PERANCANGAN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH BERBASIS PLC Oleh : Jayadi1), Didik Notosudjono2), Agustini Rodiah Machdi3) e-mail : [email protected] ABSTRAK Automatic Transfer Switch (ATS) adalah peralatan sistem yang dapat mengatur pergantian suplai catu daya listrik dari sumber listrik utama dari PLN ke sumber listrik cadangan atau genset yang bekerja secara otomatis dengan mengendalikan pengaturan waktu. PLC digunakan sebagai switch control sistem Automatic Transfer Switch yang bekerja secara otomatis dan manual dalam mengatur waktu operasi dari masing – masing unit pembangkit dalam upaya mensuplai beban. Dimana controler dari PLC ini bekerja sesuai instruksi yang telah dibuat oleh perancang dalam bentuk bahasa pemrograman ladder diagram sehingga pengaturan waktu operasi perpindahan PLN saat terjadi pemadaman listrik ke genset dapat di tentukan secara fleksibel sesuai keinginan. Penerapan kontroler sistem Automatic Transfer Switch berbasis PLC ini diterapkan pada beban skala kecil yaitu beban rumah tangga dengan kapasitas tegangan 1 fasa dari setiap sumber listrik. Kata Kunci : Sistem Automatic Transfer Switch, otomatis, PLC 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Catu daya utama PLN sangat berpengaruh terhadap penyedian energi listrik bagi layanan publik, baik itu daya besar maupun daya kecil. Akan tetapi suplai daya utama yang berasal dari PLN tidak selamanya kontinu dalam penyalurannya. Suatu saat pasti terjadi pemadaman total yang dapat di sebabkan oleh gangguan pada sistem pembangkit, atau gangguan pada sistem transmisi dan sistem distribusi. Sehingga jika PLN padam, maka suplai energi listrik pun berhenti, dan akibatnya seluruh aktifitas produksi pun berhenti. Berdasarkan hal di atas agar tidak terjadi pemadaman total pada penerangan ruangan maupun daerah penting yang harus mendapat suplai energi listrik secara terus- menerus, maka dibutuhkan generator set (genset) sebagai back-up suplai utama (PLN). Sebagai kontrol kapan genset mengambil alih suplai tenaga listrik ke beban ataupun sebaliknya maka diperlukan sistem kontrol yang dapat bekerja secara otomatis untuk menjalankan genset saat terjadi pemadaman dari PLN. Kontrol otomatis tersebut biasanya disebut Automatic Transfer Switch (ATS) atau sistem interlok PLN - Genset. 1.2. Tujuan Maksud dan tujuan tugas akhir ini adalah Merancang suatu alat sistem Automatic Transfer Switch, dimana pengontrolan melalui PLC Omron CPM1A-30CDR-A yang telah di program melalui software CX Programmer 9.0 yang berupa ladder diagram. 2. LANDASAN TEORI 2.1. Automatic Transfer Switch ( ATS ) Automatic Transfer Switch (ATS) adalah peralatan sistem yang dapat mengatur pergantian suplai catu daya listrik dari sumber listrik utama dari PLN ke sumber listrik cadangan atau genset yang bekerja secara otomatis dengan mengendalikan pengaturan waktu. Fungsi ATS sebagai pengganti saklar pemindah posisi. Sumber listrik yang pada metode-metode terdahulu digunakan untuk memindahkan handel/saklar sumber listrik utama dari PLN ke sumber listrik cadangan/genset. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 1 Sumber : http:///images/amf-panel/big/amfpanel-2.jpg Gambar 2.1 Panel ATS AMF 2.2. Genset Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah satu set peralatan gabungan dari dua perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau alternator. Engine sebagai perangkat pemutar sedangkan generator atau alternator sebagai perangkat pembangkit listrik. Engine dapat berupa perangkat mesin diesel berbahan bakar solar atau mesin berbahan bakar bensin, sedangkan generator atau alternator merupakan kumparan atau gulungan tembaga yang terdiri dari stator ( kumparan statis ) dan rotor(kumparan