JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 10, NO.1, APRIL 2015: 1 – 17___________________________________________________ Peran Terapi Musik terhadap Penyelesaian Matematis pada Anak dengan Simptom Gangguan Konsentrasi Al Thuba Septa Priyanggasari Fakultas Psikologi, Universitas Merdeka Malang Abstract Studies about the role of music therapy to the completion of mathematical questions on three subjects (N=3), children with attention deficit symptoms were placed at psychology service center for children with special need, at Malang. Music therapy was applied, where the children is only listening to the music without any activities in 10 minutes. The aim of music therapy are to condition the children in order to be more calm and ready to accept the lesson well. Data collection used were within-subject design. Data analyzed used a chi square for one sample test. The result showed that there were effect of music therapy to the completion of mathematical questions on children with attention deficit symptoms. The accuracy effect turned into two from three of the subject (p= 0,05) and the speed effect turned into two from three of the subject (p= 0,05). Keywords: role of music therapy, mathematical question, children with attention deficit symptoms Abstrak Penelitian ini terkait dengan peran terapi music pada penyelesaian matematis pada tiga subyek dengan gangguan konsentrasi di Lembaga Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Malang. Subyek diperdengarkan musik tanpa melakukan aktivitas apapun selama 10 menit. Tujuan terapi musik adalah untuk mengkondisikan anak agar tenang dan siap menerima pelajaran. Pengumpulan data menggunakan desain within subject. Chi square digunakan dalam rangka menganalisa data. Hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh musik terapi terhadap penyelesaian matematis pada anak dengan gangguan konsentrasi. Dampak akurasi pada dua dari tiga subyek (p=0.05) dan kecepatan berdampak pada dua dari tiga subyek (p=0,05). Kata kunci : terapi music, pertanyaan matematis, anak dengan gangguan konsentrasi Pengantar1 Penelitian ini dalamnya diilhami pendidikan khusus, yaitu pendidikan bagi peserta didik yang oleh semakin banyaknya anak berkebutuhan memiliki khusus (ABK). ABK adalah anak yang mengikuti proses pembelajaran karena memiliki sehingga kelainan fisik, mental, sosial dan atau membutuhkan penanganan yang khusus yang memiliki kecerdasan atau bakat pula. Penanganan khusus termasuk di istimewa (Pramono, 2009a). Hingga saat keadaan khusus tingkat kesulitan dalam ini ABK di Indonesia terus meningkat Korespondensi: Al Thuba, S. Priyanggasari, Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang, Jl. Terusan Raya Dieng, No. 62-64 Malang, Tlp./Faks. 0341-578820. Email: [email protected] jumlahnya. Pada Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 8 April 2008 diketahui bahwa prevalensi ABK saat ini mencapai 1 PERAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENYELESAIAN MATEMATIS 10 anak dari 100 anak. Berdasarkan data kesulitan dalam memusatkan perhatian ini menunjukkan 10 persen populasi pada tugas atau kegiatan bermain, (3) anak-anak adalah ABK dan mereka tidak harus mendapatkan pelayanan khusus percakapan, (4) tidak bisa mengikuti (Ningrum, 2009). perintah dan sering gagal menyelesaikan Salah satu bentuk seorang anak memiliki kebutuhan khusus adalah adanya simptom gangguan konsentrasi. Simptom gangguan bisa berkonsentrasi dalam tugas-tugas yang diberikan di sekolah, (5) sering menyela atau mengganggu teman yang sedang bermain. konsentrasi Sofar Alaudin mendapatkan berhubungan dengan kemampuan anak diagnosis simptom gangguan konsentrasi untuk dan sejak usia 6 tahun, ketika ia masih sangat terdaftar sebagai siswa TK PGRI Mekar akan Panumbangan. Subjek sulit memperoleh mengalami kendala dalam memfokuskan nilai yang baik pada tugas-tugas yang konsentrasi, dan diberikan sekolah. Hal ini disebabkan terus oleh kecerobohan yang dilakukan ketika Perilaku seperti ini akan mengerjakannya, sulitnya berkonsentrasi memperhatikan berkonsentrasi. terganggu Anak konsentrasinya perhatian menyelesaikan menerus. yang menyulitkan tugas orang secara tua dan guru (Meruya, 2008). terhadap tugas, dan kegagalan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Fenomena tentang anak dengan Subjek juga tidak mampu menetap pada simptom gangguan konsentrasi telah satu tugas maupun permainan yang banyak disadari oleh masyarakat dalam dikerjakan