BN 708-2013 - DJPP Kemenkumham

advertisement
7
2013, No.708
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 2013
TENTANG
PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN
PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN
1. Ruang Lingkup
1.1
Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau
bubuk.
1.2
Ketentuan ini mencakup ruang lingkup, deskripsi dan definisi, bahan
utama dan syarat mutu, bahan tambahan pangan, cemaran,
pengemasan, isi kemasan, pelabelan serta metode analisis Formula
Lanjutan.
2. Deskripsi dan Definisi
2.1
Formula Lanjutan diproses hanya secara fisik selanjutnya dikemas
sedemikian rupa hingga dapat menghindarkan kerusakan dan
kontaminasi selama penanganan, penyimpanan dan distribusi secara
normal.
2.2
Formula Lanjutan berbentuk cair dapat digunakan secara langsung
atau setelah diencerkan dengan air. Formula Lanjutan berbentuk bubuk
perlu ditambah air sebelum digunakan yang jumlahnya sesuai dengan
anjuran. Zat gizi dalam Formula Lanjutan dapat berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan normal bayi jika digunakan sesuai
dengan petunjuk penggunaan.
2.3
Acuan Batas Atas (ABA) adalah nilai tertinggi kandungan zat gizi yang
diperoleh berdasarkan pertimbangan pemenuhan kebutuhan zat gizi
bayi dan riwayat penggunaan yang aman namun tidak berdasarkan
kajian risiko.
ABA dapat disesuaikan berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tujuan ABA adalah sebagai panduan bagi produsen dan tidak
diterjemahkan sebagai nilai yang harus dicapai. Kandungan zat gizi
Formula Lanjutan biasanya tidak melebihi ABA kecuali tidak dapat
dihindari sehubungan dengan keragaman kandungan atau karena
alasan teknologi.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.708
8
3. Bahan Utama dan Syarat Mutu
3.1
Bahan Utama
Formula Lanjutan merupakan produk yang berbahan dasar susu sapi
atau susu hewan lain atau campuran kedua susu tersebut dan/atau
bahan-bahan lain yang telah terbukti sesuai untuk makanan bayi usia
6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan. Keamanan dan kecukupan
kandungan zat gizi Formula Lanjutan harus terbukti secara ilmiah
dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Semua
bahan yang digunakan pada Formula Lanjutan harus bebas gluten.
3.2
Syarat Mutu
Kandungan zat gizi Formula Lanjutan harus memenuhi ketentuan nilai
minimum dan/atau maksimum sebagai berikut :
3.2.1 Energi
Formula Lanjutan siap konsumsi harus mengandung energi
tidak kurang dari 65 kkal per 100 ml dan tidak lebih dari 80 kkal
per 100 ml, yang dibuat sesuai dengan petunjuk penyiapan.
3.2.2 Protein
3.2.2.1 Formula Lanjutan mengandung protein tidak kurang dari
1,82 g per 100 kkal dan tidak lebih dari 3,5 g per 100
kkal dengan mutu protein setara dengan kasein atau
dengan jumlah protein lain yang lebih besar jika
mutunya kurang dari kasein. Mutu protein tidak kurang
dari 85% mutu kasein.
3.2.2.2 Formula Lanjutan yang menggunakan isolat protein
kedelai harus mengandung protein tidak kurang dari
2,25 g per 100 kkal dan tidak lebih dari 3,5 g per 100
kkal.