berputar) . (http://article&id=135:genset&catid=50:boilergenset&Itemid=620). Sumber: http:/ / s_3823929_genset-firmanfpg7800e3.jpg Gambar 2.2 Genset 1 Fasa 2.3 Ununinterruptible Power Supply (UPS) UPS adalah singkatan dari anuninterruptible power supply yang merupakan peralatan listrik yang fungsi utamanya adalah untuk menyediakan listrik tambahan pada bagian tertentu dari komputer, seperti monitor, CPU, atau bagian lain yang penting untuk mendapatkan asupan listrik secara terusmenerus. UPS juga disebut sebagai battery backup atau uninterruptible power source. Sumber : http:// image/Power%20Supply/ICA%20UPS500x500.jpg Gambar 2.3 UPS 2.4. Relay Relay adalah Saklar (switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (slektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan prinsip elektromagnetik untuk menggerakkan kontak saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A. (http://teknikelektronika.com/pengertian-relayfungsi-relay/) Sumber : http://teknikelektronika.com/pengertian-relayfungsi-relay/ Gambar 2.4 Relay dan simbol relay 2.4.1. Prinsip kerja relay Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu : 1. Electromagnet (Coil). 2. Armature. 3. Switch Contact Point (Saklar). 4. Spring. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2 Sumber : http://teknikelektronika.com/pengertianrelay-fungsi-relay/ Gambar 2.5 Bagian-bagian relay Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu : Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup) Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka). 2.4.2. Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan elektronika diantaranya adalah : 1. Relay digunakan untuk menjalankan fungsi logika (logic function). 2. Relay digunakan untuk memberikan fungsi penundaan waktu (time delay function). 3. Relay digunakan untuk mengendalikan sirkuit tegangan tinggi dengan bantuan dari signal tegangan rendah. 4. Ada juga relay yang berfungsi untuk melindungi motor ataupun komponen lainnya dari kelebihan tegangan ataupun hubung singkat (short). yang saat ini menggunakan listrik, mulai dari AC, komputer/laptop, lampu dan masih banyak lagi. Kebanyakan pelanggan PLN di Indonesia saat ini masih menggunakan MCB 2 A, hal ini dikarenakan banyaknya pelanggan yang menggunakan daya 450VA (Volt Ampere). Pelanggan yang menggunakan daya 450VA akan menggunakan MCB dengan nominal 2A, dengan perhitungan tegangan di Indonesia adalah (standar rata-rata) 220 Volt jika daya yang terpasang di rumah yang perlu dilakukan hanyalah membagi 450 dengan 220, hasilnya akan 2,04 sehingga kita membutuhkan MCB dengan nominal 2 Ampere. Di bawah ini beberapa satuan listrik sebagai berikut: Satuan dari tegangan istrik: Volt Satuan dari arus listrik: Ampere Satuan dari hambatan listrik: Ohm Satuan dari daya listrik: Watt Setelah mengetahui satuan-satuan listrik diatas apa yang dimaksud dengan MCB dan apa sebenarnya fungsi dari MCB. Jelas sekali MCB memiliki fungsi yang sangat fital dalam suatu instalasi listrik, bila MCB memang tidak memiliki fungsi maka tidak akan mungkin jika dipasang dalam suatu instalasi. MCB sendiri terdiri dari MCB 1 fasa, 2 fasa dan 3 fasa. Pada dasarnya MCB 2 fasa adalah gabungan dari dua buah MCB 1 fasa, sedangkan MCB 3 fasa merupakan gabungan tiga buah dari MCB 1 fasa. ( http://www.miung.com/2013/pengertiandan-fungsi-mcb-miniature.html ). 