karena rentang perhatian kehidupan nyata. Studi kasus yang yang pendek dan mudah merasa bosan dilakukan sehingga subjek jarang menyelesaikan oleh Indrawan (2009) terhadap Sofar Aulidin yang didiagnosis tugas mengalami dikerjakannya. Selain itu subjek juga simptom gangguan maupun permainan yang konsentrasi menunjukkan gejala-gejala tidak sebagai berikut: (1) sering mengalami percakapan, karena perhatiannya mudah kegagalan dalam memberikan perhatian beralih kepada stimulus lingkungan dan penuh pada hal tertentu dan kecerobohan yang paling mengganggu adalah ketika pada tugas-tugas sekolah, (2) mengalami subjek mulai mengganggu dan menyela 2 mampu bertahan dalam JURNAL PSIKOLOGI PRIYANGGASARI teman-temannya ketika bermain. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan otak menimbulkan permasalahan tersendiri. (Yunitasari, 2008). Para terapis membagi Subjek dapat memperoleh label yang tema musik dalam lima jenis untuk kurang baik dari teman-temannya yang kepentingan terapi. Kelima jenis musik merasa dirugikan. Label yang diberikan tersebut adalah musik bertema trance, juga tidak akan baik untuk membentuk melow, semangat, ceria, dan relaksasi. kepribadian subjek di masa mendatang. Jenis yang terakhir adalah musik Bertolak pada fenomena tentang bernuansa lembut, monoton, dan datar. anak-anak dengan simptom gangguan Musik inilah yang dimanfaatkan untuk konsentrasi, penelitian ini dilakukan meningkatkan sebagai pembuktian dan sumbangan menyeimbangkan emosi dengan cara psikologi untuk memecahkan masalah menggiring gangguan anak. gelombang alpha. Musik dari jenis Fenomena gangguan konsentrasi yang terakhir inilah yang akan digunakan sering dalam penelitian (Vombunomb, 2009). konsentrasi muncul permasalahan pada akan tersendiri menjadi di dunia konsentrasi pendengar Penggunaan terapi dan menuju musik ini pendidikan, terutama pendidikan anak diharapkan memberikan pengaruh positif dan remaja. Apabila simptom gangguan dalam konsentrasi mendapatkan penyelesaian matematis pada anak-anak penanganan dengan benar, maka akan dengan simptom gangguan konsentrasi. berdampak pada hasil capaian yang Peningkatan diperoleh anak. Hasil capaian yang menyelesaikan soal matematika dapat dimaksud adalah nilai atau hasil evaluasi dilihat dari indikator ketepatan dan belajar anak. Nilai pelajaran akan naik kecepatan menyelesaikan soal. Dalam turun hal ketepatan menyelesaikan soal, anak tidak secara drastis akibat meningkatkan kemampuan masih konsentrasinya terutama saat melakukan pengurangan, menerima mengalami dalam ketidakmampuan anak mempertahankan dalam sering kemampuan kesulitan, perhitungan angka desimal, perhitungan pelajaran. psikologi prosentase dan pengukuran. Kesalahan perkembangan telah lama meneliti dan lainnya adalah penempatan angka atau berkeyakinan, nilai tempat dan kurangnya pemahaman Para pakar mendengarkan JURNAL PSIKOLOGI musik 3 PERAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENYELESAIAN MATEMATIS terhadap perhitungan dasar yang sering Metode terjadi adalah anak melakukan kesalahan Populasi dan Sampel dalam mengukur benda, menghitung Populasi adalah banyaknya benda (Delphie, 2009). dalam anak-anak penelitian dengan ini kategori penyelesaian penderita simptom gangguan konsentrasi matematis juga mencakup aspek tentang yang diindikasikan berada pada tingkat kecepatan aspek ringan sampai sedang, jenis kelamin ketepatannya. Seorang guru, misalnya laki-laki, usia 6-12 tahun, memiliki bisa Kemampuan di samping kegiatan belajar kemampuan verbal, tidak buta dan tuli, tujuan untuk pernah belajar tentang konsep hitung dan meningkatkan kecepatan yang mana penyelesaian soal-soal hitung, mengikuti anak dapat menghasilkan jawaban yang kegiatan belajar di sekolah. Subjek yang benar dengan waktu pengerjaan (durasi) memenuhi yang lebih singkat. Penggunaan terapi penelitian musik diharapkan menjadi alternatif berkebutuhan khusus (ABK) di Malang yang lebih mudah dan efektif untuk sejumlah 3 anak. memfokuskan mengajarnya dengan syarat di sebagai lembaga terapi sampel anak diterapkan pada anak dengan simptom gangguan konsentrasi dalam Instrumen Penelitian matematika. Instrumen yang digunakan dalam simptom penelitian ini terdiri dari (1) panduan gangguan konsentrasi dapat memperoleh pelaksanaan eksperimen, (2) tritmen atau peningkatan perlakuan, menyelesaikan Sehingga soal anak dengan dalam hal ketepatan (3) musik konsentrasi maupun kecepatan menyelesaikan soal Amazing Focus dari Erbe Sentanu