KAMPANYE POLITIK DAN KEPUTUSAN MEMILIH (Studi Hubungan Terpaan Media Kampanye Politik, Intensitas Komunikasi Antarpribadi, Persepsi atas Kredibilitas Calon dan Keputusan Memilih Gubernur pada Pilgub Jateng 2013 di Kalangan Masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri) Disusun Oleh : SEPTIANA SUNDARI D1211074 JURNAL Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 0 KAMPANYE POLITIK DAN KEPUTUSAN MEMILIH (Studi Hubungan Terpaan Media Kampanye Politik, Intensitas Komunikasi Antarpribadi, Persepsi atas Kredibilitas Calon dan Keputusan Memilih Gubernur pada Pilgub Jateng 2013 di Kalangan Masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri) Septiana Sundari Pawito Sri Hastjarjo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract The background of this research is due to see many political campaigns through various media before the election, the researcher interested in research the influence of voters and the voting decision. This purpose of the research are to see if there are different of the variables that affect to the voting decision of society District Slogohimo on Central Java Governors’s Election 2013. The theory used in this research is the Individual Differences Theory and Social Relationship Theory. This theory has a relation to one another which describes the mass communication and its effect on the audience. This research is survey research, there are three independent variables, political campaign media exposure (X1), the intensity of interpersonal communication (X2), and perceptions of the credibility of the candidate (X3) and the dependent variable is the voting decision (Y). Methodology used in this research is a quantitative by using a statistical test Chi Square with the main data sources are from using a questionnaire. Analysis method is done through a process of coding the data from the questionnaire and processed with SPSS 17 and using a statistical test Chi Square, then presenting data and conclusions. The sampling technique used in this research is quota sampling. Based on the results, all the results of data analysis and statistical tests above were performed using Chi Square can be concluded that the three independent variables, a political campaign media exposure, the intensity of interpersonal communication, and perceptions of the credibility of the candidates showed no difference significant variables that affect Y is the decision voting of the people in the subdistrict Slogohimo Wonogiri. Keywords: Political campaigns, election, voting decision. 1 Pendahuluan Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu sarana demokrasi. Pesta demokrasi yang merupakan perwujudan tatanan kehidupan negara dan masyarakat yang berkedaulatan rakyat, pemerintahan dari dan untuk rakyat. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung digelar di tanah air pertama kali pada tahun 2005, Pilkada langsung ini memberikan kesempatan yang luas bagi pemilih untuk menentukan pilihannya sesuai keinginan dan hati nurani masing-masing yang ada di daerah. Penyelenggaraan Pilkada diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Di dalamnya dijelaskan bahwa dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan agar mampu melahirkan kepemimpinan daerah yang efektif dengan memperhatikan prinsip demokrasi, persamaan, keadilan, dan kepastian hukum dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia; untuk mewujudkan kepemimpinan daerah yang demokratis yang memperhatikan prinsip persamaan dan keadilan, penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang memenuhi persyaratan (Undang-Undang Republik Indonesia, 2008). Menurut Afrina Sari (2012) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan sebuah pesta demokrasi tingkat wilayah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Pilkada di Indonesia dilaksanakan berdasarkan sistem politik Indonesia, dimana setiap pasangan calon harus di usung oleh partai politik yang mendukung pasangan tersebut. Pemilihan Gubernur Jawa Tengah periode 2013 -2018 digelar 26 Mei 2013 dan diikuti oleh tiga pasangan yaitu pasangan H. Bibit Waluyo – Sudijono Sastroatmodjo (incumbent) yang diusung koalisi Partai Demokrat, PAN dan Partai Golkar, pasangan Ganjar Pranowo – Heru Sujatmoko, diusung PDIP dan pasangan Hadi Prabowo – Don Murdono diusung PKS , Gerindra , PKB , PPP, Hanura dan PKNU. Kecamatan Slogohimo terdiri dari 17 kelurahan dan desa, jumlah pemilih yang terdaftar dalam rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah sebanyak 45.472 orang dengan 2 rincian yaitu sebanyak 22.794 pemilih laki-laki dan 22.678 pemilih perempuan. Pemilihan gubernur dilaksanakan di 108 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di seluruh kelurahan dan desa di