2.5. Miniature Circuit Breaker ( MCB ) MCB merupakan kependekan dari Miniature Circuit Breaker (bahasa Inggris). Biasanya MCB digunakan oleh pihak PLN untuk membatasi arus sekaligus sebagai pengaman dalam suatu instalasi listrik. MCB berfungsi sebagai pengaman hubung singkat (konsleting) dan juga berfungsi sebagai pengaman beban lebih. MCB akan secara otomatis dengan segera memutuskan arus apabila arus yang melewatinya melebihi dari arus nominal yang telah ditentukan pada MCB tersebut. Arus nominal yang terdapat pada MCB adalah 1A, 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dan lain sebagainya. Nominal MCB ditentukan dari besarnya arus yang dihantarkan, satuan dari arus adalah ampere. Jadi jika MCB dengan arus nominal 2 ampere maka hanya perlu ditulis dengan MCB 2A. Banyak perangkat Sumber: http://www.listrikshop.com/product.php?category= 21 Gambar 2.6 Miniatur Circuit Breaker 2.6. Programmable Logic Controller (PLC) Programmable Logic Controller ( PLC ) pada dasarnya adalah sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu sistem operasi atau proses kerja mesin. Proses kontrol PLC terhadap suatu sistem operasi dilakukan dengan cara menganalisa input kemudian mengatur kondisi output sesuai keinginan pengguna. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3 Menurut National Electrical Manufacturing Association ( NEMA ) PLC didefinisikan sebagai suatu perangkat elektronik digital dengan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksiinstruksi yang menjalankan fungsi-fungsi spesifik seperti: logika, sekuensial, timing, counting, dan aritmatika untuk mengontrol suatu mesin industri atau proses industri sesuai dengan yang diinginkan. PLC mampu mengerjakan suatu proses terus menerus sesuai variabel masukan dan memberikan keputusan sesuai keinginan pemrograman sehingga nilai keluaran tetap terkontrol. ( http://aplc.blogspot.com/2013/07/apa-plc-itu.html ). 2.6.1. Perangkat Pemrograman Pada dasarnya PLC secara umum diprogram dengan menggunakan instruksi - instruksi yang relatif sejenis. Perbedaan terletak pada mekanisme untuk memasukan program kedalam memori PLC tersebut, dalam hal ini ada dua perangkat pemrograman yang biasa digunakan yaitu: 1. Miniprogrammer atau Console Miniprogrammer atau dikenal juga manual programmer adalah sebuah perangkat seukuran kalkultaor saku yang berfungsi memasukan instruksi-instruksi program ke dalam PLC. Umumnya instruksi-instruksi program dimasukan dengan mengetikkan simbol-simbol ladder menggunakan mnemonic. Dalam hal ini simbolsimbol LD, OR LD, AND OUT adalah mnemonic mnemonic yang dapat berbeda tergantung vendor pembuat PLC tersebut ( misalkan instruksi LD ekivalen dengan instruksi STR pada PLC produksi Allen Bradley ), sedangkan bilangan numeris 00000, 00002, 00100, dan 00101 adalah parameter yang berupa alamat-alamat terminal masukan dan terminal keluaran PLC tersebut ( Iwan Setiawan, 2006:56 ). Gambar 2.7 di bawah ini menunjukan koneksi miniprogrammer dengan PLC : Sumber : Iwan Setiawan, 2006:56 Gambar 2.7 Miniprogrammer Sebagai Perangkat Pemrograman PLC 2. Personal Computer (PC) Pemrograman menggunakan media komputer atau PC menjadi lebih menarik dan sangat efektif untuk menguji program ladder sebelum ditransfer pada memori PLC. Berkaitan dengan arsitekturnya yang bersifat general purpose dan sistem operasinya yang standar, umumnya vendor-vendor PLC menyertakan perangkat lunak PC untuk mengimplementasikan pemasukan program ladder, pengeditan, dokumentasi dan program monitoring real time PLC, gambar PC sebagai perangkat pemrograman PLC dapat dilihat pada gambar 2.8 di bawah ini: Sumber : Iwan Setiawan, 2006:57 Gambar 2.8 PC Sebagai Perangkat Pemrograman PLC Berikut merupakan tampilan dari perangkat lunak yang umum dipakai pada program PLC yaitu pada gambar 2.9 di bawah ini : Sumber : CX-Programmer 9.0 Gambar 2.9 Tampilan Perangkat Lunak CXProgrammer 9.0 2.7. PLC OMRON CPM1-A CPM1-A adalah adalah tipe PLC pabrikan Omron yang berfungsi sebagai controller atau pengenadali sistem kerja suatu mesin. Dimana PLC tipe ini terdiri dari beberapa jenis berdasarkan