3.2.2.3 Dalam Peraturan ini perhitungan kandungan protein
pada Formula Lanjutan siap untuk dikonsumsi harus
didasarkan pada perhitungan N x 6,25, kecuali jika
terdapat pertimbangan ilmiah khusus untuk faktor
konversi yang berbeda pada produk tertentu. Penentuan
kandungan protein pada Formula Lanjutan berbahan
dasar susu sapi didasarkan pada faktor konversi nitrogen
6,25. Faktor konversi 6,38 umumnya ditetapkan sebagai
faktor spesifik untuk konversi nitrogen ke protein pada
produk susu lain, faktor konversi 5,71 spesifik untuk
konversi nitrogen ke protein dalam produk kedelai.
www.djpp.kemenkumham.go.id
9
2013, No.708
3.2.2.4 Isolat asam amino dapat ditambahkan pada Formula
Lanjutan untuk meningkatkan nilai gizi. Asam amino
esensial dan semi-esensial dapat ditambahkan hanya
sejumlah yang diperlukan untuk meningkatkan mutu
protein. Hanya asam amino bentuk L yang dapat
digunakan.
3.2.2.5 Untuk nilai energi Formula Lanjutan yang sama dengan
ASI, formula harus mengandung asam amino esensial
dan asam amino semi-esensial sekurang-kurangnya
sama dengan kandungan pada protein acuan ASI,
sebagaimana diuraikan dalam Lampiran II. Meskipun
demikian untuk keperluan perhitungan, konsentrasi
tirosin dan fenilalanin dapat dijumlahkan. Demikian juga
konsentrasi metionin dan sistein bila rasionya kurang
dari 2:1. Bila rasio diantara 2:1 dan 3:1, maka kelayakan
formula harus dibuktikan dengan uji klinis.
3.2.2.6 Jika Formula Lanjutan mengandung protein susu non
hidrolisat kurang dari 1,8 g per 100 kkal atau protein
hidrolisat atau isolat protein kurang dari 2,25 g per 100
kkal harus dievaluasi secara klinis.
3.2.3 Lemak
3.2.3.1 Formula Lanjutan mengandung lemak tidak kurang dari
4 g per 100 kkal dan tidak lebih dari 6 g per 100 kkal.
3.2.3.2 Minyak dan lemak terhidrogenasi komersial tidak boleh
digunakan pada Formula Lanjutan.
3.2.3.3 Kandungan asam lemak trans tidak boleh lebih dari 3%
dari total asam lemak.
Asam Linoleat
Satuan
mg/100kkal
Minimum
300
Maksimum ABA
1200
Asam α-Linolenat
Satuan
Minimum
Maksimum
mg/100kkal 50
N.S.
N.S. (Not Specified ) = tidak dinyatakan
ABA
-
Rasio Asam Linoleat/ Asam α-Linolenat
Minimum
Maksimum
5:1
15:1
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.708
10
3.2.4 Karbohidrat
3.2.4.1 Formula Lanjutan mengandung karbohidrat tidak kurang
dari 8 g per 100 kkal dan tidak lebih dari 14,2 g per 100
kkal.
3.2.4.2 Laktosa dan polimer glukosa (turunan pati) merupakan
karbohidrat pilihan utama yang digunakan pada formula
berbahan protein susu sapi dan protein hidrolisat, tetapi
dapat ditambahkan sumber karbohidrat yang lain.
3.2.4.3 Pati yang diperbolehkan untuk ditambahkan ke dalam
Formula Lanjutan hanya pati yang secara alami bebas
gluten yang telah dimasak (precooked) dan/atau pati yang
telah digelatinisasi. Penambahan pati tersebut maksimum
30% dari total karbohidrat dan maksimum 2 g per 100
ml.
3.2.4.4 Penambahan sukrosa harus dihindarkan, kecuali bila
diperlukan (maksimum 20% dari total karbohidrat), dan
fruktosa tidak boleh digunakan. Kedua zat tersebut
berpotensi menimbulkan gejala yang mengancam
kehidupan bayi dan anak intoleransi fruktosa herediter.
