Buku Juknis Peran Peserta Didik

advertisement
PANDUAN TEKNIS
PESERTA DIDIK KEDOKTERAN
DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN
KESEHATAN
KOMITE MEDIK RSUD DR. SAIFUL ANWAR
KESALAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
BAKORDIK RSSA/FKUB
MALANG
2015
“BILA BERHADAPAN DENGAN PASIEN,
BAYANGKAN MEREKA SEBAGAI ORANG TUA
ATAU ANAK YANG KITA CINTAI”
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. KETEPATAN IDENTIFIKASI
2. KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
3. KEWASPADAAN TERHADAP OBAT-OBAT YANG
BERESIKO TINGGI
4. TEPAT PENDERITA, TEPAT LOKASI DAN
5. PENCEGAHAN INFEKSI
6. PENCEGAHAN PASIEN JATUH
I.
ATURAN UMUM
1. Peserta didik kedokteran adalah dokter muda,
PPDS, dan PPDSS.
2. Semua
peserta
didik
kedokteran
yang
selanjutnya disebut PDK kecuali dokter muda,
yang bekerja di RSSA, harus memiliki STR dan
SIP yang masih berlaku, untuk dikeluarkan surat
tugas oleh Direktur.
3. Direktur berwenang mencabut surat tugas yang
telah diberikan
4. Tindakan kedokteran yang dilakukan PDK harus
mengacu pada kompetensi menurut SKDI dan
kolegium pada bidang ilmu yang terkait
5. Dalam pelaksanaannya dokter muda harus
didampingi oleh dokter yang kompeten. Dan bila
kompetensi yang dilakukan akan melebihi
kompetensi yang telah ditentukan SKDI
(program unggulan), maka DPJP harus
melakukan pendampingan selama proses
pelayanan tersebut berlangsung.
6. Selama melaksanakan tugas pelayanan, PDK
harus menerapkan prinsip keselamatan pasien
dan menjunjung tinggi visi misi RSSA.
7. PDK PPDS/ PPDSS wajib mengisi dokumen
rekam medik RSSA dengan lengkap, benar,
sistematis, jelas terbaca dan konsisten, serta
dilengkapi dengan identitas dan tanda tangan
PDK PPDS yang menulis. Semua dokumen
Rekam Medik harus ditandatangani DPJP.
8. PDK dokter muda mengisi rekam medis
tersendiri yang disediakan oleh Fakultas
Kedokteran.
9. Pada proses konsultasi antar SMF, maka PDK
PPDS dan PPDSS harus mengikuti aturan yang
berlaku di RSSA
10. PDK PPDS dan PPDSS wajib mempelajari dan
menerapkan clinical pathway atau panduan
praktek klinis yang telah ditetapkan oleh
masing-masing disiplin ilmu dan ditetapkan oleh
RSSA.
11. PDK PPDS dan PPDSS dalam melaksanakan
pelayanan (diagnostik, terapeutik, prognostik)
harus mendiskusikan dengan pasien/ keluarga,
dengan
menerapkan
prinsip
kejujuran
(disclosure), kerahasiaan, serta kesetaraan
(pasien berhak menentukan pilihan pelayanan
yang akan dilaluinya).
12. PDK harus bebas dari kepentingan pribadi yang
bersifat ekonomis, politis dan SARA dalam
menjalankan proses pelayanan.
13. Peserta didik harus mampu bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lain dengan prinsip
kesetaraan dan saling menghormati.
14. Penugasan PDK PPDS dan PPDSS dalam bidang
pelayanan di lingkungan RSSA diatur oleh Ketua
Program Studi dan harus mendapat persetujuan
dari Ketua SMF.
15. Stase PDK dokter muda di lingkungan SMF di
RSSA diatur oleh Kepala Laboratorium dan
harus mendapatkan persetujuan Ketua SMF.
16. Setiap terjadi insiden keselamatan pasien harus
dilaporkan ke IPM cq Tim KPRS dalam waktu
selambat lambatnya 2 x 24 jam.