tipe modul keluarannya yaitu keluaran jenis output relay, dan keluaran jenis output transistor ( PNP/NPN). (Electronics Instrumentation & PLC DKT 314). Berdasarkan jumlah input dan outputnya ( I/O ) PLC Omron CPM1-A terbagi menjadi 4 yaitu : 10 Port I/O 20 Port I/O 30 Port I/O 40 Port I/O Dari ke empat kategori jenis PLC di atas, PLC Omron tersebut terbagi menjadi dua jenis Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4 berdasarkan tipe suplai tegangannya, yaitu PLC Omron dengan suplai tegangan AC dan PLC Omron dengan suplai tegangan DC untuk catu daya CPU nya. (Electronics Instrumentation & PLC DKT 314). Seperti halnya PLC pada umumnya PLC Omron CPM1-A dapat di program dengan dua cara yaitu : 1. Melalui Programming Console. 2. Melalui PC ( Komputer ) dengan media perangkat lunak CX Programmer. Gambar 2.10 di bawah ini adalah bentuk fisik dari PLC Omron CPM1A: 3. PERANCANGAN PROGRAM ALAT DAN 3.1. Flow Chart Diagram Perancangan sistem ATS PLN-UPS-Genset ini menggunakan perangkat PLC sebagai pengontrolnya yang berfungsi mengatur bekerjanya dua sumber back up pembangkit listrik pada sistem. Sistem ATS ini juga dapat di operasikan secara otomatis dan manual. Untuk operasi secara otomatis akan bekerja secara bergantian yaitu sumber utama PLN yang di back up oleh UPS dan genset untuk mensuplai beban berupa lampu penerangan. Berikut flowchart diagram ATS pada gambar 3.1 di bawah ini : Sumber : Electronics Instrumentation & PLC DKT 314 Gambar 2.10 PLC Omron CPM1-A 2.8. Kabel Downloader RS 232C USB Tipe USB CQM1-CIF02 Kabel serial jenis RS 232C model USB-CQM1CIF02 adalah kabel serial yang digunakan untuk mentransfer data dari komputer/PC ke PLC maupun sebaliknya, dalam telekomunikasi, RS-232C adalah standar untuk transmisi komunikasi serial data. Kabel ini secara resmi mendefinisikan sinyal yang menghubungkan antara DTE (Data Terminal Equipment) seperti terminal komputer, dan DCE (Data Circuit Terminating Equipment), awalnya didefinisikan sebagai peralatan komunikasi data, seperti modem. RS-232 standar umumnya digunakan dalam port serial komputer. Standar ini mendefinisikan karakteristik listrik dan waktu sinyal, arti dari sinyal dan ukuran fisik dan pin out konektor (http://en.wikipedia.org/wiki/RS-232). Gambar 2.11 menunjukan kabel downloader RS 232C model USB-CQM1-CIF02: Sumber : Author Gambar 3.1 Flowchart Diagram ATS 3.2. Perancangan Panel ATS Perancangan panel ATS ini dilakukan denga beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : 1. Perancangan Program. 2. Wiring Input/Output PLC. 3. Perancangan Rangkaian Daya. Perancangan Program Perancangan program pada PLC Omron Tipe CPM1-A ini dilakukan menggunakan media software CX-Programmer 9.0 dimana program ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Ladder Diagram. 3.2.1. Sumber : http://www.buyplccable.com/goods-33usb-cn226-usb-adapter-for-omron-cs-cj-cqm1hcpm2c-plc.html Gambar 2.11 Kabel Downloader RS 232C Tipe USB CQM1-CIF02 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5 3.2.2. Perancangan Modul Input dan OutPut Dari ladder diagram yang telah dibuat selanjutnya dapat memasang komponen input maupun output pada PLC. Pemasangan komponen input dan output ini harus sesuai dengan alamat dari masing-masing komponen atau kontak yang akan dipasang yaitu dengan melihat alamat yang terdapat pada ladder diagram yang telah dibuat. 