matematika. produksi Digital Media Player, (4) Berdasarkan uraian di atas, maka DVD/VCD player Polytron yang diputar rumusan permasalahan yang diajukan dengan volume 007-010, (5) headphone, dalam penulisan ini adalah “apakah (6) jam atau timer, dan (7) Lembar terdapat peran terapi musik terhadap Kerja. matematis Panduan pelaksanaan dibuat oleh pada anak dengan simptom gangguan peneliti dan divalidasi oleh penilaian konsentrasi” ahli. Hasil validasi oleh peneliaian ahli kemampuan 4 penyelesaian JURNAL PSIKOLOGI PRIYANGGASARI kemudian dianalisis untuk melihat validitas dari panduan pelaksanaan terapi musik. Tritmen muncul saat terapi. perlakukan Instrumen berikutnya adalah musik berupa konsentrasi Amazing Focus dari Erbe pemberian terapi musik. Terapi musik Sentanu produksi Digital Media Player. adalah suatu terapi yang menggunakan Pemilihan musik ini didasarkan pada tiga musik sebagai media yang digunakan hal, secara khusus dalam rangkaian terapi. sebelumnya yang menggunakan musik Terapi ini menuntut keadaan dimana kontemporer sebagai sarana terapi untuk anak duduk diam di kursi dengan anak (Barrera, 2002), 2) Amazing Focus mendengarkan musik melalui headphone dari Erbe Sentanu adalah salah satu tanpa apapun musik kontemporer yang telah ada di selama 10 menit. Selama duduk di kursi, pasaran sehingga mudah diperoleh, dan anak duduk berhadapan dengan terapis. 3) Pembuatan Amazing Focus memiliki Di antara kursi terapis dan kursi anak tujuan untuk meningkatkan konsentrasi. dipisahkan oleh meja kosong. Terapis Musik diputar pada DVD/VCD player merupaan atau meminimalisir distraktor yang mungkin pengkondisan melakukan aktivitas yaitu: prompt Polytron (bantuan) dalam rangka membuat anak Volume duduk menciptakan diperbolehkan diam, memberikan yaitu dengan cara 1) adanya dengan yang penelitian volume dipilih 007-010. harus kenyamanan dapat bagi memegang tangan anak atau kepala anak pendengar. Hal ini sangat berpengaruh untuk memberi isyarat agar anak tetap pada keadaan subjek penelitian, sehingga fokus pada terapis dan musik yang pemilihan diperdengarkan. Adapun properti yang secara fleksibel (Aldridge, 2001). Musik dibutuhkan pada proses ini adalah: diperdengarkan ruangan kosong berukuran 3-4 meter Penggunaan headphone dalam terapi persegi, dinding ruangan bebas dari musik dimaksudkan agar gelombang gambar dan poster, lantai ditutup dengan suara karpet polos warna tidak mencolok, memasuki pusat syaraf dengan tepat. suasana cukup Sehingga otak akan merespon dan penerangan serta ventilasi. Ruangan menstimulasi produksi hormon penenang disetting yang mengkondisikan tubuh menjadi ruangan tenang, sedemikian JURNAL PSIKOLOGI rupa agar volume yang harus melalui dilakukan headphone. diperdengarkan dapat 5 PERAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENYELESAIAN MATEMATIS rileks (Chan et al., 2008). Selain itu, sebanyak 10 buah. Dua buah dikerjakan penggunaan headphone dapat membantu saat pretest dan delapan buah dikerjakan subjek gangguan saat posttest. Untuk dapat mengerjakan konsentrasi untuk lebih fokus terhadap Lembar Kerja ini, dibutuhkan instrumen keseluruhan musik yang diperdengarkan pendukung: pensil, penghapus, kunci dan meminimalisir distraktor suara dari jawaban (untuk digunakan oleh observer luar dan terapis/instruktur). Lembar Kerja ini dengan simptom (Aldridge, headphone 2001). yang Adapun digunakan dalam disesuaikan dengan kondisi dan penelitian ini adalah headphone yang kemampuan anak, sehingga lembar kerja dapat menutup seluruh daun telinga. untuk satu subjek penelitian mungkin Insrumen berikutnya adalah jam digunakan lainnya. Soal matematika tersebut dibuat untuk pewaktu (timer), agar eksperimen berdasarkan observasi, identifikasi dan berjalan asesmen sebelumnya. Soal matematika maupun stopwatch sesuai yang akan berbeda dengan subjek penelitian durasi yang telah ditentukan. Penggunaan stopwatch oleh juga terapis/instruktur program hendaknya dapat disesuaikan dengan pembelajaran kurikulum individual dikontrol agar tidak menjadi perhatian masing-masing subjek penelitian. Setelah pemberian Kurikulum terapi musik, anak diberikan waktu Individual (PPI) istirahat 5 menit untuk menyesuaikan Evaluation Program dengan keadaan tanpa musik sambil kurikulum untuk anak berkebutuhan menunggu soal matematika diberikan. khusus yang telah disesuaikan dengan Namun ketika waktu 5 menit tersebut kebutuhan dan kondisi anak. Kurikulum dirasakan anak terlalu lama, (yaitu ketika ini bersifat