3.2.5 Vitamin dan Mineral
Persyaratan kandungan vitamin dan mineral Formula Lanjutan
sebagai berikut :
Formula Lanjutan (per 100 kkal)
Zat Gizi
Minimum
Maksimum
ABA
Vitamin
Vitamin A
250 IU
750 IU
Vitamin D
1 mcg
3 mcg
Vitamin E
0,5 mg
5 mg
Vitamin K
4 mcg
27 mcg
Tiamin (Vitamin B1)
40 mcg
300 mcg
Riboflavin (Vitamin
60 mcg
500 mcg
B2)
Niasin
250 mcg
1500 mcg
Vitamin B12
0,15 mcg
1,5 mcg
Asam pantotenat
300 mcg
2000 mcg
Piridoksin
45 mcg
175 mcg
Asam Folat
4 mcg
50 mcg
Vitamin C1
8 mg
70 mg
Biotin (Vitamin H)
1,5 mcg
10 mcg
Mineral dan Trace
Element
www.djpp.kemenkumham.go.id
11
Zat Gizi
Kalsium2
Fosfor2
Besi
Seng
Iodium
Selenium
Natrium
Kalium
Klorida
Magnesium
Tembaga
2013, No.708
Formula Lanjutan (per 100 kkal)
Minimum
Maksimum
ABA
50 mg
140 mg
60 mg
100 mg
1 mg
2 mg
0,5 mg
1,5 mg
5 mcg
60 mcg
1 mcg
9 mcg
20 mg
85 mg
80 mg
180 mg
55 mg
160 mg
6 mg
15 mg
35 mcg
100 mcg
120 mcg
Keterangan:
1 Vitamin C dinyatakan sebagai asam askorbat. ABA Vitamin C
ditetapkan untuk Formula Lanjutan cair. Untuk Formula
Lanjutan berbentuk bubuk, ABA harus lebih rendah.
2 Perbandingan kalsium (Ca) dengan fosfor (P) tidak kurang dari
1,2 dan tidak lebih dari 2.
3.2.6 Fluor
Fluor tidak boleh ditambahkan pada Formula Lanjutan. Dalam
keadaan apapun, kandungan fluor tidak boleh lebih dari 100
mcg per 100 kkal dalam Formula Lanjutan siap konsumsi.
3.3
Bahan Lain
3.3.1 Selain persyaratan seperti ditetapkan pada butir 3.2, bahan yang
secara normal terdapat dalam ASI dan bahan lain dapat
ditambahkan atau terdapat/terkandung pada Formula Lanjutan.
3.3.2 Kelayakan dan keamanan bahan sebagaimana dijelaskan pada
butir 3.3.1 bagi bayi usia 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan
harus dibuktikan secara ilmiah. Formula harus mengandung
bahan dengan jumlah yang cukup untuk memberikan manfaat
yang diharapkan sesuai kebutuhan bayi usia 6 (enam) sampai 12
(dua belas) bulan.
3.3.3 Persyaratan kandungan Bahan-bahan sebagaimana dimaksud
pada butir 3.3.1 adalah sebagai berikut:
Zat Gizi
Mangan
Kolin
Myo-inositol
Formula Lanjutan (per
Minimum Maksimum
1 mcg
7 mg
4 mg
-
100 kkal)
ABA
100 mcg
50 mg
40 mg
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.708
12
L-karnitin
Taurin
Nukleotida4
Asam
dokosaheksanoat
(DHA)5
4
5
6
1,2 mg
0,2%
asam
lemak
N.S6
12 mg
16 mg
-
0,9%
asam
lemak
Nukleotida sekurang-kurangnya terdiri dari 4 (empat) jenis
yaitu adenosin (nukleotida purin) dan guanosin (nukleotida
purin), serta cytidine (nukleotida pirimidin) dan uridin
(nukleotida pirimidin).
Kandungan nukleotida purin maksimum 45% dari total
nukleotida yang ditambahkan.
Penambahan DHA pada Formula Lanjutan harus disertai
penambahan asam arakhidonat (ARA) dengan rasio 1:1-2.