Kecamatan Slogohimo. Upaya untuk meraih suara pemilih pun dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari kampanye iklan di media massa, memasang spanduk dan baliho diberbagai tempat, hingga mendatangi daerah-daerah secara langsung. Dan Nimmo menjelaskan bahwa orang yang paling banyak diterpa komunikasi persuasif kampanye adalah yang paling cenderung telah sampai kepada putusan pemberian suara (Nimmo, 2006: 162). Ini berarti bahwa seharusnya jika semakin banyak terpaan kampanye yang diterima oleh seseorang maka akan mempengaruhi keputusan memilihnya. Menjelang Pilgub Jawa Tengah tahun 2013 para kandidat calon gubernur berlomba-lomba melakukan kampanye untuk merebut hati rakyat. Berbagai cara dilakukan mulai dengan berbagai macam saluran media politik untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya. Dimulai dari media cetak, para kandidat calon gubernur memasang iklan kampanye mereka pada surat kabar lokal seperti Solopos dan Jawapos. Media elektronik juga digunakan dalam kampanye calon kandidat mulai dari radio lokal di daerah-daerah di Jawa Tengah bahkan sampai memasang iklan di televisi nasional, para kandidat ini juga jeli menggunakan media baru seperti internet dengan membuat web maupun dengan membuat akun di jejaring sosial yang banyak digunakan khususnya oleh kaum muda seperti Facebook dan Twitter. Tidak kalah menonjol dalam setiap pemilu di Indonesia yaitu kampanye dengan menggunakan media luar ruang (outdoor media), sangat banyak dijumpai dipasang di pinggir-pinggir jalan misalnya baliho, spanduk, reklame, electronic board, bendera, jumbai, dan segala sesuatu yang bisa digunakan untuk membangun citra (image building). Media luar ruang ini adalah kampanye yang paling menonjol karena spanduk maupun baliho terlihat dipasang dimana-mana di segala penjuru baik dari wilayah kota besar sampai dengan pelosok desa bisa dijumpai media berbagai macam kampanye media luar ruang ini. 3 Media massa selama ini dianggap sebagai media yang memiliki pengaruh paling besar terhadap pemilih namun ada juga faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Pawito (2009: 180) pengaruh media massa terhadap pemilih beragam dan tidak bersifat langsung. Pengaruh ini ditentukan sejumlah variabel perantara seperti persepsi, latar belakang pribadi individu pemilih, nilai-nilai serta normanorma yang berlaku di masyarakat terutama dalam tingkatan kelompok di mana individu pemilih berada. Memang ada beberapa keraguan akan potensi media dalam mempengaruhi khalayak pemilih, mengingat keterbatasannya tidak banyak mengubah perilaku pemilih setelah orang memiliki sikap. Hal ini sesuai dengan pendapat John Klaper (dalam Cangara: 2009) bahwa faktor psikologis dan sosial ikut mempengaruhi dalam proses penerimaan pesan dari media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain, proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok dan keberadaan pemimpin opini. Hal yang sama juga disimpulkan oleh Sander and Pace (dalam Cangara: 2009) bahwa media massa pada dasarnya hanya mampu berada pada tataran pembentukan citra (image), sementara yang berperan untuk mengajak orang untuk mengubah pilihan adalah komunikasi antarpribadi. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap pengaruh dalam komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi massa lebih banyak berpengaruh terhadap pengetahuan dan wawasan seseorang, sedangkan komunikasi antarpribadi cenderung berpengaruh pada sikap dan perilaku (Cangara, 2009: 411). Beberapa teori yang telah dikemukan diatas mengenai komunikasi politik dalam hal ini kampanye pemilihan gubernur Jawa Tengah periode 2013-2018 yaitu tentang pengaruh terpaan kampanye politik melalui berbagai media yang dilakukan oleh para calon gubernur terhadap keputusan memilih masyarakat yang melatarbelakangi penelitian ini. Menurut penjelasan diatas tidak hanya kampanye politik melalui media saja yang berhubungan terhadap keputusan memilih namun juga komunikasi antarpribadi dan persepsi atas kredibilitas calon gubernur. Aspek komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah efek komunikasi politik yang bermuara pada pemberian suara atau keputusan memilih masyarakat. Pemilihan Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri sebagai tempat penelitian didasari 4 karena Kecamatan Slogohimo merupakan salah satu Kecamatan paling ujung di Wonogiri yang hampir berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur maka tentu saja memiliki budaya yang menarik, selain itu Kecamatan ini termasuk wilayah perbatasan yang jauh dari pusat Propinsi Jawa Tengah akan menarik diteliti bagaimana masyarakat pemilih disini menanggapi segala pesan komunikasi kampanye politik dalam pemilihan Gubernur. Selain itu karena disini