17. PDK berhak mengusulkan pengadaan alat-alat
yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan
dan penambahan petugas bila di anggap perlu
melalui Ka. SMF.
II. POLIKLINIK
1. PDK
dapat
melakukan
anamnesis
dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. PDK yang kompeten melakukan pelayanan
kesehatan terhadap pasien kontrol paska
tindakan
kedokteran/pasca
MRS
dengan
berkonsultasi pada DPJP.
3. Dokter muda dalam melaksanakan kegiatannya
diwajibkan mengisi form tersendiri (portofolio)
yang telah disediakan, dan tidak menulis di
rekam medik poliklinik RSSA.
4. Semua tindakan kedokteran yang dilakukan
dipoliklinik (seperti perawatan luka, operasi kecil
dengan anastesi lokal, pemasangan iv-line dan
lain-lain)
dapat dilimpahkan kepada dokter
muda untuk dikerjakan atas bimbingan DPJP
5. Pada pasien yang mengalami kondisi kegawatan
atau eksitasi, maka asesmen awal harus
dilakukan oleh dokter yang kompeten.
6. PDK PPDS harus memprioritaskan pasien
poliklinik yang dinilai memiliki kegawatan, yang
mengalami kesakitan, yang mengalami eksitasi,
pasien yang ditransfer dengan brankar karena
problem klinis.
7. PDK PPDS melakukan konsultasi dan memberi
jawaban konsultasi antar SMF dilakukan dengan
sepengetahuan DPJP.
8. PDK PPDS atau PPDSS yang memberikan
edukasi dan informed concent harus sudah
memiliki kompetensi yang sesuai dengan kasus
yang ditangani.
9. PDK PPDS/PPDSS menetapkan keputusan MRS
dengan persetujuan DPJP.
III. RAWAT INAP
1. PDK PPDS dan PPDSS melakukan tata laksana
pelayanan terhadap pasien rawat inap sesuai
dengan kompetensinya.
2. PDK PPDS dan PPDSS melakukan penilaian awal
pasien dan rencana penatalaksanaan yang harus
dilengkapi dalam waktu 1 x 24 jam dan dalam
waktu yang sama harus melaporkan dan
diverifikasi oleh DPJP.
3. Dokter Muda dapat melakukan penilaian awal
dengan mengisi form khusus yang telah
disediakan/
ditetapkan
masing-masing
laboratorium
yang
pengaturannya
akan
diserahkan ke masing-masing laboratorium.
4. Pada pasien MRS ulang dengan masalah yang
sama, penilaian awal dan penatalaksanannya
harus dilakukan oleh PDK PPDS dan PPDSS yang
memiliki level kompetensi yang lebih tinggi dari
PDK PPDS dan PPDSS yang merawat atau
melakukan tindakan kedokteran sebelumnya.
5. Konsultasi dan jawaban konsultasi antar SMF
dilakukan dengan persetujuan DPJP.
6. Semua tindakan kedokteran yang dilakukan
diruangan (seperti perawatan luka, operasi kecil
dengan anastesi lokal, pemasangan intravena
line, NG tube, kateter urine, pengambilan sampel
darah dan lain-lain)
dapat dilakukan oleh
dokter muda yang telah memiliki kompetesi
dengan pendampingan oleh dokter yang
kompeten dan dengan persetujuan DPJP.
7. Pemberian edukasi dan pengisian informed
consent pada tindakan kedokteran seperti
tindakan pembedahan atau tindakan invasif yang
akan dilakukan, harus dilaksanakan oleh dokter
yang sudah memiliki kompetensi pada tindakan
tersebut.
8. Pemberian site marking di ruangan, harus
dilakukan oleh PDK PPDS/ PPDSS operator
setelah memberikan informasi dan telah
mendapat persetujuan dari pasien dan atau
keluarganya.