1. Perancangan Modul Input Komponen input yang dipakai pada perancangan ini yaitu menggunakan tiga buah Push Button dan tujuh buah Togle Switch. Berikut rangkaian pemasangan komponen input pada PLC Omron CPM1A seperti pada gambar 3.2 di bawah ini : Berikut rangkaian pemasangan komponen output pada PLC Omron CPM1A pada gambar 3.3 di bawah ini : Sumber : Author Gambar 3.3 Perancangan Komponen Output Pada PLC Di bawah ini tabel 3.2 keterangan alamat komponen output PLC pada gambar 3.3 di atas. Tabel 3.2 Keterangan Alamat Komponen Output PLC NO 1 Sumber : Author Gambar 3.18 Perancangan Komponen Input Pada PLC Di bawah ini tabel 3.2 keterangan alamat komponen output PLC pada gambar 3.3 di atas. Tabel 3.1 Keterangan Alamat Komponen Input PLC NO KOMPONEN FUNGSI Start ( Start Auto Mode ) Stop ( Stop Auto Mode ) ON/OFF PLN Push Button Start 2 Push Button Stop 3 Togle Switch PLN 4 Togle Switch UPS 5 Togel Switch A/M 6 Togle Switch PLN (Manual) ON/OFF PLN ( Manual ) 0.05 7 Togle Switch UPS (Manual) ON/OFF UPS ( Manual ) 0.06 Togle Switch Starting Genset (Manual) Togle Switch Genset (Manual) ON/OFF Starting ( Manual ) ON/OFF Genset ( Manual ) Push Button Emergency Stop Emergency 8 9 10 FUNGSI Sebagai kontak PLN ALAMAT 10.00 2 Relay 2, Volt AC 220 10.01 3 Relay 3, Volt AC 220 4 Relay 4, Volt AC 220 5 Relay 5, Volt AC 220 6 Pilot Hijau Pilot Kuning Pilot Merah Sebagai Kontak UPS Sebagai Kontak Starting Ganset Sebagai Kontak Ganset Sebagai kontak off genset Indikator PLN ON Indikator UPS ON Indikator Ganset ON ALAMAT 1 ON/OFF UPS Auotomatic / Manual KOMPONEN Relay 1, 220 Volt AC 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 7 8 Lamp Lamp Lamp 10.02 10.03 10.07 10.04 10.05 10.06 Sumber : Author 0.07 0.08 0.09 Sumber : Author 2. Perancangan Modul Output Komponen output yang dipakai pada perancangan ini adalah 4 buah relay omron 220 Volt AC 8 pin serta tiga buah Pilot Lamp 220 Volt AC sebagai indikator. Pemasangan komponen output ini sesuai dengan alamat yang terdapat pada ladder diagram. 3.2.3. Perancangan Rangkaian Daya Perancangan alat automatic transfer switch aliran daya listrik dilakukan oleh terminal atau kontak-kontak bantu relay, dimana sumber listrik baik dari PLN, UPS dan Genset tidak langsung ke beban melainkan melalui kontakkontak relay terlebih dahulu, dimaksudkan untuk keamanan pada perangkat PLC dan juga untuk mencegah terjadinya short circuit akibat perbedaan sumber tegangan dari ketiga sumber listrik. Berikut rangkaian daya sistem ATS pada gambar 3.4 di bawah ini : Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6 Sumber : Author Gambar 3.4 Rangkaian Daya Sistem ATS 4. PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian waktu Pengujian waktu ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan perpindahan sumber listrik, saat terjadinya pemadaman listrik dari sumber utama PLN ke UPS dan ke genset. Untuk pengujian berapa lama waktu yang diperlukan saat perpindahan sumber listrik dapat menggunakan stopwatch untuk mempermudah penghitungannya. Perhitungan waktu ini juga di maksudkan agar sesuai dengan keceptan waktu yang di buat pada program PLC. Berikut data hasil pengujian perhitungan waktu pada 4.1 di bawah ini : Tabel 4.1 Data Pengujian Waktu operasi ATS perpindahan dari ketiga sumber hanya memerlukan waktu 1 detik, pada saat starting genset memerlukan waktu rata-rata 4 detik berdasarkan pengujian dengan stop watch atau terpasang pada program 40 ms, ini di karenakan pada saat starting genset diperlukan usaha untuk mencapai putaran mesin genset normal, setelah genset telah mencapai putaran dan tegangan normal maka genset mensuplai listrik ke beban selama PLN padam dan pada saat PLN telah menyala sedangkan genset masih standby ini di maksudkan apabila terjadi pemadaman kembali secara tiba-tiba oleh PLN sehingga diperlukan waktu standby genset selama rata-rata 6 detik berdasarkan pengujian dengan stop watch atau pada program terpasang 60ms. Dari perpindahan setiap sumber listrik baik PLN ke UPS, UPS ke genset dan kembali ke PLN tidak terjadi kedip pada beban lampu penerangan karena waktu perpindahan setiap sumber listrik tidak terlalu lama hanya memerlukan waktu 1 detik. 