ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 Resensi Buku KECERDASAN SOSIOLOGI Oleh: Drajat Tri Kartono Kecerdasan Sosiologis bisa jadi adalah konsep kunci (key konsep) paling penting dan berguna dari buku kecil yang ditulis oleh alumni mahasiswa Sosiologi UNS angkatan 1994, Rachmad K.D. Susilo. Buku yang ditulis ditempat kerjanya Jurusan Sosiologi UMM – Malang ini, karena alasan komersial oleh penerbit (Studia Press-Jakarta, 2007) dirubah menjadi Kecerdasan Orang-orang Sukses : Refleksi Sosiologis Kisah Orang-orang Ternama Mensiasati Hidup.Walaupun demikian, bila kita telusuri isi buku, kita sudah menemukan key konsep kecerdasan sosiologis di dalam bagian Pengantar Penyusun. Walaupun definisi Kecerdasan Sosiologis (Sociological Intelligence) tidak secara langsung dirumuskan, penulis telah membuat batasan dengan menyebutkan bahwa (hal 5): “ Corak kecerdasan sosiologis ini bimbingan hidup dengan mendasarkan pada hukumhukum Sosio logi….. Lewat kecerdasan sosiolo gis ini individu mampu menginternalisasi hukum-hukum masyarakat di dalam diri mereka, seperti: tindakan sosial apa yang harus dilakukan untuk lepas dari persoalan masyarakat, kemudian mereka pertajam dengan memikirkan konsekwensi tindakan tersebut kepada masyarakat… serta bagaimana mereka harus berprilaku menyesuaikan atau lebih cerdas menanggapi karakter masyarakat yang dipikirkan itu” Dalam pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan sosiologis adalah kemampuan sesorang untuk mempelajari, dan memahami karakteristik masyarakat dan berdasrkan penilaian itu bertindak sedemikian rupa sehingga meberi “keuntungan” bagi dirinya dalam hidup di masyarakat tersebut. Dalam eksplorasinya terhadap khasanah ilmu sosiologi, penulis menemukan ada 10 kecerdasan sosiologi yang bila diaplikasi dalam praktik kehidupan sosial akan memberikan kesuksesan hidup bagi pelakukan. Kesepuluh kecerdasan terebut adalah kemapuan memahami dan memanfaatkan : 1. Membentuk dan Memanfaatkan kekuatan kelompok 2. Menyesuaikan hidup dengan Hukum-Hukum Masyarakat 3. Mengasah kecerdikan menemukan alat dan cara mencapai tujuan 4. Kecerdikan membangun dan mengembangkan Self (kedirian) 5. Mencipta, memanfaatkan dan mengendalikan simbol-simbol 6. Menseleksi dan ambil peran pihak-pihak lain 7. Memanipulasi Kesan (impression management) 8. Memperkuat posisi tawar dalam hukum pertukaran sosial 9. Menjadi diri sendiri dalam menghadapi masyarakat 10. Menjadi agen yang aktif memanfaatkan struktur Walaupun banyak contoh yang agak dipaksakan dan kurang akurat, namun penulis telah dengan cerdik menunjukan bahwa 10 prinsip diatas telah digunakan oleh orang-orang yang mencapai Drajat Tri Kartono Kecerdasan Sosiologi 67 Jurnal Sosiologi DILEMA sukses dalam hidupnya. Misalnya dijelaskan bahwa Suharto adalah orang yang pandai memanfaatkan symbol-simbol dalam tutur bahasa dan perilaku kepemimpinannya, sedangkan Hedi Yunis adalah orang yang pandai melakukan manajemen kesan, Charles Saerang )Direktur PT Nyinya Meneer) adalah orang yang cerdas dalam mengambil peran orang lain (Role taking) dan sebagainya. Terlepas dari ketepatan penarikan kesimpulan yang dilakukan atas dasar induksi pengelaman hidup orang sukses tersebut. Paling tidak bagi mahasiswa atau siapa saja yang sedang belajar sosiologi, buku ini berguna untuk memahami konsep-konsep sosiologi dalam aplikasi praktiknya di masyarakat. Misalnya dalam menjelaskan aplikasi konsep significant other (hal 77) penulis mengkaitkan dengan pengalaman Gunawan Sumodiningrat dalam memaknai nasehat peran sang ibu dalam mendorong sang ayah untuk mendirikan universitas dan keterkaitan dengan istilah duit yang dikaitkan dengan kepercayaan. Maka ketika besar Gunawan menjadi ahli ekonomi yang mengkaji tentang uang untuk membangun kepercayaan. Demikian juga ketika penulis memperingatkan untuk waspada dengan hukum-hukum pertukaran (hal 95-103), seperti Dedi Mizwar yang membuat sinotron Kiamat Sudah Dekat diyakini oleh Dedi sebagai setiap perbuatannya dalam pembuatan sinetron yang harus diabadikan