Kandungan asam eikosapentaenoat (EPA), yang dapat
terbentuk dari sumber asam lemak tidak jenuh ganda rantai
panjang, tidak boleh lebih dari kandungan DHA.
NS (Not Specified) = tidak dinyatakan.
3.3.4 Hanya bakteri penghasil asam laktat bentuk L(+) yang boleh
digunakan.
3.4
Persyaratan Kemurnian
3.4.1 Umum
Semua bahan harus bersih, bermutu baik, aman dan sesuai
untuk pencernaan bayi usia 6 (enam) sampai 12 (dua belas)
bulan. Formula Lanjutan harus memenuhi persyaratan mutu
yang baku seperti warna, rasa dan bau.
3.4.2 Senyawa Vitamin dan Garam Mineral
3.5
Senyawa vitamin dan garam mineral serta zat gizi lain yang
ditambahkan sebagaimana ditetapkan dalam butir 3.2 harus
sesuai dengan Codex Advisory Lists of Nutrient Compounds for
Use in Foods for Special Dietary Uses Intended for Infants and
Young Children (CAC/GL 10-1979).
Konsistensi dan Ukuran Partikel
Formula Lanjutan harus bebas gumpalan dan partikel besar serta dapat
disajikan sesuai kebutuhan bayi
www.djpp.kemenkumham.go.id
13
2013, No.708
4. Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan yang digunakan di dalam Formula Lanjutan harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Residu Pestisida
Formula Lanjutan harus diproduksi sesuai dengan Cara Produksi Pangan
yang Baik sehingga residu pestisida yang digunakan dalam proses produksi,
penyimpanan atau pengolahan bahan baku, tidak tersisa dalam Formula
Lanjutan akhir, atau bila secara teknis tidak dapat dihindarkan, telah
dikurangi sampai serendah mungkin.
6. Cemaran
Formula Lanjutan harus memenuhi persyaratan batas cemaran mikroba,
cemaran logam dan cemaran lain sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
7. Pengemasan
7.1
Formula Lanjutan harus dikemas dalam wadah yang dapat menjaga
higiene serta mutu dan keamanan Formula Lanjutan. Formula Lanjutan
yang berbentuk cair, harus dikemas dalam wadah tertutup hermetis.
7.2
Wadah, termasuk bahan kemasan, harus terbuat dari bahan yang
aman dan sesuai dengan maksud penggunaannya serta sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. Isi Kemasan
Isi kemasan Formula Lanjutan, siap konsumsi harus :
(1) tidak kurang dari 80% v/v kapasitas wadah pada Formula Lanjutan
dengan berat kurang dari 150 g;
(2) tidak kurang dari 85% v/v kapasitas wadah pada Formula Lanjutan
dengan berat antara 150–250 g; dan
(3) tidak kurang dari 90% v/v kapasitas wadah pada Formula Lanjutan
dengan berat lebih dari 250 g.
Kapasitas wadah adalah volume wadah yang terisi penuh air suling pada
suhu 20°C dalam keadaan tertutup.
9. Pelabelan
Label Formula Lanjutan harus memenuhi ketentuan tentang pelabelan yang
berlaku. Keterangan pada label dan informasi lain yang menyertai Formula
Lanjutan harus ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Selain ketentuan tersebut di atas, label Formula Lanjutan juga harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.708
9.1
14
Nama Produk
9.1.1 Label harus mencantumkan nama produk "Formula Lanjutan".
9.1.2 Bila susu sapi merupakan satu-satunya sumber protein, nama
“Formula Lanjutan” dapat ditambahkan tulisan ”Berbahan Dasar
Susu Sapi”.
9.1.3 Formula Lanjutan yang tidak mengandung susu atau hasil
olahan susu, nama Formula Lanjutan dapat ditambahkan tulisan
“Tidak mengandung susu atau hasil olahan susu” atau kalimat
sejenis.
