sebaik mungkin. Selain kelebihan model pembelajaran mastery learning ini tidak juga lepas dari beberapa point kelemahan seperti dalam penggunaan waktu yang lebih lama, kesulitan guru mengatur aktifitas perputaran kelompok untuk masing-masing tim ahli yang belum berjalan maksimal dan nampak kegaduhan sehingga mengganggu aktifitas belajar kelas lain. Selain mengetahui peningkatan hasil belajar siswa juga guru harus lebih banyak ide dan kreatifitasnya dalam mengoptimalkan teman yang lebih cerdas dibandingkan siswa lain melalui belajar metode pembelajaran kooperatif type Mastery Learning, hal ini sangat sangat membantu siswa dan 90 sebagai daya tarik bagi siswa dalam belajar, terutama dalam memanfaatkan kecerdasan teman sekelas siswa lain. e. Tahap Tindak Lanjut Siswa yang sudah tuntas diberikan program pengayaan, program pengayaan ini dalam bentuk tugas untuk membaca dan mempelajari materi selanjutnya.21 4. Media Media atau sumber belajar yang dipakai dalam penerapan strategi mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi di kelas XI yaitu: papan tulis, spidol, buku paket, LKS, infocus, pulpen dan kertas folio. 2. Analisis Penerapan Strategi Mastery Learning dalam Pembelajarann Ekonomi di SMAIT YAPIRA a. Tujuan Tujuan pembelajaran mastery learning di SMAIT YAPIRA yaitu agar sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran (standar kompetensi) secara tuntas. Perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan itu guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa. 2. Materi Bahan atau materi pelajaran pada hakekatnya adalah isi dari materi pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Materi atau bahan yang diajarkan dalam pembelajaran ekonomi sudah seharusnya menyesuaikan dengan tujuan yang sudah direncanakan dari 91 awal pelaksanaan. Materi pelajaran yang dipilih haruslah dapat memberikan kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotorik) yang telah dipelajarinya. Hal yang diperlukan dalam menetapkan bahan pelajaran adalah kemampuan guru memilih bahan yang akan diberikan kepada siswa. Guru harus memilih bahan yang akan diberikan kepada siswa. Guru harus memilih bahan mana yang perlu diberikan dan mana yang tidak perlu. Sehingga dalam menyampaikan bahan atau materi pelajaran perlu memperhatikan dasar atau landasan sebelum menetapkan bahan pelajaran. Kemudian agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang akan dijabarkan. Kriteria tersebut antara lain: a. Shahih, materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarannya dan keshahihannya. b. Tingkat kepentingan, sejauh mana materi tersebut penting dipelajari. c. Kebermanfaatan, manfaat dari segi akademis (memberikan dasar pengetahuan dan ketrampilan) dari segi non akademis (mengembangkan kecakapan hidup). d. Layak dipelajari, memungkinkan untuk dipelajari. e. Menarik minat, dapat menarik minat dan memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut. Oleh karena itu perlu kiranya diadakan suatu pengorganisasian materi (merancang materi), maksudnya adalah mensiasati proses pembelajaran dengan rekayasa terhadap unsur-unsur instrumental melalui upaya pengorganisasian yang rasional dan menyeluruh. 3. Metode Metode merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena, itu peranan metode mengajar diharapkan tumbuh berbagai kegiatan 92 belajar siswa, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Oleh karenanya metode yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Sebelum metode tersebut diterapkan terlebih dahulu seorang guru harus benar-benar menyelidiki apakah materi yang akan disampaikan tepat menggunakan metode tertentu, dan apakah situasi yang terjadi saat itu mendukung untuk menggunakan metode tertentu. Karena bagaimanapun juga sehebat apapun metode yang diterapkan, tetapi kalau materi dan situai serta kondisi belajar tidak memungkinkan, maka metode yang digunakan tidak akan berhasil dengan maksimal. Seorang guru dalam proses belajar mengajar di kelas harus menggunakan metode dan pendekatan-pendekatan belajar agama yang lebih tepat guna dan berhasil guna, tepat pada sasaran pembentukan nilai-nilai dan moral agama peserta didik. Dalam menggunakan metode pembelajaran ekonomi, itu tidak terlepas dari bahan/materi yang disampaikan. Apabila materinya