4.2 Pengujian Switching Perpindahan Daya Perancangan sistem automatic transfer switch menggunakan 2 back up sumber daya listrik yaitu UPS dan genset, dengan demikian terjadi perpindahan switching daya listrik dari sumber utama PLN ke UPS dan genset dengan kapasitas tegangan 1 fasa dari masing-masing sumber listrik. Perpindahan switching daya listrik mengakibatkan terjadinya perubahan daya yang dihasilkan oleh UPS dan genset dikarenakan daya yang dihasilkan oleh UPS dan genset berbeda-beda. Pengujian dilakukan dengan menggunakan multimeter untuk mengetahui daya yang di hasilkan. Adapun hasil pengukuran daya yang dihasilkan tiaptiap sumber listrik dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Daya Percobaan 1 2 3 4 Sumber : Author Dari tabel 4.1 di atas dapat di jelaskan saat percobaan sebanyak 5 kali, percobaan waktu Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5 Satuan Tegangan (V) Arus ( I ) Tegangan (V) Arus ( I ) Tegangan (V) Arus ( I ) Tegangan (V) Arus ( I ) Tegangan (V) Arus ( I ) PLN 208,2 Sumber UPS Genset 210,4 227,7 2,5 212,3 2,6 213,6 2,8 227,5 2,0 216,9 2,9 214,3 3,6 227,3 3,8 219,4 2,8 214,0 3,2 227,7 2,7 217,6 2,8 214,0 2,8 228,1 2,7 2,4 2,8 7 Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa tegangan dan arus yang di hasilkan dari setiap sumber listrik berbeda-beda, pada saat sumber utama PLN tegangan tertingi yang dihasilkan sebesar 219 V arusnya sebesar 3,8 A, pada saat UPS menggantikan sumber listrik utama tegangan tetinggi yang dihasilkan 214 V, arusnya sebesar 2,8 A, pada saat genset yang menggantikan sumber utama dan UPS tegangan tertinggi yang dihasilkan genset tersebut sebesar 228 V, arusnya 3,6 A dari 5 kali pengujian ini pada beban yang berupa lampu penerangan tetap menyala dengan cerah karena tegangan dan arus yang di hasilkan normal tidak terjadi penurunan yang signifikan. 4.3 Pengujian Kontroler sistem Automatic Transfer Switch Sistem pengontrolan Automatic Transfer Switch PLN-UPS-Genset menggunakan PLC Omron CPM1A-30CDR-A yang di operasikan secara otomatis dan manual dengan menggunakan 9 buah input, 3 buah push button untuk push button start, push button off, dan push button emergency serta 6 buah togle switch sebagai pensaklaran unit-unit pembangkit, yaitu untuk togle switch mode automanual, togle swich PLN, togle switch UPS pada mode auto, pada mode manual togle switch PLN, togle switch UPS, togle switch starting genset dan togle switch genset. Pengujian kontroler sistem ATS ini dilakukan untuk mengetahui sistem bekerja. Pada pengujian sistem automatic transfer switch ini dilakukan dengan dua tahap yaitu : 1 Sistem automatic transfer switch mode otomatis. 2 Sistem automatic transfer switch mode manual. 1 Pengujian Mode Otomatis Pengujian mode otomatis ini dilakukan pada sistem ATS akan melakukan perpindahan unit pembangkit secara bergantian berdasarkan logika sesuai program yang telah dibuat. Berikut langkahlangkah pengujian ATS mode Auto : 1 Diposisikan togle switch 1 Auto-Manual pada keadaan Auto, togle switch ini berfungsi sebagai slektor. 2 Diposisikan togle switch 2 PLN dan togle switch 3 UPS pada posisi ON, dua togle switch PLN dan UPS ini berfungsi sebagai pensaklar unit-unit pembangkit. 3 Ditekan push button 2 ( PB start ) untuk mengoperasikan sistem. 4 Untuk memadamkan unit pembangkit PLN di pindahkan posisi togle switch PLN pada posisi off, maka sistem akan bekerja secara bergantian sumber unit pembangkit yang akan membackup sumber listrik ke beban. 5 Untuk menghentikan sistem ATS mode auto tekan push button 1 ( PB Stop ). 