individual dan didasarkan anak perilaku pada kemampuan dasar awal (baseline). ketidaksabaran), soal matematika dapat Identifikasi dan asesmen yang mendasari segera diberikan tanpa harus menunggu pembuatan kurikulum PPI dilakukan selama 5 menit. Setelah soal diberikan, secara anak diminta untuk mengerjakannya. profesional yang ahli di bidangnya menunjukkan Lembar matematika 6 Kerja yang berisi memiliki soal paralel dibantu subjek Program fungsional dengan Pembelajaran atau dan penelitian. Individual (IEP) klinis guru/terapis adalah oleh yang menangani anak berkebutuhan khusus JURNAL PSIKOLOGI PRIYANGGASARI (Pramono, 2009b). Jumlah soal dalam terapis/instruktur harus segera mencatat setiap Lembar Kerja adalah 10 item durasi anak mengerjakan Lembar Kerja tanpa pilihan jawaban atau soal dalam tersebut dan segera mempersilahkan bentuk mencongak. Soal matematika anak untuk istirahat. Namum apabila diberikan dalam bentuk lembar kerja, waktu dimana di observer dan terapis/ instruktur harus atasnya sehingga anak hanya mengisikan segera mencatat nomor-nomor yang jawabannya. Lembar soal dan lembar sudah dikerjakan anak dan memeriksa jawaban tidak dipisah, anak langsung jawaban anak. Terapis/instruktur tidak menuliskan jawaban di lembar soal yang diperkenankan mengambil lembar kerja diberikan. untuk tersebut, sebelum anak menyerahkan mengerjakan soal hitung tanpa harus sendiri kepada terapis/instruktur. Hal ini sesuai soal-soal Anak urutan sudah tertulis dibebaskan mengerjakan sudah habis, nomor soal. Waktu dikarenakan apabila terapis/instruktur kesepuluh soal hitung langsung mengambil Lembar Kerja, dalam setiap Lembar Kerja tersebut sedangkan anak merasa belum cukup adalah setengah jam (30 menit), dengan puas dengan jawabannya dikhawatirkan asumsi anak dapat mengerjakan setiap dapat soal selama 3 menit. Ketika anak selesai perasaan kurang percaya diri serta mengerjakan kekecewaan mengerjakan satu nomor, observer memungkinkan pada diri timbulnya anak. Serta maupun terapis/instruktur harus segera kemungkinan anak akan kembali merasa memeriksa terbuka dengan tritmen berikutnya akan jawaban anak dan mencocokkan dengan kunci jawaban. berkurang. Sehingga observer segera mengetahui ketepatan jawaban yang diberikan anak. Pengumpulan Data Apabila anak mengatakan sudah selesai, Data tetapi jawaban yang diberikan anak merupakan data skor masih belum tepat, terapis/instruktur menghitung yang mencangkup diperkenankan anak kecepatan menghitung dan ketepatan Lembar menghitung dalam menyelesaikan soal Kerjanya. Tetapi jika anak menolak matematika. Data ketepatan menghitung untuk memeriksa, observer maupun diperoleh dengan cara menghitung nilai untuk mempersilahkan memeriksa JURNAL PSIKOLOGI ulang dalam penelitian ini kemampuan data 7 PERAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENYELESAIAN MATEMATIS benar pada Lembar Kerja yang telah dikerjakan dan dikalikan 10 poin. Dalam Hasil Subjek 1 (MRA, 11 tahun) 1 Lembar Kerja berisi 10 soal hitung Skor subjek 1 ditabulasi dalam sehingga poin maksimal yang diperoleh table 1. Kesimpulan: p > α (0.414 > dalam setiap sesi adalah 100. Pada setiap 0.05), yang berarti tidak ada pengaruh sesi, subjek dibebani 1 Lembar Kerja terapi yang berisi 10 soal. Data ketepatan menyelesaikan soal matematika pada kemudian disebut dengan skor ketepatan. subjek 1 yang mengalami simptom Data kecepatan menghitung diperoleh gangguan konsentrasi.. musik terhadap Kesimpulan: p < α dengan cara membagi skor ketepatan ketepatan (0.033 < yang diperoleh subjek dengan durasi 0.05), yang berarti ada pengaruh terapi atau waktu yang dibutuhkan subjek musik untuk ketepatan menyelesaikan soal matematika pada tersebut. Data kecepatan menghitung dan subjek 1 yang mengalami simptom ketepatan menghitung diperoleh pada gangguan proses tritmen menyelesaikan soal pada subjek 1 secara diberikan) dan pada proses posttest bertahap meningkat dari posttest satu ke (sesudah tritmen diberikan). posttest berikutnya. Kecepatan Subjek 1 mendapatkan pretest skor (sebelum terhadap meningkat Analisis Data kecepatan konsentrasi. secara Kecepatan signifikan pada posttest ketujuh. Data yang dianalisis adalah data tiap subjek yang menggunakan uji Chi Subjek 2 (IAF, 11 tahun) Square for one sample test. Analisis tiap Skor subjek 2 ditabulasi dalam subjek digunakan untuk mengetahui table 2. Kesimpulan: p < α (0.002 < pada 0.05) ,yang berarti tidak ada pengaruh sesi terapi keberapa subjek mengalami peningkatan skor