9.2
Daftar Bahan yang Digunakan
9.2.1 Semua bahan yang digunakan harus dicantumkan secara
berurutan mulai dari yang terbanyak jumlahnya. Uraian tentang
vitamin dan mineral tidak harus secara berurutan menurut
jumlahnya.
9.2.2 Untuk bahan-bahan yang berasal dari hewan atau tanaman serta
bahan tambahan pangan harus ditulis secara spesifik. Penulisan
bahan tambahan pangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9.3
Informasi Nilai Gizi
Informasi nilai gizi harus dinyatakan dalam per saji, dengan takaran
saji 20-40 gram (bentuk bubuk), 100-250 ml (bentuk cair).
9.4
Anjuran konsumsi per hari
Anjuran konsumsi per hari harus dinyatakan untuk memenuhi
kecukupan gizi bayi usia 6 (enam) bulan sampai 12 (dua belas) bulan
sehari
9.5
Tanggal Kedaluwarsa dan Petunjuk Penyimpanan
9.5.1 Tanggal kedaluwarsa dinyatakan dengan tanggal, bulan dan
tahun serta didahului dengan kalimat “Baik Digunakan
Sebelum…” harus dicantumkan pada label. Formula Lanjutan
yang mempunyai masa simpan lebih dari 3 (tiga) bulan, cukup
ditulis bulan dan tahun saja. Pencantuman bulan boleh
dinyatakan dengan huruf Latin sekurang-kurangnya 3 (tiga) digit,
dan tahun dinyatakan dengan angka sekurang-kurangnya 2
(dua) digit. Jika bulan dan tahun dinyatakan dengan angka maka
tahun harus dinyatakan dengan 4 (empat) digit.
www.djpp.kemenkumham.go.id
15
2013, No.708
9.5.2 Jika masa simpan Formula Lanjutan sangat dipengaruhi oleh
kondisi penyimpanan khusus, maka kondisi penyimpanan
khusus tersebut harus dituliskan pada label dalam bentuk
petunjuk penyimpanan dan dicantumkan berdekatan dengan
tanggal kedaluwarsa.
9.5.3 Label Formula Lanjutan harus memuat penjelasan tentang
tanda-tanda yang menunjukkan Formula Lanjutan sudah tidak
baik lagi dan memuat pernyataan “tidak boleh dikonsumsi”.
9.5.4 Label Formula Lanjutan harus memuat petunjuk yang jelas
tentang penyimpanan Formula Lanjutan setelah wadah dibuka.
9.6
Petunjuk Penggunaan
9.6.1 Formula Lanjutan dalam bentuk cair harus mencantumkan
tulisan “dapat diminum langsung”.
9.6.2 Formula
Lanjutan
dalam
bentuk
konsentrat
harus
mencantumkan petunjuk pengenceran dengan air minum.
9.6.3 Formula Lanjutan dalam bentuk bubuk harus mencantumkan
petunjuk rekonstitusi dengan air minum.
9.6.4 Label harus memuat cara penyiapan, penanganan dan
penggunaan Formula Lanjutan, termasuk cara penyimpanan dan
pembuangan Formula Lanjutan setelah disiapkan, misal sisa
Formula Lanjutan yang tidak diminum harus dibuang.
9.6.5 Label harus memuat ilustrasi tentang cara penyiapan.
9.6.6 Petunjuk penggunaan harus dilengkapi dengan peringatan
tentang bahaya terhadap kesehatan apabila cara penyiapan,
penyimpanan dan penggunaan tidak tepat.