bersifat pengetahuan, maka metode yang tepat digunakan adalah ceramah, tetapi kalau materi yang disampaikan bersifat praktik, maka metode yang tepat digunakan adalah metode demonstrasi dan eksperimen. Dengan demikian metode yang digunakan dalam penyampaian materi atau bahan kepada peserta didik benar-benar disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran ekonomi itu sendiri. Jadi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran umat haruslah dengan cara didaktis metodis, artinya harus dengan cara yang tepat, bijaksana, disesuaikan dengan materi, potensi anak didik dan pengalaman pembelajaran di kelas. Selanjutnya peneliti paparkan analisis atas metode mastery learning yang diterapkan dalam pembelajaran ekonomi di kelas XI SMAIT YAPIRA, yakni sebagai berikut: 93 a. Model Pembelajaran NHT Dalam melaksanakan model NHT, guru terlebih dahulu memilih materi mana yang cocok atau sesuai dengan metode ini guna keefektifan penyampaian materi. Metode ini lebih baik diterapkan untuk mempelajari materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional,. Menurut peneliti, pelaksanaan metode telah sesuai dengan unsur-unsur mastery learning dimana siswa belajar adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Selanjutnya analisis evaluasi. Dalam hal evaluasi, guru melakukan evaluasi dengan cara evaluasi individu agar tiap individu dapat diketahui sejauh mana pengetahuan dan kecakapan yang harus dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh siswa khususnya pada standar kompetensi memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi. b. Diskusi kelompok Dalam melaksanakan diskusi, guru terlebih dahulu merumuskan masalah yang akan menjadi pokok bahasan dalam diskusi di setiap kelompok. Penentuan pokok bahasan ini dilakukan sebelum hari pelaksanaan diskusi, dengan harapan siswa dapat terlebih dahulu mencari referensi tentang masalah yang akan dikaji melalui buku-buku di perpustakaan sekolah, buku koleksi perpustakaan kelas dan sumber-sumber yang lain. Pada saat diskusi berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa diberi kebebasan untuk berargumen dan memberikan tanggapan disetiap 94 presentasi kelompok. Setelah diskusi usai, guru kemudian bertindak sebagai evaluator dari argumen-argumen yang telah terkumpul untuk kemudian mengevaluasi dan merumuskan jawaban yang lebih sempurna terhadap permasalahan yang dibahas secara bersama-sama dengan siswa. Dalam metode diskusi, unsur ketrampilan sosial mendapat porsi yang lebih. Siswa diajarkan bagaimana saling menghargai pendapat orang lain,segaimana menyampaikan ide dengan baik, dan bagaimana mengambil keputusan bersama. 4. Media Peran media sangatlah penting dalam proses pembelajaran mastery learning karena tujuan media itu yang terpenting adalah agar siswa mampu menangkap materi dengan lebih mudah, selain itu media juga mampu merangsang minat belajar siswa. Dalam pembelajaran tuntas dibutuhkan bahan serta informasi yang memadai, semakin banyak informasi yang memadai, semakin banyak informasi yang didapatkan semakin efektif dalam berdiskusi dan bertambah pula wawasan para siswa. Selain juga dapat mendorong siswa untuk belajar, media juga memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan, dengan demikian pembelajaran mampu menciptakan suatu kelas yang dinamis dan sehat, dimana terjadi interaksi yang bersifat simbiosis mutualisme. Disini setiap individu dapat memahami suatu materi dari setiap individu yang ahli tanpa suatu tujuan yang merugikan. Dengan terjadinya interaksi tersebut akan menciptakan kelas yang dinamis yang merangsang siswa untuk menyadari perannya masing-masing baik dalam kelompok maupun individu. Media atau sumber belajar yang dipakai dalam penerapan strategi pembelajaran tuntas agama Islam di SMAIT YAPIRA yaitu papan tulis, spidol, buku paket, infocus, pulpen dan kertas folio. Dengan media yang telah tersedia diharapkan mampu mengasah pola pikir mereka untuk berfikir kreatif dan inovatif dalam penguasaan materi pelajaran yang harus dikuasainya. 