ketepatan terapi maupun secara menyelesaikan soal matematika pada yang subjek 2 yang mengalami simptom digunakan dalam analisis ini adalah gangguan konsentrasi. Pada subyek 2 SPSS for Windows versi 1.6. terapi musik berpengaruh pada ketepatan signifikan. skor kecepatan Adapun program musik terhadap ketepatan penyelesaian soal. 8 JURNAL PSIKOLOGI PRIYANGGASARI Tabel 1 Posttest 2 Posttest 3 Posttest 4 Posttest 5 Posttest 6 Posttest 7 Posttest 8 Ketepatan (X) 70 70 70 70 70 80 80 80 80 Durasi (Y) 23 15 15 14 10 11 8 7 7 3,043 4,667 4,667 5,000 7,000 7,272 10,00 11,42 11,42 3 5 5 5 7 7 10 11 11 Tahap Skor Kecepatan (X/Y) Pembulatan Kecepatan Rerata Posttest 1 Pretest 1&2 Skor Kecepatan dan Ketepatan Penyelesaian Matematis Subjek 1 Posttest 2 Posttest 3 Posttest 4 Posttest 5 Posttest 6 Posttest 7 Posttest 8 Ketepatan (X) 60 80 80 80 90 100 100 100 100 Durasi (Y) 30 15 15 14 16 18 15 17 15 2,000 5,333 5,333 5,714 5,625 5,555 6,667 5,882 6,667 2 5 5 6 6 6 7 6 7 Tahap Skor Kecepatan (X/Y) Rerata Posttest 1 Pretest 1&2 Tabel 2 Skor Kecepatan dan Ketepatan Penyelesaian Matematis Subjek 2 Pembulatan Kecepatan Posttest 8 Posttest 7 Posttest 6 Posttest 5 Posttest 4 Posttest 3 Posttest 2 Posttest 1 Skor Rerata Tahap Pretest 1&2 Tabel 3 Skor Kecepatan dan Ketepatan Penyelesaian Matematis Subjek 3 60 80 90 90 100 100 100 100 100 Durasi (Y) 16.5 11 12 13 10 11 10 10 10 Kecepatan (X/Y) 3,636 7,272 7,500 6,923 10,00 9,090 10,00 10,00 10,00 4 7 8 7 10 9 10 10 10 Ketepatan (X) Pembulatan Kecepatan ; JURNAL PSIKOLOGI 9 PERAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENYELESAIAN MATEMATIS Ketepatan matematika bertahap menyelesaikan pada subjek meningkat 2 pada soal yang berarti ada pengaruh terapi musik secara terhadap ketepatan menyelesaikan soal posttest matematika keempat dan mengalami peningkatan mengalami secara signifikan pada posttest kelima. konsentrasi. Ketepatan menyelesaikan Posttest kelima hingga kedelapan dilalui soal hitung pada subjek 3 secara subjek dengan skor yang stagnan pada bertahap meningkat pada posttest kedua nilai maksimal. dan Kesimpulan: p > α (0.096 > pada simptom mengalami signifikan subjek 3 gangguan peningkatan pada yang secara posttest keempat. hingga kedelapan 0.05), yang berarti tidak ada pengaruh Posttest terapi dilalui subjek dengan skor yang stagnan musik terhadap kecepatan menyelesaikan soal matematika pada keempat pada nilai maksimal. subjek 2 yang mengalami simptom Kesimpulan: p > α (0.109 > 0.05), yang berarti tidak ada pengaruh gangguan konsentrasi. terapi Subjek 3 (AEL, 12 tahun) musik terhadap kecepatan menyelesaikan soal matematika pada Skor subjek 3 ditabulasi pada tabel subjek 3 yang mengalami simptom 3. Kesimpulan: p < α (0.002 < 0.05), gangguan konsentrasi. Tabel 4 10 Posttest 8 Posttest 7 Posttest 6 Posttest 5 Posttest 4 Posttest 3 Posttest 2 Posttest 1 Subjek Rerata Tahap Pretest 1&2 Skor Ketepatan Subjek 1-3 Analisis Hipotesis 1 70 70 70 70 70 80 80 80 80 Tidak ada pengaruh 2 60 80 80 80 90 100 100 100 100 Ada pengaruh 3 60 80 90 90 100 100 100 100 100 Ada Pengaruh JURNAL PSIKOLOGI PRIYANGGASARI Posttest 2 Posttest 3 Posttest 4 Posttest 5 Posttest 8 Posttest 7 Posttest 1 Tahap Posttest 6 Pretest 1&2 Tabel 5 Skor Kecepatan Subjek 1-3 1 3 5 5 5 7 7 10 11 11 Ada pengaruh 2 2 5 5 6 6 6 7 6 7 Tidak ada pengaruh 3 4 7 8 7 10 9 10 10 10 Tidak ada pengaruh Rerata Subjek Analisis Hipotesis simptom telah menemukan kasus proses belajar diterapi asosiatif pada anjing yang salivanya dengan terapi musik melalui eksperimen menetes pada saat melihat makanan. di Sehingga Pavlov memutuskan untuk Tiga gangguan atas subjek dengan konsentrasi yang menunjukkan kemampuan menyelesaikan matematika yang ketepatan signifikan. meningkat melaksanakan kecepatan peningkatan terapi juga ditandai mengerjakan hitung Skor komperhensif Skor dengan menurunnya soal melakukan setelah musik. meningkat soal durasi setelah penelitian pertanyaan lagi apakah Tabel 4 dan 5 adalah daftar tabulasi skor subjek 1 hingga subjek 3 hal lain satu seperti jenis dapat bel atau cahaya. proses belajar hubungan yang stimulus- respons yang bersifat otomatis atau refleks (bawaan) (Atkinson, et al, 2001). Perilaku perilaku Diskusi anjing Pengkondisian klasik merupakan salah yang dikelompokkan dalam tabel skor kecepatan dan skor ketepatan. menjawab diajarkan mengasosiasi makanan dengan memanfaatkan melaksanakan terapi musik. agar lebih responden yang merupakan bersifat otomatis. Pengkondisian klasik (classical conditioning) berperan atau memunculkan kali situasi yang berbeda dengan situasi asli dikembangkan oleh Ivan Pavlov dengan atau situasi biasanya. Suatu stimulus eksperimen anjing dan salivanya. Pavlov yang Classical pengkondisian conditioning klasik JURNAL PSIKOLOGI pertama respon untuk memunculkan tersebut respon pada tertentu 11 PERAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENYELESAIAN MATEMATIS dioperasikan berpasangan dengan pada 2005). saat yang sama untuk memunculkan mengkondisikan mereka untuk menyukai respon musik dengan beat cepat (misalnya refleks. Stimulus lain itu Apabila rock), dikondisikan untuk memunculkan respon musik refleks yang dimaksud (Alwisol, 2007). menyukai lingkungan maka musik mereka akan rock pula. Dalam hal ini, masyarakat kita Pengkondisian lingkungan dapat terjadi baik sengaja maupun tidak telah lama apabila lingkungan mengapresiasi lebih menerapkan conditioning pada musik pada terhadap anak dari mulai anak masih Misalnya, bayi. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan (kelompok teman masyarakat yang melantunkan nina bobo berperilaku seolah mereka sangat (lullaby) atau lagu pengantar tidur. Dari menikmati musik rock dengan masa bayi, anak telah terkondisi menjadi menunjukkan relaks ketika mendengarkan nina bobo dikenakan dan tarian-tarian bernuansa yang dilantunkan orang tuanya. Nina rock yang dilakukan ketika mendengar bobo musik tersebut, dari berbagai negara selalu suatu aliran jika musik dalam peer sebaya) atribut rock tertentu. group mereka yang maka remaja yang memiliki komponen-komponen musik bergabung dengan peer group tersebut yang Dapat juga akan terkondisi menyukai musik dipastikan nina bobo memiliki efek yang rock. Begitu juga dengan aliran musik sama lainnya. bersifat menenangkan. terhadap anak-anak mendengarkannya, yaitu yang Aplikasi terapi musik berprinsip ketenangan yang mengiring otak mereka menuju pada gelombang akhirnya (2000) & Alwisol (2007) menjelaskan mereka jatuh tertidur. Hal tersebutlah dalam kaitannya dengan respon refleks, yang membuat musik relaksasi secara pada berangsur menjadi musik kesukaan anak istilah-istilah (Djohan, 2006, Djohan, 2009). stimulus (US), yaitu stimulus yang alfa sehingga pengkondisian pengkondisian berikut: klasik. klasik Beoree dikenal unconditioned Pada perkembangan berikutnya, belum menjadi kebiasaan. Stimulus ini anak yang beranjak menjadi remaja juga disebut stimulus asli; unconditioned mulai dari response (UR), yaitu respon yang belum sekitarnya (Santrock, menjadi kebiasaan. Respon ini juga melakukan lingkungan di 12 modeling JURNAL PSIKOLOGI PRIYANGGASARI asli response (UR) yaitu perasaan senang. mengikuti stimulus asli; conditioned Jika perlakuan tersebut terus diulang stimulus (CS), yaitu stimulus yang sudah maka respon senang ini akan menjadi menjadi kebiasaan atau stimulus yang conditioned response (CR). disebut respon asli. Respon dipelajari (dikondisikan); conditioned Demikian pula dengan respon lain response (CR), yaitu respon yang sudah yang menjadi kebiasaan atau respon yang memperdengarkan musik, seperti respon dipelajari (dikondisikan). duduk tenang. Apabila pada anak-anak Subjek penelitian terapi musik adalah anak-anak gangguan dengan ini diperdengarkan musik yang bersifat simptom relaksasi, maka musik ini akan menjadi Anak-anak unconditioned stimulus (US). Respon dengan konsentrasi. dihasilkan dengan simptom gangguan konsentrasi yang apabila dihadapkan pada soal-soal yang musik ini adalah perasaan tenang yang menuntut perhatian tinggi dan rentang diimplementasikan dengan duduk konsentrasi yang lama seperti soal tenang. duduk tenang matematika akan merespon tidak senang. merupakan unconditioned response (UR) Pada yang anak-anak ini diperdengarkan dihasilkan dari mendengarkan Perilaku dihasilkan dari mendengarkan musik konsentrasi dari jenis musik musik yang bersifat relaksasi. Jika kontemporer yang meditatif dan bersifat setelah relaksasi. menjadi unconditioned stimulus (US), peneliti unconditioned stimulus (US). Respon memasangkannya dengan soal hitung yang sebagai conditioned stimulus (CS), maka musik Musik dihasilkan ini ini akan dari adalah mendengarkan perasaan senang yang memberikan terjadi adalah musik sebagai unconditioned Jika stimulus (US) dan conditioned stimulus sebagai (CS) direspon dengan unconditioned unconditioned stimulus (US), peneliti response (UR) yaitu perilaku duduk memasangkannya dengan soal hitung tenang. Jika perlakuan