9.6.7 Pada Formula Lanjutan, panduan untuk membersihkan dan
sterilisasi peralatan, serta menyiapkan dan menyajikan Formula
Lanjutan harus dicantumkan pada label dan/atau leaflet seperti
dibawah ini:
a. Cara membersihkan dan sterilisasi peralatan
1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum membersihkan dan
mensterilkan peralatan minum bayi;
2. Mencuci semua peralatan minum bayi (dengan air bersih
yang mengalir;
3. Membilas peralatan minum bayi dengan air yang mengalir;
4. Sterilisasi dengan cara direbus:
- Peralatan minum bayi harus terendam seluruhnya
- Panci ditutup dan biarkan sampai mendidih selama 5 –
10 menit;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.708
16
Panci biarkan tertutup, biarkan peralatan minum bayi
didalamnya sampai segera akan digunakan;
5. Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengambil
peralatan minum bayi ;
6. Bila peralatan minum bayi tidak langsung digunakan
setelah direbus, harus disimpan ditempat yang bersih dan
tertutup.
-
b. Cara menyiapkan dan menyajikan Formula Lanjutan
1. Membersihkan tempat penyiapan Formula Lanjutan;
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian
keringkan;
3. Rebus air minum sampai mendidih selama 10 menit dalam
panci tertutup;
4. Setelah mendidih, biarkan air tersebut didalam panci
5.
6.
7.
8.
9.
9.7
tertutup selama 10 -15 menit agar suhunya turun menjadi
tidak kurang dari 70°C;
Tuangkan air tersebut (suhunya tidak kurang dari 70°C)
sebanyak
yang dapat dihabiskan oleh bayi (jangan
berlebihan) ke dalam peralatan minum bayi yang telah
disterilkan;
Tambahkan bubuk Formula Lanjutan sesuai takaran yang
dianjurkan pada label;
Kocok sampai Formula Lanjutan larut dengan baik;
Dinginkan segera dengan merendam bagian bawah
peralatan minum bayi didalam air bersih dingin, sampai
suhunya
sesuai
untuk
diminum
(dicoba
dengan
meneteskan Formula Lanjutan pada pergelangan tangan,
akan terasa agak hangat, tidak panas);
Sisa Formula Lanjutan yang telah dilarutkan dibuang
setelah 2 jam.
Persyaratan Tambahan untuk Label
9.7.1 Pada label Formula Lanjutan harus mencantumkan pernyataan
bahwa Formula Lanjutan tidak boleh diberikan pada bayi usia
kurang dari 6 bulan.
9.7.2 Pada label harus dicantumkan informasi bahwa bayi usia 6
(enam) bulan keatas disamping ASI harus diberi MP-ASI
(makanan pendamping ASI), sesuai kebutuhan bayi dan anak
untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
9.7.3 Isi label tidak boleh bertentangan dengan program pemberian ASI.
Label Formula Lanjutan harus memuat :
a. Kata “Perhatian Penting” atau kata lain yang sejenis;
www.djpp.kemenkumham.go.id
17
2013, No.708
b. Tulisan “Formula Lanjutan bentuk bubuk bukan merupakan
produk steril oleh karena itu perhatikan petunjuk penyiapan”.
c. Kalimat “ASI adalah makanan terbaik untuk bayi anda” atau
kalimat sejenis yang menyatakan keunggulan menyusui/ASI.
9.7.4 Label tidak boleh memuat gambar bayi dan wanita atau sesuatu
yang mengunggulkan penggunaan Formula Lanjutan baik dalam
bentuk gambar ataupun kalimat. Label tidak boleh menyatakan
Formula Lanjutan memiliki kualitas yang sama dengan ASI.
9.7.5 Istilah menyetarakan dengan manusia,
serupa/semakna, tidak boleh digunakan.