9. Pasien paska pembedahan atau tindakan invasif
harus dievaluasi selanjutnya oleh PDK PPDS/
PPDSS operatornya atau oleh PDK PPDS/ PPDSS
lain yang kompeten hingga pasien dinyatakan
boleh pulang.
10. Bila dalam masa perawatan, ternyata kondisi
pasien
memburuk,
maka
penatalaksaan
berikutnya diambil alih oleh dokter yang memiliki
kompetensi lebih tinggi.
11. Pemulangan pasien, discharge summary serta
obat-obatan yang diminum saat pulang harus
diketahui dan ditandatangani DPJP.
IV. KAMAR OPERASI (IBS) / RUANG TINDAKAN
1. Semua PDK PPDS/ PPDSS yang melakukan
tindakan kedokteran seperti pembedahan dan
tindakan invasif harus melalui pembimbingan
dan dinyatakan kompeten.
2. Semua PDK PPDS/ PPDSS yang melakukan
tindakan kedokteran seperti pembedahan dan
tindakan invasif, harus terlibat dalam persiapan
dan pemantauan pasca tindakan sampai pasien
pulang.
3. PDK PPDS/ PPDSS yang mempunyai level
kompetensi lebih tinggi harus mengambil alih
4.
5.
6.
7.
tindakan
apabila
selama
pelaksanaan
pembedahan atau tindakan invasif terdapat
penyulit atau komplikasi.
Semua PDK PPDS/ PPDSS harus melakukan
prosesi Sign In, Time Out, Sign Out , dan harus
menandatanganinya setelah tindakan selesai
dilakukan.
Ketetapan mengenai jenjang konsultasi di IBS
adalah:
a. PDK PPDS/ PPDSS yang mempunyai level
kompetensi lebih tinggi harus mengambil alih
tindakan kedokteran tertentu bila dalam
satu satuan waktu yang diperlukan
untuk tindakan tersebut, PPDS yang
kompeten pada level tersebut belum
melakukan tindakan definitif.
b. PDK PPDSS atau DPJP harus mengambil alih
tindakan tertentu bila satu setengah
satuan waktu yang diperlukan untuk
tindakan tersebut, PPDS yang kompeten
pada level tersebut belum melakukan
tindakan definitif.
PPDSS atau DPJP harus mengambil alih tindakan
kedokteran tertentu apabila setelah dilakukan
exposure ternyata kasus tersebut dinilai tidak
dimungkinkan dikerjakan oleh PDK PPDS.
PDK PPDS/ PPDSS dalam melakukan konsultasi
dan menjawab konsultasi antar SMF selama
pembedahan atau tindakan invasif harus
dilakukan dengan persetujuan DPJP.
8. DPJP harus membimbing secara langsung dokter
muda yang melakukan tindakan kedokteran di
IBS atau ruang tindakan.
9. PDK PPDS/ PPDSS yang menjadi operator harus
melakukan asesmen ulang pada pasien yang
akan menjalani pembedahan atau tindakan
kedokteran ODC.
10. PDK PPDS/ PPDSS harus menulis discharge
summary di ruang tindakan atau IBS sebelum
memulangkan pasien ODC dan harus disetujui
oleh DPJP.
V. INSTALASI GAWAT DARURAT
1. PDK
dapat
melakukan
anamnesis
dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien
2. PDK dokter muda dapat melakukan anamnesis
terhadap dan pemeriksaan fisik terhadap pasien
setelah
mendapat
persetujuan
pasien/
keluarganya dan didampingi oleh dokter yang
kompeten.
3. Dokter muda dalam melaksanakan kegiatannya
di IGD dapat membantu menulis hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik di rekam medik IGD
RSSA, dengan persetujuan PPDS/PPDSS/DPJP.
4. PDK PPDS/PPDSS yang kompeten membuat
rencana
penatalaksanaan
pasien
dengan
mendapat persetujuan dari DPJP.