tersebut terus sebagai conditioned stimulus (CS), maka diulang maka respon duduk tenang ini yang unconditioned akan menjadi conditioned response (CR) stimulus (US) dan conditioned stimulus Apabila respon yang dihasilkan (CS) direspon dengan unconditioned dari mendengarkan musik ini adalah unconditioned setelah response memberikan terjadi adalah JURNAL PSIKOLOGI (UR). musik 13 PERAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENYELESAIAN MATEMATIS perilaku duduk tenang, maka perilaku diselesaikan dengan cara melakukan berikutnya yang dimungkinkan muncul koreksi. Jika perlakuan tersebut terus adalah perilaku menyelesaikan tugas. diulang maka respon melakukan koreksi Perilaku akan menjadi conditioned response (CR) menyelesaikan tugas merupakan unconditioned response (UR) dari yang memberikan soal matematika. dihasilkan dari mendengarkan mendengarkan musik dan musik yang bersifat relaksasi. Musik Berdasarkan hal tersebut, maka relaksasi memberikan efek relaks dan faktor yang mempengaruhi peningkatan suasana kondusif sehingga membantu kemampuan anak menumbuhkan keinginan untuk adalah faktor dari diri subjek dan faktor menyelesaikan setelah dari luar subjek. Faktor dari diri subjek sebagai misalnya kurang adanya keinginan untuk tugas. memberikan Jika musik penyelesaian matematis unconditioned stimulus (US), peneliti melakukan memasangkannya dengan soal hitung disebabkan oleh beberapa hal, contohnya sebagai conditioned stimulus (CS), maka adanya stimulus dari luar berupa suara yang bising dan suara tawa dari teman- terjadi adalah unconditioned koreksi. Hal ini bisa stimulus (US) dan conditioned stimulus temannya (CS) direspon dengan unconditioned untuk belajar berkurang. Hal lain yang response (UR) yaitu perilaku duduk mempengaruhi peningkatan kemampuan tenang dan menyelesaikan soal hitung penyelesaian matematis yang berasal yang diberikan. Jika perlakuan tersebut dari diri subjek adalah faktor makanan. terus Anak diulang maka respon yang dengan membuat simptom keinginan gangguan menyelesaikan tugas karena suasana konsentrasi yang neurotransmitter (seperti yang dialami kondusif ini akan menjadi conditioned response (CR). akibat adanya aktivitas anak ADHD dan autisme) diharuskan Musik relaksasi juga memberikan melakukan diet makanan yang biasanya kondusif disebut CFGF (Casein Free Glutein sehingga membantu anak untuk tetap Free). Hal ini dikarenakan apabila anak- duduk menumbuhkan anak seperti ini mengkonsumsi makanan meminimalisir yang mengandung kedua bahan tersebut efek relaks tenang keinginan kesalahan 14 dan suasana dan untuk dari tugas yang telah (Casein dan Glutein) maka akan JURNAL PSIKOLOGI PRIYANGGASARI menyebabkan hilangnya kontrol (lost- bagus control) pada anak. Sehingga akan diintervensi, menyebabkan anak tersebut melakukan tantrum atau perilaku agresi. Namun hal-hal yang tidak biasa, diantaranya apabila mood anak sedang baik, maka tantrum, tidak dapat mengontrol perilaku anak akan dengan mudah diarahkan dan repetitif dan tidak dapat mengontrol intervensi dapat berjalan dengan baik konsentrasi. (Masdar, 2009). Apabila anak-anak ini sedang dalam kondisi seperti di atas, kemudian Hal dipaksakan akan lain yang untuk mengakibatkan juga perlu maka akan sulit untuk dikendalikan dan diperhatikan adalah waktu pelaksanaan intervensi yang diberikan tidak akan eksperimen. Eksperimen terapi musik berhasil (Pramono, 2009a). pada jam hening dilakukan siang hari Faktor lain yang mempengaruhi setelah anak pulang sekolah. Saat itu, kinerja subjek adalah mood subjek. anak cenderung merasa capek adan tidak Keterlibatan mood mempunyai peran sesegar saat pagi hari sebelum berangkat yang penting dalam penurunan perilaku sekolah. Hal ini juga dapat memicu sulit konsentrasi. Salah satu pandangan perubahan mood anak menjadi negatif yang menonjol adalah bahwa gangguan (Masdar, 2009). Perlu diperhatikan juga konsentrasi melibatkan pola genetis yang kondisi fisik anak saat eksperimen terapi given (sudah ada sejak lahir), yaitu musik dikenakan pada anak. Terdapat kurang aktifnya otak bagian depan dari subjek yang sedang sakit saat menjalani korteks otak besar, bagian otak yang eksperimen terapi musik. Kondisi yang bertranggung jawab untuk menghambat tidak fit, dapat mempengaruhi performa impuls-impuls dan mempertahankan self subjek control (Barkley dalam Nevid, 2003). eksperimen terapi musik. Pengaruh dari Apabila pertahanan kontrol diri anak kondisi lemah, maka mempengaruhi fluktuasi memberikan