95 C. Analisis Kelemahan dan Kekuatan Pelaksanaan Mastery Learning di SMAIT YAPIRA Setiap pelaksanaan strategi dalam pembelajaran tidak terlepas dari kelemahan dan kekuatan, begitu juga pada pelaksanaan strategi mastery learning di SMAIT YAPIRA terdapat beberapa kelemahan dan kekuatannya. Kelemahan pelaksanaan mastery learning ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain: 1. Faktor Guru Guru belum optimal melaksanakan mastery learning dalam mengimplementasikannya disebabkan karena: (1) kekurangan waktu, (2) lebih banyak mengejar target daripada penguasaan kompetensi, (3) pemahaman guru Ekonomi sendiri yang belum merata tentang mastery learning, (4) kurang respek dalam membuat perangkat pembelajaran dengan alasan yang penting “siswa bisa” (5) program tindak lanjut yang dilakukan hanya terfokus pada remedial, sementara pengayaan dan percepatan belum tersentuh dan mendapatkan porsi secara optimal dan memadai 2. Faktor Siswa Yaitu kemampuan rata-rata (intake) siswa yang heterogen terutama kemampuan memahami materi 3. Faktor Waktu Yaitu waktu 2 jam pelajaran perminggu meskipun tidak prinsip dirasa masih kurang mengingat beban kompetensi yang harus dicapai siswa terlalu banyak. 4. Faktor Materi Pelajaran Yakni (1) bahan ajar yang terlalu banyak. Hal ini karena memuat lima aspek sekaligus. (2) belum tersedianya modul yang dibuat oleh guru, sehingga menghambat untuk memfasilitasi siswa yang memiliki kecepatan belajar. Selain mempunyai kelemahan dalam pelaksanaan mastery learning juga terdapat kekuatan yang bisa mengantarkan keberhasilan dalam pelaksanaan mastery learning. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan 96 bahwa SMAIT YAPIRA telah memenuhi faktor keberhasilan tersebut dengan cukup representativ, yaitu: (a) tujuan pendidikan yang sudah jelas dan dikembangkan melalui silabus dan RPP, (b) telah menggunakan metode yang bervariasi dan tepat sesuai dengan kompetensi dan bahan yang diajarkan, dengan prinsip PAIKEM, (c) input siswa yang bagus dan intake ( kemampuan rata-rata siswa ) bagus, dan mayoritas siswanya adalah muslim, (d) sarana prasarana representativ, (e) penilaian telah terencana dengan baik, proses maupun hasil, serta didukung oleh lingkungan dan suasana yang religius. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada deskripsi hasil informasi dan temuan yang telah peneliti sajikan pada bagian sebelumnya, baik berasal dari data-data literatur yang terkait dengan penelitian ini, maupun data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Proses pelaksanaan mastery learning dalam pembelajaran ekonomi di kelas XI SMAIT YAPIRA terwujud dalam bentuk strategi mastery learning yaitu dengan metode diskusi kelompok (group discussion) dan model pembelajaran NHT. Namun pelaksanaan tersebut tetap berlandaskan pada empat komponen sebagai acuannya yaitu: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pemilihan metode dan media pembelajaran. Dengan pelaksanaan metode diskusi kelompok (group discussion) dengan model pembelajaran NHT. tersebut mampu menghasilkan siswa yang saling asah, asih dan asuh antar siswa. 2. Dalam pelaksanaan mastery learning di SMAIT YAPIRA terdapat kelemahan dan kekuatan, kelemahan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, faktor guru, faktor siswa, faktor waktu, dan faktor materi pelajaran. Sedangkan kekuatan dalam pelaksanaan mastery learning antara lain, tujuan pendidikan yang sudah jelas, guru ekonomi yang telah profesional dan telah memenuhi kualifikasi akademik, telah menggunakan metode yang bervariasi dan tepat sesuai dengan kompetensi, kemampuan rata-rata siswa yang bagus, sarana prasarana representative dan penilaian telah terencana dengan baik, baik dari segi proses maupun hasil. 97 98 B. Saran-saran Sehubungan dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan, kiranya dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi seorang guru terutama guru ekonomi diharapkan selalu meningkatkan kompetensinya dan selalu mencari inovasi dalam setiap proses pembelajaran agar penerapan mastery learning semakin dapat dirasakan peserta didik 2. Bagi peserta didik hendaknya selalu mengembangkan prestasi dengan tetap belajar yang rajin dan terus mengembangkan sikap hormat pada guru. 3. Bagi pihak sekolah hendaknya meningkatkan manajemen pengelolaan sekolah dengan melibatkan semua pihak, sehingga proses pembelajaran dapat sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan 4. Bagi semua praktisi pendidikan terutama para kaum elit pemegang kekuasaan pendidikan