merupakan tempat tinggal penulis menjadi pertimbangan untuk lebih mudah mendapatkan data-data yang diperoleh melalui survey kepada masyarakat. Perumusan Masalah 1. Apakah ada perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri? 2. Apakah ada perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan terpaan media kampanye politik di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri? 3. Apakah ada perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan komunikasi antarpribadi di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri? 4. Apakah ada perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan kredibilitas calon di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keputusan memilih berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan pada Pilgub Jateng 2013 di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keputusan memilih berdasarkan terpaan media kampanye politik pada Pilgub Jateng 2013 di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. 5 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keputusan memilih berdasarkan intensitas komunikasi antarpribadi pada Pilgub Jateng 2013 di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. 4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keputusan memilih berdasarkan persepsi atas kredibilitas calon gubernur pada Pilgub Jateng 2013 di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Tinjauan Pustaka a. Komunikasi Politik Komunikasi dikatakan sebagai komunikasi politik tergantung pada karakter pesan dan dampaknya terhadap sistem politik. Semakin jelas pesan komunikasi maka semakin signifikan pula komunikasi tersebut dinilai sebagai komunikasi politik. Komunikasi ini tidak hanya tampil dalam bentuk aksi-aksi protes menuntut hak yang terampas ataupun menyuarakan aspirasi. Kehidupan politik meniscayakan adanya rapat, pidato, kampanye, kontak antar-lembaga, debat dalam sidang parlemen, perundingan ataupun negosiasi (Pawito, 2009: 4). Komunikasi politik sebagai body of knowledge terdiri atas berbagai unsur. Cangara (2009: 37-39) menjelaskan unsur komunikasi politik terdiri, yang pertama komunikator politik yang tidak hanya menyangkut partai politik, melainkan juga lembaga pemerintahan legislatif dan eksekutif. Kedua, adalah pesan politik yaitu pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, yang isinya mengandung bobot politik. Ketiga, saluran atau media politik yaitu alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Keempat, sasaran atau target politik yaitu anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam pemilihan umum. Terakhir adalah pengaruh atau efek komunikasi politik yaitu terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Fungsi komunikasi politik yang dikemukakan oleh McNair dikombinasikan dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran Hedebro 6 (dalam Cangara, 2009: 39-41) menyebutkan bahwa komunikasi politik berfungsi untuk memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang dilakukan lembaga politik maupun hubungannya dengan pemerintah dan masyarakat. b. Pemilihan Umum Pemilu merupakan arena kompetisi untuk mengisi jabatan-jabatan politik di pemerintahan yang didasarkan pada pilihan formal warga negara yang memenuhi syarat. Pemilu merupakan mekanisme terpenting untuk keberlangsungan demokrasi perwakilan karena rakyat bisa memilih wakilnya, selain itu pemilu juga menjadi indikator negara demokrasi. (Pamungkas, 2009: 3) Pemilu menjadi ajang untuk melakukan pesta demokrasi yang mewujudkan tatanan kehidupan negara dan masyarakat yang berkedaulatan rakyat, pemerintahan dari dan untuk rakyat. Richard R. Lau, Andersen dan David P. Redlawsk (2008) menjelaskan dalam jurnalnya yang berjudul “An Exploration of Correct Voting in Recent U.S. Presidential Elections” “Democracy works best when citizens are interested in politics, able to place current events in proper historical context, attentive to the actions of representatives in government, and engaged in the governing process to the extent they vote for the candidates they believe best represent their interests”. Demokrasi akan berjalan dengan baik apabila warga tertarik pada politik, serta memperhatikan tindakan perwakilan di pemerintahan, menyadari aturan kelembagaan sehingga dapat memahami tindakan yang diambil oleh pemerintah, dan dapat memilih calon yang mereka percaya paling mewakili kepentingan mereka. Di Indonesia terdapat Pemilu Legislatif (untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD) serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dimulai sejak tahun 2004. Setelah dilaksanakan pemilihan presiden langsung lalu dilaksanakan pula pemilihan kepala daerah secara langsung yang dimulai tahun 2005. Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari demokratisasi nasional di tingkat lokal adalah menciptakan sistem pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan rakyat karena dalam pilkada dibangun politik yang berorientasi ke daerah sehingga 7 kebutuhan riil masyarakat relatif selalu diusahakan untuk dipenuhi. Dengan adanya pemerintahan daerah maka pembangunan tidak hanya di pusat saja, pengembangan sumber daya manusia yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja di daerah sampai dengan pengambilan keputusan (kebijakan publik) yang memperhatikan suku, etnis, dan budaya daerah (Agustino, 2009: 78). Dalam setiap pemilu setiap partai ataupun calon yang diajukan partai pastilah melakukan kampanye politik melalui berbagai cara dan berbagai media. Dengan adanya kampanye politik ini para anggota partai dan kandidat calon yang diajukan baik sebagai anggota DPR, Presiden sampai dengan Kepala Daerah dapat mengenalkan dirinya dan mempersuasi masyarakat untuk mendulang suara bagi partai maupun orang yang menginginkan jabatan dalam pemerintahan. c. Kampanye Politik Kampanye politik merupakan aktivitas berencana yang terorganisasi secara baik yang bertujuan untuk melindungi para kandidat agar mereka dapat melangkah dengan lapang menuju kursi legislatif atau eksekutif. Kampanye politik yang diorganisasi dengan baik selalu berusaha untuk mendapatkan pengaruh dari balikan dari khalayak, lebih khusus para pemilih yang akan membuat keputusan yang tepat yang dapat melanjutkan pengaruh tersebut pada kelompok-kelompoknya (Liliweri, 2011: 712) Dalam melakukan kampanye politik saluran media digunakan oleh para komunikator untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya bisa saja melalui berbagai media. Misalnya media cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah, buku. Media elektronik, misalnya film, radio, televisi, video, komputer, internet. Media format kecil, misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (outdoor media), misalnya baliho, spanduk, reklame, electronic board, bendera, jumbai, pin, dll. (Cangara, 2009: 38) Pada akhirnya kampanye politik bertujuan untuk mengambil hati masyarakat agar menentukan pilihan terhadap calon terentu. Kampanye pemilihan umum menyajikan peluang yang sangat baik untuk meneliti konsekuensi komunikasi politik. Berkaitan dengan tindakan pemberian suara dan tindakan 8 memberikan suara. Dan Nimmo menelaah konvergensi berbagai arah persuasi kampanye politik dalam setting politik pemilihan umum. Tekanannya ada dua: Pertama, pada karakter pemberian suara sebagai kontruksi sosial dan personal yang aktif dan opini politik, dan kedua pada cara pemilih memperhitungkan komunikasi kampanye dalam membentuk perilaku mereka. (Nimmo, 1999: 177) Kesuksesan dalam suatu kampanye tidak lepas dari faktor-faktor yang menunjang keberhasilannya, menurut Rice dan Atkin (dalam Venus, 2012: 137) ada beberapa faktor yang menunjang keberhasilan kampanye. Pertama, peran media massa. Media massa dianggap sangat efektif dalam menciptakan kesadaran, meningkatkan pengetahuan, dan mendorong khalayak dalam berpartisipasi dalam proses kampanye. Peran komunikasi antarpribadi. Bentuk komunikasi antarpribadi khususnya yang dilakukan lewat kelompok teman sebaya dan jaringan sosial dipandang sebagai instrumen yang penting dalam menciptakan perubahan perilaku. Karakteristik sumber dan media. Kredibilitas sumber memberikan kontribusi yang besar bagi pencapaian tujuan kampanye. d. Keputusan Memilih Dalam kaitannya dengan politik yaitu keputusan memilih yang disebut juga perilaku memilih atau voting behavior merupakan perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam responnya untuk ikut serta dalam kehidupan politik dengan memilih siapa yang berkuasa dalam lingkungan politik. Pada perilaku memilih, yang ditekankan adalah kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mereka melakukan pilihan itu (Sofiah, 2003: 18). Dalam teori komunikasi, media massa seperti televisi, radio dan surat kabar memiliki kekuatan yang sangat besar dalam mengubah image, wawasan dan persepsi penerima, sementara komunikasi antarpribadi dan kelompok memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku khalayak sasaran. Oleh karena itu antara komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi tidak bisa dipisahkan satu sama lain, melainkan saling melengkapi dalam mencapai efektifitas komunikasi. Dalam buku Onong Effendy (1981: 86-87) dijelaskan tentang “Theories of Mass Communication” yang dikemukakan oleh Melvin DeFleur yang masing- 9 masing dia namakan Individual Differences Theory, Social Relationship Theory. Teori ini memiliki keterkaitan satu sama lain dimana menjelaskan tentang komunikasi massa dan pengaruhnya terhadap khalayak. Indivudual