5. PDK dokter muda yang kompeten dapat
melakukan semua tindakan kedokteran di IGD
(seperti perawatan luka, operasi kecil dengan
anastesi lokal, pemasangan iv-line , pemasangan
NG tube, kemasangan kateter urine dan lain
lain) dengan pendampingan oleh dokter yang
kompeten dengan sepengetahuan DPJP.
6. PDK PPDS/PPDSS yang kompeten menangani
pasien yang mengalami gangguan ABCD pada
primary survey, dan dalam pelaksanaannya
dapat dibantu oleh dokter muda dan dokter
PPDS yang lebih junior.
7. Pasien yang harus kontrol di IGD karena hari
libur atau alasan lain, maka harus dievaluasi
oleh dokter yang memiliki kompetensi yang
minimal sama dengan kompetensi PDK
PPDS/PPDSS
yang
merawat
atau
yang
melakukan tindakan kedokteran.
8. Pada pasien MRS ulang dengan masalah yang
sama, harus ditangani oleh PDK PPDS/PPDSS
yang memiliki kompetensi yang lebih tinggi
(Chief PPDS, PPDSS, dan atau DPJP)
9. Konsultasi dan jawaban konsultasi antar SMF
dilakukan dengan persetujuan DPJP.
10. Pemberian edukasi dan pengisian informed
consent pada tindakan kedokteran seperti
tindakan pembedahan atau tindakan invasif yang
akan dilakukan, harus dilaksanakan oleh dokter
yang sudah memiliki kompetensi pada tindakan
tersebut.
11. PDK PPDS/PPDSS harus membuat diagnosis atau
diagnosis kerja yang jelas serta rencana
penatalaksanaan pada pasien yang akan MRS
dan harus diverifikasi oleh DPJP dalam waktu 1 X
24 jam.
12. PDK PPDS/PPDSS yang kompeten dalam
memutuskan MRS atau KRS harus dengan
persetujuan DPJP.
13. PDK dalam melakukan tindakan kedokteran
harus di ketahui dan di setujui oleh DPJP
14. PDK wajib ikut menjaga kelengkapan rekam
medik pasien seperti: hasil foto X ray, hasil lab
dll.
15. PDK
PPDS/PPDSS
wajib
melaporkan
perkembangan pasien setiap hari pada DPJP
16. PDK PPDS/PPDSS menerima hasil pemeriksaan
(hasil
lab.,
hasil
foto)
yang
sudah
diintreprestasikan dan diverifikasi oleh DPJP
terkait.
17. PDK PPDS/PPDSS dalam setiap tindakan
kedokteran wajib meminta informed consent dan
mengisi
form
secara
lengkap
setelah
memberikan penjelasan yang di pahami oleh
penderita. Resiko setiap tindakan kedokteran
harus dijelakskan kepada pasien termasuk
kegagalan dari tindakan kedokteran tersebut.
18. PDK PPDS/PPDSS harus melaporkan secara
tertulis di rekam medik setiap tindakan
kedokteran pada pasien.
VI. PEMBERIAN TRANSFUSI
1. DPJP menetapkan keputusan untuk melakukan
transfusi.
2. PDK PPDS/ PPDSS dapat melakukan transfusi
setiap waktu pada kasus emergensi.
3. PDK PPDS/ PPDSS harus melakukan transfusi
pada jam kerja pada kasus urgen atau elektif.
4. PDK PPDS/ PPDSS harus memonitor setiap
tindakan transfusi paling sedikit 30 menit
pertama. Bila didapat reaksi transfusi, maka
penatalaksanaan harus dilakukan sesuai dengan
SPO dan dilaporkan ke KPRS sebagai KTD.
5. PDK PPDS/ PPDSS yang melakukan tindakan
tranfusi harus mengisi dokumen medik tranfusi
yang di sediakan dan melampirkannya di rekam
medik pasien.
6. PDK PPDS/ PPDSS harus mengikuti panduan
transfusi yang telah di buat oleh UTDRS.
Download