meningkatkan kualitas pendidikan dengan mementingkan kepentingan pendidikan di atas segalanya, karena pendidikan merupakan tonggak kehidupan bagi bangsa kedepan. C. Penutup Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini sudah barang tentu masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal demikian disebabkan keterbatasan kemampuan peneliti. Untuk itu peneliti, mengharapkan saran, kritik yang konstruktif dari para pembaca demi perbaikan karya mendatang. Akhirnya semoga skripsi ini merupakan salah satu amal shaleh peneliti dan dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Amin. Daftar Pustaka Ali, Mohammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Angkasa, 1993. . Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000. A.M, Sardiman. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2011. Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2010. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Azwar, Saifudin. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Darsono, Max. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press, 2000. Djamarah, Syaiful Bahri., Dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cet. 4, 2010. Echol, John., dan Shadily Hasan. Kamus Inggris - Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1996. Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. 3, 2001. . Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003. Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Kunandar. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 2, 2000. Mujiono, Dimyati. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Muliawan, Jasa Ungguh. Pendidikan Islam Intregratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. . Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan inovasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010. Muslich, Masnur. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Sagala, Syaiful. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2003. Sanjaya, Wina. Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2007. Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. SM, Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: Rasail Media Group, 2008. Sudjana, Nana., dan Rivai, Ahmad. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet: 4, 2003. . Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, Cet. III, 2001. Suyanto., dan Abbas. Wajah Dinamika Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: Adicita Karya Nusa, 2001. Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Usman, Uzer Mohammad., dan Setyawati, Lilis. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Wardani. Pemantapan Kemampuan Guru Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004. Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2004. LAMPIRAN PEDOMAN OBSERVASI Nama Sekolah : SMAIT YAPIRA Mata Pelajaran : Ekonomi Standar Kompetensi : Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi Nama Guru No 1. : Bapak Cecep Sutendi, S.E. Yang Diamati Ya Persiapan dalam pembelajaran : a. Guru membuat renca pengajaran Tidak Keterangan RPP √ FOTO sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran 2 b. Guru mempersiapkan anak didik √ c. Guru mengadakan tes awal √ d. Guru menyampaikan materi √ Pelaksanaan kegiatan belajar : a. Guru menggunakan beberapa pendekatan berupa: 1. Pendekatan individual 2. Pendekatan kelompok 3. Pendekatan Pembiasaan b. Guru menyampaikan materi dengan Metode : 1. Ceramah 2. Dril 3. Diskusi kelompok 4. Pemberian tugas c. Guru mengadakan evaluasi 1. Pretest 2. Postest d. Hasil nilai yang telah diperoleh siswa disajikan dalam bentuk raport RPP FOTO √ √ √ √ √ √ √ √ PEDOMAN DOKUMENTASI PENERAPAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) UNTUK PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMAIT YAPIRA A. Untuk Kepala Sekolah 1. Kapan SMAIT YAPIRA didirikan? 2. Bagaimanakah perkembangan SMAIT YAPIRA sejak berdiri hingga saat ini baik secara historis maupun akademis? 3. Bagaimana visi, misi dan tujuan SMAIT YAPIRA? 4. Bagaimana kebijakan sekolah dalam mewujudkan visi dan misi melalui pembelajaran Ekonomi? 5. Bagaimana daya dukung (sarpras) untuk mempermudah KBM Ekonomi ? 