6 Untuk menghentikan operasi sistem ATS secara keseluruhan maka di tekan push button 3 ( PB Emergency Stop ). Berikut hasil pengujian sistem automatic transfer switch secara otomatis pada tabel 4.3 di bawah ini : Tabel 4.3 Pengujian ATS Mode Auto input Outpu t Beban Lamp u kond isi Tog le Em erg enc y PB Star t PB Stop Togl e Swit ch PL N Togl e Swit ch UPS PLN ON PLN Off Gens et ON PLN ON STOP Emer gency 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 Sumber : Author Keterangan : 0 = off/mati 1= on/hidup Dari tabel 4.3 hasil pengujian ATS mode auto di atas, pada saat kondisi sumber listrik PLN off maka UPS akan ON sementara genset akan melakukan start engine selama 4 detik ( 40 ms dalam pengaturan waktu program ) setelah genset sampai ke tegangan nominal maka genset yang akan mensuplai listrik ke beban. Genset dalam keadaan ON dan PLN keadaan ON kembali, sumber listrik ke beban secara otomatis di ambil alih kembali oleh PLN sementara genset tetap dalam kondisi ON selama 6 detik ( 60 ms dalam pengaturan waktu program ) ini di karenakan untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik dari PLN kembali yang tidak terduga, sehingga genset pada kondisi ini sudah stand by untuk mensuplai listrik ke beban lagi dan apabila tidak terjadi pemadaman kembali selama waktu 6 detik maka genset akan OFF. Dengan demikian hasil pengujian sistem ATS mode auto ini bekerja sesuai dengan fungsi program yang dikehendaki. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 8 2. Pengujian Mode Manual Pengujian sistem automatic transfer switch dengan mode manual ini di lakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan pada mode auto atau dapat di fungsikan pada saat salah satu unit tidak dapat beroperasi mensuplai beban, misalkan pada UPS terjadi kerusakan pada komponen atau pada battery genset low sehingga tidak bisa start engine secara otomatis maka dengan di aktifkannya mode manual ini dapat mengoperasikan setiap unit pembangkit yang diinginkan untuk mensuplai ke beban. Adapun mode manual ini tidak terbatas oleh waktu dalam pengoperasiannya, sehingga pada saat mode manual ini diaktifkan, unit pembangkit yang dipilih akan beroperasi selama waktu yang diinginkan. Berikut langkah-langkah pengujian automatic transfer switch mode manual : 1 Diposisikan togle switch 1 pada mode manual. 2 Dipilih salah satu togle switch pembangkit yang akan dihidupkan secara bergantian, togle switch 4 untuk PLN, togle switch 5 untuk UPS, togle switch 6 untuk starting genset, togle 7 untuk genset, dan togle 8 untuk off genset. Berikut data hasil pengujian sistem automatic transfer switch secara manual pada tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4 Hasil pengujian ATS Mode Manual INPUT MANUAL MODE Togle Togle 6 Togle 5 Starting 7 UPS Genset genset KONDISI Stop Emer gency 1 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 3 0 0 1 0 0 4 0 0 0 1 0 5 0 0 0 1 1 6 0 0 1 1 0 7 0 1 1 0 1 8 1 1 0 0 0 Togle 4 PLN Beban Lampu OFF ON ON OFF ON ON OFF OFF Sumber : Author Dari tabel 4.4 hasil pengujian ATS mode manual di atas dapat di jelaskan bahwa pada percobaan 1 beban lampu OFF ini karena tidak ada satu unit pembangkit yang hidup atau pada posisi OFF, pada percobaan ke 2 beban lampu menyala karena disuplai oleh unit pembangkit PLN pada kondisi ON, pada percobaan 3 lampu menyala karena di suplai oleh unit pembangkit UPS pada kondisi ON, pada percobaan 4 beban lampu tidak menyala karena hanya menghidupkan genset saja, pada percobaan ke 5 lampu menyala karena disuplai oleh unit pembangkit genset setelah starting genset, pada percobaan 6 lampu menyala karena disuplai oleh unit pembangkit UPS bersamaan itu melakukan starting genset, pada percobaan 7 lampu tidak menyala karena terdapat lebih dari satu unit pembangkit yang diaktifkan karena ketiga unit pembangkit ini dirancang menggunakan sistem interlock atau saling mengunci jadi beban akan menyala apabila hanya salah satu unit saja yang diaktifkan, jika ada dua atau lebih unit pembangkit yang diaktifkan maka beban lampu tidak akan menyala. Pada kondisi percobaan 8 beban lampu tidak menyala karena push button emergency ditekan walaupun salah satu unit pembangkit aktif ini di sebabkan oleh fungsi push button emergency untuk mematikkan secara keseluruhan sistem kontrol. 