Differences Theory menyebutkan bahwa khalayak yang selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu akan dirubah oleh tatanan psikologisnya. Dalam kegiatan kampanye, dapat dikatakan bahwa setiap orang yang terkena terpaan kampanye melalui media menerima dan menanggapi pesan kampanye tersebut sesuai dengan sikapnya sendiri yang timbul dari tatanan psikologis pemilih itu sendiri dan dipengaruhi pula dengan kepercayaan yang dianutnya serta nilai-nilai yang ada pada lingkungan dimana dia tinggal. Teori yang kedua Social Relationship Theory berdasarkan “Two Step Flow of Communication” yang tengah diketengahkan oleh Paul Lazarfeld. Menurut teori tersebut, sebuah pesan komunikasi awalnya disiarkan melalui media massa kepada pemuka pendapat. Pada gilirannya oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi tersebut diteruskan secara komunikasi antarpribadi kepada orang-orang yang kurang keterbukaannya terhadap media massa, atau dengan perkataan lain orang-orang yang tidak berlangganan surat kabar, tidak memiliki radio atau tidak sering menonton televisi. Dalam hubungan sosial yang informal seperti itu, si pemuka pendapat tadi bukan saja meneruskan informasi, tetapi juga mengintrepretasikannya. Sesuai dengan teori ini dalam masyarakat ada seorang opinion leader atau pemuka pendapat yaitu seseorang yang biasanya menjadi panutan dan memiliki pengaruh dalam suatu kelompok masyarakat. Pemuka pendapat ini biasanya seorang yang memiliki pendidikan, pengetahuan, ataupun kelas sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. Faktor yang diharapkan dari pengaruh media adalah upaya untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Hal ini bisa dilakukan melalui sosialisasi program para kandidat dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Kapabilitas individu dari kandidat yang dicalonkan juga mempengaruhi keputusan memilih sebab kapabilitas adalah 10 kemampuan sesorang untuk mampu menarik simpati orang lain dan menaruh kepercayaan sehingga ia memilihnya (Cangara, 2009: 194) Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa keputusan memilih masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, namun ada faktor yang berpengaruh cukup besar yaitu terpaan kampanye politik calon gubernur melalui media baik itu media elektronik media cetak maupun media luar ruang, lalu dipengaruhi juga oleh komunikasi antarpribadi baik dengan lingkungan sekitar maupun dengan tokoh masyarakat. Selain dua hal tersebut masyarakat memilih calon gubernur juga karena persepsi pemilih akan kredibilitas calon tersebut. e. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen (X1) Terpaan Media Kampanye Politik : Terpaan media kampanye politik didefinisikan sebagai tingkat keseringan responden diterpa oleh media kampanye politik yang dilakukan oleh kandidat calon yang bersaing dalam pilkada. Yang diukur adalah seberapa sering responden diterpa oleh media kampanye politik yaitu media elektronik (televisi dan radio), media cetak (surat kabar/koran), dan media luar ruang (spanduk, baliho, poster). 2. Variabel Independen (X2) Intensitas Komunikasi Antarpribadi : Intensitas komunikasi antarpribadi didefinisikan seberapa sering responden membicarakan kandidat calon baik dengan keluarga, tetangga, teman, tokoh agama, aktivis partai dan aparat pemerintahan. 3. Variabel Independen (X3) Persepsi atas Kredibilitas Calon : Persepsi atas kredibilitas calon didefinisikan sebagai seberapa tinggi penilaian responden terhadap komponen kredibilitas yang harus dimiliki oleh kandidat. Komponen kredibiltas tersebut adalah cerdas, ahli dalam pemerintahan, berpengalaman, jujur, sopan, adil, tampan, muda, berwibawa, aktif, tegas, berani, senang bergaul, memiliki kesamaan nilai, dan berkarisma. 11 4. Variabel Dependen (Y) Keputusan Memilih : Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah tindakan memilih alternatif dari dua atau beberapa alternatif yang ada untuk menentukan arah tujuan yang ingin dicapai.” (2003: 34). Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan jenis penelitian eksplanasi atau penjelasan (Explanatory Research), dimana dalam penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui tabulasi silang. (Singarimbun dan Effendy, 1991: 5). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sampling kuota. Sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini diambil dari satu kelurahan dan satu desa di Slogohimo yang merepresentasikan masyarakat Slogohimo yaitu Desa Watusomo dan Kelurahan Bulusari. Berdasarkan rumus Yamane maka sampel dalam penelitian adalah sejumlah 100 orang responden. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 31 item pertanyaan yang disebarkan kepada 100 orang masyarakat Kecamatan Slogohimo yang telah memiliki hak pilih dan menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun 2013 yang dibagi dari Kelurahan Bulusari sebanyak 63 orang responden dan 37 responden dari Desa Watusomo. Menurut jenis datanya yaitu ordinal dan nominal maka tehnik analisa data hasil penelitian ini menggunakan Chi Square yang analisisnya akan dilakukan dengan menggunakan SPSS 17. Sajian Data Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan terpaan media kampanye politik, intensitas komunikasi antarpribadi, dan persepsi pemilih atas kredibilitas calon gubernur di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri pada Pemilihan Gubernur tahun 2013. Pada bab ini akan dijelaskan data hasil tabulasi silang dengan menggunakan uji Chi Square dari setiap variabel yang 12 diperoleh berdasarkan hasil jawaban kuesioner dari 100 responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Uji Chi Square untuk latar belakang responden yaitu berdasarkan dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan, semuanya tidak menunjukan perbedaan yang signifikan dalam memilih calon gubernur. Pada Uji Chi Square usia menunjukkan nilai X2 hitung (0,849) lebih kecil daripada X2 tabel (5,991), maka Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada perbedaan pilhan calon gubernur yang signifikan antara pria dan wanita. Pada kategori usia menunjukkan bahwa nilai X2 hitung (8,864) lebih kecil daripada X2 tabel (15,507), maka Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur berdasarkan lima kategori usia pemilih tersebut. Pada aspek pendidikan pemilih, oleh karena nilai X2 hitung (4,849) lebih kecil daripada X2 tabel (12,592), maka Ha ditolak yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur berdasarkan tingkat pendidikan pemilih. Untuk jenis pekerjaan pemilih diperoleh bahwa nilai X2 hitung (6,272) lebih kecil daripada X2 tabel (23,685), maka Ha ditolak yang bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur berdasarkan jenis pekerjaan pemilih. Uji Chi Square untuk variabel independen (X1) terpaan media kampanye politik menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan berdasarkan frekuensi responden diterpa media kampanye politik dengan keputusan memilih calon gubernur. Untuk media televisi diperoleh nilai X2 hitung (2,976) lebih kecil daripada X2 tabel (9,488), yang berarti Ha ditolak yaitu dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur berdasarkan frekuensi pemilih menonton kampanye politik melalui televisi. Untuk media kampanye radio diperoleh hasil nilai X2 hitung (1,043) lebih kecil daripada X2 tabel (9,488), maka Ha ditolak yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur berdasarkan frekuensi pemilih mendengarkan kampanye politik di radio. Untuk terpaan kampanye politik melalui surat kabar diperoleh hasil nilai X2 hitung (3,219) lebih kecil daripada X2 tabel (9,488), maka Ha ditolak hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur berdasarkan frekuensi 13 pemilih membaca iklan kampanye politik melalui surat kabar. Untuk terpaan kampanye politik melalui media luar ruang diperoleh hasil yaitu nilai X2 hitung (2,261) lebih kecil daripada X2 tabel (9,488), maka Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur dari frekuensi pemilih melihat iklan kampanye politik melalui media luar ruang. Uji Chi Square untuk variabel independen (X2) intensitas komunikasi antarpribadi menunjukan hasil yaitu nilai X2 hitung (3,679) lebih kecil daripada X2 tabel (9,488), maka Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur berdasarkan intensitas komunikasi antarpribadi. Ini berarti bahwa komunikasi antarpribadi pemilih baik dengan lingkungan sekitar maupun dengan opinion leader di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo tidak begitu berpengaruh kepada keputusan memilih. Dalam penelitian ini sebanyak 40% responden tergolong rendah dalam hal intensitas komunikasi antar pribadi, 50% sedang dan hanya 10% saja yang intensitas komunikasi antarpribadinya tinggi. Baik responden yang intensitasnya rendah, sedang maupun tinggi, mayoritas responden memilih Ganjar PranowoHeru Sudjatmiko. Uji Chi Square untuk variabel independen (X3) persepsi atas kredibilitas calon menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari persepsi atas kerdibilitas calon dengan keputusan memilih. Dalam tabel silang antara kredibilitas keahlian dan kredibilitas kepercayaan dengan gubernur yang dipilih tidak terdapat perbedaan persepsi karena 100% responden menyatakan setuju bahwa seorang gubernur yang baik haruslah memiliki kredibilitas yaitu cerdas, ahli dalam pemerintahan, berpengalaman, dan kredibilitas kepercayaan yaitu jujur, sopan, adil. Untuk tabel silang kredibilitas atraksi dan gubernur yang dipilih diperoleh hasil nilai X2 hitung (3,255) lebih