10 Metode Analisis
No.
ibu
atau
istilah
*)
Rincian
1
2
Protein
Lemak
3
4
Asam linoleat
Karbohidrat
Metode yang digunakan
SNI 01-2891-1992/AOAC 2005
SNI 01-2891-1992/AOAC 2005
(Rose Gottlieb/Mojonnier)
MA PPOMN 2006/AOAC 2005 Ch
50
SNI 01-2891-1992
(AOAC=perhitungan)
(100%-%protein-%lemak-%air%abu)
Vitamin
5
Vitamin A
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Vitamin D3
Vitamin E
Vitamin K
Tiamin
Riboflavin
Niasin
Piridoksin
Vitamin B12
Asam Pantotenat
Asam Folat
16
17
Vitamin C
Biotin
Mineral dan Trace
Elements
Besi
Kalsium
Fosfor
18
19
20
MA PPOMN 2001/AOAC 2005 Ch
50
AOAC 2002 (Vit D)/AOAC 2005 Ch
45
AOAC 2005 Ch 50
AOAC 2005 Ch 50
AOAC 2005 Ch 50
AOAC 2005 Ch 50
AOAC 2005 Ch 50
AOAC 2005 Ch 50 (mikrobiologi)
AOAC 2005 Ch 50 (mikrobiologi)
AOAC 2005 Ch 50 (mikrobiologi)
AOAC 2005 Ch 50 (mikrobiologi)
MA PPOMN 2000/AOAC 2005 Ch
50
HPLC
AOAC 2005 Ch 50 (ICPS),AAS
AOAC 2005 Ch 50 (ICPS),AAS
AOAC 2005 Ch 50 (ICPS),AAS
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.708
No.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
18
Rincian
Magnesium
Natrium
Klorida
Kalium
Mangan
Iodium
Selenium
Seng
Tembaga
Bahan lain
Metode yang digunakan
AOAC
AOAC
AOAC
AOAC
AOAC
AOAC
AOAC
AOAC
AOAC
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
Ch
Ch
Ch
Ch
Ch
Ch
Ch
Ch
Ch
50 (ICPS),AAS
50 (ICPS),AAS
50 (Potensio),AAS
50,AAS,ICPS
50,AAS,ICPS
50
50,AAS,ICPS
50,AAS,ICPS
50,AAS,ICPS
AOAC 2005 Ch 50 (enzym,
Kolin
kolorimetri)
Myo-Inositol
L-Karnitin
Taurin
AOAC 2005 Ch 50
Nukleotida
Asam arakidonat (ARA)
AOAC 2005 Ch 41
Asam dokosaheksanoat
36 (DHA)
AOAC 2005 Ch 41
37 Fluor
AOAC 2005 Ch 47
Keterangan :
*)
Dapat menggunakan Metode Analisis lain yang tervalidasi
30
31
32
33
34
35
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
LUCKY S. SLAMET
www.djpp.kemenkumham.go.id
19
2013, No.708
LAMPIRAN II
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 2013
TENTANG
PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN
ACUAN JENIS DAN JUMLAH ASAM AMINO ESENSIAL DAN SEMI ESENSIAL
YANG DITAMBAHKAN
Asam Amino
Fenilalanin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Metionin
Sistein
Threonin
Triptofan
Tirosin
Valin
Kandungan rata-rata asam amino dalam
ASI
(mg asam amino per)
g nitrogen
g protein
100 kkal
153 – 440
45
44 – 127
108 – 255
23
31 – 73
242- 376
51
70 -108
457 – 713
94
132 - 205
314- 522
63
90 - 150
73 – 99
14
21 - 29
101 - 173
21
29 - 50
217 – 344
43
62 - 99
79 - 172
18
23 - 50
201 – 369
42
55 - 86
253 – 376
50
73 -108
Kandungan asam amino esensial dan semi-esensial dalam ASI dinyatakan dalam
mg per g nitrogen dan dalam mg per 100 kkal.
Kandungan protein terendah ASI 1,8 g per 100 kkal. Apabila perhitungan
didasarkan pada satuan mg asam amino per g nitrogen maka digunakan faktor
pembagi 6,25 dan dikalikan 1,8. Nilai rata-rata diperoleh dari beberapa kajian
kandungan asam amino yang dinyatakan dalam satuan per g protein (total
nitrogen x 6,25) dan per 100 kkal energi.
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
LUCKY S. SLAMET
www.djpp.kemenkumham.go.id
Download