pengaruh negatif (Masdar, mood anak. Fluktuasi ini nantinya akan 2009). Hal ini dapat ditunjukkan dengan mempengaruhi menurunnya skor subjek saat menjawab intervensi hasil yang dari sedang berbagai dijalaninya, dalam menjalani rangkaian yang tidak fit pasti akan Lembar Kerja. termasuk mengerjakan Lembar Kerja. Dapat dikatakan bahwa metode Apabila mood anak yang sedang tidak terapi musik ini tidak signifikan secara JURNAL PSIKOLOGI 15 PERAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENYELESAIAN MATEMATIS skor menerima tugas dengan lebih baik. kecepatan Apabila kondisi relaks pada otak anak mengerjakan soal hitung pada anak dapat bertahan lebih lama, maka anak dengan simptom gangguan konsentrasi. juga tidak akan keberatan melakukan Namun, sumbangan terapi musik untuk koreksi terhadap tugas yang diberikan mengobati gangguan cukup bermakna, untuknya, sehingga terdapat usaha dari artinya terapi musik cukup pantas untuk anak untuk meminimalisir kesalahan dipertimbangkan yang mungkin terjadi. statistik untuk ketepatan meningkatkan maupun pemakaiannya. Refleksi dari pengurangan simptom gangguan konsentrasi dapat ditunjukkan Kepustakaan dengan lebih aktifnya proses berpikir anak, sehingga berdampak pada meningkatnya skor ketepatan maupun kecepatan dalam mengerjakan soal hitung. Pada umumnya peningkatan skor ketepatan yang ditunjukkan subjek penelitian bersifat bertahap, kemudian stagnan pada skor maksimal. Sedangkan pada peningkatan skor kecepatan yang ditunjukkan fluktuatif subjek penelitian lebih meskipun secara umum meningkat secara bertahap. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya efek dari tritmen jam hening juga bertahap. Tahapan peningkatan ini sesuai dengan prinsip conditioning (pembiasaan). Anak dengan simptom gangguan konsentrasi dibiasakan mendengarkan musik relaksasi pada tritmen terapi musik, agar otak terkondisi relaks sehingga dapat 16 Aldridge, D. (2001). Music therapy research: a review of references in the medical literature. London: Jessica Kingsley Publisher Alwisol. (2007). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., Bem, D. J. (2001). Pengantar psikologi Edisi 11 Jilid 1. Batam: Interaksara. Barrera, M. E., Rykov, M. H., & Doyle, S. L. (2002). The effects of interactive music therapy on hospitalized children with cancer: A pilot study. Wiley Interscience Psycho-ontology, 11, 379–388. Beoree, C. G. (2005). Sejarah psikologi dari masa kelahiran sampai masa modern.Yogyakarta: Prismasophie. Chan, M. F., Chung, Y. F. L., Chung, S. W. A. & Lee, O. K. A. (2008). Investigating the physiological responses of patients listening to music in the intensive care unit. Journal of Clinical Nurshing, 18, 1250–1257. JURNAL PSIKOLOGI PRIYANGGASARI Delphie, B. (2006). Pembelajaran anak berkebutuhan khusus dalam setting pendidikan inklusi. Bandung: Refika Aditama. Delphie, B. (2009). Matematika untuk anak berkebutuhan khusus. Sleman: KTSP. Djohan. (2006). Terapi musik teori dan aplikasi. Yogyakarta: Galangpress. Djohan. (2009). Psikologi Yogyakarta: Galangpress. musik. Indrawan, Y. (2009). Studi Kasus: Anak dengan Gangguan Konsentrasi. (Online), (http://www.docstoc.com), diakses pada 13 Maret 2010) Masdar. (2009). Terapi biomedis pada autisme. Disampaikan pada Pelatihan Internal (Tingkat Dasar). Di Rumah Sakit Islam Universitas Islam Malang, 14-16 Februari. Pramono, Amelia. (2009b). Pendidikan Inklusi (Sekolah Ramah untuk Semua). Disampaikan pada Pelatihan Internal (Tingkat dasar). Di Rumah Sakit Islam Universitas Islam Malang Malang, 14-16 Februari. Santrock, J. W. (2005). Life-span development. Jakarta: Erlangga. Vombunomb. (2009). Pengaruh musik terhadap psikologi manusia. (Online), (http://indonesian.irib.ir, diakses pada 12 Mei 2010). Yunitasari, L. (2008). Terapi musik untuk anak balita, panduan untuk mengoptimalkan kecerdasan anak melalui musik. Yogyakarta: Cemerlang Publishing. Meruya, P. (2008). Gangguan konsentrasi belajar pada anak. (Online), (http://primagamameruya.wordpre ss.com, diakses pada 12 Mei 2010) Nevid, J. S., Rathus, S. A. & Greene, B. (2003). Psikologi abnormal Jilid 2, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Ningrum, D. W. (2009). Anak berkebutuhan khusus, apa haknya? (Online), (http://dwiwahyuningrum.blogspot .com, diakses pada 12 Mei 2010) Pramono, A. (2009a). Anak berkebutuhan khusus. Disampaikan pada Pelatihan Internal (Tingkat dasar). Di Rumah Sakit Islam Universitas Islam Malang,14-16 Februari. JURNAL PSIKOLOGI 17