kepada Allah (Tuhan yang Maha Kuasa). Contoh-contoh ini membantu untuk memahami konsep sosiologi dalam kehidupan sehari hari. Namun demikian, setiap mahasiswa yang membaca buku ini, perlu menyadari kelemahan penyusunan buku. Paling tidak ada ada 3 kelemahan yang perlu diperhatikan, yaitu (a) secara metodologi, (b) secara ontologis, (c) secara sosiologis. Kelemahan metodologis terkait dengan usaha untuk secara induksi menarik contoh-contoh kasus orang-orang sukses untuk digunakan sebagai realitas penggambaran konsep. Dalam metode tersebut inhere nada kesimpulan bahwa orang sukses yang dimaksud mempunyai kecerdasan sosiologis, yang tidak pernah dipelajari. Dengan kata lain kecerdasarn sosiologis embedded dalam pengalaman hidup mereka. Hal ini tentu saja tidak tepat, karena kecerdasan sosiologis harusnya dimiliki oleh orang yang mempelajari sosiologi baik melalui bangku kuliah maupun secara mandiri membaca buku sosiologi. Walaupun tentu saja, tidak semua orang yang mempelajari sosiologi secara otomatis menguasai sosiologi. KOnsep kecerdasan sosiologis ini kemudian lebih dekat dengan social life skill atau ketrampilan hidup sosial. Kedua, secara ontologis sosiologi adalah ilmu yang diperuntukkan bagi masyarakat. Konsepsi masyarakat disini adalah semua orang yang terlibat dalam kehidupan kolektif. Dalam kolektivitas ini, tidak saja berisi orang sukses dalam artian pengusaha, pejabat atau tokoh masyarakat, namu juga orang miskin, orang minoritas, atau sub kultur pinggiran, serta orang “biasa” dan sebagainya. Oleh karena itu, pengertian orang sukses, tidak saja diartikan secara individual dan juga dibatasi sebagai golongan atas tetapi setiap kelompok atau anggota kelompok yang mampu tetap survive dalam hidup bermasyarakat. Oleh Karena itu, kemampuan suatu masyaraka desa yang terdiri dari klas atas dan bawah untuk hidup bersama tanpa disintegrasi dan terus tumbuh berkembang kualitas hidupnya, adalah juga keberhasilan. Demikian juga orang madura yang dapt hidup damai di antara orang dayak di sampit adalah juga orang sukses secara sosiologis. Bahkan orang miskin yang jadi pengemis untuk dapat tetap bertahan hidup di kota besar adalah juga contoh sukses. Pengemis itu juga pandai mamanfaatkan symbol (kemiskinan) dan manajemen kesan (impresi manajemen) sehingga bisa mendapatkan belas kasihan yang secara signifikan memberikan imbalan ekonomi. Kelemahan ketiga terkait dengan penjelasan sosiologis. Saya meminjam isitilah W.I. Thomas (1928) tentang “The Definition of Situation: if a man define situation as real, They are real in their consequences”. Dalam batasan ini, Sosiologi melihat bahwa tindakan-tindakan 68 Drajat Tri Kartono Kecerdasan Sosiologi ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 manusia akan ditentukan oleh definisi situasi yang dibuatnya. Bila konsepsi ini dikaitkan dengan pandangan Peter Berger (1967) tentang social construction of reality, maka dapat dikatakan bahwa defines situasi yang yang lakukan adalah dilakukan secara social dan melalui proses sosial. Pandangan teoritis ini mengandung arti bahwa tidak setiap orang yang sukses dalam artian buku ini dapat diikuti oleh setiap orang. Tergantung pada definisi akan sitiuasi sosial yang dibuatnya secara sosial. Oleh Karena itu, setiap orang sukses yang dijelaskan oleh buku ini mempunyai kontek dalam bentuk defines sosial masing masing, sehingga setiap manusia dibatasi (bounded) dan didorong (enabling) oleh pengertian dan peluangnya masingmasing. KOnteks inilah yang tidak dijelaskan oleh buku ini. Terlepas dari segala kekurangannya namun buku ini menyodorkan usaha membumikan konsep-konsep sosiologi dan menawarkan resep praktis untuk menggunakan ilmu sosiologi dalam kehidupan. Walaupun terlalu berlebihan untuk meyakinkan bahwa menguasai inti sosiologi akan membawa kepada kesuksesan hidup, namun paling tidak dapat dipastikan bahwa disetiap orang suskes ada inti ilmu sosiologi yang dijalankan dengan atau tanpa disadari. Mungkin kita perlu mencobanya. Drajat Tri Kartono Kecerdasan Sosiologi 69