6. Bagaimana kondisi guru, siswa, karyawan serta sarana dan prasarana pendidikan SMAIT YAPIRA? PEDOMAN WAWANCARA PENERAPAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) UNTUK PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMAIT YAPIRA B. Untuk Guru Ekonomi 1. Apa tujuan pembelajaran mastery learning di SMAIT YAPIRA? 2. Apa saja komponen-komponen yang berperan dalam proses pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA? 3. Standar apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi siswa? 4. Bagaimana cara penetapan KKM yang Bapak lakukan? 5. Bagaimana pelaksanaan program tindak lanjut (remedial, pengayaan dan percepatan) dalam pembelajaran Ekonomi? 6. Kendala apa yang banyak dihadapi guru dan siswa dalam melaksanakan KBM ? 7. Bagaimana sistem penilaian yang Bapak terapkan dalam evaluasi mata pelajaran Ekonomi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa? 8. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam ketuntasan belajar siswa itu? HASIL WAWANCARA A. Hari/Tanggal 1. : Senin, 6 Oktober 2016 Tempat : SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor Waktu : 10.00 - 12.00 Narasumber : Bapak Cecep Sutendi, S.E. (Guru Ekonomi) Peneliti : Apa saja komponen-komponen yang lerperan dalam proses pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA Guru Ekonomi : ada empat komponen utama yang berperan dalam proses pembelajaran Ekonomi, diantaranya adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran. Komponen tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. 2. Peneliti : apa tujuan umum dalam pembelajaran Ekonomi ? Guru Ekonomi : Tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran ekonomi adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki sikap bijak, rasional, dan bertanggung jawabdengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendii, rumah tangga, masyarakat dan negara. 3. Peneliti : berapa standar ketuntasan (KKM) untuk mata pelajaran Ekonomi? Guru Ekonomi : Standar ketuntasan mata pelajaran Ekonomi adalah minimal peserta didik memperoleh nilai 73 jika dibawah 73 belum dianggap tuntas dan harus mengulang (remedi) 4. Peneliti : Bagaimana cara penetapan KKM yang bapak lakukan ? Guru Ekonomi : standar ketuntasan ekonomi yang berlaku di SMAIT YAPIRA ditetapkan sendiri oleh sekolah dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, antara lain : melihat kemampuan peserta didik dan tingkat kedalaman materi 5. Peneliti : bagaimana pelaksanaan program tingkat lanjut (remedial dan pengayaan) dalam pembelajaran ekonomi? Guru Ekonomi : Pelaksanaan program remidi bersangkutan mendapat nilai dibawah dilakukan mengulang materi dengan memberikan tugas, cara kuis, belajar dilakukan apabila siswa yang KKM, dengan teman adapun yang kegiatan remidi belum dikuasai, (tutor sebaya) sedangkan untuk program pengayaan dilakukan dengan cara memberikan tugas seperti mengerjakan soal-soal yang lebih sulit 6. Peneliti : kendala apa yang bapak hadapi dalam KBM? Guru Ekonomi : kendala yang dihadapi guru antara lain guru kekurangan waktu karena materi yang disampaikan dalam pembelajaran beban kompetensinya terlalu banyak. Sedangkan kendala pada siswa adalah kemampuan rata-rata siswa yang berbeda-beda terutama dalam pemahaman materi. 7. Peneliti : Bagaimana sistem penilaian yang Bapak terapkan dalam evaluasi mata pelajaran ekonomi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa? Guru Ekonomi : Ketuntasan belajar siswa diukur dengan standar pelajaran Ekonomi, pembelajaran. Siswa pada dasarnya yang tidak tuntas adalah semua siswa bisa KKM mata tuntas dalam siswa yang sudah mencpai 75%dari standar kompetensi dan mendapatkan nilai minimal 60 8. Peneliti : Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam ketuntasan KBM? Guru Ekonomi: Memberikan waktu yang lebih banyak dan memberikan materi ulangan kepada siswa yang belum tuntas sehingga siswa yang belum tuntas tidak akan tertinggal dalam mencapai standar kompetensi. Dan akan memulai standar kompetensi yang baru bersama-sama dengan siswa yang sudah tuntas mencapai standar kompetensi. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMAIT YAPIRA Mata Pelajaran : Ekonomi Kelas / Semester : XI (sebelas) / 1 Standar Kompetensi : 1. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi Indikator Pencapaian Kompetensi : 1. Menjelaskan pengertian pembangunan ekonomi. 