kecil daripada X2 tabel (9,488), maka Ha ditolak yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur berdasarkan persepsi pemilih terhadap kredibilitas atraksi. Untuk kredibilitas dinamisme diperoleh nilai X2 hitung (0,207) lebih kecil daripada X2 tabel (5,991), maka Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur dari persepsi pemilih 14 terhadap kredibilitas dinamisme. Responden yang menyatakan setuju ataupun ragu-ragu bahwa seorang gubernur haruslah memiliki kredibilitas dinamisime yaitu aktif, tegas, dan berani mayoritas memilih Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmiko. Untuk kredibilitas sosiabilitas menunjukan nilai X2 hitung (3,205) lebih kecil daripada X2 tabel (9,488), maka Ha ditolak yang berarti disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur dari persepsi pemilih terhadap kredibilitas sosiabilitas atau senang bergaul. Untuk kredibilitas koorientasi menunjukan bahwa nilai X2 hitung (9,438) lebih kecil daripada X2 tabel (9,488), maka Ha ditolak yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur dari persepsi pemilih terhadap kredibilitas koorientasi. Untuk kredibilitas karisma menunjukan nilai X2 hitung (2,689) lebih kecil daripada X2 tabel (9,488), maka Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur dari persepsi pemilih terhadap kredibilitas karisma. Dari keseluruhan komponen kredibilitas tersebut tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara persepsi pemilih atas kredibilitas calon terhadap keputusan memilih. Analisis Data Berdasarkan hasil analisis data dan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Uji Chi Square untuk latar belakang responden yaitu berdasarkan dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan, semuanya tidak menunjukan perbedaan yang signifikan dalam memilih calon gubernur. 2. Uji Chi Square untuk variabel independen (X1) terpaan media kampanye politik menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan berdasarkan frekuensi responden diterpa media kampanye politik dengan keputusan memilih calon gubernur. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel ini berarti bahwa memang tidak ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi terpaan kampanye politik dengan keputusan memilih calon gubernur pada responden yaitu masyarakat di Kecamatan Slogohimo, baik responden yang sering, cukup sering, jarang ataupun hampir 15 tidak pernah diterpa media kampanye politik mayoritas memilih pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmiko. 3. Uji Chi Square untuk variabel independen (X2) intensitas komunikasi antarpribadi menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pilihan calon gubernur berdasarkan intensitas komunikasi antarpribadi. Ini berarti bahwa komunikasi antarpribadi pemilih baik dengan lingkungan sekitar maupun dengan opinion leader di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo tidak begitu berpengaruh kepada keputusan memilih. Baik responden yang intensitasnya rendah, sedang maupun tinggi, mayoritas responden memilih Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmiko. 4. Uji Chi Square untuk variabel independen (X3) persepsi atas kredibilitas calon menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari persepsi atas kerdibilitas calon dengan keputusan memilih. Dalam tabel silang antara kredibilitas keahlian dan kredibilitas kepercayaan dengan gubernur yang dipilih tidak terdapat perbedaan persepsi karena 100% responden menyatakan setuju bahwa seorang gubernur yang baik haruslah memiliki kredibilitas yaitu cerdas, ahli dalam pemerintahan, berpengalaman, dan kredibilitas kepercayaan yaitu jujur, sopan, adil. Dari keseluruhan komponen kredibilitas tersebut menunjukkan bahwa X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel ini berarti tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara persepsi pemilih atas kredibilitas calon terhadap keputusan memilih. Baik responden yang menjawab setuju, ragu-ragu, maupun tidak setuju dalam persepsinya terhadap kredibilitas calon, mayoritas memilih Ganjar Pranowo. Kesimpulan Dari semua hasil analisis data dan uji statistik diatas yang dilakukan dengan menggunakan Chi Square dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga variabel independen dalam penelitian ini yaitu terpaan media kampanye politik, intensitas komunikasi antarpribadi, dan persepsi atas kredibilitas calon tidak ada yang menunjukan perbedaan yang signifikan yang mempengaruhi variabel Y yaitu keputusan memilih pada masyarakat di Kecamatan Slogohimo Kabupaten 16 Wonogiri. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari ketiga variabel independen tersebut karena apapun pendapat responden, pilihannya tetap Ganjar PranowoHeru Sudjatmiko. Hal ini menunjukan memang ada faktor tertentu yang mempengaruhi keputusan memilih masyarakat, dari pengamatan peneliti di lapangan peneliti melihat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan memilih tersebut adalah dikarenakan Kecamatan Slogohimo merupakan basis dari PDIP yaitu partai yang mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmiko. Berdasarkan hasil pemilu legislatif tahun 2009 perolehan suara PDIP di Kecamatan Slogohimo yang menjadi dapil 3 di Kabupaten Wonogiri adalah sebanyak 51,17% (sumber: data KPU Kabupaten Wonogiri), dan pada Pilgub Jateng 2013 ini Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmiko memperoleh suara sebanyak 68,13% jauh mengungguli dua kandidat lainnya. Menurut teori golongan sosial Melvin De Fleur (dalam Effendy, 1981: 86) menjelaskan bahwa individu yang masuk dalam golongan sosial tertentu/sama akan cenderung memiliki perilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu. Kesamaan orientasi dan perilaku ini akan mempunyai kaitan dengan gejala yang diakibatkan media massa. Suatu kelompok dari khalayak akan memilih pesan komunikasi yang kira-kira sama dan akan memberikan tanggapan yang kira-kira sama pula. Golongan sosial yang dimaksudkan dalam hal ini adalah masyarakat Kecamatan Slogohimo yang mayoritas merupakan basis pemilih dari partai PDIP sehingga diasumsikan akan memiliki kesamaan orientasi dan perilaku sehingga akan memilih pesan komunikasi dan tanggapan yang kira-kira sama dalam menentukan pilihan calon gubernur. Faktor ini yang menjadikan variabel lain tidak begitu berpengaruh ketika berada di wilayah basis partai. Dalam penelitian ini peneliti juga menyadari adanya keterbatasan dari penelitian ini yaitu peneliti tidak memperhitungkan sebelumnya bahwa Kecamatan Slogohimo merupakan basis dari partai PDIP sehingga ketiga variabel dalam penelitian ini menjadi tidak begitu berpengaruh. Peneliti menyarankan bagi 17 penelitian selanjutnya agar mempertimbangkan segala kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi sebelum melakukan penelitian. Saran Dari pengalaman peneliti yang didapatkan selama melakukan penelitian di lapangan serta dari hasil penelitian, peneliti memiliki saran-saran yaitu: 1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan memilih dikarenakan dari hasil data dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang mempengaruhi keputusan memilih berdasarkan terpaan media kampanye politik, komunikasi antarpribadi, maupun persepsi terhadap kredibilitas calon, akan lebih baik bila penelitian dilakukan secara kualitatif agar bisa mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai keputusan memilih tesebut. Serta disarankan agar mempertimbangkan segala kemungkinan adanya faktorfaktor lain yang bisa mempengaruhi sebelum melakukan penelitian. 2. Untuk masyarakat agar lebih cerdas dalam menentukan pilihan dan menyalurkan hak pilihnya dalam pemilu. Masyarakat haruslah mengetahui dengan benar bagaimana kemampuan calon yang akan dipilih dan mengenali karakter setiap calon karena pada saat ini ada berbagai kemudahan untuk mendapatkan informasi melalui berbagai media massa dapat memudahkan calon pemilih menilai seorang calon. Daftar Pustaka Agustino, Leo. (2009). Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Effendy, Onong. (1981). Dimensi Dimensi Komunikasi. Bandung: Penerbit Alumni. Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Indonesia. Lau, Richard R, Andersen dan David P. Redlawsk. (2008). “An Exploration of Correct Voting in Recent U.S. Presidential Elections”, American Journal of Political Science Volume 52, Issue 2, pages 395. 18 Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nimmo, Dan. (1999). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. __________ (2006). Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Pamungkas, Sigit. (2009). Perihal Pemilu. Yogyakarta: Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada. Pawito. (2009). Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra. Sari, Afrina. (2012). “Komunikasi Politik dan Diplomasi Berbasis Kearifan Lokal (Analisis Pilkada dalam Proses Kampanye Politik)”.Skripsi.Universitas Islam “45” (UNISMA), Bekasi. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (Ed). (1991). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Sofiah. (2003) “Kampanye Politik dan Perilaku Pemilih (Studi Tentang Peranan Terpaan Kampnye Pemilu Melalui Media Televisi dalam Membentuk Perilaku Pemilih di Surakarta)”. Jurnal Dinamika vol. 5 No. 1 halaman 18 Tahun 2003. Terry, G.R. (2003). diterjemahkan J. Smith (edisi Bahasa Indonesia). PrinsipPrinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara. Venus, Antar. (2012). Manajemen Kampanye : Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 19