5. KESIMPULAN 1. Dengan melakukan pengujian waktu, dimana waktu yang diperlukan dalam perpindahan sumber listrik saat terjadi pemadaman listrik utama PLN tidak memerlukan waktu yang cukup lama, ratarata hanya dalam waktu 1 detik sehingga tidak terjadi kedip pada lampu penerangan. 2. Dari hasil pengukuran perpindahan daya dilakukan sebanyak 5 kali, didapatkan setiap pembangkit menghasilkan tegangan dan arus yang berbeda-beda, sumber PLN tegangan tertinggi menghasilkan 219 V, arus tertinggi 3,8 A, UPS tegangan tertinggi menghasilkan 214 V, arus tertinggi 2,8 A dan pada genset tegangan tertinggi menghasilkan 228 V, arus tertinggi 3,6 A, dari hasil tersebut bahwa pada lampu penerangan tetap menyala. 3. Sistem kontrol automatic transfer switch ini dilakukan oleh PLC yang dapat dioperasikan secara mode auto dan mode manual, pada saat mode auto akan beroperasi secara bergantian, pada togle pembangkit PLN dan UPS pada posisi ON, setelah itu pembangkit PLN OFF maka UPS akan mensuplai listrik dan sekaligus menghidupkan genset sebelum genset menggantikan supali listrik secara keseluruhan. pada mode manual sistem automatic transfer switch dioperasikan sesuai dengan sistem pembangkit yang dipilih. 4. Perancangan sistem automatic transfer switch menggunakan 2 back up sumber daya listrik yaitu UPS dan genset dengan kapasitas tegangan 1 fasa dari masingmasing sumber listrik untuk mensuplai Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 9 beban sekala kecil yaitu beban rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Diktat Praktikum Programmable Logic Control (PLC) Laboratorium Teknik Elektro Universitas Pakuan Bogor 2013. Omron. 2009. Sysmac CPM1A CPU Units. I/O Wiring Diagram. Precautions for Compliance with UL Standards and CSA Standards. Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic Controller (PLC) dan Teknik Perancangan Sitem Kontrol. ANDI. Semarang. …..,ATS.http://infodunialistrik.blogspot.com /2014/manfaat-ats-genset-automatic transfer (Diakses pada tanggal 19 Maret 2015, 00:50 Wib). …..,Gerbang Logika Dasar http://teknikelektronika.com/pengertiangerbang-logika-dasar-simbol/ (Diakses tanggal 5 September 2015, 20:16 Wib). …,Macam-macam MCB. http://insyaansori.blogspot.com/2013/09/mac am-macam-circuit-breaker-cb.html (Diakses tanggal 26 Agustus 2015, 23:52 Wib). ...,Pengertian dan fungsi Genset. http:// article&id=135:genset&catid=50:boilergenset&Itemid=620 (Diakses tanggal 31 Juli 2015, 21:06 Wib). …,Pengertian Generator. http://www.pengertianahli.com/pengertiangenerator-apa-itu generator.html Diakses pada tanggal 25 Agustus 2015. 23:05Wib). [9] ....,Pengertian UPS. http://www.untukku.com/artikel/pengertianups-untukku.html (Diakses tanggal 1 Juli 2015, 16:33 Wib). [10] …,Pengertian Relay.http://teknikelektronika.com/ pengertian- relay-fungsi-relay/ (Diakses tanggal 1 Juli 2015, 16:32Wib). [8] PENULIS 1.) Jayadi, ST., Alumni (2016) Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor. 2.) Prof. Dr. Ir H. Didik Notosudjono., M.Sc Staf Dosen / Pembimbing I Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor. 3.) Agustini Rodiah Machdi, ST., MT. Staf Dosen / Pembimbing II Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 10 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 11