2. Menilai kondisi perekonomian Indonesia dan menjelaskan tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia. 3. Mengidentifikasi permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia. 4. Mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan pembangunan ekonomi Indonesia. Alokasi Waktu : 4 x 45 menit A. Tujuan Pembelajaran a) Siswa dapat menjelaskan pengertian pembangunan ekonomi. b) Siswa dapat menilai kondisi perekonomian Indonesia dan menjelaskan tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia. c) Siswa dapat mengidentifikasi permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia. d) Siswa dapat mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan pembangunan ekonomi Indonesia. Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Jujur, saling menghargai. Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif : Kerja keras, jujur, saling menghargai orang lain, B. Materi Pokok Pembangunan ekonomi C. Uraian Materi a) Pengertian pembangunan ekonomi b) Pengertian dan tujuan pembangunan nasional , inovatif, c) Pola dan tahapan pembangunan nasional d) Keberhasilan dan kegagalan pembangunan ekonomi Indonesia D. Pendekatan Kontekstual E. Metode Pembelajaran Diskusi kelompok dan studi kepustakaan Strategi Pembelajaran Tatap Muka Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi. Terstruktur Mandiri Mencari informasi tentang Siswa dapat Mendiskusikan pola dan tahapan keberhasilan dan kegagalan pembangunan nasional. pembangunan ekonomi Indonesia. F. Skenario Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Apersepsi Guru mengulas kembali pembahasan materi yang lalu tentang ketenagakerjaan. Kondisi ketenagakerjaan sangat berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan pembangunan ekonomi Indonesia. Kemudian guru mempersilahkan siswa memasuki ruang audio visual untuk melihat tayangan yang berhubungan dengan pembangunan nasional. Selama kegiatan tersebut, guru menghimbau siswa untuk mencatat hal-hal yang penting. b. Motivasi Setiap negara secara berkesinambungan melakukan pembangunan ekonomi untuk menciptakan kesejahteraan rakyatnya. 2. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a. Siswa dapat Mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a. Siswa dikelompokkan menjadi empat kelompok, di mana masing-masing kelompok terdiri dari 7 orang (disesuaikan dengan jumlah siswa). (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); b. Kelompok pertama diberi tugas untuk menjelaskan pengertian pembangunan ekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); c. Kelompok kedua diberi tugas untuk menilai kondisi perekonomian Indonesia dan menjelaskan tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia. d. e. f. g. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Kelompok ketiga diberi tugas untuk mengidentifikasi permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Kelompok keempat diberi tugas untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan pembangunan ekonomi Indonesia. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Masing-masing kelompok mempersentasikan tugasnya di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain menanggapi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa: a. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); b. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.) 3. Kegiatan Akhir a. Guru dan siswa melakukan refleksi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); b. Penilaian (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Hasil kerja kelompok (kognitif) Lembar pengamatan (afektif) Lembar pengamatan (psiko motorik) c. Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada buku teks Ekonomi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);. d. Siswa diberi tugas untuk mencari artikel koran dan majalah yang berkaitan dengan pembangunan nasional. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); G. Sumber dan Alat Buku teks, infocus, spidol Mengetahui Kepala Sekolah Dodi Damhudi S.Pd Bogor, Agustus 2015 Guru MaPel Ekonomi Cecep Sutendi, S.E RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMAIT YAPIRA Mata Pelajaran : Ekonomi Kelas / Semester : XI (sebelas) / 1 Standar Kompetensi : 1. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi Kompetensi Dasar : 1.3 Mendeskripsikan proses pertumbuhan ekonomi Indikator Pencapaian Kompetensi : 1. Mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Alokasi Waktu : 4 x 45 menit A. Tujuan Pembelajaran a) Siswa dapat mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi. b) Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang pertumbuhan ekonomi. Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Jujur, saling menghargai. Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif : Kerja keras, jujur, saling menghargai orang lain, B. Materi Pokok Pertumbuhan ekonomi C. Uraian Materi a) Arti pertumbuhan ekonomi b) Teori pertumbuhan ekonomi c) Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi D. Pendekatan Kontekstual E. Metode Pembelajaran Diskusi kelompok dan studi kepustakaan Strategi Pembelajaran memengaruhi , inovatif, Tatap Muka Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi. Terstruktur Mengumpulkan informasi tentang pengertian dan teori pertumbuhan ekonomi Mandiri Siswa dapat Mendiskusikan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. F. Skenario Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Apersepsi Guru mengulas kembali pembahasan materi yang lalu tentang pembangunan ekonomi. Kemudian guru mengaitkan dan menjelaskan perbedaan antara pembangunan ekonomi tersebut dengan pertumbuhan ekonomi serta memberi penjelasan yang singkat dan jelas tentang materi yang baru dan kompetensi yang harus dikuasai. b. Motivasi Laju pertumbuhan ekonomi merupakan Indikator Pencapaian Kompetensi keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. 2. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a. Siswa dapat Mendeskripsikan proses pertumbuhan ekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a. Siswa dikelompokkan menjadi empat kelompok, di mana masing-masing kelompok terdiri dari 7 orang (disesuaikan dengan jumlah siswa). (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); b. Kelompok pertama diberi tugas untuk mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); c. Kelompok kedua diberi tugas untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); d. Masing-masing kelompok mempersentasikan tugasnya di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain menanggapi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); e. Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa: a. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); b. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.) 3. Kegiatan Akhir a. Guru dan siswa melakukan refleksi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); b. Penilaian (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Tes lisan dengan beberapa pertanyaan (kognitif) Lembar pengamatan (afektif) Lembar pengamatan (psiko motorik) c. Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada buku teks Ekonomi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);. G. Sumber dan Alat Buku teks dan spidol Mengetahui Kepala Sekolah Dodi Damhudi S.Pd Bogor, Agustus 2015 Guru MaPel Ekonomi Cecep Sutendi, S.E LAMPIRAN DOKUMENTASI PROFIL SEKOLAH YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM RAUDHATUT TAUHID (YAPIRA) SMA IT YAPIRA Dodih Damhudi, S.Pd. Muhamad Rizki, S.Pd Ahmad Faruq, S.Pd.I. Dodih Damhudi, S.Pd. Gustina Aida Puteri, S.Pd. Rohayati, S.Pd. Indryani Marta Puspita, S.Pd Jamal Abdullah, S.Pd.I. Cecep Sutendi, S.E. Yudho Ariyoko, S.Pd.I. Haris Muhamad Rijal, S.Pd.I. Sari Meilia, S.S Linda Rusdiana, S.Pd Annisa, S.Pd.I. Titis Maretyaning W, S.Si. Akhmad Tarmuji, S.Kom. Ahmad Bachtiar Rifai,S.Si Pendidikan Agama Islam (PAI) & BUDI PEKERTI MATEMATIKA SEJARAH Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) FISIKA FISIKA A. Geografi B. Ekonomi Bahasa Inggris A. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) B. Sosiologi Bahasa Indonesia Matematika A. Biologi B. PLH Kimia Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) A. Bahasa Arab B. Pendidikan Agama Islam (PAI) & Budi Pekerti Wahyudin Ilmi Suciana, S.Pd.I Muhamad Rizki, S.Pd Dora Sahertian, S.Pd. Yunanto Guntomo, S.Pd Suheri, S.S Marwan Khan, S.Pd. Endang Damyati Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) Ekonomi Prakarya & Kewirausahaan (Kwh) Sosiologi Matematika Bahasa Indonesia PMR Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)